html
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atau berkat, rahmat dan
hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul: “ gambaran
tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya asi eksklusif”.
Penulis proposal ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas yang di
berikan kepada bapak dosen di sekolah tinggi ilmu kesehatan Avicenna kendari.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan hingga penulisan proposal ini, tidak akan
terlaksana dan berjalan dengan baik tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Ole
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak kamrin SKM. Sebagai dosen yang
mengajari tentang metode penelitian, dan banyak meluangkan waktunya untuk memberikan
materi- materi yang telah di ajarkan sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik
fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI perlu mendapat
perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar
(Afifah, 2007). Selain itu, pemberian ASI dapat menurunkan risiko kematian bayi (Nurmiati,
2008).
Pemberian ASI eksklusif adalah langkah awal bagi bayi untuk tumbuh sehat dan terciptanya
sumber daya manusia yang tangguh, karena bayi tidak saja akan lebih sehat & cerdas, tetapi juga
akan memiliki emotional quotion (EQ) dan social quotion (SQ) yang lebih baik (Sentra Laktasi
Indonesia, 2007). Berdasarkan laporan 500 penelitian, The Agency for Healthcare Research and
Quality menyatakan bahwa pemberian ASI berhubungan dengan pengurangan resiko terhadap
otitis media, diare, infeksi saluran pernafasan bawah, dan enterokolitis nekrotikans
(Massachusetts Department of Public Health Bureau of Family Health and Nutrition, 2008).
Namun pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif masih sangat
kurang, misalnya ibu sering kali memberikan makanan padat kepada bayi yang baru berumur
beberapa hari atau beberapa minggu seperti memberikan nasi yang dihaluskan atau pisang.
Kadang- kadang ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau keluarnya hanya sedikit pada hari-
hari pertama kelahiran bayinya, kemudian membuang ASI-nya tersebut dan menggantikannya
dengan madu, gula, mentega, air atau makanan lain.
Di negara berkembang, lebih dari sepuluh juta balita meninggal dunia pertahun, 2/3 dari
kematian tersebut terkait dengan masalah gizi yang sebenarnya dapat dihindarkan. Penelitian di
42 negara berkembang menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan
merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang mempunyai dampak positif terbesar untuk
menurunkan angka kematian balita, yaitu sekitar 13%. Pemberian makanan pendamping ASI
yang benar dapat menurunkan angka kematian balita sebesar 6%. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan
dapat menurunkan angka kematian 30.000 bayi di Indonesia tiap tahunnya (Sentra Laktasi
Indonesia, 2007).
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003, hanya 3, 7 %
bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, sedangkan pemberian ASI pada usia 2 bulan
pertama 64%, yang kemudian menurun pada periode berikutnya umur 3 bulan 45,5 %, pada usia
4-5 bulan 13,9% dan umur 6-7 bulan 7,8 %. Sementara itu ada peningkatan penggunaan
pengganti air susu ibu (PASI) yang biasa disebut formula atau susu formula tiga kali lipat dalam
kurun waktu 1997 dari 10,8% menjadi 32,4 % pada tahun 2002, hali ini mungkin diakibatkan
kurangnya pemahaman, dukungan keluarga dan lingkungan akan pemberian ASI secara eksklusif
(Tjipta, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ” Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan Terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2010”, sehingga nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam upaya meningkatkan penyuluhan kepada ibu – ibu hamil mengenai
pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu pasca
melahirkan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2010.
2.landasan teori
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap
seseorang terhadap suatu objek, semakin banyak aspek positif dari suatu objek diketahui oleh
seseorang, maka semakin positif juga sikap seseorang terhadap objek tersebut
(Notoatmodjo,2003). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk
tindakan seseorang/perilaku (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari dengan pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, seseorang harus terlebih
dahulu tahu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya, dan di dalam diri orang tersebut
akan terjadi suatu proses yang berurutan yaitu :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu
terhadap stimulus (obyek).
b. Interest (tertarik), yakni seseorang mulai tertarik kepada stimulus yang diinderanya. Pada
tahap ini sikap subjek sudah mulai timbul.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap obyek atau materi harus dapat menjelas kan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja :
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan
dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,2005).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam
dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Notoatmodjo, 2006). Pendidikan
mempengaruhi proses belajar dimana makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa, semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkan(Notoatmodjo, 2006).
b. Pengalaman
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
ketrampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kesehatan(Notoatmodjo, 2006).
c. Umur
3.Pengertian / definisi
ASI adalah makan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI
memiliki kandungan yang dapat membantu menyerapan nutrisi. Pada bulan-bulan awal, saat bayi
dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu melindunginya bayi dari diare,
sudden infant death syndrome/SIDS – sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan
penyakit infeksi lain yang biasa terjadi. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat
bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan.
Organisasi Kesehatan Dunia – WHO mengatakan: “ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi
oleh apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang
bayi… Evaluasi pada bukti-bukti yang telah ada menunjukkan bahwa pada tingkat populasi
dasar, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian
makan kepada bayi. ” Setelah 6 bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan
seng daripada yang tersedia didalam ASI – pada titik inilah, nutrisi tambahan bisa diperoleh dari
sedikit porsi makanan padat. Bayi-bayi tertentu bisa minum ASI hingga usia 12 bulan atau lebih
– selama bayi anda terus menambah berat dan tumbuh sebagaimana mestinya, berarti ASI anda
bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik.
Macam ASI
a. ASI Transisi/Peralihan
1) Disekresi dari hari ke-4 sampai dengan ke-10, masa laktasi
2) Kadar protein makin rendah sedangkan kadar lemak dan karbohidrat makin tinggi.
3) Volume semakin meningkat
2. (Roesli, 2000:133)
b. ASI Matur
1) Disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisinya relatif konstan.
2) Cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.
3) Merupakan cairan putih kekuningan yang mengandung garam Ca Caseinat
Rebotlavisi dan Karotin yang terdapat di dalamnya.
4) Tidak menggumpal jika dipanaskan.
5) Terdapat antimikrobal
(Roesli, 2000:134)
d. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang paling besar dan dapat digunakan sebagai
cadangan makanan. Lemak pada ASI mengandung enzim lipase yang berfungsi untuk mencerna
lemak sehingga sebagian besar lemak dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh bayi. Lemak
utama ASI adalah lemak ikatan panjang ( omega-3, omega-6, arachinonic acid ) suatu asam
lemak komponen penting dalam myelinisasi yaitu pembentukan myelin pada serabut saraf yang
akan membantu rangsangan menjalar cepat. Kolesterol dalam lemak ASI digunakan untuk
pertumbuhan otak bayi dan juga berfungsi dalam pembentukan enzim dalam metabolisme
kolesterol yang akan mengendalikan kadar kolesterol dalam darah.
e. Vitamin dan Mineral
ASI mengandung vitamin dan mineral yang lengkap dan mudah diserap oleh tubuh bayi.
Vitamin dalam ASI digunakan sebagai koenzim dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein, sedangkan mineral dalam tubuh bayi digunakan dalam pembentukan tulang, otot dan
gigi.
Alasan Pemberian ASI
Menurut Roesli(2000:15), alasan pemberian ASI adalah :
1. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh
kembang bayi sampai umur 6 bulan. Bayi yang mendapat makanan lain, misalnya
nasi lumat atau pisang hanya akan mendapat banyak karbohidrat, sehingga zat gizi
yang masuk tidak seimbang. Terlalu banyak karbohidrat menyebabkan anak lebih
mudah menderita kegemukan dengan segala akibatnya.
2. Bayi dibawah 6 bulan belum mempunyai enzim pencernaan sehingga belum mampu
mencerna makanan dengan baik. ASI mengandung beberapa enzim yang
memudahkan pemecahan makanan selanjutnya.
3. Ginjal bayi yang masih belum mampu bekerja baik. Makanan tambahan termasuk
susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang dapat memberatkan fungsi
ginjal yang belum sempurna pada bayi.
4. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi bayi,
misalnya zat warna dan zat pengawet.
5. Makanan tambahan bagi bayi mudah menimbulkan alergi.
6. Manfaat Pemberian ASI
Menurut Roesli (2000), manfaat pemberian ASI adalah :
1. ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah
makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan
tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tungal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Kolostrum megandung zat kekebalan 10 -
17 kali lebih banyak dari susu matur. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara
lain akan melindungi bayi dari penyakit diare. ASI juga akan menurunkan
kemungkinan bayi terkena penyakit ineksi telinga, batuk, dan penyakit alergi.
3. ASI meningkatkan kecerdasan. Mengingat bahwa kecerdasan akan berkaitan erat
dengan otak maka jelas bahwa faktor utama yang mmpengaruhi perkembangan
kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam otak
adalah nutrisi yang diberikan. Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai
bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan
anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan
komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga
mengandung nutrien – nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh
optimal, antara lain taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega-3,
omega-6).
4. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang. Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu
karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Perasaan terlindungi dan
disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk
kepribadian dan percaya diri dasar spiritual yang baik.
Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI
1.Perubahan sosial budaya
- Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainya
- Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol
- Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya
2. Faktor psikologis
- Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
- Tekanan batin
3.Faktor fisik Ibu
- Ibu sakit, misalnya mastitis, panas dan sebagainya
1. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI
2. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
3. Penerangan yang salah justru datangnya dan petugas kesehatan sendiri yang
menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng (Soetjiningsih, 2002).
Indikasi Menyusui
1. Menurut oetjningsih (2002), semua ibu post partum harus memberikan ASI
kepada bayinya kecuali jika memenuhi kontraindikasi pada bayi atau kepada
ibu.
2. Semua bayi yang bisa menghisap puting wajib diberikan ASI secara
langsung, sedangkan bayi yang tidak bisa menghisap secara langsung,
misalnya menderita kelainan kogenital seperti bibir sumbing, wajib diberi
ASI perahan (Soetjiningsih, 2002).
Kontraindikasi Menyusui
1. Ibu yang mendapat pengobatan yang dapat ditransmisikan melalui ASI
seperti steroid dosis tinggi, sitotoksik dan agen imuno-supresif (Meadow,
2002).
2. Ibu yang menderita penyakit infeksi yang memungkinkan terjadinya
transmisi viral misalnya HIV (Meadow, 2002).
3. Ibu yang menderita mastistis harus berhenti menyusui untuk sementara
sampai sembuh (Soetjiningsih, 2002).
Manfaat pemberian Asi Ada 2 macam, yaitu :
Manfaat atau keuntungan bagi ibu
1. Dengan menyusui terjalin hubungan yang erat antara bayi dan ibunya karena secara alami
dengan adanya kontak kulit, bayi akan merasa aman dan nyaman.
2. Dengan menyusui menybabkan uterus berkontraksi sehingga pengembalian rahim dan alat
kandungan lain ke keadaan fisiologis akan lebih cepat.
3. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
4. Dengan menyusui akan mengurangi resiko kemungkinan menderita kanker payudara di
masa yang akan datang.
5. Dapat menjarangkan kehamilan (membantu keluarga berencana), karena dengan menyusui
kesuburan ibu akan berkurang untuk beberapa bulan bahkan tahun.
6. Lebih praktis dan ekonomis, karena tidak merepotkan, hemat waktu dan tersedia setiap saat
7. Dan yang tidak kalah pentingnya, dengan menyusui ibu akan merasakan kepuasan batin
(Suraatmaja,1997).
Manfaat atau keuntungan bagi bayi
1. Steril, aman dari pencemaran
2. Selalu tersedia dengan suhu yang optimal
3. Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi
4. Mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman
atau virus
5. Tidak menimbulkan alergi (Suraatmaja,1997).
Kerugian Tidak Memberikan ASI Eksklusif
1. Bila berumur 0 – 6 bulan diberi makanan selain ASI, dapat terjadi gangguan
pencernaan.
2. Bayi tidak mempunyai ketahanan tubuh untuk mencegah penyakit.
3. Bila bayi diberikan susu botol sering terjadi mencret, kemungkinan bayi
tidak cocok dengan susu formula atau cara membuatnya tidak bersih dan
pengeluaran biaya rumah tangga lebih banyak.
4. Mengurangi ikatan cinta kasih terhadap ibu dan anak (Roesli, 2000:19)
Kerugian pada ibu
1) Perdarahan setelah persalinan menjadi lebih lama
2) Cepat terjadinya kehamilan kembali
3) Beresiko terkena kanker payudara dan kanker Rahim
4) Waktu ibu banyak tersita karena harus menyiapkan susu botol dan merawat bayi yang sering
sakit.
5) Pengeluaran keluarga bertambah (Depkes RI, 2003).
Tujuan pemberian makanan tambahan pada bayidiantaranya untuk melengkapi zat-zat gizi
yang kurang karena kebutuhan zat gizi akan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia bayi atau anak, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam
makanan dengan berbagai bentuk, tekstur dan rasa, melakukan adaptasi terhadap makanan yang
mengandung kadar energi yang tinggi, serta mengembangkan kemampuan untuk mengunyah dan
menelan bayi (Depkes, 1992).
Pemberian makanan tambahan pada bayi juga bertujuan untuk melengkapi ASI (mixed
feeding) dan diperlukan setelah kebutuhan energi dan zat-zat gizi tidak mampu dipenuhi dengan
pemberian ASI saja. Pemberian makanan tambahan tergantung jumlah ASI yang dihasilkan oleh
ibu dan keperluan bayi yang bervariasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya diantaranya untuk
mempertahankan kesehatan serta pemulihan kesehatan setelah sakit, untuk mendidik kebiasaan
makan yang baik mencakup penjadwalan waktu makan, belajar menyukai, memilih dan dapat
merugikan karena tumbuh kembang bayi akan terganggu (Sembiring, 2009). Pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat
badan anak (Krisnatuti, 2000).Makanan tambahan pada bayi bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan zat gizibayi, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan
dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Selain untuk memenuhi
kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan tambahan merupakan salah satu proses
pendidikan dimana bayi diajar untuk mengunyah dan menelan makanan padat,
sertamembiasakan selera-selera baru (Sohardjo, 1992). Pemberian makanan tambahan dilakukan
secara bertahap untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta
menerima bermacam-macam makanan. Pemberian makanan tambahan harus bervariasi, dari
bentuk bubur cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan
lembek dan akhirnya makanan padat (Sulistijani, 2001).
1.Komposisi Makanan Tambahan
Bahan makanan tambahan pada bayidibedakan atas 2 golongan yaitu hewani dan nabati.
Golongan hewaniterdiri dari ikan, telur, daging. Golongan nabati terdiri dari buah-buahan, sayur-
sayuran, padi-padian (Baso, 2007). Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang
mengandung sejumlah kalori atau energi (karbohidrat, protein dan, lemak), vitamin, mineral dan
serat untuk pertumbuhan dan energi bayi, disukai oleh bayi, mudah disiapkan dan harga
terjangkau (Judarwanto, 2004), makanan harus bersih dan aman, terhindar dari pencemaran
mikroorganisme dan logam, serta tidak kadaluwarsa (Kepmenkes RI, 2007). Karbohidrat
diperlukan sebagai sumber energi yang paling murah. Untuk mencukupi kebutuhan energi
dianjurkan sekitar 60-70% energi total berasal darikarbohidrat. Pada ASI dan sebagian besar
susu formula bayi, 40-50% kandungan kalorinya berasal dari karbohidrat terutama laktosa
(Krisnatuti, 2000). Protein ASI rata-rata sebesar 1,15g/100ml sehingga apabila bayi
mengkonsumsi ASI selama 4 bulan pertama (sekitar 600-900ml/hari). Bertambahnya usia bayi
maka suplai protein yang dibutuhkan oleh bayi semakin meningkat. Pertambahan protein pada
bayi yang diberi makanan tambahan ASI untuk pertama kalinya (usia 6-12 bulan) pertambahan
proteinnya tidak terlalu besar. Setelah menginjak usia satu tahun bayi membutuhkan protein
sekitar dua kali lipat pada masa sebelumnya (Krisnatuti, 2000).Kacang-kacangan merupakan
sumber protein nabati yang baik untuk bayi dan sebagai bahan campurannya digunakan tempe
kedelai, kacang tanah, dan tempe koro benguk (Baso, 2007). Lemak merupakan sumber energi
dengan konsentrasi cukup tinggi. Lemak berfungsi sebagai sumber asam lemak esensial, pelarut
vitamin A, D, E, dan K, serta pemberi rasa gurih dan sedap pada makanan. Apabila energi dan
protein sudah terpenuhi maka kecukupan gizi lemak yang dianjurkan tidak dicantumkan karena
secara langsung kecukupan lemak sudah terpenuhi (Krisnatuti, 2000). Vitamin yang dibutuhkan
terdiri dari vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut
dalam lemak terdiri atas vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin yang larut dalam airterdiri
dari vitamin C, B1, riboflavin, niasin, B6, B12, asam folat, dan vitamin lain yang tergolong
vitamin B kompleks (Krisnatuti, 2000). ASI tidak mengandung vitamin D dalam konsentrasi
yang dibutuhkan bayi. Vitamin ini secara alami dihasilkan oleh kulit ketika terpapar sinar
matahari, dan bila bayi dibiarkan sering berjemur di daerah panasatau matahari beberapa kali
seminggu maka kulitnya akan menghasilkan semua vitamin D yang dibutuhkan bayi
(Satyanegara, 2004).
2.Jenis Makanan Tambahan
Makanan Tambahan Lokal Makanan tambahan lokal adalah makanan tambahan yang
diolah dirumah tangga atau di Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat,
mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan
sebelum dikonsumsi oleh bayi. Makanan tambahan lokal ini disebut juga dengan makanan
pendamping ASI lokal (MP-ASI lokal) (Depkes RI, 2006). Pemberian makanan tambahan lokal
memiliki beberapa dampak positif, antara lain ibu lebih memahami dan terampil dalam membuat
makanan tambahan dari pangan lokal sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat,
sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian makanan tambahan secara mandiri, meningkatkan
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti Posyandu,
memiliki potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil pertanian, dan
sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi (Depkes RI, 2006). Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menyiapkan makanan bayi di rumah diantaranya menyiapkan makanan bayi
dengan mengikuti cara-cara yang bersih dan higiene, menggunakan bahan makanan yang segar
dan beku, melakukan metode masak yang baik diantaranya pengukusan lebih baik dari perebusan
dan penyaringan lebih baik dari penggorengan, menambahkan sedikit gula bila dibutuhkan dan
tidak memberikan madu pada tahun pertama usia bayi karena ada kemungkikann madu
mengandung Clostridium botulinumyang tidak aman bagi bayi, menghaluskan atau membuat
pure(bubur) buah segar yang telah dicuci bersih dan dikupas seperti pisang, pepaya, pir dan
melon, serta makanan bayi yang dimasak di rumah dapa segera dibekukan atau disimpan dalam
wadah tertutup dan disimpan di dalam lemari es selamasatu atau dua hari kemudian dipanaskan
dan segera diberi kepada bayi (Krisnatuti, 2000).
Makanan Tambahan Olahan Pabrik Makanan tambahan hasil olahan pabrik adalah makanan
yang disediakan dengan olahan dan bersifat instan dan beredar dipasaran untuk menambah
energi dan zat-zat gizi esensial pada bayi (Depkes RI, 2006). Makanan tambahan pabrikan
disebut juga makanan pendamping ASI pabrikan (MP-ASI pabrikan) atau makanan komersial.
Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran instan atau biskuit yang
dapat dimakan secara langsung atau dapat dijadikan bubur (Krisnatuti, 2000).
Formul Formula harus dibuat berdasarkan angka kecukupan gizi bayi dan balita, bahan baku
yang diizinkan, kriteria zat gizi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Teknologi proses Pemilihan teknologi proses berkaitan dengan spesifikasi produk yang
diinginkan, tingkat sanitasi dan higienitas yang dikehendaki, faktor keamanan pangan, serta mutu
akhir produk. Higiene Produk jadi makanan tambahan ASI harus memenuhi syarat-syarat seperti
bebas dari mikroorganisme patogen, bebas dari kontaminan hasil pencemaran mikroba penghasil
racun atau alergi, bebas racun, harus dikemas tertutup sehingga terjamin sanitasinya dan
disimpan di tempat yang terlindung. Pengemas Kemasan yang dipakai harus terbuat dari bahan
yang kuat, tidak beracun, tidak mempengaruhi mutu inderawi produk (dari segi penampakan,
aroma, rasa dan tekstur), serta mampu melindungi mutu produk selama jangka waktu
tertentu. Label Persyaratan label makanan bayi harus mengikuti codex standard 146-1985,
dengan informasi yang jelas, tidak menyesatkan konsumen, komposisi bahan-bahan tercantum
dalam kemasan, nilai gizi produk dan petunjuk penyajian.Makanan tambahan pabrikan seperti
bubur susu diperdagangkan dalam keadaan kering dan pre-cooked, sehingga tidak perlu dimasak
lagi dan dapat diberikan pada bayi setelah ditambah air matang seperlunya. Bubur susu
terdiridari tepung serealia seperti beras, maizena, terigu ditambah susu dan gula, dan bahan
perasa lainnya. Makanan tambahan pabrikan yang lain seperti nasi tim yakni bubur beras dengan
tambahan daging, ikan atau hati serta sayuran wortel dan bayam, dimana untuk bayi kurang dari
sepuluh bulan nasi tim harus disaring atau diblender terlebihdahulu. Selain makanan bayi
lengkap (bubur susu dan nasi tim) beredar pula berbagai macam tepung baik tepung mentah
maupun yang sudah matang (pre-cooked) (Pudjiadi, 2000).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan rancang bangun penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau
menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. (Notoatmodjo,
2005) Sedangkan menurut jenis penelitian deskriptif penelitian ini menggunakan metode survei (
survey ) yaitu suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang
biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Dan penelitian ini termasuk survei
pendapat umum ( public opinion survey ) yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
pendapat umum terhadap suatu program pelayanan kesehatan yang cukup berjalan dan yang
menyangkut seluruh lapisan masyarakat. (Notoatmodjo, 2005)
B. Variabel
1. Jenis Variabel
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan untuk satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu.
(Notoatmodjo, 2005)
a. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan vareabel lain (Nursalam, 2003 :
48). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah “Tingkat pengetahuan ibu
menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Paleran”
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang
didefinisikan. (Nursalam, 2003)
Table 3.1 Definisi Operasional Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI
Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran.
Tabel. 3.1 : Definisi Operasional
C. Populasi
Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu (Eko Budiarto, 2002 : 7).
Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2002 : 79), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau
objek yang diteliti.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 6-12 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Paleran Kabupaten Jember, yaitu sebanyak 60 orang.
D. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai penelitian melalui
sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2003). Menurut
Soekidjo Notoadmodjo (2002 : 79), sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.
Pada penelitian ini sampel dalam penelitian ini adalah jenuh atau total sampling dari populasi
adalah 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Paleran Kabupaten Jember Tahun 2010
berjumlah 60 orang.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Paleran Kabupaten Jember.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian secara keseluruhan, mulai dari pembuatan proposal hingga selesainya
Penelitian dilakukan pada tanggal 18 Oktober – 20 November 2010.
F. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan data
1. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan
karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian. (Nursalam, 2003 : 115).
Dalam hal ini, peneliti melakukan hal – hal dibawah ini dalam proses pengumpulan data yaitu :
a. Peneliti mengajukan surat ijin meneliti dari Universitas Bakti Indonesia Kepada Puskemas
Paleran Kabupaten Jember.
b. Peneliti memberikan lembar informed consent kepada responden
c. Peneliti memberikan lembar kuisioner kepada responden
d. Peneliti memberikan penjelasan mengenai cara mengisi kuisioner
e. Peneliti mengumpulkan hasil kuisioner
f. Hasil yang didapatkan dikumpulkan dengan pemberian kode dan dilakukan skoring
2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal – hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998 ; 1407). Instrumen yang
digunakan adalah bentuk kuesioner tertutup dengan daftar pertanyaan yang disusun dan
dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian dimana responden tinggal
memberikan jawaban dengan tanda – tanda tertentu. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberi tanda – tanda pada
tiap – tiap dari kuesioner tersebut (Arikunto, 2002).
G. Teknik Analisis data
1. Editing
Proses editing dengan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan rekam medik ini berarti
data harus diteliti kelengkapan data yang diberikan
2. Scoring
Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka untuk setiap jawaban dari kuesioner yang
telah disebarkan diberi kode sesuai denah karakter. Dilakukan skoring dengan rumus :
( Arikunto, 2006 ).
Keterangan:
N : Menyatakan persentase
SP : Skore diperoleh responden
SM : Skore tertinggi yang diharapkan pada semua responden
Untuk jumlah soal adalah 20 soal favorouble ( pertanyaan mendukung ) dengan :
Nilai maksimal : (20 x 5 ) = 100
Nilai minimal : (20 x 1) = 20
Jumlah prosentase nilai maksimal :
Kriteria:
a. Baik : Bila menjawab pertanyaan ≥ 16
b. Cukup : Bila menjawab pertanyaan 12 -15
c. Kurang : Bila menjawab pertanyaan ≤ 11 ( Nursalam, 2003 )
3. Tabulasi
Mentabulasi dengan memuat tabel - tabel sesuai dengan analisa yang dibutuhkan.
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mengajukan permohonan izin kepada
pihak terkait. Setelah mendapatkan persetujuan, barulah kuesioner diberikan kepada responden
yang akan diteliti dan menekankan masalah etika
.
Menurut Nursalam, (2003:86) etika penelitian antara lain:
1. Informed Concent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud
dan tujuan peneliti yang dilakukan pada para responden yang bersedia diteliti, maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan tersebut , bila subjek menolak maka peneliti tidak
boleh memaksa dan tetap menghormati hak - hak subjek.
DAFTAR PUSTAKA