Anda di halaman 1dari 81

PETUNJUK PRAKTIKUM

PATOLOGI ANATOMI

BLOK IX
NEOPLASMA

Oleh:
Brian Wasita,dr.,Ph.D
Riza Novierta P., dr., MKes

BAGIAN PATOLOGI ANATOMI


FAKULTAS KEDOKTERAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

KATA PENGANTAR

Petunjuk Praktikum Patologi Anatomi Blok IX. Neoplasma ini


disusun untuk meningkatankan pemahaman mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret dalam mempelajari blok
neoplasma. Buku praktikum ini berisi topik-topik mengenai gangguan
pertumbuhan non-neoplastik, neoplasma jinak maupun ganas epitel
kelenjar, neoplasma epitel non kelenjar, tumor campur dan teratoma.
Buku ini juga memberikan pengenalan pemeriksaan pap smear sebagai
salah satu bentuk pemeriksaan sitologi
Setelah mempelajari buku ini dan melaksanakan kegiatan
praktikum Patologi Anatomi, diharapkan mahasiswa mampu
memperluas pengetahuannya tentang histopatologi dan sitologi yang
menjadi dasar gejala klinik atau patofisiologi suatu neoplasma.
Akhir kata penyusun berharap semoga buku ini dapat bermanfaat
bagi pelaksanaan proses belajar mengajar di Bagian Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan buku ini di
waktu yang akan datang.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
GANGGUAN PERTUMBUHAN NON NEOPLASTIK
1. Hiperplasia endometrium tipe kistik 3
2. Epulis fibromatosa 8
3. Hemorrhoid 12
4. Polip sinonasal 17

NEOPLASMA
A. NEOPLASMA EPITEL KELENJAR
5. Jinak : Fibroadenoma mammae (FAM) 27
6. Ganas : Karsinoma duktal in situ (Ductal Carcinoma In Situ) 32
7. Ganas : Karsinoma invasif 34
B. NEOPLASMA EPITELIAL NON KELENJAR
8. Jinak : Papiloma 38
9. Ganas : Karsinoma sel skuamosa dengan kornifikasi 42
C. TUMOR CAMPUR
10.Tumor campur kelenjar parotis (Pleomorphic adenoma) 48
D. TERATOMA
11.Teratoma testis 53
E. SITOLOGI
12.Pap smear 56

DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR LAPORAN PRAKTIKUM

iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
BAGIAN PATOLOGI ANATOMI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Kegiatan Praktikum Patologi Anatomi meliputi :

A. MENGISI DAFTAR HADIR


Dilakukan 15 menit sebelum praktikum dimulai dengan membawa
kelengkapan praktikum (Kartu Praktikum, Buku Petunjuk Praktikum beserta
Lembar Laporan Praktikum, peralatan gambar), berpakaian rapi, bersepatu dan
mengenakan jas praktikum.

B. PRETEST TERTULIS
Berupa test tertulis, 10 soal pilihan ganda dengan waktu 10 menit.
Dilakukan pada awal praktikum dan wajib diikuti oleh setiap praktikan. Bila
tidak mengikuti pretest praktikum dengan alasan apapun, tidak diperkenankan
mengikuti kegiatan praktikum.
Tidak ada tambahan waktu pretest bagi praktikan yang terlambat !!

C. PRAKTIKUM
Dilaksanakan di Ruang Mikroskop dengan segala ketentuan yang
selayaknya berlaku didalam ruang praktikum!
Praktikan diwajibkan :
1. Mengikuti pengarahan pra praktikum yang diberikan oleh dosen
penanggung jawab praktikum.
2. Melakukan pengamatan terhadap preparat makroskopis dan
mikroskopis, selanjutnya membuat resume dalam bentuk gambar
beserta diskripsinya di lembar laporan yang sudah disediakan pada
Buku Petunjuk Praktikum.
3. Menyerahkan lembar laporan praktikum kepada asisten dan
mendapatkan pengesahan laporan serta kartu (keterangan selesai
praktikum) sebagai syarat untuk dapat mengikuti Responsi.
4. Kelompok praktikan masing-masing terdiri atas lebih kurang 10 orang
yang dibimbing oleh 1 (satu)orang asisten.
5. Menjaga ketertiban dan kelancaran acara praktikum, saling
menghormati dan menghargai antar praktikan dan asisten pembimbing.
6. Kelompok praktikum yang memecahkan preparat/slide bahan
praktikum, wajib mengganti biaya pengadaan preparat sebesar Rp.
iv
100.000,00(seratus ribu rupiah) per slide (diserahkan kepada asisten
kelompoknya) dan menjadi syarat untuk keterangan selesai praktikum.

D. RESPONSI
Praktikan harus telah mendapatkan surat keterangan selesai praktikum
untuk dapat mengikuti Responsi. Responsi dilaksanakan sesuai jadwal yang
telah ditetapkan, teknis pelaksanaan melakukan pengamatan dan membuat
diskripsi mikroskopis atau makroskopis dari slide preparat yang ditampilkan.

E. PRAKTIKUM SUSULAN
Hanya dapat dilakukan jika masih ada waktu dan ruangan yng
memungkinkan untuk dilaksanakan. Jadi, usahakan untuk dapat mengikuti
seluruh tahap kegiatan praktikum.

Demikian harap diindahkan.

Bagian Patologi Anatomi


Fakultas Kedokteran UNS

v
GANGGUAN PERTUMBUHAN NON NEOPLASTIK

Proses pertumbuhan sel, jaringan dan alat tubuh dapat mengalami


gangguan, sehingga kita kenal berbagai keadaan sebagai berikut:
1. APLASIA / AGENESIS:
Diartikan suatu alat tubuh tidak terbentuk.
2. HIPOPLASIA:
Alat tubuh terbentuk lebih kecil dan tidak pernah mencapai
ukuran normal/dewasa.
3. ATROFI:
* Atrofi sel individual :
suatu bentuk adaptasi yang ditandai oleh berkurangnya ukuran
sel yang semula normal, sehingga dapat mengakibatkan
berkurangnya ukuran suatu alat tubuh.
* Atrofi organ :
berkurangnya ukuran alat tubuh akibat atrofi sel individual, yang
dapat disertai peningkatan hilangnya sel atau berkurangnya
penggantian sel yang hilang.
4. HIPERTROFI :
Bertambahnya ukuran sel yang dapat mengakibatkan bertambah
besarnya suatu alat tubuh tanpa penambahan jumlah sel baru.
Adaptasi ini biasanya terjadi pada otot rangka, otot jantung dan
otot polos, namun juga dapat terjadi pada jaringan ataupun organ
yang lain.
5. HIPERPLASIA:
Bertambahnya jumlah sel, yang dapat mengakibatkan bertambah
besarnya suatu jaringan atau alat tubuh.
 untuk dapat mengalami hiperplasia, sel tersebut harus
dapat mensintesa DNA dan bersifat mitotik.
 Hiperplasia hanya dapat terjadi pada organ yang secara
fakultatif terdiri atas sel-sel mitotik yang melakukan
pembelahan dan bermultiplikasi dalam merespons
rangsang/ jejas.

1
6. METAPLASIA:
Substitusi/berubahnya sel penyusun suatu jaringan dengan
diferensiasi tertentu menjadi sel jaringan dengan diferensiasi lain.
Atau
Penggantian suatu jenis sel dewasa menjadi jenis sel dewasa
yang lain.
 bersifat reversibel.
 dapat terjadi pada sel epitel atau mesenkhim.
7. DISPLASIA:
Perubahan ke arah kemunduran pada sel dewasa yang tampak
dalam bentuk, besar dan orientasinya.
 Biasanya terjadi pada epitel, namun juga dapat timbul
pada jaringan mesenkhim.
 Ditimbulkan oleh rangsang menahun.
 Pada tingkat ringan bersifat reversibel, namun pada
tingkat yang berat dapat merupakan status permulaan dari
karsinoma.
8. ANAPLASIA:
Terbentuk sel-sel yang jenisnya lebih primitif-embrional dan
tidak berdiferensiasi, bersifat ireversibel, merupakan tanda
keganasan dari suatu tumor.
9. AKANTOSIS:
Hipertrofia rete malphigi/ stratum spinosum dengan mitosis
dari lapisan-lapisan di dalamnya.
10. HIPERKERATOSIS:
Hipertrofia stratum korneum dengan keratinisasi normal.
11. PARAKERATOSIS:
Stratum granulosum tidak terbentuk karena gangguan proses
keratinisasi, dan sel-sel pada stratum korneum dalam keadaan
membengkak – serta tetap ada intinya.

2
MATERI PRAKTIKUM PERTAMA
1. HIPERPLASIA ENDOMETRIUM TIPE KISTIK

A. Gambaran Umum
 Sinonim: - Simple endometrial hyperplasia
- Swiss-cheese endometrium

 Hiperplasia endometrium terdiri dari tipe simple dan komplek dengan


atau tanpa sel-sel atipik.
 Biasanya berkembang menjadi atropi kistik, 1% berkembang menjadi
karsinoma.
 Biasanya jarang didapatkan sel-sel atipia.
 Resiko menjadi karsinoma lebih besar pada hyperplasia yang tipe
komplek atau hyperplasia dengan sel-sel atipi.
 Resiko menjadi karsinoma untuk hiperplasia endometrium tanpa sel
atipi adalah 1.2% pada 4 tahun, 1.9% pada 9 tahun dan 4.6% pada 19
setelah diagnosis.
 Resiko menjadi karsinoma untuk hiperplasia endometrium dengan sel
atipi adalah 8.2% pada 4 tahun, 12.4% pada 9 tahun, dan 27.5% pada
19 tahun setelah diagnosis.

B. Etiologi
 Stimulasi estrogenik yang berlangsung lama dengan aktivitas
progestasional yang menurun (biasanya terjadi menjelang menopause
atau berkaitan dengan siklus anovulasi)
 Terapi sulih hormon estrogen tanpa agen progestasional
 Polycystic ovarian disease (Stein-Leventhal syndrome)
 Granulosa sel tumor ovarium
 Ovarian cortical stromal hyperplasia
 Berkaitan dengan indeks massa tubuh yang tinggi
 Perubahan dari jaringan endmotetrium normal ke hyperplasia tipe
simpel dan ke tipe komplek berkaitan dengan penurunan level mRNA
dan protein von Hippel-Lindau.
3
C. Manifestasi Klinis :
Hiperplasia kistika menyebabkan :
 MENORHAGIA : perdarahan uterus yang berlebihan selama
menstruasi.
 METRORHAGIA: perdarahan ireguler/ spotted di antar dua
periode menstruasi.
Dua keadaan tersebut dapat merupakan indikator adanya
hiperestrenisme.

D. Morfologi :
1. Makroskopis:
 Endometrium sangat menebal dan dapat mencapai 15 mm.
 Dapat menunjukkan penonjolan polypoid pada
permukaannya.

2. Mikroskopis :
Kesan keseluruhan menunjukkan gambaran Swiss-cheese pattern
 Jaringan endometrium dengan stroma padat dengan sel yang
hiperplastik.

4
 Kelenjar biasanya bulat namun dapat pula ireguler dengan
berbagai macam bentuk dan ukurannya, ada pula yang
melebar-kistik.
 Kelenjar dilapisi epitel kuboid atau epitel pseudostratified
kolumner
 Diantara stroma terdapat perdarahan dan nekrosis.
Mikroskopis :

c
• Jaringan endometrium dengan stroma padat.( )
• Kelenjar melebar kistik dilapisi epitel kuboid/toraks ( )
• Kelenjar hiperplasia dilapisi epitel yang berlapis ( )
• Daerah perdarahan dan nekrotik. ( )
BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK UNS

5
6
7
2. EPULIS FIBROMATOSA

A. Gambaran Umum

Epulis adalah suatu istilah topografi yang berarti setiap penonjolan atau
pertumbuhan baru yang terdapat pada ginggiva (gusi) yang bukan
neoplasma.

B. Etiologi :

Epulis fibromatosa merupakan salah satu pembengkakan yang paling


sering pada rongga mulut. Epulis fibromatosa merupakan nodul
fibromatous pada rongga mulut. Nodul fibromatous ini merupakan
pembengkakan pada rongga mulut yang bersifat hiperplastik, berasal
dari proliferasi fibromatosa sebagai respons terhadap iritasi kronis yang
disertai dengan komponen inflamasi.
Terdapat 3 variasi yang hanya dibedakan berdasarkan asalnya, yaitu :
1. Epulis fibromatosa , pada gusi
2. Polip fibromatosa, pada pipi
3. Granuloma akibat geligi tiruan

C. Manifestasi Klinis :
1. Awalnya pada ginggiva timbul benjolan kecil, yang makin lama
makin membesar.
2. Tidak terasa sakit pada penekanan.
3. Kadang-kadang berdarah.

D. Morfologi :
Makroskopis :
 Benjolan pada ginggiva. Bervariasi, ada yang permukaannya
halus dengan bentuk ireguler atau sferis; ada pula yang
berupa benjolan dengan tepi meninggi dan multinoduler.
 Konsistensinya kenyal-padat.
 Warnanya : merah jambu, merah tua sampai merah ungu.

8
9
Mikroskopis :
 Tampak jaringan dilapisi oleh epitel skumous kompleks.
 Di bawah epitel tampak jaringan ikat kolagen yang
proliferatif membentuk bundel-bundel yang tidak teratur
dengan sejumlah fibroblas yang bervariasi.
 Subepitelial sering dengan infiltrasi ringan sel-sel inflamasi
berupa limfosit dan sel plasma.
 Inflamasi dapat lebih berat dan meluas ke dalam jika disertai
ulserasi.
 Dapat mengalami pembentukan osteoid atau jaringan tulang
(Cawson-Odel)
Mikroskopis :

• Lapisan epidermis ginggiva menebal. ( )


• Jaringan ikat kolagen proliferatif ( )
• Limfosit dan sel plasma ( )
BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK UNS

10
11
3. HEMORHOID
(disertai atrofi valvula venosa dan hipertrofi tunika muskularis)

A. Gambaran Umum

 Hemorhoid adalah suatu keadaan di mana plexus venosus


hemorhoidalis mengalami varices (pelebaran permanen
pembuluh darah vena).
 Usia terbanyak saat diagnosis adalah 45-65 tahun, jarang
sebelum usia 30 tahun kecuali pada pasien yang hamil.
 Dilatasi/varises plexus vena daerah anal dan perianal yang
normalnya ada di submukosa.
 Pada umunya terletak di bagian lateral kiri, lateral kanan dan
bagian posterior kanan dari canal anal (posisi arah jam 4, jam 7
dan jam 11 pada posisi litotomi).

Ada 3 macam Hemorhoid:


1. Hemorhoid INTERNA:
Mengenai plexus venosus hemorhoidalis superior dan ditutupi
oleh mukosa rektum,terletak proksimal dari dentate line.
2. Hemorhoid EKSTERNA:
Mengenai plexus venosus hemorhoidalis inferior dan ditutupi
oleh kulit, terletak distal dari dentate line.
3. Hemorhoid campuran/Mixed hemorrhoid : campuran hemorhoid
interna dan eksterna, melintasi dentate line.

12
B. Etiologi
 Idiopatik, faktor herediter memegang peranan.
 Peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat terjadi karena:
 Kehamilan
 Karsinoma rekti
 Leiomioma uteri
 Massa di pelvis lainnya
 Mengejan saat buang air besar
 Konstipasi / obstipasi kronis.
 Diare yang persisten
 Ascites

C. Manifestasi Klinis
 Biasanya menimbulkan gejala yang ringan dan berulang
 Perdarahan perektal yang tidak nyeri, pasien mengetahui adanya
perdarahan ketika melihat ke toilet.
 Nyeri atau rasa tidak nyaman di anus yang disebabkan oleh
thrombosis, strangulatisi atau ulserasi
 Adanya massa yang berulang-ulang menonjol dari anus

D. Morfologi :
Makroskopis :
 Berupa tionjolan yang kadang-kadang keluar dari anus, dengan
ukuran bervariasi.
 Tonjolan dengan basis yang melebar atau pedunctulated,
berwarna merah gelap.
 Teraba halus dan lunak.

13
Mikroskopis :
 Hemorrhoid interna dilapisi oleh epitel transitional, hemorrhoid
eksterna dilapisi oleh epitel skuamous kompleks. Pada
permukaan bisa dijumpai adanya ulserasi
 Tampak pelebaran vena-vena submukosa yang kongestif vena-
vena melebar, atau pelebaran vena pada satu tempat saja,
memanjang dan berkelok-kelok di antara jaringan ikat dengan
sebukan ringan limfosit.
 Dinding vena ada yang menebal dan ada yang tipis. Terlihat pula
proses degenerasi serta jaringan elastis yang digantikan oleh
jaringan pengikat biasa.
 Pada beberapa tempat terlihat hipertrofi tunika muskularis vena
akibat tekanan intraluminal yang meninggi.
 Atrofi valvula venosa.

14
Mikroskopis :

• Epidermis.( )
• Subepidermal : jaringan ikat sembabdengan sebukan ringan limfosit. ( )
• Vena plex.vena hemoroidalis eksterna melebar ( )

BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK UNS

• Mukosa rektum dan kelenjar rektum dilapisi epitel torak. ( )


• Vena plex.vena hemoroidalis interna melebar. ( )

BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK UNS

15
4.
5. POLIP SINONASAL

A. Gambaran Umum

 Umum terjadi, bukan neoplasma, sering kambuh karena


penyebabnya yang masih persisten.
 Mempunyai beberapa subtipe antara lain: angiectatic
(angiomatous), cystic, edematous, fibrous, glandular dan
inflammatory.
 Pada praktikum ini hanya dibahas tipe inflammatory yang
merupakan tipe paling sering dari polip nasi.
 Biasanya usia 30 atau lebih, jarang di bawah usia 20 tahun
 Sering rekuren setelah operasi

16
B. Etiologi
 Rhinitis yang berulang baik rhinitis alergi maupun inflamatori.
 Sering dikaitkan dengan asma, rhinitis kronis dan intoleransi
aspirin.

C. Morfologi
Makroskopis:
 Biasanya multiple dan bilateral serta melibatkan cavum nasi dan
sinus paranasal.
 Massa translucent, edema, kenyal.
 Terdapat bagian tempat penempelan dengan bagian dasar yang
luas.
 Biasanya tidak destruktif.

Mikroskopis:
 Sediaan menunjukkan jaringan dilapisi epitel respiratorium
(pesudokolumner bersilia).
 Stroma sembab, edematous dengan hiperplasia kelenjar mukosa,
disebuk sel-sel radang (limfosit, sel plasma, eosinofil, netrofil)
 Mukosa dapat mengalami ulserasi.

17
BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK UNS

BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK UNS

18
19
MATERI PRAKTIKUM KEDUA

NEOPLASMA
A.Definisi
Neoplasma adalah suatu pertumbuhan abnormal jaringan,
dimana pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasi dengan
jaringan normal, bersifat otonom, tidak fungsional dan merugikan.
Pertumbuhan ini terus berlanjut walaupun rangsangan yang
menimbulkannya telah berhenti.
Neoplasma ada yang jinak dan ganas.

1. NEOPLASMA PRIMER : adalah neoplasma yang primer berasal dari


jaringan itu sendiri.
a. Jaringan epitel kulit/mukosa
- Jinak : Papiloma
- Ganas : Karsinoma , berdiferensiasi : baik , sedang,
buruk, anaplastik
b. Jaringan epitel kelenjar :
- Jinak : Adenoma
- Ganas : Adenokarsinoma
c. Jaringan mesenkhimal :

(1). Lemak : - Jinak : Lipoma


- Ganas : Liposarkoma
(2). Fibrous : -Jinak : Fibroma
- Ganas : Fibrosarkoma
(3).Otot polos:- Jinak : Leiomioma/ Mioma
- Ganas : Leiomiosarkoma/ Miosarkoma

2. NEOPLASMA SEKUNDER : adalah tumor yang berasal dari


penyebaran neoplasma yang primernya berasal dari tempat lain,
misalnya :

20
- Metastase Adenokarsinoma mammae pada Kelenjar Limfe , ini
berarti :
tumor primernya adalah Adenokarsinoma mammae, sedangkan
tumor sekunder adalah metastasenya pada kelenjar limfe.
3. NEOPLASMA /TUMOR CAMPUR : adalah neoplasma yang
berasal dari satu lapis benih namun memberikan gambaran struktur
jaringan yang bervariasi, misalnya :
- Pleomorfik adenoma parotis

4. TERATOMA : adalah neoplasma yang berasal dari dua atau lebih


komponen lapis benih (ektoderm, mesoderm, endoderm). Menurut
maturitasnya dibedakan teratoma matur dan imatur. Sebagai contoh
teratoma matur :
- Teratoma testis

B.Nomenklatur:
1. NEOPLASMA JINAK
Tumor jinak secara umum disebut dengan penambahan akhiran-oma
kepada asalsel tumor.Tumor-tumor dari jaringan mesenkimal biasanya
mengikutiaturanini:
Fibroma tumor jinak yang berasal dari sel fibroblast
Khondroma tumor dari jaringan kartilago
Osteoma tumor dari sel osteoblasts

Nomenklatur tumor-tumor jinakjaringan epitellebihkompleks.Tumor-


tumor jinak jaringan epitel diklasifikasikan berdasarkan:
1. Asal sel
2. Gambaran mikroskopik
3. Gambaran makroskopik

21
Sebagai contoh :
 Adenoma merupakan istilah untuk neoplasma jinak yang
membentuk gambaran kelenjar maupun untuk tumor yang berasal dari
kelenjar walaupun tidak menunjukkan gambaran kelenjar.
 Papiloma merupakan istilah untuk tumor yang menunjukkan
gambaran mikroskopik atau makroskopik seperti tonjolan jari atau
kutil dari permukaan tumor.
 Cystadenoma merupakan istilah untuk neoplasma ovarium yang
membentuk massa kista yang besar.
 Papillary cystadenoma merupakan istilah bagi neoplasma yang
menghasilkan pola papiler yang menonjol ke dalam ruang kista.
 Polip merupakan istilah bagi neoplasma jinak yang menunjukkan
gambaran makroskopis berupa tonjolan di atas permukaan
mukosa misalnya pada lumen lambung maupun kolon.

2. NEOPLASMA GANAS
Nomenklatur neoplasma ganas pada dasarnya mengikuti skema yang
digunakan untuk neoplasama jinak, dengan beberapa tambahan.
 Neoplasma ganas dari jaringan mesenkimal biasanya disebut
dengan sarkoma.
 Neoplasma ganas dari jaringan epitel, yang berasal dari lapisan
germinal apapun disebut karsinoma. Karsinoma dapat
diklasifikasikan lebih lanjut menjadi:
o Adenokarsinoma, apabila secara mikroskopik
menunjukkan gambaran pertumbuhan seperti kelenjar.
o Skuamous sel karsinoma, apabila menunjukkan
gambaran skuamous sel yang berasal dari jaringan epitel.
o Untuk neoplasma ganas dari jarigan epitel ini sedapat
mungkin menyebutkan organ asal tumor seperti : renal
cell adenocarcinoma, bronchogenic squamous cell
carcinoma, dll
 Neoplasma ganas yang berasal dari diferensiasi yang berbeda dari
satu jenis sel parenkim menjadi beberapa jaringan yang berbeda
22
disebut dengan tumor campur atau mixed tumor, contoh dari
tumor ini adalah tumor campur kelenjar parotis dimana tumor
terdiri dari komponen jaringan epitel yang tersebar pada stroma
miksoid yang terkadang mengandung pulau-pulau jaringan
kartilago maupun tulang.
 Neoplasma yang tersusun dari sel parenkim yang bervariasi yang
mewakili lebih dari satu sel germinal (biasanya tiga lapis sel ger-
minal) disebut dengan teratoma. Tumor iniberasal dari totipotent,
contoh dari tumor ini adalah teratoma kistik ovarium (dermoid
cyst).Tumor ini berasal dari sel tutipotent, yang berdeferensiasi dari
berbagai macam lapisal sel germinal sehingga dapat
menghasilkan jaringan kulit, otot, lemak, usus, epitel dan gigi.
Pengecualian dari nomenklatur neoplasma ganas adalah sebagai berikut:
Karsinoma dari sel melanosit disebut melanoma
Karsinoma dari jaringan testis disebut seminoma
Karsinoma dari jaringan hepar disebut hepatoma

Tabel Nomenklatur Neoplasma


I. Tumor yang terdiri dari satu jenis sel parenkim

23
24
II. Tumor yang terdiridari lebih dari satu jenis sel neoplasma = Tumor
campur, yang biasanya berasal satu lapis sel benih/germinal.

III. Tumor yang terdiridari lebih dari satu jenis sel neoplasma =Teratoma,
yang biasanya berasal dari lebih dari satu lapis sel benih/germinal.

25
A. NEOPLASMA EPITELIAL KELENJAR

5. FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)

Gambaran Umum:

 Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang bifasik terdiri dari


komponen epithelial dan stromal, namun hanya komponen
stromal yang merupakan klon yang bersifat neoplastik
 Epidemiologi : merupakan neoplasma jinak terbanyak pada
payudara wanita. Paling banyak terjadi pada wanita usia dibawah
30 tahun dengan lokasi terbanyak pada kuadran lateral.
 Pada umumnya berupa massa tunggal, berbatas tegas dan mobile.
 Proses terjadinya fibroadenoma berkaitan dengan peningkatan
estrogen baik yang bersifat absolut maupun relatif.
 Fibroadenoma dapat membesar pada akhir siklus mentruasi, dan
selama kehamilan.
 Fibroadenoma dapat mengalami regresi dan kalsifikasi setelah
menopause.
 Berkaitan dengan peningkatan ringan resiko terjadinya karsinoma
terutama pada FAM dengan hiperplasia duktus atau riwayat
keluarga menderita karsinoma mammae.

Morfologi :
1. Makroskopis :
 Tumor bersimpai tipis, penampang berwarna putih keabu-abuan,
permukaan licin.
 Diameter tumor umumnya 2 – 6 cm, jika lebih dari 8cm maka
disebut ‘giant fibroadenoma mammae’
 Berkas yang berasal dari jaringan ikat, berwarna putih.
Komponen yang berasal dari epitel kelenjar tampak bagian yang
menonjol, berwarna kuning jernih.
 Konsistensi kenyal-padat, tidak rapuh.
 Multifocal pada 20 % kasus.

26
2. Mikroskopis :
 Menunjukkan tumor dengan komponen epithelial dan komponen
mesenkhimal berupa proliferasi kelenjar dan stroma jaringan ikat.
 Hiperplasia epitel kelenjar yang dapat membentuk struktur
papiler ke dalam lumen. Kelenjar dilapisi epitel kuboid atau
kolumner rendah dengan sel-sel myoepitel di sekitarnya Tidak
menunjukkan adanya sel yang atipik.
 Bagian yang berasal dari jaringan ikat yang berupa proliferasi
fibroblas dan serabut kolagen, dengan background miksomatous
disekitar bagian yang berasal dari epitel kelenjar.
 Histologis terdapat 2 gambaran :
-Fibroadenoma perikanalikuler
pertumbuhan yang berasal dari epitel kelenjar lebih dominan,
sehingga tampak gambaran sarang tumor membentuk kelenjar-
kelenjar berbentuk bulat,tubuler atau lonjong yang dilapisi
epitel selapis atau beberapa lapis, dikelilingi pertumbuhan yang
berasal dari jaringan ikat.
- Fibroadenoma intrakanalikuler
pertumbuhan yang berasal dari jaringan ikat lebih dominan,
sehingga komponen yang berasal dari epitel kelenjar tampak
merupakan sarang-sarang sel tumor yang tersusun memanjang
atau tidak beraturan, kelenjar-kelenjar berbentuk pipih dengan
lumen kelenjar sempit atau tidak ada sama sekali.
 Dapat dijumpai adanya metaplasia apokrin, perubahan miksoid,
sclerosing adenosis, epithelial hiperplasia ataupun perubahan
fibrokistik lainnya.

27
28
KANKER PAYUDARA

Gambaran Umum
 Kanker payudara, berdasarkan data Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, menempati urutan
pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di
Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%).
 Faktor resiko
- Umur: resiko meningkat dengan meningkatnya
umur, terutama setelah menopause, mencapai
puncak pada usia sekitar 80 tahun; 75% wanita
dengan kanker payudara berusia diatas 50 tahun,
dan hanya 5 % berusia kurang dari 40 tahun.
- Ras : angka kejadian tertinggi kank er payudara
adalah pada wanita kulit putih non-Hispanik.
- Paparan estrogen eksogen dalam waktu yang lama
setelah menopause, seperti pada terapi sulih
hormone.
- Radiasi ionisasi pada dada pada wanita sebelum
berumur 30 tahun.
- Obesitas
- Alkohol
- Diet tinggi lemak

Etiologi
Peneyebab kanker payudara masih belum sepenuhnya
dimengerti. Namun, ada baberapa faktor yang penting bagi
karsinogenesis kanker payudara yaitu:
1. Perubahan genetik
Beberapa perubahan gen yang terlibat antara lain:
overekspresiproto-onkogen HER2/NEU (30% kasus), amplifikasi
RAS dan MYC, mutasi RB dan TP53, serta inaktivasi reseptor
estrogen melalui promoter hypermethylation.
2. Pengaruh hormonal
29
Kelebihan estrogen endogen atau ketidakseimbangan hormonal
jelas mempunyai peran yang signifikan. Banyak faktor resiko
yang melibatkan peningkatan paparan estrogen tanpa diimbangi
dengan paparan progesteron misalnya masa reproduksi yang
panjang, nulipara dan usia yang sudah tua pada saat melahirkan
anak pertama.Estrogen menstimulasi produksi growth factor
(TGF-α,PDGF, FGF dll) yang mendukung pertumbuhan tumor.
3. Pengaruh lingkungan
Pengaruh lingkungan ditunjukkan dari variasi angka kejadian
pada kelompok yang homogen secara genetik serta adanya
perbedaan prevalensi berdasarkan letak geografisnya.

Lokasi yang paling sering dari tumor pada payudara adalah


kuadran lateral atas (50%) diikuti dengan bagian sentral (20%).
Sekitar 4% wanita dengan kanker payudara mempunyai tumor
primer bilateral atau lesi yang berurutan pada payudara yang
sama.
Kanker payudara diklasifikasikan berdasarkan penetrasinya
terhadap membrana basalis. Kanker yang belum menembus
membrana basalis disebut sebagai karsinoma insitu (karsinoma
non infiltratif) sedangkan yang telah menembus membrana
basalis disebut karsinoma invasif atau infiltratif.

Karsinoma Noninvasif (in situ)


Kanker payudara non-invasif terdiri dari 2 tipe: (Ductal
Carcinoma In Situ (DCIS) dan Lobular Carcinoma In Situ
(LCIS). Hasil pemeriksaan morfologi menunjukkan bahwa kedua
tipe berasal dari sel pada terminal duct lobular unit (TDLU).
DCIS cenderung untuk memenuhi dan mendistorsi ruangan
seperti kelenjar, sebaliknya LCIS biasanya meluas tapi tidak
mempengaruhi acinus dari lobules-lobulus payudara. Keduanya
dibatasi oleh sebuah membrana basalis dan tidak menginvasi
stroma atau saluran limfovaskuler.

30
Pada praktikum ini hanya dibahas Ductal Carcinoma In Situ
(DCIS)

6. DUCTAL CARCINOMA IN SITU (DCIS)/ KARSINOMA


DUKTAL NON INVASIF

A. Gambaran Umum

 Neoplasma dengan gambaran maligna dan fenotip duktal,


tapi terbatas dalam ruangan dibatasi oleh sel myoepitel dan
membrana basalis.
 Mempunyai tendensi yang bervariasi untuk berkembang
menjadi karsinoma tergantung dari nuclear grade.
 Merupakan 15-30% dari karsinoma payudara.
 Umur rata-rata 50-59 tahun.

B. Manifestasi Klinis:
 90% didiagnosis ketika secara klinis masih belum jelas
(occult) karena hasil mamografi menunjukkan
mikrokalsifikasi (75% kasus), kepadatan jaringan ikat
(10%) maupun keduanya.
 Peningkatan resiko relatif menjadi invasif karsinoma 8-10 x
dibanding populasi umum.

C. Morfologi

Makroskopis:

- Biasanya tidak didapat massa secara makroskopik, namun Ductal


Carcinoma In Situ (DCIS) derajat tinggi dapat berupa massa
kenyal seperti berpasir (gritty mass) dengan area bulat, lebih
pucat yaitu area komedo nekrosis yang multiple.
- Karena massa tidak jelas sulit untuk melakukan pengukuran
secara akurat.

31
Mikroskopis:

- Sediaan menunjukkan tumor epithelial yang tersusun bervariasi


sering campuran antara bentuk solid, cribriform, komedo,
papiller dan mikrokapiler. Sel-sel tergantung dari gradenya. Pada
low grade (grade I): sel-sel monoton berbentuk bulat, didapat
sedikit peningkatan rasio N/C, intik bulat, kecil, monomorf,
kromatin halus, anak inti tidak tampak jelas, jarang/tidak didapat
mitosis. Pada high grade (grade III): inti besar (2.5x ukuran
normal) pleomorfik, tepi ireguler, kromatin kasar, anak inti
prominen, sering didapat mitosis. Pada intermediate grade (grade
II): antara gambaran antara high grade dan low grade.
- Didapatkan daerah nekrosis.
- Pada subtipe komedo karekteristik ditemukan sel-sel dengan
nuclear grade yang tinggi serta daerah nekrosis sentral yang
dominan.

32
7. INVASIVE DUCTAL CARCINOMA

A. Gambaran Umum
 Invasive ductal carcinoma adalah istilah yang digunakan untuk
semua karsinoma yang tidak bisa di subklasifikasikan menjadi
satu dari tipe khusus (Invasive lobular carcinoma, Inflammatory
carcinoma, Medullary carcinoma, Colloid (mucinous) carcinoma
dan Tubular carcinomas)
 Mayoritas kanker payudara (70% sampai 80%) termasuk ke
dalam grup ini.
 Tipe kanker ini berkaitan dengan DCIS dan terkadang LCIS.
 Berasal dari terminal duct lobular unit (TDLU) bukan epitel
duktus sehingga nomenklatur tidak sepenuhnya akurat
 Disebut juga invasive carcinoma (Klasifikasi WHO tahun 2013)

33
B. Morfologi

Makroskopis:

 Massa kenyal, batas tidak jelas, dapat dibedakan dengan jelas


dari jaringan sekitar, konsistensi sebagian keras seperti kartilago,
didapatkan grating sound apabila digores, didapatkan garis-garis
putih seperti kapur (streaks of chalky) yang mempenetrasi stroma
di sekitarnya, didapatkan bagian kalsifikasi.
 Tumor yang besar dapt dijumpai daerah perdarahan, nekrosis dan
degenerasi kistik.
 Dapat terfiksasi ke dinding dada dan menyebabkan kulit
berkerut dan retraksi papilla mammae.

Mikroskopis:

 Sediaan menunjukkan tumor epithelial yang tersusun tubuler,


solid, infiltratif ke stroma dan jaringan ikat.
 Sel-sel atipi, polimorfi, sitoplasma sedikit, inti bulat, oval,
kromatin kasar, sebagian hiperkromasi, sebagian dengan anak
inti prominen.
 Mitosis banyak ditemukan.
34
 Stroma desmoplastik, didapatkan daerah-daerah nekrosis dan
kalsifikasi.

35
36
NEOPLASMA EPITELIAL NON KELENJAR

8. PAPILOMA

A. Gambaran Umum
 Merupakan neoplasma epithelial jinak yang umum
terjadi.
 Papiloma adalah suatu bentuk neoplasma jinak yang
menonjol dari permukaan kulit atau mukosa, tonjolannya
papiler dan berbentuk seperti jari.
 50% papilloma berkaitan dengan infeksi human
papilloma virus (HPV 6 and 11); yang lainnya merupakan
reaktif hiperplasia epitel

B. Gambaran Klinis:
Neoplasma ini dapat tumbuh di berbagai tempat, pada kulit
tubuh, duktus kelenjar payudara, genetalia, kandung empedu,
mukosa mulut, laring, dll.

C. Morfologi :

Makroskopis :
 Merupakan nodula memanjang dengan diameter bervariasi dari
beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter.
 Berwarna kemerahan bila banyak mengandung pembuluh
darah,atau sesuai dengan warna jaringan sekitarnya.
 Konsistensi kenyal, umumnya tidak memberikan keluhan nyeri
pada penekanan.
 Papiloma yang tumbuh pada cerviks uteri dan duktus payudara,
sering memberikan keluhan kontak berdarah (contact bleeding)
dan keluarnya cairan hemoragis.

37
38
Mikroskopis :
 Lapisan luar terdiri atas lapisan kulit (epitel gepeng berlapis) atau
epitel mukosa (torak berlapis) yang hiperplastis dan tumbuh
papilomatous.
 Jaringan subepitelial terdiri atas jaringan ikat longgar dan
sembab, mengandung pembuluh kapiler dan bila terjadi reaksi
radang dijumpai sebukan sel-sel radang.

MIKROSKOPIS :

• Epidermis menebal(hiperplasi),tumbuh papilomatous ( )


• Subepitelial sembab ( )
• Kapiler darah ( )
• Sel-sel radang ( )
BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK UNS

39
40
9. KARSINOMA SEL SKUAMOSA

A. Gambaran Umum:
 Sinonim: - Epidermoid karsinoma
- Prickle cell karsinoma
- Squamous cell karsinoma
- Karsinoma planocellulare
 Karsinoma sel skuamosa yaitu suatu tumor ganas yang berasal
dari sel keratinosit di lapisan epidermis.
 Karsinoma ini merupakan karsinoma yang paling sering terjadi
akibat paparan sinar matahari pada pasien usia lanjut.

B. Faktor resiko:
 Sinar UV/ radiasi ionisasi
 Luka bakar
 Ulkus kronis
 Actinic keratosis (lesi prekursor)
 Albinisme
 Hidradenitis suppurativa
 Immunosupresi (post-transplantasi atau HIV)
 Osteomyelitis-draining sinuses
 Terapi menggunakan PUVA pada psoriasis
 Tars/oils
 Xeroderma pigmentosa

C. Manifestasi Klinis :
 Biasanya laki-laki.
 Sangat jarang pada orang yang berkulit hitam.
 Tumbuh lambat, invasif lokal, jarang metastasis di luar
limfonodi
 Adanya ulserasi yang tidak sembuh walaupun sudah diobati
dengan baik, pada perabaan keras dan mudah berdarah.

41
 Bila belum ada ulserasi, bentuknya seperti bunga kol.
 Paling sering terjadi pada usia 40-60 tahun.
 Tumor menyebar secara limfogen, limfonodi positif pada saat
diagnosis (5% kasus)
 Lokasi tersering pada tungkai bawah, bibir, anus, vulva, dan
penis.

D. Morfologi :
Makroskopis :
 Sering berupa suatu plak berwarna putih (leukoplakia)
 Pada permulaan dapat berupa benjolan, bila lanjut lesi berbentuk
ulkus dengan penampang beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter dengan tepi yang menonjol dan konsistensinya
kenyal-padat.
 Permukaan berbenjol-benjol seperti bunga kol.
 Pada bagian lain konsistensinya rapuh sehingga mudah berdarah.

42
Mikroskopis :
 Epidermis menebal dengan polarisasi jelek didapatkan atipia
pada semua level epidermis.
 Epitel tumbuh ke dalam (endofitik), atau keluar (eksofitik).
 Terdapat sarang-sarang yang disebut mutiara tanduk (HORN-
PEARL atau CELL NEST atau EPITHELIAL LAYER) yang terdiri
atas :
o Sel-sel basofil di bagian luar, makin ke dalam makin
jernih.
o Di tengah ada substansia merah yang susunannya
konsentris.
 Di sekitarnya tampak sel-sel tumor bentuk poligonal
mengelompok dan polimorf, sitoplasma sedikit, inti sel bulat,
oval, besar-besar, kromatin kasar, hiperkromasi, sebagian dengan
anak inti terlihat jelas dan banyak mitosis patologis.

43
 Di stroma sekitarnya terdapat sel-sel radang baik leukosit
maupun limfosit.

Berdasarkan derajat diferensiasinya dapat dibagi menjadi


diferensiasi baik (dengan mutiara tanduk/kornifikasi) dan
diferensiasi buruk (tanpa kornifikasi). 80% kasus berdeferensi
baik didapatkan mutiara tanduk dan intercellular bridges.
Kornifikasi berarti terdapat keratinisasi (pembentukan keratin)
yang menunjukkan adanya diferensiasi yang tinggi dari sel
tumor. Tingkat diferensiasi menunjukkan derajat persamaan sel
tumor dengan sel normal asalnya, yang dapat meliputi persamaan
struktur/morfologi dan fungsi sel, sehingga keratinisasi pada
karsinoma epidermoid menunjukkan tingkat diferensiasi fungsi
yang baik. Pada tingkat diferensiasi fungsi yang buruk, maka
karsinoma epidermoid berdiferensiasi baik tidak disertai dengan
kornifikasi.

KARSINOMA EPIDERMOID DIFERENSIASI BAIK

44
KARSINOMA EPIDERMOID TAK TERDIFERENSIASI

45
46
TUMOR CAMPUR (MIXED TUMOR)

10. TUMOR CAMPUR KELENJAR PAROTIS

A. Gambaran Umum:
 Sinonim : - Pleomorphic adenoma
- Mixedtumor glandula parotis
-Benign mixed tumor
 Merupakan tumor paling sering pada kelenjar saliva
 Tumor terdiri dari populasi bifasik sel epithelial dan
mesenkhimal.
 Tumor ini tidak termasuk dalam golongan teratoma,
karena tumor ini hanya berasal dari satu macam lapisan
germinativum, yaitu berasal dari epitel kelenjar dan
myoepitelial yang keduanya merupakan derivat
EKTODERM.
 Disebut mixed tumor karena pleomorphic adenoma
terdiri atas lebih dari satu macam/tipe sel neoplastik dan
berasal dari satu macam lapis benih, yaitu dari derivat
ektoderm.

B. Manifestasi Klinis :
 Sering pada wanita pada usia 30 tahun, namun bisa terjadi pada
semua usia.
 Tumor ini biasanya terjadi pada kelenjar parotis (90%), 10% di
kelenjar submandibula, jarang terjadi di kelenjar sublingual.
dapat palatum molle dan mukosa rongga mulut.
 Biasanya tumbuh lambat, tidak nyeri, terdapat pada orang dewasa
muda atau umur pertengahan.
 Tumor ini keras, berbenjol-benjol dan menimbulkan tonjolan di
bawah anak telinga.
 Biasanya tidak ganas, tetapi bila pada operasi pengangkatannya
tidak sempurna, dapat residif dan menjadi ganas, yaitu:
 Mengadakan destruksi dan invasi pada saraf
47
 Tidak berkapsul lagi.
 Ada rasa nyeri akibat invasi pada saraf (merupakan gejala
terpenting).
 Faktor resiko transformasi maligna: lokasi di submandibula, usia
tua, ukuran besar, didapat hialinisasi yang prominen, peningkatan
jumlah mitosis, paparan radiasi.

C. Morfologi :
Makroskopis :
 Berbatas tegas, berkapsul, namun sering tidak terbentuk
sempurna.
 Permukaan irisan abu-abu putih dengan daerah-daerah yang
myxoid, lunak, tetapi kadang-kadang keras berwarna biru
transculent yang merupakan chondroid area bercampur dengan
ruang-ruang kistik.
 Penjuluran kapsul ke dalam tumor memberi gambaran lobulasi.

48
Mikroskopis :
 Sediaan menunjukkan tumor dengan populasi bifasik sel
epithelial dan sel mesenkhimal.
 Sel-sel epithelial merupakan epitel kolumner/kuboid membentuk
sarang-sarang solid dan bangunan kelenjar, kadang-kadang
skuamous, sitoplasma cukup, inti bulat, oval, besar dan
hiperkromatis. Didapatkan pula sel myoepitel pada basal layer
kelenjar.
 Sel mesenkhimal berupa stroma yang terdiri dari jaringan ikat
fibrosa berasal dari kapsul. Pada tempat-tempat tertentu terjadi
degenerasi hialin, degenerasi myxomatosa, kondroid dan jaringan
lemak serta osifikasi (sangat jarang). Sering didapatkan musin.
 Tidak didapat gambaran mitosis dan nekrosis.

49
Mikroskopis :

• Kelompok sel-sel epitel,di antaranya ada tersusun seperti kelenjar dan berisi
sekret eosinofil.( )
• Daerah myxomatous yang mengandung sel-sel bintang/stellate.( )
• Substansia seperti tulang rawan muda.( )
• Stroma terdiri dari jaringan ikat fibrous dan tidak ada tanda-tanda ganas.( )
BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK UNS

BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK UNS

50
51
TERATOMA

11. TERATOMA TESTIS

A. Gambaran Umum
 Merupakan 5% dari tumor sel germinal
 Tumor terdiri dari sel yang berasal dari 2 atau 3 lapis lapisan
germinal.
 Teratoma testis adalah tumor testis yang terdiri atas berbagai
jaringan yang berasal dari lebih satu macam lapis benih,
misalnya dari :
 - ENDODERM : sebagai ruang tubulair yang dibatasi
oleh sel-sel kolumner/torak.
 - MESODERM : kartilago, tulang, otot polos, otot seran
lintang, lemak dan jaringan limfoid.
 - EKTODERM : kulit dan adneksanya, berupa epitel
gepeng berlapis, folikel rambut, rambut, kelenjar sebasea
dan sebum.
 Teratoma testis ada yang solid, kistik ataupun solid
dengan degenerasi kistik. Berdasarkan maturitasnya :
* teratoma matur : biasanya tidak ganas
* teratoma imatur : Biasanya berpotensi ganas

Pada anak-anak
 Biasanya berusia 3 tahun atau kurang
 Tumor testis paling sering kedua setelah tumor yolk sac
 Biasanya tipe murni
 Tidak berkaitan dengan neoplasma sel germinal
intratubuler
 Tidak perlu dilakukan diseksi limfonodi karena hampir
tidak pernah metastasis.
 Berkaitan dengan Down syndrome, Klinefelter syndrome,
xeroderma pigmentosa, spina bifida dan hemihypertrophy
52
Pada dewasa

 Dianggap mempunyai perilaku ganas tanpa memandang


tumor diferensiasi.
 Jarang, biasanya campuran (mixed), 2-3% adalah tipe
murni
 Mengalami rekurensi sebagai teratoma (14%) atau
embryonal carcinoma (18%)

B. Morfologi :
Makroskopis :
 Biasanya masih terletak didalam tunika albugenia
 Tumor dapat berukuran sangat besar dan menyebuk ke jaringan
sekitarnya
 Permukaan irisan biasanya tampak bentukan kistik yang berbeda-
beda ukurannya, kadang-kadang tidak ada.
 Berwarna putih keabu-abuan.

Mikroskopis :
 Struktur normal testis sudah tidak tampak lagi.
 Seluruh jaringan testis terisi oleh jaringan mesenkhimal yang
pada beberapa tempat terlihat adanya :
o struktur tubuler dilapisi epitel torak
o bentukan kista
o jaringan ikat
o kartilago
 Tidak didapatkan tanda-tanda ganas.

53
54
Teratoma dapat dibagi menjadi:

1. Mature teratomas:

 Didapatkan campuran jaringan yang berasal dari elemen


ectoderm, mesoderm dan endoderm
 Teraatoma testis yang terjadi setelah pubertas dianggap ganas.

2. Immature teratomas:

 Biasanya pada dewasa, biasanya sebagai suatu neuroepithelium,


mempunyai focus menyerupai struktur fetal atau embrionik,
bisaanya tanpa sel yang atipik; bagian yang imatur termasuk
primitive neuroectoderm, imatur cartilago, neuroblasts, jaringan
mesenchymal yang longgar, struktur kelenjar primitif.

3. Teratoma with malignant transformation:

 Terdapat fokus malignansi yang berasal dari tipe somatik


misalnya karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma dan sarcoma.

SITOLOGI
12. PAP SMEAR

A. Gambaran Umum

- Sejarah: Papanicolaou test disingkat Pap test/Pap smear merupakan


metode skrining untuk mendeteksi proses yang berpotensi menjadi
lesi pre-kanker maupun kanker di canalis servikalis (transformation
zone). Pemeriksaan ini dirancang oleh George N. Papanicolaou,
seorang ahli anatomi. Pada tahun 1928 Papanicolaou melaporkan
bahwa sel-sel ganas dari serviks dapat diidentifikasi pada smear va-
55
gina. Papaniculou berkolaborasi dengan ahli ginekologis Herbert
Traut (yang menyediakan banyak sampel) mempublikasikan
deskripsi yang detail mengenai lesi preinvasif pad serviks.

Wanita yang direkomendasikan untuk melakukan pap smear menurut


The American Cancer Society (ACS) :

- Pap smear seharusnya dimulai kira-kira 3 tahun setelah seorang


wanita mulai melakukan hubungan seksual, tapi tidak lebih dari usia
21 tahun
- Sampai usia 30 tahun, pap smear harus dilakukan setiap tahun pada
pap smear konvensional atau setiap 2 tahun pada liquid- based Pap
smear.
- Pada usia 30 tahun atau lebih, seorang wanita yang hasil pap
smearnya 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil normal dapat
melakukan pap smear setiap 2-3 tahun (baik konvensional maupun
liquid based) atau setiap 3 tahun ditambah tes HPV.

- Seorang wanita berusia 70 tahun atau lebih yang hasil pap smearnya
3 kali atau lebih menunjukkan hasil normal dan tidak ada hasil yang
abnormal pada 10 tahun sebelumnya dapat berhenti melakukan pap
smear.

- Seorang wanita yang telah menjalanai total hysterectomy dapat


memilih untuk berhenti melakukan pap smear (kecuali wanita
dengan riwayat CIN 2, CIN 3, kanker serviks atau paparan di-
ethylstilbestrol [DES] pada saat masih di dalam kandungan).

Sampel pap smear yang optimal harus meliputi sel-sel dari ektoserviks
dan endoserviks.

Pada beberapa penelitian yang tidak bias menunjukkan rata-rata


sensitivitas pap smear sebesar 47% (berkisar 30% sampai 80%), dan
rata-rata spesifitasnya sebesar 95% (berkisar 86% sampai 100%).

56
B. Morfologi

Sel-sel normal yang terlihat pada sediaan pap smear antara lain:

1. Sel-sel dari ektoservik (portio serviks) berupa sel skuamous.


a. Sel superficial
b. Sel Intermediate
c. Sel Parabasal dan sel basal
d. Sel skuamous yang tidak berinti

2. Sel-sel dari endoserviks.


Sel-sel endoserviks berupa sel kolumner: secretory, ciliated,
intercalated.

3. Sel dari transformation zone (TZ).

Gambar hubungan antara jaringan serviks dengan sel-sel yang ditemukan


pada pap smear.

57
Struktur ektoserviks:

CT=connective tissue, BM=basement membrane, L1=basal cells (1


layer), L2=parabasal cells (2 layers), L3=intermediate cells (around 8
layers), L4=superficial cells (5 or 6 layers) and L5=exfoliating cells.

Sel skuamous superfisial


- Sel ini dilepaskan dari epitel skuamous yang matur yang telah
berkembang mencapai ketebalan penuh di bawah pengaruh
estrogen.
- Sel-sel berbentuk poligonal, tercat merah muda dengan
pengecatan Papanicolau, tepi sel bersudut, diameter 40-60 um.
- Nukleus mengkerut, hiperkromatis serta piknotik.

Sel skuamous intermediate


- Sel ini dilepaskan dari permukaan sel epitel yang semi matur
yang menunjukkan hilangnya respon terhadap estrogen atau efek
dari progesterone dan umumnya sering terlihat pada tahap akhir
siklus menstruasi.
- Sel-sel berbentuk poligonal, mempunyai rasio N/C yang rendah,
diameter 30-60 um, mengandung glikogen.
- Tercat biru/hijau dengan pengecatan Papanicolaou.
- Mempunyai inti yang bulat atau oval dengan batas yang jelas
(seukuran netrofil).

Sel parabasal dan basal


- Terlihat pada kondisi tidak adanya estrogen maupun progesteron.
- Sel parabasal dan basal umunya ditemukan pada smear pada
pasien pre pubertas, post menopause dan post partum.
- Sel ukuran kecil diameter 15-20 um, kadang-kadang dalam
bentuk lembaran dengan susunan syncytial dengan inti vesikuler.
- Tercat biru, mengandung nukleus dengan granula yang regular.
- Sel yang terlepas secara spontan terlihat bulat, yang terlepas
karena diambil menggunakan spatula terlihat sebagai lembaran
atau mempunyai tonjolan sitoplasma.

58
- Sel-sel intermediate dan superfisial merupakan sel dengan
prosentase terbanyak yang ditemukan selama masa reproduksi.

Sel kolumner endoserviks


- Sel-sel ini dapat terlihat sebagai lembaran seperti sarang tawon,
berukuran kecil dan polygonal.
- Sel sekretori adalah yang paling banyak teramati.
- Sel bersilia terlihat lebih jarang.

Sel yang berasal dari transformation zone (TZ)


- Kebanyakan prekanker bersal dari area transformation zone (TZ)
sehingga sangat penting untuk memperoleh sampel dari area ini.
- Transformation zone (TZ) adalah area metaplasia skuamosa di
sekitar serviks yang berasal dari perubahan seluler yang terjadi
setelah eversi epitel kolumner endoserviks menjadi permukaan
ektoserviks.
- Metaplasia terjadi apabila sel-sel endoserviks terpapar
lingkungan yang asam pada vagina bagian atas.
- Selama proses metaplasia, sel-sel menjadi lebih rentan terhadap
infeksi HPV dan dapat terjadi perubahan premalignant.

Sel-sel dengan metaplasia skuamosa:


- Sel metaplastik yang imatur menunjukkan inti dan sitoplasma
dengan gambaran sel kolumner dan skuamous.
- Sel metaplastik yang matur mempunyai ukuran sebesar sel
parabasal dan sel intermediate awal dan mempunyai tonjolan
sitoplasma (ekor), sitoplasma sianofilik dengan inti vesikuler dan
nukleoli dengan berbagai ukuran.

Sel-sel lain/ sel-sel non neoplastik:


- Endometrial cells: dapat dibagi menjadi 3 tipe: secretory, ciliated
dan intercalated, sel-sel kecil umumnya 1/2 sampai 2/3 ukuran
sel endoserviks.
- Spermatozoa
- Inflammatory cells (limfosit, lekosit pmn, histiosit) dan eritosit

59
Pada praktikum ini hanya akan dibahas pap smear dengan hasil :
Papanicolaou : Kelas I radang ringan non spesifik, Bethesda system :
Negative for Intraepithelial Lession or Malignancy (NILM)
Radang dapat berupa radang non spesifik maupun radang spesifik,
disebut radang spesifik apabila ditemukan organisme yang spesifik
seperti: Trichomonas vaginalis, Mycosis: Candida, Vaginal bacteriosis,
Actinomyces, Herpes dan Parasit
Mikroskopis:
- Sediaan sitologi menunjukkan sel-sel superfisial, intermediate,
parabasal basal, dan endoserviks dalam jumlah cukup.
- Latar belakang: eritosit, lekosit PMN dominan, limfosit
- Tidak didapatkan sel ganas

60
61
REFERENSI

1. Cawson RA, Odell EW, 1995. Colour Guide Oral Pathology. 2nd ed.
London: Churchill Livingstone

2. Cibas ES. Barbara SD, 2009. Cytology : diagnostic principles and


clinical correlates. 3rd ed.Philadelphia: Elsevier Saunders

3. Kumar V, Abbas AK, Aster JC, 2013. Robbins basic pathology. 9th
ed, Philadelphia: Elsevier Saunders

4. Lakhani SR, Ellis IO, Scnitt SJ, Tan PH, van de Vijver MJ,2012.
WHO Classification of Tumours of the Breast. 4 th ed. Lyon: IARC

5. Rosai J., 2011. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology, 10th ed.
Mosby Elsevier

62
LEMBAR
LAPORAN PRAKTIKUM
BLOK IX NEOPLASMA

NAMA : …………………………………

NIM : …………………………………

KELOMPOK : …………………………………

63
BAGIAN PATOLOGI ANATOMI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM I

PA IX. 1. HIPERPLASIA ENDOMETRIUM TIPE KISTIK

Keterangan gambar :

64
PA IX. 2. HIPERPLASIA PROSTAT BENIGNA
dengan Metaplasia skuamosa

Keterangan gambar :

65
PA IX. 3. EPULIS FIBROMATOSA

Keterangan gambar :

66
PA IX. 4. HEMORRHOID
(disertai atrofi valvula venosa dan hipertrofi tunika muskularis)

Keterangan gambar :

67
A. NEOPLASMA EPITELIAL KELENJAR
JINAK : PA IX.5. FIBROADENOMA MAMMAE

Keterangan gambar :

68
GANAS : PA IX.6. ADENOKARSINOMA DUKTUS MAMMAE
NON INVASIF

Keterangan gambar :

69
GANAS : PA IX.7. ADENOKARSINOMA DUKTUS MAMMAE
INVASIF

Keterangan gambar :

70
LAPORAN PRAKTIKUM II

B.NEOPLASMA EPITELIAL NON KELENJAR


JINAK : PA IX.8. PAPILOMA

Keterangan gambar :

71
PA IX.9.a. KARSINOMA EPIDERMOID dengan KORNIFIKASI

Keterangan gambar :

72
PA IX.9.b. KARSINOMA EPIDERMOID NONKORNIFIKASI

Keterangan gambar :

73
C. TUMOR CAMPUR :
PA IX.10. PLEOMORFIK ADENOMA PAROTIS

Keterangan gambar :

74
D. TERATOMA
JINAK : PA IX.11. TERATOMA TESTIS

Keterangan gambar :

75
E. SITOLOGI
PA.IX.12. PAP SMEAR

Keterangan gambar

76

Anda mungkin juga menyukai