Proposal Penelitian
Oleh:
Proposal Penelitian
Oleh :
Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing Proposal
Program Studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dan
telah siap untuk dipertahankan dihadapan tim Penguji Ujian Proposal
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Mengetahui,
Ketua Prodi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
ACC
ii
Proposal Penelitan
Oleh:
Proposal ini telah diuji dan dipertahankan didepan Tim Penguji Ujian Proposal
Program Studi DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
iii
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas nikmat-
Nya yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran sehingga peneliti dapat
bimbingan dan pengarahan dari Ibu Hj. Erwani, SKM, M.Kes sebagai
Pembimbing I dan Ketua Jurusan Kebidanan dan Ibu Iin Prima Fitriah, S.SiT,
kepada:
2. Ibu Elda Yusefni, S.ST, M.Keb sebagai Ketua Program Studi DIV
3. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Prodi DIV Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan sela-
iv
4. Orang tua dan keluarga yang telah mendo’akan, memberi bantuan, dan
kemampuan, sehingga peneliti merasa masih ada yang belum sempurna baik
dalam isi maupun dalam penyajiannya. Peneliti selalu terbuka atas kritik dan saran
Peneliti
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBARix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 9
E. Ruang Lingkup Penelitian 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting 11
B. Tingkat Pengetahuan 14
C. Asupan Gizi Balita 18
D. Status Ekonomi 30
E. Kerangka Teori 32
F. Kerangka Konsep 32
G. Hipotesa 33
H. Definisi Operasional 34
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian 36
C. Populasi dan Sampel36
D. Alur Penelitian 38
E. Jenis Data 39
vi
F. Teknik Pengumpulan Data 39
G. Uji Validitas dan Reliabilitas 40
H. Teknik Pengolahan Data 41
I. Analisa Data 42
DAFTAR PUSTAKA 43
vii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Tabel 2.1 Pengelompokan Status Gizi Berdasarkan Kelompok Umur 13
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Stunting pada Anak Balita
32
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
Lampiran A. Gantt Chart Rencana Penelitian 46
Lampiran B. Informed Consent 47
Lampiran C. Kuesioner 49
Lampiran D. Lembar Konsultasi 57
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sering terjadi pada anak balita. Stunting adalah hal yang sangat penting
terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak
berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka
memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa. Dalam mencegah dan
sekolah.1
Hasil integrasi Susenas Maret 2019 dan Studi Status Gizi Balita Indonesia
tahun 2018 menjadi 27,67% tahun 2019 atau turun sekitar 3,13%. Angka
2
stunting pada balita di Indonesia masih jauh dari standar yang ditetapkan
WHO yaitu 20%. Prevalensi stunting pada balita di Indonesia juga hanya
Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar 43,82%. Sementara itu, provinsi
dengan prevalensi stunting terendah pada tahun 2019 adalah Provinsi Bali
stunting di bawah standar yang ditetapkan WHO sebesar 20% yaitu Provinsi
30,6% pada tahun 2018 menjadi 27,47% pada tahun 2019. Prevalensi stunting
30,56%.3
jumlah sasaran balita yang berusia 0 – 60 bulan berjumlah 1889 orang dengan
jumlah kejadian stunting di Poskesri Teluk Kasai yaitu 29 orang dari 85 orang
balita.5
otak anak tidak tumbuh sempurna. Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah
sel otak terbentuk semenjak masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun.
skor tes intelligence Quotient (IQ) sebesar 10-13 point. Penur unan
dan pemerintah.6
makanan salah satunya yaitu status kesehatan balita itu sendiri. Selain itu
faktor langsung yang dapat memicu terjadinya stunting yaitu adanya penyakit
penyerta pada balita itu sendiri seperti riwayat penyakit infeksi, tuberculosis,
stunting yaitu status ekonomi keluarga yang rendah. Selain itu kejadian
stunting juga dapat disebabkan oleh berat badan lahir yang tidak normal, bayi
yang lahir dengan berat badan rendah lebih beresiko mengalami stunting
yang buruk sebelum konsepsi. Nutrisi ibu yang buruk sebelum konsepsi akan
4
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah. berat badan lahir
rendah merupakan salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan kejadian
stunting.8
fungsi kognitif otak anak tidak dapat bekerja secara maksimal. Kejadian
otak anak, sehingga jika anak mengalami gangguan fungsi kognitif dampak
nyata yang dapat terjadi yaitu anak tidak dapat merespon dengan baik ketika
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Selain itu, pada anak usia sekolah,
normal lainnya.9 Kejadian stunting pada balita juga dapat berdampak pada
bahwa 50,9% anak balita yang mengalami stunting mengalami masalah pada
tidak dapat tumbuh dengan normal seperti anak yang tidak mengalami
stunting lainnya yang ditandai dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan
usia balita. Mayoritas yaitu 90% balita yang mengalami stunting memiliki
5
pertumbuhan tinggi badan abnormal yaitu dengan nilai Z Score kurang dari –
2 SD.11
tersebut. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kejadian stunting yaitu
pengetahuan orang tua. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat
tentang gizi. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setselah
objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan
Pengetahuan orang tua yang kurang tentang stunting seperti pengetahuan apa
itu stunting dan bagaimana upaya mencegah terjadinya stunting, maka ibu
dengan pengetahuan yang kurang akan hal ini akan lebih beresiko memiliki
anak stunting.12
memiliki balita stunting yang berjumlah 68,1%. Hasil uji statistik didapatkan
nilai p value 0,027 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
bulan.9
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Charles Edwarh tahun 2018
yang menyatakan bahwa salah satu pemicu terjadinya stunting pada anak
6
stunting. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,002 maka dapat
pada balita.13
stunting yaitu asupan gizi anak. Asupan gizi merupakan salah satu penyebab
langsung yang dapat memicun terjadinya stunting pada balita. Pada masa
balita tubuh memerlukan asupan gizi yang baik dengan prinsip menu
dapat maksimal. Namun jika terjadi malnutrisi pada masa ini, maka akan
stunting. Kurangnya asupan gizi balita akan memicu organ tubuh tidak dapat
dengan kejadian stunting seperti zat gizi karbohidrat, protein, energi, kalori
serta vitamin lainnya. Jika didapat tubuh asupan zat gizi tersebut tidak dapat
Sari (2019) tentang faktor resiko terjadinya stunting pada balita menyatakan
bahwa 76,34% balita dengan asupan gizi yang kurang baik atau tidak
didapatkan nilai p value 0,003. Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
ekonomi orang tua. Hal ini dipicu karena kurang mampu nya orang tua
asupan makanan tidak tercukupi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Jingga Fitri (2019) yang menyatakan ada hubungan yang
asupan gizinya tidak baik, hal ini terlihat dari cara orang tua dalam pemberian
makanan kepada balita yaitu tidak memperhatikan gizi atau zat makanan yang
makanan dengan prinsip asalkan anak kenyang tanpa memperhatikan zat gizi
tersebut adalah salah. Berdasarkan hasil survey awal balita yang mengalami
stunting memiliki status ekonomi yang rendah sehingga mereka tidak mampu
B. Rumusan Masalah
stunting pada anak balita di Poskesri Teluk Kasai Wilayah Kerja Puskesmas
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Selatan 2021.
f. Diketahui hubungan asupan gizi balita dengan kejadian stunting pada anak
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
tentang faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian stunting yang
salah satunya adalah perilaku hidup bersih dan sehat, status ekonomi serta
pengetahuan ibu.
mengenai gambaran faktor risiko dalam kejadian stunting pada anak balita.
upaya pencegahannya.
dengan Kejadian Stunting Pada Anak Balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai
Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021. Penelitian ini
melihat hubungan antara pengetahuan, asupan gizi balita, dan status ekonomi
Selatan pada bulan April - Mei tahun 2021. Populasi adalah seluruh ibu yang
Puskesmas Pasar Kuok. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang
memiliki balita berumur 12-59 bulan yang berada di Wilayah Poskesri Teluk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting
1. Pengertian Stunting
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam
kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi
pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan
penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat
dewasa.13
pertumbuhan sebab usianya masih balita padahal bila stunting tidak terdeteksi
secara dini, minimal sebelum berusia 2 tahun, maka perbaikan untuk gizinya
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam
kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada
penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat
panjang badan menurut pada ambang batas < -2 SD jika dibandingkan dengan
ambang batas <-2 SD baku rujukan WHO. Anak yang gizi kurang (stunting)
2. Indikator Stunting
beberapa masalah gizi pada balita, di antaranya wasting, anemia, berat badan
indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur
artinya muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti
3. Klasifikasi Stunting
Menilai status gizi anak dapat menggunakan tinggi badan dan umur
4. Dampak Stunting
kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Selain itu, stunting dapat
dan kognitif berhubungan erat dengan status gizi yang dinilai berdasarkan
Tinggi Badan/Umur.17
gerak motorik. Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko
B. Tingkat Pengetahuan
1. Pengertian
telinga.18
2. Tingkat Pengetahuan
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
yaitu:
a. Tahu (know)
dipelajari sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu tahu ini
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
sebagainya.18
15
b. Memahami (comprehension)
secara benar tentang suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut.18
c. Aplikasi (aplication)
lain.18
d. Analisis (analysis)
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
e. Sintesis (synthesis)
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
f. Evaluasi (evaluation)
ditentukan sendiri.18
tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang tersebut
evaluasi.
menanyakan isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.
tiga tingkatan yang di dasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:
pada balita ibu tidak mengetahui penerapan gizi seimbang maka asupan gizi
Keadaan bahwa orang tua yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi
akan lebih berorientasi pada tindakan preventif, tahu lebih banyak tentang
masalah kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Menurut
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi dan kesehatan. Hal ini
berkaitan erat dengan wawasan pengetahuan mengenai sumber gizi dan jenis
diberikan kepadanya.22
18
pangan. Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah,
atau masyarakat bahkan keluarga anak tidak tampak sakit. Kurang gizi pada
panjang atau tinggi badan sebesar -2 Z-score atau lebih menurut buku rujukan
kumulasi episode stress yang sudah berlangsung lama (misalnya infeksi dan
asupan makanan yang buruk), yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up
keberlansungan hidup. Asupan terdiri dari asupan zat gizi makro yaitu
karbohidrat, protein dan lemak dan asupan zat gizi mikro yang meliputi serat,
vitamin dan mineral. Asupan makanan adalah semua jenis makanan dan
Asupan yang tidak adekuat dalam jangka waktu yang lama merupakan
penelitian membuktikan bahwa, asupan zat gizi yang tidak adekuat pada dua
19
energi cadangan bagi anak dan remaja, serta thermic effect of food (TEF).18
Pada masa bayi dan anak–anak, yang sedang dalam proses pertumbuhan
banyak per kilogram berat badan dibanding dengan orang dewasa. Kualitas
mikro juga dipengaruhi oleh asupan protein. Konsumsi pangan hewani juga
dibagi menjadi dua jenis, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
clotting sehingga penting bagi kelancaran aliran darah dan fungsi sendi.18
badan), usia atau tahap pertumbuhan dan perkembangan, dan aktifitas fisik.
Menurut angka kecukupan energi tahun 2012, anak usia 1–3 tahun
20
Rendahnya asupan zat gizi pada balita dipengaruhi oleh faktor tidak
utama kematian atau cacat pada anak. Diantara banyak penyebab stunting
lainnya, defisiensi zat gizi mikro adalah penyebab paling menonjol dilihat
dari akibat yang ditimbulkan apabila asupan zat gizi mikro tidak terpenuhi.19
Kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi pada usia 0–2 tahun
biasanya tidak dapat dikejar agar kembali pada status gizi normal. Hal ini
akan berdampak pada kualitas hidup jangka pendek dan jangka panjang.
belajar. Selain itu, pertumbuhan linear akan mempengaruhi daya tahan tubuh
mikro yang rendah pada anak–anak terutama zat gizi yang diperlukan dalam
jumlah yang cukup tinggi pada proses tumbuh kembang seperti besi, seng,
lainnya, seperti kalsium, riboflavin, dan vitamin B12. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya kualitas makanan yang diasup juga jenis makanan yang tidak
beragam.21
Pemberian makan pada balita dapat berupa asupan oral dari makanan
keluarga maupun ASI bagi balita yang masih diberi ASI. Balita pada periode
D.22
sampai 3 kali makanan selingan. Balita pada masa emas ini membutuhkan
asupan zat gizi lebih tinggi disbanding ukuran tubuhnya, karena pada masa
ini mereka menjalin pertumbuhan dan perkembangan yang cukup tinggi dan
golongan usia ini juga sangat aktif secara fisik. Pola pemberian makan pada
anak dilihat dari kebiasaan makan, status sosial ekonomi, pengertian dan
waktu yang cukup lama menyebabkan balita mengalami kekurangan gizi dan
petumbuhan balita dan apabila tidak segera dipenuhi akan sulit untuk
ASI ekslusif. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa, balita yang tidak diberi
manusia untuk bisa menyerapnya. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh
yang kurang asupan energi dan proteinnya akan memiliki resiko yang
program isi piring ku. Isi piringku merupakan sajian makanan yang ada
di dalam piring untuk porsi sekali makan. Menurut dia, isi piringku
ini difokuskan pada empat hal yang dikelompokkan yaitu pada makanan
itu sendiri, minum air putih minimal 8 gelas sehari, aktivitas fisik juga
menimbang tinggi dan berat badan, serta dilengkapi dengan Cuci Tangan
Isi piringku mengacu pada one plat terbagi menjadi dua, 50 persen
piring buah dan sayur, 50 persen lainnya terdiri dari 1/3 lauk dan 2/ 3
dilengkapi dengan aktivitas fisik, CTPS dan minum air putih minimal 8
gelas sehari. Isi Piringku disesuaikan dengan kebiasaan dan karakter dari
dikenali anak-anak maupun orang dewasa. Porsi dan jenis makanan yang
ada dalam Isi Piringku juga disesuaikan dengan usia dan aktivitasnya.
Sumber protein untuk bayi dan anak balita yang sedang dalam masa
Tabel 2.2
Daftar Kebutuhan Karbohidrat (Perhari)
Bayi/Anak
0 – 6 bulan 58
24
7 – 11 bulan 82
1 – 3 tahun 155
4 – 6 tahun 220
7 – 9 tahun 254
Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2018
Tabel 2.3
Daftar Kebutuhan Protein (Perhari)
Bayi/Anak
0 – 6 bulan 12
7 – 11 bulan 18
1 – 3 tahun 26
4 – 6 tahun 35
7 – 9 tahun 49
Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2018
Tabel 2.4
Daftar Kebutuhan Vitamin (Perhari)
Kelompok Umur Vitamin C Vitamin B6 Vitamin B12
(mg) (mg) (mcg)
Bayi/Anak
0 – 6 bulan 40 0,1 0,4
7 – 11 bulan 50 0,3 0,5
1 – 3 tahun 40 0,5 0,9
4 – 6 tahun 45 0,6 1,2
7 – 9 tahun 45 1 1,2
Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2018
Hasil penelitian Soblia pada tahun 2019 menunjukkan bahwa tingkat
Selain itu juga didukung oleh hasil penelitian Jingga (2018) tentang
perubahan sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberi
kejadian stunting.
suplai pangan yang diperlukan antara musim panen saat ini dengan
(misal sawah dan ladang) serta cara rumah tangga untuk memperoleh
pangan.
itu sendiri.
dan kecerdasan. Apabila pola makan tidak tercapai dengan baik pada
bulan, 1-3 tahun, dan 4-6 tahun dengan tidak membedakan jenis kelamin.
Takaran konsumsi makanan sehari dapat dilihat pada tabel di bawah ini.33
diantaranya adalah:34
1. Membuat makanan
yang sesuai dengan usia anak. Ibu juga harus menjaga kebersihan
2. Menyiapkan makanan
Ibu harus mengetahui cara menyiapkan yang baik dan benar sesuai
3. Memberikan makanan
dengan porsi sedikit tapi sering atau sebisa mungkin porsi yang
tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rawan terhadap kurang gizi
diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya
maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak
relatif lebih banyak dari pada anak-anak yang lebih tua. Dengan
hidup dalam keluarga dengan jumlah yang besar dan kesulitan dalam
demi keberlansungan hidup. Asupan terdiri dari asupan zat gizi makro
yaitu karbohidrat, protein dan lemak dan asupan zat gizi mikro yang
anak.18
bahwa, asupan zat gizi yang tidak adekuat pada dua tahun pertama
D. Status Ekonomi
sumber energi lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat
berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, dan
yang kurang baik. Stunting pada anak balita merupakan salah satu indicator
status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial
orang tua, karena jika pendidikan tinggi semakin besar peluangnya untuk
hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat, sedangkan pekerjaan yang lebih
31
baik orang tua selalu sibuk bekerja sehingga tidak tertarik untuk
E. Kerangka Teori
Stunting
Faktor Resiko
Gambar 2.1
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu
suatu pengertian, oleh karena itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara
langsung. Agar dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan
kedalam variabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati dan diukur.18
Pengetahuan
Status Ekonomi
33
G. Hipotesa
anak balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok Kabupa-
pada anak balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok
H. Defenisi Operasional
sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau
Tabel 2.6
Definisi Operasional
BAB III
METODE PENELITIAN
dalam waktu bersamaan dalam satu kuisioner yang sama serta mencari
fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek. Faktor efek adalah
36
suatu akibat dari adanya faktor risiko, sendangkan faktor risiko adalah suatu
Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan pada bulan April – Mei
2021.
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang berada di
akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Bila populasi besar dan
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya karena
untuk populasi. Untuk semua sampel yang diambil dari populasi harus betul-
semua unit populasi akan dijadikan sampel. Maka jumlah sampel pada
adalah:
a. Kiteria inklusi
5) Jika ibu memiliki 2 balita maka hanya 1 balita yang akan diteliti
b. Kriteria eksklusi
D. Alur Penelitian
Alur proses penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Penetapan Populasi
Populasi
Balita usia 12-59 bulan yang berada di Poskesri Teluk Kasai
Izin Penelitian
Puskesmas Pasar Kuok dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan
Uji Instrument
Validitas dan Reliabilitas di Poskesri Anakan kepada 20 orang
Melakukan Penelitian
Wilayah Poskesri Teluk Kasai (mengikuti Posyandu)
Pengumpulan Data
Mengukur berat badan balita dengan timbangan dacin dan memberikan
kuesioner kepada ibu mencakup beberapa pertanyaan sesuai variabel
yang diteliti
Pengolahan Data
Analisa Data
Penyajian Data
Gambar 3.1 Alur Penelitian
E. Jenis Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
penelitian.
inklusi.
lalu dicek kelengkapannya, lalu data tersebut diberi kode. Setelah data
1. Uji Validitas
pertanyaan dengan skor total. Suatu variabel dikatakan valid apabila skor
valid
valid
pada variabel tingkat pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat.29,37
2. Uji Reliabilitas
yaitu:35
reliabel.
b. Bila nilai Cronbach’s Alpha < konstanta (0,60), maka pertanyaan tidak
reliabel.
Lembar observasi terisi penuh dan diisi oleh peneliti tidak boleh terdapat
kesalahan.
memastikan kembali bahwa tidak ada data yang salah ketika data di entry
I. Analisa Data
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariat
dengan demikian bila hasil menunjukan p value < alpha maka di katakan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kemkes.go.id/article/view/19101900001/minister-of-health-
announces-result-of-ssgbi-2019.html.
6. Ahmad, Aripin, Suryana, Yulia Fitri. 2010. ASI Eksklusif Anemia dan
Stunting pada Anak Baduta (6-24 bulan) Di Kecamatan Darul Imarah
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh: Aceh.
7. Fitri. 2012. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting Pada
Balita (12-59 bulan) di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010). Universitas
Indonesia.
10. Dinkes Pesisir Selatan. 2019. Pemberian ASI Eksklusif. Pasaman Barat.
11. Achadi LA .2012. Seribu Hari Pertama Kehidupan Anak. Disampaikan pada
Seminar Sehari dalam Rangka Hari Gizi Nasional ke 60. FKM UI, Maret
2012. Depok.
12. Kurniawan, Bayu. 2013. Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif dan BBLR dengan Stunting. Lamongan. Naskah Publikasi.
13. Rahayu, Leni Sri. 2011. Hubungan Pendidikan Orang Tua Dengan
Perubahan Status Stunting Dari Usia 6-12 Bulan Ke Usia 3-4 Tahun. Jakarta.
Diambil dari: http://lemlit.uhamka.ac.id/files/makalah7leni.pdf.
14. Rani, A. 2018. Hubungan Berat Badan Lahir dan Riwayat ASI Eksklusif
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidohardjo. Naskah Publikasi.
15. WHO. (2018). Nutrition landscape information system (NLIS) country profile
indicators: interpretation guide. Switzerland: WHO press.
16. Jumiyati. 2014. Pemberian MP ASI Setelah Anak Usia 6 Bulan. Diambil dari:
http://180.250.43.170:1782/poltekkes/files /MPASI.pdf.
17. Oktarina, Zilda dan Sudiarti, Trini. 2013. Faktor Risiko Stunting Pada Balita
(24—59 Bulan) Di Sumatera. Jurnal Gizi dan Pangan. 8(3): 175-180.
21. Khasanah, Nur. 2011. ASI atau Susu Formula ya?. Jogjakarta.
22. Ngaisyah, Dewi. 2015. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Stunting
pada Balita di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul. Jurnal Medika
Respati. Vol X: 65-70.
23. Waryono. 2010. Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak.
Jakarta: EGC.
26. Saxton, J. et al. 2009. Maternal Education is Associated with Feeding Style.
Journal of the American Dietetic Association. 109(5): 894-898.
27. Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
30. Purwani, E. dan Mariyam. 2013. Pola Pemberian Makan dengan Status Gizi
pada Anak 1 sampai 5 Tahun di Kebumen Taman Pemalang. Jurnal
Keperawatan Anak. 1(1): 30-36.
31. Karp, S. M. et al. 2014. Parental Feeding Patterns and Child Weight Status
for Latino Preschoolers. Obesity Research & Clinical Practice. 8(1): 88-97.
33. Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Kadaer Posyandu: Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga.
45
35. Purwanto, Djoko dan Rias E. R. 2020. Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Terhadap Stunting pada Balita di Desa Jelbuk Kabupaten Jember.
Jurnal Ilmiah Wawasan Kuliah Kerja Nyata. 1(1): 10-13.
36. Uliyanti, Didik G. T., dan Sapja A. 2017. Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan.
3(2): 67-77.
38. Hidayat A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
46
RENCANA KEGIATAN PENELITIAN TENTANG FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA POSKESRI TELUK KASAI PUSKESMAS PASAR KUOK
KABUPATEN PESISIR SELATAN
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II Peneliti
Hj. Erwani, SKM, M.Kes Iin Prima Fitriah, S.SiT, M.Keb Liza Hetria Yuni
NIP. 19850316 201212 2 002 NIP. 19850316 201212 2 002 NIM. 204330791
47
Lampiran
LEMBARAN PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Pasar Kuok,..........................2021
Responden
( )
48
Lampiran
Kepada Yth :
Calon Responden
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa DIV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Padang bermaksud mengadakan penelitian:
Nama : Liza Hetria Yuni
NIM : 204330791
Melakukan penelitian dengan judul “Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai
tersebut diatas maka saya mohon kesediaan ibu-ibu untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Saya akan menjamin kerahasiaan jawaban ibu-ibu yang sudah
merupakan kode etik penelitian. Atas kesediaan dan bantuan ibu-ibu, saya
Pasar Kuok,.........................2021
Peneliti
Lampiran
I. Identitas Balita
a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. Tinggi Badan (cm) :
d. Usia (bln/thn) :
e. ASI Ekslusif 0-6 bulan (Pilih Salah Satu)
i) Ya
ii) Tidak
II. Identitas Orang Tua
a. Nama Ayah :
b. Nama Ibu :
c. Alamat :
d. Pendapatan Orang Tua :
PENGETAHUAN
1. Stunting adalah …. ?
a. Balita dengan tinggi badan yang tidak normal
b. Balita yang kurus
c. Balita yang tidak gemuk
2. Balita dengan tinggi badan yang kurang dari normal dan tidak sesuai umur
disebut dengan?
a. Wasting
b. Stunting
c. Gizi Kurus
No. Responden :
Inisial responden :
Nama Pewawancara :
Hari, tanggal :
Petunjuk Pengisian :
a. Isilah kolom dibawah ini sesuai dengan frekuensi konsumsi balita anda.
Tuliskan berapa kali balita anda mengkonsumsi masing-masing bahan
tersebut, jika bahan makanan yang dikonsumsi tidak ada, maka dapat
dituliskan pada kolom yang masih kosong.
5-6x/mg
2-4x/mg
1-3x/bln
pernah
1x/hari
1x/mg
1
½
Tidak
>1
½ ½
/<
/
½
1. Sumber Karbohidrat
a. Nasi 1 ctg
(100g)
g. Singkong 1 ½ potong
(120g)
i. Tepung 5 sdm
Terigu Dgn (50g)
merk….
j. Tepung 8 sdm
Beras Dgn (50g)
merk….
l.
m.
n.
o.
l. Bakso 10 bj sdg
Dgn (170g)
merk….
m.
n.
o.
i. Sari 1 gls
Kacang (200g)
Hijau
j.
k.
l.
m.
n.
o.
4. Sayuran
a. Bayam 1 gls
(100g)
b. Wortel 1 gls
(100g)
c. Brokoli 1 gls
(100g)
d. Sawi 1 gls
Hijau (100g)
e. Sawi Putih 1 gls
(100g)
f. Kacang 1 gls
Panjang (100g)
g. Labu Siam 1 gls
(100g)
h. Kubis 1 gls
(100g)
i. Gambas 1 gls
(100g)
j. Jamur 1 gls
Tiram (100g)
55
k. Buncis 1 gls
(100g)
l. Terong 1 gls
(100g)
m. Tomat 1 gls
(100g)
n.
o.
5. Buah-Buahan
a. Jeruk 2 bh sdg
Merah (110g)
b. Apel 1bh kcl
Merah (85g)
c. Pear ½ bh sdg
(85g)
d. Pepaya 1 ptg bsr
(190g)
e. Semangka 2 ptg bsr
(180g)
f. Anggur 20 bh sdg
(165g)
g. Pisang 2 bh
(40g)
h. Kelengken 10 bh
g (75g)
i. Mangga ¾ bh
Bsr (90g)
j. Salak 2 bh sdg
(65g)
k. Jambu Biji 1 bh bsr
Merah (100g)
l.
56
m.
n.
i.
j.
k.
7. Makanan Jajanan
a. Siomay
57
b. Puding
c. Sosis
Basah
d. Kue Bolu
e. Lontong
f. Aneka
Gorengan
g.
h.
i.
58