SKRIPSI
ELFINA YUNARA
NIM. 201000414201087
SKRIPSI
Diajukan Ke Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kepewatan
Oleh :
ELFINA YUNARA
NIM. 201000414201087
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji sebagai
Menyetujui,
Koordinator Skripsi, Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Prodi Sarjana Keperawatan
(Ns.Vera Kurnia,M.Kep)
ii
Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kesmas
Institut Kesehatan Prima Nusantara
ELFINA YUNARA
ABSTRAK
Ispa pada anak balita saat ini sangat banyak sekalai terjadi dimana ISPA pada anak balita
selalu berkembang dimana banyak diantara mereka yang memiliki stats gizi yang kurang
dan juga adanya keluarga yang banyak terpapar dengan asap rokok serta status imunisasi
yang saat ini banyak yang kurang lengkap. Tujuan Penelitian ini adalah melihat Faktor-
Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita Usia 1 -5 Tahun Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Kota Sungai Penuh Tahun 2022. Jenis penelitian ini
deskriptif korelasi dengan pendekatan croscektional pengambilan data independen dan
data dependen secara bersamaan atau kebetulan.dengan jumlah responden 49
balita.Analisa univariat untuk melihat gambaran masing-masing variable dan analisis
bivariat dilakukan dengan uji chi-square. Terdapat hubungan antara status gizi dengan
kejadian ispa di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kota Sungai Penuh, tahun 2022
dengan p value 0.046< 0.05.Terdapat hubungan antara riwayat imunisasi dasar dan
frekuensi ISPA pada balita yang datang ke Puskesmas Tanjung Kota Sungai Penuh. tahun
2022 dengan p value 0.031< 0.05. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan
ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kota Sungai Penuh. Diharapkan
pada Balita agar dapat orang tuannya meliahat gejala gejala ISPA sehingga dapat
ditangani dan orang tua dihindari merokok serta perlunya imunisasi yang lengkap dan
juga status gizi yang baik.
iii
Nursing Undergraduate Study Program, Faculty of Nursing and Public Health
Nusantara Prima Health Institute
ELFINA YUNARA
ABSTRACT
Acute respiratory infections in children under five is currently very common, where ARI
in children under five is always growing, where many of them have poor nutritional
status and there are also families who are exposed to cigarette smoke and immunization
status which is currently incomplete. The purpose of this study was to look at the factors
related to the incidence of ARI in children under five years old in the working area of the
Tanjung City Health Center in Sungai Penuh in 2022. This type of research is descriptive
correlation with a cross-sectional approach of taking independent data and dependent data
simultaneously or coincidentally. With a total of 49 respondents under five. Univariate
analysis to see the description of each variable and bivariate analysis was carried out with
the chi-square test. There is a relationship between nutritional status and the incidence of
ARI in the working area of the Tanjung City Health Center, Sungai Penuh, in 2022 with a
p value of 0.046 < 0.05. There is a relationship between the history of basic immunization
and the frequency of ARI in children under five who come to the Tanjung City Health
Center, Sungai Penuh. year 2022 with p value 0.031< 0.05. There is a relationship
between smoking habit and ARI in children under five in the Tanjung City Health Center,
Sungai Penuh. It is hoped that toddlers can see the symptoms of ARI symptoms so that
they can be treated and parents are avoided from smoking and the need for complete
immunization and good nutritional status.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Faktor-
(ISPA) Pada Anak Balita Usia 1 -5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Kota Sungai Penuh Tahun 2022” yang dibuat sebagai salah satu syarat pemenuhan
untuk mendapat gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi. Dalam penyusunan skripsi penelitian ini
peneliti banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak terutama kepada
Ibu Ns.Vera Kurnia,M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
1. Ibu Dr.Hj. Evi Susanti,S.ST, M.Biomed selaku Rektor IKes Prima Nusantara
Bukittinggi.
2. Ibu Ayu Nurdian, S.ST, M.Keb selaku Wakil Rektor I IKes Prima Nusantara
Bukittinggi.
Nusantara Bukittinggi.
4. Ibu Ayu Nurdian,M.Kep dan Bapak Asrul Fahmi,SKM,M.Kep selaku tim penguji.
5. Bapak/ Ibu Staf dan Dosen pengajar yang telah banyak memberikan ilmu kepada
7. Ayah dan Ibu yang telah memberikan semangat dan dorongan baik moril maupun
materil serta do’a yang telah mengiringi langkah peneliti hingga saat ini.
v
8. Seluruh teman-teman yang telah membantu, memberikan informasi, masukan dan
Selaku hamba Allah, Peneliti sadar bahwa terdapat keterbatasan yang dimiliki,
sehingga menjadikan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti
menerima kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi penelitian ini.
Elfina Yunara
iv
DAFTAR ISI
Halaman
v
L. Faktor Resiko Kebiasaan Merokok dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) pada Balita ...................................................................................... 29
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR SKEMA
No. Skema Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5 SPSS
Lampiran 6 Dokumentasi
x
BAB I
PENDAHULUAN
ISPA merupakan masalah kesehatan yang harus menjadi fokus perhatian kita
sebagai tenaga kesehatan, karena ISPA masih sering menjadi penyebab kematian
bayi dan balita. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan singkatan
dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam
bahasa inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan
penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita), karena
sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek
pada balita di Indonesia. Dari beberapa hasil survey kesehatan rumah tangga
(SKRT) diketahui bahwa 80 sampai 90% dari seluruh kasus kematian ISPA.
Penyakit ISPA di Indonesia cukup tinggi diatas (40%) kematian balita. ISPA
kunjungan berobat di rawat jalan dan rawat inap dibuktikan dengan tingginya
1
angka kunjungan pasien ke puskesmas di seluruh Indonesia untuk penyakit
ISPAterutama pada usia anak balita (Kemenkes RI, 2014). Lima provinsi
dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%),
(Riskesdas, 2018). Sementara itu, kejadian ISPA pada Provinsi Jambi yaitu
bayi dan balita yakni faktor intrinsik (umur, status gizi, status imunisasi, jenis
Risiko akan berlipat pada anak usia dibawah dua tahun yang daya tahan
tubuhnya belum sempurna. ISPA pada anak dibawah dua tahun harus
dan fungsi normal dari organ-organ, serta energi. Kecukupan gizi balita dapat
dilihat dari status gizinya (Dean Hess, Neil R. MacIntyre, William F. Galvin ·
2020).
2
dengan lengkap dan teratur, maka tubuh bayi atau anak-anak akan memiliki
Respon primer yang pertama kali muncul setelah vaksin di berikan adalah
nomor tiga setelah jantung koroner dan kanker, satu batang rokok membuat
prevalensi merokok dari tahun 1995 sampai 2001 di kalangan orang dewasa
penyakit jantung, paru dan penyakit lainnya yang mematikan. Mereka yang
dikelilingi oleh asap rokok akan lebih cepat meninggal dibanding mereka
yang hidup dengan udara bersih. Dan angka kematiannya meningkat 15%
lebih tinggi.
hubungan antara status gizi terhadap ISPA. Status gizi mempengaruhi daya
tahan tubuh, dimana semakin rendah status gizi seorang balita maka semakin
rendah pula daya tahan tubuh balita tersebut, maka balita semakin rentan
3
untuk terinfeksi.
sistem imun yang spesifik. Imunisasi terdiri dari beberapa jenis, yakni:
statistis.
tahun 2019 angka kejadian ISPA pada Balita dari beberapa Puskesmas di Kota
Sungai Penuh yaitu Desa Gedang (2.567 orang), Rawang (575 Orang), Sungai
Penuh (486 Orang) dan Tanjung (61 orang). Pada tahun 2021 jumlah kejadian
ISPA dari 3 teratas yaitu Desa Gedang (525 Orang), Rawang (277 Orang),
Kumun (159 orang) dan Tanjung (70 Orang). Pada tahun 2022 sampai dengan
bulan Juli jumlah angka kejadian ISPA yaitu Desa Gedang (113 Orang),
Rawang (40 Orang) dan Tanjung (55 Orang). Jumlah kejadian ISPA di
ISPA. Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat akan
Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari
4
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusi, campak,
ISPA, diupayakan imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai status
penyakitnya tidak akan menjadi berat . Dari studi pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti pada bulan 17 Juli 2022 di Puskesmas Tanjung pada 10 orang
balita terjadi sebanyak 8 orang balita mengalami ISPA dan 2 tidak mengalami
ISPA. Sebanyak 7 orang dengan masalah gizi kurang dan 3 orang status gizi
lengkap. Sebanyak 8 orang balita dengan lingkungan tidak baik dan 2 orang
kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak balita di wilayah
5
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak balita 1-5 Tahun di
2. Tujuan Khusus
2022..
2022.
pernapasan akut (ISPA) pada anak balita 1-5 Tahun di Wilayah Kerja
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak balita 1-5 Tahun di
6
g. Mengetahui hubungan kebiasaan merokok anggota keluarga dengan
kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak balita 1-5
Tahun 2022.
A. Peneliti
C. Puskesmas Tanjung
7
masyarakat terhadap penyakit ISPA dan penyakit lainnya yang
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
Balita adalah anak berusia dibawah umur lima tahun yang sedang
mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Balita adalah anak
yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan
memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi
status gizi yang baik, lingkungan yang sehat, serta keluarga (termasuk pengasuh)
yang baik merawat balita (Depkes RI, 2021). Anak usia di bawah lima tahun
(balita) merupakan kelompok usia yang rentan terhadap gizi dan kesehatan. Pada
masa ini daya tahan tubuh anak masih belum kuat, sehingga risiko anak menderita
penyakit infeksi lebih tinggi. Penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak balita
Selain itu, anak juga sering mempunyai kebiasaan makan yang buruk yaitu
anak sering tidak mau makan atau nafsu makan menurun, sehingga menyebabkan
status gizinya menurun dan pada akhirnya anak rentan terhadap suatu penyakit
infeksi
9
B. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita
1. Pengertian ISPA
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni, infeksi, saluran pernapasan dan
b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA
terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteridan rickettsia serta jamur. Virus
10
Mikoplasma, Herpesvirus. Bakteri penyebab ISPA antara lain Streptokokus
meliputi usia balita, jenis kelamin, pemberian asi eksklusif, berat badan lahir,
status gizi dan imunisasi balita serta keadaan lingkungan rumah yang buruk
kelompok untuk umur 2 bulan - < 5 tahun dan kelompok umur < 2 bulan.
a. Pneumonia berat
pernapasan 60 kali per menit atau lebih, adanya tarikan yang kuat pada
11
b. Pneumonia
frekuensi napas dengan napas cepat (fast breathing 50 kali per menit).
napas dengan batas napas cepat (fast breathing 40 kali per menit).
c. Bukan pneumonia
napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah
penyakit ISPA lain diluar Pneumonia seperti batuk pilek bukan pneumonia
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk,
kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian
besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk,
12
kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak
menderita radang paru (pneumonia), bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
Seorang anak yang menderita ISPA biasa menunjukkan bermacam- macam tanda
dan gejala seperti batuk, bersin, serak, sakit tenggorokan, sakit telinga, keluar cairan
dari telinga, sesak nafas, pernapasan yang cepat, nafasyang berbunyi, penarikan dada ke
dalam, bias mual, muntah, tak mau makan,badan lemah dan sebagainya. Berikut adalah
badan lebih dari 37˚ C jika dahi anak diraba dengan punggung
50 kali permenit pada anak yang ber umur kurang dari 1 tahun
atau lebih dari 40 kali permenit pada anak yang berumur 1 tahun
13
Dari gejala-gejala ISPA sedang perlu hati-hati karena jika
disertai satu atau lebih gejala-gejala berikut ini seperti bibir atau
menurun, nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak
ISPA berat.
Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri.
14
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit ISPA pada Balita
infeksi terrutama pada anak umur dibawah lima tahun, faktor ini sangat
terjadinya penyakit ISPA berupa umur anak, jenis kelamin, berat badan
1) . Umur anak
bayi dan usia dini anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Oleh sebab
itu kejadian ISPA pada bayi dan anak balita akan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Kejadian ISPA pada bayi dan balita
akan memberikan gambaran klinik yang lebih besar , hal ini disebabkan
karena ISPA pada bayi dan balita umumnya merupakan kejadian infeksi
15
alamiah. Hasil analisis faktor resiko membuktikan faktor usia merupakan
salah satu faktor resiko untuk terjadinya kematian karena pneumonia pada
balita yang sedang menderita pneumonia. Semakin tua usia balita yang
2) Jenis Kelamin
memiliki risiko lebih tinggi daripada anak perempuan untuk terkena ISPA,
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang
kurang dari 2.500 gram. Berat bayi lahir menentukan pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan berat lahir
dibandingkan dengan bayi berat lahir normal serta memiliki resiko lebih
memiliki berat badan lahir rendah lebih beresiko terkena penyakit ISPA,
tidak ada atau tidak memberikan ASI dan imunisasi yang tidak adekwat
16
4) Status Gizi
dibandingkan dengan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan
tubuh yang kurang. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai
keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun
Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA lebih berat
5) Status Imunisasi
penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat. Cara yang terbukti paling
efektif saat ini adalah dengan pemberian imunisasi campak dan pertusis
17
(DPT). Dengan imunisasi campak yang efektif sekitar 11% kematian
lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Menurut Sariana Kelompok
lain, ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA
bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma. ISPA
dalam penanganannya
c. Faktor Lingkungan
lingkungan rumah yang dapat memicu kejadian ISPA pada balita antara
lain adalah pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah yang tidak
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak
sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada
18
adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara, diantaranya ada
didaerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 9
a) .Ventilasi Rumah
dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. fungsi dari
1) Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang
2) Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-
ventilasi minimal 10% dari luas lantai. Faktor lingkungan rumah seperti
19
berkurang dan CO2 meningkat,kepadatan hunian dapat mempengarui
7. Pencegahan ISPA
terutama melalui udara saat penderita batuk atau bersin. Penularan ISPA juga
dengan penderita maupun kontak tidak langsung yaitu menyentuh benda yang
yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang
yang rendah.
20
hal berikut ini :
b) Menjaga pola hidup bersih, sehat, istirahat yang cukup dan olah
ragateratur
d) Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan
h) Hindari menyentuh mulut atau hidung setelah kontak dengan flu. Segera
cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer setelah kontak
denganpenderita ISPA.
i) Apabila sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak
lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin dapat
21
kekhawatiran, seperti penyaringan cepat (pembuatan sistemtriase
infeksi.
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh dan fungsi normaldari organ serta
menghasilkan energi.
menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita adalah pneumonia. Dimana
pneumonia merupakan bagian atau tahap lanjut dari penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) yang disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang
membuat tubuh menjadi rentan terhadap infeksi. Anak dibawah lima tahun adalah
kelompok umur yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dan
membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok umur yang
Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan
yang beresiko atau dengan status gizi buruk, dan Status gizi merupakan
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
22
Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebi. Standar acuan
status gizi balita adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB), dan tinggi badan menurut umur (TB/U).
Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, jika kondisinya kurang baik
gizinya kurang.
Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Pada penilaian status gizi balita penilaian yang
Antropometri.
3. Antropometri
protein danenergi.
pergunakan untuk menilai status gizi balita adalah BB/U, TB/U, BB/TB ,
cukup dengan nilai tunggal saja karna antara anak berumur 1 – 5 tahun
23
4. Indikator BB/U
adalah sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin maka berat
5. Indikator TB/U
Indikator TB/U ini tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini dan sering
6. Indikator BB/TB
24
secara benar, dan lebih menggambarkan keadaan kurang gizi akut pada waktu
lampau. Namun Indikator BB/TB ini dapat menggambarkan status gizi saat ini
dengan lebih sensitif dan spesifik, terutama apabila data umur yang akurat
sulit diperoleh.
bayi atau anak-anak akan memiliki kekebalan sehingga mampu melawan penyakit-
penyakit berbahaya. Adanya daya tahan tubuh yang meningkat tidak hanya terhadap
penyakit ISPA. Respon primer yang pertama kali muncul setelah vaksin di berikan
penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
bayi dan balita (Mardianti & Farida, 2020). Imunisasi merupakan upaya kesehatan
yaitu karena takut anaknya demam, sering sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat
imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk/ repot. Petugas kesehatan
juga memiliki peran penting terhadap pemberian imunisasi pada balita. Peran petugas
dan sosialisasi tentang manfaat imunisasi dan penyakit dapat dicegah dengan
25
imunisasi. Untuk mencegah kesakitan dan kematian, petugas imunisasi dapat
memberikan perlindunga kepada indivudu dan mencegah seseorang jatuh sakit dan
1. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar lengkap memberikan upaya imunitas pada bayi berusia 0-12
bulan agar terhindar dari berbagai penyakit , imunisasi ini meliputi Polio, HB,
2. Imunisasi Hepatitis B
ibupositif, dalam waktu 12 jam setelah lahir dengan syarat kondisi bayi stabil,
tidak ada gangguan paru-paru dan jantung dapat diberikan HBlg 0,5 ml. Atau
apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam
perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat
diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur <7 hari. Cara pemberian :
Vaksin di suntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB. Pemberian suntikan
26
berupa nyeri pada tempat penyuntikan atau demam ringan namun akan
kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. Pemberian imunisasi BCG dan usia
pemberian, frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali dan tidak perlu
dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau
(benjolan) kecil dan eritema (merah) di daerah bekas suntikan , setelah 1 atau
ulkus (luka). Tidak menimbulkan nyeri dan panas. Luka ini akan sembuh
4. Imunisasi DPT/HB
sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2 bulan untuk dosis pertama ,dosis selanjutnya
Imunisasi ini: biasanya hanya demam dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan,
akan hilang sendiri dalam beberapa hari. Bila demam dapat diberikan penurun
27
sedang demam, mudah kejang, dan menderita infeksi otak.
5. Imunisasi Polio
adalah pada bayi usia 0-11 bulan, namun biasanya pemberian vaksin di
berikan pada bulan 1-4 bulan bersama dengan imunisasi BCG di bulan
6. Imunisasi Campak
penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular pemberian
kali dan diberikan pada usia bayi 9 bulan. Dan di berikan ulangan (booster)
pada usia 6-7 tahun, Cara pemberian, adalah melalui suntikan subkutan, efek
terjadi demam ringan dan efek kemerahan/ bercak merah pada pipi dibawah
campak, adalah infeksi akut yang disertai demam dan kekurangan gizi berat.
perlindungan atau kekebalan di dalam tubuh bayi dan balita, serta untuk
28
mengganggu tumbuh kembang anak bahkan juga dari penyakit yang bisa
1. Hepatitis B-0 diberikan 1 kali (di berikan 0-7 hari setelah kelahiran)
Salah satu faktor resiko terjadinya ISPA dilihat dari faktor lingkungan adalah
anggota keluarga lain khususnya balita, dimana balita menyerap nikotin dua kali
lebih banyak dibandingkan orang dewasa. dan balita juga memiliki sistem
kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Darmawan et al,
2016). Balita yang tinggal dalam rumah yang terdapat anggota keluarga yang
merokok, maka balita tersebut termasuk perokok pasif yang akan menerima
daun yang mengeluarkan lebih 4.000 bahan kimia beracun yang membahayakan.
29
pada orang yang merokok, namun juga mengakibatkan gangguan kesehatan pada
orang disekitar perokok. Asap rokok yg keluar langsung dari pembakaran rokok
(sidestream) akan lebih berbahaya daripada yang keluar dari mulut perokok
yang dihasilkan oleh pembakaran tembakau dan adiktif. Asap mengandung zat-zat
penyakit-penyakit berbahaya lain. Salah satu zat berbahaya dalam rokok adalah
kanker paru. Tar akan melekat pada rambut-rambut kecil di paru-paru. Rambut-
rambut kecil ini melindungi paru-paru dari kotoran dan infeksi, tapi ketika
udara di dalam ruangan. Manusia bernapas kira-kira 20 kali dalam satu menit,
sekali tarikan napas maka ±500 ml udara terhirup, udara yang masuk kedalam
30
Kerangka Teori
Kejadian ISPA
31
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep
Dependen
Status Gizi
Kebiasaan Merokok
32
B. Hipotesa
33
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
34
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek pada saat
usia 1-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Kota Sungai Penuh tahun
2022.
Sungai Penuh.. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni – Agustus 2022.
a. Populasi
orang ibu yang memiliki anak balita sampai bulan Mei 2022.
37
b. Sampel
n = 48,6 49 orang
Dengan keterangan :
n= jumlah sampel
N= jumlah populasi
(1,96)
38
Berdasarkan penggunaan rumus diatas maka diperoleh besar sampel
48,6 sample dan dibulatkan menjadi 49 ibu yang memiliki anak balita yang
akan dijadikan sample penelitian yang dilakukan pada dua kali kegiatan
sampel .
1. Ibu yang memilki anak balita (12-59 bulan) yang datang berkunjung dan
D. Etika Penelitian
yang sangat penting karena penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia
39
Peneliti melindungi responden agar terhindar dari bahaya atau
2. Justice (keadilan)
penelitian.
apakah dia ingin berpartisipasi dalam penelitian ini atau tidak, tanpa resiko
4. Confidentiality (Kerahasiaan)
40
menandatangani persetujuan tersebut, jika responden tidak bersedia maka
1. Data Primer
Data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
2. Data Sekunder
kedua, baik berupa orang maupun catatan, seperti buku catatan petugas
orang tua atau wali dari anak untuk dijadikan sampel, dan menjelaskan
consent.
41
jadwal bisa mencapai 25 anak, hal inisesuai dengan daerah tujuan
balita.
1. Editing
2. Coding
3. Entry Data
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket yang paling sering
di gunakan untuk entry data penelitian adalah paket program SPSS for
Windows
4. Cleaning
42
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
5. Tabulating
Tabulasi merupakan penyajian data dalam bentuk tabel yang terdiri dari
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
43
lingkungan dengan kejadian ISPA.
Service Solution).
44
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. ANALISA UNIVARIAT
1. ISPA 31 63,3
Jumlah 49 100
45
5.2 Distribusi Frekunsi Status Gizi Pada Balita Di Puskesmas
Jumlah 49 100
kriteria status gizi yaitu balita yang memiliki status gizi kurang
Jumlah 49 100
46
(65,3%) dan responden yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap
47
B. ANALISA BIVARIAT
Kejadian ISPA
P-Value
No Status Gizi ISPA Tidak ISPA Total
F % F % F
1. Gizi Kurang 9 50 9 50 18 0,046
2. Gizi 22 71.0 9 29,0 31
Normal
Total 49
balita (50,0 %) , sedangkan balita dengan status gizi normal yang tidak
(p<0,05), ini menunjukan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan
48
Tabel 5.6. Hubungan Kelengkapan Status Imunisasi dengan
Kejadian ISPA
Kelengkapan P-Value
No Status ISPA Tidak ISPA Total
Imunisasi F % F % F
1. Imunisasi 11 64,7 6 35,3 17
Tidak ,0031
Lengkap
2. Imunisasi 20 62.5 12 37,5 32
Lengkap
Total 49
(37,5%) yang tidak mengalami ISPA Balita . Hal ini menunjukkan bahwa
dengan status imunisasi lengkap yang tidak mengalami ispa sama sekali.
Dari hasil uji Chi Square, diperoleh nilai p value sebesar 0,031 lebih kecil
riwayat imunisasi dasar dan frekuensi ISPA pada balita yang datang ke
49
Tabel 5.7 Hubungan Paparan Asap Rokok dengan kejadian
Kejadian ISPA
Paparan Asap P-Value
No Rokok ISPA Tidak ISPA Total
F % F % F 0,041
1. Terpapar 12 63,2 7 36,8 19
(Merokok)
2. Tidak Terpapar 19 63,3 11 36,7 30
(TidakMerokok)
Total 49
yang terjadi ISPA .. Dari hasil uji Chi Square, diperoleh nilai p value
sebesar 0,041 lebih kecil daripada 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa
50
BAB VI
PEMBAHASAN
2022
infeksi saluran pernafasan (ISPA) 31 balita (63,3%) dan balita yang tidak
ISPA 18 balita (36,7%) balita. Ispa adalah infeksi saluran nafas (ISPA)
yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah.
Infeksi ini di sebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. Infeksi saluran
pernafasan akut ini terjadi pada balita karena daya tahan tubuhnya masih
rentan.
saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah. Infeksi ini di sebabkan
oleh virus, jamur dan bakteri. Infeksi saluran pernafasan akut ini terjadi
pada balita karena daya tahan tubuhnya masih rentan. Infeksi saluran
pernafasan akut di awali dengan gejala yang ringan seperti demam, batuk,
batuk, bersin, serak, sakit tenggorokan, sakit telinga, keluar cairan dari
51
telinga, sesak nafas, pernapasan yang cepat, nafas yang berbunyi,
penarikan dada ke dalam, bias mual, muntah, tak mau makan, badan lemah
dan sebagainya.
dunia luar. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pertahanan yang efektif dan
penderita. Pada prinsipnya kuman ISPA yang ada di udara terhisap oleh
ispa dapat terjadi mungkin karena beberapa faktor berat badan lahir yaitu
masa balita, bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai resiko
kematian lebih besar, karena pembentukan zat anti kekebalan yang kurang
puskesmas tanjung dimana ada beberapa orang tua yang sibuk bekerja
sehingga susahnya mencari waktu untuk bertemu dengan orang tua balita.
Faktor status nutrisi atau gizi pada balita juga sangat berpengaruhi
terhadap terjadinya ISPA karena balita dengan gizi kurang system imunitas
52
status imunisasi yaitu sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis
imunisasi, faktor lingkungan yaitu asap rokok dan hasil pembakaran bahan
Risiko akan berlipat ganda pada anak usia dibawah dua tahun yang
daya tahan tubuhnya masih belum sempurna. ISPA pada anak dibawah dua
kematian.
status gizi yaitu balita yang memiliki status gizi kurang berjumlah 18
balita (36,7%) balita, dan balita dengan status gizi normal berjumlah
status gizi buruk sebanyak 5 orang (1,9%) , dan status gizi lebih
53
gizi responden anak adalah baik namun masih ditemukan status gizi
kurang dan buruk dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p value =
oleh setiap orang tua karena pada usia balita sangat rentan terhadap
menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau
BB/TB).
penyebab terjadinya gizi kurang pada balita adalah faktor sosial yaitu
54
penyakit infeksi yang di derita anak. ketika balita mengalami masalah
buruk, pada stadium ringan dengan perbaikan gizi dan balita dengan
orang tua yang mempunyai balita gizi kurang yang tidak koperatif
karena malu dan tidak mau anaknya dilihat oleh orang bnyak.
55
(65,3%) dan responden yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap
imunisasi dasar tidak lengkap dan tidak ISPA sebanyak 3 balita (6%).
rutin sesuai umur anak sangat berperan untuk masa pertumbuhan dan
56
mengobservasi dengan melihat KMS/KIA balita. Anak balita
ISPA.. Jadi status imunisasi yang lengkap pada balita tidak dapat
57
Ada beberapa hambatan yang peneliti alami saat melakukan
orang tua yang sibuk bekerja sehingga susahnya mencari waktu untuk
pada balita tidak terlalu penting karena balita zaman dulu tidak pakai
imunisasi.
square didapatkan nilai p value 0,049 (p value > 0,05) yang terdapat
kelurga.
58
gangguan pernapasan, memperburuk asma dan memperberat penyakit
pasif yaitu anggota keluarga yang tidak merokok namun terkena asap
tidak merokok didalam rumah dan bahkan dilingkungan rumah hal ini
59
Terdapat hambatan yang dialami oleh peneliti saat melakukan
Sungai Penuh.
60
menjadi tidak aktif, cengeng dan apatis. Kurang gizi akan menurunkan
akut (ISPA).
Status gizi yang baik pada balita sangat di perlukan karena dapat
tercapai jika asupan gizi balita sesuai dengan kebutuhannya dan para
orang tua dapat mengontol status gizi balita melalui antropometri berat
badan menurut umur pada KMS. Hasil penelitian ini sesuai dengan
tubuh balita yang secara normal membantu menjaga daya tahan tubuh
dengan status gizi buruk. Status gizi merupakan faktor risiko yang
ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian ISPA.
61
gizi dengan kejadian ISPA dimana dari hasil uji statistik nilai p = 0,22
> 005.
dari asupan makanan memiliki efek kuat untuk reaksi kekebalan tubuh
gizi.
Status gizi yang buruk akan lebih mudah terserang ISPA dan balita
status gizi yang baik maka kita tidak rentan terhadap penyakit yang
62
sering terjadi terutama pada balita yang sangat rentan dengan penyakit.
Dengan mendapat kan status gizi yang baik anak balita tidak akan
terserang penyakit ISPA. Status gizi yang buruk akan lebih mudah
gangguan status gizi pada balita, semakin parah ISPA yang diderita
balita maka akan dapat mengakibatkan status gizi yang buruk pada
balita dan sebaliknya balita yang mengalami gizi buruk maka ISPA
ispa sama sekali. Dari hasil uji Chi Square, diperoleh nilai p value
63
bahwa terdapat hubungan antara riwayat imunisasi dasar dan frekuensi
Penuh
riwayat imunisasi dasar dan frekuensi ISPA pada balita yang datang ke
dasar dengan terjadinya ISPA pada balita. g Tahun 2019. Penelitian ini
64
bukan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit ISPA
bahwa kejadian penyakit ISPA pada anak balita tidak dipengaruhi oleh
Status imunisasi melainkan oleh faktor lain, dimana kasus ISPA pada
anak balita masih tinggi dikarena Daya tahan tubuh yang rendahlah
berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat
65
6.7 Hubungan Paparan Asap Rokok dengan kejadian infeksi saluran
Balita (63,2%) yang terjadi ISPA .. Dari hasil uji Chi Square,
diperoleh nilai p value sebesar 0,041 lebih kecil daripada 0,05. Hal ini
keluarga yang tidak merokok. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh
yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
orang tua di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita. selain itu
66
juga penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2018) tentang faktor yang
Asap rokok dari orang tua atau penghuni rumah yang satu
tinggal yang serius serta akan menambah resiko kesakitan dari bahan
oleh ibu bayi. Anak yang orang tuanya merokok akan mudah
Keterpaparan asap rokok pada balita sangat tinggi pada saat berada
67
merupakan perokok pasif yang mudah terkena saluran pernapasan akut
68
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Gizi yang Normal di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kota Sungai Penuh
Tahun 2022
kerja Puskesmas Tanjung Kota Sungai Penuh, tahun 2022 dengan p value
0.046< 0.05.
pada balita yang datang ke Puskesmas Tanjung Kota Sungai Penuh. tahun
69
balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kota Sungai Penuh, tahun
7.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
gizi balita yang ada di wialayah kerja Puskesmas khususnya balita yang
pada ISPA atau penyakit lainnya dapat diketahui dan dapat segera
perbandingan teori-teori.
70
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang
71
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur, D., Arifianto, & Sapitri. (2019). Pengaruh pemberian posisi terhadap
respiratory rate pasien TB Paru di ruang Flamboyan RSUD. Soewondo Kendal . 1,
1–9. Junal Ilmu Keperawatan.
Agrina (2020). Analisa Aspek Balita Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (Ispa) Di Rumah.
Andani, E. . (2018). Posisi High Fowler (90o) Dan Semi Fowler (45o) Dengan
Kombinasi Pursed Lips Breathing Terhadap Peningkatan Saturasi
Repository.Stikes-Bhm.Ac.
Anwar, 2019. Pentingnya Gizi bagi Manusia. Available at: www.digilib.
unila.ac.id/178/3/ [Accessed August 15, 2019]
Asrun, 2018. Kasus Kematian Pada Anak. Available at: http://depkes.go.id/ [Accessed
August 10, 2018]Black joyce. M & Jane Hokanse Hawks. 2014. Medical
Surgical Nursing vol 2. Jakarta: Salemba Medika.
BPS (Badan Pusat Statistik). 2018. Kabupaten Kerinci Dalam Rangka Regency in Figures
2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci. Dikutip dari
file:///C:/Users/SRKOMP~1/AppData/Local/Temp/68079076Kerinci%20Da
lam%20Angka%202018.pdf pada tanggal 20 April 2021.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS
2019). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2019.
Behreman Richard E, RE Kliegman, AM Arvin. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Nealson.
Terjemahan Oleh: A. Samrik Wahab, EGC, Jakarta, Indonesia.
Depkes. 2018. Tembakau dan Prevalensi Konsumsi di Indonesia. Jakarta : Depkes.
Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020. Jakarta: Depkes RI. 2020
Dean Hess, Neil R. MacIntyre, William F. Galvin · 2020. Respiratory Care: Principles
and Practice. Fourth edition. Jones & barlet: America. Dikutip Dari https ://www
.google. co. id/ books /edition /Respiratory _Care/ pada tanggal 3 Mei 2020
GINA (Global Initiative for Asthma). 2020. Pocket Guide for Asthma Management And
Prevention (for Adults and Children Older than 5 Years). Dikutip dari
https://ginasthma.org.pdf pada tanggal 25 April 2020.
72
Hammond, BB & Zimmermann PG. 2017. Sheeshy’s Emergency and Disaster Nursing-
1st Indonesian Edition. Elsevier: Singapura.
Hassan R, Alatas H. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Jakarta,
Indonesia. 2018. halaman 550 - 556.
Marhamah. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita di Desa
Bontongan Kabupaten Enrekang Makassar. Skripsi pada jurusan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar yang tidak
dipublikasikan. 2019.
Nasution, dkk. Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah Urban Jakarta. Sari
Pediatri, Vol. 11, No. 4, Desember 2019.
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Kemenkes: Badan
Penelitian dan Pengembangan. Dikutip dari
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil -
riskesdas-2018_1274.pdf pada tanggal 25 April 2020. Smeltzer, S.C & Bare. 2015.
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
WHO (World Health Organzation). 2020. Asthma. Dikutip dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ asthma pada tanggal 20 April
2020.
73
Lampiran 1.
berpartisipasi sebagai responden pada penelitian tanpa ada unsur paksaan yang
infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Anak Balita Usia 1-5 Tahun Di
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negative pada
saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini.
74
Lampiran 2.
Dengan hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi Stikes Syeadza Saintika
Padang.
Anak Balita Usia 1-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Kota Sungai
sebagai responden, Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan
ini. Atas perhatian Bapak/Ibu sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
75
ELFINA YUNARA
KUESIONER PENELITIAN
76
Petunjuk pengisian:
Isilah tanda ceklist (√) yang sesuai jawaban atau pemeriksaan balita. No. Kode
: .................................
B. Kelengkapan imunisasi:
Vaksin Usia
Imunisasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hepatitis
B
BCG
POLIO
DPT
HiB
CAMPAK
77
D. Kejadian ISPA Balita
No Indikator Keterangan
Ya Tidak
1 Batuk batuk
2 Ingusan
3 Pilek
4 Panas
Statistics
N Valid 49 49 49 49
Missing 0 0 0 0
StGiziBalita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KlkpImunisasi
78
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KebiasanMrk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
ISPA.Balita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
79
80
Crosstab
ISPA.Balita
GiziNormal Count 22 9 31
81
Total Count 31 18 49
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.61.
Risk Estimate
N of Valid Cases 49
Crosstab
ISPA.Balita Total
82
ISPA TidakISPA
Lengkap Count 20 12 32
Total Count 31 18 49
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.24.
Risk Estimate
83
For cohort ISPA.Balita =
.941 .430 2.061
TidakISPA
N of Valid Cases 49
Crosstab
ISPA.Balita
TidakMerokok Count 19 11 30
Total Count 31 18 49
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.98.
84
Risk Estimate
N of Valid Cases 49
85