Anda di halaman 1dari 83

USULAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA


PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TOPO KECAMATAN UWAPA
KABUPATEN NABIRE PAPUA

Oleh :
YUSTINA ALEDA RUMBEWAS
NIM: 2281A1558

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
KEDIRI 2023
USULAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA


PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TOPO KECAMATAN UWAPA
KABUPATEN NABIRE PAPUA

OLEH :
YUSTINA ALEDA RUMBEWAS
NIM: 2281A1558

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
KEDIRI 2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA


PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TOPO KECAMATAN UWAPA
KABUPATEN NABIRE PAPUA

Diajukan Oleh :

YUSTINA ALEDA RUMBEWAS


NIM. 2281A1558

USULAN PENELITIAN INI TELAH DISETUJUI

Pada tanggal, November 2023


Pembimbing

Bd,.ANGGRAWATI WULANDARI, SST., M.Kes


NIDN. 0726038204

Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. Agusta Dian Ellina,.S.Kep,.Ns,.M.Kep


NIDN. 0720088503

iii
HALAMAN PENGESAHAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA


PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TOPO KECAMATAN UWAPA
KABUPATEN NABIRE PAPUA

Oleh :

YUSTINA ALEDA RUMBEWAS


NIM. 2281A1558

Usulan Penelitian ini telah disetujui dan dinilai


Oleh Panitia Penguji
Pada Program Studi S1 Kebidanan
Pada hari, Tanggal, November 2023

PANITIA PENGUJI

Ketua : (.....……….……….)

Anggota : 1. (.....……….……….)

2. Bd. Anggrawati Wulandari,SST. M.Kes (.....……….……….)

Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. Agusta Dian Ellina,.S.Kep,.Ns,.M.Kep


NIDN. 0720088503

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada TYME yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga usulan penelitian yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI

PUSKESMAS TOPO KECAMATAN UWAPA KABUPATEN NABIRE

PAPUA “ dapat diselesaikan. Usulan penelitian ini merupakan salah satu syarat

untuk meneruskan jenjang penelitian pada Program Studi D4 Kebidanan di IIK

STRADA Indonesia

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Sentot Imam Suprapto.,MM,. selaku Rektor IIK STRADA Indonesia yang

telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1 Kebidanan

2. Dr Agusta Dian Ellina,.S.Kep,.Ns,.M.Kep selaku Dekan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan IIK STRADA Indonesia

3. Riza Tsalatsatul Mufida,.SST,.Bd,.M.Keb selaku Kaprodi S1 Kebidanan

4. Bd,.Anggrawati Wulandari, SST., M.Kes selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan pada penyusunan Usulan Penelitian

ini.

5. Kepala Puskesmas TOPO yang telah memberikan Ijin untuk peneliti

menyelesaikan kegiatan penelitian.

6. Responden dan Pihak-pihak yang membantu secara ikhlas, mendukung dan

memotivasi dalam penyelesaian penyusunan usulan penelitian ini

v
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Usulan Penelitian ini masih

jauh dari sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran dari semua pihak sangatlah

kami butuhkan demi kesempurnaan Usulan Penelitian ini. Semoga Usulan

penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. Amin.

Kediri, November 2023

Peneliti

vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Surat Pernyataan ii
Halaman Persetujuan iii
Halaman Penetapan Panitia Penguji iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi viii
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xi
Daftar Lampiran xii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 7
1. Manfaat teoritis 7
2. Manfaat praktis 7
E. Keaslian Penelitian 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 11
1. Konsep Dasar Anemia Pada Ibu Hamil 11
2. Konsep Dasar Kepatuhan Suplementasi Tablet Tambah Darah 27
3. Konsep Dasar Antenatal Care 37
4. Konsep Dasar Paritas 41
5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Anemia Pada Ibu Hamil 43
B. Kerangka Konsep 46
C. Hipotesis 47
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 48
B. Kerangka Kerja 49
C. Populasi, Sampel, dan Sampling 50
1. Populasi 50
2. Sampel 50
3. Sampling 51
D. Variabel Penelitian 51
E. Definisi Operasional 52
F. Lokasi Penelitian 53
G. Teknik Pengumpulan Data 54
H. Analisis Data 56
I. Etika penelitian 58

DAFTAR PUSTAKA

vii
LAMPIRAN 7
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 2.1 Kerangka konsep

Gambar 3.1 Kerangka Kerja.

viii
DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 2.1 Kategori Masalah Kesehatan Masyarakat Berdasarkan


Prevalensi Anemia

Tabel 2.2 Rekomendasi WHO tentang Pengelompokan Anemia

Tabel 2.3 Alat Untuk Mengukur Kepatuhan Minum Obat

Tabel 3.1 Definisi Operasional

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Informasi Penelitian (Inform consent) 63


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 64
Lampiran 3 Lembar Kuesioner 65
Lampiran 4 Identitas Peneliti 68
Lampiran 5 Lembar Konsultasi 69

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia pada ibu hamil merupakan masalah baik di negara maju

maupun berkembang. Sekitar 32,4 juta ibu hamil di seluruh dunia menderita

anemia, dengan jumlah kasus tertinggi (48,7 persen) dilaporkan di kawasan

Asia Selatan, disusul Afrika, Timur Tengah, Afrika, Eropa, dan Amerika

(masing-masing 46,3, 38,9, 25,6, dan 24,9 persen) dan jumlah terendah (24,3

persen) dilaporkan di kawasan Pasifik Barat (Who, 2019). Prevalensi anemia

di tahun 2018 didapatkan sebanyak 48,9% (Kemenkes RI., 2018). Di

Indonesia, berdasarkan data Indikator WHO tahun 2019 menyatakan bahwa

kasus anemia pada ibu hamil masuk dalam kategori berat yaitu 44,2% (Who,

2019).

Prevalensi Anemia di Provinsi Papua adalah 81% dari 3.087 ibu hamil

dan tahun 2019 ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 79,3% dari 3063

ibu hamil, sedangkan data cakupan tablet besi untuk ibu hamil di Provinsi

Papua (2018). dari 3.087 ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe (Fe3) hanya

1.631 ibu hamil (52,1%), selebihnya 1.456 ibu hamil hanya mendapat 30

tablet Fe (Fe1) dan cakupan Fe3 tahun 2019 sebesar 61,0% (Dinas Kesehatan

Papua, 2019).

Dampak yang ditimbulkan dari anemia pada kehamilan adalah Wanita

dengan anemia memiliki durasi rawat inap yang lebih lama dan rawat inap

yang lebih banyak pada saat antenatal, dan tingkat preeklamsia, plasenta

1
previa, dan persalinan sesar lebih tinggi. Tingkat transfusi darah intrapartum-

postpartum lebih tinggi pada wanita dengan anemia. Anemia kehamila

dikaitkan dengan kelahiran prematur, angka kelahiran hidup kecil untuk usia

kehamilan prematur, skor Apgar 5 menit yang rendah, kematian neonatal, dan

kematian perinatal (Smith et al., 2019).

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada

pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat

mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan,

BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan mordibitas

dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada

ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko mordibitas

maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan

premature juga lebih besar (Georgieff, 2020).

Faktor resiko terjadinya anemia dimulai dari politik ekonomi negara

yang dipengaruhi oleh ekologi, iklim dan geografi. Ekonomi Negara dapat

mempengaruhi pendidikan, pendapatan, budaya dan perilakuyang akan

berdampak pada subyek rentan seperti ibu hamil dan paritas tinggi (Angraini,

2023). Hal tersebutlah yang akan mempengaruhi akses keanekaragaman

pangan, akses sumber fortifikasi seperti suplementasi besi dan kepatuhan

suplemetasi besi, akses pengetahuan terhadap anemia, akses air bersih dan

sanitasi serta akses terhadap kesehatan. Rendahnya akses tersebut akan

menyebabkan asupan nutrisi dan penyerapan yang tidak adekuat dan

2
menurunkan produksi sel darah merah yang menyebabkan anemia (Gibore et

al., 2021).

Menurut penelitian (Eweis et al., 2021), menjelaskan bahwa

Multiparitas, kunjungan antenatal jarang, asupan tidak teratur, suplemen zat

besi, rendahnya asupan daging dan buah-buahan setiap minggu, dan

seringnya konsumsi teh setiap hari diidentifikasi sebagai faktor risiko anemia.

Menurut penelitian (Sabina Azhar et al., 2021), menjelaskan bahwa anemia

berat. Anemia berhubungan secara signifikan dengan usia ibu 20-25 tahun,

pendapatan bulanan keluarga dan rendahnya ANC, paritas, kontrasepsi, dan

suplemen zat besi. Hasilnya menunjukkan bahwa ibu hamil harus menerima

ANC secara rutin dan mengenali suplementasi zat besi selama kehamilan.

Pada akhirnya, hasil penelitian ini sangat relevan bagi wanita hamil yang

menerima ANC

Menurut penelitian (Rumintang et al., 2022), mendapatkan kepatuhan

ibu hamil terhadap konsums tablet besi berhubungan dengan kadar

haemoglobin ibu hamil. Ibu hamil yang rutin mengkonsumsi tablet tambah

darah memiliki kepatuhan kadar haemoglobin yang lebih tinggi dibandingkan

ibu hamil yang tidak patuh konsumsi tablet tambah darah. Oleh sebab itu

monitoring suplementasi besi diberikan.

Hasil penelitian terkait anemia di Provinsi Papua masih sangat minim

dilaporkan. Menurut penelitian (Latief et al., 2023), menunjukkan determinan

terjadinya anemia ibu hamil di Provinsi Papua adalah umur, paritas,

pengetahuan, frekuensi kunjungan ANC, pola konsumsi, kepatuhan konsumsi

3
zat besi dan anemia pada ibu hamil. Dan berdasarkan hasil uji statistik (uji

regresi logistik) terhadap variabel bebas tersebut menunjukkan bahwa

frekuensi ANC dan pola konsumsi secara simultan (bersama-sama)

berhubungan dengan anemia pada ibu hamil.

Paritas menjadi perhatian khusus karena merupakan salah satu faktor

yang sangat mendominasi terjadinya anemia pada kehamilan karena pada

kondisi ibu yang melahirkan lebih dari 2x atau terlalu sering sangat

mempengaruhi kondisi tubuh ibu baik dalam fisik maupun batin, pada saat

ibu melahirkan anak lebih dari 2x, kondisi fisik ibu masih membutuhkan zat

besi lebih banyak, baik itu untuk pertumbuhan kondisi ibu sendiri maupun

janin yang dikandungnya. Jika terlalu sering mengalami kehamilan dan

melahirkan menyebabkan zat besi yang belum terbentuk secara optimal dalam

tubuh, selalu berkurang karena tubuh ibu memerlukannya begitupun janin

yang dikandung(Adawiyah & Tri, 2021).

Menurut penelitian Amini et al., (2018), menunjukkan bahwa ada

hubungan paritas pertama dan grandemultipara mempunyai resiko lebih besar

mengalami anemia pada kehamilan, apabila tidak memperhatikan kebutuhan

nutrisi selama hamil. Paritas merupakan salah satu faktor mempengaruhi

anemia pada ibu. Berbeda dengan penelitian, menunjukkan bahwa partias

tidak berhubungan dengan kejadian anemia apda ibu hamil (Anggreni, 2020).

Berdasarkan presurvey penelitian di Kabupaten Nabire didapatkan

prevalensi ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 33,6% di tahun 2020,

meningkat di tahun 2021 sebanyak 43,76%, Ditahun 2022 mengalami

4
penurunan yaitu 21, 71%. Hasil wawancara dengan 42 ibu hamil anemia

didapatkan bahwa 15 ibu tidak rutin mengkonsumsi suplementasi besi, 8

orang ibu memili KI paritas grande multipara dan sebanyak 10 ibu hamil

tidak rutin kunjungan antenatal karena jaraknya jauh.

Solusi yang dilakukan pemerintah saat ini adalah pemberian tablet

tambah darah sebanyak 90 tablet pada ibu hamil. Pemerintah Kabupaten

Nabire Bersama dengan Puskesmas juga melakukan pendidikan kesehatan

makanan sehat mengandung zat besi serta makanan tambahan berupa telur.

Namun demikian kasus anemia masih tinggi. Berdasarkan latar belakang

diatas peneliti tertarik untuk meneliti Faktor-faktor (kepatuhan ANC,

kepatuhan suplementasi besi dan paritas) yang mempengaruhi kejadian

anemia pada ibu hamil Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten

Nabire Papua

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan

masalahnya, yaitu :

1. Adakah hubungan kepatuhan suplementasi besi dengan kejadian anemia

pada ibu hamil Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten

Nabire Papua

2. Adakah hubungan kepatuhan ANC dengan kejadian anemia pada ibu

hamil Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire Papua

3. Adakah hubungan kepatuhan ANC dengan kejadian anemia pada ibu

hamil Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire Papua

5
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk Mengetahui hubungan Faktor-faktor (kepatuhan ANC,

kepatuhan suplementasi besi dan paritas) yang mempengaruhi kejadian

anemia pada ibu hamil Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten

Nabire Papua

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kepatuhan ANC pada ibu hamil Di Puskesmas Topo

Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire Papua

2. Mengidentifikasi kepatuhan konsumsi suplementasi besi pada ibu hamil

Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire Papua

3. Mengidentifikasi Paritas pada ibu hamil Di Puskesmas Topo

Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire Papua

4. Mengidentifikasi kejadian anemia pada ibu hamil Di Puskesmas Topo

Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire Papua

5. Menganalis hubungan kepatuhan ANC dengan kejadian anemia pada

ibu hamil Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire

Papua

6
6. Menganalis hubungan kepatuhan konsumsi suplementasi besi dengan

kejadian anemia pada ibu hamil Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa

Kabupaten Nabire Papua

7. Menganalis hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire Papua

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat dipakai sebagai dasar dan dijadikan bahan

perbandingan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya,

khususnya mengenai Faktor-faktor (kepatuhan ANC, kepatuhan

suplementasi besi dan paritas) yang mempengaruhi kejadian anemia pada

ibu hamil Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire

Papua

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaatnya oleh

semua pihak, khusunya :

a. Bagi Responden

Diharapkan dapat menjadikan dasar bagi responden untuk mencegah

factor risiko terjadinya anemia pada kehamilan dengan menjaga paritas,

rutin melakukan ANC dan patuh konsumsi tablet tambah darah

b. Bagi Lahan Peneliti

7
Diharapkan dapat menjadikan factor risko paritas, ANC dan

suplementasi tablet tambah darah

c. Bagi peneliti lain

Diharapkan dapat menjadi dasar peneliti lain untuk dapat

mengembangkan penelitian intervensi

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai kebiasaan sarapan dan konsumsi teh dengan

kejadian anemia pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu :

8
No Nama Peneliti, Judul Nama Jurnal Variabel Metode Desain Hasil
Tahun Independe Dependen Penelitian Sampling
n
1 (Ramadhini & Hubungan Umur, Indonesia Umur, Kejadian Kuantitatif Tidak Hasil penelitian ini menunjukkan
Dewi, 2021) Paritas dan Paritas Anemi crossectional dijelaskan bahwa ada hubungan umur
(p=0,001), paritas (p=0,006) dan
Kepatuhan dan a pada kepatuhan konsumsi tablet
Konsumsi Tablet Kepatuha Ibu tambah darah (p=0,001) dengan
Tambah Darah n Hamil kejadian anemia pada ibu hamil.
Dengan Kejadian Konsumsi
Anemia pada Ibu Tablet
Hamil di Tambah
Puskesmas Darah
Batunadua Kota
Padangsidimpuan
Tahun 2021
2 (Latief et al., Hubungan Jurnal umur, anemia metode case Tidak Adanya hubungan bermakna yang
2023) Determinan Keperawatan paritas, pada ibu control dengan dijelaskan bermakna antara umur, paritas,
pengetahuan hamil pengetahuan, frekuensi
Dengan Peta , frekuensi kunjungan ANC, pola konsumsi,
Anemia Pada kunjungan kepatuhan konsumsi zat besi dan
Kehamilan Di ANC, pola anemia pada ibu hamil ( p>0,05)
Fasilitas Kesehatan konsumsi, . Dan berdasarkan hasil uji
Tingkat Pertama kepatuhan statistik (uji regresi logistik)
konsumsi terhadap variabel bebas tersebut
Di Provinsi Papua zat besi menunjukkan bahwa frekuensi
ANC dan pola konsumsi secara
simultan (bersama-sama)
berhubungan dengan anemia
pada ibu hamil (p<0,05) dengan
kontribusi sebesar 0,451

9
( 145,1%) yang berarti frekuensi
ANC dan pola konsumsi dapat
menjelaskan anemia sebesar
45,1% sedangkan sisanya 54,9%
dijelaskan oleh faktor lain. Hasil
uji statistik menunjukkan adanya
hubungan bermakna yang
bermakna antara umur, paritas,
pengetahuan, frekuensi
kunjungan ANC, pola konsumsi,
kepatuhan konsumsi zat besi dan
anemia pada ibu hamil ( p>0,05)
.
3 (Eweis et al., Prevalence and Clinical Nutrition umur, Sampel A cross-section Random Prevalensi anemia adalah 72%.
2021) determinants of ESPEN pendidikan, darah study sampling Multiparitas, kunjungan antenatal
anemia during the pekerjaan, diperiksa jarang, asupan tidak teratur
third trimester of pendapatan untuk suplemen zat besi, rendahnya
pregnancy keluarga, mengeta asupan daging dan buah-buahan
asupan hui setiap minggu, dan seringnya
vitamin, konsentr konsumsi teh setiap hari
riwayat asi diidentifikasi sebagai faktor risiko
kesehatan, hemoglo anemia. Sekitar 23,6% wanita
dan riwayat bin dari penderita anemia mempunyai
gizi. setiap ukuran kecil untuk usia kehamilan
wanita janin (RR ¼ 25.2).
yang Kesimpulan: Anemia pada
terdaftar trimester ketiga kehamilan
merupakan masalah kesehatan
utama di Beni-Suef,
Mesir

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Dasar Anemia Pada Ibu Hamil

a. Pengertian
Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan kadar hemoglobin

dalam darah kurang dari normal (< 11 gr/dl) selam kehamilan.

Menurut (Kemenkes RI., 2020) menuliskan bahwa anemia pada ibu

hamil adalah keadaan dimana seorang ibu hamil mengalami defisiensi

zat besi dalam darahnya. Anemia atau sering disebut kurang darah

adalah keadaan di mana kadar hemoglobin kurang dari normal.

Untuk menentukan kadar hemoglobin darah, salah satu cara yang

digunakan adalah metoda Cyanmethemoglobin. Cara ini cukup teliti

dan dianjurkan oleh International Committee for Standardization in

Hemathology (ICSH). Menurut cara ini darah dicampurkan dengan

larutan drapkin untuk memecah hemoglobin menjadi

cyanmethemoglobin, daya serapnya kemudian diukur pada 540 nm

dalam kalorimeter fotoelekrit atau spektrofotometer. Namun, cara

penentuan Hb yang banyak dipakai di Indonesia ialah Sahli. Cara ini

untuk di lapangan cukup sederhana

Pengawasan kadar hemoglobin dapat dilakukan minimal 2 kali

selama kehamilan yaitu trimester I dan III (Tarwoto dan Wasnidar

dalam Roosleyn, 2016).

11
Keseriusan penanganan masalah anemia antara lain didasarkan

oleh besarnya prevalensi anemia. Apabila prevalensi ≥ 40%, berarti

daerah tersebut mempunyai masalah kesehatan dalam kategori berat

(Kemenkes RI, 2019).

Tabel 2.1 Kategori Masalah Kesehatan Masyarakat


Berdasarkan Prevalensi Anemia
Kategori
Prevalensi
masalah
Berat ≥ 40%
Sedang 20,0 – 39,9
Ringan 5,0 – 19,9
Normal ≤ 4,9
Sumber : (Who, 2019)
b. Metabolisme Besi
Senyawa-senyawa esensial yang mengandung besi dapat ditemukan

dalam plasma dan di dalam semua sel. Karena zat besi yang terionisasi

bersifat toksik terhadap tubuh, maka zat besi selalu hadir dalam

bentuk ikatan dengan hem yang berupa hemoprotein (seperti

hemoglobin, mioglobin dan sitokrom) atau berikatan dengan sebuah

protein (seperti transferin, ferritin dan hemosiderin) (Shubham et al.,

2020)

Jumlah besi di dalam tubuh seorang normal berkisar antara 3-5 g

tergantung dari jenis kelamin, berat badan dan hemoglobin. Besi

dalam tubuh terdapat dalam hemoglobin sebanyak 1,5 – 3 g dan sisa

lainnya terdapat dalam plasma dan jaringan. Kebanyakan besi tubuh

adalah dalam hemoglobin dengan 1 ml sel darah merah mengandung 1

mg besi (2000 ml darah dengan hematokrit normal mengandung

sekitar 2000 mg zat besi). Besi yang diserap usus setiap hari kira-kira

12
1-2 mg, ekskresi besi melalui eksfoliasi sama dengan jumlah besi

yang diserap usus yaitu 1-2 mg. Besi yang diserap oleh usus dalam

bentuk transferin bersama dengan besi yang dibawa oleh makrofag

sebesar 22 mg dengan jumlah total yang dibawa tranferin yaitu 24mg

untuk dibawa ke sumsum tulang untuk eritropoesis. Eritrosit yang

terbentuk memerlukan besi sebesar 17 mg yang merupakan eritrosit

yang beredar keseluruh tubuh, sedangkan yang 7 mg akan

dikembalikan ke makrofag karena berupa eritropoesis inefektif. Secara

umum, metabolisme besi ini menyeimbangkan antara absorbsi 1-2

mg/ hari dan kehilangan 1-2 mg/ hari. Kehamilan dapat meningkatkan

keseimbangan besi, dimana dibutuhkan 2-5 mg besi perhari selama

kehamilan dan laktasi. Diet besi normal tidak dapat memenuhi

kebutuhan tersebut sehingga diperlukan suplemen besi (Mégier et al.,

2022).

c. Patofisiologi Anemia pada Kehamilan


Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga

diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang

terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro

(sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase).

Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas

(asymptomatik). Adapun tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan

menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat

besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan

besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi,

13
berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah

protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan

menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan

cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb i (Mégier et al., 2022)

Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan

mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum

dapat menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan.

Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan

orang tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar feritin serumnya

i (Mégier et al., 2022).

d. Dampak Anemia Pada Kehamilan

Defisiensi besi walaupun belum disertai anemia defisiensi besi dan

anemia ringan sudah cukup menimbulkan gejala, seperti lesu, lemah,

letih, lelah, dan lalai (5L) (Kemenkes RI, 2019).

Hal ini diakibatkan oleh menurunnya kadar oksigen yang dibutuhkan

jaringan tubuh, termasuk otot untuk aktivitas fisik dan otak untuk

berpikir, karena oksigen dibawa oleh hemoglobin. Penderita

kekurangan zat besi juga akan turun daya tahan tubuhnya, akibatnya

mudah terkena penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2019).

Menurut Lynch, anemia pada masa remaja berisiko untuk terjadinya

defisiensi besi pada saat hamil, oleh karena kehamilan meningkatkan

kebutuhan terhadap zat besi secara sangat signifikan.

14
Hal serupa disampaikan oleh Hallberg bahwa sepanjang

kehamilannya, ibu membutuhkan tambahan zat besi sekitar 1000 mg.

Bila tambahan kebutuhan ini tidak terpenuhi dari simpanan, maka

perlu didapat dari suplementasi (Kemenkes RI, 2019).

Menurut (James, 2021) ditengkan WHO, seseorang yang tidak anemia

belum tentu tidak mengalami defisiensi besi, karena prevalensi

defisiensi besi kira-kira 2,5 kali lebih besar dari anemia defisiensi besi

Dengan tingginya prevalensi anemia pada wanita usia subur dan pada

ibu hamil, maka diperkirakan sebagian besar wanita usia subur dan

ibu hamil menderita defisiensi besi, sehingga tambahan kebutuhan

1000 mg selama kehamilannya perlu didapatkan dari suplementasi.

Ibu hamil yang menderita anemia berisiko mengalami keguguran, bayi

lahir sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah, serta perdarahan

sebelum, saat dan setelah melahirkan. Pada anemia sedang dan berat

perdarahan dapat menjadi lebih parah, sehingga berisiko terhadap

terjadinya kematian ibu dan bayi. (James, 2021)

Dampak terhadap anak yang dilahirkan oleh ibu yang anemia

menyebabkan bayi lahir dengan persediaan zat besi yang sangat

sedikit didalam tubuhnya sehingga berisiko mengalami anemia pada

usia dini, yang dapat mengakibatkan gangguan/hambatan

pertumbuhan dan perkembangan anak, baik pada sel otak maupun

15
pada sel tubuh lainnya, akibatnya anak tidak dapat mencapai tinggi

yang optimal dan menjadi kurang cerdas (James, 2021).

e. Penyebab Anemia

Menurut (Kemenkes RI, 2019) Sebagian besar penyebab anemia

di Indonesia adalah kekukarangan zat besi yang diperlukan untuk

pembentukan Hemoglobin (Hb), sehingga disebut “Anemia

Kekurangan besi atau Anemia Gizi Besi (AGB)”. Kekurangan zat

besi dalam tubuh tersebut disebabkan antara lain karena :

1) Konsumsi makanan sumber zat besi yang kurang, terutama yang

berasal dari hewani.

2) Kebutuhan yang meningkat, seperti pada masa kehamilan,

menstruasi pada perempuan dan tumbuh kembang pada anak

balita dan remaja.

3) Menderita penyakit infeksi, yang berakibat zat besi yang diserap

tubuh berkurang (kecacingan), atau hemolisis sel darah merah

(malaria).

4) Kehilangan zat besi yang berlebih pada perdarahan termasuk

menstruasi yang berlebihan dan seringnya melahirkan.

5) Konsumsi makanan yang rendah sumber zat besi tidak dicukupi

dengan konsumsi tablet tambah darah (TTD) sesuai anjuran

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu Hamil

16
Penyebab terjadinya anemia gizi secara garis besar

dikelompokkan dalam:

1) Sebab Langsung

a) Kekurangan Energi Kronis (KEK)

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat

digunakan untuk tujuan penapisan status KEK. Ibu hamil

KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA <

23,5 cm. Deteksi KEK dengan ukuran LILA yang rendah

mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake

makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan

kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat

diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK

berpeluang untuk menderita anemia.

b) Kekurangan zat besi

Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang

merupakan pangan sumber zat besi yang berperan penting

untuk pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel

darah merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting

dalam pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan

vitamin B12 (Kemenkes, 2020).

Pangan nabati (tumbuh-tumbuhan) juga mengandung zat

besi (besi nonheme) namun jumlah zat besi yang bisa

diserap oleh usus jauh lebih sedikit dibanding zat besi dari

17
bahan makanan hewani. Zat besi nonheme (pangan nabati)

yang dapat diserap oleh tubuh adalah 1-10%. Contoh

pangan nabati sumber zat besi adalah sayuran berwarna

hijau tua (bayam, singkong, kangkung) dan kelompok

kacang-kacangan (tempe, tahu, kacang merah). Masyarakat

Indonesia lebih dominan mengonsumsi sumber zat besi

yang berasal dari nabati. Hasil Survei Konsumsi Makanan

Individu (Kemkes, 2014) menunjukkan bahwa 97,7%

penduduk Indonesia mengonsumsi beras (dalam 100 gram

beras hanya mengandung 1,8 mg zat besi). Oleh karena itu,

secara umum masyarakat Indonesia rentan terhadap risiko

menderita Anemia Gizi Besi (AGB). (Kemenkes 2020)

c) Infeksi penyakit

Zat besi merupakan unsur penting dalam

mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak mudah

terserang penyakit.

Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb < 10 gr/dl

memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri)

yang rendah juga. Seseorang dapat terkena anemia karena

meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis

(hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah

atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi

(infeksi cacing tambang, malaria, tuberculosa).

18
2) Sebab Tidak Langsung

a) Perhatian terhadap wanita yang masih rendah di keluarga

oleh sebab itu wanita di dalam keluarga masih kurang

diperhatikan dibandingkan laki-laki. Sebagai contoh: (1)

Wanita mengeluarkan energi lebih banyak di dalam

keluarga. Wanita yang bekerja sesampainya di rumah tidak

langsung beristirahat karena umumnya mempunyai banyak

peran, seperti memasak, menyiapkan makan, membersihkan

rumah dan lain sebagainya, (2) distribusi makan di dalam

keluarga umumnya tidak menguntungkan ibu dimana pada

umumnya ibu makan terakhir, sehingga pada keluarga

miskin ibu mempunyai resiko lebih tinggi, (3) kurang

perhatian dan kasih sayang keluarga terhadap wanita,

misalnya penyakit pada wanita atau penyulit yang terjadi

pada waktu kehamilan dianggap sebagai suatu hal yang

wajar (Eweis et al., 2021).

b) Umur Ibu

Pada usia < 20 tahun kebutuhan zat besi meningkat

ditunjang dengan keadaan hamil yang lebih membutuhkan

zat gizi terutama zat besi maka kemungkinan untuk

menderita anemia pada kehamilan cukup tinggi. Demikian

pula pada usia > 35 tahun kondisi fisiknya sudah menurun,

daya tahan tubuh terhadap berbagai serangan penyakit tidak

19
lagi optimal dan rentan terhadap komplikasi penyakit

(Ramadhini & Dewi, 2021).

Usia yang kemungkinan tidak memiliki resiko tinggi

pada saat kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-35 tahun,

karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima

kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu

merawat bayi dan dirinya. Sedangkan umur < 20 tahun dan

> 35 tahun merupakan umur yang resiko tinggi terhadap

kehamilan dan persalinan. Ibu hamil pada usia terlalu muda

(<20 tahun) tidak atau belum siap untuk memperhatikan

lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan janin.

Disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antar janin

dan ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan

adanya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama

kehamilan. Seiring usia bertambah, kebutuhan nutrisi akan

meningkat, sedangkan system dalam tubuh semakin

menurun. Sedangkan ibu hamil diatas 30 tahun lebih

cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan karena

pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat

masa fertilisasi (Mardha et al., 2019).

c) Paritas

Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk

meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel

20
darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang

wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin

banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika

persediaan cadangan zat besi minimal, maka setiap

kehamilan akan menguras persediaan zat besi dan akhirnya

menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.

Kehamilan yang berulang dalam waktu yang singkat

menyebabkan cadangan besi ibu belum pulih dan terkuras

untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya

(Adawiyah & Tri, 2021).

Dengan kata lain, anemia juga dipengaruhi oleh

kehamilan dan persalinan yang sering, semakin sering

seorang wanita mengalami kehamilan dan persalinan akan

semakin banyak kehilangan zat besi dan semakin anemis

(King et al., 2019)

d) Jarak kehamilan

Seorang wanita yang hamil dan melahirkan kembali

dengan jarak yang pendek dari kehamilan sebelumnya, akan

memberikan dampak yang buruk terhadap kondisi

kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan, karena bentuk

dan fungsi organ reproduksi belum kembali dengan

sempurna. Sehingga fungsinya akan terganggu apabila

21
terjadi kehamilan dan persalinan kembali. Jarak kehamilan

minimal agar organ reproduksi dapat berfungsi kembali

dengan baik adalah 24 bulan (Gusnidarsih, 2020).

Jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak

kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian

maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat

menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk

memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi

sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat

beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan

zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk

keperluan janin yang dikandungnya (Gusnidarsih, 2020).

3) Penyebab Mendasar

Anemia gizi lebih sering terjadi pada kelompok penduduk

sebagai berikut:

a. Pendidikan yang rendah; karena pada umumnya: (1) kurang

memahami kaitan anemia dengan faktor lainnya, (2) kurang

mempunyai akses mengenai informasi anemia dan

penanggulangannya, (3) kurang dapat memilih bahan

makanan yang bergizi, (4) kurang dapat menggunakan

pelayanan kesehatan yang tersedia.

b. Ekonomi yang rendah; karena: (1) kurang mampu membeli

makanan sumber zat besi karena harganya relatif mahal, (2)

22
kurang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan

yang tersedia.

c. Status sosial wanita yang masih rendah di masyarakat;

mempunyai beberapa akibat yang mempermudah timbulnya

anemia gizi. Sebagai contoh, (1) rata-rata pendidikan wanita

lebih rendah dari laki-laki. Hal ini terjadi karena anggapan

bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah yang tinggi; (2)

upah tenaga kerja wanita umumnya lebih rendah dari laki-

laki pada hampir seluruh lapangan kerja, (3) adanya

kepercayaan yang merugikan, seperti pantangan makanan

tertentu, mengurangi makan setelah trimester III agar

bayinya kecil.

d. Lokasi geografis yang buruk; yaitu lokasi yang

menimbulkan kesulitan dari segi pendidikan dan ekonomi,

seperti daerah terpencil.

e. Fasilitas pelayanan

Fasilitas pelayanan kesehatan primer menjadi acuan dalam

factor penyebab anemia di dunia. Faktor penyebab anemia

karena rendahnya kunjungan ANC yang tidak sesuai dengan

pedoman. Ibu hamil juga tidak mendapatkan standart

asuhan pelayanan sesudai yang seharusnya. Faktor jarak

rumah dengan tempat fasilitas layanan juga berpengaruh

terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

23
(Crispín Milart et al., 2019)

g. Tanda dan Gelaja Anemia

Karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan

berkurangnya pengiriman oksigen ke setiap jaringan dalam tubuh,

anemia dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Anemia

ringan biasanya tidak menimbulkan gejala papun. Jika anemia secara

perlahan terus menerus (kronis), tubuh dapat beradaptasi dan

mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak ada gejala

apapun sampai anemia menjadi lebih (Kemenkes RI, 2019).

Gejala anemia mungkin termasuk yang berikut:

1) Kelelahan

2) Penurunan energi

3) Sesak napas ringan

4) Palpitasi (rasa jantung balap atau pemukulan tidak teratur)

5) Tampak pucat

Beberapa tanda-tanda yang mungkin menunjukkan anemia berat

pada seseorang dapat mencakup :

1) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket

dan berbau busuk, berwarna merah marun, atau tampak berdarah

jika anemia karena kehilangan darah melalui saluran pencernaan

2) Denyut jantung cepat

3) Tekanan darah rendah

4) Frekuensi pernapasan cepat

24
5) Pucat atau kulit dingin

6) Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel

darah merah

7) Murmur jantung

8) Pembesaran limpa dengan penyebab anemia tertentu

9) Nyeri dada

10) Pusing atau kepala terasa ringan (terutama ketika berdiri)

11) Tidak bisa berkonsentrasi

12) Pingsan

h. Derajat Anemia

WHO menetapkan kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai

89% dengan menentukan Hb 11 gr% sebagai dasarnya.

Tabel 2.2

Rekomendasi WHO tentang Pengelompokan Anemia (gr/dl)

berdasarkan umur

Tidak Anemia
Populasi
anemia Ringan Sedang Berat

Anak 6 – 59 bulan 11 10,0-10,9 7,0 – 9,9 < 7,00

Anak 5 – 11 tahun 11,5 11,0 – 11,4 8,0 – 10,9 < 8,00

Anak 12 – 14 tahun 12 11,0 – 11,9 8,0 – 10,9 < 8,00

WUS tidak hamil 12 11,0 – 11,9 8,0 – 10,9 < 8,00

Ibu hamil 11 10,0 – 10,9 7,0 – 9,9 < 7,00

Laki-laki ≥ 15 tahun 13 11,0 – 12,9 8,0 – 10,9 < 8,00

Sumber : WHO, 2011 dalam (Kemenkes RI, 2019).

25
i. Upaya Penanggulangan Anemia Pada Kehamilan

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan

memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk

meningkatkan pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan

adalah (Kemenkes RI, 2019):

1) Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi

Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan

bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka ragam makanan, terutama

sumber pangan hewani yang kaya zat besi (besi heme) dalam

jumlah yang cukup sesuai dengan AKG. Selain itu juga perlu

meningkatkan sumber pangan nabati yang kaya zat besi (besi non-

heme), walaupun penyerapannya lebih rendah dibanding dengan

hewani. Makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani

contohnya hati, ikan, daging dan unggas, sedangkan dari nabati

yaitu sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Untuk

meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati perlu

mengonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti

jeruk, jambu. Penyerapan zat besi dapat dihambat oleh zat lain,

seperti tanin, fosfor, serat, kalsium, dan fitat

2) Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi

Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat

gizi kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan

tersebut. Penambahan zat gizi dilakukan pada industri pangan,

26
untuk itu disarankan membaca label kemasan untuk mengetahui

apakah bahan makanan tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi.

Makanan yang sudah difortifikasi di Indonesia antara lain tepung

terigu, beras, minyak goreng, mentega, dan beberapa snack. Zat

besi dan vitamin mineral lain juga dapat ditambahkan dalam

makanan yang disajikan di rumah tangga dengan bubuk tabur gizi

atau dikenal juga dengan Multiple Micronutrient Powder

3) Suplementasi zat besi

Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi

kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat

besi. Pemberian suplementasi zat besi secara rutin selama jangka

waktu tertentu bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin

secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan

zat besi di dalam tubuh (Kemenkes RI, 2019).

2. Konsep Dasar Kepatuhan Suplementasi Tablet Tambah Darah

a. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan minum obat adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan perilaku pasien dalam minum obat secara benar

tentang dosis, frekuensi, dan waktunya (S. Notoatmodjo, 2018).

Kepatuhan minum tablet Fe adalah ibu hamil yang mengkonsumsi

tablet Fe setiap hari dan jumlah tablet Fe yang diminum paling sedikit

90 tablet berturut-turut selama kehamilan (Kemenkes RI, 2019)..

27
Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah

tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe,

frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet

Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan

menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi.

Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya

yang dilengkapi asam folat yang dapat mencegah anemia karena

kekurangan asam folat (Kemenkes RI, 2019).

b. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

1) Faktor individu

a) Umur

Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasan atau maturitas,

yang berarti bahwa semakin meningkat umur seseorang, akan

semakin meningkat pula kedewasaannya atau kematangannya baik

secara teknis, psikologis, maupun spiritual, serta akan semakin

meningkatkan pula kemampuan seseorang dalam mengambil

keputusan, berfikir rasional, mengendalikan emosi, toleran dan

semakin terbuka terhadap pandangan orang lain termasuk pula

keputusannya untuk mengikuti program-program terapi yang

berdampak pada kesehatannya (Ramadhini & Dewi, 2021)

Hal serupa diungkapkan oleh Notoatmodjo dalam yang

menyatakan bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

28
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan

mengambil suatu keputusan serta mempengaruhi kepatuhan.

Perlu diperhatikan pada kelompok ibu hamil <20 tahun dan >35

tahun adalah kelompok ibu hamil yang sebenarnya membutuhkan

tablet Fe (Sari et al., 2020).

b) Pendidikan

Pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan kualitas pribadi seseorang,

dimana semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin besar

kemampuannya untuk memanfaatkan pengetahuan dan

keterampilannya (Sari et al., 2020).

Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap pengobatannya.

Tingginya tingkat pengetahuan akan menunjukkan bahwa

seseorang telah mengetahui, mengerti dan memahami maksud dari

pengobatan yang mereka jalani (Sari et al., 2020)..

Menurut Notoatmodjo (2018), tingkat pendidikan seseorang akan

berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu sehingga

perbedaan tingkat pendidikan mengakibatkan perbedaan

pengetahuan yang diperoleh responden tentang konsumsi tablet Fe

c) Pekerjaan

Menurut Wawan dalam Sulistiyanti (2015), pekerjaan sebagai ibu

29
rumah tangga terdapat keterbatasan dalam mempunyai sosialisasi

dan interaksi dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Proses

sosialisasi dan interaksi dapat mempengaruhi pengetahuan ibu

tentang konsumsi tablet Fe.

Salah satu faktor struktur sosial yaitu pekerjaan akan

mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, pekerjaan

seseorang dapat mencerminkan sedikit banyaknya informasi yang

diterima, informasi tersebut akan membantu seseorang dalam

mengambil keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan

yang ada (Sari et al., 2020).

Selain itu, jenis pekerjaan dalam sektor informal dengan beban

kerja fisik yang relatif lebih berat, menyebabkan seseorang

mengeluarkan banyak keringat. Hal ini mengakibatkan peningkatan

pengeluaran zat besi bersama keringat. Wanita hamil yang

melakukan beban kerja berat memerlukan banyak sekali makanan

untuk kondisi kesahatan tubuhnya maupun untuk kebutuhan

energinya, sehingga zat-zat gizi yang dibutuhkan harus tercukupi

(Sari et al., 2020).

d) Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup diluar rahim (28 minggu). Paritas dapat digolongkan

menjadi 3 (tiga) bagian yaitu golongan primipara adalah ibu

dengan paritas 1, golongan multipara adalah dengan paritas 2-5,

30
dan golongan grande multipara adalah ibu dengan paritas > 5 (Sari

et al., 2020)..

Berdasarkan Riskesdas (2010), dalam hal paritas, semakin banyak

jumlah paritas, semakin ibu hamil tidak patuh mengkonsumsi tablet

Fe. Ibu hamil dengan kehamilan kedua, ketiga, dan seterusnya

merasa kehamilan tersebut sebagai hal yang normal, biasa dan

sudah pernah melahirkan, sehingga konsep tersebut mengakibatkan

menurunnya perhatian terhadap pemeliharaan kehamilannya

Keadaan tersebut membahayakan bagi kesehatan ibu hamil, karena

semakin tua umur ibu maka kondisi kesehatan semakin menurun

(Sari et al., 2020).

2) Faktor obat

a) Dosis dan Bentuk Sediaan

Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi menurun seiring dengan

peningkatan jumlah dosis dan ukuran sediaan (Sari et al., 2020).

b) Efek samping

Efek samping yang terjadi pada ibu hamil mempengaruhi

tingkat kepatuhan dalam pemakaian obat (Mandariska, 2014). Pada

individu tertentu, konsumsi tablet Fe dapat menimbulkan gejala

seperti mual, nyeri di daerah lambung, muntah dan kadang-kadang

terjadi diare atau sulit buang air besar. Sehingga perlu disampaikan

bahwa gejala-gejala tersebut tidak berbahaya, dan tubuh akan

31
menyesuaikan sehingga gejala semakin berkurang dengan

berjalannya waktu (Kemenkes RI, 2019).

3) Petugas kesehatan

Peran petugas kesehatan sangat penting dalam pemberian

informasi kesehatan. Menurut (Rumintang et al., 2022) menyatakan

konseling harus bertujuan untuk mendidik pasien sehingga

pengetahuan pasien mengenai obat akan meningkat dan hal ini akan

mempengaruhi tingkat kepatuhan. Melalui konseling, asumsi dan

perilaku pasien yang salah akan dapat diperbaiki/dikoreksi.

4) Akses pelayanan

Jarak ke klinik, kendala ekonomi (biaya perjalanan), dan kesibukan

jam buka klinik dapat mempengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan

(Sari et al., 2020)..

c. Pengukuran Kepatuhan

Mengukur kepatuhan dapat menggunakan dua metode diantaranya

metode secara langsung dan tidak langsung. Alat untuk mengukur

kepatuhan pasien terhadap rejimen pengobatan dapat dilihat pada tabel

berikut (Anghel et al., 2019):

Tabel 2.3
Alat Untuk Mengukur Kepatuhan Minum Obat
Metode Kelebihan Kekurangan
Langsung
Observasi Paling akurat Pasien dapat me-
nyembunyikan pil dalam
mulutnya dan kemudian
membuangnya.
Pengukuran Objektif Variasi metabolisme

32
kadar/metabolit dapat memberikan pe-
dalam darah. nafsiran yang salah ter-hadap
kepatuhan. Memerlukan
biaya yang lebih.
Penanda biologis Objektif: dalam uji Memerlukan pengujian
dalam darah klinik dapat juga kuantitatif yang mahal dan
digunakan untuk pengumpulan cairan tubuh
mengukur placebo.
Tidak langsung
Kuesioner Sederhana, murah, Rentan terhadap kesalahan,
metode paling ber-guna hasilnya mudah terdistorsi
dalam pe-nentuan oleh pasien.
klinis
Menghitung pil Objektif dan mudah Data mudah diubah oleh
pasien.
Monitoring obat Akurat dan mudah Mahal, memerlukan
secara eletronik kunjungan kembali dan
pengambilan data.
Pengukuran penanda Mudah Penanda dapat tidak
fisiologis (denyut mengenali penyebab lain
jantung pada peng- (misalnya: peningkatan
guna beta bloker) metabolisme, menurunnya
absorbsi).
Buku harian pasien Memperbaiki mudah Mudah diubah oleh
Pasien
Sumber : (Anghel et al., 2019):

d. Upaya Meningkatkan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe

Kepatuhan terhadap konsumsi tablet Fe di Indonesia masih

sangat rendah, yang secara umum diakibatkan oleh rendahnya

pengetahuan mengenai tablet Fe, diantaranya sebagai berikut

(Kemenkes RI, 2019):

1) Efek samping minum tablet Fe

Pada individu tertentu, konsumsi tablet Fe dapat

menimbulkan gejala seperti mual, nyeri di daerah lambung,

muntah dan kadang-kadang terjadi diare atau sulit buang air

33
besar. Mual, selain bisa muncul karena minum tablet Fe, dapat

juga merupakan kondisi yang umum terjadi pada ibu hamil

trimester pertama kehamilan. Oleh karena itu perlu diberikan

pengertian bahwa penyebab mual tersebut bukanlah semata-

mata karena tablet Fe.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

mual atau gejala lainnya seperti nyeri lambung adalah dengan

mengonsumsi tablet Fe pada malam hari menjelang tidur. Perlu

disampaikan bahwa gejala-gejala tersebut tidak berbahaya, dan

tubuh akan menyesuaikan sehingga gejala semakin berkurang

dengan berjalannya waktu.

2) Meningkatkan penyerapan besi

Untuk meningkatkan penyerapan zat besi sebaiknya tablet

Fe dikonsumsi bersama dengan buah-buahan sumber vitamin C

(jeruk, pepaya, mangga, jambu biji dan lain-lain) dan kalau

memungkinkan dengan daging, ikan atau unggas.

3) Makanan dan obat yang mengganggu penyerapan besi

Hindari mengonsumsi tablet Fe bersamaan dengan :

a) Susu, karena susu hewani umumnya mengandung kalsium

dalam jumlah yang tinggi sehingga dapat menurunkan

penyerapan zat besi di mukosa usus.

34
b) Teh dan kopi karena mengandung senyawa fitat dan tanin

yang dapat mengkelat (mengikat zat besi menjadi senyawa

yang kompleks) sehingga tidak dapat diserap.

c) Tablet Kalsium (kalk) dosis yang tinggi, dapat menghambat

penyerapan zat besi.

d) Obat sakit maag berfungsi melapisi permukaan lambung

sehingga penyerapan zat besi terhambat. Penyerapan zat

besi akan semakin terhambat jika menggunakan obat maag

yang mengandung kalsium.

Bila akan mengonsumsi pangan maupun obat tersebut,

sebaiknya dua jam sebelum atau sesudah mengonsumsi tablet

zat besi sehingga penyerapan zat besi dari tablet Fe dapat lebih

baik.

4) Mitos atau kepercayaan yang salah

Perlu pula disampaikan bahwa minum tablet Fe tidak akan

menyebabkan bayi menjadi terlalu besar, tekanan darah

meningkat atau terlalu banyak darah. Penyebab ketiga kondisi

tersebut adalah hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan

konsumsi tablet Fe.

Selain itu, tenaga kesehatan perlu memberikan konseling kepada

ibu hamil untuk memastikan tablet Fe yang didistribusikan diminum

35
setiap hari oleh ibu hamil sejak awal kehamilan. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan berkaitan dengan konsumsi tablet Fe adalah

sebagai berikut :

1) Terjadinya perubahan warna hitam pada tinja menunjukkan

tanda yang normal karena mengkonsumsi tablet Fe. Warna

hitam pada tinja disebabkan adanya sisa zat besi yang tidak

diserap oleh tubuh.

2) Membawa kemasan tablet Fe kepada petugas untuk monitoring

jumlah tablet Fe yang telah dikonsumsi oleh sasaran.

3) Meminta bantuan anggota keluarga, misalnya suami, untuk

memonitor dan mengingatkan sasaran dalam mengonsumsi

tablet Fe.

4) Kunjungan rumah oleh petugas kesehatan atau kader diperlukan

untuk memastikan apakah tablet Fe betul-betul dikonsumsi oleh

sasaran.

5) Untuk mengetahui apakah sasaran mengkonsumsi tablet Fe,

petugas dapat melihat perkembangan kesehatan sasaran melalui

tanda klinis.

6) Untuk mengetahui dampak pemberian tablet Fe, petugas perlu

melakukan pemeriksaan Hb secara berkala.

7) Melakukan pemantauan bersamaan dengan kegiatan lain

(Kemenkes RI, 2019)

e. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia

36
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada dasarnya

adalah mengatasi penyebabnya. Sebagai contoh, sebagian anemia

terutama anemia berat (kadar Hb < 7 g/dL) biasanya disertai

penyakit yang melatar belakanginya, antara lain penyakit

tuberculosa, infeksi cacing atau malaria.

Oleh karena itu, selain penanggulangan pada anemianya, harus

dilakukan pula pengobatan terhadap penyakit penyerta tersebut

(Kemenkes RI, 2019).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan

menanggulangi anemia akibat kekurangan zat besi adalah sebagai

berikut :

1) Mempraktekkan pola makan bergizi seimbang. Pola makan

bergizi seimbang terdiri dari aneka ragam makanan, termasuk

sumber pangan hewaniyang kaya zat besi, dalam jumlah

proporsional. Makanan yang kaya sumber zat besi contohnya

hati, ikan, daging dan unggas. Sedangkan buah-buahan akan

meningkatkan penyerapan zat besi karena mengandung vitamin

C yang tinggi.

2) Fortifikasi bahan makanan yaitu: menambahkan satu atau lebih

zat gizi ke dalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada

pangan tersebut. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan

pada industri pangan, untuk itu disarankan membaca label

kemasan.

37
Pada keadaan zat besi dari makanan tidak tersedia atau sangat sedikit,

maka kebutuhan terhadap zat besi ferlu didapat dari suplemen tablet

Fe. Pemberian tablet Fe secara rutin selama jangka waktu tertentu

bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan

perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi didalam

tubuh. Apabila pola makan sudah memenuhi gizi seimbang, maka

suplementasi tablet Fe tidak diperlukan lagi (Kemenkes RI, 2019)

3. Konsep Dasar Antenatal Care

a. Pengertian

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga

profesional untuk ibu selama masa kehamilannya yang dilaksanakan

sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan

yang diberikan kepada ibu hamil oleh tenaga kesehatan dalam menjaga

kehamilannya. Hal ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi dan

mengetahui masalah- masalah yang muncul selama masa kehamilan

sehingga kesehatan ibu dan bayi tetap sehat hingga persalinan.

Pelayanan Antenatal Care (ANC) dapat dipantau dengan mengunjungi

ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya (Kemenkes RI, 2020a).

b. Standar pelayanan ANC

Pelayanan Antenatal Care (ANC) pada kehamilan normal minimal 6x

dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di Trimester

38
3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1

dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3 (Kemenkes RI, 2020a).

c. Tujuan ANC

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal Care selama

kehamilan untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap

kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu

dan memantau keadaan janin. Setiap wanita hamil ingin memeriksakan

kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang

mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui,

dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap

kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan Antenatal Care

(Kemenkes RI, 2020b). Tujuan pelayanan Antenatal Care menurut

Kementrian Kesehatan (2020) adalah :

a. Memantau kemajuan proses kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang janin di dalamnya.

b. Mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin terjadi

selama kehamilan sejak usia dini,termasuk riwayat penyakit dan

pembedahan.

c. Meningkatkan dan memelihara kesehatan ibu dan bayi.

d. Mempersiapkan proses persalinan agar bayi dapat dilahirkan dengan

selamat dan meminimalkan trauma yang mungkin terjadi selama

persalinan.

e. Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu.

39
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran

anak agar mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

g. Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik dan

dapat memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.

d. Penerapan 10T Berdasarkan Kelengkapan Buku KIA

Berikut merupakan penerapan 10 T dalam ANC:

1) Pengukuran Tinggi Badan dan Penimbangan Berat Badan (T1)

2) Pengukuran Tekanan Darah (T2)

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) (T3)

4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) (T4)

5) Pengukuran Persentasi Janin dan Detak Jantung Janin (DJJ) (T5)

6) Melakukan Skrinning TT (Tetanus Toksoid) (T6)

7) Pemberian Tablet Fe (T7)

8) Pemeriksaan Laboratorium (Rutin dan khusus) (T8)

9) Tatalaksana atau penanganan khusus (T9)

10) Temu wicara (Konseling) (T10) (Kemenkes RI, 2020b).

e. Hubungan kepatuhan ANC dengan kejadian Anemia

Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan ANC tidak hanya melakukan

pemeriksaan tetapi juga petugas kesehatan harus memberikan edukasi

tentang pentingnya mengkonsumsi tablet tambah darah, dan

memberikan tablet tambah darah secara gratis. Semakin rutin

pemeriksaan, semakin sering seorang ibu melakukan pemeriksaan

40
Antenatal Care (ANC), semakin kecil kemungkinan terjadinya

komplikasi dalam kehamilan, termasuk anemia (Sabina Azhar et al.,

2021).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Latief et al.,

2023) frekuensi ANC dan pola konsumsi secara simultan (bersama-

sama) berhubungan dengan anemia pada ibu hamil . Ibu hamil yang

rutin memeriksakan kehamilannya akan mengurangi risiko

berkembangnya anemia. Peneliti beranggapan bahwa ibu hamil sejak

awal kehamilan sudah seharusnya memeriksakan kehamilannya, karena

dapat melihat kondisi perkembangan janin dan memantau kesehatan

ibu. Risiko ibu melahirkan bayi secara prematur juga berkurang.

4. Konsep Dasar Paritas

a. Pengertian

Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu, baik

lahir hidup maupun lahir mati. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan

baik dalam keadaan hidup maupun lahir mati dari seorang ibu. Pada

kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin bila terlalu sering

melahirkan rahim ibu akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan

empat anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada pada

waktu kehamilan, persalinan dan nifas (King et al., 2019).

b. Pembagian Paritas

41
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian

maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka

kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi

kematian maternal. Resiko pada paritas satu dapat ditangani dengan

asuhan obstetric lebih baik, sedangkan pada paritas tinggi resiko dapat

dikurangi atau dapat juga dicegah dengan keluarga berencana.

Klasifikasi paritas menurut (Syaifuddin, 2018), dibagi menjadi:

1) Nullipara

Seseorang yang belum pernah melahirkan

2) Primipara

Paritas rendah atau primipara adalah seorang wanita yang telah

melahirkan bayi yang hidup untuk pertama kali.

3) Multipara

Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil dan bersalin

dua sampai empat kali.

4) Grandemultipara

Kehamilan dan persalinan pada paritas tinggi atau grandemultipara

adalah hamil dan melahirkan 5 kali atau lebih. Paritas tinggi

merupakan paritas rawan, karena banyak kejadian obstetric patologis

yang bersumber pada paritas tinggi.

c. Hubungan Paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Risiko kesehatan ibu dan anak meningkat pada kehamilan pertama,

keempat dan seterusnya, kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan

42
risiko kesehatan yang muncul karena ibu belum pernah hamil sebelumnya,

selain itu janin akan berusaha melewati jalan lahir baru. . Sebaliknya, jika

Anda terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah akibat jaringan

parut rahim akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini menyebabkan

suplai darah ke plasenta tidak adekuat, sehingga plasenta tidak

mendapatkan aliran darah yang cukup untuk mengantarkan nutrisi ke

janin, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin (Syaifuddin, 2018).

Menurut penelitian (Adawiyah & Tri, 2021), menunjukkan bahwa

paritas yang berpengaruh dengan terjadinya anemia pada ibu hamil

diPuskesmas Trauma Center Samarinda. Paritas memiliki pengaruh yang

berarti dengan kejadian anemia dimana semakin seringnya seorang ibu

melahirkan membuat frekuensi zat besi didalam tubuh ibu berkurang

sehingga berdampak pada penurunan kadar Hb yang membuat ibu terkena

anemia pada kehamilannya.

Didukung oleh penelitian (Teja et al., 2021), menunjukkan bahwa

ibu hamil yang mengalami paritas beresiko sebanyak 66,6 persen

mengalami anemia, dan ibu yang paritas tidak beresiko sebanyuak 5,8

persen mengalami anemia. wanita yang sering mengalami kehamilan dan

melahirkan makin anemia karena banyak kehilangan zat besi, hal ini

disebabkan selama kehamilan wanita menggunakan cadangan besi yang

ada di dalam tubuhnya.

5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu

Hamil

43
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi

asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama

disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan

kehilangan darah baik secara akut atau menahun. Rendahnya asupan zat gizi

baik hewani dan nabati yang merupakan pangan sumber zat besi yang

berperan penting untuk pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel

darah merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting dalam pembuatan

hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.

Di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia terjadi karena kekurangan

zat besi sebagai akibat dari kurangnya asupan makanan sumber zat besi

khususnya sumber pangan hewani (besi heme). Sumber utama zat besi

adalah pangan hewani (besi heme), seperti: hati, daging (sapi dan kambing),

unggas (ayam, bebek, burung), dan ikan. Zat besi dalam sumber pangan

hewani (besi heme) dapat diserap tubuh antara 20-30%.

Menurut penelitian menunjukkan bahwa Anemia secara signifikan dikaitkan

dengan usia ibu 20–25 tahun [adjusted odds rasioAOR) = 1,9] dan 26–30

tahun (AOR = 2,37), pendapatan bulanan keluarga (300–500) US$ (AOR =

2,76), dan ANC di pemerintah rumah sakit (AOR = 2.02), paritas [multipara

(AOR = 1.92)], graviditas [multigravid (AOR =1.63)], kontrasepsi [tanpa

kontrasepsi (AOR = 2,50), dan suplemen zat besi [tanpa suplemen zat besi

(AOR = 0,64). Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil

harus menerima ANC secara rutin dan mengenali suplementasi zat besi

44
selama kehamilan. Pada akhirnya, hasil penelitian ini sangat relevan bagi

wanita hamil yang menerima ANC (Sabina Azhar et al., 2021).

Menurut penelitian, menunjukkan bahwa paritas grandemultigravida dan

multigravida beresiko terkena anemia, baik itu anemia ringan maupun

anemia sedang dibandingkan dengan primigravida. Hal ini sejalan dengan

teori bahwa anemia defisiensi zat besi bisa disebabkan dari hamil yang lebih

dari satu anak (kembar), dua kehamilan yang berdekatan, dan riwayat

perdarahan pada persalinan lalu (Mardha et al., 2019).

Di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia terjadi karena kekurangan

zat besi sebagai akibat dari kurangnya asupan makanan sumber zat besi

khususnya sumber pangan hewani (besi heme). Sumber utama zat besi

adalah pangan hewani (besi heme), seperti: hati, daging (sapi dan kambing),

unggas (ayam, bebek, burung), dan ikan. Zat besi dalam sumber pangan

hewani (besi heme) dapat diserap tubuh antara 20-30%.

Frekuensi terjadinya anemia tergantung pada status besi sebelum kehamilan.

Faktor determinan dari defisiensi besi dikarenakan rendahnya penghasilan

dan kemiskinan yang menyebabkan secara umum rendahnya asupan

makanan dan makanan yang monoton dengan rendah mikronutrien. Ibu

hamil yang mengkonsumsi suplementasi zat besi, asam folat dan

multivitamin lainnya berhubungan dengan prevalensi anemia. riwayat

obstetri yang berhubungan signifikan dengan kejadian anemia adalah

kondisi grandemultigravida dan jarak kehamilan. Rendahnya kunjungan

45
ANC dapat berpengaruh terhadap kejadian anemia karena akses tablet

tambah darah yang kurang (Sulistianingsih & Saputri, 2020).

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian-

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini

kerangka konsepnya adalah sebagai berikut :

Faktor Penyebab anemia kehamilan ibu


hamil:
1) Sebab Langsung
a. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
b. Kekurangan zat besi
1) Asupan besi makanan rendah
2) Kepatuhan konsumi TTD Rendah
c. Infeksi penyakit

2) Sebab tidak langsung


a. Sistem keluarga
b. Umur Ibu Kejaidan
c. Paritas Anemia Pada
d. Jarak Kehamilan ibu hamil

3) Penyebab Mendasar
a. Pendidikan
b. Ekonomi
c. Status Sosial
d. Lokasi Geografis
46
e. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1) Jarak fasilitas layanan
2) Rendahnya kunjungan ANC
3) Kualitas layanan
Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.

Setelah melalui pembuktian hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau

salah, dapat diterima atau ditolak (Notoadmodjo,2010)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ada hubungan kepatuhan suplementasi besi dengan kejadian anemia pada ibu

hamil Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire Papua.

Ada hubungan kepatuhan ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil Di

Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire Papua.

Ada hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil Di Puskesmas

Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire Papua

47
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu urutan langkah dalam melakukan

penelitian. Pada bagian ini akan diuraikan tentang metode yang digunakan dalam

penelitian, meliputi desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel dan

sampling, identifikasi variabel, definisi operasional, lokasi dan waktu penelitian,

prosedur pengambilan dan pengumpulan data, cara analisis data, masalah etika,

serta keterbatasan penelitian (D. S. Notoatmodjo, 2018).

A. Desain Penelitian

48
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

korelasi dengan pendekatan cross sectional. Cros Sectional adalah penelitian

korelasi yang mempelajari tentang faktor risiko (variable independen) dengan

akibat (variable dependen), yang dilakukan dengan cara pengumpulan satu

waktu secara serentak semua variable baik independen dan dependen

(Masturoh & Anggita, 2018).

Peneliti menggunakan desain tersebut karena relative lebih mudah, murah dan

hasil lebih cepat diperoleh, dapat menggunakan banyak variabel dan jarang

terancap drop out. Pengambilan data dilakukan dengan cara survei,

wawancara, pengukuran berat badan serta memberikan kuisioner pada ibu

hamil dengan anemia dan tidak anemia yang sesuai dengan kriteria inklusi

dan esklusi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan

pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada

balita Faktor-faktor (kepatuhan ANC, kepatuhan suplementasi besi dan

paritas) yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil Di Puskesmas

Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire Papua

B. Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah bagian kerja terhadap rancangan kegiatan yang

akan dilakukan (D. S. Notoatmodjo, 2018)

Populasi
Seluruh Ibu hamil trimester III Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten
Nabire Papua sebanyak 100 orang pada Januari – Oktober 2023

Purposive sampling

Sampel
Sebagian Ibu hamil Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire
Papua yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
49
Pengumpulan Data

Variabel Independent Variabel Independen Variabel Independen Variabel


Kepatuhann ANC kepatuhan paritas Dependent
(kuesioner) suplementasi besi (kuesioner) Anemia Ibu Hami
(kuesioner) (observasi)

Pengolahan data
Editing, Coding, Tabulating

Analisa data
menggunakan uji statistik Chi-Square cek ulang regresi logistik

Hasil

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian

C. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis,

2008). Dalam penelitian ini adalah Seluruh Ibu hamil trimester III Di

Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten Nabire Papua sebanyak 182

orang

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karateristiknya

kita ukur dan yang nantinya kita pakai untuk menduga karakteristik dari

50
populasi (Notoatmodjo, 2018). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian

Sebagian Ibu hamil Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa Kabupaten

Nabire Papua.

3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi posisi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi (Nursalam., 2018)

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang

jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data

sebelumnya, dengan memperhatikan sifat-sifat penyebaran populasi agar

data yang diperoleh dari sampel representative (mewakili) (Masturoh &

Anggita, 2018). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan non probality sampling dengan metode sampling

purposive. Purposive sampling adalah pemilihan sampel dengan cara

memilih berdasarkan karakteristik dalam populasi yang diketahui

sebelumnya.

Berdasarkan uraian diatas kriteria inklusi dan eksklusi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Semua Ibu hamil Trimester III

2) Bertempat tinggal di Wilayah Kerja Topo Kecamatan Uwapa

Kabupaten Nabire Papua

3) Mampu berkomunikasi dengan baik

4) Semua mampu membaca dan menulis

51
b. Kriteria Eksklusi

1) Semua Ibu hamil dengan masalah infeksi

2) Tidak bersedia menjadi responden penelitian

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2018).

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2018). Variabel Independen pada penelitian ini

adalah kepatuhan suplementasi besi, kepatuhan ANC dan Paritas

2. Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2018). Variabel Dependen dalam penelitian ini

adalah kejadian anemia pada ibu hamil Di Puskesmas Topo Kecamatan

Uwapa Kabupaten Nabire Papua

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang dapat diamati dari suatu yang didefinisikan

tersebut yang memungkinkan peneliti untuk melakukan secara cermat terhadap

obyek atau fenomena (Nursalam, 2011).

52
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter / Alat Ukur Skala Data Kategori


Indikator
Bebas : Jumlah ANC ibu hamil sesuai Jumlah ANC dari Data buku Nominal 1. Patuh (Sesuai standar 6 kali kunjungan)
Kaptahuan ANC dengan standart asuhan yaitu 6 kali buku KIA KIA 2. Tidak Patuh ( kurang dari 6 kali atau tidak
kunjungan 1 x di trimester 1, 2 kali sesuai standar)
di trimester 2, 3 kali ditrimester 3
usia kehamilan > 32 minggu.
(Kemenkes RI, 2020b)
Kepatuhan Jumlah tablet tambah darah yang Jumalh TTD Data Jumah Nominal 1. Patuh (mnum tablet tambah darah minimal
Suplementasi dihabikan ibu hamil sesuai dengan yang dikonsumsi TTD 90 tablet)
Besi pedoman yaitu minimal 90 tablet merujuk pada dikurangi 2. Tidak Patuh ( Minum table tambah darah <
selama kehamilan ) Buku KIA dan tablet yang 90 tablet)
(Kemenkes RI, 2019) PMO tersisa
( pendamping Kuesioner
minum obat) Lembar
ceklist

Paritas Jumlah kelahiran anak yang Jumlah paritas Kuesioner Nominal 4. Primi :
dilahirkan ibu baik dalam kondisi 1. Primi : baru dan Buku 5. Multi :
hidup ataupun mati pertma kali KIA 6. Grande multi
melahirkan
2. Multi :
melahirkan
lebih dari 1
kali
3. Grande multi
: melahirkan
> dari 4 kali

53
Terikat : Hasil pemeriksaan kadar HB < 11 Kadar Pemeriksaa Nominal 1. Normal (HB > 11 gr/dl)
gr/dl hemoglobin n 2. Anemia ( Hb < 11 gr/dl)
Kejadian Anemia menggunak
ibu hamil an HB
meter

54
B. Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Di Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa

Kabupaten Nabire Papua

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Desember 2023

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen

Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan peneliti pada waktu

penelitian menggunakan suatu metode.Intrumen kepatuhan ANC didapatkan

dari catatan buku KIA tentang jumlah kunjungan yang didapatkan ibu hamil.

Intrumen kepatuhan suplementasi Tablet tambah darah didapatkan dari catatan

buku KIA dan wawancara yang didapatkan ibu hamil. Instrument paritas

didapatkan lembar checklist jumlah paritas yang didapatkan dari buku KIA.

2. Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah jenis data primer. Jenis

data primer diperoleh dari pengukuran gaya hidup dengan menggunakan

kuesioner dan kejadian anemia dengan lembar observasi.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Meminta surat Ijin survey dan pengambilan data awal ke Kampus

3. Meminta Kepala Dinas Kabupaten Nabire Papua.

54
4. Meminta ijin kepada Kepala Puskesmas Topo Kecamatan Uwapa

Kabupaten Nabire Papua

3. Memberikan informed consent kepada responden dan menerangkan maksud

dan tujuan penelitian.

4. Jika disetujui dilakukan pemberian kuesioner kepada responden.

4. Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan

berikut :

a. Editing

Editing adalah mengkaji dan meneliti kembali data yang akan

dipakai apakah sudah baik dan dipersiapkan untuk proses berikutnya.

b. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden dan

menurut macamnya dengan memberi kode pada masing-masing jawaban.

Adapun pengkodean variabel meliputi :

Variabel Kejadian Anemia

1. Normal (1)

2. Anemia (2)

Variabel Kepatuhan ANC

1. Patuh (1)

2. Tidak Patuh (2)

Variabel Suplementasi Tablet Tambah Darah

1. Patuh (1)

2. Tidak Patuh (2)

Variabel Paritas

55
1. Primigravida (1)

2. Multigravida (2)

3. Grandemultigravida (3)

a. Prosesing

Prosesing adalah proses setelah semua kuisioner telah terisi

dengan jawaban responden dengan benar dan telah melalui proses

coding dengan menggunakan aplikasi pengolah data. Dalam penelitian

data yang telah didapatkan akan diproses menggunakan program

SPSS.

b. Cleaning Data

Cleaning data adalah proses pengecekan kembali dari data yang

sudah di coding, apakah terdapat suatu kesalahan dalam memasukan data

sehingga didapatkan data yang sudah sesuai dengan kebutuhan

D. Analisis Data

1. Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian

yang mengungkap fenomena (Nursalam, 2018). Pada penelitian setelah

data terkumpul maka dilakukan tabulasi data.

2. Untuk mengetahui hubungan antara variabel, dilakukan uji statistik

Chi-Square menggunakan Statistical Product and Solution Service (SPSS)

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu

variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala nomina (Sugiyono,

56
2019) . dengan derajat kemaknaan ditentukan α = 0,05 artinya jika hasil uji

statistik menunjukkan p ≤ α maka ada hubungan signifikan antar variable

Pada analisis multivariat ini digunakan uji regresi logistic. Analisis

regresi logistik ini untuk menjelaskan pengaruh beberapa variabel

independen secara bersamaan dengan variabel dependen. Hal ini sesuai

dengan skala data penelitian ordinal dua group. Uji ini mampu

memasukkan beberapa variabel independen dalam satu model. Langkah

pertama adalah menentukan variabel yang masuk kriteria sebagai kandidat

model yaitu variabel dengan nilai ρ < 0,25 dan nilai 95 % CI di atas 1 atau

di bawah 1. Selanjutnya dilihat kemungkinan adanya variabel interaksi

pada variabel-variabel kandidat tersebut. Dari hasil pengujian ini

ditetapkan model akhir dari regresi logistik ganda yang dilakukan

(Hastono, 2018).

a. Setelah dilakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel

independen dengan variabel dependen kemudian dilihat besarnya

nilai ρ yang dihasilkan. Untuk variabel yang mempunyai nilai ρ <

0,25 maka variabel tersebut dapat diikutsertakan ke dalam model

multivariat

b. Memilih variabel yang dianggap penting yang masuk dalam model

dengan cara mempertahankan variabel yang mempunyai ρ value

<0,05 dan mengeluarkan variabel yang ρ value >0,05. Pengeluaran

variabel tidak serentak semua yang ρ value >0,05 namun dilakukan

57
secara bertahap dimulai dari variabel yang mempunyai ρ value

paling besar

c. Lakukan penilaian confounding, dengan cara mengeluarkan

variabel kovariat satu persatu dimulai dari yang memiliki ρ wald

terbesar, bila setelah dikeluarkan dieroleh selisih OR antara

sebelum dan sesudah lebih besar dari 10%, maka variabel tersebut

dinyatakan sebagai confounding dan harus tetap berada dalam

model, namun bila <10% maka tetap dikeluarkan dalam model.

d. Identitas linearitas variabel numerik dengan tujuan untuk

menentukan apakah variabel numerik dijadikan variabel kategorik

atau tetap variabel numerik. Caranya dengan mengelompokkan

variabel numerik ke dalam 4 kelompok berdasarkan nilai OR-nya.

Bila nilai OR masing- masing kelompok menunjukkan garis lurus,

maka variabel numerik dapat dipertahankan. Namun bila hasilnya

menunjukkan adanya patahan maka dapat dipertimbangkan dirubah

dalam bentuk kategorik

e. Setelah memperoleh model yang memuat variabel-variabel penting,

maka langkah terakhir adalah memeriksa kemungkian interaksi

variabel ke dalam model. Penentuan variabel interaksi sebaiknya

melalui pertimbangan logika substantif. Pengukian interaksi dapat

dilihat dari kemaknaan uji statistik. Bila variabel mempunyai nilai

bermakna, maka variabel interaksi penting dimasukkan dalam

model (Hastono, 2016)

E. Etika penelitian

58
1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada subyek yang akan diteliti.

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan serta dampak

yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika calon

responden bersedia untuk diteliti, maka ,mereka harus menandatangani

lembar tersebut. Jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti

tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak-haknya (Nursalam, 2018)

2. Anomnity

Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak akan

menentukan nama responden pada lembar pengumpulan data. Cukup

dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut (Nursalam,

2018).

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden terjamin oleh peneliti karena hanya

kelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

riset (Nursalam, 2018).

59
60
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R., & Tri, W. (2021). Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia
pada Ibu Hamil di Puskesmas Trauma Center Samarinda. Borneo Student
Research, 2(3), 1553–1562.

Amini, A., Pamungkas, C. E., & Harahap, A. P. H. P. (2018). Usia Ibu Dan
Paritas Sebagai Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ampenan. Midwifery Journal:
Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 3(2), 108.
https://doi.org/10.31764/mj.v3i2.506

Anggreni, D. (2020). Hubungan Paritas Dengan Kejadan Anemia Pada Ibu Hamil
Trimester 1 Dan 3 Di Puskesmas Gayaman Kabupaten Mojokerto Tahun
2018. Hospital Majapahit (JURNAL ILMIAH KESEHATAN SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT), 12(1), 1–8.

Anghel, L. A., Farcas, A. M., & Oprean, R. N. (2019). An overview of the


common methods used to measure treatment adherence. Medicine and
Pharmacy Reports, 92(2), 117–122. https://doi.org/10.15386/mpr-1201

Angraini, D. I. (2023). The Role of Nutrient Intake and Social Determinants in


Anemia among Pregnant Women at Lampung Malaria Endemic Areas. Rev
Prim Care Prac and Educ, 6(1), 28–34.

Crispín Milart, P. H., Prieto-Egido, I., DÍaz Molina, C. A., & Martínez-Fernández,
A. (2019). Detection of high-risk pregnancies in low-resource settings: A
case study in Guatemala. Reproductive Health, 16(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s12978-019-0748-z

Dinas Kesehatan Papua. (2019). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

Eweis, M., Farid, E. Z., El-Malky, N., Abdel-Rasheed, M., Salem, S., & Shawky,
S. (2021). Prevalence and determinants of anemia during the third trimester
of pregnancy. Clinical Nutrition ESPEN, 44, 194–199.
https://doi.org/10.1016/j.clnesp.2021.06.023

Georgieff, M. K. (2020). Carlos, Juan. Guidelines for the management of patients


with severe forms of dengue. Journal of Rev Bras Ter Intensiva. 2011;
23(2):125-133. American Journal of Obstetrics and Gynecology, 223(4),
516–524. https://doi.org/10.1016/j.ajog.2020.03.006.Iron

Gibore, N. S., Ngowi, A. F., Munyogwa, M. J., & Ali, M. M. (2021). Dietary
Habits Associated with Anemia in Pregnant Women Attending Antenatal
Care Services. Current Developments in Nutrition, 5(1), 1–8.
https://doi.org/10.1093/cdn/nzaa178

61
Gusnidarsih, V. (2020). Hubungan Usia Dan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian
Anemia Klinis Selama Kehamilan. Jurnal Asuhan Ibu&Anak, 5(1), 37–42.

James, A. H. (2021). Iron Deficiency Anemia in Pregnancy. Obstetrics and


Gynecology, 138(4), 663–674.
https://doi.org/10.1097/AOG.0000000000004559

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar.

Kemenkes RI. (2020). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2019). Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada


Remaja Putri dan Wanita Usia Subur.

Kemenkes RI. (2020a). Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).

Kemenkes RI. (2020b). Pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan


bayi baru lahir di Era Adaptasi Baru.

King, T. L., Brucker, M. C., Osborne, K., & Jevitt, C. (2019). Varney’s
Midwifery. World Headquarters Jones & Bartlett Learning.

Latief, N., Sunarno, I., & Usman, A. N. (2023). Hubungan Determinan Dengan
Peta Anemia Pada Kehamilan Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Di
Provinsi Papua. Jurnal Keperawatan, 15(September), 1415–1424.

Mardha, M. S., Syafitri, E., & Panjaitan, I. S. (2019). Hubungan Umur Dan
Paritas Ibu Hamil Dengan Anemia Di Rumah Bersalin Hj. Dermawati
Nasution Tembung. Window of Health : Jurnal Kesehatan, 2(4), 307–314.
https://doi.org/10.33368/woh.v0i0.186

Masturoh, I., & Anggita, N. (2018). Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan (RMIK) Metodologi Penelitian Kesehatan.

Mégier, C., Peoc’h, K., Puy, V., & Cordier, A. G. (2022). Iron Metabolism in
Normal and Pathological Pregnancies and Fetal Consequences. Metabolites,
12(2). https://doi.org/10.3390/metabo12020129

Notoatmodjo, D. S. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. In Rineka Cipta :


Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2018). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Nursalam. (2018). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.

Ramadhini, D., & Dewi, S. S. S. (2021). Hubungan Umur, Paritas dan Kepatuhan
Konsumsi Tablet Tambah Darah Dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
di Puskesmas Batunadua Kota Padangsidimpuan Tahun 2021. Jurnal

62
Kesehatan Ilmiah Indonesia Indonesian, 1(1), 91–99.

Rumintang, B. I., Halimatusyaadiah, S., Sundayani, L., & Sulistianingsih, A.


(2022). Independent Anemia Care Monitoring Card Improves Iron Tablets
Compliance and Hemoglobin. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(1),
201–214. https://doi.org/10.30604/jika.v7i1.892

Sabina Azhar, B., Islam, M. S., & Karim, M. R. (2021). Prevalence of anemia and
associated risk factors among pregnant women attending antenatal care in
Bangladesh: A cross-sectional study. Primary Health Care Research and
Development, 22. https://doi.org/10.1017/S146342362100061X

Sari, J. S., Fitria, F., & Esitra, E. (2020). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Suplemen Zat Besi : Systematic
Literature Review. PLACENTUM: Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan
Aplikasinya, 8(1), 18. https://doi.org/10.20961/placentum.v8i1.35836

Shubham, K., Anukiruthika, T., Dutta, S., Kashyap, A. ., Moses, J. A., &
Anandharamakrishnan, C. (2020). Iron deficiency anemia: A comprehensive
review on iron absorption, bioavailability and emerging food fortification
approaches. Trends in Food Science & Technology, 99(May), 58–75.

Smith, C., Teng, F., Joseph, K. S., & Branch, E. (2019). Maternal and Perinatal
Morbidity and Mortality Associated With Anemia in Pregnancy. Medical
Complications of Pregnancy: Original Research, 134(6), 1234–1244.
https://doi.org/10.1097/AOG.0000000000003557

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif. ALFABETA.

Sulistianingsih, A., & Saputri, N. (2020). Kehamilan Bebas Anemia. CV. Rumah
Kayu.

Syaifuddin. (2018). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo.

Teja, N. M. A. Y. R., Mastryagung, G. A. D., & Diyu, I. A. N. P. (2021).


Hubungan Pengetahuan Dan Paritas Dengan Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal
Menara Medika, 3(2), 143–147.

Who. (2019). Prevalence of anaemia in pregnant women (aged 15-49).

63
Lampiran 1
INFORMED CONSENT

Kepada Yth :
..........................................
Di tempat

Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas akhir program studi S1


Kebidanan Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Nama : YUSTINA ALEDA RUMBEWAS
NIM : 2281A1558
Bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI
PUSKESMAS TOPO KECAMATAN UWAPA KABUPATEN NABIRE
PAPUA”, saya berharap waktu dan kesediaan saudara sebagai responden.
Apabila saudara setuju terlibat menjadi responden dalam penelitian ini di
harapkan untuk mengisi lembar persetujuan yang telah disediakan . Atas
kesediaan saudara menjadi responden , peneliti mengucapkan terimakasih.

Kediri, November 2023


Hormat Saya,

YUSTINA ALEDA RUMBEWAS


NIM. 2281A1558

64
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai “FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI
PUSKESMAS TOPO KECAMATAN UWAPA KABUPATEN NABIRE
PAPUA”, dengan ini saya telah menyetujui untuk berperan menjadi responden
dalam penelitian tersebut secara sukarela dan tanpa paksaan dari siapapun. Namun
selama melakukan penelitian saya boleh mengundurkan diri untuk tidak
melanjutkan sebagai responden dalam penelitian saya boleh mengundurkan diri
untuk tidak melanjutkan sebagai responden dalam penelitian tersebut diatas tanpa
adanya sanksi atau kehilangan hak, bila penelitian ini mengganggu ketenangan
dan kenyamanan saya. Semua berkas yang mencantumkan identitas saya hanya
digunakan untuk mengolah data dan apabila penelitian telah selesai semua data
milik responden akan di musnahkan.

Jika saudara bersedia menjadi responden pada penelitian ini, silahkan


menandatangani lembar persetujuan ini.

Kediri, Desember 2023

Peneliti Responden

YUSTINA ALEDA RUMBEWAS (.........................................)

65
Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA
PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TOPO KECAMATAN UWAPA
KABUPATEN NABIRE PAPUA

Petunjuk pengisian :
1. Isilah data sesuai dengan realita/kenyataan pada responden
2. Isilah pertanyaan dengan tanda (x) untuk jawaban yang anda anggap
benar.
3. Bila pada pengisian kuesioner kurang jelas, anda dapat bertanya pada
peneliti.

A. DATA UMUM
1. Nomor Responden : .................................................(Diisi peneliti)
2. Umur :

€ < 20 tahun

€ 20 sd 35 tahun

€ > 35 tahun

3. Pendididkan :

€ SD

€ SMP

66
€ SMA

€ Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan :

€ Ibu Rumah Tangga

€ Swasta

€ Wiraswasta

€ ASN

B. KEPATUHAN ANC :
1. Jumlah Kunjungan kehamilan sebelum usia 12 minggu kehamilan :
…….Kali
2. Jumlah Kunjungan kehamilan pada usia kehamilan 13-27 minggu
kehamilan :…….Kali
3. Jumlah Kunjungan kehamilan setelah usia kehamilan 28 minggu:…….Kali

C. KEPATUHAN KONSUMSI SUPLEMEN BESI :


1. Jumlah Tablet tambah darah yang diberikan:…….Tablet
2. Jumlah Tablet tambah darah yang diminum:…….Tablet

D. PARITAS :

1. Jumlah Anak yang dilahirkan terakhir :………….Orang

67
E. VARIABEL DEPENDEN
Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin :………g/dL

68
Lembar checklist data responden
NO Paritas Jumlah Jumlah Jumlah Kadar
reponsen tablet tablet ANC Hb
tambah tambah
darah darah
yang yang
diberikan diminum

69
Lampiran 5

IDENTITAS PENELITI

1 Nama : Yustina Aleda Rumbewas


2 NIM : 2281A1558
3 Tanggal Lahir : 21 Mei 1973
4 No HP : 081247603505
5 Alamat Email : Yustinaadela11@gmail.com
6 Status Perkawinan : Menikah
7 Alamat Rumah : Jl. Adibai RT 28/RW 04 Kel KAR-
TUM Distrik Nabire, Kabupaten
Nabire, Provinsi Papua

8 Alamat Instansi/Pekerjaan : Dinas Kesehatan Kabupaten Nabire

9 Riwayat Pendidikan : 1. SD 1988


2. SMP 1997
3. SMA 1994
4. D3 tahun 2018
5. D4
10 Riwayat Pekerjaan : 1. Tahun 2000 CPNS
2. Tahun 2002 PNS
11 Riwayat Organisasi : 1. IBI nabire

12 Pelatihan Yang Pernah di : 1. CTU


Ikuti 2. APN
13 MOTTO ; Lebih baik berbuat baik dari pada
ingin dikatakan orang baik

70
Lampiran 6

INSTITUT ILMU KESEHATAN


STRADA INDONESIA
Jln. Manila . No.37 Sumberece Telp (0354) 7009713 Fax. (0354) 695139
Kota Kediri-Jawa Timur

LEMBAR KONSULTASI

Nama : YUSTINA ALEDA RUMBEWAS


NIM : 2281A1558
Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TOPO
KECAMATAN UWAPA KABUPATEN NABIRE PAPUA
Pembimbing : Bd,.ANGGRAWATI WULANDARI, SST., M.Kes

No Tanggal Uraian Tanda


Tangan

71
72

Anda mungkin juga menyukai