Anda di halaman 1dari 75

i

LAPORAN OBSERVASI SISTEM MANAJEMEN PUSKESMAS

SISTEM MANAJEMEN PUSKESMAS DI PUSKESMAS RAWALO


KECAMATAN RAWALO KABUPATEN BANYUMAS

Disusun Oleh:
Akbar Aulia Hidayat G4B015007
Aninda Cahyaningtyas G4B015024

Dosen Pembimbing Akademik:


drg. Fitri Diah Octa Dewi

Dosen Pembimbing Lapangan:


dr. Hendro Harjito

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2016

i
i

LAPORAN OBSERVASI SISTEM MANAJEMEN PUSKESMAS

SISTEM MANAJEMEN PUSKESMAS DI PUSKESMAS RAWALO


KECAMATAN RAWALO KABUPATEN BANYUMAS

Diajukan guna melengkapi requirement dalam Stase Ilmu Kesehatan Gigi


Masyarakat.

Disusun Oleh:
AKBAR AULIA HIDAYAT G4B015007
ANINDA CAHYANINGTYAS G4B015024

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2016

i
ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Sistem Manajemen Puskesmas Di Puskesmas


Rawalo Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas.
2. Ruang Lingkup Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat
3. Penyusun Akbar Aulia Hidayat G4B015007
Aninda Cahyaningtyas G4B014024
4. Lokasi Kegiatan Puskesmas Rawalo Kecamatan Rawalo Kabupaten
Banyumas
5. Waktu 3 Oktober 2016 4 November 2016

Purwokerto, November 2016

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing Akademik

dr. Hendro Harjito drg. Fitri Diah Octa Dewi


NIP. 19700914 200212 1 002 NIP.

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan observasi sistem manajemen

Puskesmas Rawalo, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas.

ii
iii

Pembuatan laporan ini memiliki tujuan untuk memenuhi salah satu

requirement dalam Stase Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat, Profesi Kedokteran

Gigi Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman. Penyusunan

laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik moral maupun material.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, penghargaan, serta

rasa hormat kepada:

1. dr. Fitranto Arjadi, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Jenderal Soedirman yang telah memberikan izin untuk melaksanakan

observasi ini

2. drg. Helmi Hirawan, Sp.BM selaku Ketua Jurusan Kedokteran Gigi Fakultas

Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan dukungan

dan arahan sehingga dapat memperlancar penyelesaian penelitian ini.

3. drg. Fitri Diah Octa Dewi selaku Pembimbing Akademik dan dr. Hendro

Harjito selaku Pembimbing Lapangan yang telah berkenan meluangkan waktu

untuk memberikan ilmu, bimbingan, perhatian, dan bantuan yang sangat

berarti bagi penulis.

4. drg. Susi Aprilianti dan Ibu Mara Shalihah yang telah memberikan bimbingan,

ilmu, perhatian serta kasih sayang yang sangat berarti bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar

menjadi lebih baik dan memberi manfaat bagi yang membaca. Aamiin.

Purwokerto, ..

iii
iv

Penulis

DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PRAKATA iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii

iv
v

DAFTAR LAMPIRAN viii


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Observasi 3
D. Manfaat Observasi 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 6
1. Pengertian puskesmas
6
2. Wilayah kerja puskesmas
3. Visi puskesmas 6
4. Misi puskesmas
6
5. Fungsi puskesmas
6. Prinsip penyelenggaraan puskesmas 7
7. Kedudukan puskesmas
7
8. Tata kerja puskesmas
9. Hukum yang mengatur 9
10. Manajemen puskesmas
11
12
15
16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 29
B. Lokasi Penelitian
29
C. Sampel Penelitian 29
D. Jenis dan sumber data 29
E. Instrument Penelitian 30
F. Tahapan Penelitian 30
G. Teknik Pengumpulan Data 31
H. Teknik Analisis Data
31
I. Tenik Pemeriksaan Keabsahan
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 56
A. Simpulan
B. Saran 72
74
DAFTAR PUSTAKA 75

v
vi

DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 4.1 Peta wilayah Kecamatan Rawalo 35

vi
vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar bagi setiap manusia yang ada di dunia

ini. Indonesia sebagai negara hukum pun mengatur bahwa sehat merupakan

hak bagi setiap orang yang ada di Indonesia, salah satunya tertera dalam

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada pasal 4 yang

berbunyi Setiap orang berhak atas kesehatan, bahkan ketentuan ini juga

diatur di dalam hukum tertinggi yang ada di Indonesia yaitu Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada Pasal 28H ayat (1) yang

berbunyi Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan.


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.02.02/MENKES/52/2015, salah satu 9 agenda prioritas dari Presiden RI

ke-7 adalah Meningkatkan Kalitas Hidup Manusia Indonesia, yang kemudian

terlahir sebuah program yang bernama Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga Sehat dan selanjutnya Kementerian Kesehatan membuat sebuah

rencana strategis 2015-2019 yaitu Penguatan Pelayanan Kesehatan,

Penerapan Paradigma Sehat, dan Jaminan Kesehatan Nasional. Program

tersebut diharapkan mampu mewujudkan Indonesia dengan keluarga sehat.


Penerapan paradigma sehat diharapkan mampu membuat seseorang

yang sehat menjadi semakin sehat dan tidak menjadi sakit, oleh sebab itulah

kegiatan promotif dan preventif akan lebih dikedepankan dan salah satu

fasilitas kesehatan pada jenjang pertama untuk mencapai Indonesia Sehat

1
2

adalah puskesmas. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes)

Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, puskesmas merupakan sebuah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan prefentiv, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.


Puskesmas memiliki peran yang penting didalam meningkatkan derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya pada masyarakat di wilayahnya, hal ini

dikarenakan puskesmas diharapkan mampu bertindak sebagai motivator,

fasilitator serta turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan

kesehatan di wilayahnya. Menurut PerMenKes RI Nomor 75 Tahun 2014,

puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara Usaha Kesehatan

Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Usaha Kesehatan Perseorangan

(UKP) tingkat pertama. Berdasarkan fungsinya tersebut, puskesmas memiliki

beberapa wewenang di wilayahnya yang diharapkan dapat berjalan dengan

baik supaya dapat dapat meningkatkan derajat kesehatan di wilayahnya, dan

supaya puskesmas dapat menjalankan fungsinya dengan baik, diperlukan

adanya penggunaan sistem manajemen yang baik dalam menjalankan

puskesmas.
Herujito (2006), menyebutkan manajemen merupakan suatu

pengelolaan untuk memperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggunakan

sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Oleh sebab itu, sistem

manajemen yang baik dalam penyelenggaraan puskesmas sangat diperlukan

2
3

supaya puskesmas tersebut dapat menjalankan fungsinya sebagai fasilitas

pelayanan kesehatan dengan baik. Hal ini yang mendorong peneliti untuk

melakukan observasi lebih lanjut mengenai sistem manajemen puskesmas

yang ada di Puskesmas Rawalo.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah sistem manajemen puskesmas

yang ada di Puskesmas Rawalo?


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem

manajemen puskesmas yang ada di Puskesmas Rawalo sebagai

penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat di

Kecamatan Rawalo.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan gambaran umum wilayah kerja Puskesmas Rawalo

b. Mendeskripsikan fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Rawalo

c. Mendeskripsikan program kerja Puskesmas Rawalo

d. Mendeskripsikan sistem manajemen umum Puskesmas Rawalo

e. Mendeskripsikan sistem manajemen keuangan Puskesmas Rawalo

f. Mendeskripsikan sistem manajemen sarana dan prasarana Puskesmas


Rawalo

g. Mendeskripsikan sistem manajemen pelayanan kesehatan Puskesmas


Rawalo

h. Mendeskripsikan sistem manajemen mutu Puskesmas Rawalo

i. Mendeskripsikan sistem manajemen administrasi Puskesmas Rawalo

j. Mendeskripsikan sistem manajemen sistem informasi Puskesmas


Rawalo

k. Mendeskripsikan sistem manajemen farmasi Puskesmas Rawalo

3
4

l. Mendeskripsikan sistem manajemen limbah Puskesmas Rawalo

D. Manfaat Observasi
Manfaat dari observasi ini adalah:
1. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui gambaran umum wilayah

kerja Puskesmas Rawalo


2. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui fasilitas pelayanan

kesehatan di Puskesmas Rawalo


3. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui program kerja Puskesmas

Rawalo
4. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui sistem manajemen umum

Puskesmas Rawalo
5. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui sistem manajemen

keuangan Puskesmas Rawalo


6. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui sistem manajemen sarana

dan prasarana Puskesmas Rawalo


7. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui sistem manajemen

pelayanan kesehatan Puskesmas Rawalo


8. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui sistem manajemen mutu

Puskesmas Rawalo
9. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui sistem manajemen

administrasi Puskesmas Rawalo


10. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui sistem manajemen sistem

informasi Puskesmas Rawalo


11. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui mendeskripsikan sistem

manajemen farmasi Puskesmas Rawalo


12. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui mendeskripsikan sistem

manajemen limbah Puskesmas Rawalo.

4
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan unit pelaksana

teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004).


2. Wilayah Kerja Puskesmas
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu

kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu

Puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas

dengan memperhatikan kebutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau

RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional

bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota

(Depkes RI, 2004).


3. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.

5
6

Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan

yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yaitu masyarakat

yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan

untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan

merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator, yaitu

lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang

bermutu, dan derajat kesehatan penduduk kecamatan (Depkes RI, 2014).


4. Misi Puskesmas
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas

meliputi (Depkes RI, 2014):


a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.


d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya.


5. Fungsi Puskesmas
Sebagai pemberi pelayanan kesehatan, puskesmas memiliki beberapa

fungsi, diantaranya adalah (Depkes RI, 2014):


a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat

dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta

mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas aktif

memantau dan melaporkandampak kesehatan dari penyelenggaraan

6
7

setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk

pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah

mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (Depkes

RI, 2014).
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka

masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki

kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan

masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan

kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut

menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program

kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini

diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya

sosial budaya masyarakat setempat (Depkes RI, 2014).


c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi

tanggungjawab puskesmas meliputi (Depkes RI, 2014):


1) Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang

bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama

menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,

tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan

7
8

untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap (Depkes RI,

2014).
2) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang

bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pemilihan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi

kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,

perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,

kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat

lainnya (Depkes RI, 2004).


6. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
Puskesmas diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip berikut

(Kemenkes RI, 2014):


a. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk

berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan

yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Kemenkes

RI, 2014).
b. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).


c. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat (Kemenkes RI, 2014).


d. Pemerataan
Pelayanan kesehatan Puskesmas diselenggarakan dengan merata,

yaitu dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah

8
9

kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, budaya, ekonomi,

agama dan kepercayaan (Kemenkes RI, 2014).


e. Teknologi tepat guna
Pelayanan kesehatan diselenggarakan oleh Puskesmas dengan

memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan

pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi

lingkungan (Kemenkes RI, 2014).


f. Keterpaduan dan kesinambungan
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan

penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta

melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen

Puskesmas (Kemenkes RI, 2014).

7. Kedudukan Puskesmas
Kedudukan Puskesmas dapat dibedakan berdasarkan keterkaitannya

dengan beberapa hal sebagai berikut (Kemenkes RI, 2014):


a. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan nasional ialah

sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang

bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan

(UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) di wilayah kerjanya

(Kemenkes RI, 2014).


b. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota memiliki

kedudukan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian

tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya

(Kemenkes RI, 2014).


c. Sistem Pemerintah Daerah

9
10

Kedudukan puskesmas dalam sistem pemerintah daerah ialah

sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

merupakan unit struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang

kesehatan di tingkat kecamatan (Kemenkes RI, 2014).


d. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama di

wilayah kerja puskesmas yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan

swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan,

poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas di

antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah

sebagai mitra. Terdapat juga bermacam bentuk upaya kesehatan di

wilayah kerja puskesmas yang berbasis dan bersumber daya masyarakat

berupa Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan

Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan

bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina (Kemenkes RI,

2014).
8. Tata Kerja Puskesmas
Tata kerja Puskesmas dilaksanakan berdasarkan keterkaitan dan

kerjasamanya dengan berbagai lembaga sebagai berikut (Kemenkes RI,

2014):
a. Kantor Kecamatan
Puskesmas dalam melaksanakan fungsinya berkoordinasi dengan

kantor kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di

tingkat kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan,

penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta

penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya

10
11

masyarakat oleh Puskesmas, koordinasi dengan kantor kecamatan

mencakup pula kegiatan fasilitasi (Kemenkes RI, 2014).

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota, sehingga secara teknis dan administratif puskesmas

bertanggungjawab kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Sebaliknya,

dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggungjawab membina serta

memberikan bantuan adminstratif dan teknis kepada puskesmas

(Kemenkes RI, 2014).


c. Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola

oleh lembaga masyarakat dan swasta, puskesmas menjalin kerjasama

termasuk penyelenggaraan rujukan dan memantau kegiatan yang

diselenggarakan. Sedangkan sebagi pembina upaya kesehatan

bersumberdaya masyarakat, puskesmas melaksanakan bimbingan

teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan (Kemenkes RI,

2014).
d. Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Puskesmas dalam menyelenggrakan upaya kesehatan perorangan

(UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) menjalin kerjasama

yang erat dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Jalinan

kerjasama yang dilakukan oleh UKP diselenggarakan dengan berbagai

sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti rumah sakit

(kabupaten/kota) dan berbagai balai kesehatan masyarakat (balai

pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan mata masyarakat, balai

11
12

kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga masyarakat, balai

kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan indra masyarakat).

Sedangkan untuk UKM, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan

berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan,seperti dinas

kesehatan kabupaten/kota, balai teknik kesehatan lingkungan, balai

laboratorium kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat.

Kerjasama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan

yang menyeluruh dalam koordinasi dinas kesehatan kabupaten

(Kemenkes RI, 2014).


e. Lintas Sektoral
Sebagai unit pelaksana teknis, puskesmas bertanggungjawab

menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang

dibebankan dinas kesehatan kabupaten/kota. Agar didapat hasil yang

optimal, penyelenggaraan pembangunan tersebut harus dapat

dikoordinasi dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat

kecamatan. Pada satu pihak diharapkan terlaksana penyelenggaraan

pembangunan kesehatan, sedangkan di pihak lain pembangunan yang

diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat kecamatan berdampak

positif terhadap kesehatan (Kemenkes RI, 2014).


f. Masyarakat
Puskesmas sebagai penanggungjawab penyelenggaraan

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya memerlukan dukungan

aktif dari masyarakat sebagi objek dan subjek pembangunan. Dukungan

aktif tersebut diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun

Puskesmas (BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat,

12
13

seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi kemasyarakatan,

lembaga swadaya masyarakat (LSM), serta dunia usaha. BPP tersebut

berperan sebagai mitra puskesmas dalam menyelenggarakan

pembangunan kesehatan (Kurikulum dan Modul Manajemen

Puskesmas) (Kemenkes RI, 2014).


9. Hukum yang Mengatur
Hukum yang mendasari puskesmas diatur dalam beberapa peraturan

yaitu Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 dan yang digunakan saat

ini yaitu Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 75 tahun 2014.

Permenkes RI No.75 tahun 2014 ini mencakup prinsip penyelenggaraan,

tugas, fungsi dan wewenang, persyaratan, kategori, perijinan dan

registrasi, penyelenggaraan, pendanaan, pembinaan dan pengawasan

puskesmas (Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, 2014).


Saat ini juga telah dibentuk dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia (Permenkes RI) No.44 tahun 2016 yang mengatur

tentang manajemen puskesmas. Beberapa dasar hukum yang mendasari

Permenkes No.44 tahun 2016 yaitu (Direktorat Bina Upaya Kesehatan

Dasar, 2014):
a.Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang-Undang No.36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
c. Peraturan Presiden No.27 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan

Nasional
d. Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat
e. Peraturan Menteri Kesehatan No.64 Tahun 2015 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kememterian Kesehatan.


10. Manajemen Puskesmas

13
14

Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja

secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan

efisien (Iswanto, 2015). Manajemen puskesmas telah diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) No.44

tahun 2016 tentang pedoman manajemen puskesmas. Pada latar belakang

Permenkes ini disebutkan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan

baik upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama dibutuhkan manajemen Puskesmas yang

dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan agar menghasilkan

kinerja Puskesmas yang efektif dan efisien (Khaulah, 2015).


Berdasarkan lampiran Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya

kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama. Agar puskesmas dapat

mengelola kesehatan dengan baik dan berkesinambungan dalam mencapai

tujuannya, maka puskesmas harus menyusun rencana kegiatan untuk

periode lima tahunan yang selanjutnya akan dirinci lagi ke dalam rencana

tahunan puskesmas sesuai siklus perencanaan anggaran daerah (Khaulah,

2015).
Seluruh rangkaian kegiatan baik upaya kesehatan perorangan dan

upaya kesehatan masyarakat harus terselenggara sesuai dengan azas

penyelenggaraan puskesmas perlu ditunjang oleh manajeman pelayanan

puskesmas yang baik, terpadu dan berkesinambungan. Rangkaian kegiatan

sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas akan membentuk fungsi-

14
15

fungsi manajemen (Supriyanto, 2009). Manajemen puskesmas yang

berkesinambungan ini meliputi (Iswanto, 2015):


a. Manajemen Program
Agar manajemen puskesmas berjalan dengan baik, perlu dipilih

sebuah pendekatan atau model manajemen. Berikut beberapa pendekatan

atau model manajemen puskesmas (Suparyanto, 2009):

a. Model PIE

Model ini merupakan yang paling sederhana karena hanya meliputi

tiga fungsi manajemen yaitu (Suparyanto, 2009):

1) Planning atau Perencanaan

2) Implementing atau implementasi dan

3) Controling atau pemantauan.

b. Model POAC

Model ini memiliki rincian fungsi manajemen sebagai berikut

(Suparyanto, 2009):

1) Planning atau perencanaan

2) Organizing atau pengorganisasian

3) Actuating atau penggerakan

4) Controling atau pemantauan.

c. Model ARRIF
Model manajemen ARRIF meliputi analisis, rumusan, rencana,

implementasi dan forum komunikasi. Model ini biasa digunakan oleh

jajaran departemen kesehatan, khususnya yang bergerak di bidang

partisipasi masyarakat. Manajemen ARRIF menghasilkan profil PSM di

tingkat kecamatan, kabupaten/kota, dan propinsi (Suparyanto, 2009).

15
16

d. Model ARRIME
Model manajemen ARRIME meliputi analisis, rumusan, rencana,

implementasi, monitoring dan evaluasi. Model ini sebenarnya sama

dengan model ARRIF, tetapi fungsi forum komunikasi dipecah menjadi

monitoring dan evaluasi (Suparyanto, 2009).


e. Model P1-P2-P3
1) Perencanaan (P1)
Perencanaan ini berupa perencanaan tingkat puskesmas, yaitu

suatu kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan

kegiatan yang akan dilaksanakan oleh puskesmas pada tahun

berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan

kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-

masalah kesehatan setempat. Setiap daerah atau desa memiliki

tahapan maupun target pencapaian yang berbeda-beda, tetapi harus

memiliki memiliki sasaran dan indikator yang jelas. Tujuan

umumnya adalah untuk meningkatkan kemampuan manajemen

puskesmas untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi

masyarakat. Tujuan khususnya yaitu (Khaulah, 2015):


a) Dapat disusun rencana usulan kegiatan (RUK) untuk tahun

berikutnya
(1)Upaya kesehatan puskesmas wajib
Upaya kesehatan ini mencakup program kesehatan dasar

puskesmas berupa basic six yaitu upaya kesehatan ibu, anak

dan KB, upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan

lingkungan, upaya perbaikan gizi, upaya pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular, serta upaya pengobatan

dasar (Khaulah, 2015).

16
17

(2) Upaya kesehatan puskesmas pengembangan


Khaulah (2015), menyebutkan bahwa upaya kesehatan

puskesmas pengembangan mencakup beberapa hal,

diantanaynya adalah:
(a)Pelaksanaannya disesuaikan dengan masalah kesehatan

masyarakat yang ada dan kemampuan puskesmas


(b)Jika terjadi masalah kesehatan yang tidak mampu

ditangani puskesmas maka pelaksanaannya oleh dinkes

kabupaten/kota
(c)Upaya laboratorium (medis dan kesehatan masyarakat)

dan puskesmas serta pencatatan pelaporan merupakan

kegiatan penunjang dari tiap upaya wajib atau

pengembangan.
b) Dapat disusun rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) untuk tahun

yang berjalan, berupa upaya kesehatan puskesmas wajib dan

upaya kesehatan puskesmas pengembangan. Tahapan yang

ditempuh dalam perencanaan kesehatan, yaitu (Khaulah, 2015):


(1)Analisis situasi, yaitu mempelajari atau mengkaji situasi yang

ada melalui data, observasi dan pengalaman yang dirumuskan

menjadi suatu kesimpulan tentang keadaan umum, keadaan

khusus dan masalah yang ada.


(2)Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah.

Setelah masalah yang ada diketahui, maka perlu dikaji lebih

dalam lagi untuk menetapkan prioritas masalah. Penentuan ini

sangat penting karena menentukan masalah yang tepat sangat

penting untuk mencapai tujuan program. Cara menetapkan

prioritas masalah:

17
18

(a)Pan American Health Organization (PAHO) yang

menggunakan parameter dari Prevalensi (Magnitude),

Keparahan (Severity), Kesiapan, Teknologi (Vulnerability),

Community atau Political concern.


(b)Desease burden yaitu beban yang ditimbulkan akibat

masalah kesehatan dengan metode DALY (Disability

Adjusted Life Years).


(c)Metode Delbeque dan metode Delphi, yang merupakan

Nominal Group Process.


(3) Merumuskan tujuan program dan target yang akan dicapai.

Dalam menentukan tujuan program diperlukan perhatian

terhadap beberapa faktor, yaitu potensi organisasi, target

program dan target waktu.


(4) Mengkaji faktor-faktor yang membantu dan menghambat

tujuan. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui sebesar apa

kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan.


(5) Merumuskan kegiatan yang harus dilaksanakan .
2) Penggerakan dan pelaksanaan puskesmas berbentuk lokakarya mini

puskesmas (P2)
Pengorganisasian merupakan langkah kegiatan pertama untuk

menentukan personil, biaya, tugas dan wewenang, waktu kegiatan,

sasaran, sarana dan prasarana, pencatatan dan pelaporan. Seluruh hal

yang berkaitan dengan pengorganisasian harus disepakati bersama

dan dibuat tertulis serta disesuaikan dengan perencanaan yang telah

dibuat. Pelaksanaan pengorganisasian merupakan pelaksanaan

kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh organisasi

atau tim yang telah dibentuk, meliputi upaya kesehatan masyarakat

18
19

(UKM), pencatatan dan pelaporan, keterlibatan lintas sektoral dan

program, pengelolaan keuangan, pengelolaan obat, serta

pemanfaatan dan pemeliharaan sarana lokakarya mini (Khaulah,

2015).
Lokakarya mini puskesmas merupakan suatu pertemuan antar

petugas puskesmas dan petugas puskesmas dengan sektor terkait

(lintas sektoral) untuk meningkatkan kerjasama tim, memantau

cakupan pelayanan puskesmas serta membina peran serta masyarakat

secara terpadu agar dapat meningkatkan fungsi puskesmas. Tujuan

umum dilakukannya lokakarya mini adalah meningkatkan fungsi

puskesmas melalui penggerakan pelaksanaan puskesmas,

bekerjasama dalam tim dan membina kerjasama lintas program serta

lintas sektoral. Tujuan khususnya yaitu tergalangnya kerjasama

dalam tim antar tenaga puskesmas dan pelaksana, terselenggaranya

lokakarya bulanan antar tenaga puskesmas dalam rangka

pemantauan hasil kerja tenaga puskesmas dengan cara

membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan

targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya,

tergalangnya kerjasam lintas sektoral dalam rangka pembinaan dan

pengembangan peran serta masyarakat secara terpadu,

terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam rangka

mengkaji kegiatan kerjasama lintas sektoral dan tersusunnya rencana

kerja tribulanan berikutnya (Khaulah, 2015).

19
20

3) Pengawasan, pengendalian dan penilaian puskesmas berbentuk

penilaian kinerja puskesmas (P3)


Pengawasan dilakukan oleh pimpinan puskesmas melalui

pengawasan secara berjenjang dan pembinaan pegawai. Manfaatnya

adalah untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan pelaksanaan,

ada tidaknya kelemahan perecanaan, ada tidaknya kelemahan

personil dan ada tidaknya pemborosan. Penilaian kinerja dilakukan

satu tahun sekalu melalui alat atau instrumen yang telah ditentukan

(Khaulah, 2015).
Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat puskesmas sebagai

instrumen mawas diri karena setiap puskesmas melakukan penilaian

kinerjanya secara mandiri, kemudian dinas kesehatan kabupaten/kota

melakukan verifikasi hasilnya. Adapun aspek penilaian meliputi hasil

pencapaian, cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu

pelayanan (khusus bagi puskesmas yang telah mengembangkan mutu

pelayanan) atas perhitungan seluruh puskesmas. Berdasarkan hasil

verifikasi, dinas kesehatan kabupaten/kota bersama puskesmas dapat

menetapkan Puskesmas ke dalam kelompok (I, II, III) sesuai dengan

pencapaian kinerjanya. Pada setiap kelompok tersebut, dinas kesehatan

kabupaten/kota dapat melakukan analisis tingkat kinerja puskesmas

berdasarkan rincian nilainya, sehingga urutan pencapaian kinerjanya

dapat diketahu serta dapat dilakukan pembinaan secara lebih mendalam

dan terfokus (Khaulah, 2015).


b. Manajemen Keuangan

20
21

Manajemen keuangan merupakan tatanan yang menghimpun

berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber

daya keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin

tercapainya derajat kesehatan masyarakat. Sumber dana dapat berasal

dari masyarakat maupun pemerintah (APBN, APBD propinsi, APBD

kabupaten/kota). Untuk meningkatkan pelayanan puskesmas,

puskesmas memiliki kewenangan yang lebih luas dalam mengelola

pendapatan maupun pengeluaran, salah satunya yaitu dengan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD).

Pola pengelolaan keuangan BLUD memungkinkan puskesmas untuk

menggunakan pendapatan negara bukan pajak (PNPB) yaitu pendapatan

dari layanan pasien secara langsung, tanpa harus disetor dahulu ke kas

negara. Mekanisme ini membantu puskesmas dalam menyediakan obat-

obatan, membayar biaya operasional dan pengeluaran lainnya sesuai

dengan anggaran (Pamungkas, 2010).


c. Manajemen Kefarmasian
Manajemen kefarmasian bertujuan untuk menjamin kelangsungan

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan dalam pelayanan kesehatan

di puskesmas. Ruang lingkupnya mencakup perencanaan, pengadaan/

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian persediaan,

penggunaan, pencatatan dan laporan. Penerapan manajemen

pengelolaan logistik obat ini terinetgrasi dalam proses manajemen

puskesmas (Iswanto, 2015).


d. Manajemen Sarana, Prasarana dan Pelayanan

21
22

Manajemen sarana, prasarana dan peralatan bertujuan untuk

menjamin pelayanan terselenggara secara optimal. Ruang lingkup

manajemen tersebut meliputi pemeliharaan secara periodik termasuk

dilakukannya kalibrasi (Iswanto, 2015).


e. Manajemen Sistem Informasi
Sistem informasi meliputi pencatatan, pelaporan dan analisis data

sebagai pendukung perencanaan puskesmas. Adapun sistem informasi

yang digunakan adalah sistem informasi manajemen puskesmas

(SIMPUS), yang terintegrasi dan terpadu dalam sistem informasi

kesehatan daaerah dan nasional (Iswanto, 2015). Aplikasi SIMPUS

digunakan di puskesmas dalam kegiatan pencatatan berbagai kegiatan

pelayanan, baik kegiatan dalam gedung maupun kegiatan luar gedung,

dan dapat dilakukan koneksi data base secara online melalui jaringan

internet ke server di dinas kesehatan, maupun ke data base lokal yang

ada di puskesmas (Pusat data dan informasi, 2011).


Kegiatan puskesmas yang mampu ditangani oleh SIMPUS yaitu

(Pusat data dan informasi, 2011):


1) Pengelolaan informasi riwayat medis pasien perindividu
2) Pengelolaan informasi kunjungan pasien ke puskesmas
3) Pengelolaan informasi kegiatan pelayanan kesehatan dalam gedung,

meliputi:

a) Pelayanan rawat jalan (poliklinik umum, gigi, KIA, imunisasi,

dll)

b) Pelayanan UGD

c) Pelayanan rawat inap

22
23

4) Pengelolaan informasi pemakaian dan permintaan obat/farmasi di

puskesmas, pos obat desa, pos UKK


5) Pengelolaan informasi tenaga kesehatan puskesmas
6) Pengelolaan informasi sarana dan peralatan (inventaris) puskesmas
7) Pengelolaan informasi kegiatan luar gedung yang meliputi:

a) Kegiatan puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan desa,

posyandu, polindes, poskesdes, poskestren

b) Pengelolaan informasi pembiayaan kesehatan masyarakat dan

keuangan puskesmas

c) Pengelolaan informasi gizi masyarakat

d) Pengelolaan informasi surveilans (pengendalian penyakit)

e) Pengelolaan informasi promosi kesehatan

f) Pengelolaan informasi kesehatan lingkungan

8) Pengelolaan pelaporan internal dan ekternal.


f. Manajemen Mutu Pelayanan
Mutu pelayanan puskesmas merupakan salah satu aspek yang

sangat penting meliputi manajemen kasus dan manajemen mutu.


1) Manajemen kasus (case management)
Manajemen kasus dalam arti pelayanan yang diberikan

berdasarkan standar yang telah ditetapkan dan dilaksanakan oleh

tenaga profesional. Standar yang dimaksud meliputi (Iswanto, 2015):

a) Pengobatan secara rasional

b) Standar pelayanan medik di puskesmas

2) Manajemen Mutu
Mekanisme atau metode untuk manajemen mutu puskesmas

harus berkesinambungan. Untuk itu perlu adanya standar pelayanan

maupun prosedur pelayanan. Berbagai metode manajemen mutu

23
24

telah berkembang sangat pesat. Untuk penerapan di puskesmas

digunakan bentuk yang sederhana dan mudah dilaksanakan oleh

puskesmas. Metode manajemen mutu meliputi (Iswanto, 2015):

a) Quality assurance (QA)

b) Sistem pengembangan manajemen kinerja klinik (SPMKK).

g. Manajemen Limbah
Limbah puskesmas menurut Permenkes No.1204 Tahun 2004

tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah semua

limbah yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas dalam bentuk padat,

cair dan gas. Selain itu merupakan bahan bungan yang tidak berguna,

tidak digunakan atau terbuang yang dapat dibedakan menjadi limbah

medis dan non medis dan dikategorikan limbah benda tajam, limbah

infeksius, limbah sitotoksik dan radioaktif berbahaya bagi kesehatan

dan lingkungan (Permenkes RI, 2004 dalam Widianthara, 2012).

Pengelolaan limbah medis diawali dari pemilahan sampah lalu

pengumpulan sampah, pengangkutan ke tempat penampungan

sementara lalu pemusnahan sampah, semua dilakukan sesuai jenis

sampah (Widianthara, 2012).

24
25

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

kualitatif yang lebih menekankan makna dan proses daripada hasil suatu

aktivitas. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif dengan mendeskripsikan informasi yang telah dikumpulkn tentang

keadaan nyata yang berlangsung saat ini.


B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Rawalo kabupaten

Banyumas.
C. Sampel Penelitian
Sampel penelitian dipilih berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu

pemilihan sampel yang dilakukan dengan cermat dan relevan dengan desain

dan tujuan penelitian sesuai ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel.

Sampel atau subjek dalam penelitian ini adalah bidang tata usaha,

administrasi, unit kegiatan perorangan (UKP) dan unit kegiatan masyarakat

(UKM).
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang bukan berupa angka-angka,

meliputi:
1. Data mengenai gambaran umum mengenai objek penelitian
2. Data lain yang bukan berupa angka.

25
26

Data tersebut terbagi menjadi sumber data primer dan sumber data

sekunder. Sumber data primer diperoleh dari informan yaitu orang yang

berpengaruh dalam proses perolehan data atau orang yang mengerti atau

terlibat dalam kegiatan yang ada di Puskesmas Rawalo, yaitu Kepala

Puskesmas, karyawan TU, administrasi, bagian UKP dan UKM. Sumber data

sekunder diperoleh dari sumber tertulis berupa buku profil puskesmas.


E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis berupa

buku dan pena, serta alat perekam suara.


F. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang sistematis diperlukan agar didapatkan data

yang sistematis. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu:


1. Tahap Pra-lapangan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan rancangan penelitian,

pengurusan perijinan di lokasi atau lapangan penelitian, penjajakan dan

penilaian terhadap lapangan penelitian untuk memperoleh gambaran

umum Puskesmas Rawalo, memilih informan atau narasumber, serta

menyiapkan perlengkapan penelitian.


2. Tahap Lapangan
Pada tahap ini peneliti sudah memasuki lapangan dan mulai

berinteraksi dengan informan atau narasumber untuk mengumpulkan data

yang diperlukan dan mencatatnya.


3. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber

dikumpulkan, diklasifikasikan dan analisis dengan komparasi konstan.

Setelah tahap analisis data selesai, selanjutnya dilakukan penulisan

laporan.
G. Teknik Pengumpulan Data

26
27

Agar diperoleh data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan,

maka pengumpulan data diperoleh melalui teknik:


1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan bertanya langsung kepada narasumber

untuk mendapatkan data secara luas dan menyeluruh sesuai kondisi saat

ini.
2. Observasi langsung
Observasi langsung untuk mengumpulkan data dilakukan dengan

cara melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik

3. Dokumen
Data dapat juga diambil melalui dokumen yang ada berupa buku

profil puskesmas untuk memperluas data yang sudah didapat.


H. Teknik Analisis Data
Tahap analisis data merupakan tahap yang paling penting dan

menentukan dalam penelitian, bertujuan untuk menyederhanakan data ke

dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis

dilakukan berdasarkan pengamatan di lapangan yang diperoleh dari

wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian disusun dan ditarik

kesimpulan.
I. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar diperoleh tingkat keabsahan data, teknik yang digunakan meliputi:
1. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan merupakan rangkaian kegiatan yang dibuat

secara terstruktur dan berkesinambungan terhadap segala realita yang

ditemui di lokasi penelitian serta menemukan unsur-unsur yang relevan

dengan persoalan penelitian lalu difokuskan secara terperinci dengan

pengamatan mendalam.
2. Triangulasi data
Teknik ini dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dan

pengamatan, membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang

27
28

berkaitan, serta membandingkan apa yang dikatakan orang secara umum

dengan apa yabg dikatakan orang secara pribadi. Perbandingan ini

diperlukan juga untuk mengetahui alasan yang melatarbelakangi

perbedaan tersebut.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum lokasi observasi
Puskesmas Rawalo merupakan puskesmas yang berfungsi sebagai

penyedia pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan Rawalo, oleh sebab

itu penting untuk mengetahui beberapa gambaran umum dari Kecamatan

Rawalo supaya dapat mengetahui keadaan dari wilayah kerja Puskesmas

Rawalo. Berikut merupakan beberapa informasi mengenai wilayah kerja

Puskesmas Rawalo.
a. Keadaan Geografis
Kecamatan Rawalo merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 4965

km2 atau sekitar 3,74% dari luas Kabupaten Banyumas. Kecamatan

Rawalo terdiri atas 9 desa, 79 RW dan 237 RT. Kecamatan rawalo

28
29

berbatasan langsung dengan beberapa wilayah lain, diantaranya

adalah:
Sebelah Utara : Kecamatan Purwojati
Sebelah Selatan :Kecamatan Kebasen dan Kabupaten Cilacap
Sebelah Barat : Kecamatan Jatilawang
Sebelah Timur : Kecamatan Patikraja

b. Keadaan Demografis
Kelurahan Tritih Kulon memiliki jumlah penduduk sebanyak

56.878 jiwa, yang terdiri atas 21.046 jiwa merupakan penduduk usia

produktif.
c. Keadaan Sosial Ekonomi
Sebagian besar masyarakat yang berumur diatas 15 tahun

memiliki mata pencaharian sebagai petani yaitu sebesar 14.750 orang

(43,52%). Untuk mata pencaharian yang lain yang dilakukan oleh

masyarakat Kecamatan Rawalo adalah di bidang perdagangan

sebanyak 6.520 orang (19,24%), bidang jasa 3.940 orang (11,62%),

industry 3.801 orang (11,21%), bidang konstruksi 2.105 orang

(6,21%), bidang angkutan dan komunikasi 1.383 orang (4,08%),

pertambangan dan penggalian 980 orang (2,89%).


Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Rawalo yang terbesar

adalah taman SD dengan 18.529 orang (40%), kemudian tamat SLTP

11.582 orang (25%), tidak/belum tamat SD 8.338 orang (18%), tamat

SLTA 7.411 orang (16%) dan tamat akademi/universitas 461 orang

(1%).

d. Peta Wilayah Kecamatan Rawalo

29
30

Gambar 4.1 Peta wilayah Kecamatan Rawalo


Sumber : Data Sekunder, 2016
2. Fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Rawalo
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Rawalo terbagi

menjadi 2 bagian, yaitu:


a. Pelayanan dalam gedung
1) Pemeriksaan umum
2) Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
3) Pemeriksaan KIA dan KB
4) Unit Gawat Darurat
5) Rawat inap
6) Pemeriksaan laboratorium
7) PONED (Persalinan)
8) Pemeriksaan IMS
9) Pelayanan kesehatan masyarakat
10) Unit farmasi
11) Pemeriksaan TBC
12) MTBS dan MTBM
13) Pelayanan imunisasi
b. Pelayanan luar gedung
1) Posyandu balita
2) Posyandu lansia
3) Kelas ibu hamil dan balita
4) UKS dan UKGS
5) Promosi kesehatan

30
31

6) Kesehatan lingkungan
7) Posbindu
3. Program kerja Puskesmas Rawalo
Harjito, kepala Puskesmas Rawalo (2016), menyebutkan:
Program kerja di Puskesmas Rawalo ini ada dua macem, pertama

program kerja wajib sama program kerja pengembangan. Untuk program

kerja wajib ini kita mengikuti aturan pemerintah,yaitu yang mencangkup 6

hal seperti promosi kesehatan, KIA dan KB, perbaikan gizi, kesehatan

lingkungan, pencegahan penyakit menular, sama yang terakhir itu

pengobatan. Untuk program pengembangan ini kita sesuaikan dengan

kebutuhan yang ada di masyarakat, jadi kita melakukan SMD (Survei

Mawas Diri) sama MMD (Musyawarah Masyarakat Desa).


Berdasarkan pernyataan narasumber diatas, diketahui bahwa

program kerja di Puskesmas Rawalo terbagi menjadi 2, yaitu program

kerja wajib dan pengembangan. Program kerja wajib yang ada di

Puskesmas Rawalo terdiri atas 6 hal, diantaranya adalah promosi

kesehatan, KIA dan KB, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan,

pencegahan penyakit menular, sama yang terakhir itu pengobatan.

Program kerja pengembangan yang ada di Puskesmas Rawalo dibuat

berdasarkan kondisi dan kebutuhan yang ada di masyarakat wilayah kerja

Puskesmas Rawalo dan prosedur penentuannya dilakukan dengan

melakukan SMD dan MMD terlebih dahulu.


Harjito, kepala Puskesmas Rawalo (2016), menyebutkan:
Puskesmas Rawalo memiliki satu program unggulan, yaitu

kesehatan lansia, jadi lansia diprioritaskan sejak pasien lansia datang,

masuk ke pendaftaran, pelayanan, ambil obat, hingga pasien pulang.

Supaya program ini dapat dijalankan dengan baik, Puskesmas Rawalo

31
32

memberikan beberapa perbedaan fasilitas untuk pasien lansia, hal ini

ditujukan supaya para petugas tau bahwa pasien tersebut adalah lansia.

Bagian fasilitas yang dibedakan diantaranya adalah warna map rekam

medis, cap Lansia pada map rekam medis, warna lembar resep obat,

perbedaan huruf pada karcis pendaftaran


Berdasarkan pernyataan narasumber diatas, diketahui bahwa

program kesehatan lansia merupakan program kerja unggulan yang ada di

Puskesmas Rawalo, hal ini terlihat dengan adanya beberapa fasilitas

pelayanan kesehatan di puskesmas yang dibedakan seperti warna map

rekam medis, cap Lansia pada map rekam medis, warna lembar resep

obat, dan huruf pada karcis pendaftaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan

supaya para petugas mengetahui bahwa pasien tersebut merupakan pasien

lansia
Harjito, Kepala Puskesmas Rawalo (2016), menyebutkan:
penentuan kesehatan lansia sebagai program itu berdasarkan jumlah

lansia yang ada di Kecamatan Rawalo, yaitu sekitar 19.000 dari total

penduduk 56.878. Selain itu juga dikarenakan angka kunjungan dari lansia

yang masih sedikit.


Berdasarkan pernyataan narasumber diatas, diketahui bahwa

penentuan kesehatan lansia sebagai program unggulan adalah berdasarkan

kondisi dari masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Rawalo, hal

ini karena tingginya jumlah masyarakat Kecamatan Rawalo yang

tergolong ke dalam lansia, namun angka kunjungan pasien lansia di

Puskesmas Rawalo masih sedikit, sehingga diperlukan adanya perhatian

khusus supaya masyarakat yang ada di Kecamatan Rawalo khususnya bagi

32
33

para lansia merasa nyaman ketika sedang berkunjung ke Puskesmas

Rawalo, sehingga diharapkan program ini mampu meningkatkan

kesehatan bagi para lansia yang ada di Puskesmas Rawalo.


4. Manajemen Puskesmas Rawalo
a. Manajemen Umum Puskesmas Rawalo
Harjito, kepala Puskesmas Rawalo (2016), menyebutkan sistem

manajemen secara umum yang digunakan di Puskesmas Rawalo itu

pake sistem p1 p2 p3. Berdasarkan pernyataan narasumber tersebut

diketahui bahwa sistem manajemen Puskesmas yang digunakan di

Puskesmas Rawalo adalah sistem P1 (perencanaan), P2 (pelaksanaan

dan pengorganisasian), P3 (pengevaluasian).


1) Perencanaan (P1)
Harjito, kepala Puskesmas Rawalo (2016), menyatakan:
P1 itu perencanaan yang diambil dari kebutuhan masyarakat

yang didapatkan melalui usulan pada kotak saran, rapat lintas

sektoral, survei mawas diri, musyawarah masyarakat desa supaya

dapat mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan yang seperti apa

yang dibutuhkan oleh masyarakat, serta disesuaikan juga dengan

indikator yang ingin dicapai pada tahun berikutnya berdasarkan

hasil evalusi dari kegiatan pada tahun sebelumnya. Hasil

perencanaan tersebut nantinya akan menjadi Rencana Usulan

Kegiatan (RUK) yang nantinya akan diusulkan ke dinas kesehatan

dan pemerintah daerah. Selanjutnya RUK ini akan diproses

menjadi Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK), kemudian disusun

menjadi Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP), biasanya semua

33
34

proses perencanaan ini dilakukan sampai akhir Januari dan pada

bulan Februari PTP sudah dijalankan.


Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh narasumber,

diketahui bahwa tahap perencanaan dilakukan di awal tahun

tepatnya pada bulan Januari. Tahapan perencanaan dilakukan

berdasarkan hasil usulan pada kotak saran, rapat lintas sektoral,

survei mawas diri dan musyawarah masyarakat desa supaya dapat

mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan yang seperti apa yang

dibutuhkan oleh masyarakat, serta disesuaikan dengan indikator

yang ingin dicapai pada tahun pelaksanaan berdasarkan hasil

evalusi dari kegiatan pada tahun sebelumnya.


Usulan yang didapat nantinya akan disusun menjadi RUK

yang kemudian diusulkan ke dinas kesehatan dan pemerintah

daerah yang nantinya akan tersusun dalam RPK. Selanjutnya RPK

akan disusun menjadi PTP yang kemudian PTP ini akan dicatat

sebagai jadwal kegiatan Puskesmas selama satu tahun.


2) Pelaksanaan dan Pengorganisasian (P2)
Harjito, kepala Puskesmas Rawalo (2016), menyebutkan:
tahapan perencanaan yang sudah disetujui dan sudah disusun

menjadi PTP, nantinya akan dicatat sebagai jadwal kegiatan

Puskesmas selama satu tahun kedepan. Hasil tahapan perencanaan

ini akan disosialisasikan dan dikoordinasikan dengan seluruh pihak

terkait dan akan dibuatkan Standar Operasional Kerja (SOP) nya

supaya dalam pelaksanaan kegiatan nanti dapat berjalan dengan

baik dan dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.

34
35

Berdasarkan pernyataan narasumber diatas, diketahui bahwa

hasil tahapan yang dilakukan pada bulan januari berupa PTP akan

disusun dalam bentuk jadwal kegiatan untuk jangka waktu satu

tahun kedepan. Hasil perencanaan tersebut akan disosialisasikan

dan dikoordinasikan kepada seluruh pihak terkait dan sebelum

pelaksanaan sebuah kegiatan, akan dibuat terlebih dahulu SOP

kerja supaya kegiatan dapat berjalan dengan baik dan dapat

meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.


3) Pengevaluasian (P3)
Harjito, kepala Puskesmas Rawalo (2016), menyebutkan:
setiap rencana kegiatan yang sudah direncanakan itu akan

dievaluasi setiap bulannya ketika rapat bulanan, disitu kita evaluasi

perkembangan dari persiapan kegiatan yang dilaksanakan supaya

nantinya kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Saat bulan

September akan dilakukan rapat evaluasi besar dari perencanaan

yang sudah dibuat dan mungkin akan dilakukan perubahan rencana

serta anggaran bila memang diperlukan. Evaluasi ini bertujuan

untuk mengantisipasi kalau memang ada hal-hal yang tidak

diinginkan seperti pendapatan yang belum mencukupi ataupun

kondisi bila memang diperlukan adanya pengadaan kegiatan diluar

perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pengawasan dan

pengevaluasian ini dilakukan secara internal maupun eksternal, jadi

baik dari pihak Puskesmas, masyarakat, dinas kesehatan dan

pemerintah daerah ikut mengawasi dan mengevaluasi setiap

kegiatan yang dilakukan.

35
36

Berdasarkan pernyataan narasumber diatas, diketahui bahwa

proses tahapan evaluasi dilakukan setiap bulan melalui rapat

bulanan, hal ini bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi

perkembangan dari seluruh kegiatan yang telah direncanakan, dan

pada bulan September akan dilakukan evaluasi besar serta

perubahan baik dari kegiatan serta anggaran bila memang terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan atau hal-hal yang memang

diperlukan. Pengevaluasian kegiatan dilakukan secara internal oleh

kepala Puskesmas dan tim serta koordinator program kegiatan,

serta pengawasan secara eksternal oleh masyarakat, dinas

kesehatan serta pemerintah daerah.


b. Manajemen Keuangan Puskesmas Rawalo
Keuangan merupakan salah satu komponen penting dalam

menjalankan sebuah puskesmas supaya dapat menunjang seluruh

kegiatan dan kebutuhan puskesmas. Oleh sebab itu diperlukan sebuah

manajemen keuangan yang baik dalam puskesmas, hal ini supaya

puskesmas mampu untuk menjalankan kewajiban dan fungsinya

dengan baik.
Harjito, kepala Puskesmas Rawalo (2016), menyebutkan sistem

manajemen keuangan yang digunakan Puskesmas Rawalo itu sistem

BLUD yang mulai diberlakukan bulan Juni 2014. Sistem ini bikin

Puskesmas Rawalo jadi relative mandiri.


Vika, bendahara Puskesmas Rawalo (2016), menyebutkan:

pemasukan anggaran dana itu dari surplus tahun sebelumnya, biaya

retribusi pelayanan pasien, dana kapitasi (BPJS, KIS/Jamkesmas)

36
37

sama dana BOK (APBN). Semua pemasukan itu nantinya bakal

masuk ke satu rekening Puskesmas, jadi karna udah pake sistim

BLUD jadi semua rencana anggaran jadi lebih mandiri jadi bisa

disesuaiin sesuai sama kebutuhan.


Berdasarkan pernyataan kedua narasumber di atas, diketahui

bahwa sistem manajemen keuangan yang digunakan oleh Puskesmas

Rawalo adalah dengan pendekatan sistem BLUD yang diberlakukan

sejak Juni 2014. Penggunaan sistem BLUD ini memberikan

keleluasaan bagi Puskesmas Rawalo untuk mengatur perencanaan

kegiatan pelayanan kesehatan yang disesuaikan dengan pendapatan

yang didapat. Pendapatan pada sistem ini berasal dari surplus tahun

sebelumnya, dana retribusi pelayanan pasien, dana kapitasi (BPJS,

KIS/Jamkesmas) serta dana BOK (APBN) yang nantinya secara

keseluruhan hasil pendapatan tersebut akan masuk ke dalam rekening

Puskesmas.
Kuswanto, bendahara Puskesmas Rawalo (2016), menyebutkan:

dinas kesehatan sama pemerintah daerah diakhir dikasih laporan

hasil belanjanya, tapi pertanggung jawaban itu dilakukan ke kepala

Puskesmas sama tim pengawas dari Puskesmas Rawalo.


Berdasarkan pernyataan narasumber di atas, diketahui bahwa peran

pemerintah dan dinas kesehatan dalam sistem manajemen keuangan

dengan pendekatan BLUD ini hanya sebagai pengawas saja, dan

pertanggung jawaban hasil pengeluaran hanya dilakukan kepada

kepala Puskesmas dan tim pengawas dari internal Puskesmas Rawalo.


c. Manajemen Sarana dan Prasarana Puskesmas Rawalo

37
38

Sarana dan prasarana sangat berperan penting dalam membantu

puskesmas untuk memberikan fasilitas pelayanan kesehatan secara

maksimal. Sarana dan prasarana yang ada di puskesmas juga akan

bermanfaat bagi masyarakat, sehingga masyarakat akan semakin

mudah untuk mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara cepat

dan tepat.
Andriana, kesehatan masyarakat Puskesmas Rawalo (2016),

menyebutkan sarana prasarana yang ada di Puskesmas Rawalo itu

ada 75 posyandu yang ada di setiap RW di setiap desa, 16 posyandu

lansia, 9 PKD (Poliklinik Kesehatan Desa), sama 1 pustu di Desa

Sanggerman karna letaknya paling strategis buat bantu Puskesmas

Rawalo.
Berdasarkan pernyataan narasumber diatas, diketahui bahwa

Puskesmas Rawalo memiliki sarana dan prasarana berupa 75

posyandu yang terletak disetiap RW yang ada di setiap desa, 16

posyandu lansia, 9 PKD, dan 1 puskesmas pembantu. Pemilihan

lokasi pustu berada di Desa Sanggerman, hal ini dikarenakan desa

tersebut memiliki lokasi yang strategis dalam menjangkau masyarakat

yang lokasinya jauh dari Puskesmas Rawalo yang masih termasuk ke

dalam wilayah kerja Puskesmas Rawalo.


d. Manajemen Pelayanan Kesehatan Puskesmas Rawalo
Fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Rawalo terbagi

menjadi 2 bagian, yaitu Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dan

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Berikut merupakan

38
39

manajemen fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas

Rawalo:
1) Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
Aprilianti, ketua bidang UKP Puskesmas Rawalo (2016),

menyatakan:
UKP yang ada di Puskesmas Rawalo ini membawahi tiap-tiap

unit yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat di

dalam puskesmas, nantinya tiap-tiap unit akan bertanggung jawab

kepada unitnya masing-masing yang nantinya akan dipertanggung

jawabkan kepada kepala bagian UKP. Bagian UKP ini bertugas

untuk mengawasi indikator mutu, indikator keberhasilan, serta

kepuasan pelayanan bagi pasien dari tiap-tiap unit yang ada di

Puskesmas Rawalo. Setiap bulannya itu diadakan rapat bulanan

untuk mengevaluasi tiap tiap perkembangan dari unit yang ada.

Jadi sistem manajemen di dalam UKP ini intinya juga

menggunakan pendekatan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengevaluasian. Perencanaan ini berdasarkan kebutuhan tiap-tiap

unit, lalu yang melaksanakan nanti juga tiap-tiap unit, kemudian

pengevaluasian dilakukan setiap bulannya untuk kemudian

dilaporkan ke bagian administrasi puskesmas.


Berdasarkan pernyataan narasumber diatas, diketahui

bahwa pedekatan manajemen pelayanan kesehatan bagian UKP

Puskesmas Rawalo adalah menggunakan sistem perencanaan,

pelaksanaan dan pengorganisasian, dan pengevaluasian. Sistem

39
40

tersebut dijalankan oleh tiap-tiap unit yang ada di dalam bagian

UKP.
2) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Fitriani, ketua bidang UKM Puskesmas Rawalo (2016),

menyatakan:
UKM yang ada di Puskesmas Rawalo ini kurang lebih sama

dengan kegiatan UKP, hanya saja kegiatan UKM ini terfokus pada

kegiatan promotif dan preventif, sehingga sebagian besar

menaungi kegiatan di luar puskesmas. Sistem manajemen bidang

UKM juga menggunakan sistem perencanaan, pelaksanaan dan

pengorganisasian, serta pengevaluasian seperti bidang UKP. UKM

di Puskesmas Rawalo ini membawahi 2 unit yaitu UKM unit

esensial dan UKM unit pengembangan. Tahap perencanaan UKM

ini didasarkan pada ketentuan pemerintah Kabupaten Banyumas

yang terdiri atas 18 indikator itu, kemudian pelaksanaanya

dilakukan dan dikoordinasikan oleh tiap-tiap unit dan pihak-pihak

terkait, dan pengevaluasian dilakukan setiap 1 bulan dalam acara

mini lokakarya dan setiap 3 bulan bersama dengan pihak-pihak

lintas sektoral.
Berdasarkan peryataan narasumber di atas, diketahui bahwa

sistem manajemen pelayanan UKM di Puskesmas Rawalo

menggunakan sistem perencanaan, pelaksanaan dan

pengorganisasian, serta pengevaluasian. Tahapan perencanaan

dilakukan berdasarkan 18 indikator yang telah ditetapkan oleh

pemerintah daerah, tahapan pelaksanaan dan pengorganisasian

40
41

dilakukan oleh tiap-tiap unit yang bekerjasama dengan berbagai

pihak terkait, dan tahapan pengevaluasian dilakukan setiap 1

bulan sekali dalam mini lokakarya dan setiap 3 bulan sekali

bersama pihak-pihak lintas sektoral terkait.


e. Manajemen Mutu Puskesmas Rawalo
Penjagaan mutu dalam memberikan sebuah pelayanan merupakan

kewajiban dari setiap Puskesmas. Puskesmas Rawalo menjaga mutu

pelayanan dengan memberikan pelayanan sesuai dengan indicator-

indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan.

Berikut merupakan hasil observasi terkait indicator mutu yang ada di

Puskesmas Rawalo.
Harjito, kepala Puskesmas Rawalo (2016), menyebutkan:
penentuan indikator keberhasilan itu disesuaikan dengan bagian

pelayanan yang ada di Puskesmas Rawalo, dan di Puskesmas ini ada 2

bagian pelayanan kesehatan, yaitu UKM sama UKP. Indikator

keberhasilan bagian UKM yang ada di Puskesmas Rawalo ini

mengikuti indikator yang dibuatkan oleh pemerintah pusat yang ada 18

indikator. Indikator keberhasilan bagian UKP yang ada di Puskesmas

Rawalo ini ditentukan oleh pihak Puskesmas Rawalo sendiri yang

disesuaikan dengan kondisi Puskesmas dan kondisi masyarakat yang

ada di wilayah kerja Puskesmas Rawalo, dan indikator keberhasilan

UKP yang ada di Puskesmas Rawalo ini ada 15 indikator.


Berdasarkan pernyataan narasumber diatas, diketahui bahwa

penentuan indikator keberhasilan yang ada di Puskesmas Rawalo ini

dibagi berdasarkan jenis pelayanan yang ada di Puskesmas Rawalo,

yaitu UKM dan UKP.

41
42

Indikator keberhasilan bagian pelayanan UKM mengikuti

indikator yang sudah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Banyumas dapat dilihat pada Lampiran 1.


Indikator keberhasilan bagian pelayanan UKP di Puskesmas

Rawalo ditentukan oleh pihak Puskesmas Rawalo yang sudah

disesuaikan dengan kondisi Puskesmas dan kondisi masyarakat yang

ada di wilayah kerja Puskesmas Rawalo. Indikator keberhasilan bagian

pelayanan UKM mengikuti indikator yang sudah ditetapkan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada Lampiran 2.


f. Manajemen Administrasi Puskesmas Rawalo
Sistem manajemen administrasi ketenagakerjaan di dalam sebuah

puskesmas memegang peranan penting. Hal ini dilakukan supaya

jumlah tenaga kerja yang ada di puskesmas memiliki jumlah yang

efisian dan dapat menunjang dengan baik dalam memberikan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat.


Angger, ketua bidang administrasi Puskesmas Rawalo (2016),

menyatakan:
Tenaga kerja yang ada di Puskesmas Rawalo terbagi menjadi 2, yaitu

PNS dan Non-PNS. Tenaga kerja PNS itu tenaga yang berasal dari

pemerintah pusat. Tenaga kerja Non-PNS itu terdiri dari 3 macam,

yaitu tenaga PTT, tenaga kontrak, dan tenaga kontrak BLUD. Tenaga

kerja PTT itu ditempatkan oleh Dinas Kesehatan dengan

menggunakan Surat Keputusan (SK) bupati. Tenaga kerja honorer

terbagi lagi jadi dua, yaitu tenaga kerja honorer kategori 1 yang

menggunakan SK bupati, dan tenaga kerja honorer kategori 2

menggunakan SK lokal seperti SK kepala sekolah, SK kepala

42
43

puskesmas dan lain sebagainya. Tenaga kerja kontrak BLUD itu

tenaga kerja yang di pilih oleh pihak puskesmas yang disesuaikan

dengan kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh puskesmas dan

tenaga kontrak BLUD ini dibiayai sepenuhnya oleh puskesmas,

namun mulai tahun depan berdasarkan peraturan pemerintah,

puskesmas sudah tidak diperbolehkan untuk merekrut tenaga kerja

secara mandiri, harus melalui pemerintah setempat.


Berdasarkan pernyataan narasumber diatas, diketahui bahwa tenaga

kerja yang ada di Puskesmas Rawalo terbagi menjadi 2, yaitu tenaga

kerja PNS dan tenaga kerja Non-PNS. Tenaga kerja PNS ditempatkan

oleh pemerintah pusat. Tenaga kerja Non-PNS di Puskesmas Rawalo

terbagi menjadi 3, yaitu tenaga kerja yaitu tenaga kerja PTT, tenaga

kontrak, dan tenaga kontrak BLUD. Tenaga kerja PTT merupakan

tenaga kerja yang ditempatkan oleh Dinas Kesehatan dengan

menggunakan Surat Keputusan (SK) bupati. Tenaga kerja honorer

terbagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja honorer kategori 1 yang

menggunakan SK bupati, dan tenaga kerja honorer kategori 2

menggunakan SK lokal seperti SK kepala sekolah, SK kepala

puskesmas dan lain sebagainya. Tenaga kerja kontrak BLUD

merupakan tenaga kerja yang di pilih oleh pihak puskesmas yang

disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh

puskesmas dan tenaga kontrak BLUD ini dibiayai sepenuhnya oleh

puskesmas.

43
44

g. Manajemen Sistem Informasi Puskesmas Rawalo


Jumali, Penanggung Jawab Rekam Medis Puskesmas Rawalo

(2016), menyatakan:
sistem penyimpanan informasi pasien di Puskesmas Rawalo ada 2,

yaitu melalui rekam medis dan melalui sistem online. Sistem rekam

medis di Puskesmas Rawalo itu memakai pendekatan Personal

Folder, jadi setiap orang punya datanya masing-masing, terus rekam

medis di Puskesmas Rawalo ini ada 2 macem, ada rekam medis

berwarna hijau untuk pasien usia 1-59 tahun dan rekam medis

berwarna putih untuk pasien usia lanjut. Sistem penyimpanan

informasi data pasien secara online itu menggunakan Sistem

Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS). Jadi simpus ini bisa

dipake banyak orang, jadi disetiap ruang pelayanan itu tersedia

komputer, sehingga setiap petugas bisa langsung memasukan data

pasien secara online.


Manajemen sistem informasi pasien di Puskesmas Rawalo

menggunakan rekam medis berdasarkan pendekatan personal folder,

sehingga setiap orang memiliki datanya sendiri-sendiri. Rekam medis

di Puskesmas Rawalo terbagi menjadi 2 macam, yaitu rekam medis

berwarna hijau dan putih. Rekam medis berwarna hijau merupakan

rekam medis untuk pasien dengan usia 1-59 tahun dan rekam medis

berwarna putih merupakan rekam medis untuk pasien lansia, hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk menunjang program kerja unggulan

dari Puskesmas Rawalo yaitu Sehat Lansia.

44
45

Penyimpanan informasi pasien tidak hanya dilakukan

menggunakan rekam medis, namun juga disimpan secara online

menggunakan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS).

SIMPUS merupakan sebuah sistem informasi yang dapat diakses

secara multi user sehingga dapat terintegrasi dengan baik.


Angger, kepala bidang administrasi Puskesmas Rawalo (2016),

menyatakan:
sistem informasi antar puskesmas sama dinas kesehatan di

Kabupaten Banyumas ini menggunakan sistem online yang bernama

KomdatDinkes. KomdatDinkes ini berbasis online, jadi setiap

puskesmas bisa menaruh program kerja dan berbagai informasi

lainnya disini. KomdatDinkes ini bisa diakses oleh siapa saja.


Berdasarkan pernyataan narasumber di atas, diketahui bahwa

sistem komunikasi informasi antar puskesmas dan Dinas Kesehatan di

Kabupaten Banyumas menggunakan sebuah sistem berbasis online

yang bernama Sistem Komunikasi Data Dinas Kesehatan. Sistem ini

merupakan sebuah aplikasi yang berfungsi untuk mengumpulkan

semua data dan informasi dari puskesmas maupun Dinas Kesehatan di

Kabupaten Banyumas.

h. Manajemen Farmasi Puskesmas Rawalo


Setyowati, Penanggung Jawab Pengelola Obat Puskesmas Rawalo

(2016), menyatakan:
pengadaan obat di Puskesmas Rawalo ini dilakukan oleh Unit

Perbekalan Kesehatan dan Farmasi (UPKF) Kabupaten Banyumas.

Pengadaan puskesmas oleh UPKF ini dilakukan setiap 3 bulan sekali,

45
46

terus pengadaannya ini dilakukan berdasarkan permintaan puskesmas

melalu laporan yang namanya Laporan Pemakaian dan Lembar

Permintaan Obat (LPLPO) yang didalemnya disertai dengan 10 besar

penyakit yang ada di wilayah kerja puskesmas, terus misalkan

dipertengahan antara 3 bulan itu ada obat yang habis, puskesmas bisa

minta pengadaan obat lagi pake lembar Permintaan Kekosongan Obat

(PKO). Ketika terjadi kondisi kekosongan obat yang puskesmas

ajukan di UPKF, puskesmas diperbolehkan beli obat secara mandiri,

nah disarankannya itu beli lewat e-kalatog yang dikelola oleh

pemerintah, tapi kalo misal terjadi hal yang tidak memungkinkan,

puskesmas diperbolehkan beli di luar e-katalog dengan syarat ketika

puskesmas ingin membeli obat secara mandiri, harus disertai dengan

surat keterangan dari UPKF yang menyatakan bahwa obat tersebut

kosong atau tidak disediakan oleh UPKF


Berdasarkan pernyataan narasumber di atas, diketahui bahwa

pengadaan obat dapat diperoleh dari UPKF. Pengadaan obat oleh

UPKF dilakukan berdasarkan surat LPLPO yang di dalamnya terdapat

keterangan 10 besar penyakit yang ada di wilayah kerja puskesmas.

Terdapat suatu kondisi ketika ada jenis obat yang habis dan UPKF

juga tidak memiliki obat yang dibutuhkan oleh puskesmas, maka

puskesmas diperbolehkan melakukan pengadaan secara mandiri

melalui e-katalog ataupun agen obat lainya. Pengadaan obat diluar

UPKF harus dilakukan berdasarkan persetujuan dari UPKF.

46
47

Penyimpanan obat di Puskesmas Rawalo dilakukan di gudang obat

dan dilemari pendingin yang dapat mengatur suhu sesuai dengan yang

dibutuhkan.
Setyowati, Penanggung Jawab Pengelola Obat Puskesmas Rawalo

(2016), menyatakan:
pendistribusian obat di Puskesmas Rawalo terbagi menjadi 2, yaitu

distribusi ke dalam sama distribusi ke luar. Distribusi ke dalam itu

distribusi yang langsung diberikan ke pasien setelah pasien menerima

pelayanan kesehatan di puskesmas. Distribusi keluar itu distribusi

yang dilakukan diluar puskesmas seperti di posyandu, di PKD,

ataupun di pustu.
Berdasarkan pernyataan narsumber diatas diketahui bahwa

pendistribusian obat di Puskesmas Rawalo terbagi menjadi 2 bagian,

yaitu distribusi kedalam dan distribusi keluar. Pendistribusian obat

kedalam merupakan prosedur pendistribusian obat yang dilakukan di

dalam puskesmas, dan pendistribusian obat keluar merupakan

prosedur pendistribusian obat yang dilakukan di luar puskesmas

seperti pada posyandu, PKD, dan pustu.


i. Manajemen Limbah Puskesmas Rawalo
Fitriani, kepala pengelola limbah Puskesmas Rawalo (2016),

menyatakan:
jenis limbah di Puskesmas Rawalo ini dibagi ke dalam limbah padat

infeksius, limbah padat non infeksius, limbah cair infeksius, dan

limbah cair non infeksius. Pengolahan limbah cair infeksius dan

mengandung bahan kimia serta limbah padat yang infeksius itu kita

bekerja sama dengan PT. Medifest. Pengolahan sampah padat non

47
48

infeksius itu kita bekerja sama dengan Dinas Cipta Karya Kebersihan

dan Tata Ruang (DCKKTR). Pengolahan limbah cair yang non

infeksius itu masuk ke dalam Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL)

milik Puskesmas Rawalo.


Berdasarkan pernyataan narasumber di atas, diketahui bahwa jenis

limbah di Puskesmas Rawalo dibagi ke dalam limbah padat infeksius,

limbah padat non infeksius, limbah cair infeksius, dan limbah cair non

infeksius. Manajemen pengolahan limbah cair infeksius dan

mengandung bahan kimia serta limbah padat yang infeksius,

Puskesmas Rawalo bekerja sama dengan PT. Medifest. Manajemen

pengolahan sampah padat non infeksius, pihak Puskesmas Rawalo

bekerja sama dengan Dinas Cipta Karya Kebersihan dan Tata Ruang

(DCKKTR). Limbah cair yang non infeksius dari Puskesmas Rawalo

dimasukan ke dalam Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) milik

Puskesmas Rawalo.
B. Pembahasan Hasil Observasi
1. Program kerja Puskesmas Rawalo
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

diketahui bahwa program kerja di Puskesmas Rawalo terbagi menjadi

program kerja wajib dan program kerja pengembangan. Program kerja

wajib yang ada di Puskesmas Rawalo terdiri atas 6 poin, hal ini sesuai

dengan upaya kesehatan wajib yang mencakup program kesehatan dasar

puskesmas berupa basic six yaitu upaya kesehatan ibu, anak dan KB,

upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya perbaikan

48
49

gizi, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta upaya

pengobatan dasar (Khaulah, 2015).


Program kerja pengembangan yang ada di Puskesmas Rawalo dibuat

berdasarkan kondisi dan kebutuhan yang ada di masyarakat wilayah kerja

Puskesmas Rawalo, dimana penentuannya dilakukan dengan melakukan

SMD dan MMD terlebih dahulu. Hal ini juga sesuai, program

pengembangan ditetapkan berdasar permasalahan yang ada di masyarakat

dan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Program pengembangan

yang dapat dijalankan di puskesmas meliputi perawatan kesehatan

masyarakat (PHN), usaha kesehatan sekolah, usaha kesehatan usia lanjut,

usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan gigi dan mulut masyarakat desa

(UKGMD), usaha kesehatan jiwa, usaha kesehatan mata, imunisasi, usaha

kesehatan tradisional, laboratorium kesehatan sederhana, dan upaya

kesehatan olahraga (Khaulah, 2015).


Program unggulan puskesmas berupa program kesehatan lansia

berdasarkan tingginya jumlah masyarakat Kecamatan Rawalo yang

tergolong ke dalam lansia, tetapi angka kunjungan pasien lansia di

Puskesmas Rawalo masih sedikit. Hal ini sudah tepat karena penentuannya

disesuaikan dengan kondisi masyarakat di sekitar puskesmas dan memiliki

tujuan untuk meningkatkan pelayanan puskesmas terhadap kesehatan

masyarakat (Marliza, 2010).


2. Manajemen Puskesmas Rawalo
a. Manajemen Umum Puskesmas Rawalo
Berdasarkan pernyataan narasumber diketahui bahwa sistem

manajemen puskesmas yang digunakan di Puskesmas Rawalo adalah

sistem P1 (perencanaan), P2 (pelaksanaan dan pengorganisasian), P3

49
50

(pengevaluasian). Metode ini sudah sesuai dan efektif sebagai

pendekatan manajemen puskesmas.


1) Perencanaan (P1)
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh narasumber,

diketahui bahwa tahap perencanaan dilakukan di awal tahun tepatnya

pada bulan Januari. Tahapan perencanaan dilakukan berdasarkan

hasil usulan pada kotak saran, rapat lintas sektoral, survei mawas diri

dan musyawarah masyarakat desa agar dapat diketahui fasilitas

pelayanan kesehatan seperti apa yang dibutuhkan masyarakat, serta

disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai pada tahun

pelaksanaan berdasarkan hasil evalusi dari kegiatan pada tahun

sebelumnya. Hal ini sesuai dengan perencanaan tingkat puskesmas

yang berupa kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau

mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh puskesmas

pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu

pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi

masalah-masalah kesehatan setempat. Setiap puskesmas memiliki

tahapan maupun target pencapaian yang berbeda-beda, tetapi harus

memiliki sasaran dan indikator yang jelas (Khaulah, 2015).


Usulan yang didapat nantinya akan disusun menjadi RUK yang

kemudian diusulkan ke dinas kesehatan dan pemerintah daerah yang

nantinya akan tersusun dalam RPK. Selanjutnya RPK akan disusun

menjadi PTP yang kemudian PTP ini akan dicatat sebagai jadwal

kegiatan Puskesmas Rawalo selama satu tahun. Hal ini sesuai

dengan tujuan umum perencanaan yaitu untuk meningkatkan

50
51

kemampuan manajemen puskesmas untuk meningkatkan jangkauan

dan mutu pelayanan bagi masyarakat dan tujuan khususnya yaitu

disusunnya rencana usulan kegiatan (RUK) untuk tahun berikutnya

dan disusun rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) untuk tahun yang

berjalan, berupa upaya kesehatan puskesmas wajib dan upaya

kesehatan puskesmas pengembangan (Khaulah, 2015).

2) Pelaksanaan dan Pengorganisasian (P2)


Berdasarkan pernyataan narasumber diketahui bahwa hasil

tahapan yang dilakukan pada bulan januari berupa PTP akan disusun

dalam bentuk jadwal kegiatan untuk jangka waktu satu tahun

kedepan. Hasil perencanaan tersebut akan disosialisasikan dan

dikoordinasikan kepada seluruh pihak terkait dan sebelum

pelaksanaan sebuah kegiatan, akan dibuat terlebih dahulu SOP kerja

supaya kegiatan dapat berjalan dengan baik dan dapat meminimalisir

terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.


Pengorganisasian pada Puskesmas Rawalo ini sudah tepat karena

sudah sesuai dengan langkah-langkah untuk menentukan personil,

biaya, tugas dan wewenang, waktu kegiatan, sasaran, sarana dan

prasarana, serta pencatatan dan pelaporan. Seluruh hal yang

berkaitan dengan pengorganisasian juga telah terlebih dahulu

disepakati bersama dan dibuat tertulis serta disesuaikan dengan

perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan pengorganisasian

kegiatan telah direncanakan dan dilaksanakan oleh organisasi atau

tim yang telah dibentuk, meliputi upaya kesehatan masyarakat

51
52

(UKM), pencatatan dan pelaporan, keterlibatan lintas sektoral dan

program, pengelolaan keuangan, pengelolaan obat, serta

pemanfaatan dan pemeliharaan sarana lokakarya mini (Khaulah,

2015).

3) Pengevaluasian (P3)
Berdasarkan pernyataan narasumber diketahui bahwa proses

tahapan evaluasi dilakukan setiap bulan melalui rapat bulanan, hal

ini bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi perkembangan dari

seluruh kegiatan yang telah direncanakan, dan pada bulan September

akan dilakukan evaluasi besar serta perubahan baik dari kegiatan

serta anggaran bila memang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

atau hal-hal yang memang diperlukan. Pengevaluasian kegiatan yang

dilakukan secara internal oleh kepala puskesmas dan tim dan

koordinator program kegiatan, serta pengawasan secara eksternal

oleh masyarakat, dinas kesehatan serta pemerintah daerah ini sudah

sesuai. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan pelaksanaan, ada tidaknya kelemahan perecanaan,

ada tidaknya kelemahan personil dan ada tidaknya pemborosan.

Penilaian kinerja dilakukan satu tahun selalu melalui alat atau

instrumen yang telah ditentukan (Khaulah, 2015).


Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat puskesmas sebagai

instrumen mawas diri karena setiap puskesmas melakukan penilaian

kinerjanya secara mandiri, kemudian dinas kesehatan kabupaten/kota

melakukan verifikasi hasilnya. Adapun aspek penilaian meliputi

52
53

hasil pencapaian, cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu

pelayanan (khusus bagi puskesmas yang telah mengembangkan mutu

pelayanan) atas perhitungan seluruh puskesmas. Berdasarkan hasil

verifikasi, dinas kesehatan kabupaten/kota bersama puskesmas dapat

menetapkan puskesmas ke dalam kelompok (I, II, III) sesuai dengan

pencapaian kinerjanya. Pada setiap kelompok tersebut, dinas

kesehatan kabupaten/kota dapat melakukan analisis tingkat kinerja

puskesmas berdasarkan rincian nilainya, sehingga urutan pencapaian

kinerjanya dapat diketahu serta dapat dilakukan pembinaan secara

lebih mendalam dan terfokus (Khaulah, 2015).


b. Manajemen Keuangan Puskesmas Rawalo
Hasil dari wawancara dengan kedua narasumber diketahui bahwa

sistem manajemen keuangan yang digunakan oleh Puskesmas Rawalo

adalah dengan pendekatan sistem BLUD. Pendapatan Puskesmas

Rawalo pada sistem ini berasal dari surplus tahun sebelumnya, dana

retribusi pelayanan pasien, dana kapitasi (BPJS, KIS/Jamkesmas) serta

dana BOK (APBN). Mekanisme ini tepat dan membantu puskesmas

dalam menyediakan obat-obatan, membayar biaya operasional dan

pengeluaran lainnya sesuai dengan anggaran. Pada umunya, sumber

dana puskesmas dapat berasal dari masyarakat maupun pemerintah

(APBN, APBD propinsi, APBD kabupaten/kota). Sistem BLUD

kemudian dibentuk oleh pemerintah untuk meningkatkan pelayanan

puskesmas, sehingga puskesmas memiliki kewenangan yang lebih

53
54

luas dalam mengelola pendapatan maupun pengeluaran (Pamungkas,

2010).
Berdasarkan pernyataan narasumber diketahui juga bahwa peran

pemerintah dan dinas kesehatan dalam sistem manajemen keuangan

dengan pendekatan BLUD ini hanya sebagai pengawas saja, dan

pertanggung jawaban hasil pengeluaran hanya dilakukan kepada

kepala puskesmas dan tim pengawas dari internal Puskesmas Rawalo.

Hal ini sudah sesuai dengan pola pengelolaan keuangan BLUD yang

memungkinkan puskesmas untuk menggunakan pendapatan negara

bukan pajak (PNPB) yaitu pendapatan dari layanan pasien secara

langsung, tanpa harus disetor dahulu ke kas negara dengan

penanggungjawab kepala puskesmas bersama tim, tetapi dengan

diawasi oleh dinas kesehatan dan pemerintah daerah (Pamungkas,

2010).
c. Manajemen Sarana dan Prasarana Puskesmas Rawalo
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber diketahui bahwa

Puskesmas Rawalo memiliki sarana dan prasarana berupa 75 posyandu

yang terletak disetiap RW yang ada di setiap desa, 16 posyandu lansia,

9 PKD, dan 1 puskesmas pembantu. Pemilihan lokasi pustu berada di

Desa Sanggreman karena desa tersebut memiliki lokasi yang strategis

dalam menjangkau masyarakat yang lokasinya jauh dari Puskesmas

Rawalo yang masih termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas

Rawalo. Manajemen sarana dan prasarana di Puskesmas Rawalo ini

sudah sesuai dengan tujuan utama manajemen sarana dan prasarana

yaitu untuk menjamin terselenggaranya pelayanan secara optimal.

54
55

Ruang lingkup manajemen ini juga meliputi pemeliharaan secara

periodik termasuk dilakukannya kalibrasi yang juga telah dilaksanakan

di Puskesmas Rawalo, seperti kalibrasi untuk alat pengukur tekanan

darah dan timbangan berat badan (Iswanto, 2015).


d. Manajemen Pelayanan Kesehatan Puskesmas Rawalo
Fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Rawalo terbagi

menjadi 2 bagian, yaitu Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dan

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Hal ini sudah sesuai dengan

kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan nasional sebagai sarana

pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya

kesehatan masyarakat (UKM) di wilayah kerjanya.


Berdasarkan pernyataan narasumber diketahui bahwa pedekatan

manajemen pelayanan kesehatan bagian UKP Puskesmas Rawalo

adalah menggunakan sistem perencanaan, pelaksanaan dan

pengorganisasian, dan pengevaluasian. Sistem tersebut dijalankan oleh

tiap unit yang ada di dalam bagian UKP. Begitu juga dengan sistem

manajemen pelayanan UKM di Puskesmas Rawalo menggunakan

sistem perencanaan, pelaksanaan dan pengorganisasian, serta

pengevaluasian. Tahapan perencanaan dilakukan berdasarkan 18

indikator yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah, tahapan

pelaksanaan dan pengorganisasian dilakukan oleh tiap-tiap unit yang

bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, dan tahapan pengevaluasian

dilakukan setiap 1 bulan sekali dalam mini lokakarya dan setiap 3 bulan

sekali bersama pihak-pihak lintas sektoral terkait. Hal ini sudah sesuai,

55
56

baik kegiatan UKP maupun UKM diawali dengan perencanaan melalui

pembuatan RUK dan RKP lalu dilanjutkan dengan pelaksanaan dan

lokakarya mini untuk kegiatan UKM serta pengawasan dan evaluasi

(Khaulah, 2015).
e. Manajemen Mutu Puskesmas Rawalo
Berdasarkan pernyataan narasumber diketahui bahwa penentuan

indikator keberhasilan yang ada di Puskesmas Rawalo ini dibagi

berdasarkan jenis pelayanan yang ada di Puskesmas Rawalo, yaitu

UKM dan UKP. Hal ini sudah sesuai karena mutu pelayanan puskesmas

merupakan salah satu aspek yang sangat penting meliputi manajemen

kasus dan manajemen mutu. Manajemen kasus dalam arti pelayanan

yang diberikan berdasarkan standar yang telah ditetapkan dan

dilaksanakan oleh tenaga profesional. Standar yang dimaksud meliputi

pengobatan secara rasional dan standar pelayanan medik di puskesmas.

Puskesmas yang dilengkapi sarana pelayanan rawat inap serta kesehatan

ibu dan anak, aspek keamanan harus dijaga, baik untuk keamanan ibu,

bayi maupun petugas. Mekanisme atau metode untuk manajemen mutu

Puskesmas harus berkesinambungan. Untuk itu perlu adanya standar

pelayanan maupun prosedur pelayanan. Berbagai metode manajemen

mutu telah berkembang sangat pesat. Untuk penerapan di puskesmas

digunakan bentuk yang sederhana dan mudah dilaksanakan oleh

Puskesmas (Iswanto, 2015).


f. Manajemen Administrasi Puskesmas Rawalo
Berdasarkan pernyataan narasumber diketahui bahwa tenaga kerja

yang ada di Puskesmas Rawalo terbagi menjadi 2, yaitu tenaga kerja

56
57

PNS dan tenaga kerja Non-PNS. Tenaga kerja PNS ditempatkan oleh

pemerintah pusat. Tenaga kerja Non-PNS di Puskesmas Rawalo terbagi

menjadi 3, yaitu tenaga kerja yaitu tenaga kerja PTT, tenaga kontrak,

dan tenaga kontrak BLUD. Tenaga kerja PTT merupakan tenaga kerja

yang ditempatkan oleh Dinas Kesehatan dengan menggunakan Surat

Keputusan (SK) bupati. Tenaga kerja honorer terbagi menjadi dua, yaitu

tenaga kerja honorer kategori 1 yang menggunakan SK bupati, dan

tenaga kerja honorer kategori 2 menggunakan SK lokal seperti SK

kepala sekolah, SK kepala puskesmas dan lain sebagainya. Tenaga kerja

kontrak BLUD merupakan tenaga kerja yang di pilih oleh pihak

puskesmas yang disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja yang

dibutuhkan oleh puskesmas dan tenaga kontrak BLUD ini dibiayai

sepenuhnya oleh puskesmas.


Menurut keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor

128/MenKes/RI/SK/II/2004, struktur organisasi puskesmas tergantung

dari kegiatan dan beban tugas masing-masing puskesmas. Penyusunan

struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten/kota dilakukan oleh

Dinas Kesehatan kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan

dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan pola

struktur organisasi puskesmas sebagai berikut (2014):


1) Kepala puskesmas
2) Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala

puskesmas dalam pengelolaan:

a) Data dan informasi

b) Perencanaan dan penilaian

57
58

c) Keuangan

d) Umum dan kepegawaian

3) Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas Upaya kesehatan

masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM, dan Upaya

kesehatan perorangan.
4) Jaringan pelayanan puskesmas Unit puskesmas pembantu, Unit

puskesmas keliling, dan Unit bidan di desa/komunitas.


g. Manajemen Sistem Informasi Puskesmas Rawalo
Manajemen sistem informasi pasien di Puskesmas Rawalo

menggunakan rekam medis berdasarkan pendekatan personal folder,

sehingga setiap orang memiliki datanya sendiri-sendiri. Rekam medis di

Puskesmas Rawalo terbagi menjadi 2 macam, yaitu rekam medis

berwarna hijau dan putih. Rekam medis berwarna hijau merupakan

rekam medis untuk pasien dengan usia 1-59 tahun dan rekam medis

berwarna putih merupakan rekam medis untuk pasien lansia, hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk menunjang program kerja unggulan dari

Puskesmas Rawalo yaitu Sehat Lansia.


Penyimpanan informasi pasien di Puskesmas Rawalo tidak hanya

dilakukan menggunakan rekam medis, tetapi juga disimpan secara

online menggunakan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

(SIMPUS). Hal ini sudah sesuai dan tepat karena SIMPUS yang

merupakan pilihan bagi daerah dalam mengembangkan sistem

informasi yang lebih cepat dan akurat dapat menggantikan peranan

sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP). Sebab

SIMPUS merupakan hasil dari pengolahan berbagai sumber seperti

58
59

SP2TP, survei lapangan, laporan lintas sektor, dan laporan sarana

kesehatan swasta. SIMPUS yang ada di Puskesmas Rawalo juga sudah

dikembangkan melalui sistem komputerisasi dalam perangkat lunak

yang bekerja dalam sebuah sistem operasi (Wahyudi, 2011).


Berdasarkan pernyataan narasumber diketahui bahwa sistem

komunikasi informasi antar puskesmas dan Dinas Kesehatan di

Kabupaten Banyumas menggunakan sebuah sistem berbasis online

yang bernama Sistem Komunikasi Data Dinas Kesehatan. Sistem

komunikasi kementerian kesehatan sudah dilakukan dalam skala

nasional baik dengan puskesmas maupun rumah sakit, sehingga

penggunaan sistem komunikasi data pada Puskesmas Rawalo ini sudah

sesuai. Sistem Komunikasi Data Kesehatan, berfungsi untuk menangani

proses sinkronisasi data yang berbentuk soft copy yang berasal dari

dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas, rumah sakit, laboratorium,

apotek/farmasi dan institusi kesehatan lainnya yang telah menggunakan

perangkat komputer, aplikasi sistem informasi manajemen dan telah

terhubung secara online melalui jaringan internet. Jenis data yang

dikomunikasikan yaitu sebagai berikut (Wahyudi, 2011):


1) Data umum fasilitas pelayanan kesehatan
2) Data pasien baru
3) Data kunjungan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan
4) Data morbiditas
5) Data pengelolaan obat dan alat kesehatan
6) Data pengelolaan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan kesehatan
7) Data pengelolaan tenaga kesehatan dan non kesehatan
8) Data statistik daerah
h. Manajemen Farmasi Puskesmas Rawalo
Berdasarkan pernyataan narasumber telah diketahui bahwa

pengadaan obat dapat diperoleh dari UPKF (Unit Perbekalan Kesehatan

59
60

Farmasi). Pengadaan obat oleh UPKF dilakukan berdasarkan surat

LPLPO (lembar pelaporan permintaan obat) yang di dalamnya terdapat

keterangan 10 besar penyakit yang ada di wilayah kerja puskesmas.

Terdapat suatu kondisi ketika ada jenis obat yang habis dan UPKF juga

tidak memiliki obat yang dibutuhkan oleh puskesmas, maka puskesmas

diperbolehkan melakukan pengadaan secara mandiri melalui e-katalog

ataupun agen obat lainya. Pengadaan obat diluar UPKF harus dilakukan

berdasarkan persetujuan dari UPKF. Hal ini sudah sesuai manajemen

farmasi diawali dengan perencanaan obat dan perbekalan kesehatan

dengan dilakukan pemilihan obat, kompilasi pemakaian obat,

perhitungan kebutuhan obat, proyeksi kebutuhan obat, dan penyesuaian

rencana pengadaan obat. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

dilaksanakan oleh dinas kesehatan propinsi dan kabupaten/kota sesuai

ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa instansi

pemerintah dan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara

(Kementerian Kesehatan RI, 2010).


Penyimpanan obat di Puskesmas Rawalo dilakukan di gudang obat

dan dilemari pendingin yang dapat mengatur suhu sesuai dengan yang

dibutuhkan. Hal ini juga sudah tepat, kegiatan penyimpanan harus

memperhatikan sarana penyimpanan, pengaturan tata ruang

(kemudahan bergerak, kondisi penyimpanan khusus seperti vaksin yang

harus dalam suhu tertentu dan listrik tidak boleh terputus sehingga

butuh generator), penyusunan stok obat dan pengamatan mutu obat.

Obat yang terbukti rusak harus dikumpulkan dan disimpan terpisah dan

60
61

dikembalikan sesuai aturan yang berlaku, dan ini juga sudah

dilaksanakan di Puskesmas Rawalo (Kementerian Kesehatan RI, 2010).


Berdasarkan pernyataan narsumber diketahui bahwa

pendistribusian obat di Puskesmas Rawalo terbagi menjadi 2 bagian,

yaitu distribusi kedalam dan distribusi keluar. Pendistribusian obat

kedalam merupakan prosedur pendistribusian obat yang dilakukan di

dalam puskesmas, dan pendistribusian obat keluar merupakan prosedur

pendistribusian obat yang dilakukan di luar puskesmas seperti pada

posyandu, PKD, dan pustu. Hal ini juga sudah sesuai, distribusi

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan umum di unit

pelayanan kesehatan. Distribusi dapat dilakukan dari puskesmas ke

puskesmas pembantu, puskesmas keliling, unit pelayanan kesehatan

lain di wilayahnya, atau distribusi juga dapat dilakukan langsung oleh

UPKF sesuai situasi dan kondisi wilayah tersebut dan persetujuan

kepala puskesmas yang membawahinya (Kementerian Kesehatan RI,

2010).
i. Manajemen Limbah Puskesmas Rawalo
Hasil wawancara dengan narasumber telah diketahui bahwa jenis

limbah di Puskesmas Rawalo dibagi ke dalam limbah padat infeksius,

limbah padat non infeksius, limbah cair infeksius, dan limbah cair non

infeksius. Hal ini sesuai, limbah puskesmas dapat dibedakan menjadi

limbah padat medis (limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh,

sitotoksik, farmasi, kimia, klinis), limbah cair medis (mengandung

bahan kimia anorganik), limbah padat non medis (sampah padat di luar

61
62

sampah medis), dan limbah cair non medis (kotoran manusia dan air

bekas cucian dari laundry) (Widiartha, 2012).


Manajemen pengolahan limbah cair infeksius dan mengandung

bahan kimia serta limbah padat yang infeksius, Puskesmas Rawalo

bekerja sama dengan PT. Medifest. Manajemen pengolahan sampah

padat non infeksius, pihak Puskesmas Rawalo bekerja sama dengan

Dinas Cipta Karya Kebersihan dan Tata Ruang (DCKKTR). Limbah

cair yang non infeksius dari Puskesmas Rawalo dimasukan ke dalam

Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) milik Puskesmas Rawalo. Hal ini

juga sudah tepat karena setiap limbah tidak dapat disatukan

pembuangannya. Sampah harus dipilah terlebih dahulu mulai dari

sumber yang menghasilkan sampah dibedakan dari warna kantong dan

kontainer yang digunakan, lalu sebelum dimusnahkan sampah

ditampung sementara. Jika tidak memiliki incenerator, puskesmas

harus bekerjasama dengan pihak yang memiliki incenerator untuk

memusnahkan limbah padat medis dan segera dimusnahkan selambat-

lambatnya 24 jam setelah disimpan apabila dalam suhu ruang. Begitu

juga dengan limbah cair medis, tidak dapat langsung dibuang dengan

limbah cair karena dapat mencemari lingkungan, sehingga harus

dilakukan kerjasama dengan pihak lain agar dapat dilakukan prosedur

yang tepat (Widiartha, 2012).

62
63

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut.
1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Rawalo terdiri atas

pelayanan di dalam gedung dan pelayanan di luar gedung puskesmas.


2. program kerja di Puskesmas Rawalo terbagi menjadi 2, yaitu program

kerja wajib dan pengembangan. Program kerja wajib yang ada di

Puskesmas Rawalo terdiri atas 6 hal, diantaranya adalah promosi

kesehatan, KIA dan KB, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan,

pencegahan penyakit menular, sama yang terakhir itu pengobatan.

Program kerja pengembangan yang ada di Puskesmas Rawalo dibuat

berdasarkan kondisi dan kebutuhan yang ada di masyarakat wilayah kerja

Puskesmas Rawalo dan prosedur penentuannya dilakukan dengan

melakukan SMD dan MMD terlebih dahulu.


3. System manajemen yang diterapkan di Puskesmas Rawalo adalah system

manajemen perencanaan, pelaksanaan dan pengorganisasian, dan

pengevaluasian.
4. System manajemen keuangan yang diterapkan sejak tahun 2014 adalah

system manajemen BLUD yang bersifat mandiri.


5. Sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas Rawalo sudah cukup

memadai, sehingga masyarakat yang termasuk ke dalam wilayah kerja

Puskesmas Rawalo dapat dengan mudah mengakses fasilitas pelayanan

kesehatan.

63
64

6. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Rawalo terbagi menjadi 2, yaitu Upaya

Kesehatan Perseorangan (UKP) dan Upaya Pelayanan Masyarakat.


7. Peningkatan mutu dari Puskesmas Rawalo didasarkan pada indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan pada tahapan perencanaan sebelumnya.


8. Ketenagakerjaan di Puskesmas Rawalo terdiri atas pekerja PNS dan Non-

PNS.
9. Manajemen system informasi di Puskesmas Rawalo terdiri atas system

berbasis online yaitu SIMPUS, dan system berbasis rekam medis yang

berbasis manual dengan pendekatan personal folder.


10. Pengadaan obat di Puskesmas Rawalo dipenuhi oleh UPKF yang dikelola

oleh pemerintah Kabupaten Banyumas, dan bila terjadi kekosongan,

puskesmas diperbolehkan melakukan pengadaan obat secara mandiri.


11. Manajemen pengolahan limbah cair infeksius dan mengandung bahan

kimia serta limbah padat yang infeksius, Puskesmas Rawalo bekerja sama

dengan PT. Medifest. Manajemen pengolahan sampah padat non infeksius,

pihak Puskesmas Rawalo bekerja sama dengan Dinas Cipta Karya

Kebersihan dan Tata Ruang (DCKKTR). Limbah cair yang non infeksius

dari Puskesmas Rawalo dimasukan ke dalam Instalasi Pengolah Air

Limbah (IPAL) milik Puskesmas Rawalo.

B. Saran
Secara keseluruhan, Puskesmas Rawalo sudah melakukan tugas sebagai

penyedia fasilitas kesehatan dengan sangat baik dan sesuai dengan aturan

yang ada, namun terdapat beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan

hasil observasi, diantaranya adalah:


1. Meningkatkan kekompakan antar petugas puskesmas supaya menjadi

lebih baik lagi.

64
65

2. Meningkatkan komunikasi antar lintas sektoral supaya seluruh kegiatan

yang berkaitan dengan lintas sektoral semakin baikaran yang dapat

diberikan dari penelian ini di antaranya sebagai berikut.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, 2014, Permenkes No.75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI; Jakarta.

Iswanto, J, 2015, Manajemen Puskesmas, Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2010, Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di


Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, Makalah, Kementerian Kesehatan RI;
Jakarta.

Khaulah, Z, 2015, Manajemen Puskesmas. Laporan, Jakarta.

65
66

Suparyanto, 2009, Manajemen Pelayanan Kesehatan (Health Services


Management), Jakarta.

Wahyudi, A, 2011, Analisa Sistem Informasi Kesehatan Online dan Sistem


Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), Laporan, Universitas
Indonesia; Depok.

Widiartha, KY, 2012, Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Medis Puskesmas di


Kabupaten Jember, Skripsi, Universitas Jember; Jember.

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Kriteria Inklusi

A. Identitas responden
1. Nama :
2. Usia :
3. Alamat:
B. Pertanyaan
1. Apakah responden tinggal terus-menerus di lokasi penelitian dalam 5

tahun terakhir?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah responden mengkonsumsi air dari serapan Sungai Donan sebagai

konsumsi sehari-hari secara terus-menerus dalam 5 tahun terakhir?

66
67

a. Ya
b. Tidak
3. Apakah responden juga mengkonsumsi air selain dari air serapan Sungai

Donan sebagai konsumsi sehari-hari dalam 5 tahun terakhir (air

pegunungan, air PDAM, dll)?


a. Ya
b. Tidak

67

Anda mungkin juga menyukai