Anda di halaman 1dari 100

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK BELAJAR KLINIK II

“Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun”

Disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian Mata kuliah Praktik Belajar
Klinik II

Dosen Pengampu: Liah Kodariah, S.Pd., M.Si.

Neng Mulya 5121007


Siska
Syalma Sefiandini 5121044

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

2023
PENGESAHAN

Laporan praktik klinik ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
penyelesaian mata kuliah Praktik Belajar Klinik II

Bandung, 15 Februari 2024

Mengesahkan:

Dosen Koordinator Pembimbing Laboratorium


Praktik Belajar Klinik Rumah Sakit TNI AU dr. M. Salamun

Liah Kodariah, S.Pd., M.Si. Linda Siti Mardiah, Amd.AK.


NIK. 307.111.002 NIP. 198306162007122002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kesehatan Kepala Laboratorium


Institut Kesehatan Rajawali Rumah Sakit TNI AU dr. M. Salamun

Aziz Ansori Wahid, S.T., M.T. dr. Any Yuliani, Sp.PK., M.Kes.
NIK. 307.301.025 NIP. 196701051996032001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan


kesempatan pada kami untuk menyelesaikan laporan kegiatan ini. Atas
rahmat dan hidayah nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Laporan Kegiatan Praktik Belajar Klinik di RSAU dr. M. Salamun”
disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Praktik Belajar Klinik. Selain
itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang kejadian masalah kesehatan.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
laporan kegiatan PBK II ini.

Bandung, 15 Februari 2024

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Dasar Hukum 2

C. Tujuan Kegiatan 4

D. Manfaat Praktik Belajar Klinik 4

E. Jenis Kegiatan Praktik Belajar Klinik 5

F. Tempat Praktik Belajar Klinik 5

BAB II 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Profil Rumah Sakit 6

B. Sejarah Rumah Sakit 6

C. Visi dan Misi 8

D. Struktur Organisasi 8

iv
E. Profil Laboratorium 10

F. Strukrur Organisasi Laboratorium 10

G. Tata Letak 11

H. Fasilitas Laboratorium 12

I. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 14

J. Personalia dan Manajerial Laboratorium 19

K. Sistem Pengaturan Kerja Laboratorium 20

L. Mekanisme Pelayanan Laboratorium 21

M. Kegiatan Administrasi Laboratorium 22

BAB III 23

KEGIATAN PRAKTIK BELAJAR KLINIK II 23

A. Deskripsi Umum Kegiatan Praktik Belajar Klinik II 23

B. Jadwal Kegiatan Praktik Belajar Klinik II 24

C. Kegiatan Pemeriksaan Laboratorium 24

D. Prosedur Pemeriksaan 33

BAB IV 60

PEMBAHASAN 60

A. Waktu Pelaksanaan dan Jadwal Dinas 60

B. Evaluasi Alur Kerja 60

C. Troubleshooting 61

D. Validasi dan verifikasi 62

E. Manajemen Alat dan Bahan Laboratorium 63

F. Pemantapan Mutu 64

v
BAB V 67

PENUTUP 67

A. Simpulan 67

B. Saran 68

DAFTAR PUSTAKA 69

LAMPIRAN 70

vi
vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 17


Tabel 2. 2 Personalia dan Manajerial Laboratorium 20
Tabel 3. 1 Nilai Rujukan Kimia Klinik 38

vii
vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Rumah Sakit 9


Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Laboratorium 10
Gambar 2. 3 Tata Letak Rumah Sakit 11

viii
viii
DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 5. 1 Lampiran 73

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Lat ar Bel akan g

Pada saat ini, Praktik Belajar Klinik II adalah kegiatan


pemagangan bagi mahasiswa/i di dunia kerja baik di bidang industri
maupun Kesehatan. Kegiatan ini memiliki maksud agar mahasiswa/i
mendapatkan pengalaman sebelum kami memasuki dunia kerja yang
sesungguhnya, sehingga mahasiswa akan mendapatkan bekal dari Praktik
Belajar Klinik II yang sudah dilaksanakan. Dengan adanya Praktik Belajar
Klinik II, mahasiswa/i akan mengetahui ketrampilan dan pengetahuan
yang perlu dikembangkan dan perlu dipertahankan. Sehingga perlu ada
Rumah sakit, Puskesmas atau instansi Kesehatan lainnya yang
memberikan kesempatan pada mahasiswa/i untuk lebih mengenal dunia
kerja dengan cara menerima mahasiswa/i tersebut untuk melaksanakan
kegiatan Praktik Belajar Klinik. Pentingnya Praktik Belajar Klinik II pada
Rumah sakit, Klinik atau puskesmas adalah agar mahasiswa/i bisa belajar
bekerja dan mempraktekkan teori - teori yang sudah di dapatkan pada
bangku kuliah. Dengan demikian, penulis selaku mahasiswa/i semester
lima yakin memilih “Rumah sakit Angkatan Udara Dr. Salamun” sebagai
tempat untuk melakukan kegiatan Praktik Belajar Klinik II ini.

Praktik belajar Klinik II adalah proses belajar mengajar di luar


kampus dengan tujuan memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk
mengenal dan memahami berbagai masalah kesehatan di masyarakat
maupun institusi pelayanan kesehatan. Selain itu dalam kegiatan PBK II

1
mahasiswa dapat melakukan pemberdayaan masyarakat dan
pengembangan kegiatan dukungan sosial

1
2

(kemitraan) serta advokasi dibidang kesehatan masyarakat untuk


meningkan jejaring dan aksesibilitas pelayanan kesehatan masyarakat
selain itu juga sebagai bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sedangkan
kompetensi 5 adalah Pengkajian status kesehatan masyarakat
berdasarkan data, informasi dan indikator kesehatan (evidence based)
untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah di bidang
kesehatan masyarakat. Pada prinsipnya PBK merupakan salah satu
strategi pembelajaran atau bentuk pengajaran yang membelajarkan
secara bersamasama antara kemampuan psikomotorik (ketrampilan),
pengertian (pengetahuan) dan afektif (sikap) yang dimiliki mahasiswa
dengan menggunakan sarana laboratorium. Laboratorium yang dimaksud
berupa komunitas atau masyarakat. Adanya PBK tahun 2023 ini
mahasiswa Fakultas Kesehatan diharapkan mampu menerapkan ilmu
yang dipelajari di bangku kuliah untuk menyusun program intervensi
kesehatan di dunia kerja.

B. Da sar Huku m

1. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang KeselamatanKerja

2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit

4. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang praktikKedokteran

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34 Tahun 2017 tentang


Akreditasi Rumah Sakit yang merupakan pedoman bagi rumah
3

sakitdalam melaksanakan akreditasinya sebagai upaya peningkatan


mutudan keselamatan pasien.

6. Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara NomorPerkasau/172/XII/2011


tanggal 28 Desember 2011, tentang Pokok-Pokok Organisasi dan
Prosedur RSAU dr. M. Salamun.

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005


tanggal 25 April 2005 tentang Pedoman PeraturanInternal Staf Medis
(Medical Staff Bylaws) di Rumah Sakit.

8. Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Kep/7-PKS/III/2017


tanggal 27 Maret 2017 tentang Pemberhentian Dari danPengangkatan
Dalam Jabatan Di Lingkungan TNI Angkatan Udara

9. Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun NomorKep/242/IX/2017


tanggal 4 September 2017 tentang PenyempurnaanStruktur Organiasi
dan Uraian Tugas di RSAU dr. M. Salamun.

10. Permenkes Nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi danperizinan


Rumah Sakit

11. Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep/742/XI/2014


tanggal 3 November 2014 tentang Penyempurnaan DaftarSusunan
Personel Mabesau dan Balakpus TNI AU.

12. Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor


Kep/646/XII/2015tanggal 14 Desember 2015 tentang Bujuknis TNI AU
tentangPenilaian Kinerja Individu.

13. Perpang TNI Nomor Perpang/179/V/20011 tanggal 10 Mei


2011tentang Tata cara pengajuan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda
4

JasaKehormatan.

14. Bujuklak TNI AU Nomor Perkasau/ 131/XII/2012 tentangPemisahan


Prajurit TNI AU.

15. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 25 Tahun2014


tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan PemerintahNomor 37
Tahun 2014 tentang Penetapan Pensiun pokok PensiunanPegawai
Negeri Sipil dan janda/Dudanya.

16. Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Kep/04-PKS/III/2017


tanggal 27 Maret 2017 tentang Pemberhentian dari danPengangkatan
Dalam Jabatan di Lingkungan TNI Angkatan Udara.

17. Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun NomorKep/351/II/2016


tentang Kebijakan Pelaksanaan Rotasi Lokal danPenempatan Staf di
RSAU dr. M. Salamun.

C. Tuj ua n Keg i at an

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat

2. Mengintervensi pemeriksaan yang terdapat di instansi kesehatan

3. Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan selama kegiatan Praktik


Belajar Klinik

4. Mengaplikasikan kemampuan soft skill selama kegiatan Praktik Kerja


Lapangan.
5

D. Man faat Prakt i k Bel aj ar Kl in i k

1. Kegiatan Praktik Belajar klinik (PBK) ini diharapkan dapat memberikan


manfaat pada pihak yang terkait lainnya.

2. Mendapatkan gambaran umum mengenai pemeriksaan Laboratorium


kesehatan di Fasilitas kesehatan dan mendapatkan pengalaman
dengan terlibat langsung dalam lapangan kerja.

3. Mendapatkan kesempatan untuk ikut serta menganalisis dan


menyelesaikan problem yang terjadi di laboratorium sehingga
mahasiswa dapat secara langsung mengimplementasikan metode
yang diperoleh di proses perkuliahan.

4. Membantu mahasiswa untuk menyesuaikan diri di lingkungan kerja


dan menambah wawasan mengenai permasalahan kesehatan yang
dihadapi masyarakat.

5. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan ilmu yang didapat


dalam proses perkuliahan untuk dikaitkan dalam permasalahan riil
sehingga mahasiswa dapat mengembangkan metode baru yang lebih
inovatif.

E. Jen is Keg i at an Prakt i k Bel aj ar Kl in i k

1. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam Praktik klinik ini :

2. Magang yang dilakukan di Rumah Sakit TNI angkatan Udara Dr. M.


Salamun
6

F. Temp at Prakt i k Bel aj ar Kl in i k

1. Tempat : RSAU. Dr.M.Salamun

2. Tanggal : 2 Agustus 2023 – 01 September 2023


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pro fil Rum ah Sa ki t

Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun Dinas Kesehatan TNI Angkatan


Udara adalah Rumah Sakit Militer tingkt II yang berada di Kabupaten
Bandung, Jawa Barat. RSAU Dr. M. Salamun mempunyai visi
Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan dalam dalam
setiap operasi dan latihan TNI/TNI AU berikut keluarganya serta
masyarakat umum dan Meningkatkan kemampuan profesionalisme
personel secara berkesinambungan. Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun
Bandung, berada di Jl. Ciumbuleuit No.203, Cidadap, Bandung (40142),
Indonesia.

B. Se ja rah Rum ah Sa ki t TNI AU Dr.M .Sal amu n

Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun Dinas Kesehatan TNI Angkatan


Udara adalah Rumah Sakit Militer tingkat Iiyang berada di Kabupaten
Bandung, Jawa Barat. Gagasan untuk membangun suatu Rumah Sakit
Pusat TNI AU tercetus dengan alasan bahwa TNI Angkatan Udara harus
mempunyai tempat penampungan penderitanya sendiri dengan kegiatan-
kegiatan yang meliputi kesehatan umum dan kesehatan khusus.
Kesehatan umum adalah dalam arti merawat dan mengobati para anggota
TNI AU beserta keluarganya. Sedangkan kesehatan khusus yaitu
rangkaian kegiatan bidang Kesehatan Penerbangan, dengan mengadakan
medical check up, kegiatan penelitiian dan pengembangan melalui team
kesehatan khusus, serta kegiatan dukungan operasi khusus TNI maupun
nasional. Selain kegiatan-kegiatan tersebut diatas, rumah sakit
mengadakan pula civic mission dengan melayani masyarakat di

6
sekitarnya.

6
7

Pembinaan Lanud Husein Sastranegara. Berdasarkan keputusan


Kepala Staf TNI Angkatan Udara No. Kep/25/VII/1985 tanggal 11 Maret
1985, status RUSPAU Dr. M. Salamun mengalami perubahan alih kelola
dari pembinaan Direktorat Kesehatan beralih dibwah pembinaan Lanud
Husein Sastranegara, menjadi Rumah Sakit Dr. M. Salamun Lanud Husein
Sastranegara. Sanatorium Paru Pacet. Berdasarkan keutusan Kepala Staf
TNI Angkatan Udara No. Krp/24/VII/1988 tanggal 20 Desember 1988,
adanya perubahan status sanatorium paru Pacet dari bagian penyakit paru
Rumah Sakit Dr. M. Salamun Lanud Husein Sastranegara menjadi
pemulihan Kesehatan Awak Pesawat Udara TNI Angkatan Udara dibawah
Lakespra Saryanto Ditkesau.

Badan Pelaksanaan Teknis Direktorat Kesehatan TNI AU. Sejalan


dengan tuntutan organisasi, Rumash Sakit TNI Angkatan Udara. II Dr. M.
Salamun yang semakin berkembang dan semakin kompleks dalam
permaslahan, maka diperlukan adanya kendali dan pembinaan oleh Mabes
TNI AU sehingga permasalahan Rumah Sakit dapat teratasi. Berdasarkan
keputusan Kasau Nomor: Kep/03/II/1998 tanggal 3 Februari 1998 tentang
Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Eselon Pelaksana Pusat Tingkat
Mabesau, status Rumah Sakit TNI Angkatan Udara Tk. II Dr. M. Salamun
Lanud Husein Sastranegara kembali dibawah kendali pusat sebagai
Badan Pelaksana Teknis Diskes TNI AU dengan tugas pokok sebagai
berikut: Melaksanakan dukungan kesehatan bagi setiap operasi TNI AU.
Melaksanakan pelayanan kesehatan bagi anggota TNI/keluarga. Sebagai
Rumah Sakit rujukan bagi Rumah Sakit TNI AU wilayah Jawa Barat.
8

C. Vi si dan Mi si

1. Visi

Mejadi Rumah Sakit rujukan TNI terbaik di Jawa Barat dan RS


Pendidikn yang berkualitas.

2. Misi

a. Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan dalam


setiap operasi dan latihan TNI/TNI AU

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu terhadap


anggota TNI/TNI AU, berikut keluargamya serta masyarakat umum
yang terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian

c. Meningkatkan kemampuan profesionalisme personel secara


berkesinambungan

D. St ru kt ur Orga ni sasi

Struktur organisasi dari Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun dapat


dilihan pada Gambar 2.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit
9
10

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Sumber: Ahyu Ramly. (2023). BAB II Lap-RS Salamun

E. Pro fil Lab o ra t ori u m

Laboratorium RSAU Dr. M. Salamun berdiri pada tahun 1968


bersamaan dengan berdirinya rumah sakit. Seiring berjalannya waktu
laboratorium ini terus berkembang menjadi laboratorium rumah sakit tipe
“B”. Penanggung jawab laboratorium dipegang oleh Dokter Spesialis
Patologi Klini. Sekitar tahun 2000 alat yang digunakan untuk pemeriksaan
sudah berganti dari yang manual menjadi semi otomatis dan pada tahu
2005 diganti menjadi alat otomatis. Pemeriksaan laboratorium yang
menggunakan alat otomatis diantaranya adalah pemeriksaan kimia klinik,
hematologi, crossmatch, elektrolit, analisa gas darah dan CKMB.

F. St ru krur Orga ni sasi Lab o ra t ori u m

Struktur organisasi laboratorium RSAU Dr. M. Salamun dapat dilihat


pada Gambar 2.2 Struktur Organisasi Laboratorium
11

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Laboratorium


12

Sumber: Dara Tiara Lestari, Dian Oktaviani, Febian Nur Haaniyah, Indri
Kurniawati, Rizka Nuraeni. (2017). Laporan Praktik Kerja Lapangan di
Laboratorium RSAU dr. M. Salamun Bandung

G. Tat a Let ak

Tata letak Rumah Sakit RSAU Dr. M. Salamun dapat dilihat pada

Gambar 2.3 Tata Letak Rumah Sakit

Gambar 2. 3 Tata Letak Rumah Sakit

Sumber: Perawat Salamun. (2024). Denah RS


13

H. Fasi l i t as Lab o ra t ori u m

1. Pemeriksaan Hematologi

Hematology analyzer meliputi pemeriksaan hemoglobin,


hematokrit, diff count (hitung jenis sel leukosit), hitung jumlah sel
trombosit, hitung jumlah sel eritrosit, hitung jumlah leukosit, MCV
(Mean Corpuscular Volume), MCH (Mean Corpuscuar Haemoglobin),
MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration).

2. Pemeriksaan Hemostatsis

Alat coagulation Analizer ini digunakaan untuk pemeriksan


hemostasis di antaranya pemeriksaan PT, APTT.

3. Morfologi Darah Tepi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui persentasi jumlah


basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit, dan
monosit.

4. Laju Endap Darah

Digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi dan


perjalanan penyakit.

5. Bleeding Time dan Clotting Time

Untuk mengetahui lamanya waktu pendarahan dan pembekuan.

6. Pewarnaan Gram dan Pewarnaan BTA

a. Pewarnaan Gram : Bertujuan untuk mengetahui infeksi yang terjadi


disebabkan oleh gram positif atau gram negative.

b. Pewarnaan Bakteri Tahan Asam : Bertujuan untuk menegakan


14

penyakit TBC.

7. Pemeriksaan Kimia Klinik

Pemeriksaan kimia klinik meliputi glukosa, ureum, kreatinin,


asam urat, panellipid (LDL, HDL, VLDL, Cholesterol total, Trigliserida),
SGOT, SGPT, ALP,Protein, Albumin, Billirubin.

8. Analisa Gas Darah

Parameter yang di periksa meliputi pH, PCO2, HCO3-, tCO2, PO2,


Saturasi O2 (%), Base deficit, base excees.

9. Pemeriksaan Elektrolit

Parameter yang ada pada alat ini yaitu Natrium, Kalium, Calsium,
Klorida.

10. Pemeriksaan Urin

Pemeriksaan urine meliputi :

a. Makroskopis: warna, bau, kekeruhan

b. Mikroskopis: Sedimen urine (eritrosit, leukosit, epitel, kristal, bakteri,


jamur)

c. Carik celup: Metode ini meliputi beberapa parameter yaitu glukosa,


protein, bilirubin, keton, berat jenis, blood ,pH, urobilinogen, nitrit,
dan leukosit.

11. Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses rutin ini meliputi :

a. Makroskopis: Warna, Bau, Konsistensi, Lendir, Darah

b. Mikroskopis (menggunakan reagen eosin 2%): Eritrosit, Leukosit,


15

Bakteri, Amoeba, Telur Parasit

12. Pemeriksaan CKMB, Troponin,BNP

Pemeriksaan ini untuk mengetahui fungsi jantung.

13. Pemeriksaan Immunoserologi Metode Immunokromatografi

Pemeriksaan yang menggunakan immunokromatografi


diantaranya pemeriksaan anti HIV, anti HCV, HBsAg, IgG/IgM anti
Dengue, NS-1 dengue dan IgM anti salmonella, tes kehamilan, narkoba
dalam urin, nikotin dalam urin.

14. Pemeriksaan Immunoserologi Metode Slide (Widal)

Untuk mengetahui penyakit thypoid dengan mendeteksi flagel


dan somatik dari Salmonella sp.

15. Pemeriksaan Golongan Darah

16. Pemeriksaan Crossmatch

I. Pro gra m Kese hat a n dan Kese la mat a n Kerj a (K 3)

Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dapat dilihat pada


Tabel 2.1 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA


No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 dari 4
16

RSAU dr. M. SALAMUN


Jl. Ciumbuleuit No.203
BANDUNG

Tanggal terbit Ditetapkan oleh,

Kepala RSAU dr. M. Salamun,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Didik Kestito,SpBU


KolonelKes NRP 512677
PENGERTIAN Kemanan kerja adalah tata ruang dan fasilitas serta
peralatan kerja yang digunakan untuk keamanan bagi
tenaga kerja laboratorium mangacu kepada
keamanan laboratorium
mikrobiologi, biomedis dan pedoman lain yang berlaku.
TUJUAN Untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan kerjamencegah kecelakaan dan
memberikan perlindungan
keselamatan kerja bagi pekerja di laboratorium.
KEBIJAKAN Laboratorium harus mempunyai ruangan, fasilitas
laboratorium, dan peralatan laboratorium untuk
keamananbagi tenaga laboratorium.
17

PROSEDUR K3 YANG BERSIFAT UMUM :


1. Jaga kebersihan laboratorium
setiap saat, bersihkandengan desinfekkan.
2. Jangan memperbaiki peralatan listrik bila
tidakmengetahui tentang kelistrikan.
3. Setiap petugas hanya boleh mengoperasikan
peralatanlistrik yang mereka kuasai dan menjadi
kewenangannya.
4. Gunakan alat pelindung.
5. Laporkan segera bila peralatan rusak.
6. Laporkan bila ada kecelakaan.
7. Tidak menyimpan makanan dan minuman dalam
lemari esbersama dengan spesimen dan atau
reagen.
8. Tidak makan, minum dan morokok dalam ruangan.

K3 YANG BERKAITAN DENGAN PENCEGAHAN


DAN PEGENDALIAN KEBAKARAN :
1. Pelajari dan kenali sifat-sifat dan semua larutan
yangmudah menguap dan terbakar.
2. Beri label semua bahan yang mudah terbakar,
simpan ditempat tidak panas serta bebas dari
percikan api.
3. Letakkan tabung pemadam kebakaran ditempat
yangmudah dicapai dan mudah dilihat. Penggunaan
cairan yang mudah terbakar harus dibatasi
seminimal mungkin, sesuai dengan kebutuhan. Bila
dilakukan pembuangan, bahan tersebut harus
dialirkan, bersama-sama dengan air dingin untuk
18

menghindarikebakaran.
4. Ketika menutup laboratorium, periksa secermat
mungkin untuk menjamin tidak ada lagi peralatan
lain yang tidak diperlukan masih terpasang.
5. Yakinlah semua aliran listrik, api dan gas telah
dipadamkan bila meninggalkan laboratorium.
6. Beritahukan kepada penjaga atau orang lain yang
ditinggal di gedung tentang cara-cara dan tindakan
yang dapat mereka lakukan dalam keadaan darurat.

K3 BERKAITAN DENGAN PERALATAN


-PERALATAN LISTRIK :
1. Gunakan kabel listrik sedikit mungkin dan sependek
mungkin bila kabel pada waktu dipakai terasa panas,
jangan diteruskan.
2. Peralatan listrik harus dipelihara dengan baik.
3. Bila mengganti sekring atau mencabut stekar dari
stop kontak, tangan dan kaki harus kering dan berdiri
dengan- memakai alas kaki karet atau plastik kering.
4. Bila sikring putus berarti pemakaian listrik berlebihan
atau terjadi hubungan pendek, matikan peralatan yang
diduga menjadi penyebab dan gantilah dengan sekring
baru yang mempunyai kekuatan arus sama besar.
5. Beri tanda yang jelas stop kontak 110 V atau 220 V.

K3 YANG BERKAITAN DENGAN BAHAN KIMIA :


1. Pemberian Label :
19

a. Beri label pada semua bahan kimia yang mencakup


sekurang-kurangnya nama dan konsentrasi bahan
kimia, tanggal penerimaan dan pembuatannya
sertabatas pemakaiannya dan kadaluarsa.
b. Keterangan lain misalnya sifat mudah terbakar
atau bahaya lain yang dapat timbul, agar
penanganan bahan kimia tersebut dilakukan
dengan benar.
c. Label harus bertahan lama, gunakan alat tulis atau
tinta yang tidak larut dalam air.
2. Penyimpanan bahan kimia :
a. Ruang penyimpanan tidak boleh gelap.
b. Bahan kimia diletakan dalam lemari atau rak
dengan susunan rapi dan teratur.
c. Bahan kimia yang bersifat korosif harus diletakan
di tempat yang rendah.
d. Wadah besar harus diletakan dekat lantai.
3. Cara memipet :
4. Jangan memipet bahan kimia dengan mulut
gunakan karetpenghisap.
5. Pembuangan bahan kimia :
6. Sampah laboratorium yang mudah terbakar dan
mudah menguap dikumpulkan dalam kaleng yang
aman dan jangan dibuang kedalam pipa saluran
umum.
7. Gunakan alat pelindung seperti sarung tangan dan
jas laboratorium.
K3 YANG BERKAITAN DENGAN
20

MIKROORGANISME :
1. Anggap semua spesimen mengandung bahan
infeksi.
2. Sering mencuci tangan, hindari kebiasaan
memasukkan tangan ke dalam mulut, hidung,
mata, cuci tangansebelum meninggalkan ruangan.
K3 YANG BERKAITAN DENGAN KESELAMATAN
KERJA :
1. Immunisasi hepatitis cek up rutin.
2. Penggunaan alat pelindung ( sarung tangan
tangan, jaslaboratorium, masker).
3. Lakukan cuci tangan,
a. Saat akan mulai kerja ( baru tiba dari kantor).
b. Saat akan memeriksa pasien / bahan
c. Saat akan memakai sarung tangan untuk
melakukansuatu tindakan.
d. Saat akan memakai peralatan.
e. Saat akan melakukan pengambilan darah.
f. Saat memeriksa pasien / bahan.
g. Saat hendak pulang ke rumah.
h. Saat memegang alat-alat bekas pakai dan
bahan-bahanlain yang terkontaminasi.
i. Setelah menyentuh membran mukosa, darah
ataucairan tubuh.
j. Setelah membuka sarung tangan.
k. Setelah dari toilet / kamar kecil.
l. Setelah bersin / batuk.
UNIT TERKAIT  UGD
21

 Ka Taud.
 Haralkes.
 Kakesprev.

Tabel 2. 1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Sumber: Nurul Khairani. (2017). SOP

J. Perso na l ia dan Man aj eri al Lab o ra t ori u m

Personalia dan manajerial laboratorium dapat dilihat pada Tabel 2.2


Personalia dan Manajerial Laboratorium

No. Nama
1. dr. Any Yuliani, Sp.PK., M.Kes.
2. dr. Toto Rubianto, Sp.PK.
3. dr. Dayanti Yulistuti, Sp.PK., M.Kes
4. Muhammad Ilham, Amd.AK.
5. Linda Siti Mardiah, Amd.AK.
6. Asrofi Sodekul, Amd.AK
7. Novita Shanti, Amd.AK.
8. Gitta Pusparani, Amd.AK
9. Indra Permana, Amd.AK.
10. Cessy Meria R, S.KM.
11. Riska Suryani, Amd.AK.
12. Dhita Apriyanti, Amd.AK.
13. Setya Budi, S.Tr.Kes
14. Hardini Wiji N, Amd.AK.
22

15. Arlin Octafriani, Amd.AK.


16. Diandra Eka Z, Amd.AK.
17. Rapi Mustika B, Amd.AK.
18. Pipih Yulianti, Amd.AK.
19. Latifa Destia N, Amd.Kes.
20. Ali Mursid, Amd.AK.
21. Rani Nurobiah, Amd.AK.
22. Faradishya Chyndana R, Amd.Kes.
23. Raissa Putri A, Amd.Kes.
24. Santi Noviandini
25. Indra Rukmana
26. Dewi Haryani
27. Wildan Rizki Ramdhani
28. Wahyu Sukma Aji
Tabel 2. 2 Personalia dan Manajerial Laboratorium

Sumber: Instagram TLM Salamun. (2023)

K. Si st em Pen ga tu ran Kerj a Lab o ra t ori u m

Sistem pengaturan kerja yang berlaku di laboratorium RSAU dr. M.


Salamun antara lain:

1. Shift pagi : 07.00 sampai 17.00 WIB

2. Shift malam : 17.00 sampai 07.00 WIB


23

L. Mekan i sme Pel ay an an Lab o ra t ori u m

1. Administrasi

Kegiatan administrasi dimulai dari pendaftaran yang meliputi


proses pemberian nomor urut pemeriksaan, pencatatan identitas
pasien yang meliputi nama, alamat, usia, jenis kelamin, pangkat/NRP,
dokter pemohon, asal ruangan pasien, bulan dan tanggal pemeriksaan
serta jenis pemeriksaan.

2. Pemeriksaan

Kegiatan pemeriksaan sampel meliputi beberapa tahapan,


seperti pra analitik, analitik, dan pasca analitik terhadap sampel yang
dilakukan sesuai metode jenis pemeriksaan yang diminta.

3. Hasil Pemeriksaan

Hasil pemeriksaan dicatat pada lembar permintaan


pemeriksaan lalu akan disalin pada buku log catatan pemeriksaan
harian. Untuk hasil yang diberikan kepda pasien, lembar hasil diketik,
kemudian hasil diserahkan kepada pasien atau ruangan tempat pasien
dirawat.

4. Pelaporan

Untuk hasil pemeriksaan dilakukan proses validasi hasil terlebih


dahulu sebelum hasil diserahkan kepada pasien atau ruangan tempat
pasien dirawat.

5. Pengarsipan

Pengarsipan yang dilakukan meliputi semua hasil pencatatan


semua dokumen yang berhubungan dengan kegiatan di RSAU dr. M.
24

Salamun Bandung yaitu diantara lain:

a. Pengarsipan lembar permintaan pemeriksaan

b. Pengarsipan pencatatan barang

c. Pengarsipan pencatatan keuangan.

M. Keg i at an Ad mi ni st ras i Lab o ra t ori u m

Kegiatan administrasi dimulai dari pendaftaran yang meliputi


proses pemberian nomor urut pemeriksaan, pencatatan identitas
pasien yang meliputi nama, alamat, usia, jenis kelamin, pangkat/NRP,
dokter pemohon, asal ruangan pasien, bulan dan tanggal pemeriksaan
serta jenis pemeriksaan.
25
BAB III

KEGIATAN PRAKTIK BELAJAR KLINIK

A. De skrip si Um um Keg i at an Prakt i k Bel aj ar Kl in i k

Kegiatan Praktik Belajar Klinik ini memiliki jadwal kerja yang


telah diatur oleh koordinator dari Laboratorium RSAU dr. M Salamun.
Dimana batas kewenangannya, ia dapat memutuskan jadwal bagi para
mahasiswa yang praktik. Setiap harinya mahasiswa mendapatkan bagian
kerja yang berbeda beda, mulai dari bagian hematologi, kimia klinik,
imunoserologi, urin, Bank Darah, dan sampling. Sebelum melaksanakan
kegiatan PBK, biasanya dilakukan orientasi terlebih dahulu selama kurang
lebih 2 hari untuk mengenal cara bekerja baik secara manual ataupun alat
serta alur dari pengerjaan suatu sampel dan juga alur pemeriksaan.
Setelah masa orientasi selesai maka mahasiswa diperbolehkan untuk
melaksanakan pekerjaan yang sudah dijadwalka akan tetapi selalu
berada dalam pengawasan petugas senior/ tetap di laboratorium guna
mencegah kesalahan yang berdampak fatal. Pada fase ini mahasiswa
berkewajiban untuk dapat memeriksa serta mengelola sampel sesuai
dengan prosedur yang telah diberikan oleh petugas yang berada di
Laboratorium RSAU dr. M. Salamun. Semua kegiatan dicatat kedalam
logbook dan ditandatangani oleh pembimbing (pegawai maupun
karyawan yang dinas pada waktu yang sama) di Laboratorium RSAU Dr, M
Salamun.

23
23
24

B. Jad wal Keg i at an Prakt i k Bel aj ar Kl in i k II

Kegiatan Praktik Belajar Klinik II (PBK) dilakukan setiap hari,


pembagian kegiatan tersebut terdapat beberapa jadwal yang dimulai dari
jam 07.00 s/d 15.00 WIB. Dengan terdapat bagian jadwal bertanda (S)
untuk pengerjaan Sampling, H untuk penanda pengerjaan (Hematologi), K
untuk penanda pengerjaan sampel (Kimia), dimana bagian-bagian tersebut
bertempat di Laboratorium Central yang hanya beroperasi dari pukul 07.00
s/d 15.00 WIB. Dan untuk dinas bagian Bank Darah (BD) atau UGD (Unit
gawat darurat) ditempatkan di Laboratorium UGD. Adapun bagian jadwal
bertanda “UGD/BD” merupakan dinas pagi yang ditunjukkan, sedangkan “X”
yang artinya dinas malam yang dimulai pukul 15.00 s/d 08.00 WIB.
bertempat di Laboratorium UGD dengan waktu kerja 24 jam. selepas itu
diikuti dengan huruf “LP” yang artinya Lepas Piket. Lepas piket merupakan
hari pendek yang sisa dari paruh waktunya dapat digunakan untuk
beristirahat. Kemudian terdapat huruf “L” yang artinya Libur, dalam hari ini
tidak terdapat kegiatan PBK selama 24 jam.

C. Keg i at an Pem eri ksaan Lab o ra t ori u m

1. Pra Analitik

a. Penyimpanan Reagen

Penyimpanan reagen perlu diperhatikan sebagai suatu Teknik


kegiatan penempatan reagen, bahan berbahaya dan beracun yang
bertujuan untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari reagen B3,
serta untuk mencegah dampak negatif bagi lingkungan dan
kesehatan manusia. Prosedur penyimpanan reagen yang
25

diterapkan pada laboratorium RSAU Dr. M. Salamun yaitu sebagai


berikut :

1) Pemberian simbol dan label bagi reagen bahaya, dan beracun;

o
2) Reagen disimpan dilemari es pada suhu 2-8 C sesuai dengan
petunjuk penyimpanan;

3) Reagen yang perputarannya cepat disimpan ditempat yang


mudah terjangkau untuk mempercepat pergantian;

4) Reagen disimpan di lemari khusus bersamaan dengan reagen


kering sesuai dengan petunjuk penyimpanan;

5) Alat dan bahan medis yang hadir pakai disimpan di lemari


khusus yang dan terpisah dari kelembaban.

6) Untuk mencegah reagen kadaluarsa, penyimpanan reagen


dilakukan dengan cara FIFO (First In First On) yaitu barang yang
datang terdahulu dikeluarkan dengan ketentuan :

7) Label Merah, reagen dengan batas terpendek (<1 bulan), reagen


yang paling dahulu digunakan;

8) Label Kuning, reagen dengan batas kadaluarsa 1 bulan < ED < 3


bulan, reagen digunakan setelah label merah digunakan;

9) Label Hijau, reagen dengan batas kadaluarsa terpanjang.

10)Apabila stok reagen dengan batas kadaluarsa semua sama,


maka label merah ditempelkan pada kemasan yang
ditempatkan paling depan dan harus dipergunakan terlebih
26

dahulu kemudian warna kuning dan yang terakhir warna hijau.

b. QC (Quality Control)

Kontrol kualitas (QC) adalah salah satu komponen kontrol


proses dan juga merupakan elemen kunci dari jaminan kualitas.
Proses kontrol kualitas ini penting untuk mengontrol pekerjaan
yang terkait dengan hasil pengujian dan juga untuk mendeteksi
ketidak sesuaian pada peralatan, lingkungan, atau operator. Hasil
dari QC pun dapat digunakan untuk bahan validasi apakah alat yang
digunakan tersebut bekerja dengan baik sesuai dengan
spesifikasinya dan mengeluarkan hasil laboratorium akurat dan
reliable. Adapun prosedur QC yaitu sebagai berikut :

1) Validasi metode tes untuk akurasi, presisi, rentang yang dapat


dilaporkan;

2) QC dilakukan setiap hari dimana hasil QC maksimal ± 2SD;

3) Tulis hasil QC pada buku QC untuk tiap bidang pemeriksaan


selanjutnya dilakukan validasi.

4) Langkah koreksi cepat jika dijumpai kekurangan

5) Apabila QC melebihi 2SD maka dilakukan penelusuran apakah


disebabkan oleh alat atau reagen kemudian dilakukan control
ulang;

6) Apabila sudah dilakukan control ulang, namun control masih


belum masuk maka dilakukan kalibrasi dan selanjutnya lakukan
control kembali.
27

7) Pengetesan reagensia

8) Lakukan pengecekan suhu kulkas;

9) Lakukan pengecekan tanggal kadaluarsa reagen.

10)Dokumentasi hasil dan Langkah koreksi

11)Tulis hasil pemeriksaan laboratorium di dalam jurnal setiap hari

12)Arsipkan dokumen setiap 1 bulan sekali.

c. Persiapan Pasien

Pasien yang datang ke laboratorium, diharuskan mendaftarkan


diri terlebih dahulu kebagian administrasi dengan membawa surat
pengantar untuk pemeriksaan laboratorium dan juga SEP yang
sesuai dengan waktu tujuan kontrol atau menuju pelayanan
kesehatan yang berada di rumah sakit dr. Muhammad Salamun.
Setelah itu petugas akan mendata jenis pemeriksaan, apabila telah
selesai maka pasien diperbolehkan untuk memasuki ruang
sampling untuk pengambilan bahan pemeriksaan sesuai dengan
nomor registrasi yang tercatat sebagai nomor laboratorium.

d. Persiapan Sampel Untuk Pemeriksaan Klinik

Hal yang perlu diperhatikan untuk pemeriksaan glukosa,


kolesterol total, trigliserida, urea, asam urat, high density lipoprotein
(HDL) kolesterol, dan low density lipoprotein (LDL) kolesterol yaitu
pasien diharuskan untuk berpuasa selama 10 – 12 jam. Akan tetapi
pemeriksaan glukosa 2 jam post prandial pasien perlu berpuasa 2
jam setelah makan puasa pertama. Sedangkan untuk pemeriksaan
28

kimia lainnya pasien tidak diharuskan puasa setelah makan

e. Persiapan sampel Hematologi

Pada pemeriksaan hematologi, pengambilan darah dilakukan


pada waktu dan kondisi yang sama untuk meminimalisir perubahan
pada sirkulasi darah seperti; lokasi pengambilan, waktu
pengambilan, serta kondisi pasien (tidak diharuskan berpuasa,
kecuali pada pemeriksaan Laju Endap Darah (LED).

f. Persiapan sampel Mikrobiologi

Pada pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA), pengambilan


sampel biasanya dilakukan 2 kali pengambilan yaitu sampel pagi
dan sampel sewaktu. Pasien disarankan agar minum teh manis
pada malam hari sebelum tidur yang bertujuan untuk menyuburkan
pertumbuhan BTA atau meminum obat batuk GG jika mengalami
kesulitan dalam mengeluarkan dahak.

g. Urine Rutin

Untuk pemeriksaan urin rutin, pengambilan sampel biasanya


dilakukan oleh pasien sendiri (kecuali pasien dalam keadaan yang
tidak memungkinkan). Bahan pemeriksaan urine yang ideal adalah
urine pancaran tengah (midstream), dimana pasien disarankan
untuk aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya
ditampung dalam wadah sampel yang telah disediakan. Untuk
pengambilan sampel rawat inap dilakukan oleh perawat dan dikirim
ke laboratorium, sedangkan untuk pasien rawat jalan dan medical
check-up dilakukan oleh petugas laboratorium.

h. Pengambilan Sampel
29

Untuk pasien rawat inap pengambilan sampel dilakukan oleh


perawat dengan metode open system kemudian dikirim ke
laboratorium, sedangkan untuk pasien rawat jalan dan medical
check-up dilakukan oleh petugas laboratorium dengan metode
open system dan close system. Adapun jenis sampel yang diambil
terdiri dari :

1) Darah

a) Pemeriksaan Hematologi

Volume (banyaknya) sampel yang diperlukan disesuaikan


dengan kebutuhan, untuk pemeriksaan darah rutin, panel COVID,
darah lengkap atau pemeriksaan LED dilakukan pada vena.
Darah yang diambil sebanyak ± 3-5 cc kemudian dimasukkan
kedalam tabung vakum bertutup lavender atau ungu (tabung
yang mengandung antikoagulan EDTA).

b) Pemeriksaan Kimia

Sampel darah diambil pada vena sebanyak ± 3-5 cc


kemudian dimasukkan ke dalam tabung vakum bertutup kuning
(tabung yang berisi gel atau clot activator) atau tabung merah,
kemudian disentrifuge sehingga darah dan serum terpisah.
Serum merupakan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan
kimia klinik. Namun untuk glukosa dapat juga diambil dari
kapiler karena darah yang diperlukan hanya 10 µl.

2) Darah Kapiler

Tempat pengambilan darah pada orang dewasa dan


pada anak bayi, pada orang dewasa terletak pada ujung jari
30

tangan atau kuping telinga sedangkan pada anak bayi terletak


pada ujung ibu jari kaki atau tumit. Adapun untuk alat yang
digunakan yaitu blood lancet ( Disposable Lancet) dengan cara
pengambilan sebagai berikut :

a) Dipilih jari tangan yang akan dilakukan penusukan;

b) Diberikan desinfektan pada tempat penusukan dengan


menggunakan kapas alkohol kemudian dibiarkan sampai
kering;

c) Ditegakkan dengan ujung jari pada kulit ujung jari;

d) Dilakukan Penusukan dengan cepat dan tepat dengan arah


lancet tegar lurus;

e) Pada tetesan darah pertama dibuang (bertujuan untuk


menghindari adanya kontaminasi) kemudian tetesan
berikutnya dapat digunakan

3) Darah Vena

Pengambilan sampel digunakan dengan metode open


system dan close system. Tempat pengambilan darah verah
pada umumnya semua vena yang letaknya superfisial dapat
digunakan, tetapi yang sering digunakan pada orang dewasa
biasanya pada vena mediana, sedangkan pada bayi atau anak
kecil biasanya pengambilan darah terletak pada bagian vena
mediana jika tidak dapat diambil pada vena mediana maka akan
diambil pada vena femoralis (paha atas). Pada metode open
31

system ini menggunakan alat yang digunakan yaitu spuit, kapas


alkohol, tourniquet, dan plester. Adapun cara pengambilannya
yaitu sebagai berikut :

a) Disiapkan spuit, kapas alcohol, tourniquet dan plester;

b) Ditarik-tarik Plunger pada spuit sehingga udara dapat masuk


kedalam spuit;

c) Dipasang torniquet pada lengan atas atas ± 7-10 cm (4 jari)


di atas fossa cubiti;

d) Ditentukan vena yang akan ditusuk, namun untuk vena yang


tidak terlihat maka dilakukan dengan dilakukan palpasi;

e) Apabila pemasangan torniquet sudah lebih dari 1-2 menit


maka torniquet dilepas terlebih dahulu;

f) Agar vena tidak bergerak kulit ditegangkan dengan cara


pasien mengecilkan lengan dan di pasang torniquet;

g) Dipasang kembali Tourniquet, apabila sudah yakin vena yang


akan ditusuk maka desinfektan tempat yang akan ditusuk
dengan kapas alkohol dilakukan dengan satu arah;

h) Vena ditusuk dengan lubang jarum menghadap ke atas pada


posisi sudut sekitar 15 – 30 derajat;

i) Dilepaskan Torniquet segera setelah darah terambil Darah


vena diambil sebanyak 3-5 mL sesuai dengan yang
diperlukan dan volume pada spuit yang digunakan;
32

j) Setelah volume darah yang dibutuhkan tercapai, maka kapas


alkohol ditempelkan pada tempat yang ditusuk kemudian
spuit ditarik perlahan;

k) Darah dialirkan ke dalam tabung;

l) Plester ditempelkan pada tempat penusukan yang dilakukan


kemudian diberikan pengarahan pada pasien agar tidak
melipat tangannya sesudah lokasi tusukan.

2. Analitik

Sampel yang telah diambil kemudian diperiksa sesuai dengan


pemeriksaan yang diminta pada formulir. Pemeriksaan yang dilakukan
dilaboratorium central ataupun laboratorium UGD diantaranya yaitu
pemeriksaan hematologi yang terdiri dari Darah Rutin (Hemoglobin,
leukosit, hematokrit, trombosit, eritrosit, mean corpuscular volume
(MCV), mean corpuscular hemoglobin (MCH), mean sorpuscular
heoglobin concentration (MCHC), Darah Lengkap (hemoglobin,
leukosit, hematokrit, trombosit, eritrosit, MCV, MCH, MCHC, laju endap
darah (LED), Diff count, Panel Covid (hemoglobin, leukosit, hematokrit,
trombosit, neutrophil lymphocyte ratio (NLR), Jml. Limfosit Absolut,
Diff Count), LED, hemoglobin, pemeriksaan golongan darah, malaria
dan morfologi darah tepi (MDT), pemeriksaan hemostatis yang terdiri
protombin time (PT), activated partial thromboplastin time (APPT), D-
Dimer dan PT-INR, untuk pemeriksaan Kimia terdiri dari glukosa
sewaktu (GDS), glukosa puasa (GDN), glukosa 2 Jam post - prandial
(PP), ureum, kreatinin, asam urat, cholesterol, cholesterol – HDL,
cholesterol – LDL, triglyseride, SGOT, SGPT, bilirubin direk, bilirubin
33

total, bilirubin indirek, alkali fosfatase, protein total, albumin, globulin,


trpononin 1, elektrolit (Natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), klorida
(Cl)), analisa gas darah

(AGD), hemoglobin A1C (HbA1c), epidermal growth factor receptor (e-


GFR), c-reactive protein CRP dan procalcitonin, untuk pemeriksaan
serologi terdiri dari antibodi imunoglobilin G (IgG) dan antibodi
imunoglobilin M (IgM) Dengue, widal, hepatitis B surface antigen
(HbsAg,), high conservation value (HCV), treponemal pallidum
hemagglutination assay (TPHA) atau Shyphilis, IgM anti Salmonella,
Human immunodeficiency virus (HIV), nonstruktural 1 (NS-1), dan rapid
test Antigen Severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS
CoV-2). Pemeriksaan urin dan feses diantaranya urine rutin, test
kehamilan, feses lengkap dan samar, untuk pemeriksaan mikrobiologi
yaitu preparate gram, BTA dan kultur dan resistensi mikroorganisme,
dan terdapat pemeriksaan real time polymerase chain reaction (PCR).

3. Pasca Analitik

Hasil pemeriksaan yang telah didapatkan maka akan dituliS di


dalam formulir permintaan yang nantinya akan disalin ke dalam
komputer dan hasil tersebut akan di print-out yang akan diberikan
kepada pasien atau dokter pengirim.

D. Pro sed ur Pem eri ksaan

1. Hematology

a. Hematology Analyzer
34

Pemeriksaan Hematologi Analyzer adalah pemeriksaan yang


digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara mengukur
serta menghitung sel darah dengan cara yang otomatis berdasarkan
impedansi aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel - sel yang
dilalui. Pemeriksaan Hematologi Analyzer

meliputi pemeriksaan jumlah eritrosit, hitung jenis leukosit, jumlah


trombosit dan pemeriksaan kadar hemoglobin.

1) Langkah Kerja

a) Dipastikan darah sudah homogen atau dapat disimpan di


rotator;

b) Diberikan nama identitas sesuai yang tertera pada tabung


darah;

c) Dipilih kelompok pemeriksaan (complete blood count (CBC)


atau CBC + Diff);

d) Dimasukan aspirator ke dalam tabung darah;

e) Di Klik tombol aspirate;

f) Ditunggu hingga aspirate selesai mengambil alat dan bahan.

b. Pemeriksaan lanjut Endap Darah (LED)

Pemeriksaan LED merupakan pemeriksaan yang digunakan


untuk mengukur kecepatan sedimentasi sel eritrosit di dalam plasma.
Satuannya mm/jam. Nilai Rujukan pemeriksaan LED adalah 0 -10
mm/jam (L) dan 0 – 20 mm/jam (P). Pemeriksaan Laju Endap Darah
35

menggunakan Satu metode, yaitu secara otomatis menggunakan


metode LED Autolyzer.

1) Prinsip

Alat dan bahan darah yang terdapat pada tabung ethylene


diamine tetra acetic acid (EDTA) dimasukan kedalam alat yang
kemudian dengan bantuan sinar infrared alat akan otomatis
menentukan tingkat endapan eritrosit mengikuti data mana yang di
proses dan kemudian alat akan otomatis menunjukan hasil pada layar
komputer setelah 23 menit.

2) Prosedur Kerja

a) Dimasukan tabung EDTA kedalam alat LED reader. Bagian


tabung yang

b) tidak tertutup label dipastikan menghadap lampu di dalam LED


reader;

c) Diberi nama pada komputer sesuai dengan nomor;

d) Di Klik “RUN” untuk memulai tes;

e) Ditunggu selama 15 menit;

f) Hasil LED akan muncul pada layar komputer.

c. Pemeriksaan MDT
36

MDT adalah pemeriksaan yang bisa diaplikasikan terhadap


beberapa pemeriksaan, seperti pemeriksaan hitung jenis leukosit
secara manual, pemeriksaan mikrofilaria dan pemeriksaan malaria.

1) Prinsip

Darah dipaparkan pada objek glass dan diwarnai dengan zat warna
Giemsa, pengamatan dengan mikroskop.

2) Prosedur Kerja

a) Diteteskan darah pada objek glass bersih dan bebas


lemak;

b) Dengan menggunakan objek glass lain dibuat apusan.

c) Dikeringkan dan difiksasi dengan metanol selama 2


menit, kemudian warnai dengan giemsa (giemsa : air, 1:1)
selama 10-15 menit;

d) Dicuci dengan air kran secara perlahan dan dikeringkan;

e) Diperiksa dengan mikroskop menggunakan oil imersi


pada perbesaran lensa objektif 100x.

d. Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah merupakan pemeriksaan yang


dilakukan untuk mengetahui golongan darah. Pemeriksaan ini
menggunakan dua metode, yaitu metode slide dan metode tabung.
37

1) Prinsip

Antigen + Antibody = Aglutinasi

2) Prosedur Kerja

a) Teteskan 1 tetes darah dari ujung jari pasien pada 4


tempat yang terpisah yang tertera pada kartu;

b) Diteteskan antisera A, B, AB, D, diratakan, dihomogenkan,


lalu diamati adanya aglutinasi

2. Kimia Klinik

Chemistry Analyzer merupakan alat laboratorium medis dengan


teknologi canggih yang berfungsi untuk membantu proses analisa
unsur-unsur kimia dalam darah secara otomatis dan cepat. Alat ini
dapat digunakan untuk menganalisa kandungan air, gas, mineral,
logam, dan material biologis dari suatu larutan di dalamnya. Adapun
parameter pemeriksaan yang dapat dianalisis meliputi glukosa, ureum,
kreatinin, asam urat, cholesterol, HDL, LDL, trigliserida, SGOT, SGPT,
bilirubin total, bilirubin direk, albumin, troponin dan alkaline
phosphatase.

a. Prinsip

Cahaya polychromatic yang mempunyai panjang gelombang


400- 800 nm memancarkan cahaya yang masuk ke monochromator
kemudian diuraikan menjadi cahaya monokromatik. Selanjutnya
cahaya tersebut masuk ke filter untuk memilih atau melewatkan
cahaya. Setiap atom hanya menyerap spektrum

yang sesuai dengan energi atom yang dihasilkan sendiri. Cahaya yang
38

keluar dari filter (I0) menyinari cuvette, sehingga molekul di dalam


cuvette akan mengabsorbsi sebuah energi cahaya (foton) dengan jarak
gelombang tertentu.

Cahaya yang keluar dari cuvette (It) ditangkap oleh detector


untuk merubah energi cahaya menjadi bentuk energi (sinyal-sinyal)
listrik yang selanjutnya dikuatkan oleh Amplifier lalu di converter oleh
ADC (mengubah data analog menjadi data digital) kemudian diolah
oleh Microcontroller dan ditampilkan nilai hasil pemeriksaan dalam
bentuk tampilan display.

b. Cara Kerja

1) Disiapkan sampel serum kedalam wadah kuvet secukupnya;

2) Diinput identitas pasien pada layar monitor urut berdasarkan


angka beserta parameter yang akan diuji klik SAVE

3) Diletakkan sampel pada rak sampel sesuai dengan urutan angka


pada layar monitor, letakkan pada sampel roader;

4) Dilakukan pemeriksaan dengan menekan tombol RUN;

5) Tunggu hasil akan muncul pada menu RESULT;

6) Catat hasil pada jurnal dan laporkan.

7) Nilai rujukan

PARAMETER NILAI RUJUKAN SATUAN

Albumin 31 – 52 g/L

Asam Urat <7 mg/Dl


39

Bilirubin Direct 0,00 – 0,25 mg/dL

Bilirubin Indirect 0,3 – 1,10 mg/dL

Bilirubin Total 0,25 – 1,00 mg/dL

Cholesterol <200 mg/dL

Cholesterol HDL 40 mg/dL

Cholesterol LDL <100 mg/dL

Glukosa Darah Puasa <100 mg/dL

Glukosa Darah 2 Jam <140 mg/dL


PP
SGOT <50 U/L/37^0 C

SGPT <33 U/L/37^0 C

Ureum 13-43 mg/dL

Kreatinin <1,20 mg/dL

Trigliserida <150 mg/Dl

Tabel 3. 1 Nilai Rujukan Kimia Klinik

Sumber: Dewi Anggraini. (2023). Laporan PKL

3. Point Of Care (POCT)

Pemeriksaan point of care testing (POCT) dengan


menggunakan dengan gula strip merupakan cara cepat untuk
mendeteksi glukosa darah. Keuntungan pemeriksaan ini sampel yang
digunakan sedikit sehingga dapat diambil dari kapiler. Selain itu juga
hasil dapat keluar hanya dalam waktu beberapa detik saja. Metode ini
sangat berguna untuk pasien UGD yang kondisinya buruk sehingga
membutuhkan pemeriksaan glukosa darah yang cepat (cyto) atau
40

monitoring gula darah pasien rawat inap.

a. Prinsip

Menggunakan sel pengukuran dimana reaksi tertentu dapat


berlangsung, sel ini dapat berupa matriks yang berpori, chamber
atau suatu permukaan (surfance). Cara pengukuran dapat secara
visual, optikal atau monitoring reaksi elektrokimia yang terjadi.

b. Cara Kerja

1) Dipastikan nomor chip alat sama dengan nomor stik reagen;

2) Dimasukkan stik reagen ke dalam lubang alat. Tunggu hingga


muncul angka pada display;

3) Ditunggu hingga display menunjukkan masukkan sampel darah;

4) Memasukkan sampel darah ke bagian reagen. Sampel bisa darah


dari perifer, vena, serum atau plasma sejumlah ±10µL;

5) Ditunggu hingga display menunjukkan angka kadar gula dalam


sampel;

6) Dicabut stik dan segera dibuang ke tempat pembuangan


infeksius.

4. Elektrolit

Pemeriksaan elektrolit darah adalah pemeriksaan yang


dilakukan untuk mengukur kadar elektrolit dalam tubuh seseorang.
Elektrolit merupakan mineral bermuatan listrik yang membantu
mengendalikan jumlah cairan serta keseimbangan asam basa pada
41

tubuh. Mineral ini juga membantu dalam mengendalikan otot, saraf,


irama jantung, maupun fungsi tubuh penting lain. Karena itu, adanya
gangguan kadar elektrolit dapat menjadi tanda dari kondisi medis yang
serius. Misalnya, penyakit ginjal, tekanan darah tinggi, dan gangguan
irama jantung.

a. Prinsip

Pemeriksaan didasarkan pada sebuah cartridge yang digunakan


berdasarkan pemeriksaan yang dibutuhkan. Sampel yang
dimasukan kedalam cartridge akan terbaca oleh alat.

b. Cara Kerja

1) Dinyalakan alat dan pastikan baterai cukup

2) Di scan barcode yang tertera pada bungkus cartridge yang akan


digunakan.

3) Dimasukan nomor rekam medis pasien;

4) Dimasukan sampel serum (untuk pemeriksaan elektrolit) sampai


batas yang telah tercantum pada cartridge; Memasukkan cartridge
ke dalam alat, kemudian tunggu hasil sekitar 2 menit.

5. Analisa Gas Darah

Analisa gas darah adalah prosedur pemeriksaan medis yang


bertujuan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam
42

darah. AGD juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat


keasaman atau pH darah. Sel-sel darah merah mengangkut oksigen
dan karbon dioksida yang juga dikenal sebagai gas darah ke seluruh
tubuh.

a. Prinsip

Penganalisa berbasis cartridge dengan semua persyaratan


analitik untuk kinerja pengujian yang terkandung dalam satu cartridge.
Sampel uji dan reagen tidak pernah masuk ke 'alat penganalisis'
dimana alat ini mengubah sinyal listrik dari kartrid uji menjadi hasil
yang dapat dibaca manusia. Pengukuran dari berbagai tes
menggunakan prinsip elektrokimia, yaitu sensor mikrofabrikasi yang
ditempatkan di setiap cartridge untuk mengukur konsentrasi analit
secara langsung dalam satu sampel darah lengkap.

b. Cara Kerja

1) Dinyalakan alat dan pastikan baterai cukup terisi;

2) Discan Cartridge yang tertera pada bungkus Cartridge yang akan


digunakan Dimasukan nomor rekam medis pasien;

3) Memasukkan sampel darah arteri sampai batas yang telah


tercantum pada Cartridge;

4) Memasukkan Cartridge ke dalam alat, kemudian tunggu hasil


sekitar 2 menit;

5) Dimasukan data suhu dan SPO2 pasien;

6) Dicatat atau di print hasil yang sudah ada.


43

6. Pemeriksaan Troponin

Troponin adalah sekelompok protein yang ditemukan dalam


serat otot rangka dan jantung (jantung) yang mengatur kontraksi otot.
Pemeriksaan Troponin untuk mengukur tingkat troponin spesifik
jantung dalam darah untuk membantu mendeteksi cedera jantung.
Mengukur jumlah troponin T spesifik jantung atau troponin I dalam
darah dapat membantu mengidentifikasi individu yang mengalami
kerusakan jantung.

a. Prinsip

Menggunakan 2 monoklonal antibodi spesifik yang berlabel


emas dan biotin yang akan membentuk kompleks sandwich dengan
CTnT dalam sampel dan menghasilkan warna merah pada garis tes
dan garis kontrol.

b. Cara Kerja

1) Dihomogenkan sempel whole blood;

2) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan;

3) Pipet 75 µl sempel (darah+reagan) dan dimasukan ke dalam strip


khusus CKMB;

4) Masukan strip ke dalam alat dan tunggu hingga hasil keluar selama
15 menit.

7. Creatinine Reaktive Protein (CRP)

Creatinine Reactive Protein (CRP) adalah suatu protein yang


dikeluarkan oleh hati serta dihasilkan dalam jumlah besar saat terjadi
infeksi. Sebaliknya, pada peradangan yang terjadi dalam proses
44

perkembangan aterosklerosis, peningkatan konsentrasi CRP jauh lebih


kecil. Meskipun demikian, peningkatannya cukup bermakna bila
dibandingkan dengan kondisi normal. pemeriksaan CRP mengukur
jumlah CRP dalam darah untuk mendeteksi peradangan karena kondisi
akut atau untuk memantau tingkat keparahan penyakit dalam kondisi
kronis.

a. Prinsip

Reaksi antara analit terlarut dan antibodi anti CRP yang terikat dengan
partikel polystyrene.

b. Cara Kerja

a) Siapkan CRP buffer solution dan anti serum, biarkan dalam suhu
ruangan;

b) Siapkan kuvet, masukan 1 magnet dalam kuvet;

c) Masukan 600 µL CRP buffer solution;

d) Tambahkan 2 µL serum sampel pasien, masukan kuvet ke dalam alat;

e) Tambahkan 60 µL anti serum ke dalam kuvet, tekan tombol sesuai


penempatan kuvet.

8. Procalcitonin (PCT)

PCT adalah sebagai alat diagnostik untuk mengidentifikasi


infeksi bakteri berat dan dapat diandalkan untuk mengindikasikan
suatu komplikasi sekunder akibat inflamasi sistemik pada tubuh,
sebagai petanda diagnosis sepsis bakterial. Jumlah PCT meningkat
dalam kasus sepsis serta reaksi inflamasi sistemik berat yang lain.
45

PCT terdapat juga dalam konsentrasi rendah pada orang sehat,


kadarnya akan meningkat.

a. Prinsip

Antibodi spesifik PCT biotinylated monoclonal dan suatu antibodi


spesifik monoklonal yang di label dengan kompleks ruthenium dan
bereaksi membentuk kompleks sandwich. Setelah penambahan mikro
partikel yang dilapisi streptavidin, kompleks akan menjadi berikatan ke
solid phase melalui interaksi dari biotin dan streptavidin. Campuran
reaksi diaspirasi kedalam measuring cell dimana mikro partikel
ditangkap secara magnetic ke permukaan elektroda. Substansi yang
tidak berikatan kemudian dipindahkan dengan Procell. Aplikasi voltase
terhadap elektroda akan menginduksi emisi chemiluminescent yang
diukur oleh photomultiplier.

b. Cara Kerja

1) Disiapkan sampel yang digunakan (whole blood atau


serum/plasma) dan disiapkan alat yang digunakan;

2) Dipipet 75 µL whole blood atau 50 µL plasma/serum, lalu masukan


ke dalam reagen yang telah tersedia dan dihomogenkan;

3) Dipipet 75 µL sampel (darah+reagan) lalu dimasukan kedalam


cartridge khusus pemeriksaan PCT.

4) Memasukkan cartridge ke dalam alat dan tunggu hingga hasil


keluar selama 15 menit.

9. D-Dimer
46

D-Dimer adalah pemeriksaan laboratorium yang bertujuan untuk


membantu melakukan diagnosis penyakit dan kondisi yang
menyebabkan hiperkoagulabilitas / kecenderungan darah untuk
membeku melebihi ukuran normal dan memberikan gambaran ada
atau tidaknya penggumpalan di dalam darah.

a. Prinsip

Dengan menggunakan antibodi monoklonal yang mengenali epitop


pada fragmen D dimer secara fotometrik. Prinsip metode ini yaitu
terbentuknya ikatan kovalen partikel polystyrene pada suatu antibodi
monoklonal terhadap cross-linkage reagan dari D-dimer.

b. Cara Kerja

1) Dipipet sampel sebanyak 15 µL (Whole Blood) atau 10 µL (Serum);

2) Memasukan sampel ke dalam buffer lalu dihomogenkan;

3) Dipipet sebanyak 75 µL larutan tadi masukan kedalam Cartridge


lalu di inkubasi selama 5 menit;

4) Diasukan Cartridge D-Dimer pada slot alat;

5) Ditekan menu Read ID chip hingga chip sudah terbaca alat;

6) Tekan menu PATIENT INFORMATION;

7) Isi nama dan ID pasien;

8) Masukan kit yang sudah diinkubasi;

9) Lalu klik QUICK TEST dan START.


47

10. Ion Selective Electrode (ISE)

a. Prinsip

Menghitung kadar ion sampel dengan membandingkan kadar ion yang


diketahui nilainya dengan kadar ion yang tidak diketahui nilainya.

b. Cara Kerja

1) Dimasukkan serum ke dalam kuvet;

2) Ditekan system dan pilih parameter elektrolit yang akan diuji;

3) Kembali ke menu utama;

4) Ditekan sample analysis, klik start test, kemudian tunggu;

5) Dimasukan kuvet berisi serum ke alat, kemudian klik “ok”;

6) Ditunggu beberapa saat, hasil akan keluar.

11. HbA1C

Pemeriksaan HbA1c adalah pemeriksaan ini dilakukan dengan


mengukur kadar atau persentase glukosa yang terikat dengan
hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen yang
terletak dalam sel darah merah. Pemeriksaan ini tergantung dari kadar
glukosa dan jumlah serta umur sel darah merah. Rata-rata umur sel
darah merah sekitar 120 hari. Jadi pemeriksaan HbA1c ini dapat
memperkirakan kadar rata-rata gula darah dalam 3 bulan terakhir.
48

a. Prinsip

Ion-exchange HPLC (cation-exchange), yaitu memisahkan hemoglobin


berdasarkan muatan listrik yang terdapat pada permukaan molekul
hemoglobin rantai globin yang akan berikatan secara ionik dengan
muatan material.

b. Cara Kerja

1) Dimasukkan 1,5 mL diluent solution ke dalam tabung sampel

2) Ditambahkan 5µL larutan QC

3) Dihomogenisasikan

4) Diletakkan dalam rak analisis

5) Dimasukkan ke dalam alat HPLC

6) Dimasukan ke alat dan ditutup

7) Dimasukkan nama pasien sesuai urutan tabung

8) Alat akan otomatis memproses sampel dalam waktu 1 menit dan


hasil akan ditampilkan pada layar.

12. Prothrombin Time (PT)

Pemeriksaan PT merupakan pemeriksaan hemostasis untuk


menguji faktor pembekuan pada jalur ekstrinsik dan jalur bersama.
Pemeriksaan PT memiliki variabel yang terlalu luas, sehingga World
49

Health Organization (WHO) memperkenalkan satuan INR (international


normalized ratio) dan telah menjadi standar format pelaporan dari
hasil PT. Parameter INR menggambarkan rasio dari PT pasien dibagi
dengan nilai kontrol PT yang didapatkan menggunakan referensi
internasional reagen tromboplastin yang dibuat oleh WHO.

a. Prinsip

Adanya kalsium thromboplastin dalam reagen PT bereaksi dengan


faktor pembekuan I, II, V, dan X membentuk bekuan dalam plasma
pasien. Waktu terbentuknya bekuan akan dibaca secara
electromechanical

b. Cara Kerja

1) Dinyalakan alat dengan menekan tombol ON/OFF yang terletak


dibagian belakang alat;

2) Alat di QC dengan menggunakan reagen PT;

3) Dimasukan 20 µL sampel plasma ke dalam kuvet dan inkubasi


selama 2 menit;

4) Ditekan “timer 1” jika kuvet disimpan pada chanel tes 1;

5) Ditunggu hingga 2 menit dan setelah alat berbunyi tekan “optic 1”;

6) Ditambahkan 40 ul reagen PT yang sudah di inkubasi;

7) Ditunggu alat membaca hingga berbunyi;

8) Pada layar akan muncul hasil;

13. APTT
50

Pemeriksaan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT)


pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan dari faktor-faktor pembekuan
darah jalur intrinsik dan jalur bersama.

a. Prinsip

Adanya kalsium tromboplastin dalam reagen PT bereaksi dengan


faktor pembekuan I, II, V, dan X membentuk bekuan dalam plasma
pasien. Waktu terbentuknya bekuan akan dibaca secara
electromechanical.

b. Cara Kerja

1) Dinyalakan alat dengan menekan tombol ON/OFF yang terletak


dibagian belakang alat;

2) Alat di QC dengan menggunakan reagen PT;

3) Dimasukan 20 µL sampel plasma ke dalam kuvet dan inkubasi


selama 2 menit;

4) Ditekan “timer 1” jika kuvet disimpan pada chanel tes 1

5) Ditunggu hingga 2 menit dan setelah alat berbunyi tekan “optic 1”;

6) Ditambahkan 40 ul reagen PT yang sudah di inkubasi

7) Ditunggu alat membaca hingga berbunyi

8) Pada layar akan muncul hasil.

9)

14. Pemeriksaan Urin


51

Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang dilakukan guna


mengetahui kondisi kesehatan seseorang dan juga melihat apakah ada
kelainan / gangguan kesehatan pada tubuh seseorang. pemeriksaan
urin rutin biasanya terdiri dari beberapa jenis standar penilaian,
diantaranya adalah pH, Gula, nitrit, keton, bilirubin, urobilinogen, sel
darah putih, sel darah merah. Sedangkan pemeriksaan urin lengkap
merupakan pemeriksaan yang memiliki jenis standar penilaian
pemeriksaan urin rutin, ditambah dengan bakteri, kreatinin, kristal, sel
epitel. Dari urin juga dapat dilakukan cek kehamilan dengan metode
imunokromatografi yang mana yang diperiksa merupakan hormon
HCG yang terkandung dalam urin.

a. Makroskopis

1) Warna

Urin normal berwarna kuning muda adapun macam-macam


warna urine yang mungkin ada adalah jernih, kuning campur
darah, putih susu dan lain- lain.

2) Kekeruhan

Amati urin yang akan diperiksa apakah urine keruh pada saat
dikeluarkan atau setelah didiamkan beberapa saat, hasil
pemeriksaan dinyatakan dengan jernih, agak keruh, keruh,
sangat keruh. Urin normal adalah jernih.

3) Bau

Aroma pada urin disebabkan oleh adanya asam organik yang


mudah menguap dan jika didiamkan beberapa saat akan berbau
amonia sebagai hasil fermentasi ammonium. Urin normal
52

berbau amonia, sedangkan dalam keadaan patologis dapat


berbau busuk.

4) Carik Celup

a) Dicelupkan dipstick test pada urin selama 1 detik

b) Dimasukkan dipstick tersebut pada urin analyzer;

c) Diklik bagian enter / test;

d) Hasil akan di print out oleh alat.

b. Miksroskopis

1) Urin dikocok dalam botol supaya tercampur merata, masukan

2) ±8 cc urin dalam tabung centrifuge dan diputar selama 5 menit


pada kecepatan 2000 rpm;

3) Cairan bagian atas dituangkan sehingga volume cairan menjadi


1 ml;

4) Diteteskan 1 tetes pada objek glass dan tutup dengan deck


glass;

5) Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran mula–mula 10x


lalu dengan 40x.

15. Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses lengkap adalah suatu pemeriksaan


53

laboratorium untuk menilai dan mengukur melalui beberapa parameter


yang bertujuan untuk mengetahui kondisi sistem pencernaan
seseorang melalui feses. Parameter yang digunakan ini memiliki nilai
dari segi kuantitatif dan kualitatif. Dan hal inilah yang membuat hasil
pemeriksaan feses lengkap memiliki satuan yang berbeda-beda
tergantung parameternya. Dari feses juga dapat dilakukan
pemeriksaan darah samar untuk mendeteksi darah dalam tinja yang
tidak terlihat pada pemeriksaan baik secara makroskopis maupun
mikroskopis, namun dapat terdeteksi melalui reaksi kimia.

a. Prinsip

Sampel feses ditambahkan dengan eosin akan mewarnai latar


belakang menjadi warna merah.

b. Cara Kerja

1) Pengamatan mikroskopis yaitu Warna, konsistensi, lendir, darah;

2) Diletakan masing masing 1 tetes larutan pewarna eosin di atas


objek glass;

3) Feses diambil menggunakan lidi, kemudian campurkan dengan


larutan pewarna tersebut, feses diratakan (tidak tebal / tipis) tutup
dengan deck glass;

4) Diamati adanya parasit, telur cacing, lemak, karbohidrat, serat,


leukosit dan eritrosit dibawah mikroskop perbesaran 10x dan 40x.

16. Kehamilan

a. Prinsip
54

Human chorionic gonadotropin (HCG) urin adalah rapid


kromatografi secara kualitatif dari human chorionic gonadotropin
dalam urin. Daerah hasil menggunakan kombinasi dari antibodi
termasuk monoclonal HCG antibodi untuk mendeteksi secara selektif
kadar HCG yang meningkat. Daerah kontrol terdiri dari antibodi
poliklonal kambing dan unsur partikel koloid. Hasil terbentuk jika
ditambahkan sampel urin ke lubang sampel pada kaset dan
terbentuknya garis warna yang bermigrasi secara kapiler melalui
membran untuk bereaksi dengan konjugat warna. Sampel bereaksi
dengan antibodi spesifik HCG konjugat berwarna untuk membentuk
garis warna pada daerah membran, garis yang tidak terlihat pada
daerah kontrol menentukan sampel yang ditambahkan kurang.

b. Cara Kerja

1) Alat disiapkan pada temperatur ruang sebelum digunakan dan


diberikan label;

2) Kemasan dibuka kemudian ditempatkan alat uji pada tempat datar,


bersih dan kering lalu segera lakukan pengujian;

3) Strip dicelupkan ke dalam urine sampai tanda batas;

4) Strip diangkat dan ditunggu beberapa saat;

5) Ditunggu selama 15 menit kemudian hasilnya dibaca. Jangan


dibaca setelah 20 menit.

17. Pemeriksaan Serologi/Imunoserologi

a. IgG-IgM Dengue
55

IgG – IgM Dengue merupakan pemeriksaan yang berdasarkan


prinsip immunoassay kromatografi untuk mendeteksi secara
kualitatif dari antibodi IgG dan IgM untuk virus Dengue pada darah,
serum atau plasma. Pada kaset uji mengandung partikel koloid
emas terkonjugasi antigen dengue dan Anti – IgM dan Anti IgG
yang dilapisi pada membran.

Cara Kerja

1) Alat disiapkan pada temperatur ruang sebelum digunakan dan


diberikan label;

2) Kemasan dibuka kemudian ditempatkan alat uji pada tempat


datar, bersih dan kering lalu segera lakukan pengujian;

3) Serum atau plasma dimasukkan sebanyak 1 tetes (5 µL)


dimasukkan dengan menggunakan mikropipet / pipet ke dalam
lubang sampel “S”, atau darah dimasukkan sebanyak 1 tetes (10
µL) lalu ditambahkan 1 tetes (40 µL) buffer;

4) Ditunggu selama 10 menit kemudian hasilnya dibaca. Jangan


dibaca setelah 20 menit.

b. Widal

Prinsip

Yaitu reaksi aglutinasi yang terjadi apabila sampel dicampurkan


dengan suspense antigen Salmonella Typhosa. Pemeriksaan ini
dikatakan positif apabila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi.

Cara Kerja
56

1) Diteteskan 20 µL serum diatas slide sebanyak 8 buah;

2) Ditambahkan masing-masing satu tetes jenis antigen O dan H;

3) Dicampurkan hingga homogen dan digoyangkan selama satu


menit;

4) Aglutinasi yang terbentuk dibaca dibawah mikroskop dan


dinyatakan sebagai liter.

c. HbsAg

Prinsip

Yaitu HBsAg pada serum akan berikatan dengan anti HBs yang
terdapat pada tes area sehingga menghasilkan garis berwarna
merah. Ikatan HBsAg dengan anti HBsAg bergerak sepanjang
membran karena adanya gaya kapilaritas membran. Hasil
dinyatakan positif bila terbentuk dua buah garis berwarna merah.

Cara Kera

1) Alat disiapkan pada temperatur ruang sebelum digunakan dan


diberikan label;

2) Kemasan dibuka kemudian ditempatkan alat uji pada tempat


datar, bersih dan kering lalu segera lakukan pengujian Strip
dicelupkan ke dalam serum sampai tanda batas;

3) Strip diangkat dan ditunggu beberapa saat;

4) Ditunggu selama 15 menit kemudian hasilnya dibaca. Jangan


dibaca setelah 20 menit.

d. HCV
57

Prinsip

Yaitu pemeriksaan darah untuk mendeteksi keberadaan antibodi


terhadap virus Hepatitis C (HCV). jika sampel yang diteteskan pada
ruang membran yang telah dilapisi antigen HCV rekombinan.
Selanjutnya akan bergerak secara kromatografi dan bereaksi
dengan antigen HCV rekombinan yang terdapat pada garis test.

Cara Kerja

1) Alat HCV disiapkan pada temperatur ruang sebelum digunakan


dan diberikan label;

2) Kemasan dibuka kemudian ditempatkan alat uji pada tempat


datar, bersih dan kering lalu segera lakukan pengujian;

3) Serum atau plasma dimasukkan 1 tetes (25 µL) dimasukkan


dengan menggunakan pipet ke dalam lubang sampel “S”, lalu
ditambahkan 2 tetes (80 µL) buffer;

4) Ditunggu selama 10 menit kemudian hasilnya dibaca. Jangan


dibaca setelah 20 menit.

e. TPHA

Prinsip

Yaitu strip membrane yang dilapisi dengan antigen treponema


pallidum rekombinan pada daerah uji perangkat. Setelah sampel
pasien dan buffer dimasukkan ke dalam sumur maka akan
bergerak sepanjang membran secara kromatografi ke daerah uji
dan membentuk garis yang terlihat sebagai kompleks partikel
antigen - antibodi - antigen.

Cara Kerja
58

1) Alat pemeriksaan TPHA disiapkan pada temperatur ruang


sebelum digunakan dan diberikan label;;

2) Kemasan dibuka kemudian ditempatkan alat uji pada tempat


datar, bersih dan kering lalu segera lakukan pengujian;

3) Serum atau plasma dimasukkan 10 µL dimasukkan dengan


menggunakan pipet ke dalam lubang sampel “S”, atau sampel
darah dimasukkan 20 µL ke dalam lubang sampel “S” lalu
ditambahkan 3-4 tetes buffer;

4) Ditunggu selama 15-20 menit kemudian hasilnya dibaca dan


jangan dibaca lebih dari 20 menit.

f. HIV

Prinsip

Yaitu jika sampel yang diteteskan pada ruang membran yang telah
dilapisi antigen HIV rekombinan yang akan bereaksi dengan
antibodi dalam sampel. Selanjutnya akan bergerak secara
kromatografi. Alat dan Bahan

Cara Kerja

1) Alat pemeriksaan HIV disiapkan pada temperatur ruang


sebelum digunakan dan diberikan label;

2) Kemasan dibuka kemudian ditempatkan alat uji pada tempat


datar, bersih dan kering lalu segera lakukan pengujian;

3) Serum atau plasma dimasukkan 2 – 4 tetes (20 – 40 µL)


dimasukkan dengan menggunakan pipet ke dalam lubang
sampel “S”, atau sampel darah dimasukkan 2 tetes (20 µL) ke
59

dalam lubang sampel “S” lalu ditambahkan 2 tetes buffer;

4) Ditunggu selama 15 menit kemudian hasilnya dibaca.

g. NS-1

Prinsip

Membran alat dilapisi dengan anti NS-1 yang akan bereaksi dengan
antibodi di dalam serum. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya
garis warna merah pada tes dan kontrol.

Cara Kerja

1) Alat pemeriksaan NS-1 disiapkan pada temperatur ruang


sebelum digunakan dan diberikan label;

2) Kemasan dibuka kemudian ditempatkan alat uji pada tempat


datar, bersih dan kering lalu segera lakukan pengujian;

3) Serum atau plasma dimasukkan 3 tetes (75 µL) dimasukkan


dengan menggunakan pipet ke dalam lubang sampel “S”;

4) Ditunggu selama 15 menit kemudian hasilnya dibaca.

h. IgM Salmonella

Prinsip

Ketika partikel magnet yang diselimuti oleh antigen (s.typhi LPS)


dicampurkan dengan blue latex antibody-coated indicator particle
yang diselimuti oleh anti-s typhi LPS (O9) antibody, maka kedua
jenis partikel ini akan berikatan satu dengan yang lain. Ketika pada
akhir eksperimen tabung berbentuk V tempat terjadinya proses
reaksi diatas diletakan diatas magnet stand, maka antigen-coated
magnetic particle akan tersedimentasi dibawa tabung. Begitu juga
60

blue latex particle yang telah berikatan dengan antigen-coated


magnetic particle akan ikut tersedimentasi pada bagian bawah
tabung. Sehingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah.
Hal ini menunjukan tidak adanya anti- s typhi O9 antibodi pada
serum milik pasien dan hasil reaksi dikatakan negatif (pasien tidak
terindikasi menderita demam tifoid).

Cara Kerja

1) Disiapkan Reaction Well Stript

2) Ditambahkan 45 μl brown reagen;

3) Ditambahkan sampel sebanyak 45 μL;

4) Dicampurkan secara hati-hati dengan menyedot dan


mengeluarkan sebanyak 5 – 10 kali lalu inkubasi selama 2
menit;

5) Ditambahkan 90 μl blue reagent, lalu dihomogenkan;

6) Ditutup menggunakan sealing tape, homogenkan selama 2


menit pada posisi horizontal;

7) Diletakkan pada Reaction Well Stript pada Colour Scale,


dibiarkan selama 5 menit dan kemudian diamati hasilnya.

i. SARS CoV-2

Prinsip

Yaitu bekerja dengan cara mendeteksi struktur asing (dari virus,


bakteri, maupun patogen lain) yang dapat mencetuskan respons
imun tubuh. Sebagian besar rapid test antigen untuk covid- 19
menggunakan metode imunodeteksi sandwich dengan format tes
61

alur lateral yang umum dipakai untuk tes HIV, malaria, dan
influenza.

Cara Kerja

1) Cara Pengambilan Spesimen Swab Nasofaring

2) APD digunakan sesuai standar;

3) Digunakan swab yang terbuat dari dakron/rayon steril dengan


tangkai plastik atau jenis flocked swab (tangkai lebih lentur);

4) Dipastikan tidak ada obstruksi (hambatan pada lubang hidung);

5) Dimasukkan secara perlahan swab ke dalam hidung, pastikan


posisi swab pada septum bawah hidung, secara perlahan-lahan
ke bagian nasofaring;

6) Swab kemudian dilakukan gerak memutar secara perlahan.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Wakt u Pel aksa na an dan Jad wal Di n as

Waktu pelaksanaan dilakukan dari tanggal 02 Agustus 2023 s.d 31


Agustus 2023, kami melakukan kegiatan Praktik Belajar Klinik di RSAU dr.
M. Salamun yang berada di Jl. Ciumbuleuit. Dengan jadwal yang
ditetapkan petugas yaitu dari hari Senin s.d Jum’at pada pukul 07.00 s.d
17.00, tetapi kadang ada tambahan shift malam dan masuk pada hari
Sabtu dan Minggu di laboratorium IGD.

B. Ev al ua si Al ur Kerj a

Semua proses dan alur kerja di Laboratorium RSAU dr. M.


Salamun dari prosedur pra analitik, analitik dan pasca analitik sudah
berjalan sesuai dengan SOP yang berlaku, pelayanan laboratorium
central yang berjalan selama 10 jam perhari dan laboratorium IGD 14
jam perhari dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien.

Sistem pengumpulan sampel di Laboratorium RSAU dr. M.


Salamun masih dilakukan dengan manual, dimana pasien
berkonsultasi kepada dokter lalu dokter akan memberikan formulir
terkait pemeriksaan apa yang harus dilakukan nantinya, dokter akan
mengarahkan pasien untuk ke laboratorium dan hasil formulir
pemeriksaan yang di dapatkan dari laboratorium lalu dikonsultasikan
kembali kepada dokter.

Sebelum masuk ke ruangan dokter keluarga pasien harus


melakukan registrasi ke bagian administrasi, pembayaran biasa
dilakukan menggunakan kartu BPJS sebagai biaya administrasi

60
pelayanan kesehatan, setelah itu pasien akan diberikan nomor antrian
sehingga pasien dapat menunggu di ruang tunggu pelayanan.

60
64

C. Trou blesh o oting

Setiap laboratorium memiliki mekanisme dalam melakukan


pemecahan masalah akibat gangguan fungsi peralatan laboratorium,
pada kegiatan Praktik Belajar Klinik II di RSAU Dr.M.Salamun kami
tidak mengalami masalah atau gangguan fungsi peralatan
laboratorium (Troubleshooting) akan tetapi kami diberi tahu oleh
petugas laboratorium RSAU Dr.M.Salamun bagaimana cara menangani
masalah bila terjadi Troubleshooting di laboratorium, seperti :

1. Petugas laboratorium menangani masalah peralatan laboratorium


berdasarkan buku petunjuk troubleshooting masing-masing
peralatan laboratorium.

2. Jika gagal, petugas laboratorium melaporkan permasalahan


peralatan laboratorium ke IPSRS.

3. Petugas laboratorium memberikan informasi kepada pasien, dokter


pengirim dan Dokter SpPK bahwa terjadi permasalahan peralatan
laboratorium sehingga pemeriksaan laboratorium tidak dapat
dilakukan.

4. Petugas laboratorium melakukan penanganan dan pengirim


sampel pemeriksaan rujukan jika diperlukan.

5. Petugas laboratorium dan petugas IPSRS menangani masalah


peralatan laboratorium berdasarkan buku petunjuk troubleshooting
masing-masing perlatan laboratorium.

6. Jika gagal, petugas IPSRS menghubungi petugas peralatan


laboratorium untuk melakukan perbaikan.
65

7. Petugas peralatan laboratorium memberikan petunjuk penanganan


masalah via telepon atau datang langsung untuk menangani
masalah peralatan laboratorium.

Pet uga s lab ora to riu m ti da k perl u pan ic bi la terj ad i


tro ublesh oo ting

D. Val i d asi dan veri fi kasi

Proses validasi dan verifikasi metode dapat dilakukan oleh


personil laboratorium baik oleh analis, ataupun tim khusus yang
kompeten. Hal tersebut harus dilakukan demi memperoleh hasil
pengujian yang akurat dan maksimal sekaligus melakukan
pengembangan metode pengujian.

Dalam validasi dan verifikasi metode, terdapat empat tahapan yang


harus dilalui, yaitu :

1) Perencanaan

Pada tahap perencanaan, penting untuk mencari tahu metode


apa yang akan divalidasi. Kemudaian ditetapkan lingkungan
validasi, parameter analitik, dan kriteria batas keberterimaan,
serta disusun pula draf metode. Terdapat beberapa parameter
analitik validasi metode pengujian. Beberapa diantaranya adalah
akurasi, presisi, rangkaian batas deteksi, linieritas dan range,
robustness/ ruggednes, selektivitas/ spesifisitas,Quality qontrol
dan uncertainty.

2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksaan, meliputi pengumpulan data primer yang


66

objektif di laboratorium dan asesmen sistematik terhadap


kondisi yang berpengaruh pada hasil pengujian serta melakukan
perhitungan qualit qontrol pada etiap ala yang akan digunakan.

3) Pengolahan dan evaluasi data

Pada tahap ini dilakukan dengan membandingkan data yang


diperoleh terhadap toleransi penyimpangan, ketidakpastian,
keputusan hasil internal, dan komprasi hasil dari metode
maupun data dari laboratorium lain yang telah divalidasi.

4) Pelaporan (perekaman) hasil

Tahap terakhir, pernyataan hasil validasi metode dibuat denan


mencantumkan kesesuaian terhadap hasil yang telah
didapatkan lalu menuliskan hasil pada buku jurnal harian.

E. Man aj eme n Al at dan Bah an Lab o ra t ori u m

Pengelolaan laboratorium adalah upaya pengelolaan


laboratorium, seberapa baik suatu laboratorium dapat dikelola
ditentukan oleh sejumlah factor yang saling terkait.

Perawatan alat dapat dilakukan secara rutin dengan cara :

1. Sebelum alat digunakan harus diperiksa kelengkapannya


terlebih dahulu.

2. Dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan.


67

3. Setelah pemakaian, semua peralatan dibersihkan kembali dan


tidak dibersihkan disimpan alam kondisi kotor.

4. Kelengkapannya harus dicek terlebih dahulu sebelum disimpan.

5. Setiap perkakas yang agak rumit selalu ada buku petunjuk atau
petunjuk penggunaan.

Di laboratorium, penyimpanan reagen dan lingkungan


merupakan strategi perencanaan yang diterapkan untuk menyimpan
bahan dan zat dengan benar guna mengurangi risiko kecelakaan
laboratorium. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyimpanan bahan di laboratorium : keamanan yaitu bahan disimpan
dengan cara yang mudah ditemukan. Untuk memudahkan pencarian
bahan, harus diberi tanda, termasuk penggunaan label pada setiap
tempat penyimpanan bahan (lemari, rak atau laci), dan mudah dibawa.
Penyimpanan bahan memerlukan ruang dan peralatan penyimpanan
(Linawati, 2010). Untuk bahan-bahan, urutan abjad adalah tepat jika
bahan-bahan tersebut dikelompokkan menurut sifat fisik dan kimianya,
khususnya tingkat bahayanya untuk penggunaan.

F. Pem ant a pa n Mut u

Peningkatan mutu layanan pengujian memerlukan berbagai


upaya, salah satunya dengan melaksanakan kegiatan penjaminan
mutu. Peningkatan mutu laboratorium medik merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk menjamin keakuratan dan validasi hasil
pemeriksaan laboratorium. Kegiatan penjaminan mutu meliputi unsur-
unsur berikut:

1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)


68

PMI adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan


yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara
terus- menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi aktivitas:
tahap pra analitik, tahap analitik dan pasca analitik. Tujuan
yaitu sebagai berikut :

a) Pemantapan dan penyempurnaan metode


pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek
analitik dan klinis.

b) Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga


pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi dan
perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera.

c) Memastikan bahwa semua proses mulai dari


persiapan pasien, pengambilan, penyimpanan dan
pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan dan
pelaporan telah dilakukan dengan benar.

d) Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya.

e) Membantu perbaikan pelayanan penderita melalui


peningkatan mutu pemeriksaan laboratorium.

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

PME adalah kegiatan yang diselenggarakan secara


periodik oleh pihak lain diluar laboratorium yang
bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan
suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.

Pelaksanaan PME dengan mengikuti Program


Nasional Pemantapan Kualitas Laboratorium Kimia Klinik
69

(PNP LK-K) yang diadakan oleh Pusat Laboratorium


Departemen Kesehatan RI, PDS Patologi Klinik Pusat dan
PME regional dengan pelaksanaannya.

G. Ca pai a n Ko mp et ens i

NO Pemeriksaan Frekuensi
1 Hematologi
a. Darah Rutin 90
b. Darah Lengkap 90
c. LED 80
2 Kimia Klinik
a.Gula Darah 80
b.Cholestreol 70
c.SGOT 70
d. SGPT 70
e. Trigliserida 70
f. Asam Urat 60
g. Bilirubin direct 50
h. Bilirubin Indirect 50
i. Bilirubin Total 50
j. Ureum 75
k. Kreatinin 75
l. HDL 70
m. LDL 70
n. Elektrolit 85
o. HbA1c 50
4 Hemostasis
a. PT 65
b. APTT 65
3 Imunoserologi
a.Siphilis 75
b. HIV 60
c.HCV 70
d.NS1 50
e.Tubex 80
f.Widal 80
70

4 lain lain
a. Urine rutin 90
b. Urine Lengkap 90
c. Feases 85
d.BTA 40
BAB V

PENUTUP

A. Si mp ul an

Dari hasil praktek Belajar Klinik II (PBK) yang dilakukan di


laboratorium RSAU dr. M.Salamun terdapat pemeriksaan
hematologi, kimia klinik, pemeriksaan serologi, pemeriksaan
elektrolit.semua menggunakan alat otomatis, semi otomatis dan
manual untuk pemeriksaan menunjang kepastian hasil yang tidak
sesuai di alat. Kemudian kami mendapatkan banyak manfaat dari
PKL selama kurang lebih 1 bulan, yaitu :

1. penulis mendapatkan kesempatan untuk melatih dan menerapkan


langsung teori, konsep, atau prinsip yang telah dipelajari di
perkuliahan.

2. penulis dapat meningkatkan pengetahuan dan mengasah


keterampilan di bidang pemeriksaan Hematologi, Kimia Klinik,
Imunoserologi, Mikrobiologi, Bank Darah dengan ilmu yang tidak
pernah saya dapatkan sebelumnya di bangku kuliah saya.

3. penulis mendapatkan kesempatan untuk menjalankan proses


pengerjaan sampel menggunakan alat yang berada di
Laboratorium RSAU. Dr. M salamun

4. Menambah wawasan kami dalam menangani sampel baik secara


pra analitiknya, analitik dan pasca analitik.

5. Melatih rasa empati, simpati dan membangun solidaritas antar


rekan kerja serta para senior dilapangan sebagai tenaga kesehatan.

6. Mengasah cara berkomunikasi antar rekan kerja, para

71
senior,hingga kepada pasien, ataupun kepada sesama pekerja di
RSAU. Dr. M salamun, dengan tata krama yang baik.

72
73

B. Sa ran

Pemeriksaan laboratorium klinik adalah salah satu ilmu yang


begitu penting dalam ilmu kesehatan, jadi sangatlah penting untuk
diketahui dan dipelajari.namun yang kami bahas disini hanya
sebatas pada pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat saya lakukan
selama praktek kerja lapangan berlangsung. Oleh karena itu, saya
berharap agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih di
kampus, tentang segala pemeriksaan yang ada pada Laboratorium
RSAU dr.M.Salamun, serta dengan menggunakan alat yang lebih
lengkap di kampus.
74

DAFTAR PUSTAKA

Khairani, N. (2017). SOP RSAU dr. M. Salamun.

M.Salamun, R. d. (2017). PEDOMAN MANAJEMEN SUMBER DAYA


MANUSIARSAU dr. M. SALAMUN.

M.Salamun, R. d. (2024). Denah Rumah Sakit.

Oktavian, D. (2019). Praktik Kerja Lapangan RSAU dr. M.

Suryono, A. N. (2017). BAB III Laboratorium.


75
76

LAMPIRAN

No Gambar Alat Keterangan

1 Kulkas penyimpanan reagen

2 Kulkas penyimpanan sampel


77

3 Tempat Sampling

4 Mikroskop

5 Pemeriksaan Urine
78

6 Alat Pemeriksaan Hematologi

7 Alat pemeriksaan Kimia

8 Alat Pemeriksaan PT/APTT


79

9 Alat Pemeriksaan AGD

10 Alat Pemeriksaan Elektrolit

11 Formulir pemeriksaan

Tabel 5. 1 Lampiran

Anda mungkin juga menyukai