Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)


KABUPATEN KARANGANYAR

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PERIODE I (27 FEBRUARI – 25 MARET 2017)

OLEH

ANNISA LUXFIATY A101.18.003


FAJARWATI A101.18.014
ADHE KURNIAWATI PUTRI A102.10.001
APFIA KARISMATIKA A102.10.007
LOIS WIDIYASTUTI A102.10.038
SITI HAFIFAH A102.10.060

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2017
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
KABUPATEN KARANGANYAR

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PERIODE I (27 FEBRUARI – 25 MARET 2017)

OLEH

ANNISA LUXFIATY A101.18.003


FAJARWATI A101.18.014
ADHE KURNIAWATI PUTRI A102.10.001
APFIA KARISMATIKA A102.10.007
LOIS WIDIYASTUTI A102.10.038
SITI HAFIFAH A102.10.060

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2017

i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
KABUPATEN KARANGANYAR

Disusun oleh :

ANNISA LUXFIATY A101.18.003


FAJARWATI A101.18.014
ADHE KURNIAWATI PUTRI A102.10.001
APFIA KARISMATIKA A102.10.007
LOIS WIDIYASTUTI A102.10.038
SITI HAFIFAH A102.10.060

Telah disetujui untuk diajukan


pada Ujian Praktek Kerja Lapangan

Clinical Instructor (CI) Clinical Teacher (CT)

dr. Niniek Yusida, Sp. Pk., M.Sc. Ardy Prian N, S.Pd Bio.,
M.Si..

ii
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
KABUPATEN KARANGANYAR
Disusun oleh :

ANNISA LUXFIATY A101.18.003


FAJARWATI A101.18.014
ADHE KURNIAWATI PUTRI A102.10.001
APFIA KARISMATIKA A102.10.007
LOIS WIDIYASTUTI A102.10.038
SITI HAFIFAH A102.10.060

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan telah


dinyatakan memenuhi syarat/ sah

Pada tanggal :

Susunan Tim Penguji :

dr. Niniek Yusida, Sp. Pk., M.Sc.

Ardy Prian N, S.Pd Bio., M.Si.

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Analis Kesehatan

Ardy Prian N, S.Pd Bio., M.Si.

iii
MOTTO

Just go with the flow

Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan


selama ada komitmen bersama untuk
menyelesaikannya.

Mengeluh tidak akan menyelesaikan apapun

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan sebagai hasil mengikuti Praktek

Kerja Lapangan di RSUD Karanganyar. Laporan ini disusun guna untuk

menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan di STIKES

Nasional Surakarta.

Penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun berdasarkan prosedur

pemeriksaan laboratorium yang sangat berperan dalam menunjang pemahaman

pembaca terhadap konsep yang ada. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini tidak

lepas dari bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari pihak-pihak yang terlibat

didalamnya. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan rahmat dan anugerah-Nya

untuk mempermudah penulis dalam berbagai hal dalam penyusunan laporan

Praktek Kerja Lapangan.

2. dr. Niniek Yusida, Sp. Pk., M.Sc.selaku kepala instalasi laboratorium RSUD

Karanganyar yang telah berkenan memberikan kesempatan serta membantu

dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan.

3. Ardy Prian N, S.Pd Bio., M.Si.. selaku Clinical Teacher yang telah

membimbing dan memberikan motivasi selama penyusunan laporan Praktek

Kerja Lapangan.

v
4. Yuli Mardiyastuti, S.Pd selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan dengan sabar selama penulisan laporan Praktek

Kerja Lapangan.

5. Staff laboratorium di laboratorium RSUD Karanganyar yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan bantuan saat penulis mengikuti Praktek Kerja

Lapangan.

6. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan semangat baik moral maupun

materiil sehingga dapat terselesaikannya laporan Praktek Kerja Lapangan.

7. Sahabat dan rekan mahasiswa seperjuangan dan semua pihak yang ikut

berperan membantu penulis dalam menyelesaikan laporan Praktek Kerja

Lapangan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan

ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan

kritikan yang bersifat membangun bagi kesempurnaannya. Akhir kata penulis

berharap semoga laporan Praktek Kerja Lapangan ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, Maret 2017

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PESETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan 2
C. Waktu Pelaksanaan 2
D. Profil Lahan PKL 3
1. Profil RSUD Karanganyar 3
a. Sejarah 3
b. Lokasi 5
c. Visi 5
d. Misi 5
e. Motto 5
2. Gambaran Umum RSUD Karanganyar 6
3. Sumber Daya Manusia 6
4. Jenis – Jenis Pelayanan Rumah Sakit di RSUD
Karanganyar 7
5. Profil Laboratorium 8

PEMERIKSAAN BTA
BAB II TINJAUAN PROSEDUR 11
A. Ilustrasi Prosedur 11
B. Uraian Prosedur 11
1. Prosedur pemeriksaan sputum dengan pulasan
Ziehl-Neelsen 11
a. Prosedur Pembuatan Sediaan Dahak 11
b. Prosedur Pewarnaan 12
c. Pelaporan Hasil 14
C. Identifikasi 14
D. Pembatasan Masalah 14
E. Rumusan Masalah 14
BAB III ANALISIS 15
A. Tinjauan Teori 15
B. Analisis SWOT 15
1. Strength 16
2. Weakness 16
3. Opportunity 17

vii
4. Threat 17
C. Pembahasan 17
BAB IV PENUTUP 22
A. Simpulan 22
B. Saran 22
Daftar Pustaka

PEMBACAAN HASIL PEMERIKSAAN HIV (HUMAN


IMUNODEFICIENCY VIRUS) METODE RAPID TEST
BAB II TINJAUAN PROSEDUR 23
A. Ilustrasi Prosedur 23
B. Uraian Prosedur 23
1. Tujuan 23
2. Cara Kerja Pemeriksaan HIV Rapid Test di RSUD
Karanganyar 23
C. Identifikasi 25
D. Pembatasan Masalah 26
E. Rumusan Masalah 26
BAB III ANALISIS 27
A. Tinjauan Teori 27
1. AIDS 27
2. Pemeriksaan 28
B. Analisis SWOT 31
1. Strength 31
2. Weakness 31
3. Opportunity 31
4. Threat 31
C. Pembahasan 31
BAB IV PENUTUP 33
A. Simpulan 33
B. Saran 33
Daftar Pustaka

PENTINGNYA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS URIN UNTUK


MENDUKUNG HASIL URINALISA RUTIN METODE CARIK CELUP
(DIPSTICK)
BAB II TINJAUAN PROSEDUR 34
A. Ilustrasi Prosedur 34
B. Uraian Prosedur 34
1. Faktor Pra Analitik 35
2. Faktor Analitik 38
3. Faktor Post Analitik 39
C. Identifikasi 40
D. Pembatasan Masalah 40
E. Rumusan Masalah 40
BAB III ANALISIS 41

viii
A. Tinjauan Teori 41
B. Analisis SWOT 55
1. Strength 55
2. Weakness 55
3. Opportunity 55
4. Threat 55
C. Pembahasan 55
BAB IV PENUTUP 57
A. Simpulan 57
D. Saran 57
Daftar Pustaka

PEMERIKSAAN NARKOBA METODE RAPID TEST


BAB II TINJAUAN PROSEDUR 58
A. Ilustrasi Prosedur 58
B. Uraian Prosedur 59
1. Pra Analitik 59
2. Analitik 60
3. Post Analitik 61
B. Identifikasi 62
C. Pembatasan Masalah 63
D. Rumusan Masalah 64
BAB III ANALISIS 65
A. Tinjauan Teori 65
B. Analisis SWOT 67
1. Strength 67
2. Weakness 67
3. Opportunity 67
4. Threat 68
C. Pembahasan 68
BAB IV PENUTUP 73
A. Simpulan 73
B. Saran 73
Daftar Pustaka

PEMERIKSAAN GLUKOSA DENGAN METODE GOD-PAP DENGAN


ALAT AUTOMATIC ANALYZER
BAB II TINJAUAN PROSEDUR 74
A. Ilustrasi Prosedur 74
B. Uraian Prosedur 74
1. Pra Analitik 75
2. Analitik 79
3. Post Analitik 80
C. Identifikasi 80
D. Pembatasan Masalah 80
E. Rumusan Masalah 81

ix
BAB III ANALISIS 82
A. Tinjauan Teori 82
B. Analisis SWOT 87
1. Strength 87
2. Weakness 87
3. Opportunity 87
4. Threat 87
C. Pembahasan 88
BAB IV PENUTUP 90
A. Simpulan 90
B. Saran 90
Daftar Pustaka

PEMERIKSAAN UJI SILANG REAKSI (CROSSMATCH) METODE GEL


TES (DIAMED)
BAB II TINJAUAN PROSEDUR 91
A. Ilustrasi Prosedur 91
B. Uraian Prosedur 91
1. Pra Analaitik 92
2. Analitik 95
3. Post Analitik 97
C. Identifikasi 97
D. Pembatasan Masalah 97
E. Rumusan Masalah 97
BAB III ANALISIS 98
A. Tinjauan Teori 98
B. Analisis SWOT 100
1. Strength 100
2. Weakness 100
3. Opportunity 101
4. Threat 101
C. Pembahasan 101
BAB IV PENUTUP 105
A. Simpulan 105
B. Saran 105
Daftar Pustaka

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Struktur Organisasi Laboratorium dan Bank Darah 10


Tabel 2 Interpretasi Hasil Golongan Darah ABO 95
Tabel 3 Interpretasi hasil Crossmatch 103
Tabel 4 Reaksi Pemeriksaan Crossmatch Pada Metode Gel
(DIAMED) 103

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pemeriksaan diagnosa AIDS strategi II 30


Gambar 2 Urometer 120 42
Gambar 3 UroColorTM 10 Test Strips for Urinalysis 43
Gambar 4 Mikroskop 47
Gambar 5 Sel Epitel Skuamosa 48
Gambar 6 Sel Leukosit dan Sel Eritrosit 49
Gambar 7 Silinder Hialin 50
Gambar 8 Silinder Berbutir 50
Gambar 9 Silinder Eritrosit 51
Gambar 10 Silinder Leukosit 51
Gambar 11 Oval Fat Bodies 52
Gambar 12 Asam Urat 53
Gambar 13 Kalsium Oksalat 53
Gambar 14 Triple Fosfat 53
Gambar 15 Cystine 54
Gambar 16 Tyrocine dan Leucine 54
Gambar 17 ID Centrifuge dan ID Incubator 99
Gambar 18 Gel Tes (DIAMED) 100
Gambar 19 Reaksi Pemeriksaan Crossmatch Pada Metode Gel Tes
(DIAMED) 104

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin pesat pada masa kini terutama

di bidang kesehatan menuntut sumber daya yang berkembang serta profesional

salah satunya adalah tenaga analis kesehatan. Tenaga analis kesehatan

merupakan profesi yang bergerak dalam lingkup laboratorium. Ketrampilan

dan keahlian merupakan modal utama yang harus ditingkatkan dalam

profesionalitas. Profesionalisme tersebut dapat tercapai dengan cara

peningkatan mutu baik teori maupun praktiknya.

Peningkatan mutu tenaga analis kesehatan sejalan dengan visi dan

misiSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional Surakarta.Visi Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Nasional Surakarta yaitu menjadi pusat pengembangan

pendidikan tenaga kesehatan yang terpercaya di tingkat regional pada tahun

2025. Misi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional Surakarta yaitu

menyediakan sumber daya pengembangan pendidikan tenaga kesehatan yang

berkualitas, mewujudkan tata kelola organisasi yang baik (good governance)

dengan menerapkan sistem penjaminan mutu yang transparan dan akuntabel,

menghasilkan tenaga kesehatan yang berkompeten, berdaya saing dan

berkarakter. Maka dari itu wajib dilaksanakan suatu kegiatan guna melatih

profesionalitas tenaga analis kesehatan melalui Praktik Kerja Lapangan.


Praktik Kerja Lapangan bertujuan meningkatkan mutu analis kesehatan

sebelum terjun langsung dalam dunia kerja, sebagai wadah untuk menerapkan

teori yang sudah diperoleh selama perkuliahan dalam dunia kerja yang

sesungguhnya, meningkatkan mutu dalam keterampilan analis, sekaligus

belajar dalam bidang manajemen, hubungan kerja serta interpersonal.

Berdasarkan latar belakang tersebut Rumah Sakit Umum Daerah

Karanganyar dipilih sebagai lahan Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional Surakarta.Diharapkan mahasiswa

dapat memperoleh pembelajaran di bidang praktik laboratorium sekaligus

mendalami teori yang pernah diperoleh.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Sebagai salah satu syarat kelulusan untuk mencapai gelar Ahli Madya.

2. Sebagai sarana pelatihan kepada mahasiswa agar dapat mengaplikasikan

semua teori yang selama ini telah didapat dalam perkuliahan dan

menerapkan secara menyeluruh kepada masyarakat.

3. Sarana dalam meningkatkan kemampuan baik attitude (tata krama),

knowledge (pengetahuan) dan skill (keterampilan).

C. Waktu Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar Periode

I dilaksanakan pada 27 Februari - 25 Maret 2017.


D. Profil Lahan PKL

1. Profil RSUD Karanganyar

a. Sejarah

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar

merupakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten

Karanganyar.Rumah sakit ini pada hakekatnya berawal dari sebuah

Rumah Bersalin (RB) bernama RB “Kartini” yang didirikan pada

tanggal 21 April 1960 oleh tokoh-tokoh masyarakat di Karanganyar,

yang pada waktu itu dipimpin oleh Bapak Narjo Adirejo selaku Bupati

Kepala Daerah Tk.II Kabupaten Karanganyar saat itu.

Tahun 1964 masyarakat Kabupaten Karanganyar difasilitasi oleh dr.

Tan Tiauw An sebagai Kepala DKR Kabupaten Dati II

Karanganyarmulai bergotong royong membangun Rumah Sakit yang

berlokasi di Jetu (sekarang Jl. Lawu).Pembangunan tersebut mendapat

respon dan dukungan dari Pemerintah Daerah pada waktu itu.Kemudian

ditentukan lokasi Rumah Sakit berada di sebelah barat RB “Kartini”

dengan memanfaatkan tanah yang masih kosong. Penentuan lokasi pada

waktu itu dinilai sangat menguntungkan, karena lokasi yang strategis,

berada di sisi timur Kota Karanganyar akses jalan mudah, dapat

dijangkau masyarakat luas, suasana sangat tenang, dan pasien yang

berobat tidak terganggu dan pasien yang menginap/opname dapat

beristirahat dengan tenang.


Tanggal 6 Juni 1965 BP tersebut pindah di Rumah Sakit yang telah

dibangun, Rumah Sakit tersebut gabungan antara RB Kartini (swasta)

yang letaknya bersebelahan dengan Rumah Sakit. Jumlah TT (tempat

tidur) sebanyak 34 buah, dan mulai saat itu nama Rumah Sakit menjadi

“RUMAH SAKIT BERSALIN KARTINI”. Tahun 1970 Rumah Sakit

Bersalin Kartini dijadikan Rumah Sakit Kartini dengan jumlah

karyawan 20 orang, dan jumlah tempat tidur 80 – 100 TT, yang

dikepalai dr. Srijanto Hardjomigoeno.

Kabupaten Karanganyar saat itu hanya mempunyai 2 (dua) dokter,

yaitu dr. Tan Tiauw An selaku Kepala DKR Kabupaten Karang anyar

dan yang kedua dr. Migoeno sebagai kepala RSU Kartini, bidan baru

ada 4 orang dengan dibantu beberapa menteri kesehatan. Kasus penyakit

terbanyak yang terjadi setelah RSU Kartini berdiri adalah penyakit

infeksi dan penyakit diare. Penyakit ini memuncak pada tahun 1970an

di Kabupaten Karanganyar.

Peningkatan kebutuhan masyarakat akan kuantitas dan kualitas

pelayanan menyebabkan Pemerintah Daerah Karanganyar

merencanakan pemindahan RSUD ke lokasi yang lebih luas. Mengingat

pengembangan tak mungkin dapat dilakukan di lokasi lama (Jl. Lawu),

maka pada tanggal 11 Maret 1995 RSUD pindah di jalan Yos Sudarso,

Jengglong, Bejen, Karanganyar.

Saat ini, perkembangan RSUD Kabupaten Karanganyar memenuhi

syarat menjadi RSU kelas C berdasarkan analisis organisasi, fasilitas


dan kemampuan, dan dikukuhkan dengan Keputusan Menkes Republik

Indonesia Nomor 009-1/MENKES/1/1993, serta dalam rangka

meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan secara lebih akuntabel,

transparan, efektif, dan efisien, Satuan Kerja Perangkat Daerah Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar. Telah memenuhi

persyaratan teknis, administratife, dan substantife, sesuai ketentuan

yang berlaku untuk ditetapkan menjadi RSUD dengan pola pengelolaan

keuangan (PPK) BLUD berdasarkan SK bupati 445/149 Nomor 445/149

Tahun 2009.

b. Lokasi

Jalan Yos Sudarso, Jengglong, Bejen, Karanganyar.

c. Visi

Rumah Sakit Umum Daerah Pilihan Masyarakat Berstandar Nasional

d. Misi

1) Memberikan pelayanan kesehatan professional

2) Meningkatkan kompetensi dan komitmen SDM

3) Memenuhi sarana dan prasarana sesuai kebutuhan masyarakat

4) Meningkatkan kemandirian, transparasi, dan akuntabel

5) Mengembangkan pelayanan unggulan

e. Motto

Sehat Adalah Keutamaan Kami


2. Gambaran Umum RSUD Karanganyar

Bangunan RSUD Karanganyar memiliki luas tanah 63.337 m2 dan

luas bangunan 16.283 m2. RSUD Karanganyar memiliki prasarana berupa

lahan parkir dengan luas 5000 m2, daya listrik sebesar 350 Kva, Generator

sebesar 250 Kva dan 80 Kva, Pengelolaan limbah berupa IPAL dan

Insenerator, sumber air didapatkan dari PAM dan sumur dalam, sarana

komunikasi berupa telepon central dengan pesawat, mempunyai mobil

Ambulance sebanyak 3 unit dan mobil Jenazah sebanyak 1 unit.

3. Sumber Daya Manusia

RSUD Karanganyar memiliki total karyawan sebanyak 519 Orang, dengan

Status Kepegawaian PNS sebanyak 416 Orang dan Non PNS sebanyak 103

Orang. Berikut adalah Diferensiasi Tenaga Kerja di RSUD Karanganyar :

a. Dokter Umum 13 Orang

b. Dokter Gigi 2 Orang

c. Dokter Spesialis 25 Orang

d. Perawat 165 Orang

e. Ners 28 Orang

f. Perawat Gigi 3 Orang

g. Bidan 61 Orang

h. Kefarmasian 22 Orang

i. Apoteker 7 Orang

j. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2 Orang

k. Administrasi 3 Orang
l. Kesehatan Lingkungan 7 Orang

m. Gizi 4 Orang

n. Fisioterapi 11 Orang

o. Radiografer 7 Orang

p. Teknis Elektromedi & MR 18 Orang

q. Analis Kesehatan 17 Orang

r. TU 19 Orang

s. Sopir 5 Orang

t. Keuangan 20 Orang

u. Tenaga Non Kesehatan 80 Orang

4. Jenis-jenis Pelayanan Rumah Sakit di RSUD Karanganyar

a. Pelayanan Gawat Darurat

b. Pelayanan Rawat Jalan

c. Pelayanan Rawat Inap

d. Pelayanan Bedah

e. Pelayanan Persalinan dan Perinatologi

f. Pelayanan Intensif

g. Pelayanan Radiologi

h. Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik

i. Pelayanan Rehabilitasi Medik

j. Pelayanan Elektromedik

k. Pelayanan Farmasi

l. Pelayanan Gizi
m. Pelayanan Transfusi Darah

n. Pelayanan Keluarga Miskin

o. Pelayanan Rekam Medik

p. Pelayanan Limbah

q. Pelayanan Administrasi Manajemen

r. Pelayanan Ambulance/ Kereta Jenazah

s. Pelayanan Pemulasaran Jenazah

t. Pelayanan Laundry

u. Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

5. Profil Laboratorium

a. Laboratorium

Instalasi laboratorium rumah sakit merupakan salah satu sarana

penunjang diagnostik yang mempunyai kedudukan fungsi dan peran

penting bagi tercapainya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

b. Visi

Menjadi layanan utama pilihan masyarakat dan rujukan dalam

pelayanan laboratorium klinik yang berstandart nasional.

c. Misi

1) Menyelenggarakan pelayanan laboratorium klinik yang prima

dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.

2) Menerapkan pelayanan laboratorium klinik sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung oleh

sumber daya manusia yang profesional.


3) Membangun kemitraan dengan semua pihak yang terkait dengan

pelayanan laboratorium klinik.

d. Motto

“Ketelitian dan ketepatan dalam bekerja mengiringi langkah kami terus

berkembang dan dapat dipercaya.”

e. Tujuan Laboratorium

Terselenggaranya pelayanan laboratorium yang cepat, akurat dan

profesional.

f. Cakupan Pemeriksaan

1) Pemeriksaan Hematologi yang meliputi: Hemoglobin, Hitung

Jumlah Sel (Eritrosit, Leukosit, Trombosit), Hematokrit, Diffcount,

Index Erytrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju Endap Darah (LED),

Bleeding Time, Cloothing Time, Gambaran Darah Tepi, PT, dan

APTT.

2) Pemeriksaan Kimia Darah yang meliputi: Glukosa darah (Glukosa

sewaktu, puasa, 2 jam PP), Kolesterol total, Trigliserid, Kolesterol

HDL, Kolesterol LDL, Albumin, Globulin, Asam urat, Ureum,

Kreatinin, ALP, Gamma GT, SGOT, SGPT, Bilirubin total,

Bilirubin direct, Bilirubin indirect, dan Analisis Gas Darah.

3) Pemeriksaan Imunoserologi yang meliputi: Golongan Darah

(Forward grouping dan Reverse grouping), Widal, Tes kehamilan,

HbSAg, HIV, dan Narkoba.


4) Pemeriksan Urinalisa Rutin meliputi makroskopis urine,

mikroskopis urine, dan kimia urine (berat jenis, pH, glukosa,

protein, benda keton, darah, bilirubin, urobilinogen, nitrit, leukosit).

5) Pemeriksaan Faeces Rutin meliputi makroskopis dan mikroskopis.

6) Pemeriksaan Mikrobiologi yang meliputi: Pemeriksaan

Sputum/BTA, Pengecatan KOH dan Pengecatan Gram (Sumber :

Bagian Diklat RSUD Karanganyar, 2009)

Direktur

Kepala Instalasi Laboratorium


Ptologi Klinik

Koordinator Pelayanan Koordinator Bank Darah


Laboratorium Rumah Sakit

Analis

Tabel 1. Struktur Organisai Laboratorium dan Bank Darah

(Sekretariat Laboratorium RSUD Surakarta, 2017)


DAFTAR PUSTAKA

Bagian Diklat RSUD Karanganyar. 2009. Pofil RSUD Karanganyar. Hal 1-16.

Sekretariat Laboratorium RSUD Karanganyar. 2017.

SK Bupati Karanganyar No. 445/296. 2009.


PENTINGNYA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS URIN
UNTUK MENDUKUNG HASIL URINALISA RUTIN
METODE CARIK CELUP (DIPSTICK)

OLEH :
ADHE KURNIAWATI PUTRI
NIM A102.10.001

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2017
BAB II

TINJAUAN PROSEDUR

A. Ilustrasi Prosedur

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar merupakan

rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. RSUD

Karanganyar memiliki instalasi laboratorium yang merupakan inslatasi

penunjang diagnostik yang mempunyai kedudukan fungsi dan peran penting

bagi tercapainya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan di Laboratorium RSUD

Karanganyar adalah urinalisa rutin. Urinalisa rutin merupakan pemeriksaan

dengan bahan pemeriksaan yang mudah didapatkan dan cara kerja yang tidak

rumit. Pemeriksaan urinalisa rutin dilakukan dengan tujuan untuk evaluasi

gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan hematologi, infeksi

saluran kemih, diabetes mellitus dan skrining terhadap status kesehatan umum

(Kementrian Kesehatan, 2011). Pemeriksaan urinalisa rutin dapat dilakukan

dengan metode dipstick atau carik celup dan metode standar (Indranila, K. S.,

dan Puspito, L., 2012).

B. Uraian Prosedur

Pemeriksaan urinalisa rutin meliputi pemeriksaan makroskopis,

mikroskopis dan kimia urin. Pemeriksaan makroskopis meliputi penilaian

terhadap warna urin, kejernihan urin dan bau urin. Pemeriksaan kimia urin
dilakukan untuk menilai berat jenis, pH, glukosa, protein, benda keton, darah,

bilirubin, urobilinogen, nitrit, leukosit Pemeriksaan mikroskopis dilakukan

untuk menilai unsur-unsur sedimen urin yang terdiri dari unsur organik yaitu

sel eritrosit, sel leukosit, sel epitel, sel silinder, dan unsur anorganik lain.

Pemeriksaan mikroskopis dapat menjadi konfirmasi dari hasil pemeriksaan

dengan stik urin metode carik celup dan dapat mengetahui adanya kristal atau

unsur lain yang terkandung dalam urin (Gandasoebrata, R., 2013).

Faktor-faktor yang menentukan ketepatan dan ketelitian hasil dari suatu

pemeriksaan terbagi menjadi tiga yaitu faktor pra analitik, faktor analitik, dan

faktor post analitik.

1. Faktor pra analitik

Faktor pra analitik merupakan faktor yang mempengaruhi sebelum

pemeriksaan dilakukan, misalnya persiapan pasien, pengisian formulir

permintaan pemeriksaan, cara pengambilan spesimen, cara penyimpanan

spesimen dan cara pengiriman spesimen.

Cara penampungan sampel urin yang akan dilakukan pemeriksaan:

a. Urin yang digunakan adalah urin pagi, yaitu urin yang pertama kali

dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari

urin yang dikeluarkan pada waktu siang hari sehinggal baik untuk

pemeriksaan sedimen urin, berat jenis, protein dan baik juga digunakan

untuk tes kehamilan berdasarkan adanya HCG dalm urin.


b. Menyiapkan wadah sampel urin yang bersih, kering, bermulut lebar,

memiliki penutup wadah dengan tutup ulir, dapat menampung urin

dengan volume 300 mL

c. Sampel urin yang sudah ditampung segera dilakukan pemeriksaan dan

hindari pengaruh dari sinar matahari.

(Gandasoebrata, R., 2013)

Penundaan waktu pada pemeriksaan sampel urin menurut Clinical and

Laboratory Standard Institute (CLSI) menganjurkan pemeriksaan urin

paling lambat 2 jam dari waktu dikemihkan. Urin yang ditunda

pemeriksaannya tanpa ditambahkan zat pengawet akan menurunkan

kualitas hasil pemeriksaan terutama jumlah sel eritrosit (Ariyadi, 2016).

Urin yang sudah ditampung dianjurkan untuk segera dilakukan

pemeriksaan karena urin yang disimpan akan mempengaruhi susunan yang

disebabkan oleh bakteri. Bakteri akan mengurai ureum dengan membentuk

amoniak dan karbondioksida. Ammonium menyebabkan pH urin menjadi

basa dan menyebabkan pengendapan calsium dan magnesiumfosfat. Reaksi

basa dapat merusak silinder. Sebagian dari amoniak hilang ke udara

sehingga urine tidak dapat dipakai untuk penetapan ureum. Glukosa akan

dicerai oleh bakteri sehingga hilang dari urin. Bahan pengawet digunakan

untuk menghambat pertumbuhan susunan bakteri. Ada bermacam–macam

bahan pengawet urin yang dipakai secara universal untuk menghindari urin

dari segala macam perubahan yang mungkin terjadi yaitu:

a. Toluene
Pengawet ini banyak dipakai karena sifatnya all around yang

berfungsi untuk menghambat perombakan urin oleh kuman, lebih-lebih

dalam keadaan dingin. Baik dipakai untuk pengawet glukosa, aseton dan

asam aseto asetat. Pakailah sebanyak 2-5 mL toluene untuk

mengawetkan urin 24 jam. Campur baik-baik setiap kali ditambahkan

urin.

b. Thymol

Satu butir thymol sebagai pengawet mempunyai daya seperti

toluene. Jumlah thymol yang terlalu banyak akan menyebabkan hasil

positif palsu pada reaksi terhadap proteinuria dengan cara pemanasan

dengan asam asetat.

c. Formaldehida

Pengawet ini khusus dipakai untuk mengawetkan sedimen untuk

penilaian kuantitatif atas unsur-unsur dalam sedimen. Pakailah sebanyak

1-2 mL larutan formaldehida 40 % untuk mengawetkan urin 24 jam.

Campur baik-baik setiap kali ditambahkan urin.

d. Asam sulfat pekat

Pengawet ini digunakan untuk mengawetkan urin pada saat

penetapan kuantitatif calcium, nitrogen dan kebanyakan zat organik

lainnya. Jumlah yang harus diberikan adalah hingga pH urin tetap lebih

rendah dari 4,5 (kontrol dengan nitrazin).

e. Natrium karbonat
Pengawet ini khusus digunakan untuk mengawetkan urobilinogen

jika hendak menentukan ekskresinya per 24 jam. Masukkanlah

kira-kira 5 gram natrium karconat dalam botol penampung bersama

dengan beberapa mL toluene.

(Ariyadi, 2016).

Pengiriman sampel urin dilakukan dengan menggunakan cool box

(2-8 0C), kecuali apabila waktu perjalanan yang diperlukan kurang dari 1

jam (Reyhan, 2015).

2. Faktor analitik

Faktor analitik merupakan faktor yang mempengaruhi saat pemeriksaan

dilakukan, misalnya dipstick yang digunakan, lamanya centrifugasi sampel

urin dan metode pemeriksaan yang digunakan.

Cara kerja pemeriksaan urinalisa rutin metode dipstick atau carik celup

dengan menggunakan Urometer 120:

a. Menghidupkan alat dengan cara menekan tombol power on/off yang

terletak pada belakang alat kemudian enter dua kali

b. Menyiapkan urin yang akan dilakukan pemeriksaan

c. Mengambil satu stik urocolor yang akan digunakan, kemudian

dimasukkan ke dalam sampel urin selama beberapa detik, tiriskan stik

pada wadah urin

d. Meletakkan stik urocolor pada sensor alat

e. Alat akan menginkubasi selama 30 detik, kemudian hasil pemeriksaan

akan keluar pada LCD dan dalam bentuk print out.


Cara kerja pemeriksaan mikroskopis urin:

a. Menghomogenkan wadah urin supaya sampel urin tercampur merata

b. Memindahkan sampel urin dari wadah urin ke dalam tabung reaksi

untuk dilakukan sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan

1500 – 2000 rpm

c. Menuangkan cairan bagian atas urin dengan gerakan cepat dan tepat,

kemudian menegakkan kembali tabung sehingga didapatkan sisa cairan

yang terdapat pada bagian dasar tabung

d. Mengoocok tabung untuk meresuspensikan spesimen

e. Meneteskan sedimen urin yang didapat dengan menggunakan pipet tetes

sebanyak 2 tetes secara terpisah ke atas kaca objek dan tutup dengan

kaca penutup

f. Memeriksa sedimen urin dengan mikroskop perbesaran 10x kemudian

40x

g. Melaporkan pendapat mengenai unsur sedimen secara semikuantitatif

(Gandasoebrata, 2013).

3. Faktor post analitik

Faktor post analitik merupakan faktor yang mempengaruhi setelah

pemeriksaan dilakukan, misalnya pencatatan dan pelaporan hasil.

C. Identifikasi
Pemeriksaan urinalisa rutin menggunakan dipstick atau metode carik celup

didapatkan hasil pada parameter blood atau darah dan leukosit hanya

mengeluarkan hasil positif (+) atau negatif (-) saja. Untuk bkristal urin dan

unsur-unsur lain tidak dapat terbaca dengan metode dipstick, oleh karena itu

pemeriksaan urinalisa rutin metode carik celup perlu mengkonfirmasi dengan

pemeriksaan mikroskopis urine dengan tujuan untuk mendapatkan nilai

sesungguhnya pada parameter blood dan leukosit, serta mengetahui kristal dan

unsur-unsur lain yang terdapat di dalam sampel urin.

D. Pembatasan Masalah

Penulis ingin mengetahui pentingnya pemeriksaan mikroskopis urin untuk

mengkonfirmai hasil pemeriksaan urinalisa rutin metode dipstick menggunakan

alat Urometer 120.

E. Rumusan Masalah

Apakah pemeriksaan mikroskopis urin sangat diperlukan untuk mendukung

pemeriksaan urinalisa rutin metode dipstick menggunakan alat Urometer 120?


BAB III

ANALISIS

A. Tinjauan Teori

Urin atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang

kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisa. Ekskresi

urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang

disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam

mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena

sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin (Corwin,

2000).

Urinalisis adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang penting untuk

menegakkan berbagai diagnosis. Banyak produk akhir metabolism dan berbagai

zat lainnya diekskresikan melalui urin. Pemeriksaan urinalisis selain

memberikan indikasi kondisi ginjal sebagai organ ekskresi, juga mampu

meberikan indikasi berbagai kondisi sistemik seseorang (Indranila, dan Puspito,

2012).

Pemeriksaan urin rutin yang biasa disebut pemeriksaan penyaring adalah

beberapa macam pemeriksaan yang dianggap dasar bagi pemeriksaan

selanjutnya (Gandasoebrata, 2013). Ada beberapa metode pemeriksaan urin

yang biasa dilakukan, antara lain metode dipstick atau carik celup dan metode

standar.
1. Pemeriksaan Carik Celup atau dipstick

Pemeriksaan carik celup merupakan pemeriksaan yang sangat cepat,

mudah dan spesifik. Carik celup berupa secarik plastik kaku yang pada

sebelah sisinya dilekati dengan satu sampai sembilan kertas isap atau bahan

penyerap lain yang masin-masing mengandung reagen-reagen spesifik

terhadap salah satu zat yang mungkin ada dalam urin. Adanya dan

banyaknya zat yang dicari ditandai oleh perubahan warna tertentu pada

bagian yang mengandung reagen spesifik, skala warna yang menyertai carik

celup memungkinkan penilaian semikuantitatif.

Gambar 2. Urometer 120


(Dokumentasi pribadi)

Meskipun sensitif dan spesifik, pemakaian carik celup menghendaki

agar cara memakainya mengikuti petunjuk-petunjuk pemakaian. Apabila

tidak mengikutinya dengan seksama hasil pemeriksaan dapat menyimpang

dari keadaan sebenarnya. Beberapa petunjuk pemakaian carik celup yang

berlaku secara umum:


a. Sampel urin harus dihomogenkan terlebih dahulu sebelum carik celup

dimasukkan ke dalam urin

b. Hilangkan terlebih dahulu kelebihan urin yang melekat pada strip carik

celup dengan cara menyentuhkan strip carik celup ke pada pinggir

wadah sampel urin

c. Keluarkan secukupnya strip carik celup sesuai dengan kebutuhan

d. Botol wadah strip carik celup harus selalu ditutup rapat

Gambar 3. UroColorTM 10 Test Strips for Urinalysis


(Dokumentasi pribadi)

Pemeriksaan urinalisis yang biasa dilakukan dengan carik celup antara

lain berat jenis, pH, glukosa, protein, benda keton, darah, bilirubin,

urobilinogen, nitrit dan leukosit esterase. Prinsip pemeriksaan dengan

reagen celup atau stick urin melalui analisis kimia urin. Uji kimia yang

tersedia pada reagen strip adalah :

a. Blood (darah)

Pemeriksaan dengan carik celup akan memberikan hasil positif

untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun miohemoglobinuria. Prinsip


tes carik celup ini adalah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian

substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah

menjadi hemoglobin dengan adanya aktifitas peroksidase. Hal ini

memungkinkan bahwa hasil pemeriksaan urin dengan carik celup perlu

diperiksa dengan pemeriksaan mikroskopis urin untuk mengetahui

jumlah eritrosit sebenarnya yang berada di dalam sampel urin.

Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urin

yang disebabkan karena hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urin

dapat terjadi karena urin encer, pH alkalis, dan urin dibiarkan terlalu

lama dalam suhu kamar.

b. Glukosa

Pada pengukuran glukosa urin, strip carik celup dilekati dengan

kertas berisi dua mcam enzim yaitu enzim glukosa oksidase (GOD) dan

peroksidase (PAP) bersama dengan semacam zat seperti o-tolidine yang

berubah warn ajika teroksidasi. Apabila glukosa terdapat di dalam urine

maka oleh pengaruh glukosa oksidase glukosa akan menghasilkan asam

glukonat dan hidrogen peroksida, oleh pengaruh peroksidase, hidrogen

peroksida mengalihkan oksigen kepada o-tolidine yang berubah warna

menjadi biru. Semakin banyak glukosa yang terdapat pada urin maka

warna pada strip carik celup akan menjadi warna biru yang lebih tua.

c. Bilirubin
Reaksi yang terjadi pada cara ini adalah reaksi diazotisasi antara

bilirubin dalam urin dan semacam senyawa diazo pada carik celup.

Warna yang terjadi pada reaksi tersebut ditentukan oleh jenis senyawa

diazo yang dipakai.

Reaksi Azo-coupling dengan garam diazonium dalam media asam

berubah menjadi azodye. Perubahan warna terang menjadi merah muda

menyala. Urine segar dianjurkan untuk pemeriksaan carik celup, karena

bilirubin yang telah teroksidasi tau mengalami hidrolisis tidak dapat lagi

bereaksi dengan senyawa diazo.

d. Urobilinogen

Tes berdasarkan pada reaksi Erlich. Perubahan warna dari jingga

sampai merah muda menyala menjadi merah muda gelap.

e. Keton

Tes ini berdasarkan reaksi natriu-nitropussida. Asetoacetic acid

dalam media basa bereaksi dengan nitroferricanide menghasilkan

perubahan warna dari pucat menjadi ungu.

f. Protein

Stik carik celup mendeteksi protein dengan indikator warna

Bromphenol Blue yang berwarna kuning pada pH 3 dan berubah warna

menjadi hijau sampai hijau-biru sesuai dengan banyaknya protein yang

berada di dalam urin. Indikator warna Bromphenol Blue sensitif

terhadap albumin, tetapi kurang sensitive terhadap globulin, protein

Bence-Jones, dan mukoprotein.


g. Nitrit

Test ini berdasarkan reaksi diazotasi dari nitrit dengan aromatik

amine menghasilkan diazonium salt diikuti dengan reaksi azocoupling

dari diazonium salt dengan aromatic compound di lapisan reaksi. Azo

dye menyebabkan perubahan warna dari putih menjadi merah muda.

h. Leukosit esterase

Isi lapisan test adalah indoxyl ester dan diazonium salt dan akan

bereaksi dengan leukosit esterase mengahasilkan perubahan warna

menjadi ungu.

i. pH

Menggunakan dua indikator sistem yaitu indikator methyl red dan

bromthymol blue yang digunakan untuk memberikan perubahan warna

dari jingga ke hijau ke biru (pH 5,0 – 9,0).

j. Berat Jenis

Berdasarkan perubahan pKa (konstanta disosiasi) dari polielektrolit

(methylvinyl ether atau maleicanhydride). Polielektrolit terdapat dalam

carik celup akan mengalami ionisasi, mengahsilkan ion hidrogen (H+).

Ion H+ yang dihasilkan tergantung pada jumlah ion yang terdapat dalam

urin. Pada urin dengan berat jenis rendah, ion H+ yang dihasilkan lebih

sedikit sehingga pH lebih alkalis. Perubahan pH ini akan dideteksi oleh

indikator bromthymol blue berubah warna menjadi biru tua sampai hijau

pada urin dengan berat jenis rendah dan hijau kekuningan jika berat jenis

urin tinggi.
(Gandasoebrata, 2013).

2. Pemeriksaan Mikroskopis Urin atau Sedimentasi Urin

Prinsip sedimentasi urin adalah adanya unsur-unsur yang tersuspensi

dalam urin akan dipresipitatkan dengan cara disentrifugasi dan dianalisa

dengan mikroskop.

Gambar 4. Mikroskop
(Dokumentasi pribadi)

Urin yang dipakai adalah urin segar yang pekat yang memiliki berat

jenis 1023 atau lebih tinggi, urin yang pekat lebih mudah didapatkan bila

memakai urin pagi. Urin segar adalah urin yang baru saja dikeluarkan dan

segera dilakukan pemeriksaan selambat-lambatnya 2 jam. Pada

pemeriksaan ini diusahakan menyebutkan hasil secara semikuantitatif

dengan menyebut jumlah unsur sedimen yang bermakna per lapang

pandang. Unsur-unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu organik dan

non organik:

a. Organik
1) Sel epitel

Sel ini berinti satu, ukurannya lebih besar dari leukosit, dan

bentuknya berbeda menurut tempat asalnya. Sel epitel gepeng arau

skuamosa lebih banyak dilihat pada urin wanita dan berasal dari

vulva atau dari uretra bagian distal. Sel epitel gepeng mempunyai

bentuk yang berbeda-beda, besarnya sering 2-3x leukosit sedangkan

sitoplasma biasanya tanpa struktur tertentu. Nilai normal sel epitel

adalah negatif. Sel-sel epitel yang berasal dari kandung kencing

sering mempunyai tonjolan dan kadang-kadang diberi nama sel

transisional.

Gambar 5. Sel epitel skuamosa


(Husnizal, 2016)

2) Leukosit

Nampak seperti benda bulat yang biasanya berbutir halus.

Initinya lebih jelas nampak jika sedimen diberikan setetes larutan

asam asetat 10% untuk mengetahui asal leukosit sedimen diberikan

pewarnaan sternheimer-malbin. Sel leukosit memiliki nilai normal

1-5 sel/ LPB.


Gambar 6. Sel leukosit
(Husnizal, 2016)

3) Eritrosit

Bentuk eritrosit berbeda menurut lingkungannya dalam urin

pekat mengerut, dalam urin encer bengkak dan hampir tidak

berwarna, dalam urin lindi mengecil sekali. Eritrosit sering terlihat

bulat tanpa struktur yang mempunyai warna kehijau-hijauan. Jika

ragu-ragu tambahlah setetes asam asetat pada sedimen, eritrosit akan

pecah karena itu. Sel eritrosit memiliki nilai normal 0-1 sel/ LPB.

Gambar 6. Sel eritrosit


(Husnizal, 2016)
4) Silinder mempunyai nilai normal 0-1 sel/ LPK, berikut adalah

macam-macam silinder, yaitu:

a) Silinder hialin : silinder yang sisi-sisinya pararel dan ujung-

ujungnya membulat homogen dan tidak berwarna.


Gambar 7. Silinder hialin
(Husnizal, 2016)

b) Silinder berbutir : ada dua bentuk yaitu dengan butir halus dan

kasar. Yang butir halus seperti silinder hialin, yang berbutir

kasar sering lebih pendek dan lebih tebal.

Gambar 8. Silinder berbutir


(Husnizal, 2016)

c) Silinder lilin : tak berwarna atau sedikit abuabu, lebih lebar dari

silinder hialin, mempunyai 14 kilauan seperti permukaan lilin,

pinggirnya sering tidak rata karena adanya lekukanlekukan

sedangkan ujung-ujungnya sering bersudut.

d) Silinder fibrin

e) Silinder eritrosit : pada permukaan terlihat eritrosit-eritrosit.


Gambar 9. Silinder eritrosit
(Husnizal, 2016)

f) Silinder leukosit : silinder yang tersusun dari leukosit atau yang

permukaannya dilapisi oleh leukosit.

Gambar 10. Silinder leukosit


(Husnizal, 2016)

g) Silinder lemak : silinder yang mengandung butir butir lemak.

5) Oval fat bodies

Sel epitel yang mengalami degenarasi lemak, bentuknya membulat.

Sifat lemak dapat dinyatakan dengan memberikan sudan III pada

sedimen. Lemak mungkin berkias ganda, sifat itu dapat dipastikan

dengan menggunakan mikroskop polarisasasi.


Gambar 11. Oval fat bodies
(Husnizal, 2016)

6) Benang lendir : bentuknya panjang, sempit, dan berombak-ombak.

7) Silindroid : hampir semua silinder hialin, tapi lambat laun

menyempit menjadi halus serupa benang.

8) Spermatozoa.

9) Potongan-potongan jaringan.

10) Parasit-parasit : seperti Trichomonas vaginalis. atau schistosomum

haematobium.

11) Bakteri-bakteri (Gandasoebrata, 2013 dan Husnizal, F. 2016)

b. Non organik

1) Bahan amorf : adalah urat-urat dalam urin asam dan pospat-pospat

dalam urin basa.

2) Kristal-kristal dalam urin normal

a) Dalam urin asam : asam urat, natrium urat, dan kalsium sulfat.

Kristal asam urat biasanya berwarna kuning.


Gambar 12. Asam urat
(Husnizal, 2016)

b) Dalam urin asam atau netral atau yang agak basa : kalsium

oksalat dan asam hipurat.

Gambar 13. Kalsium oksalat


(Husnizal, 2016)

c) Dalam urin basa atau kadang-kadang netral : amonium-

magnesium phospat (triple phospat) dan dikalsium fosfat.

Gambar 14. Triple fosfat


(Husnizal, 2016)
d) Dalam urin basa : kalsium karbonat, amonium biurat dan

kalsium fosfat.

3) Kristal-kristal dalam urin abnormal : cystine, leucyne, tirosine,

cholesterol, bilirubin, dan hematoidin. Unsur-unsur lain dan kristal

dalam sedimen urin dilaporkan per LPK dengan keterangan:

(-) tidak ada (++) banyak

(+) ada (+++) banyak sekali

Gambar 15. Cystine


(Husnizal, 2016)

Gambar 15. Tyrocine dan Leucine


(Husnizal, 2016)

4) Kristal-kristal yang berasal dari obat seperti bermacam-macam

sulfinanid.

5) Bahan lemak (Gandasoebrata, 2013 dan Husnizal, F. 2016).


B. Analisis SWOT

1. Strength (kekuatan)

Pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan yang sering dikerjakan. Bahan

pemeriksaan mudah didapatkan dan cara kerja dengan metode carik celup

atau dipstick merupakan metode yang sangat cepat, mudah dan spesifik.

Pemeriksaan urin rutin sering dilakukan guna mengetahui kondisi patologis

tubuh manusia.

2. Weakness (kelemahan)

Pemeriksaan harus dilakukan sesegera mungkin agar tidak terjadi

perubahan unsur-unsur yang terkandung di dalam sampel urin.

3. Opportunity (kesempatan)

Pemeriksaan urin rutin dapat dilakukan untuk screening test kesehatan

umum.

4. Treat (ancaman)

Faktor pra analitik pada pengambilan sampel urin dan penundaan

pemeriksaan sampel urin harus diperhatikan, karena sangat mempengaruhi

hasil (menjadi positif palsu atau negatif palsu) apabila tidak dilakukan

sesuai dengan prosedur.

C. Pembahasan

Pemeriksaan urinalisa rutin merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan

untuk mengetahui keadaan tubuh seseorang. Untuk memperoleh ketepatan dan

ketelitian hasil dari suatu pemeriksaan harus memperhatikan faktor pra analitik,
faktor analitik dan faktor post analitik. Pemeriksaan urin rutin dianjurkan

menggunakan urin pagi untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya karena urin

pagi adalah urin yang pekat dan harus cepat dilakukan pemeriksaan supaya

unsur-unsur yang terkandung di dalam sampel urin tidak berubah. Pemeriksaan

urinalisa rutin biasa dilakukan dengan metode carik celup atau dipstick. Pada

beberapa parameter pemeriksaan urin metode carik celup dibutuhkan hasil

kuantitatif, sedangkan metode carik celup pada beberapa parameter hanya

memberikan hasil positif atau negatif saja. Pemeriksaan dengan metode carik

selup didapatkan hasil negatif palsu pada lekosit esterase apabila terdapat

konsentrasi protein yang tinggi (lebih dari 500 mg/dL), glukosa lebih dari 3

g/dL, asam oksalat dan asam askorbat. Hasil positif palsu pada lekosit esterase

dapat terjadi apabila terdapat formalin dalam wadah urin, urin yang sangat pekat

dan adanya nitrofurantoin dapat mengaburkan reaksi pewarnaan. Hasil positif

palsu pada nitrit dapat terjadi akibat kontaminasi pada sampel urin (Suwardewa,

2014). Pemeriksaan mikroskopis urin merupakan pemeriksaan yang harus

dilakukan untuk mendapatkan hasil secara kuantitaif dengan menghitung sel

setiap lapang pandang, sehingga unsur-unsur yang belum terbaca dengan

metode carik celup dapat ditemukan dengan pemeriksaan mikroskopis urin,

misalnya kristal urin, sel eritrosit, leukosit, sel epitel, sel silinder, dan unsur

anorganik lainnya (Ma’rufah, 2012).


BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Pemeriksaan urinalisa rutin metode carik celup atau dipstick merupakan

pemeriksaan yang cepat, mudah dan sensitif. Untuk mendukung hasil dengan

metode dipstick perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis urin dengan tujuan

mendapatkan hasil kuantitatif unsur yang terkandung dalam urin serta dapat

mengetahui adanya kristal urin, bakteri dan unsur-unsur lain yang terdapat di

dalam sampel urin.

B. Saran

1. Sampel urin yang digunakan untuk pemeriksaan urin rutin sebaiknya

menggunakan sampel urin pagi hari.

2. Pemeriksaan urinalisa rutin sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, karena

penundaan sampel akan berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan, misalnya

perubahan pH dan bakteri berkembangbiak menjadi lebih banyak.

3. Pada pemeriksaan mikroskopis urin untuk mendapatkan sedimen yang baik

harus memperhatikan kecepatan dan lamanya pemusingan sampel urin.


DAFTAR PUSTAKA

Ariyadi, R. 2016. Pengaruh Penundaan Jumlah Sel Eritrosit Pada Sedimen


Urine Hematuria. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.

Corwin, E. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Gandasoebrata, R. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat.


Jakarta

Husnizal, F. 2016. Gambaran Mikroskopik Urin Berdasarkan Sampel Aliran


Tengah dan Bukan Aliran Tengah (Aliran Pertama) Pada Pasien
Diabetes Mellitus. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Ciamis.

Indranila dan Puspito, L. 2012. Akurasi Pemeriksaan Carik Celup Pada


Urinalisis Proteinuria Dan Glukosuria Dibandingkan dengan
Metode Standard. Universitas diponegoro. Semarang.

Kementrian Kesehatan. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementrian


Kesehatan RI. Jakarta.

Ma’rufah. 2012. Perbedaan Hasil Carik Celup dengan Metode Mikroskopis


Sebagai Indikator Adanya Sel Darah Merah dalam Urin. Akademi
Analis Kesehatan Malang. Malang.

Reyhan, M. 2015. Hubungan Pembesaran Prostat Jinak dengan Kejadian Batu


Kandung Kemih di RSUP H Adam Malik Tahun 2012-2014.
Universsitas Sumatera Utara. Medan.

Suwardewa, T. 2014. Akurasi Carik Celup Urin untuk Mendeteksi Bakteriuri


Asimtomatis Pada Kehamilan Preterm. Universitas Udayana.
Denpasar.

User’s Manual UroMeter 120TM Urine Chemistry Analyzer. 2007. Standard


Diasnostics, INC. Korea.

Anda mungkin juga menyukai