Tesis
Diajukan oleh:
Septi W ardani
12/337995/PKU/13087
Kepada
YOGYAKARTA
2014
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian tesis ini yang berjudul
“Peran Perawat dalam Tatalaksana Diare akut pada Anak di Rumah Sakit Dr.
mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam
2. Kepala bagian, Ketua Program Studi, Kepala Peminatan A nak beserta seluruh
bantuan.
3. Prof. dr. S. Yati Soenarto, Sp.A(K)., Ph.D selaku pembimbing I yang telah
iv
5. Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M .Si., P.Si selaku Ketua Dewan Penguji yang
telah memberikan masukan, arahan, kritik dan saran dalam perbaikan laporan
6. Dr. Dra. Sumarni, DW., M .Kes selaku penguji yang telah memberikan
masukan, arahan, kritik dan saran dalam perbaikan laporan hasil tesis ini.
7. Kepala Rumah Sakit dr. Soedjono M agelang beserta jajarannya yang tel ah
8. Kepala Ruang Flamboyan Rumah Sakit dr. Soedjono M agelang dan teman -
penelitian ini.
Untuk selanjutnya penulis berharap semoga laporan hasil tesis ini akan
memberikan manfaat kepada semua pihak. Penulis menyadari bahwa laporan hasil
tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
Penulis
v
PERSEMBAHAN
Dalam kesempatan ini penulis mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahm at dan karunia-N ya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan
dengan lancar. Dalam penyusunan tesis ini penulis mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mempersembahkan ucapan
1. Dekan, Wakil Dekan, Kepala Program Studi dan semua rekan Fakultas Ilmu
pendidikan.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Halaman Persetujuan ii
Kata Pengantar iii
Persembahan v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Skema x
Daftar Lampiran xi
Daftar Singkatan xii
Abstrak xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang M asalah 1
B. Perumusan M asalah 10
C. Tujuan Penelitian 11
D. M anfaat Penelitian 11
E. Keaslian Penelitian 12
vii
J. Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian 61
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR SKEMA
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat Badan
P2 : Penanganan Penderita
xiii
SPO : Standar Prosedur Operasional
xiv
INTISAR I
xv
Abstract
xvi
BAB I
PENDAHU LUA N
A. Latar Belakang
menjadi 6,9 juta kematian anak yang diakibatkan oleh diare. M eskipun
setiap tahunnya. Tetapi jika penanganan diare dilakukan dengan cepat dan
tepat, maka jumlah kematian anak karena diare akan menurun setiap
1
2
pemberian zink dan oralit untuk anak diare, efektif dapat mengurangi diare
pada anak.
angka kejadian diare (Wake dan Tolessa, 2011). Pengalaman negara lain
melanjutkan makan selama diare. Dari hasil penelitian di Cina oleh Zhang
et al. (2011), didapatkan hasil bahwa dari semua anak diare yang dirawat
4
rumah sakit, diperoleh hasil bahwa kelemahan yang did apatkan dari skor
diare adalah adanya rencana rehidrasi yang tidak jelas, diberikannya cairan
intravena pada semua kasus diare sedangkan oralit tidak diberikan, dan
masih diberikannya antibiotik dan antidiare untuk diare cair (Sidik et al,
sebesar 16,7%. Penyebab utama kematian pada balita akibat diare tersebut
obatan pada anak diare sebanyak 31,30%. Selain itu pengetahuan petugas
laporan hasil pemantauan cakupan dan kualitas tata laksana diare dari
5
Jawa Tengah, pada riskesdas 2007 sebanyak 9,2% dan pada riskesdas
2013 sebanyak 3,3%. Sedangkan kejadian diare pada balita pada riskesdas
2013 sebanyak 6,5%. Besarnya angka kejadian diare dan insiden diare
pada balita di Provinsi Jawa Tengah tersebut berada di bawah rata -rata
prevalensi diare nasional, angka rata -rata nasional kejadian diare adalah
3,5%, dan insiden diare pada balita sebesar 6,7%. Pada tahun 2012,
cakupan kejadian diare di Provinsi Jawa Tengah masih cukup tinggi, yaitu
sebesar 42,66%. (profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012). Selain hal
rasional masih sangat tinggi, yaitu sebesar 96,7% (Kemenkes RI, 2011).
6
M agelang masih cukup tinggi, yaitu sebanyak 66,1 %. Pada bulan April
umum 12,3% dan rumah tangga yang tidak menggunakan fasilitas BAB
sebanyak 25%. Selain itu, akses rumah tangga terhadap sanitasi masih
menurut jenis pembuangan air limbah, sebanyak 26,1% tidak ada tempat
pembuangan air lim bah. Dari persentase rumah tangga terhadap jenis
7
kejadian diare pada anak. Untuk itu penelitian ini penting untuk dilakukan
akut pada anak, sehingga diharapkan dari hasil penelitian dapat menunjang
Tengah, tetapi angka kejadian diare masih cukup tinggi. M enurut data dari
data kejadian diare pada anak masih cukup tinggi, yaitu sebanyak 549
pasien dari bulan Januari sampai November 2013. Rumah Sakit dr.
Diponegoro. Selain melayani pasien dinas TNI AD, rumah sakit juga
melayani pasien umum, yang diantaranya adalah anak dengan diare akut.
ada Standar Pelayanan M edis (SPM ) untuk diare, tetapi perawa t belum
oralit dan parenteral dengan cairan infus Kaen 3b, pemberian probiotik,
tablet zink dan antibiotik pada diare yang memanjang (lebih dari 5 hari)
dan panas, serta terapi medis lain sesuai dengan gejala penyerta,
contohnya pemberian anti muntah jika pasien terdapat gejala muntah. Dari
dengan dosis 10cc/kg/BB pada setiap kali anak mencret, dan tablet zink
memberikan ASI kepada anak. Dan untuk anak yang diberi susu formula,
rumah sakit.
9
disampaikan bahwa anak sudah mendapatkan oralit dan zink, tetapi Ibu
belum mengetahui mengenai dosis zink yang harus dibe rikan, dan
bagaimana pemberian zink jika anaknya muntah. Sekitar lima jam setelah
anak dirawat di ruang perawatan, anak belum mendapatkan oralit dan zink.
Selain itu, Ibu belum mengetahui kapan harus membawa anaknya untuk
peran perawat dalam tatalaksana diare akut di Rumah Sakit dr. Soedjono
terhadap kemajuan kondisi pasien setiap waktu. Oleh karena itu, untuk
mencapai kondisi yang baik pada pasien, maka perawat harus mampu
kepada pasien.
10
B. Perumusan M asalah
adalah : 1) Belum ada bukti S tandar Pelaya nan M edis (SPM ) untuk diare,
2) Antibiotik masih diberikan pada anak diare akut dan perawat belum
diberikannya anti muntah pada diare akut, 4) Pemberian tablet zink belum
petugas, 6) Orang tua belum mengetahui dosis pemberian zink dan cara
pemberian jika anak muntah, hal itu menunjukan bahwa perawat belum
dirawat di rumah sait, belum mendapat oralit dan zink, 8) Orang tua belum
perannya dalam tatalaksana diare akut pada anak di Ru mah Sakit dr.
Soedjono M agelang?
11
C. Tujuan Penelitian
peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak di Rumah Sakit dr.
Soedjono M agelang.
D. M anfaat Penelitian
pada anak, dapat memberikan evaluasi bagi rumah sakit khusu snya
optimal.
tatalaksana diare akut pada anak di Rumah Sakit. Kemudian dari hasil
12
E. Keaslian Penelitian
kelemahan pada skor diare, berupa adanya rencana rehidrasi yang tidak
jelas, oralit tidak diberikan tetapi cairan intravena diberikan pada semua
kasus diare, dan masih diberikannya antibiotik dan antidiare untuk diare
cair.
dengan judul Care-seeking and quality of care for outpatient sick children
didapatkan berkaitan dengan tatalaksana diare adalah dari 114 anak yang
13
menderita diare, tidak ada satupun mendapatkan oralit dan zink serta
menggunakan alat dan standar penilaian rumah sakit yang di adaptasi dari
melanjutkan makan selama diare belum dilakukan oleh semua rumah sakit.
TINJAU AN PUSTAK A
A. Telaah Pustaka
1. Diare
a. Definisi.
buang air besar (BAB) dari biasanya atau BAB lebih dari tiga kali
dalam sehari, cair dan dengan tidak atau disertai darah dan atau
yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat, secara
mendifinisikan diare akut sebagai buang air besar lebih dari 3 kali
konsistensi feces menjadi cair, dengan atau tanpa lendir darah dan
b. Etiologi.
14
15
1) Bakteri
2) Virus
3) Parasit
2. Tatalaksana Diare.
medis.
penyakit diare.
a. M emberikan oralit
yang hilang, dapat diberikan oralit. Jika tidak tersedia oralit dapat
diberikan cairan rumah tangga seperti air matang, tajin atau kuah
lebih baik dari pada oralit lama karena sudah banyak bukti yang
RI, 2011).
air bilas sampai bersih., 2) menyiapkan sat u gelas atau 200 cc air
cuci tangan.
Dari hal di atas ajarkan kepada Ibu tentang dosis dan cara
atau gelas sedikit demi sedikit tetapi sering. Jika anak muntah,
makan, beri tablet zink 10 hari dan jelaskan kepada Ibu kapan
dehidrasi berat
jam.
23
3) Berikan oralit
dosis.
b. Pemberian Zink
dan zink. Hal itu didasarkan pada penelitian yang sudah dilakukan
menderita diare.
turut dengan dosis 10 mg atau ½ tablet per hari pada anak di bawah
melarutkan zink dalam satu sendok air matang atau ASI, dan untuk
mendapat ASI, ASI tetap diberikan dengan lebih sering. Pada anak
biasanya. Pada bayi usia lebih dari 6 bulan yang telah mendapat
(Kemenkes, 2011).
27
e. Nasehat
perawatan kepada orang yang sakit, orang yang terluka dan lanjut
perawatan kepada klien dari segala usia, keluarga, kelom pok dan
(Taylor, 2011).
sebagai berikut:
1) Pengkajian
2) Diagnosis
3) Identifikasi hasil
4) Perencanaan
5) Implementasi
6) Evaluasi
suatu sistem dan dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari d alam
1) Pemberi pelayanan
dan evaluasi.
2) Sebagi pendidik
3) Pelindung
4) Sebagai M anajer
5) Ahli
diperlukan.
6) Koordinator
7) Kolaborator
membantu pasien.
(2008), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
1) Faktor internal
2) Faktor eksternal
2) Faktor motivasi
d. Fungsi perawat
tatalaksana diare akut pada anak. M enurut Delaune dan Ladner (2011),
makan atau ASI, antibiotik selektif dan antidiare tidak diberikan, serta
pemberian nasehat.
a. Pengkajian
2) Pengkajian dehidrasi
3) Riwayat penyakit.
terkontaminasi.
B. Kerangka teori
Faktor Resiko
Faktor Inte rnal : - Tidak mendapat ASI
Kecerdasan, keterampilan,
ekslusif
kestabilan emosi, sifat-sifat
- Tidak tersedianya air
(sikap, kepribadian, fisik,
motivasi, umur, jenis bersih
kelamin, pendidikan, - Pencemaran air oleh
pengalaman kerja tinja
Etiologi
- Kurangnya jamban
- Bakteri
- Kebersihan
- Virus lingkungan kurang
Faktor eksternal: - Parasit - Penyiapan dan
Lingkungan (peraturan penyimpanan makan
kerja, keinginan pasien,
tidak higienis
kebijakan, kepemimpinan,
tindakan rekan kerja, jenis
pelatihan, gaji dan
lingkungan sosial Diare akut
Peran perawat:
- Pemberi pelayanan Tatalaksana diare (lintas
- Pendidik
diare):
G
- Oralit
a - Pelindung - Zink
m - M anajer - Lanjutkan makan/ ASI
- Antibiotik selektif,
b - Ahli
antidiare tidak diberikan
a - Koordinator - Nasehat
r - Kolaborator
1
. Kerangka Teori
45
C. Kerangka Konsep
Anak dengan
diare akut
Tatalaksana diare
dengan lintas diare :
- Pemberian oralit
Peran perawat
- Tablet zink
- Lanjutkan makan/
ASI
- Atibiotik selektif
dan antidiare tidak
diberikan
- Nasehat
Keterangan:
Tidak diteliti
Diteliti
D. Pertanyaan Penelitian
1. Apa peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak di Rumah
M ETODE PENELITIAN
perawat dalam tatalaksana diare akut di rumah sakit. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus ( Case Study).
Kasus dalam penelitian ini adalah adanya peran perawat yang belum optimal
perawat dalam tatalaksana diare akut di rumah sakit secara lebih dalam.
karena adanya peran perawat yang belum terlihat dengan jelas pada tatalaksana
diare akut pada anak, dan dalam penelitian tidak hanya memerlukan data dari
wawancara dengan partisipan, tetapi memerlukan data yang akurat dari observasi
dan dokumentasi. Selain itu penelitian ini ingin menyelidiki lebih mendalam dan
dan ingin menjawab pertanyaan “apa” dan “bagaimana” pada peran perawat
dalam tatalaksana diare akut pada anak, sehingga studi kasus merupakan metode
yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini, untuk mengga li dan merinci
seseorang, yaitu perawat dalam melakukan perannya pada tatalaksana diare akut
47
48
Penelitian ini akan dilakukan di bangsal anak Rumah Sakit dr. Soedjon o
C. Subjek Penelitian
penelitian ini adalah perawat yang bekerja di bangsal anak R umah sakit dr.
yang bekerja di bangsal anak dengan masa kerja minimal 1 tahun, berpendidikan
Besarnya ukuran sampel pada penelitian kualitatif ini ditentukan oleh data
yang diperoleh dan hasil dari analisa. O leh karena itu peneliti melakukan
pengumpulan data sampai dengan tidak ada lagi data baru yang didapatkan dan
sudah tidak dapat lagi dilakukan pengkodean, atau yang disebut dengan terjadinya
saturasi data.
sampling, menggunakan strategi hom ogeneous sam pling. Penggunaan metode dan
strategi tersebut yaitu dengan memilih sampel, dalam hal ini difokuskan pada
penting atau kunci mengenai apa dan bagaimana perannya dalam tatalaksana diare
(Emzir, 2012).
49
D. Batasan Penelitian
Batasan penelitian dalam penelitian ini akan dijabarkan pada definisi berikut
ini.
1. Perawat
minimal D3 keperawatan, lama bekerja lebih dari 1 tahun dan terpapar dalam
2. Peran perawat
Anak dengan diare akut adalah anak yang dirawat di bangsal anak selama
Tatalaksana diare akut adalah penanganan pada anak dengan diare akut, yang
5. Penentuan dehidrasi
6. Rencana rehidrasi
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri atau
sebagai sumber data dan melakukan pengumpulan data. Setelah itu peneliti juga
data dan membuat kesimpulan dari semua data yang didapatkan (Sugiyono, 2013).
Data yang dikum pulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan 3 teknik
1. Wawancara
2. Dokumen
selama diare, pemberian zink serta nasehat. Selain melihat bukti adanya SPO
implementasi dan evaluasi, yang dilihat dari laporan dan rekam medis.
3. Observasi partisipatif
dalam kegiatan yang dilakukan oleh partisipan, dalam hal ini adalah
data bagaimana peran perawat dalam tatalaksana diare akut, teta pi belum
tempat, hal-hal yang diamati meliputi ruang, fasilitas dan benda -benda seperti
alat medis, obat-obat esensial dan lain sebagainya. O bservasi terhadap pelaku
52
Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan model M iles dan
Huberman. M enurut M iles dan Huberman (1984 : 21 -23) dalam Emzir (2012),
1. Reduksi Data
memo-memo.
bentuk narasi, matriks, grafik, jaringan kerja dan bagan, untuk merakit
menentukan makna dari data yang dikumpulkan. Dari data tersebut akan
melakukan pengecekan kembali reduksi data dan model data, sehingga tidak
G. Keabsahan Data
validitas atau kesahihan dan reliabilitas atau keterandalan pada hasil penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan empat standar untuk menguji keabsahan data,
dependability (reliabilitas) dan confirm ability atau obyektivitas (Lincoln dan Guba
dalam Bungin 2012). Secara lebih rinci, uji keabsahan data dalam penelitian ini
1. Uji Kredibilitas
sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari beberapa
tua atau pengasuh anak, kepala ruang dan dokter mengenai tatalaksana diare
2. Uji transferability
gambaran dengan jelas mengenai hasil penelitian dan dapat diterapkan. Dari
laporan dengan uraian yang jelas, rinci, sistematis dan dapat dipercaya,
tidak.
3. Uji dependability
penelitian disebut reliabel jika orang lain dapat mengulangi proses penelitian
dilakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian oleh auditor dalam hal
memasuki rumah sakit, menentukan sumber data, analisis data, melakukan uji
4. Uji Confirmability
dilakukan. Bila hasil penelitian ini merupakan fungsi dari proses pen elitian
konfirmability.
H. Etika Penelitian
M anusia sebagai mahluk holistik, yang terintegrasi dalam aspek fisik, psikol ogis,
sosial dan spiritual. Jika masalah terjadi pada satu kom ponen, maka akan
manfaat yang didapat dari penelitian adalah lebih banyak, daripada efek samping
dilakukan dalam menjalankan penelitian, seperti yang disampaikan oleh Polit dan
Hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah membe rikan informasi
Dalam hal ini tidak ada paksaan atau penekanan tertentu kepada subjek, untuk
2. M enghorm ati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and
confidentiality)
yang menyangkut privasi subjek, dari segala informasi tentang diri subjek,
yang tidak ingin diketahui oleh orang lain. Hal tersebut dapat peneliti lakukan
dengan cara meniadakan identitas subjek, dan diganti dengan kode tertentu.
and benefits)
57
I. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dimulai setelah mendapatkan ijin dari komite etik penelitian.
Untuk selanjutnya, peneliti mengajukan surat perijinan kepada R umah Sakit dr.
mendapatkan ijin penelitian dari Rumah Sakit, maka penelitian ini dimulai pada
tanggal 28 April 2014. Peneliti datang ke rua ng anak Rumah Sakit dr. Soedjono
informan yang bukan sebagai peserta penelitian, yang selanjutnya hasil uji coba
melakukan wawancara dan untuk mengetahui apakah ada hal yang perlu ditambah
atau dkurangi. Selanjutnya peneliti memilih partisipan, yaitu perawat yang bekerja
D3, masa kerja minimal satu tahun dan terpapar dalam tatalaksana diare akut pada
anak.
mengenai semua hal yang berkaitan dengan penelitian, seperti tujuan, manfaat,
menolak untuk ikut serta dalam penelitian. Setelah itu, responden diminta
subjek penelitian.
dan waktu yang berbeda, antara satu responden dengan responden lainnya.
wawancara pertama dengan perawat dilakukan pada tanggal 30 A pril 2014, sesuai
dengan janji yang sudah disepakati antara peneliti dan responden. Wawancara
ruang tunggu sepi, karena pada sore hari dan hanya ada beberapa kali petugas
yang dilakukan selama 9 hari, dengan rincian 5 hari observasi pada shift pagi, 2
hari pada shift sore dan shift malam selama 2 hari. Selain observasi terhadap
yang dilihat adalah dari standar operasional prosedur untuk melihat SPO tentang
melakukan transkrip dari hasil observasi setelah dilakukan observasi pada setiap
shift. Untuk bukti dokumentasi, peneliti mengambil gambar dokumen atas seijin
rumah sakit dan melakukan transkrip dari dokumen yang sudah dikumpulkan.
ruang, 1 (satu) dokter spesialis anak dan 4 (empat) orang tua atau pengasuh anak.
analisa.
Dari semua data yang sudah terkumpul, peneliti melakukan analisis sesuai
dengan rencana tahapan analisis, dan dari semua data, baik wawancara mendalam,
Pengumpulan data
Analisis
Triangulasi sumber
Analisis
Penulisan laporan
1. Kesulitan Penelitian
dihadapkan pada kondisi pemberian tatalaksana pada anak diare akut yang
kurang tepat, yaitu pada penambahan cairan intravena pada anak yang
pemberian tambahan pada anak diare akut, sedangkan di sisi lain peneliti
kesimpulan, karena terdapat banyak data yang didapatkan, yaitu dari hasil
2. Keterbatasan Penelitian
Peran perawat yang dieksplorasi dalam penelitian ini hanya terbatas dalam
tatalaksana diare akut, belum menggali peran perawat pada program -program
lain yang terkait dengan diare akut, seperti pencegahan dan upaya promotif
lainnya.
BAB IV
Rumah Sakit dr. Soedjono M agelang adalah rumah sakit tingkat II yang
merupakan rumah sakit utama di wilayah K odam IV/ Diponegoro. Selain itu,
rumah sakit dr. Soedjono juga menjadi rujukan dari rumah sakit tingkat III
dinas, tetapi juga pasien umum. Rumah sakit dr. Soedjono berdiri pada tahun
tahun 1817 oleh pemerintah Belanda sebagai rumah sakit m iliter yang
dipim pin oleh seorang dokter Belanda. Pada awal tahun 1942, yaitu masa
penjajahan Jepang, rumah sakit berada dalam kekuasaan Jepang dan hanya
khusu merawat tentara Jepang. Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945,
rumah sakit ini berubah menjadi rumah sakit PM I dan sejak 1 Januari 1948
Divisi III dan diganti namanya menjadi Rumah Sakit Tentara III yang
dipim pin oleh Kolonel dr. Soetomo yang kemudian pada tanggal 1 N ovember
1974, nama rumah sakit diganti menjadi Rumah Sakit dr. Soedjono. Luas
2
tanah RS dr. soedjono M agelang adalah ± 107.370 m dan luas bangunan ±
2
13.250 m dengan status kepemilikan rumah sakit TNI-A D (Informasi
Layanan RS dr.Soedjono).
63
64
farmasi. Instalasi rawat inap terdiri dari 10 ruang rawat inap dan 4 ruang
khusus. Untuk ruang rawat inap terdiri dari lima ruang rawat untuk semua
jenis penyakit dan lima ruang rawat untuk penyakit tertentu. Kelima ruang
rawat inap untuk semua jenis penyakit tersebut adalah ruang Nusa Indah
(ruang rawat VIP dan VIIP), ruang Dahlia (ruang VIP dan kelas I), ruang
M elati (kelas I, II dan ruang Taruna), ruang Bougenvile (kelas II) dan ruang
Cempaka (kelas I dan II). Untuk lima ruang rawat lainnya yaitu ruang
Edelweis (kelas VIP, kelas I dan II) yang merupakan ruang pasca bedah,
anak), ruang Seruni (ruang rawat untuk askeskin) dan ruang ICU (V VIP, VIP
dan kelas I). Empat ruang khusus yang sudah disebutkan sebelumnya terdiri
dari ruang hemodialisa, ruang Bedah, ruang bersalin dan Instalasi Gawat
merupakan ruang kelas I dan II, memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 37,
yang dibagi untuk tempat tidur anak sejumlah 15 tempat tidur, 10 tempat
status kepegawaian, sejum lah 7 orang perawat berstatus tetap dan 8 orang
B. Hasil Penelitian
(lima) bulan. Selain itu responden adalah perawat yang ter papar langsung
Ip1 D3 Dinas -
Ip2 D3 Dinas -
Ip3 SM A Umum -
Ip4 SM A Umum -
Hasil analisis tema atau kategori yang dihasilkan oleh peneliti yaitu ada 4
tema atau kategori utama yang berkaitan dengan tujuan penelitian tentang apa
dan bagaimana peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak di
sebagai pemberi pelayanan, (2) peran perawat sebagai kolaborator, (3) peran
kategori tersebut terbentuk setelah dilakukan ana lisis terhadap data yang
dokter dan orang tua atau pengasuh anak. Dari data yang terkumpul dibuat
keperawatan, (3) evaluasi. Kategori dan sub kategori tersebut ter bentuk
68
dari kumpulan meaning unit atau kata kunci dari beberapa data yang
terkumpul dan label atau pengodean yang diberikan pada kumpulan kata
pengkajian dehidrasi
M elakukan Kategori 1:
perumusan diagnosa
Dokumentasi Peran perawat
keperawatan
asuhan sebagai pemberi
intervensi
keperawatan pelayanan
monitoring diare
M elakukan
monitoring rehidrasi Evaluasi
waktu pelaksanaan
evaluasi rehidrasi
.. “itu tadi kalau kaitannya dengan perawatan, saya t idak tahu. kalau
saya kan sekedar ngasih ini ini ini... perawat ngasih” (I -Dktr)
“ya, karena saya kan tidak selalu di ruangan. Kalau visite ya pagi
aja.” (I-Dktr)
70
“Kita lihat turgor kulitnya, misalnya itu dari perut, kembalinya cepet
gak, nanti misale menangis keluar air mata gak, terus masih sering
BAK gak....” (R2)
.... “ Kalau dehidrasi sedang kan mungkin rewel, anak pengen minum
terus, mungkin juga kalau mata cekung kan kelihatan” (R4)
...”dehidrasi berat geh sampai nagis gak keluar air mata, gak sering
BAK....” (R2)
dehidrasi berat, jika tidak keluar air mata, malas, keluaran BAK
3) M elakukan evaluasi
... “Misale yang pagi koq diarenya 8 kali, terus nanti yang sore
tinggal 4 kali, nanti yang malem 2 kali...” (R2)
73
... “paling itu kalau anak diare ditanya orang tuanya, diare berapa
kali” (R3)
berikut.
rehidrasi.
“Setiap harinya tetep kita ngaten m bak, dimonitor satu shift itu
berapa kali BAB” (R2)
... “biasane kan kita yang rutin lho ya, yang rutin e.. jam 6 pagi, jam
11 siang sama jam 8 malam atau jam 7” (I-Karu)
“kalau monitoring saya kira setiap jaga itu perawat m onitor ya...” (I -
Dktr)
Dari hasil analisis, kategori yang kedua adalah peran perawat sebagai
team member, yang terdiri dari dari dua sub kategori, yaitu melakukan
konsul dokter
Pemberian cairan
parenteral
jenis cairan
parenteral
pemberian oralit
M elakukan
pemberian zink kolaborasi
dengan dokter
Pemberian antibiotik
Antidiare tidak Kategori 2:
diberikan Peran perawat
Pemberian prebiotik sebagai
kolaborator
M elakukan
kolaborasi
pemeriksaan
dengan analis
penunjang
kesehatan
prebiotik.
76
di bawah ini.
“kalau dokter ya kita selalu laporan, nanti dokter ngasih terapi apa,
kita laksanakan. Nanti ada apa, perm asalahan, lapor lagi, per sms,
per telelpon” (R1)
ini.
“Kalau dari poli, kita langsung pasang infus sesuai advis dokter”
(R4)
77
... “kadang kan kalau di U GD kadang kan namanya dokter jaga kan
infusnya D5, terus k adang dipantau. Kalau dokternya sini kalau diare
kan harus infusnya ka-en 3B, kita ganti sendiri aja. Karena dokternya
bilang bisa mem icu diare” (R1)
... “ kalau tiap kali pasien dia re atau m untah, dikasih dehidralit.
Pemberiannya 10 cc/ kg BB” (R3)
“Terus itu dehidralit apa oralit itu. Sesuai dengan berat badan. Di
sini juga sudah ada patokan, per 1 kilo 10 cc. Berarti kalau 10 kilo
berarti 100 cc setiap diare apa muntah. Karena diare biasanya diikuti
dengan muntah. Jadi per 1 kilonya 10 cc” (I-Karu)
“kalau yang bayi-bayi itu kadang separo, kalau 6 bulan ke atas itu
satu tablet. Yang besar juga satu” (R3)
“kalau pem berian zink itu satu kali 20. Ya dosisnya, itu diberikan
pagi hari” (R5)
“ini dapatnya ini(sambil menunjuk sirup orezy nk, 1x1 sendok” (I-
Ortu)
“Terus kan sekarang kan acuannya pake zink itu. D iberikan zink” (I -
Dktr)
baik tablet ataupun sirop dengan dosis 1x1 sehari atau 1x10 mg untuk
anak usia kurang dari 6 bulan dan dosis 1x20 mg untuk anak dengan
ini.
“Terus untuk antibotik itu dokter mesti ngasih. Biasanya kalau yang
sedang sampai berat antibiotik injeksi kalau ada panasnya. Kalau gak
ada panasnya paling antibiotik per os” (R1)
“untuk antibiotik itu... pak dokter ngasih injeksi. Mungkin kalau pas
panas itu, maksudnya kalau diare sama panas itu dikasih antibiotik.
Kalau gak ya dikasih cotrim. Kalau ada panas dikasih yang cefo
injeksi. Cotrim untuk yang tanpa panas” (R3)
“diare akut itu bukan berarti bukan karena bakteri ya. Kalau akut
kan sindroma aja, waktunya, penyebabnya bisa virus, bisa bakteri.
Kalau m isalnya itu bakteri ya dikasihkan” (I-Dktr)
“Paling gak di periksa DL, atau kalau gak kalau lekositnya tinggi itu
kan mengarah ke infeksi bakteri. Berarti dikasih antibiotic” (I -Dktr)
“Kalau di luar negeri kan bisa kultur. Jadi kalau mau ngasih
antibiotik yang sesuaipun bisa. Paling kan satu hari paling lama
mereka. Tempat kita kultur 1 minggu. Terus kalau memang mau kultur
ngapain .....” (I-Dktr)
... “kalau kita mau nuruti buku, ini gak perlu dikasih antibiotik, ee...
pasiennya ujug-ujug mati. Terus siapa yang salah.. biasanya kan
karena tool lab, gak memenuhi, gak bisa mendukung, akhirnya seperti
antibiotik ya kalau itu karena infeksi, ya dikasih. Misalnya penyakit ,
jangan sampai pasiennya dengan diare, pulang-pulang muni” (I-
Dktr)
anak dengan diare akut yang disertai panas adalah diare karena bakteri
Antibiotik injeksi diberikan pada anak dengan diare disertai panas dan
antibiotik oral diberikan pada anak diare tanpa panas. Dari hal tersebut
terdapat perbedaan antara dokumen SOP dan data lainnya, yang mana
akut. Dari semua pernyataan, baik dari responden, dari hasil observasi,
“antidiare gak. Kalau kem aren gak. Saya tanya perawatnya itu ya
katanya untuk yang ke pencernaan” (I-Ortu)
82
untuk penyakit diare, seperti oralit, zink dan prebiotik, yang disebut
dengan obat abadi. Di bawah ini adalah gambar tempat obat esensial,
darurat.
83
memeriksa darah dan feces pada anak dengan diare akut. Berikut
“itu protap koq. Langsung diperiksa feces sama DL itu pasti” (R4)
“ya kalau ada pasien baru kan sudah protap itu y a.. periksa DL sama
feces. Tapi kalau misalkan ada tadi itu, perubahan keluhan, fecesnya
jadi berbau, ada darah, kita konsul dokter lagi apa perlu periksa feces
lagi gitu..” (R5)
sebagai bentuk kerja sama dengan tim kesehatan lain yang dilakukan
sudah dilakukan oleh perawat ada empat hal. Keempat hal tersebut adalah
anjuran menghindari
makanan mengandung susu
anjuran menghindari Edukasi dalam
makanan yang merangsang pemberian
makanan yang dianjurkan makan
empat hal yang dilakukan perawat. Yang pertama adalah membe rikan
“Tapi kita sebagai peraw at kan memberikan itu opo, banyak minum,
pokoke itu dulu” (R4)
“kalau oralit, m isalkan ini, setiap kali menc ret, pakai air putih
dicam pur oralit, diminumkan” (R4)
“Kalau yang bentuk dehidralit juga diterangke. Kan itu bentuk botol,
itu penggunaane Cuma 24 jam” (I-Karu)
“ini satu botol Cum a 24 jam. Kalau lebih dari 24 jam buang” (I -
Ortu)
“tetep kita sarankan untuk diberikan. Malah justru ibue suruh tetep
banyak ngasih. Karena namanya ASI paling baik dibanding susu
form ula. Kita tetep penkes, ibunya tetep suruh makan banyak,
cairan...” (R5)
“ya saya tiap kali ini rewel to, terus tak kasih ASI” (I -Ortu)
untuk setengah sendok makan, diencerkan dua kali lipat. Soale kan
nanti biar gak terlalu banyak laktosanya bu...” (R5)
satu botol maksimal untuk 24 jam. Jika lebih dari 24 jam renalit atau
edukasi cara pemberian zink, (2) edukasi dosis zink, (3) edukasi lama
pemberian zink), (4) pengulangan zink jika muntah, (5) media yang
... “setiap kali memberikan, kita tetep kasih tahu caranya. Bu, niki
mangke parengke sendok, diencerke satu sendok aja. Untuk zi nk itu
nanti, niku mengke ajer piyambak, terus dimimikene sedinten
sepindah” (R2)
“terus orang tuanya juga dikasih tahu kalau yang tablet itu. Itu kan
kayak CDR, larut sendiri. Paling pakai itu bu, sendok kecil, nanti
larut sendiri pakai air putih” (R3)
Perawat juga menjelaskan kepada orang tua untuk mencam pur tablet
zink dengan satu sendok air putih (Obs)
... “pertama perawatnya, diajari kan kalau bentuk tablet kan itu d i
di...kayak enervon c itu to.. dicampur air. nah itu.. nanti kalau sudah
tahu kan njuk keluarganya” (I-Karu)
... “kalau advis dokter 1x1, saya suruh ibunya untuk mem inumkan
zinknya 1 x sehari” (R5)
... “nek kulo suka bilang ke keluarga untuk minumke zink selama 10
hari, kalau m isale belum 10 hari, obat habis, saya suruh kontrol gitu.
Soale kalau pasien BPJS obat pulang hanya untu k 3 hari, kalau
mondoke 3 hari m asih kurang 4 hari” (R1)
90
“dosisnya satu kali sehari. Itu biasanya paket 10 hari. Kalau zinknya
itu 20 m g” (I-Karu)
pemberian zink. Dari hasil triangulasi dengan orang tua, juga terdapat
zink jika anak muntah. Dari hasil analisis diketahui, bahwa perawat
“iya ada. Biasanya kalau memang muntah dim inumkan lagi setelah
10 sam pai 15 menit” (I-Karu)
digunakan oleh perawat adalah tablet zink itu sendiri, air putih dan
“Ya kalau kita gak pernah ada media bu, langsung mem praktekan ke
orang tua, ini lho bu, caranya dimasukan ke dalam sendok yang berisi
air, terus dim inumkan” (R1)
ini.
“paling suruh makan makanan yang dari sini dulu. Tapi kalau roti-
roti yang mengandung susu dianjurkan jangan dulu” (R3)
“Ya kayak susu tadi to, gak boleh kekentelen. Kita pem beritahuannya
dimaem i gak apa-apa, tapi jangan kentel-kentel. Kalau biasanya ee...
1 sendok dia dikasih aire berapa cc, ini 2 kali lipat” (I -Karu)
“kemarin m au tak kasih itu to, nestle cerelac itu nda k boleh. Karena
kan di dalam nya kan ada susunya” (I-Ortu)
92
pedas. Selain itu perawat juga mem beri edukasi tentang makanan
4) Pemberian nasehat
ada tanda bahaya dan anjuran kontrol jika obat habis. Kedua
“e... misale ini, “kalau obate telas, gak ada perbedaan, atau diarenya
tambah katah, geh mangke teko kontrol mawon. Tapi seandainya
kejadiannya m alam-malam, langsung ke UGD”.”(R1)
“.. kita Cuma hanya kalau untuk pulang, untuk kontrolnya kalau ada
keluhan saja. Kalau masih ada keluhan, silahkan k ontrol lagi” (I-
Karu)
“eehhmm... kalau misal ini sudah boleh pulang, tapi koq masih lebih
dari kondisi ini yo terpaksa kembali lagi” (I-Ortu3)
“kalau pasien mau pulang, atau ambil surat keperluan itu kita
beritahu, kalau obat habis harus kontrol, tapi kalau tidak ada keluhan
ya tidak kontrol tidak apa-apa” (R3)
ke petugas jika ada keluhan, seperti diare bertambah dan kondisi anak
bertambah parah. Selain itu perawat juga sudah memb eri anjuran
“itu ada form nya, ada persetujuan tindakan. Ada lembaran yang di status
itu ada persetujuan. ya tapi kalau di sini paling yang diminta persetujuan
yang injeksi antibiotic....”(R3)
“Form mengenai persetujuan tindakan atau pem berian terapi belum diisi
oleh peraw at” (Dok)
sibuk terhadap pasien di ruang perawatan anak sakit dan ruang bayi.
C. Pembahasan
Hasil penelitian ini akan dibahas berdasarkan teori dan penelitian yang
dengan peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak. M enurut M ubarak
96
(2009), peran perawat adalah suatu cara untuk menyatakan aktivitas seorang
perawat dalam praktik, yang mana telah menyelesaikan pendidikan formaln ya,
yang diakui dan diberi kewenagan oleh pemerintah dalam menjalankan tugas dan
keperawatan. Peran perawat secara umum yang dikemukakan oleh Delaune dan
Hasil temuan dalam penelitian ini didapatkan empat peran perawat, yaitu
peran perawat sebagai pendidik dan peran perawat sebagai pelindung. M enurut
Asmadi (2008) dan Delaune & Ladner (2011), dalam peran sebagai pemberi
pelayanan, perawat bertugas untuk memberi rasa aman dan nyaman pada klien,
melindungi hak dan kewajiban klien, memfasilitasi klien dengan angggota tim
berbeda dari konsep teori yang menyatakan bahwa perawat mempu nyai tujuh
peran. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam pemilihan subjek penelitian
D3 keperawatan, masa kerja minimal satu tahun dan perawat yang terpapar dalam
keperawatan, mempunyai masa kerja yang berkisar antara 1 tahun 5 bulan sampai
dengan 6 tahun 5 bulan dan sebagai perawat pelak sana yang melakukan
97
pemberian asuhan keperawatan secara langsung pada anak dengan diare akut. Dari
jawab dalam pemberian asuhan atau pelayanan, bertindak sebagai contoh dan
plus. Sedangkan perawat sebagai koordinator, atau yang disebut dengan perawat
selama dirawat, berperan serta secara langsung atau tidak langsung dalam
atau D3 plus (Kusnanto, 2004). Sedangkan sebagai ahli atau peneliti, perawat
pada literatur profesional (Delaune dan Ladner, 2011). M enurut PPNI (2005),
dalam menerapkan standar praktik keperawatan, yaitu pada standar VII, perawat
98
jawab sebagai peneliti, perawat harus mempunyai kriteria struktur, yang terdiri
dari empat kriteria. Keempat kriteria tersebut yaitu tersedianya kebijakan inst itusi
melakukan atau berpartisipasi dalam riset sesuai tingkat pendidikan dan tersedia
Dari hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa karakteristik responden tidak
memenuhi kriteria sebagai perawat manajer, koordinator dan ahli atau peneliti.
Selain itu perawat yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini tidak memenuhi
institusi tempat bekerja atau Rumah Sakit dr. Soedjono M agelang belum
M anajemen Terpadu Balita Sakit (M TBS) dan buku saku pelayanan kesehatan
anak di rumah sakit, bahwa pada tatalaksana diare akut pada anak, perawat dapat
tatalaksana diare pada anak, yaitu dalam pengka jian, pemberian rehidrasi oral dan
secara selektif dan pemberian nasehat (WH O, 2014). Dari hasil penelitian
didapatkan empat kategori peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak,
evaluasi. Hal tersebut serupa dengan apa yang disampaikan oleh N ursalam
tujuan dari pengkajian itu sendiri, yaitu proses pengumpu lan data secara
Hal serupa disampaikan oleh Weber dan Kelley, 2009, dalam Nanda (2011),
umum, mata dan pola minum. Hal tersebut sesuai dengan pengkajian
keperawatan yang dilakukan pada anak diare menurut Wong (2009), yaitu
dengan mengkaji haluaran urine, turgor dan ubun -ubun. Hal tersebut
of childhood illness (IM CI), dalam melakukan pengkajian anak sakit diare
adalah dengan mengkaji tipe diare dan tanda -tanda dehidrasi. M engkaji tipe
diare dilakukan dengan menanyakan lama diare dan ada darah dalam tinja
umum anak, mata cekung atau tidak, keinginan untuk minum dan turgor kulit.
Namun selain dari hal tersebut, perawat belum mengkaji riwayat penyakit,
Dari hal yang sudah disebutkan di atas menunjukan, bahwa perawat sudah
berkunjung ke ruang anak hanya pada waktu pagi hari dan tidak melihat
sehingga dokter tidak melihat dan mengetahui apa saja yang sudah dilakukan
oleh perawat. Hal tersebut tidak sejalan dengan K omisi Akreditasi Rumah
Sakit (KARS) pada standar pelayanan pasien (PP), yaitu pada standar PP 2.1
ataupun dokter, mulai data subjektif dan objektif dari pengkajian, diagnosis,
atau terintegrasi, maka dokumentasi yang tertulis bisa dibaca dan diketahui
dilakukan perawat dengan cara melihat anak rewel, keinginan minum anak
kuat dan mata cekung. Hal tersebut sesuai dengan cara penentuan tingkat
anak dengan diare pada klasifikasi dehidrasi ringan atau sedang adalah jika
terdapat dua atau lebih tanda-tanda: rewel, gelisah, mata cekung, minum
dehidrasi berat apabila terdapat dua atau lebih tanda-tanda: letargis atau tidak
sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum dan cubitan kulit
dehidrasi berat jika ditemukan tanda tidak keluar air mata, malas dan keluaran
yaitu perawat menentukan dehidrasi berat jika anak tidak keluar air mata dan
adalah faktor eksternal. Dalam faktor eksternal tersebut, salah satu hal yang
103
dehidrasi yang dilakukan oleh asisten dokter. Hal tersebut dapat terjadi karena
terintegrasi. M enurut KARS pada standar Pelayanan Pasien (PP) 2.1, bahwa
terintegrasi. Hal tersebut diperkuat oleh JCI pada standar C OP, yang
atau terintegrasi, maka profesi satu dengan lainnya akan dapat mengetahui
104
apa yang sudah dan belum dilakukan, sehingga antar profesi akan dapat
dirumuskan pada anak diare adalah defisit volume cairan. Dari hal tersebut
berikan anak makan setelah rehidrasi, berikan ASI, monitor pemasukan dan
Hasil penelitian juga menunjukan hal yang serupa, bahwa perawat melakukan
atau kerja sama dengan dokter dalam pemberian terapi medis. Kerjasama lain
juga disampaikan oleh A smadi (2008), ba hwa p erawat b ekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain -lain dengan
terapi dari hasil konsultasi tersebut sesuai instruksi dokter. Dari hasil
parenteral pada semua derajad dehidrasi, tetapi hal itu tidak sesuai dengan
tambahan pada semua kasus diare tersebut juga tidak sesuai dengan Depkes
anak cukup diberikan tambahan cairan oral lebih banyak dari biasanya. Pada
anak yang masih mendapat ASI, diteruskan pemberian ASI lebih sering dan
lama dari biasanya, diberikan oralit dan air matang. Untuk anak yang tidak
mendapatkan ASI ekslusif diberikan susu yang biasa dim inum, beri oralit dan
cairan rumah tangga. Pada dehidrasi ringan atau sedang, berikan anak oralit
sesuai dengan berat badan, ASI diteruskan dan beri air matang. Pada diare
intravena secepatnya sesuai dengan berat badan, jika ank bisa minum beri
oralit. Pada anak dengan diare bukan dehidrasi berat tidak perlu diberikan
sekunder pada anak dan memungkinkan biaya perawatan anak yang lebih
Pemberian cairan intravena oleh perawat atas instruksi dokter tersebut, karena
intravena.
Pemberian cairan intravena pada semua pasien diare di atas, tidak sesuai
dengan KARS pada standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Pada
bahwa rumah sakit harus melakukan upaya pencegahan dan penurunan risiko
invasive. Pada standar PPI 6 tersebut serupa dengan JCI (2013), pada standar
Prevention and Control of Infections (PCI), yaitu pada PCI 6 (enam) tentang
penambahan cairan intravena pada anak yang tidak dehidrasi berat, maka
Dari hasil kolaborasi perawat dengan dokter, terapi lain yang didapatkan
adalah oralit dan zink. Perawat sudah memberikan oralit dan zink sesuai
dengan terapi dokter, yaitu diberikan oralit pada anak setiap kali mencret
sebanyak 10 cc pada setiap Kg berat badan dan zink 10 m g pada anak dengan
usia di bawah enam bulan dan diberi zink 20 mg pada anak di atas enam
108
bulan. Hal tersebut sesuai dengan acuan Depkes (2011) dan W HO (2008),
bahwa pemberian oralit pada anak diare kurang dari 1 tahun sebany ak 50-100
cc dan pada anak lebih dari 1 tahun diberikan oralit sebanyak 100 -200 cc
setiap kali BAB. Sedangkan zink diberikan ½ tablet atau 10 mg per hari pada
anak usia kurang dari enam bulan dan pada anak usia lebih dari enam bulan
anak diare, untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. Oralit
mengandung campuran glukosa dan garam yang dapat diserap dengan baik
oleh usus pada anak diare. Selain oralit, zink juga sangat baik diberikan pada
anak diare. Dalam kodisi diare, anak akan kehilangan zink da lam tubuhnya.
tubuh yang hilang dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Terdapat
lebih dari 300 enzim dalam tubuh tergantung pada zink, termasuk semua yang
berperan dalam fungsi imun. Jika zink diberikan pada anak yang sistem
sistem kekebalan tersebut dan melindungi anak dari penyakit infeksi (Depkes,
2011).
injeksi dan oral pada diare tanpa panas. Pemberian antibiotik oleh perawat
109
atas instruksi dokter tidak sesuai dengan SPM yang ada di bangsal anak
antibiotik diberikan pada diare dengan kasus tertentu dan kasus resiko tinggi.
Hal tersebut juga tidak sesuai dengan lintas diare depkes (2011), yang
anak dengan diare dengan indikasi, seperti diare ada darah, kolera atau diare
dengan disertai penyakit lain. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional juga
akan memberikan efek samping gangguan fungsi hati dan ginjal (Depkes,
2011). M enurut Juffrie 2011, antibiotik yang diberikan tanpa indikasi akan
diare baik yang disertai panas atau tanpa panas diberikan antibiotik. M enurut
kinerja adalah fasilitas kerja. Dengan adanya fasilitas kerja yang memadai,
SOP, bahwa tidak dianjurkan obat-obat diare pada anak dengan diare.
samping dari pengunaan antidiare pada anak diare, yaitu dapat menyebabkan
ileus. Hal tersebut sejalan dengan lintas diare Depkes (2011), yang
menyebutkan bahwa antidiare tidak boleh diberikan pada anak diare karena
dan pemberian terapi atas instruksi dari dokter (Kozier, 2008). Seperti halnya
sudah disebutkan di atas, bahwa menurut Pabundu (2008), salah satu faktor
Pemberian prebiotik di atas tidak sejalan dengan lintas diare oleh depkes
efek signifikan pada AAD tetapi tidak memberikan efek signifikan pada
sebagai bagian dari tatalaksana diare. Selain hal itu, bia ya yang harus
tergambar pada hasil penelitian ini, yang mana perawat sudah melaksanakan
salah satu upaya yang dapat dilakukan perawat adalah dengan pemberian
mengakui bahwa keluarga adalah pusat kehidupan anak dan harus menjadi
menghilangkan distress fisik dan psikologis yang dialami anak dan keluarga
dengan lintas diare. Dalam lima langkah tuntaskan diare (lintas diare)
pemberian rehidrasi oral. Hal tersebut sesuai dengan lintas diare, yang
oralit, dosis oralit, pemberian minum dan pemberian ASI. Depkes (2011)
menyebutkan, bahwa oralit diberikan segera pada anak ketika diare sampai
bungkus oralit ke dalam satu gelas air matang atau sekitar 200 cc air matang,
diberikan 50-100 cc pada anak kurang dari satu tahun setiap kali diare dan
100-200 cc pada anak lebih dari satu tahun. Oralit yang diberikan adalah
sampai dengan 25%, mengurangi m ual muntah sampai dengan 30% dan
Pada anak dengan diare tetap diberikan minum, baik air matang, cairan
rumah tangga dan ASI atau PASI. Pada anak yang masih mendapatkan ASI,
maka ASI diberikan selama anak mau dan lebih sering. Pada anak yang
minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya . Pemberian
ASI dan PASI tersebut untuk memberikan gizi pada anak dan mengganti
nutrisi yang hilang serta mencegah kurang gizi (Kemenkes, 2011). Dari hasil
lama pada tubuh anak. Dengan diberikan ASI, maka akan mendukung
cara pemberian zink, edukasi dosis zink, edukasi lama pemberian zink dan
edukasi pengulangan zink jika muntah. Zink sangat bermanfaat bagi anak
yang menderita diare. pada anak yang terkena diare, anak akan kehilangan
pemberian zink sudah sesuai dengan lintas diare. Zink diberikan pada anak
dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI, karena zink
merupakan tablet spersible yang bisa larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zink
diberikan pada anak usia kurang dari 6 (enam) bulan dengan dosis 10 mg atau
½ tablet dan pada anak usia lebih dari 6 (enam) bulan diberikan 20 mg atau 1
tablet zink (Depkes, 2011). M enurut WGO (2008), zink diberikan sampai
tentang zink sangat bermanfaat bagi anak. Hasil systematic Review oleh Patel
anak dengan diare terbukti mengurangi durasi diare sebesar 19,7 %. Dari hasil
116
dengan pemberian pendidikan kepada orang tua tentang pemberian zink untuk
pernyataan tersebut tidak didukung oleh data dari observasi, dokumentasi dan
triangulasi dengan orang tua. Dari hal tersebut dapat diketahui, bahwa
belum diikuti dengan pemberian edukasi kepada orang tua mengani lama
edukasi tersebut. Kenyataan yang terjadi belum sejalan dengan Dep kes
dosis penuh zink yang harus diberikan kepada anak, yaitu selama 10 hari.
memberikan penjelasan kepada orang tua, bahwa dengan diberikan zink dapat
mencegah timbulnya diare dalam waktu dua sampai tiga bulan selanjutnya
Pada pemberian zink, jika anak muntah dapat diulang kembali. Jik a anak
yang lebih kecil dan berikan beberapa kali sampai dengan dosis penuh
(WHO, 2008). Dari hasil penelitian juga menunjukan hal yang sama, yang
pada buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, yang menyebutkan
bahwa pada anak diare, makanan yang direkomendasikan adalah sereal atau
kacangan, sayuran dan daging atau ikan. Selain itu dapat diberikan sari buah
segar, seperti apel, jeruk manis dan pisang. M akanan tetap diberikan pada
anak dengan tujuan memberikan nutrisi agar anak tetap dapat bertumbuh dan
(Kemenkes, 2011).
nasehat untuk kembali ke rumah sakit jika ada tanda bahaya dan untuk
kontrol. Hal tersebut sesuai dengan lintas diare dalam Depkes (2011) dan
Anak harus segera dibawa kembali ke petugas jika ditemukan gejala anak
lebih sering diare, muntah secara berulang, anak kehau san, makan minum
sedikit, demam, BAB disertai darah dan kondisi anak tidak membaik dalam
118
2009)
keputusan (Jansen & Staucffacher, 2010). Pada hasil penelitian ini juga
dalam tatalaksana diare akut pada anak, perawat sudah menjalankan perannya
atau pembela klien, berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim
dijalani. Selain hal tersebut, perawat juga harus melindungi hak -hak klien,
pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis
yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengan
lisan. Informed consent dikatakan sah apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu
informasi yang harus diberikan, telah diberikan kepada pasien dan keluarga,
Hal di atas sejalan dengan Kom isi Akreditasi Rumah Sakit pada standar
Hak Pasien dan Keluarga (HPK) pada standar HPK2. Pada standar HPK 2
rencana pelayanan dan pengobatan yang akan diberikan dan jika pasien atau
tentang pelayanan yang akan diterima (KARS, 2012). Hal serupa juga
disampaikan oleh JCI pada standar PFR (Patient and Family Rights) pada
proses, baik tes, prosedur tindakan dan perawatan harus meminta persetujuan
oleh perawat, karena dari hasil observasi, perawat mempunyai beban kerja
yang tinggi, dimana perawat tidak hanya merawa t anak sakit tetapi merawat
bayi baru lahir, yang menjadi satu dengan bangsal perawatan anak. Hal
secara tertulis.
121
A. KESIM PULAN
anak. Penelitian tentang peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak
empat peran. Empat peran tersebut yaitu peran perawat sebagai pemberi
perawat melaksanakan perannya dalam tata laksana diare pada anak, akan
122
123
kolaborasi dengan dokter dan dengan analis kese hatan. Kolaborasi dengan
dokter dilakukan dengan berkonsultasi dengan dokter dari hasil pengkajian dan
laboratorium darah rutin dan feces. Hal tersebut menunjukan bahwa perawat
perawat yang belum sesuai dengan panduan nasional dan internasional yang
intravena pada semua anak dengan diare akut atas instruksi dokter, dengan
diberikan pada anak diare yang disertai panas dan masih diberikan prebiotik
dalam pemberian rehidrasi oral, edukasi dalam pemberian zink, edukasi dalam
B. Saran
pelaksanaan peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak di rumah
sakit.
2. Bagi Pelayanan
2) Rumah sakit dan tim dokter serta perawat sebaiknya meninjau ulang
optimal.
126
b. Bagi perawat
diberikan pada anak diare dengan ada darah, lendir atau kolera, dan
maksimal.
akan kuat.
Perkembangan riset yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:
peran perawat
c. Evaluasi peran perawat dalam tatalak sana diare akut pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Aldeyab, M . A., KearneY. M. P., Scott. M . G., Aldiab. M . A., Alahmadi, Y. M.,
W. Feras., Elhajji, D., A. Fidelma., M agee., McElnay, J. C. 2012. An
evaluation of the impact of antibiotic stewardship on reducing the use of
high-risk antibiotics and its effect on the incidence of Clostridium difficile
infection in hospital settings. J Antimicrob Chem other 67: 2988–2996.
Bungin, B. 2012. Analisis D ata Penelitian Kualitatif. Edisi pertama. Cetakan ke-
delapan. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Depkes. 2011. Buku Saku petugas Kesehatan. edisi 2011. Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). Jakarta.
Gormley, S. E., M artin, R., M isener, Downe, B., Wamboldt, DiCenso, A. 2011.
Factors affecting nurse practitioner role implementation in Canadian
practice settings: an integrative review . Journal of Advanced Nursing 67 (6):
1178–1190.
Hockenberry, M .J., Wilson, D. 2011. Wong’s Book 2 Nursing Care of Infants and
Children. Edition 9. M osby Elseiver. USA.
Hockenberry, M . J., Wilson, D., Wong, D.L. 2009. Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing. M osby Elseiver, Inc. St Louis.
Hoque et al. (2012). An assessment of the quality of care for children in eighteen
randoml selected district and subdistrict hospitals in Bangladesh. BMC
Pediatrics 12 (197): 1-10.
128
129
Jansen dan Stauffacher. 2010. Advanced Practice Nursing Core Concepts for
Proffessional Role Development. Fourth edition. Springer Publishing
Company. New York.
Luby, S. P., Halder, A. K., Huda, T., Unicomb, L., Johnston, R. B. 2011. The
Effect of Handwashing at Recommended Times with Water Alone and With
Soap on Child D iarrhea in Rural Bangladesh: An Observational Study. PLOS
Medicine 8 (6): 1-12.
M ansyur, F. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Balita di Kabupaten
Magelang. Tesis. Universitas Gadjah M ada. Yogyakarta.
130
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik.
Edisi 4. EGC. Jakarta.
Sidik et al. (2013). Assessment of the quality of Hospital care for children in
Indonesia. Tropical Medicine and International Health. 18 (4): 407–415.
131
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Cetakan ke-
19. Alfabeta. Bandung.
Taylor. (2011). Fundamental of N ursing The Art and Science of Nursing Care.
Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Tomey, Alligood. (2010). Nursing Theorists and Their Work. Seventh Edition.
M osby elseiver. USA.
Walker, C. L. F., Fontaine, O., Young, W., dan Robert E Black, R. E. (2009). Zinc
and low osmolarity oral rehydration salts for diarrhoea: a renewed call to
action. Bull World Health Organ. 87 (10.2471/BLT.08.058990): 780–786.
WHO. 2005. The Treatment of D iarrhoea, A manual for physicia ns and other
senior health workers. 4th rev. WHO. Geneva.
WHO, UNICEF. (2013). Ending Preventable Child Deaths from Pneumonia and
Diarrhoea by 2025 The integrated Global Action Plan for Pneum onia and
Diarrhoea (GAPPD). WHO. France.
Yin, R. K. 2013. Case Study Research: Design and Methods. Studi Kasus Desain
dan Metode. Terjemahan M udzakir. 2013. Studi Kasus Desain dan M etode.
Cetakan ke-12. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Zhang, et al. 2013. Care-seeking and quality of care for outpatient sick children in
rural Hebei, China: a cross-sectional study. Croat Med J. 54: 541-549.
LAM PIRAN
LEM BAR PENJELAS AN UNTUK RESPONDEN
Saya, Ns. Septi Wardani, S.Kep dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
M ada (UGM ) akan melakukan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus
dengan judul Peran Perawat dalam Tatalak sana Dare Akut pada Anak.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali apa dan bagaimana peran perawat
dalam tatalaksana diare akut pada anak.
Peneliti mengajak Bapak/ Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini. Subjek/
Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di bangsal anak.
pengumpulan data dilakukan sampai dengan data tersaturasi. Data dikumpulkan
dengan cara wawancara, melihat dokumen dan observasi.
A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian
Bapak/ Ibu bebas mem ilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
Jika Bapak/ Ibu sudah memutuskan untuk ikut, Bapak/ Ibu juga bebas untuk
mengundurkan diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda ataupun
sanksi apapun.
B. Prosedur Penelitian
Apabila Bapak/ Ibu/ Saudara bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Bapak/
Ibu/ Saudara dim inta untuk menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua,
satu untuk Bapak/ Ibu simpan, dan satu untuk peneliti.
Prosedur selanjutnya adalah:
Bapak/ Ibu/ Saudara akan diwawancarai oleh peneliti untuk dilakukan wawancara.
Dokumen dilihat dari SPO, laporan dan rekam medis. Rekaman arsip
dikum pulkan dari jumlah anak dengan diare akut selama dilakukan penelitian.
Observasi langsung dilakukan terhadap tindakan perawat dalam menangani anak
dengan diare akut. Pengumpulan perangkat fisik dilakuakan dengan melakukan
observasi terhadap alat atau instrumen yang tersedia di bangsal anak.
C. Kewajiban subjek penelitan
Sebagai subjek penelitian, Bapak/ Ibu/ Saudara berkewajiban untuk m engikuti
aturan atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. A pabila ada hal yang
belum jelas, Bapak/ Ibu/ Saudara bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti
sejelas-jelasnya sebelum memutuskan keikutsertaan Bapak/ Ibu/ Saudara dalam
penelitian ini.
D. Resiko, efek samping dan penanganannya
Tidak ada resiko dan efek samping dari prosedur penelitian yang akan dijalani,
karena penelitian ini bukan merupakan penelitian intervensi.
E. Manfaat
M anfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah dapat diketahui peran
perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak, sehingga pelaksanaan tatalaksana
diare akut dapat optimal dan perawat dapat memberikan perannya dengan benar
dan maksimal.
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek pen elitian akan
dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian ini akan
dipublikasikan tanpa identitas subjek penelitian.
G. Kompensasi
Bapak/ Ibu/ Saudara akan mendapatkan souvenir tanda terima kasih telah ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini.
H. Pembiayaan
Semua pembiayaan yang terkait dengan penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
I. Informasi tambahan
Bapak/ Ibu/ Saudara diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum
jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu -waktu membutuhkan
penjelasan lebih lanjut, Bapak/ Ibu/ Saudara dapat menghubungi Ners. Septi
Wardani, S.Kep pada no. HP 085290522363 di Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah M ada. Bapak/ Ibu/ Saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian
kepada Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
UGM (Telp. 0274-7134955 atau email: (mhrec_fmugm@ ugm..ac.id).
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELIT IAN
Semua penjelasan tersebut telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan
saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan
penjelasan, saya dapat menanyakan kepada [Ns. Septi Wardani, S.Kep]
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam
penelitian ini
Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :
Waktu wawancara : jam.... s/d....
I. PETUNJUK UM UM WAWANCARA
1. M emperkenalkan diri pewawancara kepada INFORM AN
2. Waktu dan tempat dilakukannya wawancara sesuai dengan kesepakatan
dengan informan sebelumnya
3. M engemukakan maksud dan tujuan wawancara
4. M eminta ijin kepada informan untuk melakukan wawancara secara verbal
dan merekam percakapan
5. Pernyataan bahwa hasil wawancara akan dirahasiakan, digunakan untuk
kepentingan penelitian dan tidak akan disebarluaskan
6. Peraturan dalam wawancara:
a. Semua jawaban benar dan berharga
b. Semua jawaban harus diprobing
c. M elakukan wawancara sesuai dengan kesepakatan
7. Wawancara dilakuakn berulang-ulang
8. M engklarifikasi hasil wawancara kepada informan
9. M engakhiri wawancara dengan mengucapkan terima kasih.
II. KARAKTERISTIK INFORM AN
Kode :
Pendidikan :
Status : tetap tidak tetap
Lama bekerja :
Apakah pernah mengiku ti pelatihan diare : Ya Tidak
Jika ya, kapan waktu dilakukan pelatihan :
III. PERTANYA AN YANG A KAN DIA JUKA N PADA SAAT WA WANCARA
1. a. Apakah yang anda ketahui tentang tatalaksana diare akut?
b. Apakah anda mempunyai panduan dalam tatalaksana diare akut?
Jika ya, panduan apa yang anda terapkan?
2. a. Dapatkah anda ceritakan kepada saya, apa peran anda dalam melakukan
tatalaksana diare akut pada anak?
b. Bagaimana anda melakukan proses keperawatan atau asuhan
keperawatan pada anak dengan diare akut?
c. Bagaimana anda melakukan pengkajian pada anak dengan diare akut?
d. Dapatkah anda menjelaskan bagaimana anda memberikan cairan
tambahan pada anak dengan diare akut? Jenis cairan tambahan apa
yang anda berikan dan bagaimana cara memberikannya?
e. Bagaimana monitoring yang anda lakukan dalam pemberian rehidrasi?
f. Apakah anda memberikan edukasi kepada orang tua mengenai
penambahan cairan pada anak, tentang dosis dan caranya?
3. a. Bagaimana anda memberikan zink kepada anak?
b. Apakah anda memberikan edukasi kepada orang tua mengenai dosis
dan cara memberikan zink? Jika ya, jelaskan cara dan materi apa saja
yang diberikan. Jika tidak, mengapa?
4. Bagaimana anda memberikan nutrisi pada anak dan edukasi apa yang anda
berikan kepada orang tua?
5. Bagaimana dengan pemberian antibiotik dan antidiare? apakah anda
memberikanya? Jika ya, dapatkah anda menjelaskan bagaimana
pemberiannya? Jika tidak mengapa?
6. Apakah anda memberikan nasehat kepada orang tua mengenai kapan harus
kembali ke petugas? Jika ya, nasehat apa yan g anda berikan kepada orang
tua? Jika tidak mengapa?
PEDOM AN WAWA NCARA DEN GAN ORAN G TUA
(PENGECEKA N PEM AHAM AN ORAN G TUA M ENG ENAI
TATALAKSAN A DIARE AKUT PAD A ANAK)
1. Apakah anda dan perawat di ruang anak ini mempunyai panduan dalam
tatalaksana diare akut? Jika ya, panduan apa yang anda dan perawat
terapkan?
2. a. Dapatkah anda ceritakan kepada saya, apa peran yang dilakuakan
perawat selama ini dalam melakukan tatalaksana diare akut pada
anak?
b. Bagaimana perawat di ruang anak ini melakukan proses keperawatan
atau asuhan keperawatan pada anak dengan diare akut?
c. Bagaimana perawat melakukan pengkajian pada anak dengan diare
akut?
d. Dapatkah anda menjelaskan bagaimana perawat memberikan cairan
tambahan pada anak dengan diare akut? Jenis cairan tambahan apa
yang berikan dan bagaimana cara memberikannya?
e. Bagaimana monitoring yang dilakukan perawat dalam pemberian
rehidrasi?
f. Apakah perawat memberikan edukasi kepada orang tua mengenai
penambahan cairan pada anak, tentang dosis dan caranya?
3. a. Bagaimana perawat memberikan zink kepada anak?
d. Apakah perawat memberikan edukasi kepada orang tua mengenai
dosis dan cara memberikan zink? Jika ya, jelaskan cara dan materi apa
saja yang diberikan. Jika tidak, mengapa?
4. Bagaimana perawat memberikan nutrisi pada anak dan edukasi apa yang
diberikan kepada orang tua?
5. Bagaimana dengan pemberian antibiotik dan antidiare? apakah perawat
memberikanya? Jika ya, dapatkah anda menjelaskan bagaimana
pemberiannya? Jika tida k mengapa?
6. Apakah perawat memberikan nasehat kepada orang tua mengenai kapan
harus kembali ke petugas? Jika ya, nasehat apa yang perawat berikan
kepada orang tua? Jika tidak mengapa?
PANDUAN OBSERV ASI PARTISIPATIF
Peneliti melakukan observasi partisipatif mengenai proses tatalaksana diare
akut pada anak oleh perawat. Observasi yang dilakukan meliputi:
1. Observasi penentuan tingkat dehidrasi:
a. Penilaian tingkat dehidrasi
b. Cara menentukan tingkat dehidrasi
c. Deskripsikan bagaimana cara perawat menentukan tingkat dehidrasi
2. Observasi pemilihan rencana rehidrasi:
a. Jenis cairan tambahan yang diberikan
b. Pemantauan rehidrasi, evaluasi dan tindak lanjut
Deskripsikan apakah pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut dilakukan
oleh perawat
3. Obserasi pemberian oralit:
a. Dosis oralit yang diberikan pada anak
b. Penjelasan kepada orang tua mengenai dosis dan cara pemberian oralit
pada anak
c. Penjelasan kepada orang tua mengenai cara membuat larutan oralit
4. Observasi pemberian zink:
a. Dosis zink yang diberikan pada anak dan berapa lama harus diberikan
b. Penjelasan kepada orang tua tentang dosis dan cara pemberian zink pada
anak
c. Penjelasan kepada orang tua tentang pemberian zink jika anak muntah
5. Observasi pemberian nutrisi dan ASI:
a. Penjelasan kepada orang tua untuk tetap melanjutkan pemberian ASI dan
nutrisi
b. Penjelasan kepada orang tua tentang pemberian ASI pada anak yang masih
mendapatkan ASI ekslusif
c. Penjelasan kepada orang tua tentang pemberian ASI pada anak yang
mendapatkan susu formula
d. Penjelasan kepada orang tua tentang nutrisi yang harus diberikan pada
anak yang sudah menapatkan M PASI
6. Observasi pemberian antibiotik dan antidiare:
a. Pemilihan antibiotik dan antidiare
7. Observasi pemberian nasehat
a. Pemberian nasehat tentang pemberian cairan dan obat di rumah
b. Pemberian nasehat kepada orang tua mengenai kapan harus membawa
anak kembali ke petugas
8. Observasi tempat
a. Ketersediaan tempat cuci tangan/ wastafel
b. Ketersediaan ruangan khusus oralit
c. Ketersediaan oralit dan zink
d. Ketersediaan selang nasogastrik
e. Ketersediaan infuset dan cairan intravena
PANDUAN PEN GUM PULA N DOKUM EN TASI
Pengumpulan bukti dokumen dilakukan dengan observasi dokumen terkait
tatalaksana diare yaitu adanya SOP / SPM / SAK, dan dokumen pelaksanan asuhan
keperawatan. Pengumpulan dokumen tersebut yaitu:
1. SPO/ SAK mengenai tatalaksana diare akut pada anak
No Kegiatan Waktu
1 Penyusunan proposal penelitian Desember 2013 – Februari
2014
2 Ujian proposal penelitian 13 M aret 2014
3 Pengajuan ethical clearance 26 M aret 2014
4 Persetujuan komite etik 22 April 2014
5 Pengajuan permohonan ijin ke RS 28 April 2014
6 Kegiatan penelitian: mengeksplorasi April – Juli 2014
peran perawat dalam tatalaksana diare
akut pada anak di RS dr. Soedjono
M agelang dan analisis data
7 Penulisan hasil penelitian April – A gustus 2014
8 Ujian seminar hasil tesis 29 Agustus 2014
9 Ujian sidang tesis 11 September 2014