Anda di halaman 1dari 87

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA


KELAS VII PADA MATA PELAJARAN IPA
DI SMP NEGERI 6 SENGKANG
KABUPATEN WAJO

SKRIPSI

AUDYA SYAHRA
NPM: 190202007

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
2023
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA
KELAS VII PADA MATA PELAJARAN IPA
DI SMP NEGERI 6 SENGKANG
KABUPATEN WAJO

SKRIPSI

AUDYA SYAHRA
NPM: 190202007

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh gelar


Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Puangrimaggalatung

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery


Learning Terhadap Kemampuan Literasi Sains
Siswa Kelas VII Pada mata Pelajaran IPA Di
SMP Negeri 6 Sengkang Kabupaten Wajo.

Nama : Audya Syahra

NPM : 190202007

Program Studi : Pendidikan Biologi

Telah diperiksa ulang dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Puangrimaggalatung.

Sengkang, Juni 2023

Disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Hj. Sariah Rahim, M.Pd Yetti Anita, S.Pd., M.Pd.


NIP. 195903091984032004 NIDN. 0921117802

Diketahui oleh:

Dekan FIP Ketua Program Studi


Universitas Puangrimaggalatung, Pendidikan Biologi,

Drs. Panessai Sir JC, M.Si. Dr. Andi Badli Rompegading, M.Pd.
NIDN. 0950759901 NIDN. 0923108102
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh model Discovery


Learning terhadap Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Kelas VII semester
genap SMP Negeri 6 Sengkang Kabupaten Wajo pada pembelajaran IPA Biologi
materi tata surya. Sampel penelitian adalah peserta didik kelas VII.1 dan kelas
Expert yang dipilih dari populasi dengan teknik purpose sampling Desain yang
digunakan yaitu non-equivalent pretest-postest control group design. Data
dianalisis secara statistik dengan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis
menggunakan bantuan program SPSS 17.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
model pembelajaran Discovery Learning berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan literasi sains dengan nilai signifikasi 0,00 (p < 0,05).
Kata Kunci: ; Discovery Learning, Kemampuan Literasi Sains, Tata Surya.

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena berkat rahmat,

inayah dan taufik-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan

Literasi Sains Siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri 6

Sengkang Kabupaten Wajo” dapat diselesaikan dengan baik.

Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari semua pihak,

skripsi ini tidak dapat di selasaikan dengan baik. Untuk itu,saya mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Ibu Hj. Febriani Sulianti Sanusi selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan

Universitas Puangrimaggalatung Sengkang yang telah menyediakan fasilitas

kuliah yang memadai selama penulis menempuh studi di Universitas

Puangrimaggalatung.

2. Bapak dr. H. Abdul Azis, M.Kes, selaku ketua Yayasan Universitas

Puangrimaggalatung.

3. Prof. Dr. H. Imran Ismail, M.S. selaku Rektor Universitas

Puangrimaggalatung beserta jajarannya yang telah memotivasi penulis

sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat waktu.

4. Bapak Drs. Panessai Sir JC, M.Si. selaku Dekan Fakultas ilmu Pendidikan

Universitas Puangrimaggalatung atas arahan kepada penulis selama

penyelesaian skripsi ini.

v
5. Ibu Dr. Hj. Sitti Aminah, S.Pd., M.Si. selaku Wakil Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Puangrimaggalatung.

6. Bapak Muhammad Nasir, S.Pd., M.Pd. Selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Biologi yang telah memberikan bimbingan teknis kepada penulis,

baik pada saat mengikuti perkuliahan maupun pada saat pelaksanaan

penelitian dan penulisan skripsi.

7. Ibu Dra. Hj. Sariah Rahim, M.Pd. selaku pembimbing I dan Ibu

Yetti Anita, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II, Peneliti mengucapkan banyak

terima kasih karena Berkat keseriusan pembimbing mengarahkan dan

membimbing penulissehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

8. Segenap Bapak/Ibu Dosen FIP Universitas Puangrimaggalatung yang telah

memberikan bimbingan kepada peneliti.

9. Kedua orang tuaku tercinta Amirwan dan Suharni yang selalu sabar

memotivasi saya unntuk terus belajar, memberikan materi dan kasih sayang

serta medoakan perjalanan saya agar dapat selasai dan sukses.

10. Teman seperjuangan angkatan 2019 FIP Universitas Puangrimaggalatung

terkhusus teman-teman di Pendidikan Biologi yang selalu memberikan

masukan dan saling berbagi pengalaman dalam menyusun skripsi.

11. Kepala SMP Negeri 6 Sengkang Kabupaten Wajo beserta segenap guru dan

staf yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian dan

pengumpulan data sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

12. Semua pihak yang tidak bisa di sebutkan satu per satu yang telah memberikan

dukungan serta bantuan selama penyelesaian skripsi ini.

vi
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Peneliti menyadari

bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna,untuk

itu saran dan masukan yang membangun sangan di harapkan.Akhirnya penulis

berharap semoga segala bantuan, bimbingan, dan arahan yang telah diberikan dari

berbagai pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt.

Sengkang, Juni 2023

Peneliti

Audya Syahra

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR BAGAN x

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Discovery Learning 8

B. Literasi Sains 14

C. Mata Pelajaran IPA 19

D. Kerangka Pikir 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 24

viii
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 24

C. Populasi dan Sampel 25

D. Metode Pengumpulan Data 25

E. Teknik Pengumpulan Data serta Instrumen yang Digunakan 26

F. Teknik Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 29

B. Pembahasan 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 39

B. Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 41

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Pikir 23

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi nilai statistik deskriptif kemampuan literasi


sains murid kelas VII SMP Negeri 6 Sengkang pada kelas
ekperimen dan kelas kontrol 30

Tabel 4.2 Distribusi pengkategorian kemampuan pretest dan posttest


literasi sains kelas VII Expert SMP Negeri 6 Sengkang pada
kelas eksperimen 30

Table 4.3 Distribusi pengkategorian pretest dan posttest kemampuan literasi


sains kelas kontrol SMP Negeri 6 Sengkang 31

Tabel 4.4 Tabel Uji Normalitas 33

Tabel 4.5 Tabel Uji Homogenitas 34

Tabel 4.6 Tabel Ringkasan Uji Anacova Pengaruh model Discovery


Learning terhadap literasi sains peserta didik 34

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Nilai Pretest Dan Postest Kelas Vii Smp Negeri 6 Sengkang Nilai Tes
Kelas Vii Expert (Kelas Eksprimen) 43

2. Hasil Uji Spss (Nilai Pretest Dan Postest) 44

3. Soal Pretest Dan Posttest 48

4. RPP 52

5. Dokumentasi Kegiatan Penelitian 69

6. Formulir Pengajuan Judul Skripsi 70

7. Rekomendasi 71

8. Surat Keterangan Penelitian 71

9. Kartu Seminar 73

10. Kartu Konsultasi Skripsi 74

11. Riwayat Hidup Penulis 75

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini masyarakat dunia sedang dihadapkan pada era percepatan

perubahan dalam berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pendidikan.

Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu pilar yang sangat penting bagi

kemajuan suatu bangsa. Hal ini juga berlaku di negara kita, yaitu negara

Indonesia. Pada abad 21 ini menuntut sistem pendidikan harus sesuai dengan

perubahan zaman dan fenomena yang terjadi dilapangan.

Menurut Slavin (Yaumi, 2017) menyatakan bahwa “Discovery Learning

dapat meningkatkan keingintahuan siswa meningkatkan berfikir bebas dan bisa

memecahkan masalah secara mandiri”. Selain itu, dengan cara melakukan

penemuan sendiri peserta didik juga lebih merasakan makna dari proses yang

dilakukannya selama pembelajaran berlangsung, sehingga mereka tidak mudah

melupakan konsep yang telah mereka dapatkan.

Salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan literasi sains siswa

adalah model pembelajaran yang digunakan di kelas. Model pembelajaran

tradisional yang bersifat guru-turun menempatkan siswa sebagai penerima

informasi pasif, sedangkan model pembelajaran yang lebih interaktif dan

partisipatif seperti Discovery Learning memberikan kesempatan kepada siswa

1
2

untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mengembangkan keterampilan

literasi sains mereka.

Model pembelajaran Discovery Learning menuntut peserta didik belajar

aktif, dimana pembelajaran tidak hanya di nilai dari hasil, melainkan dari proses

belajar. Dari proses belajar tersebut peserta didik dapat menemukan masalah-

masalah dan berusaha untuk memecahkan masalah tersebut, bahkan peserta didik

dapat menemukan pengetahuan baru dari masalah tersebut.

Pentingnya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah

model pembelajaran Discovery Learning dalam meningkatkan kemampuan

literasi sains peserta didik di SMP Negeri 6 Sengkang. Dengan menggunakan

model ini diharapkan dapat membantu guru dalam mengarahkan peserta didik

untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk

akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Peserta didik diharapkan sebagai

peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan

berinisitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber

informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta

mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber

yang ditemukannya. Model Discovery Learning memiliki sintak yang cocok untuk

diterapkan di kelas sehingga mampu meningkatkan literasi sains dan hasil belajar

peserta didik seperti mengidentifikasi masalah, mencari data, mengolah data, dan

mengambil kesimpulan sendiri dari masalah yang ditemukan di lapangan.

Menurut Suwono, dkk 2016 “Salah satu keterampilan yang diperlukan

dalam abad 21 adalah literasi saintifik”. Hal tersebutlah yang membuat literasi
3

sains menjadi sangat penting untuk dimiliki oleh peserta didik. Nyatanya,

pembelajaran IPA yang diterapkan di SMP Negeri 6 Sengkang ini belum secara

kesuluruhan memenuhi tuntutan pendidikan abad 21, seperti kurangnya tanggapan

peserta didik mengenai isu-isu sains yang sedang beredar disekitarnya saat ini.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan terhadap proses pembelajaran yang

digunakan agar keterampilan literasi sains peserta didik dapat terasah dan

meningkatkan capaian hasil belajarnya.

Literasi sains merupakan keterampilan yang penting dan dibutuhkan dalam

era digital saat ini sebab terdapat banyak permasalahan-permasalahan yang

berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi, serta memberdayakan masyarakat

untuk membuat keputusan pribadi dan berpartisipasi dalam perumusan kebijakan

publik yang berdampak pada kehidupan mereka.

Pendidikan sains merupakan bagian integral dalam kurikulum sekolah

untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman tentang konsep-konsep

ilmiah dan kemampuan literasi sains. Literasi sains menjadi hal yang penting

dalam era informasi dan teknologi saat ini, di mana kemampuan untuk

memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi ilmiah menjadi

keterampilan kunci.

Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains

siswa masih rendah, terutama pada tingkat pendidikan menengah seperti SMP.

Salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan literasi sains adalah model

pembelajaran yang digunakan di dalam kelas. Model pembelajaran tradisional

yang cenderung berpusat pada guru dan mengandalkan transfer pengetahuan


4

secara pasif terbukti kurang efektif dalam meningkatkan kemampuan literasi sains

siswa.

Dalam konteks ini, model pembelajaran Discovery Learning muncul

sebagai pendekatan yang menekankan pada keaktifan siswa dalam mencari,

menemukan, dan membangun pengetahuan melalui pengalaman langsung. Dalam

model ini, siswa diajak untuk mengamati, mengajukan pertanyaan,

mengumpulkan data, dan menyusun penjelasan atau pemahaman mereka sendiri

tentang konsep-konsep sains.

Namun, masih terbatasnya penelitian yang mengkaji pengaruh model

pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan literasi sains siswa di

SMP, terutama di SMP Negeri 6 Sengkang. Oleh karena itu, penelitian ini

bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut dan mengkaji secara lebih

mendalam pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap

kemampuan literasi sains siswa kelas VII pada mata pelajaran IPA.

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman

yang lebih baik tentang efektivitas model pembelajaran Discovery Learning

dalam meningkatkan kemampuan literasi sains siswa di tingkat SMP. Hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan panduan bagi

guru dan sekolah dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang

efektif untuk meningkatkan literasi sains siswa.

Masalah utama yang di hadapi dalam proses pembelajaran dimana

pembelajaran di dalam kelas masih terfokus pada kegiatan menghafal daripada

interprestasi dan makna serta membangun pengetahuan. Upaya untuk mengatasi


5

permasalahan tersebut ialah melalui pendekatan inovasi pembelajaran agar minat

belajar siswa meningkat.rendahnya daya serap siswa terhadap materi

pembelajaran merupakan salah satu permasalahan yang ada di dalam pendidikan.

Hal ini dilihat dari nilai rata-rata peserta didik. Pembelajaran yang inovatif ialah

proses pembelajaran guna untuk meningkatkan pembelajaran yang berkualitas

lebih baik.

SMP Negeri 6 Sengkang merupakan salah satu sekolah menengah

pertama di wilayah tersebut yang menerapkan kurikulum berbasis kompetensi

dengan penekanan pada pembelajaran IPA. Namun, belum ada penelitian yang

mengeksplorasi pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap

kemampuan literasi sains siswa di sekolah ini.

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan literasi

sains siswa kelas VII pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri 6 Sengkang .

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan

strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan literasi sains

siswa, sehingga dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar dalam mata

pelajaran IPA.

Berdasarkan latar belakang ,maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh model pembelajaran discovery learning

terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas VII pada mata pelajaran IPA di

SMP Negeri 6 Sengkang Kabupaten Wajo”


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian adalah: ‘’Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran

Discovery Learning terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas VII pada mata

pelajaran IPA di SMP Negeri 6 sengkang Kabupaten Wajo ?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

“untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Discovery

Learning terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas VII pada mata pelajaran

IPA di SMP Negeri 6 Sengkang Kabupaten Wajo”.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu, sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini bisa digunakan menjadi sebuah referensi dalam

memperluas pengetahuan dan wawasan tentang pemilihan model

pembelajaran agar pembelajaran dapat lebih menarik dan variatif.

2. Bagi peserta didik

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memudahkan siswa dalam

memahami materi dan menambah wawasan siswa dengan menggunakan

model discovery learning serta meningkatkan kemampuan literasi sains IPA

siswa.
7

3. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan dalam rangka meningkatkan kualitas

pembelajaran IPA di sekolah.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan pertimbangan

pengembangan penelitian sejenis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Discovery Learning

1. Pengertian Discovery Learning

Discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran

belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Sistem pembelajaran

Discovery Learning, guru tidak langsung menyajikan bahan pelajaran, akan

tetapi siswa di beri kesempatan untuk menemukan suatu persoalan dengan

menggunakan pendekatan problem solving.

Sintaks Model Discovery Learning penyingkapan/penemuan adalah

memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya

sampai kepada suatu kesimpulan. Proses Discovery terjadi bila individu

terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan

beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi,

klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan inferensi. Proses di atas

disebut cognitive process. Discovery Learning dilakukan dalam bentuk

kegiatan, seperti observasi, klasifikasi, pengukuran, dan prediksi. Kegiatan

tersebut dinamakan cognitive process.

8
9

Tujuan Discovery Learning yaitu memberikan kesempatan dan

mendorong partisipasi peserta didik untuk mengalami proses pengetahuan di

peroleh, untuk terlibat aktif secara fisik dan kognitif, untuk berpikir tingkat

tinggi, melatih peserta didik untuk menemukan dan memecahkan masalah

secara mandiri serta menuntut untuk belajar menganalisis dan mengatur

informasi.

Discovery Learning adalah pendekatan pembelajaran di mana siswa

secara aktif terlibat dalam proses eksplorasi, penemuan, dan konstruksi

pengetahuan. Berikut adalah beberapa pendapat ahli yang menggambarkan

pengertian Discovery Learning:

a. Jerome Bruner: Discovery Learning adalah metode pembelajaran di mana

siswa belajar melalui eksplorasi dan penemuan sendiri. Mereka diberikan

kesempatan untuk membangun pemahaman mereka sendiri melalui

pengalaman langsung dengan materi pembelajaran.

b. Jean Piaget: Menurut Piaget, Discovery Learning melibatkan interaksi

aktif siswa dengan lingkungan fisik dan sosial. Siswa diajak untuk

mengamati, menggali, dan menguji konsep-konsep melalui tindakan

langsung, sehingga mereka dapat membangun pemahaman yang lebih

mendalam.

c. David Kolb: Discovery Learning melibatkan siklus belajar yang terdiri

dari pengalaman konkret, refleksi, pemikiran konseptual, dan penerapan

praktis. Siswa belajar melalui pengalaman langsung, merenungkan


10

pengalaman tersebut, mengembangkan pemahaman konseptual, dan

menguji pemahaman tersebut dalam situasi nyata.

d. Seymour Papert: Papert berpendapat bahwa Discovery Learning

melibatkan konstruksi pengetahuan oleh siswa melalui interaksi aktif

dengan objek fisik atau lingkungan digital. Siswa diberikan kesempatan

untuk bereksperimen, mencoba-coba, dan bermain dengan konsep-konsep

baru, sehingga mereka dapat memperkuat pemahaman mereka.

Dalam intinya, Discovery Learning menempatkan siswa sebagai agen

aktif dalam pembelajaran, di mana mereka terlibat dalam eksplorasi,

penemuan, dan konstruksi pengetahuan melalui pengalaman langsung,

refleksi, dan aplikasi praktis. Pendekatan ini mendorong siswa untuk

mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kemampuan problem-solving,

dan pemahaman yang mendalam tentang materi pembelajaran.

2. Bentuk Discovery Learning

Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan Discovery

Learning, yaitu sebagai berikut:

a. Pembelajaran penemuan bebas Ialah pembelajaran penemuan tanpa adanya

petunjuk atau arahan dari pendidik.

b. Pembelajaran penemuan terbimbing Ialah pembelajaran penemuan yang

membutuhkan peran pendidik sebagai fasilitator.

Bentuk-bentuk Discovery Learning dapat bervariasi tergantung pada

konteks dan materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Beberapa bentuk

umum dari Discovery Learning meliputi:


11

a. Eksperimen dan Penemuan: Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan

eksperimen, mengamati fenomena, dan menemukan pola atau hubungan

dalam data yang mereka kumpulkan. Misalnya, mereka dapat melakukan

eksperimen dalam laboratorium sains atau melakukan penelitian lapangan

untuk mengumpulkan data dan membuat kesimpulan.

b. Proyek Penelitian: Siswa diberikan tugas atau proyek yang memerlukan

mereka untuk menyelidiki topik tertentu secara mandiri. Mereka

mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan menyajikan temuan

mereka dalam bentuk laporan atau presentasi.

c. Simulasi dan Permainan Peran: Siswa terlibat dalam simulasi atau

permainan peran yang mensimulasikan situasi nyata atau abstrak. Mereka

berperan sebagai karakter atau peserta dalam situasi tersebut dan harus

mengambil keputusan, memecahkan masalah, atau mencari solusi

berdasarkan pengetahuan dan pemahaman mereka.

d. Penemuan Online: Siswa menggunakan sumber daya online, seperti

website, simulasi interaktif, atau basis data, untuk melakukan penelitian

dan eksplorasi mandiri. Mereka dapat mencari informasi, menemukan

hubungan antara konsep, atau menggunakan alat dan aplikasi interaktif

untuk memahami konsep-konsep yang kompleks.

e. Kolaborasi Kelompok: Siswa bekerja dalam kelompok untuk

menyelesaikan tugas atau proyek yang melibatkan eksplorasi dan

penemuan bersama. Mereka saling berbagi ide, berdiskusi, dan bekerja


12

sama untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang topik yang

dipelajari.

f. Pemecahan Masalah: Siswa diberikan masalah atau tantangan yang

kompleks yang memerlukan mereka untuk menggunakan pengetahuan dan

keterampilan mereka untuk mencari solusi. Mereka diberikan kebebasan

dalam mencari strategi, menguji hipotesis, dan mencoba pendekatan yang

berbeda untuk menyelesaikan masalah.

Dalam semua bentuk Discovery Learning, siswa diarahkan untuk

menjadi aktif, kritis, dan mandiri dalam proses pembelajaran. Mereka

didorong untuk mengeksplorasi, bertanya, mengambil inisiatif, dan

mengembangkan pemahaman mereka sendiri tentang konsep-konsep sains

atau topik yang dipelajari.

3. Kelebihan Model Discovery Learning

Model Dicovery Learning memiliki banyak kelebihan. Menurut

Darmawan dan Dinn (2018) terdapat beberapa kelebihan model discovery

learning diantaranya:

a. Model Discovery Learning memiliki beberapa kelebihan yang dapat

mendukung proses pembelajaran siswa. Berikut adalah beberapa kelebihan

dari model Discovery Learning:

b. Aktifkan Siswa: Discovery Learning mendorong siswa untuk menjadi aktif

dalam proses pembelajaran. Mereka terlibat secara langsung dalam

eksplorasi, penemuan, dan pemecahan masalah, yang meningkatkan

motivasi dan minat belajar mereka.


13

c. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis: Melalui Discovery Learning,

siswa diajak untuk berpikir kritis dalam mengamati, mengumpulkan data,

menganalisis informasi, dan membuat kesimpulan. Mereka

mengembangkan kemampuan berpikir logis, evaluasi bukti, dan

mengambil keputusan berdasarkan pemahaman yang mereka bangun.

d. Pemahaman yang Lebih Mendalam: Dengan terlibat langsung dalam

proses penemuan dan konstruksi pengetahuan, siswa memiliki kesempatan

untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep-

konsep yang dipelajari. Mereka dapat membuat koneksi antara

pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya,

sehingga memperkuat retensi dan pemahaman jangka panjang.

e. Pembelajaran Kontekstual: Discovery Learning memungkinkan siswa

untuk menghubungkan konsep-konsep yang dipelajari dengan konteks

kehidupan sehari-hari atau situasi nyata. Mereka melihat relevansi dan

aplikabilitas konsep-konsep tersebut, sehingga memotivasi mereka untuk

belajar dan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan mereka.

f. Pengembangan Keterampilan Metakognitif: Dalam Discovery Learning,

siswa belajar untuk mengelola dan mengatur proses pembelajaran mereka

sendiri. Mereka merencanakan, memantau, dan mengevaluasi kemajuan

belajar mereka. Hal ini membantu dalam pengembangan keterampilan

metakognitif, yaitu pemahaman mereka tentang cara belajar dan

pemahaman diri mereka sebagai pembelajar.


14

g. Pemberdayaan Siswa: Model Discovery Learning memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengambil peran aktif dalam

pembelajaran mereka sendiri. Mereka memiliki kebebasan dalam

menjelajahi ide-ide, mengemukakan pertanyaan, dan mengembangkan

pemahaman mereka sendiri. Hal ini memberikan rasa kepemilikan dan

pemberdayaan pada siswa terhadap proses pembelajaran.

Dengan kelebihan-kelebihan ini, model Discovery Learning dapat

menciptakan lingkungan pembelajaran yang aktif, menantang, dan

mendukung perkembangan siswa dalam memahami konsep-konsep sains

secara lebih mendalam.

B. Literasi Sains

1. Pengertian Literasi Sains

Menurut Organisation for Economic Cooperation and Development

(OECD) (2019) literasi sains merupakan keterampilan seseorang menerapkan

sains, mengidentifikasi masalah dan menentukan kesimpulan berdasarkan

bukti untuk memahami dan membuat keputusan terkait dengan sains dan

perubahan alam yang disebabkan aktivitas manusia.

Menurut Murti (2018) mendefinisikan literasi sains sebagai

keterampilan multidimensi yang mencakup pengetahuan (kosakata, konsep,

dan fakta), disposisi (perilaku & sikap), keterampilan proses (terampil &

intelektual), dan hubungannya dengan fakta yang ada pada lingkungan.


15

Literasi sains adalah kemampuan siswa mengenal konsep, memahami,

menjelaskan, mengkomunikasikan sains, menerapkan sains di kehidupan

sehari-hari untuk memecahkan persoalan keseharian dan berkaitan dengan

materi yang telah di pelajari. Literasi sains dibutuhkan siswa untuk

menganalisis masalah dan menghubungkannya dengan berbagai fakta sains

(Fadilah, Isti, Amarta, & Prabowo, 2020).

2. Tujuan literasi sains

Pada pembelajaran dengan adanya literai sains, peserta didik

diharapkan memiliki beberapa kemampuan yaitu sebagai berikut :

a. Memiliki kemampuan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep ilmiah

dan proses yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam masyarakat di era

digital.

b. Memiliki kemampuan mencari atau menentukan jawaban pertanyaan yang

berasal dari rasa ingin tahu yang berhubungan dengan pengalaman sehari-

hari.

c. Memiliki kemampuan menjelaskan dan memprediksi fenomena.

d. Dapat melakukan percakapan sosial yang melibatkan kemampuan dalam

membaca dan mengerti artikel tentang ilmu pengetahuan.

e. Dapat mengidentifikasi masalah-msalah ilmiah dan teknologi informasi

f. Memilki kemampuan dalam mengevaluasi informasi ilmiah atas dasar

sumber dan metode yang digunakan.

g. Dapat menarik kesimpulan dan argument serta memiliki kapasitas

mengevaluasi argument berdasarkan bukti.


16

3. Media Pembelajaran Literasi sains

Media pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

menciptakan keefektifan proses pembelajaran. Media pembelajaran

selayaknya dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi ajar dan juga

karakteristik peserta didik sebagai subjek belajar. Penggunaan media sebagai

alat pendukung penguasaan kompetensi literasi sains dan kompetensi abad 21

dapat memainkan peranan pentingnya apabila dijadikan sebagai alat berpikir

kritis dan digunakan dalam kegiatan inkuiri yang dilakukan oleh peserta didik.

Ada banyak media pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengembangkan literasi sains siswa. Beberapa media pembelajaran yang

efektif dalam meningkatkan literasi sains antara lain:

a. Buku dan Materi Bacaan: Buku teks, buku referensi, artikel ilmiah, jurnal,

dan materi bacaan terkait sains dapat digunakan untuk mengembangkan

literasi sains. Siswa dapat membaca dan memahami informasi ilmiah yang

relevan, serta mengembangkan keterampilan membaca kritis dan

interpretasi.

b. Video dan Animasi: Video pendek, dokumenter, dan animasi sains dapat

membantu visualisasi konsep-konsep yang kompleks. Media ini dapat

membantu siswa memahami proses ilmiah, mengamati fenomena alam,

dan melihat aplikasi konsep sains dalam kehidupan nyata.

c. Simulasi Interaktif: Simulasi komputer dan perangkat lunak interaktif

memungkinkan siswa untuk melakukan percobaan virtual dan eksplorasi

interaktif terhadap konsep sains. Mereka dapat memanipulasi variabel,


17

mengamati efeknya, dan mengembangkan pemahaman yang lebih

mendalam tentang prinsip-prinsip ilmiah.

d. Aplikasi Mobile: Aplikasi sains mobile yang interaktif dan edukatif dapat

memberikan pengalaman belajar yang menarik dan melibatkan siswa.

Aplikasi ini dapat berisi simulasi, permainan, kuis, dan aktivitas interaktif

yang mengembangkan pemahaman konsep sains dan keterampilan literasi

sains.

e. Demonstrasi dan Eksperimen: Demonstrasi langsung oleh guru atau guru

pembimbing, serta eksperimen praktis di laboratorium atau dalam konteks

kelas, dapat membantu siswa mengamati dan mempraktikkan konsep-

konsep sains. Hal ini dapat memperkuat pemahaman dan keterampilan

literasi sains siswa.

f. Situs Web Edukatif: Ada banyak situs web edukatif yang menyediakan

konten sains yang bermanfaat, seperti National Geographic, Khan

Academy, BBC Bitesize, dan lainnya. Situs web ini menyediakan video,

artikel, permainan, dan aktivitas yang mendukung pembelajaran dan

literasi sains.

g. Diskusi Kelas: Diskusi kelompok atau diskusi kelas tentang konsep sains

dan pertanyaan terkait dapat membantu siswa mengembangkan

keterampilan literasi sains, termasuk berbicara, mendengarkan, berpikir

kritis, dan mengemukakan argumen berdasarkan bukti ilmiah.

h. Proyek Penelitian: Melibatkan siswa dalam proyek penelitian atau

penelitian mandiri memungkinkan mereka untuk mengembangkan


18

keterampilan literasi sains, termasuk merencanakan penelitian,

mengumpulkan dan menganalisis data, serta menyajikan hasil secara

tertulis.

Pilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran, karakteristik siswa, dan konteks pembelajaran. Kombinasi

media yang beragam dapat membantu membangun keterampilan literasi

sains siswa dengan cara yang menarik, interaktif, dan mendalam.

4. Indikator literasi sains

Terdapat 4 aspek yang menjadi kerangka dari literasi sains, yaitu

contexts, conten, process dan attitude.

a. Contexts (konteks)

Pribadi, lokal/nasional dan isu-isu global, baik sekarang maupun lampau

yang menuntut beberapa pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Conten (pengetahuan)

Pemahaman tentang fakta-fakta utama, berupa konsep dan teori yang

membentuk dasar dari pengetahuan ilmiah.

c. Process (proses)

Kemampuan untuk menjelaskan fenomena ilmiah, mengevaluasi dan

merancang penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan data dan bukti ilmiah.

d. Attitudes (sikap)

Seperangkat sikap terhadap ilmu pengetahuan yang di tandai dengan minat

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, menilai pendekatan ilmiah untuk


19

menyelidiki mana yang tepat, serta persepsi dan kesadaran akan masalah

lingkungan

C. Mata Pelajaran IPA

Pembelajaran IPA di suatu bangsa berperan penting dalam memajukan

bangsa tersebut. IPA memiliki peran yang begitu krusial dalam proses pendidikan

dan perkembangan teknologi, karena IPA memiliki cara untuk membangkitkan

minat dan kemampuan manusia dalam mengembangkan ilmu aspek literasi sain

dan materi yang sesuai dengan tagihan kompetensi dan analisis kebutuhan siswa.

Bahan ajar yang paling banyak digunakan oleh guru adalah bahan ajar dalam

bentuk buku.

Menurut Sihwinedar (2015) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan

usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat

pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar dan dijelaskan dengan

penalaran yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul.

Pelajaran IPA di sekolah memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta

didik agar mampu (a) mempelajari sains pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi; (b) memasuki tantangan dunia kerja dan menjalankan tugas dalam bidang

kerjanya; serta (c) berkembang menjadi anggota masyarakat yang melek sains

(science literate) atau memiliki literasi sains yang baik. Priscylio, G., & Anwar, S.

(2019).

Mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yang mempelajari tentang

Tata Surya adalah topik yang menarik dan penting dalam memahami sistem tata
20

surya kita. Beberapa konsep yang umum dipelajari dalam mata pelajaran ini

meliputi:

1. Komposisi Tata Surya: Siswa akan mempelajari tentang komposisi Tata

Surya, yaitu planet-planet, bintang, satelit, asteroid, komet, dan objek-objek

lain yang membentuk sistem Tata Surya.

2. Orbit dan Revolusi: Konsep ini melibatkan pemahaman tentang pergerakan

planet dan objek-objek di Tata Surya dalam orbit mengelilingi Matahari.

Siswa akan belajar tentang revolusi planet-planet dan objek-objek lain serta

hubungannya dengan periode waktu.

3. Rotasi dan Hari: Siswa akan mempelajari rotasi planet dan objek-objek lain

dalam Tata Surya, serta dampaknya terhadap panjang hari dan malam di

planet-planet tersebut.

4. Struktur dan Karakteristik Planet: Siswa akan mempelajari tentang berbagai

planet di Tata Surya, termasuk ukuran, massa, komposisi atmosfer, kondisi

permukaan, dan karakteristik lainnya yang membedakan setiap planet.

5. Matahari: Konsep ini melibatkan pemahaman tentang Matahari sebagai

bintang pusat dalam Tata Surya, termasuk sifat fisiknya, proses fusi nuklir,

energi yang dihasilkan, dan peran pentingnya dalam menjaga kehidupan di

Bumi.

6. Bulan dan Satelit: Siswa akan mempelajari tentang Bulan sebagai satelit alami

Bumi, termasuk pergerakan dan fase bulan, pengaruhnya terhadap pasang

surut, dan eksplorasi manusia ke Bulan.


21

7. Asteroid dan Komet: Siswa akan belajar tentang asteroid dan komet sebagai

objek-objek kecil di Tata Surya, serta peran dan dampaknya dalam evolusi

Tata Surya dan kemungkinan ancaman bagi Bumi.

8. Penjelajahan Luar Angkasa: Konsep ini melibatkan pemahaman tentang

penjelajahan manusia dan wahana antariksa ke planet lain dalam Tata Surya,

serta misi-misi yang dilakukan untuk mempelajari Tata Surya lebih lanjut.

Dalam mata pelajaran IPA, pembelajaran tentang Tata Surya dapat

dilakukan melalui berbagai metode dan media, seperti pengamatan langsung,

eksperimen, simulasi, video, dan materi bacaan. Hal ini akan membantu siswa

memahami konsep-konsep sains yang terkait dengan Tata Surya secara lebih baik

dan menyenangkan.

Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yaitu

Penelitian Lieung (2019) yang berjudul “Pengaruh Model Discovery Learning

Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar” menyimpulkan

bahwa penggunaan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning

memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan berpikir kritis. Kesimpulan

tersebut diperoleh berdasarkan hasil analisis skor pre-test dan post-test pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol, dimana kelas eksperimen mengungguli kelas

kontrol.

Penelitian Putri et al., (2019) yang berjudul “Pengaruh Model Discovery

Learning Berbantuan Lingkungan Terhadap Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa

Kelas V” menyimpulkan bahwa model Discovery Learning berbantuan

lingkungan memberikan pengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa


22

kelas V SDN Gugus II Kuta Utara. Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil uji

pada tes pilihan ganda yang diolah dan dianalisis serta dilakukan pengujian

hipotesis, diperoleh bahwa nilai thitung sebesar 3,926 sehingga berdasarkan

kriteria pengujian thitung > ttabel

D. Kerangka Pikir

Kemampuan literasi sains peserta didik di Indonesia berada di bawah rata-

rata Internasional. Hasil dari beberapa penelitian yang dilakukan juga

menunjukan bahwa kemampuan literasi sains peserta didik di Indonesia dalam

kategori rendah. Rendahnya kategori kemampuan literasi sains peserta didik di

Indonesia menjadi salah satu permasalahan yang berkaitan dengan proses

pembelajaran biologi di Indonesia.

Terdapat 4 aspek yang dapat mengukur kemampuan literasi sains peserta

didik, yaitu aspek konten, kompetensi, konteks, dan sikap.

Proses Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan

proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery

dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan

inferensi. Proses di atas disebut cognitive process. Discovery Learning dilakukan

dalam bentuk kegiatan, seperti observasi, klasifikasi, pengukuran, dan prediksi.

Kegiatan tersebut dinamakan cognitive process.


23

Siswa SMP Negeri 6 Sengkang

Rendahnya Kemampuan Literasi

Sains IPA Peserta Didik

Penerapan Model Discovery Learning

Kemampuan Literasi Sains meningkat

Bagan 2.1 Kerangka Pikir

E. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan tinjauan hasil penelitian yang relevan maka,

dirumuskan hipotesis berikut:

Terdapat pengaruh model Discovery Learning terhadap literasi sains siswa

kelas X SMP Negeri 6 Sengkang dengan ketentuan;

a) Jika nilai Sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

b) Jika nilai Sig > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak


24

BAB III

METODE PENELEITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah pendekatan eksperimen yang bersifat kuantitatif.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental Design, yang akan

mengkaji pengaruh model Discovery Learning terhadap literasi sains kelas VII .

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode

penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Alasan menggunakan quasi

eksperimen adalah karena tidak semua karakteristik dan kondisi sampel dapat

diatur dan dikontrol secara ketat.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VII SMP Negeri 6 Sengkang

Kabupaten Wajo . Subyek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas VII

SMP Negeri 6 Sengkang Kabupaten Wajo .

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2023.
25

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 6 Sengkang

kelas VII.1 dengan jumlah siswa 32 dan kelas VII Expert dengan jumlah siswa

21 maka jumlah keseluruhan siswa adalah 53 siswa.

2. Sampel

Dalam penelitian ini teknik yang dipakai adalah purposive Sampling

karena pengambilan sampel dengan menetapkan ciri - ciri khusus yang sesuai

dengan tujuan penelitian. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

yaitu kelas VII.1 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 32 siswa, terdiri

dari 14 orang siswa dan 18 orang siswi, selanjutnya kelas VII Expert sebagai

kelas kontrol yang berjumlah 21 siswa, terdiri dari 18 siswa dan 3 siswi.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data kuantitatif yaitu jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara

langsung dalam bentuk angka atau skor yang diperoleh melalui alat

pengumpulan data yang diwujudkan melalui pretest dan posttest berupa

penyebaran test instrument atau yang diberikan bobot/skor.

2. Sumber Data

a. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan baik

melalui responden maupun hasil pengamatan.


26

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hil bacaan dari buku-buku,

jurnal, makalah dan maupun kepustakaan lain yang ada hubungannya

dengan permasalahan yang dihadapi.

E. Teknik Pengumpulan Data Serta Instrumen Yang Digunakan

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Observasi

Penelitian yang dilakukan dengan mengunjungi secara langsung objek

penelitian untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan

proposal ini. Objek yang dimaksud yaitu SMP Negeri 6 Sengkang secara

umum dan peserta didik kelas VII secara khusus.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar merupakan inti pelaksanaan

pembelajaran. Pada kelas eksperimen diberikan perlakukan dengan

menggunakan model Discovery Learning sedangkan pada kelas kontrol

menggunakan metode konvensional.

3. Penyelengaraan Tes

Tes pembelajaran IPA pada materi ‘’Bumi Dan Tata Surya ” pada masing-

masing kelas baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

4. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan sebagai bahan bukti terjadinya suatu proses belajar

mengajar dikelas yang akan diteliti berupa foto.


27

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik

analisis deskriptif dan teknik analisis infetensial.

1. Analisis Deskreptif

Analisis deskripsi bertujuan untuk mendeskripsikan literasi sains pada

pembelajaran IPA Siswa kelas VII SMP Negeri 6 Sengkang yang

menggunakan pembelajaran model Discovery Learning terdiri dari ukuran

sampel, skor ideal, skor maksimum, skor minimum, rentang skor, rata-rata

(mean), median, modus, standar deviasi, dan variansi.

2. Analisis inferensial

Analisis statistic inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis

penelitian dengan menggunakan uji Anavoca. Sebelum melakukan pengujian

hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu:

a. Uji Prasyarat

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data terdistribusi

normal atau tidak. Analisis data normalitas menggunakan analisis

KolmogorovSmirnov z bantuan SPSS dengan taraf signifikan (α) 5%.

Dasar pengambilan keputusan diuraikan sebagai berikut:

a) Jika nilai Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal

b) Jika nilai Sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
28

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

homogeny atau tidak. Analisis menggunakan levene’stest for equality

variansces pada SPSS dengan taraf signifikan (α) 5%. Pengujian

homogenitas dilkukan bersamaan dengan uji hipotesis dengan

menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusan diuraikan

sebagai berikut.

a) Jika nilai Sig. > 0,05 maka data homogeny

b) Jika nilai Sig. < 0,05 maka data tidak homogen.

3) Uji Hipotesis (anacova)

Teknik analisis data yang menguji hipotesis penelitian ini

menggunakan Anacova (Analisis kovariansi). Untuk mengetahui

pengaruh literasi sains pada pembelajaran IPA siswa kelas VII SMP

Negeri 6 Sengkang yang mengikuti model pembelajaran discovery

learning. Dasar pengambilan keputusan diuraikan sebagai berikut:

c) Jika nilai Sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

d) Jika nilai Sig > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Deskriptif

Penelitian ini dilaksanakan SMP Negeri 6 Sengkang , terdiri dari kelas

kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah berlangsung

menggunakan proses pembelajaran Discovery learning, sedangkan kelas

kontrol adalah kelas yang diberikan perlakuan dan hanya menggunakan

pembelajaran konvensional atau ceramah. Kelas VII Expert berjumlah 20

peserta didik sebagai kelas eksperimen, sedangkan VII.1 yang berjumlah 17

peserta didik sebagai kelas kontrol

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menemui kepala sekolah

dan guru IPA, untuk membicarakan rencana penelitian di kelas VII Expert dan

Kelas VII.1. Dari hasil diskusi menyatakan bahwa jadwal pelaksanaan

penelitian mengikuti jadwal mata pelajaran yang dilaksanakan dua kali se

pekan.

Analisis deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik

tentang kemampuan literasi sains murid setelah pembelajaran materi Tata

Surya pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan model Discovery

Learning maupun kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

29
30

Tabel berikut menggambarkan data statistik deskriptif kemampuan

literasi sains murid kelas VII pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi nilai statistik deskriptif kemampuan


literasi sains murid kelas VII SMP Negeri 6 Sengkang pada
kelas ekperimen dan kelas kontrol
Statistik Kelas kontrol Kelas Eksperimen
Subjek 17 20
Rata-rata 50 80
Standar Deviasi 8,02 7,61
Nilai Minimal 10 50
Nilai Maksimal 80 90

Tabel 4.1 hasil statistik deskriptif tes literasi sains kelas eksperimen

memperlihatkan nilai rata-rata dari 20 murid kelas VII Expert adalah 80.

Nilai minimal untuk hasil literasi sains 50 dan nilai maksimal 90.

Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh rata-rata sebesar 50 dari 17 murid

kelas VII.1 dengan nilai minimal yang diperoleh adalah 10 dan nilai

maksimal adalah 80.


31

Data distribusi frekuensi dan pengkategorian kemampuan literasi sains

murid kelas eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model Discovery

Learning terlihat pada table 4.2. hal ini bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh pembelajaran terhadap kemampuan literasi sains murid.

Tabel 4.2 Distribusi pengkategorian kemampuan pretest dan posttest


literasi sains kelas VII Expert SMP Negeri 6 Sengkang pada
kelas eksperimen
Kategori Pretest eksperimen Posttest eksperimen
Pretest % Posttest %
Rendah 5 25 0 0
Sedang 6 30 6 30
Tinggi 9 45 14 70

Table 4.2 menunjukkan bahwa distribusi nilai kategori literasi sains

murid kelas eksperimen tersebar hampir pada semua kategori yaitu, rendah,

sedang, dan tinggi. Berdasarkan table 4.2 terjadi peningkatan persentasi

dari nilai masing-masing pada kategori rendah yaitu 2 5% menjadi 0%,

kategori sedang tetap pada 30% pada kategori tinggi ditemukan perolehan

nilai sebesar 45% menjadi 70%, Hal ini membuktikan bahwa terjadi

perubahan kemampuan literasi sains murid setelah pemberian perlakuan

menggunakan model Discovery learning.

Sedangkan pada kelas kontrol, data distribusi frekuensi dan

pengkategorian kemampuan literasi sains siswa SMP 6 Sengkang

dibelajarkan secara konvensioal terlihat pada table 4.3


32

Tabel 4.3 Distribusi pengkategorian pretest dan posttest kemampuan


literasi sains kelas kontrol SMP Negeri 6 Sengkang
Kategori Pretest Kontrol Posttest Kontrol
Pretest % Posttest %
Rendah 14 82,3 8 47
Sedang 1 5,9 5 29,4
Tinggi 2 11,8 4 23,5

Table 4.3 terlihat bahwa distribusi nilai pengkategorian kemampuan

literasi sains murid kelas kontrol tersebar hampir pada semua kategori

yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Menunjukkan adanya perubahan

kemampuan literasi sains. Berdasarkan table 4.3 terjadi peningkatan

persentasi dari masing-masing pada kategori rendah dari 82,3% berubah

menjadi 47% pada kategori sedang sebesar 5,9%% menjadi 29,4%, pada

kategori tinggi ditemukan perolehan nilai sebesar 11,8% menjadi 23,5%. Hal

ini membuktikan bahwa terjadi perubahan kemampuan literasi sains murid

setelah pemberian perlakuan menggunakan model Discovery Learning.

Table perolehan untuk pengkategorian pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol dapat ditarik kesimpulan bahwa antara kelas eksperimen maupun

kelas kontrol terjadi perubahan nilai rata-rata standar deviasi yang

didapatkan kelas eksperimen berbeda dengan kelas kontrol. Adapun

peningkatan nilai yang terjadi disebabkan karena kemapuan litersi sains murid

akan mengalami perubahan jika telah diberikan pembelajran baik

itumenggunakan model Discovery Learning maupun menggunakan model

secara konvensioal. Akan tetapi jika dilihat nilai rata-ratanya pada

pengkategorian kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol walaupun

telah terjadi perubahan nilai dari pretest ke posttest. Oleh karena itu dapat
33

dikatakan ada pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap

kemampuan literasi sains.

2. Hasil Statistik Inferensial

a. Uji Prasyarat

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan sebagai prasyarat

untuk uji Anacova. Data yang digunakan untuk uji Anacova harus

berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal maka uji

Anacova tidak dapat dilanjutkan. Suatu distribusi dikatakan normal

apabila taraf signifikansinya >0,05, sebaliknya jika taraf

signifikansinya <0,05 maka suatu distribusi dikatakan tidak normal.

Untuk menguji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnov pada

program komputer SPSS.

Hasil Kolmogorov-Smirnov literasi sains diperoleh

signifikansi 0,200 yang berarti berada diatas 0,05 dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa variabel telah terdistribusi secara normal.

Retensi peserta didik Hasil Kolmogorov-Smirnov diperoleh

signifikansi 0,200 yang berarti berada diatas 0,05 dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa variabel telah terdistribusi juga secara

normal.

Tabel 4.4 Tabel Uji Normalitas


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Nilai pretest kelas VII ,189 20 ,058 ,843 20 ,004
Kelas VII.1 ,154 17 ,200* ,942 17 ,343
nilai prostest kelas VII ,235 20 ,005 ,837 20 ,003
Kelas VII.1 ,195 17 ,087 ,947 17 ,405
34

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari

hasil penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai

varian yang sama atau tidak. Dikatakan mempunyai nilai varian yang

sama/ tidak berbeda (homogen) apabila taraf signifikansinya

yaitu>0,05 dan jika taraf signifikasinya yaitu > 0,05 maka data

disimpulkan tidak mempunyai varian yang sama/ berbeda (tidak

homogen).

Dari hasil perhitungan uji homogenitas literasi sains diketahui

bahwa nilai signifikasinya 0,430 (lampiran 10). Karena nilai yang di

peroleh dari uji homogenitas taraf signifikasinya > 0,05 maka data

mempunyai nilai varian yang sama (homogen).

Tabel 4.5 Tabel Uji Homogenitas


Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Nilai pretest Based on Mean 1,420 1 35 ,241
Based on Median ,911 1 35 ,346
Based on Median and with ,911 1 25,881 ,349
adjusted df
Based on trimmed mean 1,403 1 35 ,244
nilai prostest Based on Mean 5,987 1 35 ,020
Based on Median 5,118 1 35 ,030
Based on Median and with 5,118 1 24,437 ,033
adjusted df
Based on trimmed mean 5,843 1 35 ,021

3) Uji Hipotesis

Uji Anakova digunakan untuk mengetahui pengaruh model

Discovery Learning terhadap literasi sains peserta didik kelas VII

Expert SMP Negeri 6 Sengkang.

Tabel 4.6 Ringkasan Uji Anacova Pengaruh model Discovery


35

Learning terhadap literasi sains peserta didik


Source Type III Df Mean Square F Si
Sum of g.
Squares
Corrected Model 1190.376a 2 595.188 14.044 .000
Intercept 1734.972 1 1734.972 40.939 .000
Kelas 754.776 1 754.776 17.810 .000
Literasi Sains 217.095 1 217.095 5.123 .030
Error 1568.024 37 42.379
Total 244872.000 40
Corrected Total 2758.400 39
4) R Squared = .432 (Adjusted R Squared = .401)

Berdasarkan hasil uji hipotesis pengaruh model Discovery

Learning terhadap literasi sains di peroleh ρ-level lebih kecil alpha

0,05 (< 0,05) dengan signifikasinya 0,030. Hal ini berarti ada

perbedaan literasi sains peserta didik antara kelas peserta didik yang

menerapakan model Discovery Learning dan kelas yang tidak

menerapkan model Discovery Learning. Hal ini berarti ada pengaruh

model Discovery Learning terhadap literasi sains kelas VII Expert

SMP 6 Sengkang.

B. Pembahasan

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa literasi sains peserta didik

pada kelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran menggunakan model

Discovery learning lebih tinggi dibandingkan dengan literasi sains peserta didik

pada kelas kontrol yang tanpa menggunakan model Discovery learning. Hasil

analisis inferensial menunjukkan bahwa ada pengaruh model Discovery learning

terhadap literasi sains peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Sengkang.

Tingginya literasi sains peserta didik yang diberikan treatment (perlakuan)


36

berupa penggunaan model Discovery learning dibandingkan dengan peserta didik

yang tidak diberikan treatment tersebut merupakan manifestasi kelebihan model

Discovery learning itu sendiri. Menurut Rohim dkk (2012) mengemukakan bahwa

model ini sangat membantu peserta didik memperoleh dua kriteria penting dalam

pembelajaran aktif yaitu membangun pengetahuan untuk membuat pengertian

dari informasi baru dan mengintegrasikan informasi baru sampai ditemukan

pengetahuan yang tepat.

Penggunaan model Discovery learning tentunya membawa ketertarikan

tersendiri bagi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai

dengan gagasan manfaat model Discovery Learning yang telah dibuktikan oleh

para ahli bahwa Discovery Learning mampu menemukan konsep dan prinsip-

prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

Hasil penelitian ini juga telah dibuktikan Wulandari (2010) Discovery

Learning adalah pembelajaran yang bilamana materi pembelajaran tidak disajikan

dalam bentuk finalnya, tetapi peserta didik dihadapkan pada suatu permasalahan

yang direkayasa oleh guru. Peserta didik diminta untuk mengerahkan segala

kemampuannya agar permasalahan tersebut dapat dipecahkan melalui observasi,

menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan menarik kesimpulan.

Data distribusi frekuensi dan pengkategorian skor kemampuan literasi sains

peserta didik diperoleh bahwa distribusi nilai baik pada kelas eksperimen maupun

kelas kontrol tersebar pada semua kategori. Jadi dapat disimpulkan bahwa peserta

didik yang dibelajarkan baik menggunakan model Discovery learning maupun

secara konvensional memiliki kemampuan literasi yang baik tetapi kelas


37

eksperimen memiliki persentase lebih besar dari kategori sangat tinggi.

Menurut Sudarman, dkk. (2014) rendahnya kemampuan literasi pada peserta

didik dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang tidak menarik dan tidak relevan

bagi peserta didik, tidak kontekstual dan tidak mengarah pada kemampuan

kognitif yang lebih tinggi pembelajaran yang menarikdapat diciptakan melalui

beberapa unsur salah satunya adalah sumber belajar. Sumber belajar merupakan

segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, orang dan buku atau bahan lain yang

mengandung informasi serta dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik

untuk melakukanproses belajar.

Berdasarkan teori tersebut maka kemampuan literasi sains merupakan suatu

proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam mengaktifkan

kemampuan literasi sains secara lebih mendalam terarah dan logis berdasarkan

fakta dan fenomena yang terjadi di sekitar. Model pembelajaran Discovery

Learning yang diterapkan pada kelas eksperimen terlihat siswa aktif. Siswa

cenderung bertanya dalam proses pembelajaran berlangsung.

Aktivitas guru dalam pembelajaran Discovery Learning adalah guru

menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, guru mendemonstrasikan

pengetahuan/keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi

tahap melalui pembelajaran guru yang dilakukan di dalam kelas, guru

merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal dengan mengarahkan

untuk mengerjakan LKPD pada buku peserta didik yang telah dibagikan, guru

mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, serta
38

memberikan umpan balik dengan memberikan jawaban yang benar. Sedangkan

aktivitas peserta didik dalam model pembelajaran discovery learning adalah

mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru, melihat dan

mendengarkan penjelasan guru dari video yang ditampilkan. Latihan

mengerjakan tugas dan dikumpul sesuai waktu yang diberikan. Menanyakan hal-

hal apa saja yang belum dipahami, melihat jawaban yang mereka kerjakan dan

mencocokkannya dengan jawaban yang benar. Berdasarkan paparan di atas dapat

disimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini adalah ada pengaruh model

Discovery learning terhadap literasi sains peserta didik kelas VII SMP Negeri 6

Sengkang.

Penelitian oleh Shukor et al. (2019) dilakukan pada siswa sekolah dasar

dengan menggunakan model Discovery Learning dalam pembelajaran sains. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa model Discovery Learning berdampak positif

terhadap keterampilan membaca dan pemahaman literasi sains siswa.

Penelitian oleh Aktamış et al., (2018) mengeksplorasi pengaruh Discovery

Learning terhadap literasi sains siswa di tingkat perguruan tinggi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peserta didik yang belajar dengan model Discovery Learning

menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam keterampilan literasi sains

dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode pembelajaran

tradisional.
39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh model Discovery learning

terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas VII pada mata pelajaran IPA di

SMP Negeri 6 Sengkang, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil uji hipotesis pengaruh model Discovery learning terhadap

literasi sains diperoleh ρ-level lebih kecil alpha 0,05 (< 0,05) dengan signifikansi

nya 0,030. Hal ini berarti ada perbedaan literasi sains peserta didik antara kelas

peserta didik yang menerapkan model Discovery learning dan kelas yang tidak

menerapkan model Discovery learning. Hal ini berarti ada pengaruh model

Discovery learning

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan telah memberikan banyak

pengalaman dan manfaat bagi Penulis.Sebagai penutup, maka perkenankan

penulis untuk memberikan saran. Adapun saran yang diberikan sebagai berikut:

1. Hendaknya menyarankan kepada guru kelas atau mata pelajaran lainnya, agar

dalam proses belajar mengajar memilih model pembelajaran yang tepat sesuai

dengan kebutuhan peserta didik, salah satunya adalah model Discovery


40

learning.

2. Peneliti selanjutnya

Peneliti yang akan datang diharapkan dapat mengembangkan hasil

penelitian ini dalam lingkup yang lebih luas. Peneliti berharap, para peneliti

yang akan datang dapat mengembangkan penelitian ini untuk variabel-variabel

lain yang lebih inovatif, sehingga dapat menambah wawasan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Aktamış, H., Özyurt, O., & Ayas, A. (2018). The Effects of Discovery Learning on
Science Literacy Skills of College Students. International Journal of
Science Education, 40(8), 915-931.
Amal, A., & Kune, S. (2018). Peranan pembelajaran IPA Berorientasi Poe
(Predict, Observe, Explain) untuk meningkatkan Keterampilan Proses dan
Hasil Belajar di Sekolah Dasar. In prosiding seminar Nasional
Pendidikan (Vol. 1, No. 1)
Asyhari, A. 2015. Profil Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Peserta didik
melalui Pembelajaran Saintifik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-
Biruni, 4(2), 179-191.
Darmawan, D., & Dinn W., (2018). Model Pembelajaran di Sekolah. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Fadilah, F., Isti, S., Amarta, T. W. D., & Prabowo, C. A. (2020). Analisis
Kemampuan Literasi Sains Siswa SMA pada Pembelajaran Biologi
Menggunakan NOSLit. Jurnal Bioeduin: Program Studi Pendidikan
Biologi, 10(1), 27-34.
Fred. J.J M Janssen (2014) “Discovery learning” an account of rapid curriculum
change in response to accreditation. Canada University of Alberta.
Kemendikbud. 2014. Model Discovery learning. Lampiran III: Permendikbud
Nomor 58 tahun 2014. Jakarta
Kristin, F. 2016. Analisis Model Pembelajaran Discovery learning dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik sd. Jurnal Pendidikan Dasar
Perkhasa:2(1), 90-98
Lieung. (2019). Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 5(2), 187-
195.
Murti, P. R. (2018). Pengembangan Instrumen Tes Berbasis Nature of Science
(NOS) untuk Mengukur Literasi Sains Siswa SMA pada Materi Hukum
Newton. Doctoral dissertation. Surakarta: UNS (Sebelas Maret
univerasity).
OECD. (2019). PISA 2018 Assessment and Analytical Framework. OECD
Publishing.
Priscylio, G., & Anwar, S. (2019). Integrasi Bahan Ajar IPA Menggunakan Model
Robin Fogarty Untuk Proses Pembelajaran IPA di SMP. Jurnal Pijar
Mipa, 14(1), 1-12.

41
42

Putri, A., Sutrisno, T., & Utami, S. (2019). Pengaruh Model Discovery Learning
Berbantuan Lingkungan Terhadap Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa
Kelas V SDN Gugus II Kuta Utara. Jurnal Pendidikan Dasar, 6(1), 84-92.
Rohim, dkk (2012). Penerapan Model Discovery Terbimbing pada Pembelajaran
Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Physics
Education Journal, 1(1):1-5.
Setiawati, G. A. D. (2013). Pemanfaatan Subak Dalam Pembelajaran Ipa (Upaya
Mewujudkan Pembelajaran Ipa Yang Mendukung Implementasi Kurikulum
2013). Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III, 199–206.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/view/2706
Shukor, N. A., Abdullah, N. H., & Ali, W. Z. W. (2019). The Impact of Discovery
Learning on Reading Skills and Science Literacy Comprehension of
Primary School Students. Journal of Research, Policy & Practice of
Teachers and Teacher Education, 9(1), 1-11.
Sudarman, F. R., Indriwati, S. E., & Syarif, M. (2014). Meningkatkan
Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Melalui Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Berbasis Proyek. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3(2), 148-
155.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta
Sugiyono, 2016. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta
Susanti, e. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery learning terhadap
Keterampilan Sains dan Hasil Belajar Peserta didik Kelas Viii Tentang
Ipa Smp Advent Palu. Jstt, 5(3).
Suwono, Hadi, et.al. (2016). “Peningkatan Literasi Saintifik Siswa SMA melalui
Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Sosiosains”. Jurnal Ilmu
Pendidikan. 21(2), 135- 144. Malang.
Wulandari, F. (2010). Penerapan Discovery Learning pada Pembelajaran Fisika
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa di SMA. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 6(1), 7-12
Yaumi, et al. (2017). “Penerapan Perangkat Model Discovery Learning pada
Materi Pemanasan Global untuk Melatih Kemampuan Literasi Sains
Siswa SMP Kelas VII”. E-Journal Pensa. 5(1), 38-45. Semarang.
43

LAMPIRAN 1:

NILAI PRETEST DAN POSTEST KELAS VII SMP NEGERI 6


SENGKANG NILAI TES KELAS VII EXPERT (KELAS EKSPRIMEN )
NO NAMA SISWA NILAI PRETES NILAI POSTEST
1. AKBAR PRATAMA 50 70
2. MUH.ALFIAN 70 60
3. HAJAR ASWAR 80 90
4. MUH.IDHAM 70 90
5. A.ALGIFARI 90 90
6. BASO TASBI 50 80
7. MUH.ADIL 90 90
8. CRISTOPER 90 90
9. MUH.FAQIH 70 80
10 AMANDA 50 70
11. JUNIOR 80 90
12. MUH.FADHILLAH 90 90
13. MUH.NURTAUFIK 80 70
14. MESSI 80 70
15 A.DZAKIYAH 60 80
16. MUH.ANAS 80 90
17. NUR ZAHRA 70 80
18. AMBO ASSE 50 80
19. HUGO 50 60
20. AHMAD DIRGA 70 80
NILAI TES KELAS VII.1 (KELAS KONTROL)

NO NAMA SISWA NILAI PRETES NILAI POSTEST


1. ANDHIKA TRI 40 40
2. MUH.RAMADANI 50 60
3. MUH.RAVEL. 80 90
4. MUH.ABDUL 80 90
5. AULIA SINTANI 0 20
6. SARAH AMELIA 30 60
7. NURUL 30 80
8. JULIA 10 40
9. NURFADILLAH 20 40
10. ASYFA CINTA 30 50
11. MUSLIMA 30 50
12. RANGGA 10 30
13. ABELINDA 30 60
14. CENDERIA KHARINA 40 50
15. MUH.ALIF 40 60
16. AINUL.S 50 60
17. TRI YULITA 60 80
44

LAMPIRAN 2:
HASIL UJI SPSS (NILAI PRETEST DAN POSTEST).
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai pretest kelas VII ,189 20 ,058 ,843 20 ,004
Kelas VII.1 ,154 17 ,200* ,942 17 ,343
nilai prostest kelas VII ,235 20 ,005 ,837 20 ,003
Kelas VII.1 ,195 17 ,087 ,947 17 ,405
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
kelas N Percent N Percent N Percent
Nilai pretest kelas VII 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%
Kelas VII.1 17 100,0% 0 0,0% 17 100,0%
nilai prostest kelas VII 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%
Kelas VII.1 17 100,0% 0 0,0% 17 100,0%
45

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 37
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 12,99599684
Most Extreme Differences Absolute ,088
Positive ,088
Negative -,077
Test Statistic ,088
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
46

Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 37,90 87,99 69,19 14,333 37
Residual -22,428 25,403 ,000 12,996 37
Std. Predicted Value -2,183 1,312 ,000 1,000 37
Std. Residual -1,702 1,927 ,000 ,986 37
a. Dependent Variable: nilai prostest

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 37,899 5,263 7,202 ,000
Nilai pretest ,557 ,085 ,741 6,525 ,000
a. Dependent Variable: nilai prostest

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7395,422 1 7395,422 42,571 ,000b
Residual 6080,254 35 173,722
Total 13475,676 36
a. Dependent Variable: nilai prostest
b. Predictors: (Constant), Nilai pretest

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,741a ,549 ,536 13,180
a. Predictors: (Constant), Nilai pretest
b. Dependent Variable: nilai prostest
Test of Homogeneity of Variances
47
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Nilai pretest Based on Mean 1,420 1 35 ,241
Based on Median ,911 1 35 ,346
Based on Median and with ,911 1 25,881 ,349
adjusted df
Based on trimmed mean 1,403 1 35 ,244
nilai prostest Based on Mean 5,987 1 35 ,020
Based on Median 5,118 1 35 ,030
Based on Median and with 5,118 1 24,437 ,033
adjusted df
Based on trimmed mean 5,843 1 35 ,021

ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Nilai pretest Between Groups 11542,329 1 11542,329 32,770 ,000
Within Groups 12327,941 35 352,227
Total 23870,270 36
nilai prostest Between Groups 5087,440 1 5087,440 21,227 ,000
Within Groups 8388,235 35 239,664
Total 13475,676 36

Correlations
Nilai pretest nilai prostest
Nilai pretest Pearson Correlation 1 ,741**
Sig. (2-tailed) ,000
N 37 37
nilai prostest Pearson Correlation ,741** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 37 37
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
48

LAMPIRAN 3:

SOAL PRETEST DAN POSTTEST

1. Kumpulan dari matahari, planet dan benda langit lainnya disebut ....

a. Satelit

b. Tata surya

c. Galaksi

d. Bima sakti

2. Perhatikan Pernyataan di bawah ini!

(1) Bumi dan bulan adalah benda bermassa sehingga timbul gaya tarik

menarik antara keduanya

(2) (Bumi dan bulan mempunyai percepatan gravitasi yang sama.

(3) Matahari mempunyai gaya gravitasi hanya pada siang hari.

(4) Bumi dan matahari merupakan benda bermassa sehingga tidak mempunyai

gaya gravitasi.

(5) Tata surya terdiri atas sebuah bintang dan semua objek yang

mengelilinginya.

Pernyataan yang paling tepat tentang tata surya ditunjukkan oleh nomor…

a. (1) dan (5)

b. (1) dan (3)

c. (2) dan (4)

d. (2) dan (5)


49

3. Perhatikan gambar dan pernyataan di bawah ini!

(1) Planet terbesar

(2) Termasuk planet luar

(3) Memiliki satu satelit

(4) Berada pada urutan ke-6 dari matahari

Pernyataan yang sesuai untuk planet seperti pada gambar yaitu ...

a. (3) dan (4)

b. (2) dan (4)

c. (1) dan (2)

d. (1) dan (3)

4. Rika melihat kalender dan ternyata pada hari itu terdapat titik merah diatas

tanggal. Rika kemudian bertanya kepada ibunya arti dari tanggal tersebut.

Kemudian ibunya meminta Rika untuk mengamati bulan yang ada di langit.

Bulan saat itu terlihat sangat terang dan bulat sempurna. Berdasarkan

pengamatan Rika, bulan pada hari tersebut termasuk ke dalam fase bulan...

a. new moon

b. waxing cresent

c. waxing gibbous

d. full moon
50

5. Perhatikan pernyataan berikut!

(1) Mempunyai ekor yang arahnya menjauhi Matahari

(2) Memiliki orbit seperti planet

(3) Orbitnya elips dan sangat lonjong

(4) Wujud tersusun dari kristal-kristal es yang rapuh

(5) Tidak dapat mendekati Bumi

Pernyatan berikut yang merupakan karakteristik dari komet adalah

a. (1), (2), dan (4)

b. (1), (3), dan (4)

c. (2), (3), dan (4)

d. (3), (4), dan (5)

6. Susunan planet yang jaraknya terdekat ke Matahari adalah…

a. Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Uranus, Saturnus, Neptunus

b. Merkurius, Venus, Mars, Bumi, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus

c. Merkurius, Venus, Mars, Bumi, Yupiter, Uranus, Saturnus, Neptunus

d. Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunis

7. Matahari sebagai pusat sistem tata surya, mempunyai karakteristik…

a. memantulkan cahaya dari bintang

b. mempunyai lapisan inti, selimut, dan kerak

c. mempunyai medan gravitasi yang paling besar

d. dikelilingi sabuk asteroid


51

8. Alasan matahari termasuk dalam golongan bintang yaitu ...

a. Bersinar sangat terang

b. Memantulkan cahaya

c. Memancarkan cahaya sendiri

d. Pusat tata surya

9. Planet yang letaknya paling jauh dari matahari adalah ....

a. Merkurius

b. Uranus

c. Neptunus

d. Saturnus

10. Perhatikan gambar berikut ini!

Kedudukan Matahari, Bumi, dan Bulan yang menyebabkan permukaan air

laut di Bumi mengalami pasang maksimum terjadi saat Bulan berada pada

posisi..

a. Gerhana Bulan Sebagian

b. Gerhana Bulan Total

c. Gerhana Matahari

d. Sebagian Gerhana Matahari Total


52

LAMPIRAN 4:

RPP

BUMI DAN TATA SURYA

Sekolah : SMP Negeri 6 Sengkang

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : VII/Genap

Tahun Pelajaran : 2022/2023

Materi Pokok : Sistem Tata Surya

Alokasi Waktu : 2 X 40 menit

Pertemuan : 1

Kompetensi Awal

Peserta didik mengetahui berbagai benda langit di tata surya

Profil Pelajar Pancasila

Mandiri, kerja sama dan bernalar kritis

Model Ajar

Problem Based Learning

Sarana dan Prasarana

Laptop, LCD dan LKPD

Capaian Pembelajaran

Peserta didik mengelaborasikan pemahamannya tentang posisi relatif bumi-bulan-

matahari dalam sistem tata surya dan memahami struktur lapisan bumi untuk

menjelaskan fenomena alam yang terjadi dalam rangka mitigasi bencana


53

Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik dapat menyebutkan macam-macam benda langit

2. Peserta didik dapat mendeskripsikan perbedaan benda-benda langit

Pertanyaan Pemantik

1. Apa yang kalian bayangkan saat mendengar kata tata surya?

2. Apa saja yang termasuk dalam tata surya?

3. Seperti apa bentuk tata surya itu?

4. Jika belum pernah mendengar tentang tata surya, apa yang kalian pikirkan saat

mendengar kata itu?

Pemahaman Bermakna

Bumi adalah bagian dari sebuah sistem besar yang disebut tata surya. Dalam tata

surya terdapat berbagai benda langit yang memiliki karakteristik tersendiri. Tata

surya tidak hanya berisi planet, tetapi juga benda-benda langit lainnya. Semua

planet bergerak, gerakannya ada yang disebut revolusi da nada yang disebut

rotasi. Setiap planet mempunyai waktu bergerak dengan periode tertentu.

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)

1. Pendidik mengucapkan salam dan menyapa menanyakan kabar peserta didik

2. Pendidik meminta salah seseorang peserta didik untuk menyiapkan temannya

dan berdoa

3. Pendidik mengecek kehadiran peserta didik


54

Orientasi peserta didik pada masalah

1. Pendidik memperlihakan gambar sistem tata surya. Pendidik meminta peserta

didik melakukan pengamatan.

2. Pendidik mengajukan pertanyaan

a. Apa yang kalian bayangkan saat mendengar kata tata surya?

b. Apa saja yang termasuk dalam tata surya?

c. Seperti apa bentuk tata surya itu?

d. Jika belum pernah mendengar tentang tata surya, apa yang kalian pikirkan

saat mendengar kata itu??

3. Pendidik meminta peserta didik untuk memecahkan masalah tersebut.

4. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

5. Pendidik menyampaikan secara garis besar materi yang akan dipelajari

Kegiatan Inti (60 Menit)

Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

1. Pendidik mengorganisasikan peserta didik secara berkelompok.

2. Peserta didik membaca buku paket halaman 188 – 199.

3. Pendidik membagikan LKPD tentang sistem tata surya.

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

1. Peserta didik menyelesaikan LKPD dan berdiskusi dalam kelompok mencari


solusi terkait dengan masalah yang telah diidentifikasi.
2. Pendidik memfasilitasi dan membimbing kelompok, belajar berdiskusi untuk
menjawab permasalahan aktual yang ada di lingkungan.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1. Peserta didik menjawab pertanyaan pada LKPD dan menyajikan dalam
laporan tertulis
55

2. Peserta didik menyajikan laporan hasil pengamatan didepan kelas


Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
1. Pendidik membimbing peserta didik melakukan analisis terhadap pemecahan-
pemecahan masalah yang telah ditemukan peserta didik.
2. Kelompok peserta didik yang berhasil memecahkan permasalahan diberi
penghargaan.
3. Pendidik melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi yang telah
dipelajari peserta didik.
Kegiatan Penutup (10 Menit)

1. Pendidik mengarahkan peserta didik membuat kesimpulan hasil belajarnya.

2. Pendidik melakukan evaluasi hasil belajar dengan memberikan kuis.

3. Pendidik memberikan kertas 2 warna untuk menulis hal yang dipahami dan

belum dipahami dalam pembelajaran.

4. Pendidik memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan hasil kuis,

kerja sama kelompok, pemaparan hasil diskusi kelompok, ketepatan

pertanyaan dan jawaban

5. Pendidik bersama peserta didik melakukan refleksi tentang hal-hal yang

dipelajari.

6. Peserta didik memimpin doa sebagai penutup pembelajaran

Sengkang, Januari 2023


Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Muhammad Adri Lantong, S.Pd Sri Fadhilayanti, S.Pd., M.Pd.


NIP. 19710710 199803 1 010 NIP. 19821124 200604 2 016
56

BUMI DAN TATA SURYA

Sekolah : SMP Negeri 6 Sengkang

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : VII/Genap

Tahun Pelajaran : 2022/2023

Materi Pokok : Sistem Tata Surya

Alokasi Waktu : 2 X 40 menit

Pertemuan : 2

Kompetensi Awal

Peserta didik mengetahui tentang model tata surya

Profil Pelajar Pancasila

Mandiri, kerja sama dan bernalar kritis

Model Ajar

Problem Based Learning

Sarana dan Prasarana

Plastisin, peta sekolah dan meteran

Capaian Pembelajaran

Peserta didik mengelaborasikan pemahamannya tentang posisi relatif bumi-bulan-

matahari dalam sistem tata surya dan memahami struktur lapisan bumi untuk

menjelaskan fenomena alam yang terjadi dalam rangka mitigasi bencana

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat membuat model tata surya


57

Pertanyaan Pemantik

1. Apa saja benda langit dalam tata surya?

2. Mengapa matahari menjadi pusat tata surya?

3. Adakah benda-benda langit yang berasal dari buatan manusia?

4. Apa saja pengaruh gerakan bumi, bulan dan matahari pada kehidupan

manusia?

Pemahaman Bermakna

Membuat model tata surya dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah

ditemui di sekitar kalian. Selain agar lebih memahami tata surya kita juga

mengasah ketelitian kalian dalam pengukuran dan menggunakan pengetahuan

skala.

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)

1. Pendidik mengucapkan salam dan menyapa menanyakan kabar peserta didik

2. Pendidik meminta salah seseorang peserta didik untuk menyiapkan temannya

dan berdoa

3. Pendidik mengecek kehadiran peserta didik

Orientasi peserta didik pada masalah

1. Pendidik memperlihakan gambar sistem tata surya. Pendidik meminta peserta

didik melakukan pengamatan.

2. Pendidik mengajukan pertanyaan

a. Apa yang kalian bayangkan saat mendengar kata tata surya?

b. Apa saja yang termasuk dalam tata surya?


58

c. Seperti apa bentuk tata surya itu?

d. Jika belum pernah mendengar tentang tata surya, apa yang kalian pikirkan

saat mendengar kata itu?

3. Pendidik meminta peserta didik untuk memecahkan masalah tersebut.

4. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

5. Pendidik menyampaikan secara garis besar materi yang akan dipelajari

Kegiatan Inti (60 Menit)

Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

1. Pendidik mengorganisasikan peserta didik secara berkelompok.

2. Peserta didik membaca buku paket halaman 200 – 201.

3. Pendidik membagikan LKPD tentang membuat model tata surya.

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

1. Peserta didik melakukan pengamatan sesuai petunjuk LKPD dan berdiskusi

dalam kelompok mencari solusi terkait dengan masalah yang telah

diidentifikasi.

2. Pendidik memfasilitasi dan membimbing kelompok, belajar berdiskusi untuk

menjawab permasalahan aktual yang ada di lingkungan.

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

1. Peserta didik menjawab pertanyaan pada LKPD dan menyajikan dalam

laporan tertulis

2. Peserta didik menyajikan laporan hasil pengamatan didepan kelas


59

Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

1. Pendidik membimbing peserta didik melakukan analisis terhadap pemecahan-

pemecahan masalah yang telah ditemukan peserta didik.

2. Kelompok peserta didik yang berhasil memecahkan permasalahan diberi

penghargaan.

3. Pendidik melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi yang telah

dipelajari peserta didik.

Kegiatan Penutup (10 Menit)

1. Pendidik mengarahkan peserta didik membuat kesimpulan hasil belajarnya.

2. Pendidik melakukan evaluasi hasil belajar dengan memberikan kuis.

3. Pendidik memberikan kertas 2 warna untuk menulis hal yang dipahami dan

belum dipahami dalam pembelajaran.

4. Pendidik memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan hasil kuis,

kerja sama kelompok, pemaparan hasil diskusi kelompok, ketepatan

pertanyaan dan jawaban

5. Pendidik bersama peserta didik melakukan refleksi tentang hal-hal yang

dipelajari.

6. Peserta didik memimpin doa sebagai penutup pembelajaran

Sengkang, Januari 2023


Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Muhammad Adri Lantong, S.Pd Sri Fadhilayanti, S.Pd., M.Pd.


NIP. 19710710 199803 1 010 NIP. 19821124 200604 2 016
60

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 6 Sengkang

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/semester : VII/Semester 2

Materi Pokok : Sistem Tata Surya

Alokasi Waktu : 2x40 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori
61

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian


Kompetensi
1. 1.1 Mengagumi keteraturan dan 1.1.1 Mengagumi keteraturan dan
kompleksitas ciptaan Tuhan kompleksitas Sistem tata
tentang aspek fisik dan surya
kimiawi, kehidupan dalam 1.12. Siswa dapat menumbuhkan
ekosistem, dan peranan rasa kagumnya terhadap
manusia dalam lingkungan Sang Pencipta yaitu Tuhan
serta mewujudkannya dalam Yang Maha Besar.
pengamalan ajaran agama
yang dianutnya
2. 2.1. Menunjukkan perilaku 2.1.1 Menunjukkan sikap teliti,
ilmiah (memiliki rasa ingin cermat, tekun, kritis dan
tahu; objektif; jujur; teliti; bertanggung jawab ketika
cermat; tekun; hati-hati; melakukan pengamatan
bertanggung jawab; terbuka; terhadap Sistem tata surya
kritis; kreatif; inovatif dan sebagai wujud implementasi
peduli lingkungan) dalam sikap dalam melakukan
aktivitas sehari-hari sebagai pengamatan, percobaan, dan
wujud implementasi sikap berdiskusi.
dalam melakukan 2.1.2 Menghargai pendapat dan
pengamatan, percobaan, dan kerja individu atau
berdiskusi kelompok dalam aktivitas
sehari-hari
3. 3.1 Memahami konsep 3.1.1 Mengidentifikasi Sistem
pengukuran berbagai besaran tata surya di sekitar
yang pada diri, mahluk lingkungan peserta didik
hidup, dan lingkungan fisik 3.1.2 Menyebutkan objek yang
sekitar sebagai bagian dari dipelajari dalam IPA.
observasi, serta pentingnya 3.1.3 Menjelaskan 3 komponen
perumusan Satuan terstandart ketrampilan proses meliputi:
(baku) dalam pengukuran pengamatan, inferensi dan
komunikasi.
3.1.4 Menjelaskan kegunaan
mempelajari IPA.
4 4.1 Menyajikan hasil pengukuran 4.1.1 Menyajikan hasil
terhadap besaran – besaran pengamatan, inferensi dan
pada diri, mahluk hidup, dan mengkomunikasikan hasil.
lingkungan fisik dengan
menngunakan Satuan tak
baku dan Satuan baku
62

C. Tujuan Pembelajaran Kognitif:

1) Melalui pengamatan, peserta didik dapat mengembangkan

keterampilan perilaku rasa ingin tahu, teliti, jujur, tekun, tanggung

jawab, mengagumi keteraturan dan kompleksitas Sistem tata

suryakejadian dan kebendaan pada IPA sebagai ciptaan Tuhan dan

saling menghargai pendapat melalui kegiatan pengamatan, diskusi

kelompok.

2) Melalui lingkungan sekitar, peserta didik dapat melakukan pengamatan

terhadap Sistem tata suryakebendaan dan kejadian dengan cermat dan

teliti sebagai Sistem tata surya.

Afektif:

1) Melalui kegiatan diskusi siswa dapat mengembangkan perilaku

tanggung jawab, ketekunan, saling menghargai dalam kegiatan belajar

dan bekerja baik secara individu maupun berkelompok dengan cermat.

2) Melalui diskusi kelompok siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu,

teliti, dan peduli lingkungan.

Psikomotorik:

1) Siswa dapat menyajikan hasil pengamatan, inferensi dan

mengkomunikasikan hasil.

2) Disajikan data hasil percobaan pemisahan warna tinta sebagai Sistem tata

surya

3) menyajikan hasil analisis data observasi terhadap pengamatan tata

surya dan presentasi kelompok


63

D. Materi Pembelajaran

1. Sistem tata surya

2. Keterampilan Proses: Pengamatan, Interferensi, Mengkomunikasikan

3. Pengukuran

E. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific

2. Metode : Observasi dan Diskusi

3. Model : Discovery Learning

F. Sumber Belajar

1. Buku IPA SMP kelas VII, Puskurbuk 2013

2. LKS Sistem tata surya dan pengamatan

3. Lingkungan sekitar.

G. Media Pembelajaran

Lingkungan sekitar, alat-alat yang digunakan dalam pengamatan

H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Langkah-
Langkah Model Deskripsi Kegiatan Alokasi
Kegiatan
Discovery
Pendahuluan 1. Menciptakan 1.1 Salam 10 menit
Situasi 1.2 Berdoa
(Stimulasi) 1.3 Pemusatan perhatian :
 guru memusatkan perhatian
peserta didik tentang Sistem
tata surya dan pengamatan
 Siswa menyimak masalah yang
disampaikan guru tentang
Sistem tata suryadan
pengamatan dalam
64

Langkah-
Langkah Model Deskripsi Kegiatan Alokasi
Kegiatan
Discovery
pembelajaran IPA.
 Siswa diminta memberikan
tanggapan dan pendapat
terhadap masalah tersebut.
1.4 apresepsi
 Guru meminta peserta didik
untuk melakukan pengamatan
terhadap temannya dan
mencatat beberapa ciri – ciri
yang diamati, kemudian
guru mengajukan pertanyaan
seperti :
Ciri – ciri apa saja yang kamu
amati dari temanmu ?
1.5 Guru menyampaikan tujuan dan
manfaat mempelajari gejala
alam kejadian dan
kebendaan pada tiap objek yang
diamati.
Kegiatan Inti 2. Pembahasan 2.1 Menyampaikan informasi tentang 60 menit
Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan
Identifikasi yaitu melakukan percobaan
Masalah pemisahan warna tinta sebagai
objek yang diamati dengan
menerapkan ketrampilan
Proses
2.2 Membagi lembar kerja yang berisi
table pengamatan.
3. Observasi 3.1 Membagi siswa dalam tatanan
kelompok.
3.2 Peserta didik mencatat hasil
pengamatan pada percobaan secara
kelompok.
4.1 Mengumpulkan fakta – fakta
4. Pengumpulan dalam pengamatan dari Sistem tata
data surya dan mencatat dalam table
pada LKS
4.2 Diskusi kelompok untuk mengkaji
LKS mengidentifikasi konsep
ketrampilan proses dalam
mempelajari IPA
4.3 Siswa mengamati percobaan dan
65

Langkah-
Langkah Model Deskripsi Kegiatan Alokasi
Kegiatan
Discovery
mencatat data pengamatan pada
kolom yang tersedia pada LKS
5. Pengolahan 5.1 Mengolah dan menganalisis data
data dan dari setiap pengamatan untuk
analisis menjawab pertanyaan- pertanyaan
pada LKS
6.1 Presentasi hasil percobaan
6. Verifikasi
6.2 Diskusi berdasarkan hasil data
hasil percobaan
6.3 Membuat kesimpulan tentang 3
komponen ketrampilan proses:
pengamatan, inferensi, dan
komunikasi. Serta kegunaan
mempelajari IPA
Penutup 7. Generalisasi 7.1 dan Objek pengamatan IPASiswa 15 menit
dan guru mereview hasil kegiatan
pembelajaran
7.2 Guru memberikan penghargaan
(misalnya pujian atau bentuk
penghargaan lain yang relevan)
kepada kelompok yang berkinerja
baik
7.3 Siswa menjawab pertanyaan dalam
LKS
7.4 Pemberian tugas portopolio tentang
pengaruh air
dan cahaya terhadap pertumbuhan
biji kecambah kacang hijau sebagai
salah satu Sistem tata surya
66

I. PENILAIAN
1. Teknik dan Bentuk Instrumen

Teknik Bentuk Instrumen


Pengamatan Sikap Lembar Pengamatan Sikap dan Rubrik
Tes Unjuk Kerja Tes penilaian kinerja dalam pengamatan
Portofolio Panduan Penyusunan Portofolio

2. Instrumen

a. Lembar Pengamatan Sikap

No Aspek yang dinilai 3 2 1 Keterangan


1 mengagumi adanya Sistem tata
suryasebagai salah satu
Sistem tata surya sebagai ciptaan
Tuhan
2 memiliki rasa ingin tahu (curiosity)
3 menunjukkan ketekunan dan
tanggungjawab dalam
belajar dan bekerja baik secara
individu
maupun berkelompok

b. Rubrik Penilaian Sikap

No Aspek yang dinilai Rubrik


1 Mengagumi adanya 1. Menunjukkan ekspresi kekaguman
Sistem tata suryasebagai terhadap adanya Sistem tata
salah satu Sistem tata suryakejadian dan kebendaan pada
surya sebagai ciptaan objek yang diamati dan/atau ungkapan
Tuhan verbal yang menunjukkan rasa syukur
terhadap Tuhan.
2. Belum secara eksplisit menunjukkan
ekspresi kekaguman atau ungkapan
syukur, namun menaruh minat
terhadap mekanisme terjadinya petir,
gunung meletus, ayam berkokok di
pagi hari.
3. Belum menunjukkan ekspresi
kekaguman, atau menaruh minat
terhadap adanya Sistem tata
suryakejadian dan kebendaan pada
objek yang diamati dan/atau
67

No Aspek yang dinilai Rubrik


ungkapan verbal yang
menunjukkan rasa syukur terhadap
Tuhan
2 Menunjukkan rasa ingin 1. menunjukkan rasa ingin tahu yang
tahu besar, antusias, terlibat aktif dalam
kegiatan kelompok
2. menunjukkan rasa ingin tahu, namun
tidak terlalu antusias, dan baru terlibat
aktif dalam kegiatan kelompok ketika
disuruh
3. tidak menunjukkan antusias dalam
pengamatan, sulit terlibat aktif dalam
kegiatan kelompok walaupun
telah didorong untuk terlibat
3 Menunjukkan ketekunan 1. tekun dalam menyelesaikan tugas
dan tanggung jawab dengan hasil terbaik yang bisa
dalam belajar dan bekerja dilakukan, berupaya tepat waktu.
baik secara individu 2. berupaya tepat waktu dalam
maupun berkelompok menyelesaikan tugas, namun belum
menunjukkan upaya terbaiknya
3. tidak berupaya sungguh-
sungguh dalam
4. menyelesaikan tugas, dan tugasnya
tidak selesai
68

FORMAT PENILAIAN KINERJA

NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT KEMAMPUAN


1 2 3 4
1 Menyiapkan alat dan bahan pengamatan
2 Menggunakan alat sesuai fungsinya
3 Melakukan pengamatan dengan teliti
4 Menyusun data hasil pengamatan

JUMLAH
Kriteria penskoran:
Baik Sekali 4
Baik 3
cukup 2
Kurang 1
69

LAMPIRAN 5 :

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN


70

LAMPIRAN 6

FORMULIR PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI


71

LAMPIRAN 7 :
REKOMENDASI
72

LAMPIRAN 8 :
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
73

LAMPIRAN 9 :
KARTU SEMINAR
74

LAMPIRAN 10 :
KARTU KONSULTASI SKRIPSI
75

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Audya Syahra adalah nama penulis skripsi ini. Penulis

lahir di Barru 14 Oktober 2001 dan sekarang menetap di

jalan Andi Oddang Kelurahan Paduppa, Kec. Tempe,

Kab. Wajo , Sulawesi Selatan. Penulis merupakan anak ke-

2 dari 2 bersaudara dengan nama ayah Amirwan dan Ibu

bernama Suharni . Penulis Menempuh jenjang Pendidikan mulai dari TK Aisyah

Bustanul alfa Cabang Sengkang , SD Muhammadiyah (lulus tahun 2011), SMPN

6 Sengkang (lulus tahun 2014) ,dan UPT SMA 1 Wajo (lulus tahun 2019).

Penulis sekarang salah satu mahasiswa dari Universitas Puangrimaggalatung

Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dengan Program Studi S1 Pendidikan Biologi.

Pengalaman Organisasi Penulis sekarang aktif dalam organisasi Himpunan

Mahasiswa Jurusan BSC ( Biology Science Club) di divisi Keorganisasian .

Penulis mempunyai hobi Membaca, manga dengan cita-cita menjadi orang yang

berkecukupan dari segala hal . Penulis memiliki motto hidup “ Tidak ada

kesuksesan tanpa kerja keras,Tidak ada keberhasilan tanpa kebersamaan,Tidak

ada kemudahan tanpa doa”

Anda mungkin juga menyukai