Anda di halaman 1dari 256

PENGARUH MODEL CASE BASED LEARNING (CBL)

TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA


PADA KONSEP JAMUR
Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Azka Azzahra

NIM. 1112016100062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017

i
ii
iii
iv
ABSTRAK

Azka Azzahra (NIM: 1112016100062). Pengaruh Model Case Based Learning


Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Jamur. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Case Based Learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep Jamur.
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 63 Jakarta Tahun Pelajaran 2016/2017
dengan metode penelitian kuasi eksperimen dan rancangan penelitian berupa
pretest postest control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa
kelas X MIA 3 berjumlah 36 orang sebagai kelas eksperimen dengan
menggunakan model Case Based Learning dan siswa kelas X MIA 2 berjumlah
36 orang sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan saintifik.
Instrumen penelitian berupa 18 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian singkat
beserta lembar observasi. Perolehan nilai rata-rata postes kelas eksperimen
sebesar 80,25 dan kelas kontrol sebesar 70,91. Analisis data kedua kelompok
menggunakan uji-t dengan menggunakan SPSS 22 diperoleh harga signifikansi
sebesar 0,00 yang berada di bawah harga α = 0,05 (Sig > α). Hal ini menunjukkan
terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran Case
Based Learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jamur.

Kata kunci: model pembelajaran, Case Based Learning, hasil belajar, jamur

v
ABSTRACT

Azka Azzahra (NIM: 1112016100062). The Influence of Case Based Learning


Model on Student’s Achievement of Biology on Fungi Concept. A Skripsi,
Biology Education Study Program, Department of Natural Educational Science,
The Faculty of Educational and Teacher Training, State Islamic University Syarif
Hidayatullah Jakarta.
This research aimed to determine the influence of Case Based Learning Model
towards student’s achievement on Fungi concept of Biology. This research was
conducted at SMAN 63 Jakarta in academic year 2016/2017 with a quasy
experimental method which used pretest postest control group design. Sampling
in this study was purposive sampling technique. The samples were 36 students of
class X MIA 3 as the experimental class with Case Based Learning in teaching
model and 36 students of class X MIA 2 as the control class with scientific
approach in teaching. The instrument test were multiple choice test consist of 18
questions and essay test consist of 5 questions and teacher observation sheet. The
obtained average value for posttest of experimental class was 80,25 and for
posttest of control class was 70,91. Data analysis of the two groups was t-test
using SPSS 22, the result of significance value was 0,00 less than alpha value
0,05 (Sig > α). This suggested that there was influence of Case Based Learning
model on student’s achievement on Fungi concept of Biology.

Keywords: learning model, Case Based Learning, student’s achievement, fungi

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-
Nya yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi dengan
judul Pengaruh Model Case Based Learning (CBL) Terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Jamur.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari


bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. Yanti Herlanti M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Penddikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Zulfiani, M.Pd., Dosen pembimbing I dan Eny S. Rosyidatun M.A.,
dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Nengsih Juanengsih M.Pd., Dosen pembimbing akademik Pendidikan
Biologi B 2012 yang telah memberikan bimbingan selama masa
perkuliahan.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan bantuan
untuk menyelesaikan penelitian ini.
7. Dr. Saryono, M.Si., Kepala Sekolah SMA Negeri 63 Jakarta yang telah
member izin untuk melaksanakan penelitian ini dan Dra. H. Ernawati,
M.Pd., guru bidang studi Biologi Kelas X SMA Ngeri 63 Jakarta yang
telah memberikan bimbingan dan arahan.

vii
8. Siswa kelas X MIA 2 dan X MIA 3 SMAN 63 Jakarta yang telah
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Ayah dan Ibu tercinta serta anggota keluarga yang selalu mendoakan dan
memberikan motivasi kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat penulis, Della, Ayu, Five, Putri, Diyah, Hanifia, Rahma,
Endah Dwi, Devi, Upi, dan Refika, kawan sesama dosen pembimbing,
Dika, Ilen, Ela, Dela, Iza, Fifi, Hani, Rifah serta seluruh kawan-kawan
mahasiswa Pendidikan Biologi, yang tak dapat disebutkan satu persatu,
terima kasih selalu memberikan semangat dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara
langsung maupun tidak langsung, penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan


penulis khususnya.

Tangerang Selatan, Agustus 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………………... i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI……………………… iii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………. iv
ABSTRAK ……………………………………………………………………….. v
ABSTRACT ……………………………………………………………..………... vi

KATA PENGANTAR …………………………………………………………... vii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ix

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. xii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………............ xiii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………........... xiv

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………… 1


B. Identifikasi Masalah ………………………………………....................... 5
C. Pembatasan Masalah ……………………………………………………. 5
D. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 6
E. Tujuan Penilaian ………………………………………………………… 6
F. Kegunaan Penelitian …………………………………………………….. 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ………………. 7

A. Deskripsi Teoritik ………………………………………………………… 7


1. Hakikat Belajar ………………………………………………………… 7
a. Pengertian Belajar ……………………………………………………7
b. Pengertian Hasil Belajar …………………………………………….. 8
c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………………….. 11
2. Hakikat Model Pembelajaran ………………………………………….. 13
3. Model Pembelajaran Case Based Learning ……………………………. 15

ix
a. Pengertian Case Based Learning ……………………………………. 15
b. Karakteristik Case Based Learning …………………………………. 17
c. Perbedaan Case Based Learning dengan Problem Based Learning …19
d. Sintaks (Langkah) Model Case Based Learning ……………………. 20
e. Kelebihan Model Pembelajaran Case Based Learning ……………. 22
f. Kekurangan Model Pembelajaran Case Based Learning …………… 23
4. Tinjauan Konsep Jamur ………………………………………………… 24
a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Konsep Jamur ……………. 24
b. Kajian Konsep Jamur ………………………………………………...25
B. Hasil Penelitian yang Relevan ……………………………………………. 26
C. Kerangka Berpikir ………………………………………………………… 29
D. Hipotesis Penelitian ……………………………………………………….. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………… 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………………... 32


B. Metode dan Desain Penelitian ……………………………………………. 32
C. Alur Penelitian ……………………………………………………………. 33
D. Populasi dan Sampel ……………………………………………………… 34
E. Variabel Penelitian ……………………………………………………….. 35
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………….. 35
G. Instrumen …………………………………………………………………. 36
H. Kalibrasi Instrumen ……………………………………………………….. 38
1. Uji Validitas …………………………………………………………… 38
2. Uji Reliabilitas …………………………………………………………. 39
3. Uji Taraf Kesukaran Soal ………………………………………………. 40
4. Daya Pembeda …………………………………………………………. 41
I. Teknik Analisis Data ……………………………………………………… 41
1. Uji N-Gain ……………………………………………………………… 42
2. Uji Prasyarat Penelitian ………………………………………………… 42

x
a. Uji Normalitas ………………………………………………………. 42
b. Uji Homogenitas …………………………………………………….. 43
3. Uji Mann Whitney untuk Hasil Belajar Pretest dan Dimensi
Pengetahuan……………………………………………………………...44
4. Uji Hipotesis Uji-t untuk Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol... 45
J. Persentase Lembar Observasi ……………………………………………. 47
K. Hipotesis Statistika ……………………………………………………….. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………….. 48

A. Deskripsi Data Hasil Belajar ……………………………………………… 48


1. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ………. 48
2. Data N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ………………………….. 49
3. Data Hasil Belajar Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif ………… 50
B. Deskripsi Nilai LKS Kelas Eksperimen dan Kontrol …………………….. 53
C. Uji Prasyarat Analisis Data Tes Hasil Belajar …………………………….. 55
1. Uji Normalitas ………………………………………………………….. 55
2. Uji Homogenitas ……………………………………………………….. 56
D. Pengujian Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol … 57
1. Uji Beda Mann Whitney Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ……… 57
2. Uji Hipotesis Uji-t Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol …………… 57
E. Analisis Data Hasil Belajar Dimensi Pengetahuan Postes Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol …………………………………………………………. 58
F. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran ………………………. 61
G. Pembahasan ……………………………………………………………… 63
BAB V PENUTUP ………………………………………………………………. 70

A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 70
B. Saran ……………………………………………………………………… 71

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 33
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Konsep Jamur ............................................. 37
Tabel 3.3 Distribusi Soal Instrumen Dimensi Kognitif dan Dimensi Pengetahuan .... 37
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Reliabilitas .......................................................................... 40
Tabel 3.5 Indeks Tingkat Kesukaran Soal ANATES .................................................. 41
Tabel 3.6 Indeks Kriteria Daya Beda ANATES .......................................................... 41
Tabel 4.1 Data Skor Pretest dan Posttest ..................................................................... 49
Tabel 4.2 Data Frekuensi N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol .............................. 50
Tabel 4.3 Persentase ketercapaian hasil belajar ranah pengetahuan dan jenjang kognitif
kelas eksperimen dan kontrol .................................................................. 51
Tabel 4.4 Persentae Ketercapaian Hasil Belajar Ranah Pengetahuan dan Jenjang
Kognitif Soal Berbasis Kasus Kelas Eksperimen dan Kontrol ................ 52
Tabel 4.5 Nilai LKS Kelas Eksperimen ....................................................................... 54
Tabel 4.6 Nilai LKS Kelas Kontrol ............................................................................. 54
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ..................................................................................................... 55
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol56
Tabel 4.9 Hasil Uji Beda Mann Whitney U Pretest Kelas Eksperimen Kontrol ......... 57
Tabel4.10 Hasil Uji-t Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................... 58
Tabel4.11 Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Dimensi Pengetahuan
Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................ 59
Tabel4.12 Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Dimensi Pengetahuan
Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................ 60
Tabel4.13 Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Dimensi Pengetahuan
Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................... 61
Tabel4.14 Hasil Observasi Siswa Selama Pembelajaran di Kelas Eksperimen........... 62
Tabel4.15 Hasil Observasi Kegiatan Guru Selama Pembelajaran di Kelas Eksperimen
................................................................................................................. 62

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur masalah dari beberapa model pembelajaran ..................... 21


Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................... 30
Gambar 3.1 Alur Penelitian ................................................................................ 34

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Eksperimen ................. 75
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kontrol ....................... 89
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ............................. 101
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol ................................... 125
Lampiran 5 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen ....................................................... 131
Lampiran 6 Hasil SPSS validasi ....................................................................... 153
Lampiran 7 Rekap Analisis Butir Soal ............................................................. 158
Lampiran 8 Soal Instrumen Tes Hasil belajar ................................................. 167
Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Kelas Eksperimen ................................. 174
Lampiran 10 Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen ............................... 178
Lampiran 11 Lembar Observasi Guru Kelas Kontrol ....................................... 180
Lampiran 12 Lembar Observasi Siswa Kelas Kontrol ..................................... 184
Lampiran 13 Hasil Perhitungan Pretest, Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan
Kontrol ......................................................................................... 186
Lampiran 14 Rubrik dan Nilai LKS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..... 187
Lampiran 15 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest ........................... 188
Lampiran 16 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest ....................... 189
Lampiran 17 Hasil Uji Hipotesis Statistik ........................................................ 190
Lampiran 18 Ketercapaian Hasil Belajar Ranah Pengetahuan dan Jenjang Kognitif
Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol .................... 191
Lampiran 19 Ketercapaian Hasil Belajar Ranah Pengetahuan dan Jenjang Kognitif
Pretest dan Posttest pada Soal Berbasis Kasus ............................ 203
Lampiran 20 Uji Normalitas, Homogenitas dan Mann Whitney-U Dimensi
Pengetahuan ................................................................................. 202
Lampiran 21 Uji Normalitas, Homogenitas dan Mann Whitney-U Gabungan dari
Dimensi kognitif dan Dimensi Pengetahuan ............................... 206
Lampiran 22 Pedoman Wawancara Guru ......................................................... 219
Lampiran 23 Surat Bimbingan Skripsi ............................................................. 221
Lampiran 24 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................... 222
Lampiran 25 Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 223

xiv
Lampiran 26 Lembar Uji Referensi .................................................................. 224
Lampiran 27 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............................................... 232

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau disebut dengan ilmu sains pada
hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi.
Sikap merupakan sikap ilmiah seperti teliti, jujur, sistematis, dan rasa ingin tahu
yang besar terhadap suatu hal misalnya hubungan sebab akibat yang menimbulkan
masalah dan perlu dicari pemecahan masalahnya. Hal yang akan dilakukan atau
diujikan merupakan suatu proses, yakni metode ilmiah meliputi penyusunan
hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan
penarikan kesimpulan. Aktivitas itu mengasilkan sebuah produk berupa suatu
fakta, prinsip, teori dan hukum. Wujud aplikasi dari pembeajaran IPA adalah
penerapan metode ilmiah dan mengaitkan konsep yang dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari atau bersifat kontekstual. Keempat unsur tersebut
merupakan hakikat IPA secara utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.1
Biologi sendiri merupakan cabang dari sains yang berkonsentrasi untuk
mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungan. Mempelajari hubungan antar
sesama makhluk hidup dan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungan. Semua itu sangatlah kompleks dan erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Dalam program pendidikan, biologi menjadi sangat penting bagi
setiap individu dalam rangka mengenal dan memahami konsep yang berkaitan
dengan dirinya sendiri dan lingkungan alam sekitarnya, untuk membangun
kemampuan berpikirnya serta mengembangkan keterampilan, wawasan dan
kesadaran tentang ilmu yang berkaitan dengan pemanfaatannya dalam kehidupan
sehari-hari sedini mungkin, sehingga dapat diterapkan secara nyata. Sebagai
contoh, dalam materi Jamur pada biologi, sangat erat kaitannya dengan
pemanfaatan sehari-hari yakni dapat menghasilkan bahan makanan yang bergizi
tinggi seperti tempe dan oncom. Kemudian juga ada jamur yang berbahaya

1
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.1, h. 46-47.

1
2

bagi tubuh yang harus dihindari. Oleh karena itu, materi jamur ini perlu dipelajari
siswa, sehingga siswa dapat menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan
jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara
teliti dan sistematis.
Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam dan
makhluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya
penguasaan kumpulan-kumpulan fakta, tetapi juga proses penemuan sehingga
menjadi bermakna. Hal ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA tidak hanya
berlandaskan pada teori saja tetapi lebih menekankan pada prinsip-prinsip suatu
proses belajar mengajar dan kaitannya dengan kehidupan nyata. Dengan
pentingnya Biologi dan IPA untuk siswa tersebut, maka pengajaran dalam
pendidikan juga harus terus dikembangkan.
Terdapat beberapa siswa yang mengalami hambatan dalam proses
pembelajarannya. Hambatan atau kesulitan belajar tersebut tentu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kegagalan dalam mencapai prestasi yang
maksimal, usaha untuk mengatasi kesulitan belajar pun tidak mudah untuk
dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena proses belajar merupakan proses
kompleks yang saling mengaitkan banyak faktor. Hal ini terbukti dari penelitian
yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS). Indonesia menempati peringkat ke-35 dari 46 negara peserta TIMSS
2003, peringkat ke-36 dari 48 negara peserta pada TIMSS 2007, dan peringkat ke
38 dari 42 negara peserta TIMSS. Rerata hanya 5% siswa Indonesia yang dapat
mengerjakan soal-soal dalam kategori tinggi dan advance [memerlukan
reasoning], sedangkan 71% siswa Korea sanggup. Dalam perspektif lain, 78%
siswa Indonesia hanya dapat mengerjakan soal-soal dalam kategori rendah [hanya
memerlukan knowing atau hafalan].2 Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa di
Indonesia kurang terasah kemampuan penalaran, analisis logika, serta kemampuan
menemukan pola bentuk umum dan pengintegrasian dari konsep yang diajarkan
untuk menarik kesimpulan.

2
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013): Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. 1,
h. 18.
3

Mengatasi kesulitan belajar serta mencapai prestasi belajar yang


maksimal, siswa dan guru harus memahami terlebih dahulu proses belajar dan
seluruh faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan proses belajar mengajar adalah pemilihan dan penggunaan metode
yang tepat untuk suatu konsep. Pembelajaran yang dilaksanakan secara variatif
akan memberikan peluang besar bagi aktivitas siswa agar menjadi optimal.
Berkaitan dengan upaya mengoptimalkan aktivitas siswa pada program
pembelajaran, PP Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
mengemukakan bahwa pengembangan mutu pembelajaran di sekolah mencakup
perlunya metode kegiatan pembelajaran yang mengacu pada keterlibatan peserta
didik secara aktif, demokratis, mendidik, mendorong kreativitas, dan dialogis.3
Pembelajaran biologi dan sains sebelumnya banyak yang menggunakan
metode deduktif dalam pembelajarannya. Metode klasik ini kronologinya dimulai
saat guru menjelaskan pada siswa konsep teori di awal. Kemudian dilakukan
latihan dari buku. Setelah itu baru dikaitkan dengan penerapan di kehidupan
nyata. Saat itu siswa seringkali termotivasi mempelajari materi hanya untuk
meninggikan nilainya yang menjamin akan mempengaruhi karirnya nanti.
Gagalnya mengaitkan isi pembelajaran dengan kehidupan nyata telah memberikan
dukungan bagi siswa untuk menghindari bahkan meninggalkan pembelajaran
sains. Karena itu dibutuhkan perubahan yang awalnya metode pembelajaran
deduktif menjadi metode induktif.
Tiga faktor yang harus menjadi perhatian guru di dalam
menyelenggarakan pembelajaran yaitu: (1) pentingnya memahami struktur mata
pelajaran, (2) pentingnya belajar aktif supaya seseorang dapat menemukan sendiri
konsep-konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar, dan (3) pentingnya
nilai dari berpikir induktif.4 Metode induktif merupakan jalan yang lebih baik
untuk memotivasi siswa belajar sains karena di awal pembelajaran guru
menyajikan suatu tantangan yang spesifik pada siswa, seperti sebuah kasus untuk
dianalisis, data eksperimen yang harus diinterpretasikan, atau mungkin masalah

3
Kementerian Pendidikan Nasional, Standar Pengelolaan Pendidikan, 2007, h. 6, diakses dari
(http://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/pengelolaan/Permen_19_Th-2007.zip) pada 27
Juli 2017 pukul 22.40 WIB.
4
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Ghaila Indonesia, 2014), Cet. 2, h. 15.
4

kehidupan nyata yang kompleks untuk dipecahkan. Siswa yang berusaha pada
tantangan tersebut dengan cepat dapat mengenal kebutuhan akan sebuah informasi
fakta, keterampilan dan pemahaman konsep yang mana guru sediakan instruksi
petunjuknya atau hanya dengan membantu siswa untuk belajar dengan mandiri.5
Metode mengajar induktif telah berkembang menjadi beberapa bentuk,
salah satunya adalah Case Based Learning (CBL). Model CBL menggunakan
metode kasus sebagai pemancing proses berpikir. Mensyaratkan siswa untuk
mendefinisikan masalah yang terdapat dalam kasus berupa Well Structured dan
mengaitkannya dengan konsep dasar biologi untuk membantu memecahkan
masalah. Ketika siswa mulai menyimpang, guru akan mengggunakan guiding
question yang dapat memandu siswa kembali pada tujuan awal pembelajaran.6
Dengan penyajian kasus dapat menarik minat siswa dalam belajar sehingga hasil
belajar pun dapat meningkat. Siswa juga harus memahami maksud materi yang
diajarkan di dalam kelas dan juga mengerti pengaplikasiannya dalam kehidupan
sehari-hari sehingga membantu siswa untuk siap terjun ke dalam dunia nyata.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, siswa lebih aktif menanggapi
pertanyaan dan melakukan diskusi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Hal ini senada dengan pernyataan bahwa CBL dianggap sebagai model
pembelajaran yang efektif menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik.7
Penerapan model CBL telah terbukti efektivitasnya dalam berbagai
penelitian. Beberapa hasil penelitian terkait penggunaan model ini menunjukkan
dapat meningkatkan berbagai aspek dalam pembelajaran. Salah satu penelitian
menunjukkan hasil bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan
menggunakan model Case Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan

5
Michael Prince & Richard Felder, The Many Faces of Inductive Teaching and Learning,
Journal of College Science Teaching, Vol. 36, No. 5, 2007, p. 14, diakses dari
(http://www4.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/Papers/Inductive(JCST).pdf) pada 27
Juli 2017 pukul 21.24 WIB.
6
Malathi Srinivasan, et al., Comparing Problem-Based Learning with Case-Based Learning:
Effects of a Major Curricular Shift at Two Institutions, Academic Medicine, Vol. 82, No. 1, 2007,
p. 74, diakses dari (https://www.scribd.com/mobile/document/340895600/Comparing-Problem-
Based-Learning-With-Case-Based-10) pada 27 Juli 2017 pukul 20.05 WIB.
7
Quek Choon Lang Gwendoline & Wang Qiyun, Supporting Beginning Teacher’s Case-Based
Learning in a Technology-Mediated Learning Environment, Proceedings Ascilite Disney, 2010, p.
783, diakses dari (http://www.ascilite.org/conferences/sydney10/procs/Quek-concise.pdf) pada 26
Juli 2017 pukul 20.16 WIB.
5

metode ceramah.8 Selain itu beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa
studi kasus, terlepas dari sumber, secara signifikan lebih efektif daripada metode
pengiriman konten lain untuk meningkatkan kinerja pada pertanyaan asesmen
yang berkaitan dengan ikatan kimia, osmosis dan difusi, mitosis dan meiosis, dan
struktur DNA serta replikasi.9
Mencermati uraian di atas, maka penulis berinisiatif untuk mengadakan
studi dengan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai CBL untuk pelajaran
IPA Biologi dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa. Peneliti memberi
judul untuk penelitian ini “Pengaruh Model Pembelajaran Case Based Learning
(CBL) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Jamur”.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa kurang terasah kemampuan penalaran, analisis logika, serta
menemukan pola bentuk umum dan pengintegrasian dari konsep yang
diajarkan untuk menarik kesimpulan.
2. Proses belajar IPA secara deduktif kurang mendorong peserta didik untuk
secara aktif dalam mencari dan menemukan konsep secara mandiri
3. Perlu adanya suatu inovasi pembelajaran induktif dan berbasis masalah yang
mengasah kemampuan berpikir siswa dalam menganalisis suatu konsep
dengan pengalaman kehidupannya

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini, meliputi:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Case Based Learning yang
merupakan model berbasis permasalahan sehingga dapat memicu proses
berpikir siswa.
2. Data primer merupakan hasil belajar siswa pada aspek dimensi kognitif siswa
berdasarkan taksonomi Bloom (C1-C6) dan dimensi pengetahuan (faktual,
8
Shofika Nurul Laili, “Pengaruh Metode Case Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis”, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta, 2015, tidak dipublikasikan.
9
Kevin M. Bonney, Case Study Teaching Method Improves Student Performance and
Perceptions of Learning Gains, Journal of Microbiology & Biology Education, Vol, 16, No. 1,
2015, p. 21, diakses dari (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4416499/) pada Agustus
28 Maret 2017 pukul 17.21 WIB.
6

konsep, prosedural dan metakogntif). Sementara aspek afektif dan


psikomotorik tidak dijadikan data primer
3. Konsep biologi yang diajarkan adalah konsep jamur dengan instrumen berupa
pilihan ganda dan uraian untuk menilai dimensi pengetahuan metakognitif
siswa.

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh
antara model pembelajaran Case Based Learning (CBL) terhadap hasil belajar
biologi siswa pada konsep Jamur?”

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Case Based Learning (CBL) terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep
jamur.

F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini, antara lain:
1. Meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang disampaikan
2. Memberikan pengalaman baru dalam penggunaan model Case Based
Learning bagi siswa dalam pembelajarannya.
3. Memberikan rekomendasi dan pedoman kepada guru tentang penggunaan
model pembelajaran Case Based Learning dalam upaya mencapai
pembelajaran yang optimal.
4. Memotivasi guru untuk memperluas penggunaan model pembelajaran Case
Based Learning pada konsep atau materi lain.
5. Mengetahui gambaran mengenai implementasi model pembelajaran Case
Based Learning sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
penelitian lain yang relevan.
BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik
1. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Hal ini mengartikan bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan, sangat tergantung pada proses belajar yang dialami
siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.1
Belajar, pada hakekatnya merupakan proses menjadi tahu. Menurut
pandangan konstruktivisme, belajar merupakan sebuah proses
pengkonstruksian atau pembentukan makna secara aktif oleh pembelajar
terhadap data sensori baru, dan pengetahuan sebelumnya (prior
knowlegde).2 Arti belajar dengan kata-kata yang singkat, yakni
pengembangan hubungan-hubungan baru (new associations) sebagai hasil
pengalaman. Belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal
(purely internal event) dan merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat
dengan nyata; proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang
mengalami belajar.3 Hal ini sangat terlihat jelas bahwa struktur kognitif
yang ada sebelumnya pada diri pembelajar memegang peran yang sentral
dalam proses belajar.
Terdapat beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian
tentang belajar, yaitu bahwa: (1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam
tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku

1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet. 19, h. 87.
2
I Wayan Sadia, Model-Model Pembelajaran Sains Konstruktivistik, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2014), Cet.1, h. 4.
3
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), Cet. 25, h.
85.

7
8

yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku
yang lebih buruk, (2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi
melalui latihan atau pengalaman, (3) Tingkah laku yang mengalami
perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik
maupun psikis.4
Proses belajar bukanlah penambahan informasi baru secara sederhana,
tetapi dapat terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan
lingkungan belajar, yakni melibatkan interaksi pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Proses belajar juga bukan hanya
terjadi di kelas saja, tetapi dapat terjadi di manapun siswa berada, dengan
optimalisasi panca indera dan pengalamannya maka siswa dapat mengolah
pemikirannya untuk membuat sebuah ide gagasan dan sikap baru berdasarkan
apa yang mereka rasakan. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat
dikatakan berhasil bila dalam diri individu terbentuk pengetahuan, sikap,
keterampilan, atau kebiasaan baru yang secara kualitatif harus lebih baik dari
sebelumnya, sebagai produk dari interaksinya dengan pengetahuan
sebelumnya.

b. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta
didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.5 Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Hal yang nampak dari kemampuan-kemampuan yang diperoleh
siswa dapat dilihat dari lima kategori, yaitu (a) informasi verbal (b)
keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e)
keterampilan motoris.6 Ditinjau dari segi-segi hasil yang diharapkan dari
suatu pembelajaran, kemampuan-kemampuan tersebut perlu dibedakan
karena kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan

4
Ibid., h. 84-85.
5
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013): Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. 1,
h. 62.
6
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. 17, h. 22.
9

manusia, dan juga karena kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan


tersebut yang berbeda-beda.7 Jadi, hasil belajar merupakan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia mengalami proses belajar atau
pembelajaran.
Rumusan tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional
mengemukakan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar
terbagi kedalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga
ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran.
Ranah kognitif dari taksonomi Bloom merevisi menjadi dua dimensi,
yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses
kognitif terdiri atas enam tingkatan: (1) ingatan, (2) pemahaman, (3)
penerapan, (4) analisis, (5) evaluasi, dan (6) menciptakan. Sedangkan dimensi
pengetahuan terdiri atas empat tingkatan yaitu (1) pengetahuan faktual, (2)
pengetahuan konseptual, (3) pengetahuan prosedural, (4) pengetahuan
metakognitif.8
Enam aspek yang berhubungan dengan hasil belajar dari intelektual
dalam dimensi proses kognitif yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek pertama dan kedua disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi. Dalam taksonomi Bloom, istilah pengetahuan berasal dari
knowledge. Istilah ini tidak hanya mengandung makna pengetahuan
melainkan juga mengandung makna hafalan atau pengetahuan untuk diingat.
Aspek kedua yaitu pemahaman, setingkat lebih tinggi daripada hasil belajar
pengetahuan. Aspek ketiga adalah aplikasi, yakni penggunaan abstraksi pada

7
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2011), Cet.17, h. 118.
8
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl (eds), Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. dari A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives
oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet. 1, h. 6.
10

situasi konkret, menerapkan ide atau teori ke dalam situasi baru. Aspek
keempat yaitu analisis, usaha memilah suatu integritas menjadi bagian-bagian
yang tetap terpadu. Aspek kelima yaitu evaluasi, salah satunya dengan
memberikan penilaian terhadap sesuatu dengan kriteria atau standar yang
telah ditetapkan. Dan aspek terakhir yakni sintesis, menyatukan unsur-unsur
atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh..9
Dimensi pengetahuan memiliki empat aspek, aspek pertama yakni
pengetahuan faktual terdiri atas elemen-elemen mendasar yang digunakan
pakar dalam mengkomunikasikan disiplin ilmunya, memahaminya, dan
mengorganisasikannya secara sistematis. Dua subtipe pengetahuan faktual
adalah pengetahuan terminologi dan pengetahuan mengenai rincian-rincian
spesifik.
Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan tentang kategori-kategori
dan klasifikasi-klasifikasi serta hubungan di antara keduanya, yaitu bentuk-
bentuk pengetahuan yang terorganisir dan lebih kompleks. Tiga subtipe
pengetahuan konseptual adalah pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori-
kategori, pengetahuan mengenai prinsip-prinsip generalisasi, serta
pengetahuan tentang teori, model dan struktur.
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan
sesuatu, seperti menyelesaikan latihan-latihan yang rutin untuk
menyelesaikan masalah. Tiga subtipenya adalah pengetahuan mengenai
keterampilan khusus, algoritma, pengetahuan mengenai metode dan teknik
khusus subjek, dan pengetahuan mengenai kriteria ketika akan menggunakan
prosedur yang sesuai.
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai pengertian
umum dan kesadaran akan pengetahuan mengenai pengertian seseorang,
misalnya bagaimana membuat siswa lebih menyadari dan bertanggung jawab
akan pengetahuannya sendiri. Tiga subtipenya adalah pengetahuan strategis,
pengetahuan kondisional dan kontekstual, dan pengetahuan diri. Contoh
pengetahuan diri seperti pengetahuan di mana seseorang menganggap dirinya

9
Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2011), Cet.1, h. 39-45.
11

cakap dalam beberapa bidang pekerjaan, tetapi tidak cakap di bidang


pekerjaan lainnya.10
Disimpulkan bahwa pengetahuan faktual merupakan pengetahuan
tentang istilah, nama orang, nama benda, angka, tahun, dan hal-hal yang
terkait secara khusus dengan suatu mata pelajaran. Pengetahuan konseptual
adalah pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, keterkaitan antara satu
kategori dengan lainnya, hukum kausalita, definisi, teori. Pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan tentang prosedur dan proses khusus dari suatu
mata pelajaran seperti algoritma, teknik, metoda, dan kriteria untuk
menentukan ketepatan penggunaan suatu prosedur. Dan pengetahuan
metakognitif adalah pengetahuan tentang cara mempelajari pengetahuan,
menentukan pengetahuan yang penting dan tidak penting (strategic
knowledge), pengetahuan yang sesuai dengan konteks tertentu, dan
pengetahuan diri (self-knowledge).
Ketika terjadi diskusi, guru dapat mengenal kemampuan siswa dalam
kompetensi dimensi pengtahuan baik itu faktual, konseptual, prosedural dan
metakognitif, yakni dengan pengungkapan gagasan yang orisinal, kebenaran
konsep, dan ketepatan penggunaan istilah/fakta/prosedur yang digunakan
pada waktu mengungkapkan pendapat, bertanya, ataupun menjawab
pertanyaan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terbagi menjadi tiga
macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa. Adapun faktor internal meliputi aspek fisiologis
dan aspek psikologis. Aspek fisiologis yaitu kondisi jasmani siswa,
misalnya kondisi kesehatan siswa, atau keadaan fisik siswa yang berkaitan
dengan kemampuan indera siswa dalam menerima informasi. Sedangkan
aspek psikologis yaitu kondisi kejiwaan atau sisi rohaniah siswa yang

10
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Ghaila Indonesia, 2014), Cet. II, h. 8-9.
12

dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa,


misalnya tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa. Menurut Slameto, yang termasuk faktor eksternal
diantaranya adalah faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor
keluarga dapat mempengaruhi belajar siswa melalui cara didik orang tua,
suasana rumah, hubungan antarsesama anggota keluarga dan keadaan
ekonomi. Faktor sekolah dapat mempengaruhi belajar siswa melalui cara
mengajar guru, hubungan antara guru dan siswa, hubungan antarsesama
siswa serta fasilitas sekolah. Sedangkan faktor masyarakat dapat
mempengaruhi belajar siswa melalui pergaulan antarsesama anggota
masyarakat, adanya kegiatan-kegiatan masyarakat serta adanya peran
media massa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.11

d. Penilaian Hasil Belajar


Kegiatan guru setelah melakukan proses belajar mengajar adalah
melakukan penilaian hasil belajar. Melalui kegiatan penilaian, guru akan
mengetahui perkembangan siswa dalam berbagai hal, seperti intelegensi,
bakat khusus, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa.12 Penilaian hasil
belajar secara esensial bertujuan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam
penugasan kompetensi yang telah ditentukan. Dengan demikian, penilaian
hasil belajar itu sesuatu yang sangat penting karena dengan penilaian guru
dapat melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kualitas pembelajaran yang
telah dilakukan. Selain itu, penilaian hasil belajar juga bertujuan untuk
melihat apakah metode, strategi, media, model pembelajaran dan hal lain
yang dilakukan dalam proses belajar mengajar itu tepat dan efektif atau

11
Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 129-136.
12
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta Press, 2006), Cet.1, h. 4.
13

sebaliknya.13 Penilaian hasil belajar juga bisa dijadikan alat atau tolak ukur
keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru, sekaligus tingkat pencapaian
siswa terhadap kompetensi yang telah dilakukan.
Untuk melakukan kegiatan penilaian maka dibutuhkan yang namanya
alat-alat penilaian, baik tes maupun nontes yang cocok digunakan untuk
melihat sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Dalam kaitannya dengan
penyusunan alat-alat penilaian tersebut perlu memperhatikan beberapa
langkah yang harus ditempuh, yakni: (1) menelaah kurikulum dan buku
pelajaran agar dapat ditentukan lingkup pertanyaannya; (2) merumuskan
tujuan instruksional khusus, sehingga jelas kemampuan yang harus dinilai;
(3) membuat kisi-kisi alat penilaian, yang menggambarkan lingkup materi,
tingkat kesulitan soal dan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk
mengerjakan soal tersebut; (4) menyusun soal berdasarkan kisi-kisi yang
telah dibuat; dan (5) menentukan kunci jawaban.14
Seperti yang telah dikemukakan di atas, penilaian atau evaluasi dalam
pembelajaran tidak kalah pentingnya dengan penetapan tujuan dan proses
pembelajaran itu sendiri. Salah satu tujuan dilakukannya penilaian adalah
mengetahui tingkat pencapaian proses dan hasil dari pembelajaran, untuk
selanjutnya dijadikan sebagai bahan koreksi untuk pembelajaran yang akan
datang. Mengingat begitu pentingnya penilaian dalam suatu pembelajaran
maka dalam pelaksanaan penilaian perlu memperhatikan hal-hal penting yang
telah menjadi prinsip dari penilaian itu sendiri.

2. Hakikat Model Pembelajaran


Istilah strategi, pendekatan dan model pembelajaran sering dijumpai
dalam proses belajar mengajar, terkadang digunakan dalam artian yang sama,
namun istilah-istilah tersebut memiliki pengertian yeng berbeda. Strategi
adalah pendekatan umum mengajar yang berlaku dalam berbagai bidang materi
dan digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan pembelajaran.15 Strategi

13
Kunandar, Op.Cit., h. 11.
14
Nana Sudjana, Op.Cit., h. 10.
15
Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan
Keterampilan Berpikir, Edisi 6 ,Terj. dari Strategie and Models for Teachers: Teaching Content
and Thinking Skills, Sixth Edition oleh Satrio Wahono, (Jakarta: PT Indeks, 2012), Cet,1, h.6.
14

pembelajaran dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan.16 Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh
oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan
instruksional tertentu.17 Sehingga pendekatan lebih mendekatkan kepada
strategi dalam perencanaan.
Metode pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru untuk
menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi
kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar siswa.18 Model
adalah “Rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme
suatu pengajaran meliputi sumber belajar, subyek pembelajar, lingkungan
belajar dan kurikulum”.19 Model tidak hanya berupa teknik tetapi juga
keseluruhan penunjang yang ada dalam kegiatan pembelajaran, yang berkaitan
dengan penerapan teknik tersebut.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada
strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur, antara lain: (1)
rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
(2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan belajar
yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.20
Sebagai perbandingan, model mengajar atau model pembelajaran adalah
pendekatan spesifik dalam mengajar yang memiliki tiga ciri: (1) Model
dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan memperoleh pemahaman mendalam tentang bentuk spesifik materi; (2)
Model mencakup serangkaian langkah atau fase yang bertujuan membantu
siswa mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik; (3) Model didukung teori
16
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 85.
17
Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 91.
18
Rusmono, Op.Cit., h. 24.
19
Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini, Op.Cit., h. 117.
20
Trianto, Op.Cit. h. 6.
15

dan penelitian tentang pembelajaran dan motivasi.21 Dengan demikian guru


harus megidentifikasi tujuan pembelajaran, kemudian memilih model yang
dirasa dapat membantu guru mencapai tujuan-tujuan tersebut. Model ini akan
memandu guru saat pembelajaran. Meski begitu model bukanlah pengganti
bagi keahlian mengajar dasar, model tidak bisa menggantikan kualitas-kualitas
yang harus dimiliki guru, seperti pengetahuan profesi, sensitivitas terhadap
siswa, dan kemampuan dalam membuat keputusan dalam situasi genting.
Model sebenarnya sebuah alat untuk membantu guru menjadikan pengajaran
mereka efektif dan efisien.

3. Model Pembelajaran Case Based Learning

a. Pengertian Case Based Learning


Kasus merupakan sebuah cerita yang mempunyai pesan tersembunyi,
sebuah narasi yang mendeskripsikan tentang situasi aktual atau realistis di
mana individu atau sekelompok orang harus membuat keputusan atau
memecahkan masalah yang ada.22 Jika suatu cerita atau kejadian
mempunyai pesan di dalamnya dan hal itu merupakan masalah yang harus
diselesaikan maka cerita tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah kasus.
Kasus adalah sebuah keadaan yang merupakan representasi dari
pengetahuan dan pengalaman yang disajikan dalam bentuk deskripsi situasi
(pembelajaran) nyata.23 Jadi kasus adalah permasalahan yang disajikan
dalam bentuk deskripsi atau cerita yang panjang.
Kasus adalah situasi otentik yang secara kontekstual kaya dan sangat
berkesan bagi siswa.24 Kasus merupakan situasi yang mempunyai kesan

21
Paul Eggen dan Don Kauchak, Op.Cit., h. 7.
22
Roy Killen, Effective Teaching Strategies: Lessons from Research and Practice 5th Edition,
(South Melbourne: Thomson/Social Science Press, 2009), p. 325.
23
Serkan Celik, Yasemin D. Cevik, and Tulin Haslaman, Reflections of Prospective Teachers
Regarding Case-Based Learning, Turkish Online Journal of Qualitative Inquiry, Vol.3, No.4,
2012, p. 65, diakses dari (http://dergipark.ulakbim.gov.tr/tojqi/article/view/5000093483
/5000086986) pada 20 Agustus 2017 pukul 18.55 WIB.
24
Quek Choon Lang Gwendoline & Wang Qiyun, Supporting Beginning Teacher’s Case-Based
Learning in a Technology-Mediated Learning Environment, Proceedings Ascilite Disney, 2010, p.
783, diakses dari (http://www.ascilite.org/conferences/sydney10/procs/Quek-concise.pdf) pada 1
September 2017 pukul 20.16 WIB.
16

tersendiri bagi siswa sehingga hal tersebut membuat siswa tertarik dan tidak
cepat melupakannya.
Kriteria kasus yang baik adalah kasus menceriterakan suatu keritera,
memfokuskan pada isu baru yang menarik, berisi dengan drama, umurnya
tidak lebih dari lima tahun, menimbulkan empati kepada karakter
sentralnya, berisi dengan kutipan-kutipan, mempunyai manfaat
pembelajaran, berisi sesuatu yang kontroversial, berorientasi pada
keputusan, dapat digeneralisasi, dan kasus yang baik tidak harus panjang.25
Kasus digunakan dalam pengajaran dipakai untuk meningkatkan
pembelajaran tentang prinsip dasar (teori) dan praktek. Siswa harus
menggali dan menemukan masalah serta pemecahan dari kasus yang
diberikan tersebut dibawah pengawasan tutor atau guru dalam suatu format
diskusi.
Case Based Learning (CBL) berperan sebagai katalis untuk diskusi di
kelas yang diimplementasikan oleh guru dan siswa terlibat secara aktif di
dalamnya.26 CBL merupakan salah satu pembelajaran yang berorientasi
pada siswa dan model pembelajaran yang menggunakan kasus sebagai
pemancing proses berpikir. Pada CBL siswa dapat aktif mendiskusikan
kasus yang disajikan oleh guru di kelas.
Case Based Learning (CBL) mempersyaratkan siswa untuk memiliki
pengetahuan tentang materi sebelumnya sehingga dapat digunakan untuk
membahas kasus tersebut. Kasus disajikan setelah siswa mendapatkan
sedikit pengetahuan sebagai bahan diskusi di kelas. Kasus yang digunakan
dalam model ini dapat berupa kasus nyata maupun fiktif yang disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran. Penyajian kasus yang diberikan di awal
pembelajaran haruslah kasus yang sederhana dulu agar siswa tidak kaget
dan berakibat tidak baik pada opini siswa tentang pelajaran tersebut.
Penggunaan kasus untuk pengajaran dan pembelajaran bukanlah hal
baru lagi. Studi kasus sudah digunakan sejak tahun 1788 oleh Medical
Society of New Haven. Studi kasus dikenalkan pada tahun 1871 kepada

25
Jogiyanto, Filosofi, Pendekatan, dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus: untuk Dosen
dan Mahasiswa, Edisi 3, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2009), Cet.10, h. 56.
26
Serkan Celik, Yasemin D. Cevik and Tulin Haslaman, Loc. Cit.
17

Harvard LawSchool.27 Dulu, kasus hanya digunakan pada konteks atau


materi tertentu. Kasus lebih sering digunakan dalam konteks hukum, bisnis
dan medis. Tetapi seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kasus terus berkembang pada konteks yang lainnya. The National Centre for
Case Study Teaching in Science di Universitas Buffalo mengarsipkan
berbagai pembelajaran kasus dalam bidang biologi, fisika, kimia,
matematika, komputer, medis, mesin, psikologi dan etika.28

b. Karakteristik Case Based Learning


Case Based Learning (CBL) merupakan model pembelajaran yang
berorientasi pada siswa. Siswa diharapkan aktif dalam menggali informasi
untuk menemukan solusi dari kasus yang disediakan di bawah pengawasan
tutor dalam forum diskusi. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa
dikenalkan dengan kasus-kasus yang sering dijumpai sehari-hari. Siswa
akan lebih bersemangat karena mereka merasa apa yang mereka pelajari
tidak sia-sia, selain itu mereka juga akan terlatih untuk mengaplikasikan
ilmu yang mereka dapatkan.
CBL dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa karena kasus
yang disajikan membuat siswa harus berpikir lebih mendalam. Kasus yang
disajikan termasuk soal yang kompleks yang membutuhkan analisa yang
cermat dan mengumpulkan informasi yang tepat pada soal agar siswa
mengetahui maksud dari soal. Setelah mengetahuinya siswa juga harus
bekerja keras untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana pada
kasus tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Roy Killen, yaitu
pembelajaran kasus memberikan latihan secara intelektual dan emosional,
memaksa mereka untuk terbiasa dengan masalah-masalah di dunia nyata
setelah mereka terjun ke masyarakat.29

27
Jane A. Schumacher, Case Based Learning: Preparing Adult Learners to Become Thoughtful
Leaders, p. 3, diakses dari (https://research.phoenix.edu/sites/default/files/user-presentation/Schu
macher%2520Case%2520Based%2520Learning%2520Clute%2520Institute%25201314_1.pdf)
pada 27 Juli 2017 pukul 10.02 WIB.
28
Michael Prince, Richard Felder, The Many Faces of Inductive Teaching and Learning,
Journal of College Science Teaching, Vol. 36, No. 5, 2007, p. 17, diakses dari
(http://www4.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/Papers/Inductive(JCST).pdf) pada 27
Juli 2017 pukul 21.24 WIB.
29
Roy Killen, Op.Cit., p. 326.
18

Bentuk dari pengajaran Case Based Learning adalah induktif, di mana


siswa melakukan analisis dan pembuatan keputusan sendiri.30 Case Based
Learning mempunyai tiga komponen utama yaitu: 1) kasus itu sendiri. 2)
persiapan siswa untuk mendiskusikan kasus yang akan disajikan, dan 3)
kelas untuk berdiskusi. Model ini menuntut siswa aktif dalam belajar, hal ini
terbukti dengan adanya komponen kedua yaitu persiapan siswa untuk
mendiskusikan kasus yang akan disediakan. Jadi siswa datang ke kelas tidak
dalam keadaan kosong dan hanya menunggu penjelasan dari guru, tetapi
sebaliknya mereka harus mempersiapkan, mencari materi tentang kasus
yang akan dibahas di dalam kelas.
Aturan Case Based Learning adalah sebagai berikut:31
a) Menceritakan cerita
Harus memiliki sebuah alur yang menarik hubungannya dengan
pengalaman siswa/ partisipan
 Harus terdiri dari permulaan, pertengahan dan akhir
 Akhir cerita tidak seperti yang sebelumnya, itu akan menjadi apa
yang murid butuhkan untuk menyediakan kasus yang didiskusikan
b) Fokus pada isu atau masalah yang membangkitkan minat
c) Kumpulan dalam kurun waktu lima tahun sebelumnya (menambah
motivasi siswa)
d) Menciptakan empati dengan karakter utama dalam cerita
e) Memasukkan kutipan dialog karakter
f) Relevan dengan pembaca
g) Harus memiliki kegunaan pedagogik
h) Menimbulkan konflik
i) Keharusan pengambilan keputusan
j) Cukup umum untuk diaplikasikan dalam berbagai situasi
k) Kasus yang pendek

30
Michael Prince & Richard Felder, Op.Cit., p.14.
31
Clyde Freeman Herreid, What Makes a Good Case?: Some Basic Rules of Good Storytelling
Help Teachers Generate Student Excitement in The Classroom, Journal of College Science
Teaching, Vol. 27, No. 3, 1998, p.163-164, diakses dari (http://sciencecases.lib.buffalo.edu/
cs/pdfs/What%2520Makes%2520a%2520Good%2520Case-XXVII-3.pdf) pada 27 Juli 2017 pukul
19.00 WIB.
19

Case Based Learning merupakan sarana untuk meningkatkan


pemahaman lewat learning by doing, mengembangkan kemampuan analitis
(berpikir kritis) dan memutuskan sesuatu (decision making-skill), belajar
bagaimana mengkaitkan yang dipelajari dengan masalah nyata,
mengembangkan kemampuan komunikasi secara verbal dan bekerjasama
dalam kelompok. Kerja dalam kelompok meningkatkan rasa percaya diri
siswa dimulai dari grup kecil (peer group), menjadikan tingkah laku yang
positif, lebih mengerti bagaimana proses pemecahan masalah dan
keterbatasannya, serta kemampuan mempertanyakan lebih banyak lagi
pertanyaan-pertanyaan kritis selama proses diskusi.32

c. Perbedaan Case Based Learning dengan Problem Based Learning


CBL adalah paradigma pendidikan yang berkaitan dengan Problem
Based Learning, yang mengangkat pertanyaan kontekstual berdasarkan pada
masalah hidup yang nyata.33 Ciri-ciri utama Case Based Learning sama
dengan Problem Based Learning di mana kasus, masalah, digunakan untuk
merangsang dan mendukung penerimaan pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Meski keduanya sebenarnya berbeda. Perbedaan Problem Based
Learning dengan Case Based Learning menurut Tels Sapulette adalah pada
Case Based Learning mensyaratkan siswa untuk mempunyai pengetahuan
sebelumnya sehingga dapat digunakan untuk membahas kasus. Sedangkan
Problem Based Learning tidak ada persyaratan bagi siswa untuk
mendapatkan pengetahuan sebelumnya sehingga memungkinkan siswa
untuk mendapatkan pengetahuan baru.34 Oleh karena itu, pada Case Based
Learning, persiapan sebelum membahas kasus diperlukan.
Perbedaan lain adalah Problem Based Learning merupakan Open
Inquiry, sedangkan Case Based Learning merupakan Guided Inquiry. Dan

32
Bisatya W. Maer dan Esterlita Devi Hendrayani, “Case-Based dan Problem-Based Learning
Dalam Pengajaran Struktur", Konferensi Nasional FTSP Jurusan Arsitektur Universitas Kristen
Petra Surabaya, h. 55, diakses dari (http://repository.petra.ac.id/15946
/1/Makalah_Case_Prob_Base_00 01.pdf) pada 27 Juli 2017.
33
Susandari, Pengaruh Metode “Case Based” pada Pemahaman Konsep dan Teori Psikologi
Pendidikan, Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial Ekonomi, dan Humaniora,
Vol. 3, No.1, 2012, h. 362, diakses dari (http://proceeding.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/
view/495/pdf_1) pada 27 Juli 2017 18.45 WIB.
34
Ibid.
20

pada Case Based Learning guru lebih banyak berperan dari pada Problem
Based Learning yang mana gurunya membimbing siswa dengan cara
memberikan pertanyaan yang memancing penyelesaian soal.35
Barrows membuat sebuah taksonomi yang mengklasifikasikan
Problem Based Learning menjadi enam kategori dengan menggunakan dua
variabel menjadi tiga tingkatan. Sistem kategori taksonomi Barrow dapat
digunakan sebagai kerangka struktur untuk melihat perbedaan model
pembelajaran masalah. Dua variabel tersebut adalah tingkat kemandirian
belajar (self-directedness) dan struktur masalahnya. Selanjutnya dari
variabel kemandirian belajar menjadi tiga tingkatan antara lain (1) diarahkan
oleh guru (teacher-directed), (2) diarahkan oleh siswa (student-directed),
dan (3) sebagian diarahkan oleh guru dan siswa. Untuk variabel kesulitan
struktur masalah, didefinisikan menjadi tiga tingkatan: (1) complete case
(well structured), yang mana masalah disajikan dalam format lengkap
dengan rangkuman fakta yang terorganisir, (2) full problem simulation (free
inquiry), yang mana masalah merupakan ill-structured dan disajikan dengan
informasi yang lengkap, (3) partial problem simulation, yang mana berada
di antara complete case dan full problem simulation.36 Case Based Learning
berada pada tingkatan well-structured dan sebagian diarahkan oleh guru dan
siswa. (lihat gambar 2.1)

d. Sintaks (Langkah) Model Case Based Learning


Langkah-langkah metode pembelajaran berbasis kasus (Case
Based Learning) adalah sebagai berikut:37

35
Malathi Srinivasan, et. al., Comparing Problem-Based Learning with Case-Based Learning:
Effect of A Major Curricular shift at Two Institution, Academic Medicine, Vol. 82, No. 1, 2007, p.
74, diakses dari (https://www.scribd.com/mobile/document/ 340895600/Comparing-Problem-
Based-Learning-With-Case-Based-10) pada 27 Juli 2017 pukul 20.05 WIB.
36
Woei Hung, Theory to Reality: a Few Issues in Implementing Problem-Based Learning,
Educational Technology Research and Development, Vol. 59, No. 4, 2011, p. 533, diakses dari
(https://link.springer.com/article/10.1007/s11423-011-9198-1) pada 15 Maret 2017 pukul 10.00
WIB.
37
Brett Williams, The Implementation of Case-Based Learning - Shaping the Pedagogy in
Ambulance Education, Journal of Emergency Primary Health Care, Vol. 2, No.3, 2004, p. 4,
diakses dari (http://citeseerx.ist.psu.edu/) pada 15 Maret 2017 pukul 09.58 WIB.
21

Gambar 2.1 Struktur masalah dari beberapa model pembelajaran

1) Menetapkan kasus: kasus dipilih yang sesuai dengan materi dan dengan
tujuan untuk mengembangkan kemampuan inkuiri dan diskusi siswa.
2) Menganalisa kasus: kasus didiskusikan oleh kelompok.
Siswa harus merumuskan masalah dimana siswa harus mengoptimalkan
pengetahuan awal yang dimiliki dengan cara mengingat kembali
konsep-konsep yang terkait. Pada perumusan masalah siswa juga harus
mengidentifikasikan pertanyaan-pertanyaan pada kasus tersebut, mana
informasi yang penting pada kasus dan mana yang kurang penting.
Setelah mengidentifikasi pertanyaan, langkah selanjutnya dalam
menganalisa kasus adalah menganalisa masalah. Siswa menganalisa
apakah masalah yang harus diselesaikan dalam kasus yang disajikan.
3) Menemukan secara mandiri informasi, data dan literatur. Siswa juga
menyediakan bukti, data atau hasil lab yang mendukung. Siswa
memerlukan banyak informasi dalam memecahkan masalah. Siswa
yang kritis tidak mudah percaya begitu saja terhadap suatu informasi
22

tetapi mereka mempelajarinya lebih dalam dengan mengumpulkan


informasi yang lebih banyak lagi. Setelah siswa mendapatkan
informasi, data dan literatur yang sesuai, siswa pada akhirnya
mengetahui langkah apa yang harus dilakukan.
4) Siswa menentukan langkah penyelesaian dari kasus yang telah
disediakan.
5) Membuat kesimpulan dari jawaban yang didiskusikan bersama. Pada
penarikan kesimpulan siswa harus dapat berpikir secara logis atau
rasional dalam membandingkan, mengklarifikasikan, serta
menunjukkan interaksi sebab akibat agar mendapat kesimpulan yang
tepat.
6) Presentasi: kelompok mempresentasikan hasil yang mereka sepakati.
7) Perbaikan: memperbaiki jawaban yang kurang tepat.

e. Kelebihan model pembelajaran Case Based Learning


Beberapa kelebihan dari model CBL menurut Diddie dan
B.William38 adalah:
1) Siswa memilah data faktual, menerapkan alat-alat analitik,
mengartikulasikan masalah, merefleksikan pengalaman yang relevan,
dan dapat menarik kesimpulan berhubungan dengan situasi baru
2) Siswa memperoleh pengetahuan substansif dan mengembangkan
keterampilan analitis, kolaboratif, dan komunikasi
3) Kasus menambahkan arti dengan menyediakan siswa dengan
kesempatan untuk melihat teori dalam praktik
4) Siswa lebih tertarik dan terlibat dalam kelas
5) Mengembangkan kemampuan siswa dalam kelompok belajar,
berbicara, dan berpikir kritis
6) Karena banyak kasus didasarkan pada masalah kontemporer atau
realistis, penggunaan kasus di kelas membuat materi pelajaran lebih
relevan
7) Terbangunnya motivasi instrinsik dan ekstrinsik

38
Susandari, Op.Cit., h. 363-364.
23

8) Membangkitkan self evaluation dan refleksi kritis


9) Memungkinkan inkuiri ilmiah dan pembangunan kesimpulan
10) Integrasi pengetahuan dan praktek
11) Pengembangan keterampilan belajar

Menurut pendapat lain, keuntungan CBL yakni:

1) Dapat mengembangkan kemampuan analitis (mempertanyakan esensi


dari sesuatu)
2) Kemampuan mengaplikasi konteks (teori) dan kenyataan di lapangan
3) Kemandirian dalam mencari dan memecahkan tugas melalui pelatihan
pemecahan masalah
4) Meningkatkan rasa percaya diri, semangat dan kerja sama dalam
kelompok, kemampuan oral (presentasi) dengan lebih baik39

f. Kekurangan model pembelajaran Case Based Learning


Beberapa kekurangan model Case Based Learning (CBL) yakni
pada pembelajaran berbasis masalah di mana struktur masalah yang well-
structured dan peran guru lebih besar daripada Problem Based Learning,
maka pengaruh untuk siswa pada kemampuan pembelajaran mandiri (self-
directed learning skill), kemampuan pemecahan masalah (problem
solving/reasoning skill) dan kemampuan untuk mengatasi ketidakpastian
lebih rendah tingkatannya. Hal ini sesuai dengan tingkat tuntutan siswa
untuk memikul pemecahan masalah dan proses pembelajaran yang tidak
tinggi. Meskipun demikian, model yang mendekati pada pengajaran
tradisional ini dapat menjadi lebih efisien daripada masalah yang rumit (ill-
structured) dalam hal membimbing siswa untuk memperoleh isi/konten
materi pembelajaran yang diharapkan, karena beban kognitif pembelajar
berkurang. 40
Menurut pendapat lain, kekurangan CBL yakni:
1) Tidak semua informasi/materi dapat diberikan, bila dibandingkan
dengan metode tradisional lain seperti ceramah (satu arah)

39
Bisatya W. Maer dan Esterlita Devi Hendrayani, Op.Cit, h. 55-56.
40
Woei Hung, Op.Cit, p. 534.
24

2) CBL tidak efektif untuk mentransmisikan bahan/materi dalam jumlah


yang banyak
3) Penggunaan Case Based Learning tidak dapat memecahkan semua hal
(the ills)

4. Tinjauan Konsep Jamur

a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Konsep Jamur


Konsep Jamur yang dipelajari ditingkat SMA/MA memiliki
kompetensi inti (KI) dan Kompetensi dasar (KD) sebagai berikut:
1) Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
2) Kompetensi Dasar
3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri, cara reproduksi, dan mengaitkan peranannya
dalam kehidupan
25

4.7 Menyajikan laporan hasil penelusuran informasi tentang


keanekaragaman jamur dan peranannya dalam keseimbangan
lingkungan.

b. Kajian Konsep Jamur


Kajian konsep Jamur ditinjau dari tiga buku. Buku pertama yaitu buku
penting dalam biologi, karangan Campbell, Reece, dan Mitchell. Buku kedua
adalah buku SMA karangan Nunung Nurhayati, Mukhlis dan Agus Jaya. Dan
buku ketiga juga buku SMA karangan Resti Septianing dkk.
Jamur memiliki beberapa definisi ditinjau dari ketiga buku tersebut.
pertama, Seperti hewan, fungi merupakan heterotrof, namun tidak seperti
hewan, fungi tidak menelan (memakan) makanannya tetapi fungi
mengabsorpsi nutrien dari lingkungan di sekitar tubuhnya.41 Jamur dapat
ditemukan di mana-mana. Jamur banyak tumbuh pada musim penghujan.
Habitatnya di tempat yang banyak sampah organiknya, pohon yang masih
hidup (batangnya), dan pada kayu yang sudah mati. Beberapa jamur bisa
dilihat secara langsung dengan mata, tidak memerlukan mikroskop. Jamur
tidak dapat dimasukkan ke dalam Kingdom Plantae (tumbuhan) karena jamur
tidak memiliki klorofil (bersifat heterotrof) sehingga makanannya berasal dari
makhuk hidup lainnya.42
Jamur memiliki dinding sel disusun oleh kitin (polisakarida), dan
alat perkembangbiakannya berupa spora. Tubuh jamur disusun oleh sel
tunggal (uniselular) atau banyak sel (multiselular) yang disusun oleh hifa,
yaitu benang-benang halus (filamen) yang mengandung membran sel dan
sitoplasma. Kumpulan hifa disebut miselium yang berbentuk seperti benang
kusut. Pada kebanyakan jamur, sel-sel penyusun hifa dipisahkan oleh sekat
yang disebut septa yang membentuk kompartemen atau sel. Septa dapat
berlubang (berpori) sehingga sitoplasma akan mengalir dari satu ruangan sel
ke ruangan sel lain. Jamur yang memiliki hifa bersekat disebut hifa septat,

41
Neil A. Campbell, Jane B. Reece, & Lawrence G. Mitchell, et.al., Biologi Edisi ke-delapan
Jilid II, Terj. dari Biology 8th Edition oleh Damaring Tyas Wulandari, Jilid II, (Jakarta: Erlangga,
2012), Cet.14, h.205.
42
Nunung Nurhayati, Mukhlis dan Agus Jaya, Biologi SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan
Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, (Bandung : Yrama Widya, 2014), h. 141.
26

sedangkan yang tidak bersepta disebut aseptat (hifa senositik). Sebagian besar
jamur, kecuali khamir yang uniselular, bersifat senosistik atau dalam
sitoplasmanya mengandung banyak nukleus (multinukleus).43

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan penerapan model
Case Based Learning. Antara lain:
Susandari, “Pengaruh Metode “Case Based” Pada Pemahaman Konsep
dan Teori Psikologi Pendidikan, Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan
PKM : Sosial Ekonomi, dan Humaniora”, tahun 2012, bahwa metode case based
learning memberi pengaruh pada pemahaman konsep dan teori psikologi
pendidikan pada mahasiswa psikologi Universitas Islam Bandung angkatan 2011.
Mahasiswa dapat memahami konsep dengan lebih baik, yang ditunjukkan dengan
hasil ujian yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan
metode ini, mahasiswa dimungkinkan untuk berperan aktif mengidentifikasi
masalah dengan konsep dan teori yang telah mereka dapatkan sebelumnya.44
Penelitian yang dilakukan tahun 2006 oleh Brian J Barczyk et al, dengan
judul “A Case Based Approach Increases Student Learning Outcomes and
Comprehension of Cellular Respiration Concepts” menghasilkan data yang
mengindikasikan bahwa setelah melalui proses pembelajaran studi kasus, siswa
dapat menjawab soal dan menyebutkan miskonsepsi tentang respirasi sel dengan
benar dibandingkan dengan yang tidak diberikan pembelajaran studi kasus.45
Kevin M. Bonney penelitian berjudul “Case Study Teaching Method
Improves Student Performance and Perceptions of Learning Gains” tahun 2015.
Hasil yang dilaporkan menunjukkan bahwa studi kasus, terlepas dari sumber,
secara signifikan lebih efektif daripada metode pengiriman konten lain untuk
meningkatkan kinerja pada pertanyaan asesmen yang berkaitan dengan ikatan
kimia, osmosis dan difusi, mitosis dan meiosis, dan struktur DNA dan replikasi.
43
Rasti Septianing dan Aggarwal, Panduan Belajar Biologi 1A SMA Kelas X, Terj. dari Biology
oleh Savitri Endah Yani dan Dian Malini, (Jakarta: Yudhistira, 2012), h. 81.
44
Susandari, Op. Cit., pp. 361-366.
45
Brian J Rybarczyk et al, A Case-Based Approach Increases Student Learning Outcomes and
Comprehension of Cellular Respiration Concepts, Biochemistry and Molecular Biology Education,
Vol. 35, No. 3, 2007, pp.181-186, diakses dari (http://educationgroup.mit.edu/HHMI
EducationGroup/wp-content/uploads/2011/10/McVey-Rybarczyk-et-al-BAMBEd-2007.pdf) pada
27 Agustus 2017 pukul 23.05 WIB.
27

Temuan ini berkorelasi positif dengan peningkatan persepsi mahasiswa mengenai


keuntungan belajar yang terkait dengan keterampilan komunikasi lisan dan tertulis
dan kemampuan untuk mengenali hubungan antara konsep-konsep biologi dan
aspek kehidupan lainnya. Berdasarkan temuan ini, studi kasus harus
dipertimbangkan sebagai metode yang disukai untuk mengajar tentang berbagai
konsep dalam pembelajaran sains.46
Shofika Nurul Laili dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Metode
Case Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis”, hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas yang diajar dengan
menggunakan metode Case Based Learning adalah 75 dan rata-rata kelas yang
diajar dengan metode ceramah adalah sebesar 64. Pembelajaran dengan
menggunakan Case Based Learning memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. 47
Muchamad Afcariono dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa
pada Mata Pelajaran Biologi”, hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Biologi ternyata dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa kelas X SMAN 1 Ngantang. Hal ini
dapat dilihat melalui adanya perubahan pada pola pikir siswa berdasarkan
tingkatan kognitif. Kemampuan bertanya dan menjawab siswa meningkat dari
kemampuan berpikir tingkat rendah (pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi)
menjadi berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi).48
Musriadi, Djufri dan Muhibuddin yang menunjukkan bahwa: (1)
Kemampuan hasil belajar materi jamur menggunakan model pembelajaran model
pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan kemampuan hasil

46
Kevin M. Bonney, Case Study Teaching Method Improves Student Performance and
Perceptions of Learning Gains. Journal of Microbiology & Biology Education. Vol. 16, No. 1,
2015, pp. 21-28, diakses dari (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4416499/) pada
Agustus 28 Maret 2017 pukul 17.21 WIB.
47
Shofika Nurul Laili, “Pengaruh Metode Case Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis”, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2015, tidak dipublikasikan.
48
Muchamad Afcariono, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol.3, No.
2, 2008, h. 65-68, diakses dari (https://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-3-no-2-
muchamad-afcariono.pdf) pada 5 Maret 2017 pukul 13.25 WIB.
28

belajar materi jamur menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan


menggunakan pembelajaran berbasis masalah dapat menjadikan siswa lebih
kreatif, berpikir tingkat tinggi dan aktif, (2) Motivasi belajar siswa pada materi
jamur menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik
dibandingkan dengan kemampuan hasil belajar jamur menggunakan model
konvensional. Siswa lebih menyukai pembelajaran berbasis masalah karena
interaksi-interaksi yang muncul membuat mereka lebih mudah dan cepat dalam
memperoleh tujuan belajar. Sikap tertarik yang ditampilkan siswa memberikan
motivasi yang tinggi pada proses pembelajaran.49
Penelitian yang dilakukan oleh Malathi Srinivasan dkk. dengan judul
“Comparing Problem Based Learning with Case Based Learning: Effect of A
Major Curricular shift at Two Institution”. Hasil penelitian ini menyatakan, dari
data yang didapatkan bahwa siswa dan pengajar pada dua pusat akademi medis
utama sangat menyukai CBL (inkuiri terbimbing) lebih dari PBL (inkuiri
terbuka). Mengingat kurikulum medis sangat padat dan waktu penggunaan
kampus yang efisien, CBL menawarkan model alternatif untuk PBL small group
teching tradisional. Namun studi ini tidak bisa menilai metode mana yang lebih
baik.50
“The Differences Between Learning Method Problem Based Learning with
Case Based Learning on the Level of Satisfaction of Education Students and
Faculty of Medicine Physician Health Sciences Muhammadiyah University of
Yogyakarta” oleh Fachrizal Kusuma Wijaya dan Sri Sundari dari bagian Medical
Education FK UMY kepada mahasiswa angkatan 2011 Program Studi Pendidikan
Dokter menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara metode tutorial PBL dan
CBL terhadap kepuasan mahasiswa dalam tutorial di mana CBL memiliki
kecenderungan kepuasan lebih baik dibandingkan PBL.51

49
Musriadi, Djufri, dan Muhibuddin, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Inshafuddin Banda Aceh, Jurnal Edubio
Tropika, Vol. 2, No.1, 2014, h. 151-158, diakses dari (http://jet.jurnal.web.id/index.php/JET
/article/view/25/25) pada 27 Agustus 2017 pukul 18.20 WIB.
50
Malathi Srinivasan. et al., Op.Cit., pp. 74-82.
51
Fachrizal Kusuma Wijaya dan Sri Sundari, “The Differences Between Learning Method
Problem Based Learning with Case Based Learning on the Level of Satisfaction of Education
Students and Faculty of Medicine Physician Health Sciences Muhammadiyah University of
Yogyakarta”, Tesis pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, diakses
dari (http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t61565.pdf) pada 28 Maret 2017 pukul 19.00 WIB.
29

C. Kerangka Berpikir
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar
mengajar adalah pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk suatu
konsep. Pembelajaran yang dilaksanakan secara variatif, tidak monoton, serta
mampu meningkatkan keaktifan siswa merupakan hal yang penting dalam proses
belajar mengajar untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Mengatasi kesulitan belajar serta mencapai prestasi belajar yang
maksimal, siswa dan guru harus memahami terlebih dahulu proses belajar dan
seluruh faktor yang mempengaruhinya. Dibutuhkan pembelajaran yang dapat
membangkitkan stimulus belajar siswa serta menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan dan keterbukaan dari guru. Guru berperan sebagai fasilitator dan
mediator yang kreatif. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi, akan
tetapi juga menciptakan pengalaman belajar bagi siswa. Guru harus mampu
menemukan model dan teknik yang dapat mendukung perannya tersebut, sehingga
kegiatan belajar mengajar dapat terselenggara secara efektif. Guru dituntut untuk
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan agar siswa memahami konsep yang dipelajari.
Proses belajar IPA secara deduktif kurang mendorong peserta didik untuk
secara aktif dalam mencari dan menemukan konsep secara mandiri. Proses belajar
mengajar IPA juga tidak hanya berlandaskan pada teori saja tetapi lebih
menekankan pada prinsip-prinsip suatu proses belajar mengajar dan kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga perlu adanya suatu inovasi pembelajaran
induktif dan berbasis masalah yang mengasah kemampuan berpikir siswa dalam
menganalisis suatu konsep dengan pengalaman kehidupannya. Salah satu cara
pembelajarannya yaitu dengan memberikan siswa sebuah masalah, sehingga
menuntut siswa untuk mengaitkan konsep Biologi dengan lingkungan sekitar
mereka.
Baagan kerangka berpikir pada penelitian ini yang melibatkan hubungan
antara model pembelajaran Case Based Learning dengan hasil belajar biologi
siswa sebagai berikut:
30

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

Model CBL merupakan salah satu bentuk pembelajaran berbasis masalah


dan metode belajar induktif, menggunakan kasus sebagai pemancing proses
berpikir siswa dan mempersyaratkan siswa sudah mendapatkan sedikit materi
yang berhubungan dengan kasus tersebut sehingga dapat membantu mereka untuk
memecahkan masalah. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang telah ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri. Pembelajaran ini sesuai untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks dalam belajar biologi. Model ini menggunakan kasus untuk
mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa karena penyajian masalah
pada kasus membutuhkan proses berpikir yang tidak sederhana. Permasalahan
pada kasus mengandung dilemma sehingga siswa harus mengumpulkan banyak
informasi untuk menyelesaikannya. Tidak sekedar masalah, tetapi kasus yang
disajikan dalam pembelajaran harus memiliki konteks dengan kehidupan nyata
dan dapat menarik perhatian siswa. Langkah-langkah pembelajaran pada model
ini adalah: (1) Membagi siswa dalam kelompok kecil. (2) Menetapkan kasus. (3)
Menganalisa masalah. (4) Menemukan secara mandiri informasi, data dan
literatur. (5) Menentukan langkah penyelesaian kasus yang disediakan. (6)
31

Membuat kesimpulan. (7) Kelompok mempresentasikan hasil yang mereka


sepakati. (8) Perbaikan.
Case Based Learning dianggap sebagai model pembelajaran yang efektif
menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Dengan penyajian kasus dapat
menarik minat siswa dalam belajar sehingga hasil belajar pun dapat meningkat.
Dalam proses pembelajaran siswa saling bekerja sama, berkolaborasi, berdiskusi
dalam kelompok kecil, merumuskan, memutuskan, serta menindak lanjuti
pemecahan masalah yang mereka dapat secara sistematis. Case Based Learning
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun dan mengembangkan
pengetahuan baru dari pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya dengan
berpartisipasi aktif dalam prosesnya, sehingga konsep atau materi yang mereka
dapatkan dalam pembelajaran dapat mereka implementasikan ke berbagai situasi
dalam kehidupan sehari-hari dan pembelajaran terasa lebih bermakna.

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teoritik yang telah diuraikan sebelumnya, maka
peneliti mengajukan hipotesis penelitian yakni terdapat pengaruh penggunaan
model Case Based Learning (CBL) terhadap hasil belajar biologi siswa pada
konsep jamur.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 63 Jakarta yang beralamat di
Jalan AMD Manunggal V No. 57, Petukangan Utara, Pesanggrahan, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12260, Indonesia pada bulan Januari -
Februari Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017.

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen (quasy
experiment). Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok
kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Dengan kata lain, terdapat
keterbatasan pada pengukuran variabel dependen di awal dan tidak semua variabel
dapat dikontrol.
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model CBL terhadap hasil
belajar siswa. Oleh karena itu, rancangan penelitian yang digunakan adalah
Pretest-Postest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok
yang dipilih secara random, kemudian diberi pretes untuk mengetahui keadaan
awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.2
Desain ini menggunakan dua kelas atau kelompok, yaitu kelompok eksperimen
(diberikan pengajaran menggunakan model pembelajaran CBL dan kelompok
kontrol (diberikan pengajaran dengan pembelajaran saintifik). Sebelum diberi
perlakuan (kegiatan pembelajaran), kedua kelas terlebih dahulu diberi tes awal
berupa pretest untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok berkaitan
dengan materi, atau bahan ajar yang akan diajarkan. Setelah diberi perlakuan,
dilakukan tes akhir berupa posttest untuk mengetahui hasil belajar mereka.

1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Penerbit Alfabeta,
2015), Cet. 22, h.77.
2
Ibid., h.76.

32
33

Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian


Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen O1 E O2
Kontrol O1 K O2

Keterangan:
O1 : Hasil pretest yang diberikan sebelum proses pembelajaran
dimulai, diberikan kepada kedua kelompok eksperimen dan
kontrol.
E : Pembelajaran yang diberikan kepada kelas dengan menggunakan model
Case Based Learning
K : Pembelajaran yang diberikan kepada kelas kontrol (pembelajaran
saintifik)
O2 : Hasil posttest yang diberikan setelah proses pembelajaran yang
diberikan kepada ketiga kelompok eksperimen.

C. Alur Penelitian
Proses atau alur penelitian dimulai dari tahap persiapan, yang terdiri dari
pembuatan proposal penelitian, kemudian peneliti akan melakukan survei di
tempat uji coba instrumen dan penelitian, melakukan wawancara dengan guru
dan mengambil keputusan. Setelah itu, maka peneliti mulai membuat instrumen
penelitian yang terdiri dari tes dan non tes sesuai dengan kompetensi yang telah
ditentukan, ditambah penyusunan perangkat pembelajaran.

Tahap pelaksanaan dari penelitian ini yakni perlakuan terhadap sampel di


lokasi penelitian yang terdiri dari kelas eksperimen (CBL) dan kelas kontrol
(Pembelajaran saintifik) yakni pertama-tama dilakukan pengambilan sampel
pretest kepada siswa dari kedua kelompok kelas untuk mengetahui pengetahuan
awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Kemudian barulah dilakukan
penerapan pembelajaran CBL untuk kelas eksperimen (X) dan pembelajaran
saintifik untuk kelas kontrol (C). Setelah pembelajaran selesai, dilakukan
penilaian pengambilan sampel posttest. Setelah data terkumpul, masuk ke tahap
34

akhir, yakni melakukan analisis data, mencatat hasil penelitian dan terakhir
penarikan kesimpulan.

Tahap persiapan

Membuat proposal penelitian survei lokasi penelitian  menyusun instrumen 


uji coba instrumen  menyusun perangkat pembelajaran

Tahap Pelaksanaan

Pretest

Penerapan Kontrol
Penerapan model CBL
(pembelajaran saintifik)

Posttest
t

Tahap akhir

Analisis data  mencatat hasil penelitian menarik kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Penelitian

D. Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek berupa
manusia atau benda-benda alam lainnya yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.3 Singkatnya, populasi adalah keseluruhan obyek atau
kelompok besar yang menjadi lingkup penelitian. Dari pengertian tersebut
peneliti menentukan populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X
semester genap di SMAN 63 Jakarta pada tahun ajaran 2016/2017. Penempatan
siswa kelas X pada SMAN 63 Jakarta dilakukan secara acak oleh pihak sekolah
tanpa didasarkan atas peringkat dan nilai siswa tidak dikelompokkan dengan
beberapa kriteria serta kurikulum yang diberikan pun sama. Dengan demikian,

3
Ibid., h. 80.
35

diasumsikan bahwa setiap kelas di SMAN 63 Jakarta merupakan kelas yang


relatif homogen dengan karakteristik siswa dalam kelas cukup heterogen, di
mana terdapat siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Sementara sampel adalah contoh yang mewakili populasi, atau cermin dari
keseluruhan objek yang diteliti.4 Sampel dalam penelitian ini adalah siswa dalam
dua kelas X MIA yang ditentukan dengan teknik purposive sampling,
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Satu kelas tersebut yakni X
MIA 3 mendapatkan pengajaran dengan, model Case Based Learning dan kelas
X MIA 2 sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang dalam pembelajarannya
menggunakan metode saintifik.

E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.5 Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu
variabel bebas (independen) dan variable terikat (dependen). Variabel tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:

Variabel Bebas (variabel X) : model pembelajaran Case Based Learning


Variabel Terikat (variabel Y) : hasil belajar biologi siswa

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pegumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan tes dan nontes. Tes dalam penelitian ini
meliputi pretest dan posttest. Pretest adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui seberapa pengetahuan awal siswa sebelum diberi perlakuan (kegiatan
pembelajaran). Sedangkan posttest adalah tes yang dilakukan setelah
dilakukannya kegiatan pembelajaran untuk melihat hasil belajar siswa akibat
adanya perlakuan.

Teknik pegumpulan data dengan nontes berupa lembar observasi kegiatan


guru. Observasi (Observation) atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data

4
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), Cet. 10, h. 155.
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2013), Cet. 15, h. 161.
36

dalam suatu penelitian dengan cara melakukan pengamatan terhadap kegiatan


yang sedang berjalan. Kegiatan yang dimaksud bisa berupa kegiatan cara guru
mengajar, siswa belajar dan sebagainya. Observasi bisa dilakukan secara
partisipatif (participatory observation) dengan cara pengamat atau observer ikut
langsung ke dalam kegiatan, atau juga bisa secara non partisipastif (non-
participatory observation) dimana pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan.6

G. Instrumen
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam
mengumpulkan data sebagai salah satu bagian penting dalam penelitian.7
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan nontes
dengan batasan materi yaitu konsep Jamur yang mencakup kompetensi dasar
yang ditentukan, yakni menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan
jamur berdasarkan ciri-ciri, cara reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam
kehidupan.

1. Tes tertulis
Tes adalah pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan inteligensi yang dimiliki individu atau kelompok.8 Tes tertulis
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan melakukan pretes dan
postes pada konsep jamur.

Tes objektif jenis pilihan ganda berjumlah 40 soal tingkat dimensi kognitif
C1-C6 dengan dominasi C4 ke atas, disertakan juga dimensi kedua, yakni
dimensi pengetahuan dari Faktual, Konseptual, dan Prosedural yang terdiri dari 5
opsi jawaban yaitu a, b, c, d dan e. Kemudian untuk dimensi pengetahuan
metakognitif menggunakan tes objektif jenis uraian sebanyak 1 soal untuk tiap 10
soal terakhir dalam pilihan ganda. Hasil dari validasi menunjukkan 23 soal valid
yang terdiri dari 18 soal PG dan 5 soal uraian metakognitif.

6
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. 8, h. 220.
7
Mahmud, Op.Cit., h. 165.
8
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 193.
37

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Konsep Jamur


Standar Kompetensi Indikator No. soal
3.7.1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur 31a, 32a
3.7 Menerapkan prinsip
berdasarkan pengalamannya dan kajian
klasifikasi untuk
menggolongkan pustaka
jamur berdasarkan
3.7.2 Membedakan cara hidup jamur 33a, 34b
ciri-ciri, cara
reproduksi, dan berdasarkan perolehan nutrisi
mengaitkan
peranannya dalam 3.7.3 Mengklasifikasikan jamur 6, 9, 11, 12, 36a
kehidupan berdasarkan struktur dan reproduksinya
menjadi empat divisi
3.7.4 Menjelaskan proses simbiosis 15, 37b, 38b
jamur dengan organisme lain
3.7.5 Menganalisis permasalahan terkait 16, 17, 18, 22,
peranan jamur dalam kehidupan sehari- 23, 24, 25, 26,
hari 27, 39b, 40b

∑ soal 23

Tabel 3.3 Distribusi Soal Instrumen Dimensi Kognitif dan Dimensi


Pengetahuan

C1 C2 C3 C4 C5 C6 ∑
Faktual 3, 11*,
2, 8, 9*,
33a* 13 25*, 7, 14, 24* ⁄
10, 31a*
26*
Konseptual 1, 4, 5,
16*,
6*, 15*, 23*, 12*, 22*,
35a, 37a 17*, ⁄
36a* 29, 38a, 32a*, 34a
18*, 28
39a
Prosedural 19, 20,
21, 27*, 30 ⁄
40a
Metakognitif 34b*, 31b, 32b, 33b ,
37b*, 35b, 36B, ⁄
39b*, 38b*, 40b*
∑ ⁄ ⁄ ⁄ ⁄ ⁄ ⁄ ⁄
Ket: *(soal yang valid)
38

2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan ketika proses belajar mengajar berkaitan dengan
aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran konsep jamur dengan
menggunakan model pembelajaran Case Based Learning (CBL). Lembar
observasi juga digunakan untuk mengamati keaktifan siswa saat proses
pembelajaran, sehingga dapat diketahui pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai
dengan tahapan pelaksanaan metode pembelajaran. Dalam penelitian kuantitatif,
instrumen observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap instrumen
lain. Lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui aktivitas guru
berbentuk checklist (ya dan tidak) sedangkan untuk siswa dengan skala kurang
dari 50 %, 50% dan lebih dari 50%.

H. Kalibrasi Instrumen
Instrumen terlebih dahulu diujicobakan kepada responden, dalam hal ini di
luar sampel yang telah ditetapkan. Hal tersebut untuk mengetahui apakah soal
tersebut memenuhi persyaratan seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan
daya beda sesuai dengan perhitungan dalam penelitian pada metode quasi
eksperimen, sehingga instrumen tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian
yang akan dilakukan atau tidak.

1. Uji validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
diinginkan. Untuk mengukur validitas tes, dapat ditentukan dengan menggunakan
korelasi product moment sebagai berikut: 9

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan:
RXY : koefisien korelasi
N : banyaknya sampel

9
Ibid., h. 211-213.
39

∑X : jumlah skor untuk tiap butir soal


∑Y : jumlah skor total
∑X2 : jumlah kuadrat tiap butir soal
∑Y2 : jumlah kuadrat skor total
∑XY : jumlah perkalian antara X dan Y
Perhitungan validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 22. Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan dari total soal
pilihan ganda 40 dan uraian 10, didapatkan 18 soal pilihan ganda yang valid yakni
nomor 6,9, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 31a, 32a, 33a, dan 36a,
serta 10 soal uraian metakognitif yaitu nomor 31b, 32b, 33b, 34b, 35b, 36b, 37b,
38b, 39b dan 40b. Sedangkan soal yang tidak valid sebanyak 22 soal. Dari jumlah
soal yang valid, peneliti menggunakan 18 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian
metakogntif yakni nomor 34b, 37b, 38b, 39b dan 40b, sehingga total butir soal
yang digunakan sebanyak 23 soal. Hal ini dikarenakan beberapa soal uraian
metakognitif yang tidak digunakan dapat terwakili dengan soal lainnya.

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas artinya suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.10
Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir
pertanyaan. Uji reliabilitas ini dihitung dengan menggunakan koefisien Alpha,
dengan rumus sebagai berikut:11


∑ ∑
( )( ) , di mana

Keterangan:
Rii : koefisien reliabilitas tes Alpha
∑σ12 : total varians butir
σ1 2 : total varians
k : banyaknya butir pertanyaan
10
Ibid., h. 221.
11
Ibid., h. 238.
40

Hasil uji reliabilitas dengan mengunakan software SPSS 22, yang


diperoleh dari 40 soal pilihan ganda yang diujicobakan pada n=36 menunjukkan
nilai reliabilitas sebesar 0,653 dan tergolong dalam kategori korelasi tinggi. Hasil
yang diperoleh dari 10 soal uraian metakognitif menunjukkan nilai reliabilitas
sebesar 0,725 Dan juga tergolong dalam kategori tinggi. Kriteria indeks
reliabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.4 Kriteria Indeks Reliabilitas

Interval Kriteria
< 0,20 Sangat rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,60 Cukup
0,60 – 0,80 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi

3. Uji Taraf Kesukaran Soal


Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan siswa dalam
menjawab soal, bukan dilihat dari sudut pandang pembuat soal. Persoalan penting
dalam melakukan analisis ini adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang
termasuk mudah, sedang dan sukar.12 Untuk menghitung tingkat kesukaran
digunakan rumus:13

Keterangan:
I : indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B : jumlah siswa yang menjawab benar
N : jumlah peserta tes

12
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. 17, h. 136-137.
13
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta Press, 2006), Cet.1, h. 103.
41

Pengujian tingkat kesukaran dilakukan juga dengan menggunakan software


ANATES V4. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari 40 soal pilihan ganda
dan 10 soal uraian, didapatkan 4 soal yang kategori mudah, 25 soal dengan
kategori sedang, dan 21 soal dengan kategori sukar. Kriteria indeks tingkat
kesukaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.5 Indeks Tingkat Kesukaran Soal ANATES

Indeks Tingkat Kriteria No. Soal


Kesukaran
0 - 15% Sangat Sukar 8, 11, 36a, 38b
16% - 30% Sukar 7, 13, 14, 15, 20, 23, 26, 30, 37a,
38a, 39a, 40a, 35b, 37b, 39b, 40b
31%- 70% Sedang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9 12, 16, 17, 18, 19,
21, 24, 28, 29, 31a, 32a, 33a, 34a,
35a, 31b, 32b, 33b, 34b, 36b
71% - 85% Mudah 10, 25, 22, 27,
86% - 100% Sangat Mudah 10, 25

4. Daya Pembeda
Tujuan daya pembeda soal adalah untuk mengetahui kesanggupan soal
dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya), dengan
siswa yang tergolong kurang.14 Daya pembeda dihitung dengan program
ANATES.

Tabel 3.6 Indeks Kriteria Daya Beda ANATES

Indeks Daya Beda Kriteria


>0,2 Jelek
0,2-0,4 Sedang
0,4-0,7 Baik
0,7-1,00 Baik sekali
Bertanda negative Jelek sekali

I. Teknik Analisis Data


Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menguraikan data yang diperoleh setelah penelitian degan maksud agar hasilnya
dapat menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis.

14
Nana Sudjana, Op. Cit., h.141.
42

1. Uji N-Gain
Uji N-Gain dilakukan setelah diperoleh data nilai pretest dan posttest
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang diperoleh setelah kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan Normalized Gain.

ket: <g> : gain ternormalisasi (N-Gain)

Gain ternormalisasi menunjukkan tingkat efektivitas perlakuan dari


perolehan skor pretest atau posttest. Terdapat tiga kategorisasi perolehan skor
N- Gain ternormalisasi15, yaitu:
g-tinggi : nilai (<g>) > 0,7
g-sedang : nilai 0,7 > (<g>) > 0,3
g-rendah : nilai (<g>) < 0,3

2. Uji Prasyarat Penelitian

a. Uji Normalitas
Setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Uji
Normalitas Pretest dan Posttest kedua sampel menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS 22. Uji normalitas dianalisis
dengan langkah-langkah sebagai berikut:16

1) Membuka program SPSS


2) Mengklik variabel view pada SPSS editor
a) Pada kolom name baris pertama diketik jenis tes yang diuji misal
“nilai”
b) Pada kolom decimal diganti dengan angka 0 untuk baris pertama dan
kedua

3) Mengklik data view pada SPSS editor, pada kolom Nilai dimasukkan
nilai siswa

15
Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, p. 1, diakses dari (http://www.physics
.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf) pada 29 Juli 2017 pukul 17.00 WIB.
16
Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS/Lisrel
dalam Penelitian, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada: 2015), Cet. 1, h.156.
43

4) Pada menu utama SPSS (Versi 22), dipilih menu Analyze, kemudian
dipilih menu Descriptive Statictics, kemudian diklik Explore sehingga
akan tampil kotak baru.

5) Memasukkan variabel Nilai pada kotak Dependent List, kemudian dipilih


Plots, sehingga akan muncul tampilan lain.

6) Pada Descriptive secara otomatis sudah terceklis, selanjutnya dilepaskan


kembali ceklis tersebut.

7) Pada Boxplots, diklik None, selanjutnya diklik Normality plots with test,
lalu diklik Continue dan OK.

8) Interpretasi hasil Test of Normality : Kriteria pengujian diambil


berdasarkan nilai probabilitas. Jika probabilitas (sig) >0,05 maka data
berdistribusi normal dan jika probabilitas (sig) < 0,05 maka data
berdistribusi tidak normal. Jika keseluruhan data (sig) yang diperoleh
adalah normal, maka uji statistik lanjutan yang digunakan adalah uji
parametrik. Namun, jika ada beberapa data tidak normal, dari data
keseluruhan, maka uji statistik lanjutan yang digunakan adalah uji
statistik nonparametrik.

b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok data
yang diuji memiliki varians yang sama atau tidak. Hasil pretest dan posttest
kedua sampel menggunakan Uji Levene pada SPSS versi 22. Langkah-
langkah pengujian homogenitas adalah sebagai berikut:17

1) Membuka program SPSS

2) Pada variable view pada SPSS editor:

a) Pada kolom name baris pertama diklik nama “Kelas” dan pada
baris kedua diketik data yang akan diuji misal “Nilai”
b) Pada kolom decimal ganti dengan angka 0
c) Pada baris Kelas, diberi nama untuk kode 1 dan 2 pada kolom
Values, lalu dimasukkan angka 1 untuk Eksperimen dan angka 2
untuk Kontrol, kemudian diklik OK
17
Ibid., h. 166.
44

3) Pengisian data dengan diklik data view pada SPSS editor. Pada kolom
Kelas dimasukkan kelas yang digunakan sesuai dengan jumlah siswa di
kelas tersebut, apabila kelas Eksperimen, maka diketik angka 1 dan bila
Kontrol maka diketik angka 2. Kemudian pada kolom Nilai,
dimasukkan nilai siswa sesuai dengan kelasnya.

4) Membuka menu utama Analyze dan diklik General Linear Model,


kemudian diklik univariate.

5) Variabel “Nilai” dipindahkan ke dalam Dependent Variable dan


variabel “Kelas” ke Fixed Factor (s), kemudian diklik Options.

6) Selanjutnya data “Kelas” dimasukkan ke dalam kotak Display Means


for, pilih Homogenity test kemudian diklik Continue lalu OK. Sehingga
akan muncul output SPSS.

7) Interpretasi dari hasil analisis, data dikatakan homogen jika probabilitas


(sig) > α = 0,05

3. Uji Beda Mann Whitney U untuk Hasil Belajar Pretes dan Dimensi
Pengetahuan
Hasil uji normalitas pada hasil data pretest dan dimensi pengetahuan
terdapat data yang tidak normal, maka hipotesis hasil belajar dimensi
pengetahuan diuji dengan menggunakan uji Mann Whitney U. Uji Mann
Whitney digunakan untuk menguji perbedaan dua sampel bebas
(independen).18 Perhitungan uji Mann Whitney U menggunakan SPSS 22.
Adapun langkah-langkah analisisnya sebagai berikut:19

1) Membuka program SPSS

2) Pada variable view pada SPSS editor:

a) Pada kolom name baris pertama diklik nama “Kelas” dan pada baris
kedua diketik data yang akan diuji misal “Nilai”
b) Pada kolom decimal diganti dengan angka 0
18
Ibid., h. 489.
19
Ibid., h. 492.
45

c) Pada baris Kelas, diberi nama untuk kode 1 dan 2 pada kolom
Values, lalu baris Kelas dimasukkan angka 1 untuk Eksperimen dan
angka 2 untuk Kontrol, diklik Add, kemudian OK

3) Pengisian data dengan mengklik data view pada SPSS editor. Pada
kolom Kelas dimasukkan kelas yang digunakan sesuai dengan jumlah
siswa di kelas tersebut, apabila kelas Eksperimen, maka diketik angka 1
dan bila Kontrol maka diketik angka 2. Kemudian pada kolom Nilai,
dimasukkan nilai siswa sesuai dengan kelasnya.

4) Pada menu utama SPSS diklik Analyze dan dipilih Nonparametric test
dan dipilih Legacy Dialogs serta 2 Independent Samples.

5) Variabel Nilai dipindahkan ke kotak Test Variable List dan variabel


Kelas pada Grouping Variable.

6) Mengklik Define Groups, diisikan angka 1 pada Group 1 dan angka 2


pada Group 2, kemudian diklik continue untuk kembali ke menu Test
Independent Sample Test dan pada Test Type pilih Mann-Whitney U,
kemudian diklik OK, sehingga akan muncul output.

7) Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai probabilitas (Sig). Jika nilai (sig) >
0,05 maka H0 diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan pada data
yang diuji. Jika nilai (sig) < 0,05, H0 ditolak yang artinya terdapat
perbedaan pada data yang diuji.

4. Uji Hipotesis Beda Rata-Rata (Uji-t) untuk Nilai Postes Kelas


Eksperimen dan Kontrol
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas nilai posttest dari
kelas eksperimen dan kontrol, data yang berdistribusi normal dan homogen
selanjutnya diuji parametrik dengan menguji hipotesis statistik menggunakan
rumus Uji Beda Rata-Rata (Uji t) dengan taraf signifikan α = 0,05. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua kelompok yang independen
atau bebas. Pengertian sampel bebas dalam analisis ini adalah sampel yang
46

keberadaannya tidak saling mempengaruhi.20 Untuk menganalisis dua sampel


independen digunakan uji-t dua sampel. Perhitungan uji hipotesis dua sampel
independen menggunakan SPSS 22. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut.21

1) Masuk ke program SPSS

2) Pada variable view pada SPSS editor:

a) Pada kolom name baris pertama klik nama “Kelas” dan pada baris
kedua ketik data yang akan diuji misal “Nilai”
b) Pada kolom decimal ganti dengan angka 0
c) Pada baris Kelas, beri nama untuk kode 1 dan 2 pada kolom Values,
lalu baris Kelas masukkan angka 1 untuk Eksperimen dan angka 2
untuk Kontrol, klik Add, kemudian OK

3) Pengisian data dengan klik data view pada SPSS editor. Pada kolom
Kelas masukkan kelas yang digunakan sesuai dengan jumlah siswa di
kelas tersebut, apabila kelas Eksperimen, maka ketik angka 1 dan bila
Kontrol maka ketik angka 2. Kemudian pada kolom Nilai, masukkan
nilai siswa sesuai dengan kelasnya.

4) Klik Analyze, pilih submenu Compare Means kemudian klik Independent


Sample T test sehingga muncul kotak

5) Pada kotak tersebut variabel Nilai dipindahkan ke dalam Test


Variable(s), kemudian variabel Kelas dipindahkan ke Grouping Variable
dan klik Define Group, isi angka 1 pada Group 1 dan angka 2 pada
Group 2, kemudian Continue untuk kembali ke menu sebelumnya,
selanjutnya klik OK, sehingga akan diperoleh output SPSS.

6) Interpretasi data diperoleh nilai probabilitas (Sig). Jika nilai (sig) > 0,05
maka H0 diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan pada data yang
diuji. Jika nilai (sig) < 0,05, H0 ditolak yang artinya hipotesis yang

20
Ibid., h. 295.
21
Ibid., h. 300.
47

diajukan teruji oleh data, sehingga disimpulkan bahwa terdapat


perbedaan yang signifikan pada data yang diuji.

J. Persentase Lembar Observasi


Lembar observasi digunakan pada penelitian ini, terdiri dari kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa sebagai data pendukung. Berikut format penilaian yang
digunakan untuk menghitung nilai persentase hasil observasi:

Nilai persentase =

K. Hipotesis Statistika
Penelitian ini merupakan penelitian dengan hipotesis searah. Perumusan
hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : μ1 ≤ μ2

Ha : μ1 > μ2

Keterangan:

H0: tidak terdapat pengaruh dari penerapan model pembelajaran Case Based
Learning terhadap hasil belajar biologi siswa

Ha: terdapat pengaruh dari penerapan model pembelajaran Case Based Learning
terhadap hasil belajar biologi siswa

μ1: rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen

μ2: rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas kontrol


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Belajar


Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang terkumpul dari
tes hasil belajar biologi yang diberikan kepada siswa kelas X SMAN 63 Jakarta
berupa pretest dan posttest yang dilakukan pada dua kelas yang berbeda, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas Eksperimen menggunakan model
pembelajaran CBL pada kelas X MIPA 3 (36 Siswa). Kelas kontrol menggunakan
pendekatan pembelajaran saintifik pada kelas X MIPA 2 (36 siswa). Konsep yang
diajarkan adalah materi jamur. Pretest diberikan sebelum perlakuan dengan
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kedua kelompok
tersebut. Posttest diberikan setelah perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana peningkatan hasil belajar biologi siswa dalam memahami konsep
Jamur. Adapun instrumen yang digunakan pada pretest dan posttest dalam
penelitian ini meliputi data hasil belajar biologi siswa melalui tes kognitif
sebanyak 18 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian singkat yang telah diujicoba dan
dianalisis. Berdasarkan data yang terkumpul maka akan dijelaskan gambar an
umum dari data yang diperoleh.

1. Data Hasil Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetap kan sekolah untuk mata
pelajaran biologi yaitu sebesar 75 dari nilai maksimum 100. Nilai rata-rata
diperoleh dari penjumlahan skor hasil pretest siswa dan dibagi jumlah
keseluruhan siswa pada tiap kelas. Sebelum diberikan perlakuan, masing-masing
kelas diberikan tes awal (pretest) terlebih dahulu. Berdasarkan hasil pretest pada
Tabel 4.1, hasil belajar siswa pada konsep jamur pada kelas eksperimen dengan
total 36 siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar 51 dan standar deviasi sebesar
11,61.

48
49

Tabel 4.1 Data Skor Pretest dan Posttest1


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Data
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 36 36 36 36
Skor tertinggi 64 97 70 88
Skor terendah 30 70 33 61
Rata-rata 51 80,25 52,33 70,92
SD 11,61 7,63 10,93 7,62

Pada kelas kontrol dengan total 36 siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar
52,33 dan standar deviasi sebesar 10,93. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
pemahaman siswa terhadap konsep jamur pada kedua kelas masih cenderung
rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dirasa wajar karena belum dilakukan
kegiatan pembelajaran berkaitan dengan konsep jamur.
Masing-masing kelas diberikan tes akhir (posttest) setelah diberikan
perlakuan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa
setelah diberi perlakuan berupa kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil posttest
pada Tabel 4.1, hasil belajar siswa pada konsep jamur pada kelas eksperimen
dengan total 36 siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar 80,25 dan standar deviasi
sebesar 7,63. Sedangkan pada kelas kontrol dengan total 36 siswa diperoleh nilai
rata-rata sebesar 70,92 dan standar deviasi sebesar 7,62. Dari data di atas
menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep jamur pada kedua kelas
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum dilakukannya kegiatan
pembelajaran (pretest).

2. Data N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Uji Normal Gain (N-Gain) ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan
skor pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberi
perlakuan berbeda. Data N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada Tabel 4.2.

1
Lampiran 13, h. 186.
50

Tabel 4.2 Data Frekuensi N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol2


Kategori N-Gain Frekuensi
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rendah 0 (0%) 2 (5,56%)
Sedang 0 (0%) 12 (33,33%)
Tinggi 36 (100%) 22 (61,11%)
Jumlah 36 (100%) 36 (100%)

Data pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata N-Gain antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kategori yang sama yaitu termasuk
dalam kategori tinggi. Pada kelas eksperimen seluruh siswa yang berjumlah 36
(100%) termasuk kategori N-Gain tinggi. Sedangkan pada kelas kontrol terdapat
22 (61,11%) orang siswa yang memiliki nilai dengan kategori N-Gain tinggi, 12
(33,33%) orang siswa dengan kategori N-Gain sedang dan 2 (5,56%) orang siswa
dengan kategori N-Gain rendah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol.

3. Data Hasil Belajar Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif Pretest


dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data pada Tabel 4.3, hasil belajar pretest baik kelas eksperimen dan
kontrol untuk tiap pengetahuan dan proses kognitifnya menunjukkan bahwa nilai
yang sama pada faktual jenjang C1 dan tergolong tinggi, yakni 88,89% untuk
kelas eksperimen dan kontrol. Kemudian pada posttest naik secara signifikan
menjadi 100 % untuk eksperimen dan 94,4% untuk kontrol. Hal ini dikarenakan
soal dengan ranah faktual C1 merupakan soal yang mudah diingat oleh siswa.
Kemudian untuk hasil ketercapaian belajar faktual jenjang C3 pada pretest,
persentasi siswa menjawab soal benar masih rendah yakni eksperimen 51,85%
dan kontrol 49,07%. Kemudian pada posttest nya terjadi peningkatan yang cukup
signifikan untuk kelas eksperimen yakni menjadi 77,78%, sementara untuk
kontrol 62,03%. Pada ranah faktual jenjang C4 terjadi perubahan kenaikan dari

2
Ibid.
51

pretest ke posttest dari masing-masing kelas eksperimen (43,05% menjadi


98,61%) dan kelas kontrol (51,38% menjadi 72,22%). Begitupun pada jenjang C5
kelas ekperimen (52,78% menjadi 83,33%) dan kelas kontrol (36,11% menjadi
80,56%). Kenaikan hasil ini dapat dimungkinkan karena soal faktual bersifat
rincian-rincian spesifik dari jamur seperti karakteristik-karakteristiknya yang
mudah diingat dan dipahami oleh siswa yang telah melewati pembelajaran materi
jamur.
Tabel 4.3 Persentase ketercapaian hasil belajar ranah pengetahuan dan
jenjang kognitif kelas eksperimen dan kontrol3
Ranah Jenjang Kognitif
Rata-
Pengetahu C1 (%) C2 (%) C3(%) C4 (%) C5 (%) C6 (%)
rata
an Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
E 88,9 100 51,8 77,8 43 98,6 52,8 83,3 74,5
Faktual
K 88,9 94,4 49 62 51,4 72,2 36,1 80,5 66,8
Konseptua E 16,7 52,8 37,5 62,5 70,4 88,9 71,3 79,6 60
l K 40,3 48,6 43 56,9 69,4 80,5 70,4 75,9 60,6
E 97,2 97,2 97,2
Prosedural
K 97,2 97,2 97,2
Metakogni E 34,5 76,8 58,8 84,2 63,6
tif K 36,1 58,9 56 86,1 59,2
Rata-rata 62,1 82,5 57,4 85,1 58,7 72,6 43,7 72,5 57,2 83,3 70,8 77,7 72,4
Ket: E: kelas eksperimen
K: kelas kontrol
Ketercapaian hasil belajar siswa pada ranah konseptual baik pretest dan
posttest kelas eksperimen dan kontrol tidak terjadi kenaikan yang signifikan dan
ketercapaiannya masih rendah untuk jenjang C3. Pada kelas eksperimen (16,67%
menjadi 52,78%) dan kelas kontrol (40,27% menjadi 48,61%). Begitupun dengan
jenjang C4 kelas eksperimen (37,5% menjadi 62,5%) dan kontrol (43,05%
menjadi 56,94%). Sementara untuk konseptual jenjang C5 mengalami kenaikan
untuk kelas eksperimen (70,37% menjadi 88,89%) dan kontrol (69,44% menjadi
80,56%). Dan pada jenjang C6 eksperimen (71,29 % menjadi 79,62%) dan
kontrol (70,37% menjadi 75,92%). Berdasarkan data di atas terlihat siswa sudah

3
Lampiran 18, h.191.
52

cukup menguasai jenis soal konseptual yaitu tentang klasifikasi dan kategori-
kategori jamur, serta mengenai generalisasi.
Ranah pada prosedural jenjang C3, baik pretest maupun posttest di kelas
eksperimen dan kontrol jumlah persentase hasil bernilai sama, yakni 97,22 %.
Dapat dikatakan siswa telah menguasai soal pengetahuan prosedural yakni
melakukan langkah-langkah atau prosedur yang sesuai pad a pengamatan jamur.
Dan terakhir untuk hasil ranah metakognitif di beberapa jenjang, terlihat pada
eksperimen dan kontrol mengalami kenaikan antara pretest dan posttest nya. Pada
jenjang C1 persentase kelas eksperimen (34,56% menjadi 76,85%) dan kontrol
(36,11% menjadi 58,95%). Sementara pada jenjang C2 kelas eksperimen (68,79%
menjadi 84,25%) dan kontrol (56,01% menjadi 86,11%). Berdasarkan data di atas
terlihat siswa sudah sudah cukup menguasai jenis soal metakognitif yaitu tentang
pengetahuan strategis, bagaimana mereka dapat mendapatkan informasi mengenai
jamur.
Tabel. 4.4 Persentae Ketercapaian Hasil Belajar Ranah Pengetahuan dan
Jenjang Kognitif Soal Berbasis Kasus Kelas Eksperimen dan Kontrol4

Jenjang Kognitif
Ranah
C3(%) C4 (%) C5 (%) C6 (%) Rata-rata
Pengetahuan
Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
E 37,5 62,5 65,2 83,3 71,3 79,6 60
Konseptual
K 43 56,9 70,8 81,9 70,4 75,9 60,6
E 97,2 97,2 97,2
Prosedural
K 97,2 97,2 97,2
Rata-rata 58,7 72,6 43,7 72,5 57,2 83,3 70,8 77,7 72,4

Data pada tabel 4.4 menunjukkan ketercapaian hasil belajar pada soal yang
termasuk ke dalam soal berbasis kasus. Soal yang termasuk soal berbasis kasus
berjumlah delapan soal. Delapan nomor tersebut terdiri dari no.18 untuk C3
prosedural, no. 9 dan 4 untuk C4 konseptual, no.2,7, dan 13 untuk C5 konseptual,
dan no. 10, 11 dan 12 untuk C6 konseptual. Jumlah persentasi untuk C3, C4 dan
C6 sama seperti tabel sebelumnya dikarenakan hanya soal berbasis kasus yang

4
Lampiran 19, hal.203.
53

masuk ke dalam aspek tersebut. Data untuk C5 konseptual yang berubah, yakni
untuk kelas eksperimen (65,2% menjadi 83,3%) dan kontrol (70,8% menjadi
81,9%).
Data yang dijabarkan di atas menunjukkan rerata ketercapaian hasil belajar
siswa pada dimensi pengetahuan dan proses kognitif di kelas eksperimen lebih
tinggi dari rerata ketercapaian hasil belajar siswa di kelas kontrol. Hal ini
didukung dengan lembar observasi kegiatan siswa yang menunjukkan aktivitas
yang dilakukan siswa selama pembelajaran baik pembelajaran CBL dan kontrol.5
Pada proses pembelajaran CBL atau kelas eksperimen di awal pembelajaran,
setelah siswa melakukan observasi sederhana terhadap gambar jamur, siswa
diberikan sebuah cerita yang berisi kasus dan ≥50% siswa melakukan analisa
kasus secara mandiri sehingga pengetahuan faktual yang didapatnya lebih banyak.
Pelaksanaan pada kelas kontrol siswa hanya melakukan observasi awal
yakni ditayangkan sebuah video mengenai jamur, kemudian mengajukan
pertanyaan berdasarkan video tersebut. Hal ini mendukung pengetahuan
metakognitif mereka sehingga persentase hasil metakognitif pada eksperimen dan
kontrol tidak beda jauh. Kemudian pada prosedural, ≥50% siswa dari kedua kelas
telah melakukan praktikum dengan baik sehingga persentase hasil prosedural di
kedua kelas mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Kemudian pada
persentasi hasil konseptual siswa mengalami kenaikan yang sangat beragam,
dikarena siswa belajar mandiri, masih ada miskonsepsi diantara siswa mengenai
klasifikasi dan kategori-kategori jamur, sehingga penting bagi guru untuk
memberikan konfirmasi pada akhir pembelajaran.

B. Deskripsi Nilai Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen dan


Kontrol
Nilai Lembar Kerja Siswa (LKS) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah sebagai berikut:

5
Lampiran 9 & 12, hal.174-184
54

Tabel 4.5 Nilai LKS Kelas Eksperimen6


Pertemuan I Kelompok
LKS CBL 1 Rata-rata LKS CBL 2 Rata-rata
1 2 3 4 kel.1-4 5 6 7 8 kel.5-8
73 87 80 80 80 80 87 80 80 81,75
III LKS CBL 3 Rata- LKS CBL 4
Rata-rata
Pertemuan II rata
1 2 3 4 5 6 7 8 kel.5-8
kel.1-4
80 84 94 96 88,5 86 90 90 87 88,25
Rata-rata 76,5 85,5 87 88 84,25 83 88,5 85 83,5 85

Data pada Tabel 4.5 di atas menunjukkan nilai LKS kelas eksperimen
yang dibagi berdasarkan judul kasus yang diberikan pada siswa. Tiap empat
kelompok mendapatkan LKS atau kasus yang sama. Rata-rata pada pertemuan
pertama untuk kelompok 1 sampai dengan kelompok 4 sebesar 80 dan mengalami
kenaikan pada pertemuan kedua dengan rata-rata menjadi 88,5. Kelompok
tersebut pada pertemuan pertama mendapatkan mendapatakan LKS CBL 1
dengan judul kasus “What Ails The Bread?”. Pada pertemuan kedua mendapatkan
LKS CBL 3 dengan judul kasus “Foody Fungi”. Kemudian rata-rata pada
pertemuan pertama untuk kelompok 5 sampai dengan kelompok 8 sebesar 81,75
juga mengalami kenaikan pada pertemuan kedua menjadi 88,25. Kelompok
tersebut pada pertemuan pertama mendapatakan LKS CBL 2 dengan judul kasus
“Yeast Respiration Cells”. Pada pertemuan kedua mendapatkan LKS CBL 4
dengan judul kasus “Symbiosis”. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa rata-rata
kemampuan tiap kelompok hampir sama.
Tabel 4.6 Nilai LKS Kelas Kontrol7
Kelompok
LKS kontrol 1 Rata-rata
Pertemuan I
1 2 3 4 5 6 7 8
80 83 87 80 85 87 87 73 82,75
LKS kontrol 2
Rata-rata
Pertemuan II 1 2 3 4 5 6 7 8
90 87 76 90 87 96 90 78 86,75
Rata-rata 85 85 81,5 85 86 91,5 88,5 75,5 84,75

6
Lampiran 14, h. 187.
7
Ibid.
55

Data pada Tabel 4.6 di atas menunjukkan nilai LKS kelas kontrol. Rata-
rata pada pertemuan pertama sebesar 82,75 dan mengalami kenaikan pada
pertemuan kedua dengan rata-rata menjadi 86,75. Berdasarkan data sebelumnya
terliat nilai LKS kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

C. Uji Prasyarat Analisis Data Tes Hasil Belajar


Sesuai dengan prasyarat analisis maka sebelum melakukan pengujian
hipotesis diperlukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang
digunakan adalah uji Kolmogorov-smirnov menggunakan SPSS 22. Hasil
perhitungan uji normalitas untuk kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol8
Pretest Posttest
Data Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Sampel (N) 36 36 36 36
Sig 0,035 0,031 0,14 0,076
Α 0,05 0,05 0,05 0,05
Kesimpulan Tidak Normal Normal

Berdasarkan Tabel 4.7, menunjukkan bahwa nilai Sig skor pretest kelas
eksperimen sebesar 0,035. Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan nilai Sig
yang tidak begitu jauh berbeda dari kelas eksperimen yakni sebesar 0,031.
Dengan demikian kedua sampel penelitian skor pretest kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdistribusi tidak normal karena nilai Sig lebih kecil dari α (Sig <
α).
Data posttest kelas eksperimen dan data posttest kelas kontrol setelah
dilakukan uji normalitas menunjukkan nilai Sig skor postes kelas eksperimen

8
Lampiran 15, hal.188
56

sebesar 0,14 sedangkan pada kelas kontrol didapatkan nilai Sig sebesar 0,076. Hal
ini menunjukkan bahwa skor posttest kelas kontrol berdistribusi normal karena
telah memenuhi kriteria Sig lebih besar dari α (Sig > α). Dengan demikian kedua
sampel penelitian skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal.
Langkah uji statistik yang selanjutnya dipilih adalah jenis uji statistik non
parametrik untuk kelompok pretest yaitu dengan uji Mann Whitney karena nilai
pretest kedua kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi tidak normal. Sedangkan
untuk kelompok posttest menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji
homogenitas dan uji t karena nilai posttest kedua kelas eksperimen dan kontrol
berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, uji
homogenitas yang digunakan adalah Levene’s test menggunakan SPSS 22. Hasil
uji homogenitas hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Data pada Tabel 4.8 dapat diketahui signifikansi untuk kelas pretest
sebesar 0,254 dan posttest sebesar 0,144. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai Sig >
α (0,05) maka dapat disimpulkan hasil belajar kedua kelas eksperimen dan kontrol
pada tiap pretest dan posttest mempunyai varian yang sama atau homogen.
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol9
N kelas N kelas
Data Sig Α Keterangan Kesimpulan
eksperimen kontrol
36 36 Varians
Pretest 0,254 0,05 0,254 > 0,05
homogen
36 36 Varians
Posttest 0,144 0,05 0,144 > 0,05
homogen

9
Lampiran 16, hal.189
57

D. Pengujian Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol


Diketahui kelompok pretest berdistribusi tidak normal dan kelompok
posttest berdistribusi normal. Maka pengujian data hasil belajar tiap kelompok
dilanjutkan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Mann Whitney
untuk kelompok pretest dan uji-t untuk kelompok posttest.

1. Uji Beda Mann Whitney U Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan


Kontrol
Hasil data sebaran pretest tidak normal maka untuk menguji statistik
lanjutan (uji hipotesis) menggunakan uji statistika non parametrik yaitu uji Mann
Whitney. Dalam uji ini, jika hasil hitungan uji Mann Whitney U (probabilitas) >
0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Jika hasil hitungan uji Mann
Whitney U (probabilitas) < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil
uji Mann Whitney dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji Beda Mann Whitney U Pretest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol10

No. Data Statistik Sig Α Keterangan Kesimpulan


1. Nilai Pretest 0,742 0,05 0,742 > 0,05 Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan

Perhitungan pada data hasil di atas, harga signifikansi adalah 0,742 yang
berada di atas harga α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara pengetahuan awal siswa kelas kontrol dengan
eksperimen sebelum menggunakan model pembelajaran CBL di kelas eksperimen
pada konsep jamur. Hasil tersebut sesuai dengan tujuan yang diinginkan karena
mengartikan bahwa pada kelas kontrol dan eksperimen memiliki kemampuan
pengetahuan awal yang sama.

2. Uji Hipotesis Uji-t Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jamur dengan

10
Lampiran 17, hal.190
58

menggunakan model CBL. Kriteria hasil kesimpulan uji-t yaitu jika jika hasil
hitungan uji-t (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima. Sedangkan jika hasil
hitungan uji-t (probabilitas) < 0,05 maka H0 ditolak. Pasangan hipotesis statistik
yang akan diuji adalah:
H0 = tidak terdapat pengaruh dari penerapan model pembelajaran Case Based
Learning terhadap hasil belajar biologi siswa

Ha = terdapat pengaruh dari penerapan model pembelajaran Case Based


Learning terhadap hasil belajar biologi siswa

Data pada Tabel 4.10, pengujian hipotesis hasil terhadap rata-rata posttest
kedua kelas didapatkan nilai signifikansi adalah 0,00 yang berada di bawah harga
α = 0,05 maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran CBL
terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jamur.
Tabel 4.10 Hasil Uji-t Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol11
No. Data Statistik Sig Α Keterangan Kesimpulan
1. Nilai 0,00 0,05 0,00 < 0,05 H0 ditolak (terdapat
Posttest perbedaan yang
signifikan)

E. Analisis Data Hasil Belajar Dimensi Pengetahuan Pretest dan Posttest


Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data hasil belajar dimensi pengetahuan posttest kelas eksperimen dan
kontrol dilakukan uji statistik untuk mengetahui dimensi pengetahuan apa yang
perbedaannya signifikan. Hasil perhitungan uji normalitas, uji homogenitas dan
uji hipotesis pada tiap ranah dimensi pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.11.
Uji normalitas dilakukan pada tiap data posttest ranah dalam dimensi
pengetahuan untuk mengetahui apakah data tiap ranah yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji
Kolmogorov-smirnov pada program SPSS 22 dengan taraf signifikansi 5% (0,05).

11
Ibid.
59

Tabel 4.11 Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Dimensi
Pengetahuan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol12
Uji Uji Uji
Normalitas Homogenitas Hipotesis Kesimpulan
Nilai sig. (p value)
Faktual E 0,00 0,867 0,00 0,000 < 0,05 maka
terdapat perbedaan
K 0,002
bermakna (signifikan)
Konseptual E 0,001 0,211 0,742 0,742 > 0,05 maka tidak
terdapat perbedaan
K 0,00
Prosedural E 0,00 1,00 1,00 1,000 > 0,05 maka tidak
terdapat perbedaan
K 0,00
Metakognitif E 0,001 0,075 0,004 0,004 < 0,05 maka
terdapat perbedaan
K 0,014
bermakna (signifikan)
Ket: E: kelas Eksperimen
K: kelas Kontrol
Data pada Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji normalitas posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada keempat ranah pengetahuan yakni faktual,
konseptual, prosedural dan metakognitif diperoleh nilai sig. (p value) < 0,05 maka
semua data tidak berdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas pada keempat ranah dimensi pengetahuan. Uji
homogenitas yang digunakan adalah Levene Test (Test of Homogenity of
Variance) pada program SPSS 22. Uji Levene dapat menguji homogenitas varians
pada data yang tidak berdistribusi normal. Berdasarkan Tabel 4.11 nilai uji
Levene dengan sig. (p value) pada keempat ranah diperoleh > 0,05 yang berarti
varians kedua kelompok eksperimen dan kontrol tiap ranah sama atau homogen.
Data yang telah diuji dengan hasil tidak normal dan homogen, selanjutnya
uji hipotesisnya menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-
Whitney U. Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai sig. atau p value untuk
Faktual (0,00) dan Metakognitif (0,004) < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan
yang signifikan antara kedua kelompok eksperimen dan kontrol. Sementara untuk
dimensi pengetahuan ranah konseptual (0,742) dan prosedural (1,00) memiliki
nilai sig. > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

12
Lampiran 20, hal. 202
60

F. Analisis Data Hasil Belajar Dimensi Kognitif dan Dimensi Pengetahuan


Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data hasil belajar gabungan dimensi kognitif dan dimensi pengetahuan
posttest kelas eksperimen dan kontrol dilakukan uji statistik untuk mengetahui
dimensi pengetahuan apa yang perbedaannya signifikan. Hasil perhitungan uji
normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis pada tiap ranah kedua dimensi
kognitif dan pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 4.12. Uji yang digunakan
dalam uji normalitas adalah uji Kolmogorov-smirnov pada program SPSS 22
dengan taraf signifikansi 5% (0,05).
Data pada Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji normalitas posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada ranah kognitif dan pengetahuan, diperoleh
nilai sig. (p value) < 0,05 maka semua data tidak berdistribusi normal.
Tabel 4.12 Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Dimensi
Pengetahuan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol13
Uji Uji
Dimensi Dimensi Uji
No Normalitas Mann Kesimpulan
Kognitif Pengetahuan Homogenitas
E K Whitney
1 C1 Faktual - 0,00 - 0,154 Tidak signifikan
2 C2 Metakognitif 0,00 0,00 0,327 0,00 Signifikan
Faktual 0,00 0,00 0,196 0,00 Signifikan
Konseptual 0,00 0,00 0,539 0,498 Tidak signifikan
3 C3
Prosedural 0,00 0,00 1,00 1,00 Tidak signifikan
Metakognitif 0,00 0,00 0,410 0,750 Tidak signifikan
Faktual 0,00 0,00 0,00 0,00 Signifikan
4 C4 Konseptual 0,00 0,00 0,679 0,554 Tidak Signifikan
Metakognitif 0,00 0,00 0,049 0,033 Signifikan
Faktual 0,00 0,00 0,547 0,761 Tidak Signifikan
5 C5 Konseptual 0,00 0,00 0,022 0,111 Tidak Signifikan
Metakognitif 0,00 0,00 0,531 0,293 Tidak Signifikan
6 C6 Konseptual 0,00 0,00 0,707 0,355 Tidak Signifikan
Ket: (-): data konstan
E: kelas Eksperimen
K: kelas Kontrol

Hasil uji homogenitas dengan menggunakan Levene Test (Test of


Homogenity of Variance) pada program SPSS 22, nilai uji Levene dengan sig. (p
value) pada hampir setiap ranah diperoleh > 0,05 yang berarti varians kedua
kelompok eksperimen dan kontrol tiap ranah sama atau homogen.

13
Lampiran 21, h. 206
61

Uji hipotesisnya menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-
Whitney U. Pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai signifikansi atau p value
untuk C2 Metakognitif (0,00), C3 Faktual (0,00), C4 Faktual (0,00) dan C4
Metakognitif (0,033) < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan
antara kedua kelompok eksperimen dan kontrol.
Data hasil perhitungan untuk soal pretest dan posttest yang termasuk soal
pemecahan kasus terdapat pada Tabel. 4.13, diperoleh nilai sig. uji normalitas (p
value) < 0,05 maka semua data tidak berdistribusi normal. Uji hipotesisnya
menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-Whitney U. Nilai
signifikansi atau p value untuk semua ranah > 0,05 yang berarti tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok eksperimen dan kontrol pada
soal berbasis kasusnya.
Tabel 4.13 Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis
Dimensi Pengetahuan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol14
Uji Uji
Dimensi Dimensi Uji
No Normalitas Mann Kesimpulan
Kognitif Pengetahuan Homogenitas
E K Whitney
3 C3 Prosedural 0,00 0,00 1,00 1,00 Tidak signifikan
4 C4 Konseptual 0,00 0,00 0,679 0,554 Tidak Signifikan
5 C5 Konseptual 0,00 0,00 0,975 0,685 Tidak Signifikan
6 C6 Konseptual 0,00 0,00 0,707 0,355 Tidak Signifikan

G. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran


Instrumen observasi disusun berdasarkan sintaks atau tahapan dalam
model pembelajaran CBL dan digunakan ketika proses pembelajaran yang
berkaitan dengan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran.
Data pada Tabel 4.14, hasil observasi kegiatan pembelajaran menunjukkan
adanya peningkatan rata-rata ketercapaian proses pembelajaran CBL dari
pertemuan pertama dengan rata-rata sebesar 77,83% dan pertemuan kedua sebesar
100%. Hal ini berarti siswa dapat mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah pada pembelajaran CBL pada pertemuan kedua

14
Ibid.
62

Tabel 4.14 Hasil Observasi Siswa Selama Pembelajaran di Kelas


Eksperimen15
No Aspek yang diamati Keterlaksanaan (%)
Pertemuan
1 2
1 Menetapkan kasus 100 100
2 Menganalisa kasus 67 100
3 Mencari informasi dan membuat langkah penyelesaian 50 100
4 Membuat kesimpulan dari jawaban yang didiskusikan 100 100
bersama
5 Presentasi: siswa mempresentasikan hasil diskusi 100 100
kelompok
6 Perbaikan: memperbaiki jawaban yang kurang tepat 50 100
Rata-rata 77,83 100

Data pada Tabel 4.15, hasil observasi guru untuk kegiatan pembelajaran
menunjukkan konsistensi pada angka persentase 100%. Hal ini berarti bahwa guru
telah melaksankan semua tahapan pembelajara CBL, baik pada pertemuan
pertama maupun pada pertemuan kedua.

Tabel 4.15 Hasil Observasi Kegiatan Guru Selama Pembelajaran di Kelas


Eksperimen16
No Tahapan Kegiatan Pembelajaran Pertemuan
1 2
1. Mengajukan fenomena atau kasus 100% 100%
2. Membimbing siswa mendefinisikan kasus 100% 100%
3 Mendorong siswa menemukan secara mandiri informasi, data 100% 100%
dan literature
4 Mendorong siswa menentukan langkah penyelesaian dari kasus 100% 100%
yang telah disediakan dan membuat kesimpulan
5 Memandu siswa mempresentasikan hasil yang mereka sepakati 100% 100%
6 Perbaikan: memperbaiki jawaban yang kurang tepat 100% 100%

15
Lampiran 10, h. 178.
16
Lampiran 9, h.174.
63

H. Pembahasan
Hasil data pada pretes kelas eksperimen memiliki rerata nilai 51 dan untuk
kelas kontrol memiliki nilai 52,33. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan kedua kelas hampir sama, tidak ada perbedaan yang signifikan di
antara keduanya. Setelah dilakukan pretes, selanjutnya masing-masing kelas
mendapatkan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen dengan pembelajaran
CBL dan kelas kontrol dengan pendekatan saintifik.
Proses pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen di penelitian ini, siswa
diajar dengan menggunakan Case Based Learning. Pembelajaran pada kelas
eksperimen diajarkan secara kelompok dalam pengerjaan LKS. LKS yang
disajikan dalam pembelajaran di kelas eksperimen disesuaikan dengan tahap-
tahap pembelajaran pada CBL menurut Brett Williams, yaitu membagi siswa
dalam kelompok kecil, menetapkan kasus, menganalisa masalah, mencari
informasi dan membuat langkah-langkah penyelesaian, membuat kesimpulan,
presentasi dan perbaikan.17 Guru juga perlu memastikan bahwa siswanya telah
memiliki pengetahuan kerja seperti praktikum, istilah, fakta, dan konsep yang
kuat sebelum mereka dapat mengatasi masalah. Pengetahauan tersebut diberikan
melali instruksi langsung dari guru.
Guru memberikan apersepsi dengan mengingatkan kembali materi-materi
yang berhubungan dengan konsep jamur di awal pembelajaran. Sebelumnya siswa
tidak mengetahui bahwa peneliti yang akan menggantikan guru dalam belajar
sehingga menambah keingintahuan siswa. Kemudian siswa diberikan LKS yang
berisikan kasus. Kasus tersebut terdiri bermacam-macam topik.18
LKS kelas eksperimen dibagi berdasarkan judul kasus yang diberikan pada
siswa. Tiap empat kelompok mendapatkan LKS atau kasus yang sama. Kelompok
tersebut pada pertemuan pertama mendapatkan mendapatakan LKS CBL 1
dengan judul kasus “What Ails The Bread?”. Pada pertemuan kedua mendapatkan
LKS CBL 3 dengan judul kasus “Foody Fungi”. Kemudian pada keompok 5
sampai dengan kelompok 8 pada pertemuan pertama mendapatakan LKS CBL 2
17
Brett Williams, The Implementation of Case-Based Learning Shaping the Pedagogy in
Ambulance Education, Jurnal of Emergency Primary Health Care, Vol. 2, No.3, 2012, p. 4.
diakses dari (http://citeseerx.ist.psu.edu/) pada 15 Maret 2017 pukul 09.58 WIB.
18
Lampiran 3, h.101.
64

dengan judul kasus “Yeast Respiration Cells”. Pada pertemuan kedua


mendapatkan LKS CBL 4 dengan judul kasus “Symbiosis”.
Siswa bekerja dalam kelompok dan mengidentifikasi kasus, menganalisa
masalah, mencari informasi kemudian menentukan langkah-langkah penyelesaian
kasus, membuat kesimpulan kemudian mempresentasikan LKS tersebut. Siswa
tidak menemukan kesulitan yang besar karena pada LKS dilengkapi dengan
pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Selain itu, pembelajaran jadi bermakna ketika siswa dikenalkan dengan kasus-
kasus yang sering dijumpai sehari-hari. Misalkan pada kasus jamur yang dapat di
makan dan yang tidak.
Tahap pertama yakni menetapkan kasus, siswa disuguhkan sebuah kasus yang
berhubungan dengan materi yang akan mereka pelajari. Soal yang disajikan pada
siswa berbeda dari model soal biasanya yaitu berupa kasus di awal pembelajaran
untuk merangsang siswa dalam berpikir secara aktif dan tidak hanya menunggu
penjelasan dari guru. Pada tahap ini, salah satu siswa dalam kelompok berperan
untuk membacakan kasus sedangkan anggota lainnya menyimak. Dikarenakan
kasus yang diberikan berbeda, setiap kelompok menarasikan kasus di tempat
mereka masing-masing. Pemberian kasus diharapkan agar siswa tertarik dengan
materi yang akan dipelajari karena kasus yang diberikan adalah kasus yang
ditemui di kehidupan siswa.
Tahap kedua pada Case Based Learning yaitu tahap menganalisa masalah.
Pada tahap ini siswa mengerjakan LKS berisikan kasus, kasus pada pembelajaran
CBL merupakan permasalahan yang terstruktur (Well-structured), yaitu masalah
disajikan dengan rangkuman fakta yang terorganisir. Pada LKS sudah terdapat
langkah yang menuntun siswa dalam menganalisa masalah yang terdapat pada
kasus yang disajikan sebelumnya. Siswa mengerjakan secara berkelompok sesuai
dengan pertanyaan yang disediakan pada LKS. Berdasarkan kasus yang berbentuk
narasi, siswa dilatih mengidentifikasi informasi-informasi pada kasus dengan
harapan siswa dapat dengan teliti membedakan mana informasi yang penting dan
mana informasi yang tidak penting dari serangkaian narasi yang disediakan.
Selain mengidentifikasi informasi-informasi pada kasus, siswa disuruh untuk
menganalisa masalah yang terdapat pada kasus. Dalam tahap ini siswa diharapkan
65

dapat menganalisa inti dari kasus dan dapat menghubungkannya dengan materi
yang akan dipelajari.
Tahap menganalisa masalah melatih siswa untuk berpikir kritis karena
siswa dihadapkan pada situasi dimana siswa harus memilih informasi yang akurat
dan juga menganalisa informasi tersebut sebelum memutuskan lebih lanjut apa
yang harus dilakukan untuk menyelesaian masalah yang dihadapi.
Tahap pembelajaran selanjutnya adalah tahap mencari informasi dan
membuat langkah-langkah penyelesaian. Pada tahap ini siswa diberikan LKS yang
berisi langkah-langkah untuk melakukan praktikum pengamatan dengan tujuan
menambah data informasi yang dapat membantu penyelesaian masalah. Pada LKS
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk menyelesaikan
kasus sesuai dengan langkah-langkah penyelesaian yang tepat. Siswa dilatih untuk
mencari informasi-informasi yang benar sebelum menyelesaikan masalah yang
mereka hadapi. Selain itu, pada tahap ini siswa dapat menyelesaikan masalah
secara mandiri dengan informasi-informasi yang telah mereka dapatkan. Tahap
selanjutnya dalam CBL adalah tahap membuat kesimpulan. Pada tahap ini, siswa
mampu membuat kesimpulan setelah siswa menyelesaikan kasus yang disajikan.
Pada tahap presentasi setiap kelompok maju untuk mempresentasikan hasil
diskusinya. Selain itu, para siswa juga lebih nyaman untuk mengatakan
mengajukan pertanyaan kepada temannya sendiri dari pada kepada guru.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa pada pembelajaran CBL pertemuan
pertama, menunjukkan bahwa di tahap menganalisa masalah dan membuat
langkah penyelesaian ≥50% siswa masih terlihat bingung dan perlu arahan dari
guru. Tetapi pada kegiatan pertemuan selanjutnya ≥50% siswa sudah dapat
melakukan hampir semua tahapan pembelajaran CBL dengan baik.16
Rata-rata pada pertemuan pertama untuk kelompok 1 sampai dengan
kelompok 4 sebesar 80 dan mengalami kenaikan pada pertemuan kedua dengan
rata-rata menjadi 88,5. Kemudian rata-rata pada pertemuan pertama untuk
kelompok 5 sampai dengan kelompok 8 sebesar 81,75 juga mengalami kenaikan
pada pertemuan kedua menjadi 88,25. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa rata-
rata kemampuan tiap kelompok hampir sama.

16
Lampiran 10, h. 178.
66

Pada kelas kontrol, pembelajaran sedikit berbeda dengan kelas


eksperimen, Bentuk LKS yang diberikan berisikan langkah praktikum dan
pertanyaan kemudian secara berkelompok siswa berdiskusi, tanpa pemberian
kasus dan masalah untuk melatih siswa berpikir kritis dalam proses
pembelajaran.17 Siswa hanya menjawab soal dan mempresentasikannya.
Meskipun begitu, siswa tetap menjalani proses pembelajaran dengan baik dan
aktif.
Setelah kedua kelas mendapatkan perlakuan masing-masing, maka
selanjutnya yang dilakukan tes akhir berupa postes untuk mengetahui kemampuan
dan pemahaman siswa setelah mendapatkan perlakuan. Dapat dilihat dari rata-rata
hasil postes kelas masing-masing, kelas eksperimen dengan pembelajaran CBL
sebesar 80,25 sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran pendekatan saintifik
sebesar 70,92. Hasil rerata tersebut belum mencapai KKM (70,92 < 75), hal ini
dikarenakan pada soal postes terdapat soal dengan distribusi soal jenjang kognitif
(C4-C6) salah satunya merumuskan masalah. Pada kelas kontrol dalam
pembelajarannya belum mendapatkan proses tersebut, berbeda dengan kelas
eksperimen yang diajarakan dengan pembelajaran berbasis masalah atau kasus.
Dengan adanya perbedaan metode pembelajaran yang digunakan untuk kedua
kelas, maka hasil yang didapatkan dari kedua kelas juga berbeda. Siswa pada
kelas yang diajarkan dengan CBL mempunyai rerata hasil belajar lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol yang diajarkan dengan pendekatan
saintifik, meski tidak berbeda jauh.
Hasil dari uji hipotesis data statistik postes kelas eksperimen dan kontrol
menggunakan (uji t) didapatkan nilai signifikansi adalah 0,00 yang berada di
bawah harga α = 0,05. Dengan demikian terjadi penolakan terhadap H0 sehingga
dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model
pembelajaran CBL terhadap hasil belajar Biologi siswa pada konsep Jamur. Rata-
rata hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan CBL lebih tinggi
dibandingkan dengan yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran
saintifik. Hal ini dapat dilihat dari hasil postes yang diberikan pada kedua kelas.

17
Lampiran 4, h. 125.
67

Hasil data taksonomi Bloom revisi, yakni pada dimensi kognitif dan
dimensi pengetahuan, dilakukan uji statistik untuk melihat kedua dimensi tersebut
yang terlihat perbedaannya secara signifikan pada hasil postes kelas eksperimen
dan kontrol. Berdasarkan hasil uji normalitas data pada tiap ranah diperoleh nilai
sig. (p value) < 0,05 maka semua data tidak berdistribusi normal. Kemudian hasil
uji homogenitas pada keempat dimensi pengetahuan, menunjukkan bahwa varians
kedua kelompok eksperimen dan kontrol di hampir semua ranah sama atau
homogen.
Hasil perhitungan uji beda Mann Whitney U, untuk ranah C2
Metakognitif, C3 Faktual, C4 Faktual dan C4 Metakognitif diperoleh data H0
ditolak karena menunjukkan nilai sig < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang
signifik an antara ranah tersebut pada kedua kelompok eksperimen yakni
pembelajaran dengan model CBL dan kontrol dengan pembelajaran pendekatan
saintifik. Hal ini dapat terjadi karena informasi yang diberikan berdasarkan
kehidupan sehari-hari mereka sehingga mudah untuk dipahami (C2), dan
diaplikasikan (C3).
Pengetahuan faktual mencakup elemen-elemen mendasar yang digunakan
pakar dalam mengkomunikasikan disiplin ilmunya, memahaminya (C2), dan
mengorganisasikannya secara sistematis (C3). Sementara pengetahuan
metakognitif mencakup pengertian umum dan kesadaran akan pengetahuan
mengenai pengertian seseorang. Tiga subtipenya adalah pengetahuan strategis,
pengetahuan kondisional dan kontekstual, dan pengetahuan diri.18 Dalam
penelitian ini, aspek dimensi pengetahuan metakognitif yang diukur pada
penelitian ini adalah aspek pengetahuannya, bukan mengenai kesadaran
pengetahuan diri siswa.
Siswa dituntut untuk secara sistematis menginterpretasikan informasi
(fakta) yang didapatkannya dari kasus yang ada, menganalisisnya (C4), serta
memahami ilmu yang didapatkannya dari mana saja (C2), sehingga mereka lebih
bertanggung jawab akan pengetahuannya sendiri (metakognitif) dengan
mengkomunikasikannya pada teman dan guru di kelas. Hal ini sesuai juga dengan

18
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Ghaila Indonesia , 2014) Cet. II, h. 8-9
68

karakteristik pembelajaran CBL yakni kasus yang disajikan Well structured yang
mana masalah disajikan dalam format lengkap degan rangkuman fakta yang
terorgaisir.19 Dan karena CBL bersifat terstruktur, siswa dapat mengetahui pola
masalah dan dapat merencanakan langkah penyelesaian dari masalah tersebut.
Sehingga dengan penerapan CBL yang mencakup siswa aktif dan didukung
dengan proses belajar positif interaksinya antar siswa dan guru, maka diduga akan
menaikkan hasil belajar siswa.
Hasil data uji statistik untuk pengetahuan konseptual dan prosedural
diperoleh data H0 diterima karena menunjukkan nilai sig > 0,05 yang berarti tidak
terdapat perbedaan pengetahuan konseptual dan prosedural yang signifikan antara
kedua kelompok eksperimen dan kontrol. Hal tersebut dimungkinkan karena
pencapaian siswa pada hasil pretes dan postes tidak berbeda jauh, serta
dimungkinkan pertanyaan belum fokus pada pengetahuan yang bersifat
kontekstual. Pada prosedural, jenis soal yang diujikan berupa pertanyaan yang
familiar yakni langkah-langkah pengamatan jamur dengan mikroskop, sehingga
pencapaian siswa dari pretes hingga postes baik pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol tidak ada perbedaan.
Semua hasil perhitungan untuk soal pretest posttest yang termasuk soal
pemecahan kasus diperoleh nilai sig. uji normalitas (p value) < 0,05 maka semua
data tidak berdistribusi normal. Uji hipotesisnya menggunakan uji statistik non
parametrik yaitu uji Mann-Whitney U. Hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda
dengan hasil perhitungan pada keseluruhan soal, yakni nilai signifikansi atau p
value untuk semua ranah > 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kedua kelompok eksperimen dan kontrol pada soal berbasis kasusnya.
Penelitian yang dilakukan sejauh ini masih belum banyak yang membahas
lebih mendalam terkait dengan perbedaan hasil belajar dimensi pengetahuan baik
itu faktual maupun metakognitif antara model Case Based Learning (CBL)
dengan metode pembelajaran lainnya. Namun beberapa penelitian di bawah ini
membahas mengenai CBL terhadap hasil belajar siswa. Seorang peneliti yang

19
Woei Hung, Theory to Reality: a Few Issues in Implementing Problem-Based Learning,
Educational Technology Research and Development, Vol. 59, No. 4, 2011, h. 533, diakses dari
(https://link.springer.com/article/10.1007/s11423-011-9198-1) pada 15 Maret 2017 pukul 10.00
WIB.
69

mengembangkan CBL ke dalam pelajaran Biologi dengan penelitiannya yang


berjudul “Case Study Teaching Method Improves Student Performance and
Perceptions of Learning Gains” menunjukkan bahwa studi kasus, terlepas dari
sumber, secara signifikan lebih efektif daripada metode lain untuk meningkatkan
kinerja pada pertanyaan asesmen yang berkaitan dengan beberapa materi biologi.
Temuan ini berkorelasi positif dengan peningkatan keuntungan belajar yang
terkait dengan keterampilan komunikasi lisan dan tertulis dan kemampuan untuk
mengenali hubungan antara konsep-konsep biologi dan aspek kehidupan
lainnya.20 Hal tersebut dikarenakan kasus yang diberikan merupakan kasus berupa
masalah berbentuk well-structured dalam cerita dan masih berkaitan dengan
kehidupan mereka. Kemudian penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran
Berbasis masalah terhadap peningkatan Hasil Belajar Biologi siswa SMA
Inshafuddin Banda Aceh” mengatakan bahwa dengan memberikan pembelajaran
berbasis masalah (dalam hal ini kasus), kemampuan hasil belajar biologi siswa
dalam materi jamur lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberikan
pembelajaran konvensional.21
Hasil penelitian yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran CBL ini memiliki pengaruh yang sangat
signifikan terhadap hasil belajar Biologi siswa pada konsep Jamur. Dengan
penyajian kasus berupa well-structured dan dalam bentuk sederhana, dapat
melatih siswa mengenali hubungan antara konsep-konsep biologi dan aspek
kehidupan lainnya serta mengembangkan keterampilan komunikasi lisan dan
tertulis.

20
Kevin M. Bonney, Case Study Teaching Method Improves Student Performance and
Perceptions of Learning Gains, Journal of Microbiology & Biology Education, Vol, 16, No. 1,
2015, p.21, diakses dari (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4416 499/) pada Agustus
28 Maret 2017 pukul 17.21 WIB.
21
Musriadi, Djufri, dan Muhibuddin, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Inshafuddin Banda Aceh, Jurnal Edubio
Tropika, Vol. 2, No.1, 2014, h. 151-158, diakses dari (http://jet.jurnal.web.id/index.php/JET
/article/view/25/25) pada 27 Agustus 2017 pukul 18.20 WIB.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran
Case Based Learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jamur. Hal
ini ditunjukkan oleh hasil uji-t yang diihitung menggunakan SPSS 22 yaitu
dengan nilai signifikansi/probabilitas sebesar 0,00 yang berada di bawah harga α
= 0,05.

B. Saran
Saran dalam penelitian ini, antara lain:
1. Pokok bahasan yang diteliti hanyalah konsep jamur sehingga belum dapat
digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. Guru perlu menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan Case Based Learning pada konsep-
konsep biologi yang dianggap sesuai dengan model pembelajaran ini.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengungkap semua aspek dimensi
pengetahuan dan jenjang kognitif dengan lebih lengkap dan proporsional
3. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan dapat menghubungkan model
pembelajaran CBL dengan hasil belajar siswa pada ranah afektif dan
psikomotorik.

70
DAFTAR PUSTAKA

Afcariono, Muchamad. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi.
Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol. 3. No.2. 2008. Diakses dari
https://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-3-no-2-muchamad-
afcariono.pdf pada 5 Maret 2017 pukul 13.25 WIB.
Anderson, Lorin W dan David R. Krathwohl. Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom. Terj. dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives oleh Agung
Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.1, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, Cet. 15, 2013.
Bonney, Kevin M. Case Study Teaching Method Improves Student Performance
and Perceptions of Learning Gains. Journal of Microbiology & Biology
Education. Vol. 16. No. 1. 2015. Diakses dari
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pmc/articles/PMC4416 499/) pada
Agustus 28 Maret 2017 pukul 17.21 WIB.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A.
Wasserman, Peter V. Minorsky dan Robert B. Jackson. Biologi Edisi ke-
delapan Jilid II Terj. dari Biology 8th Edition oleh Damaring Tyas
Wulandari. Jakarta: Erlangga, Cet. 14, 2012.
Celik, Serkan, Yasemin D. Cevik and Tulin Haslaman. Reflections of Prospective
Teachers Regarding Case-Based Learning. Turkish Online Journal of
Qualitative Inquiry. Vol. 3. No.4. 2012. Diakses dari (http://dergipark.
ulakbim.gov.tr/tojqi/article/view/5000093483/5000086986) pada 20
Agustus 2017 pukul 18.55 WIB.
Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit
Erlangga, Cet. 17, 2011.
Eggen, Paul dan Don Kauchak. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6 , Terj. dari Strategie and
models for teachers: Teaching Content and Thinking Skills, Sixth Edition
oleh Satrio Wahono. Jakarta: PT Indeks, Cet.1, 2012.
Gwendoline, Quek Choon Lang & Wang Qiyun. Supporting Beginning Teacher’s
Case-Based Learning in a Technology-Mediated Learning Environment.
Proceedings Ascilite Disney. 2010. p. 783. Diakses dari
(http://www.ascilite.org/conferences /sydney10/procs/Quek-concise.pdf)
pada 1 September 2017 pukul 20.16 WIB.

71
72

Hake, Richard R. “Analyzing Change/Gain Scores”. Diakses dari


http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf pada 29 Juli
2017 pukul 17.00 WIB.
Herreid, Clyde Freeman. What Makes a Good Case?: Some Basic Rules of Good
Storytelling Help Teachers Generate Student Excitement in The Classroom.
Journal of College Science Teaching. Vol. 27. No. 3. 1998. p.163-164.
Diakses dari http://sciencecases.lib.buffalo.edu/cs/pdfs/What%2520
Makes%2520a% 2520Good%2520Case-XXVII-3.pdf pada 27 Juli 2017 pukul
19.00 WIB.
Hung, Woei. Theory to Reality: a Few Issues in Implementing Problem-Based
Learning. Educational Technology Research and Development. Vol.59. No.4.
2011. Diakses dari https://link.springer.com/article/10.1007/s11423-011-9198-
1 pada 15 Maret 2017 pukul 10.00 WIB.
Jogiyanto. Filosofi, Pendekatan, dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus: untuk
Dosen dan Mahasiswa Edisi 3. Yogyakarta: CV Andi Offset, Cet. 10, 2009.
Kadir. Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, Cet. 1, 2015.
Kementerian Pendidikan Nasional, Standar Pengelolaan Pendidikan, 2007, h. 6.
Diakses dari http://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/pengelolaan/
Permen_19_Th-2007.zip pada 27 Juli 2017 pukul 22.40 WIB.
Killen, Roy. Effective Teaching Strategies: Lessons from Research and Practice 5th
Edition, South Melbourne: Thomson/Social Science Press, Cet.10, 2009.
Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013): Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh. Jakarta:
Rajawali Pers, Cet.1, 2013.
Laili, Shofika Nurul. “Pengaruh Metode Case Based Learning terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2015. Tidak dipublikasikan.
Maer, Bisatya W. dan Esterlita Devi Hendrayani. “Case-Based dan Problem-Based
Learning Dalam Pengajaran Struktur”. Konferensi Nasional FTSP Jurusan
Arsitektur Universitas Kristen Petra Surabaya. Diakses dari
http://repository.petra.ac.id/ 15946/1/Makalah_Case_Prob_Base_00 01.pdf
pada tanggal 27 Juli 2017.
Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. 10, 2011.
Muslich, Masnur. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi.
Bandung: PT Refika Aditama, Cet.1, 2011.
Musriadi, Djufri, dan Muhibuddin. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Inshafuddin Banda
Aceh. Jurnal Edubio Tropika. Vol. 2. No.1. 2014. Diakses dari
73

http://jet.jurnal.web.id/index.php/JET /article/view/25/25 pada 27 Agustus


2017 pukul 18.20 WIB.
Nurhayati, Nunung, Mukhlis dan Agus Jaya. Biologi SMA/MA Kelas X Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam. Bandung : Yrama Widya, 2014.
Prince, Michael & Richard Felder. The Many Faces of Inductive Teaching and
Learning. Journal of College Science Teaching. Vol.36. No.5. 2007. Diakses
dari http://www4.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/Papers/Inductive
(JCST).pdf pada 27 Juli 2017 pukul 21.24 WIB.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011.
Rusmono. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghaila Indonesia, Cet. 2, 2014.
Rybarczyk, Brian J, Antonio T. Baines, Mitch McVey, Joseph T. Thompson and
Heather Wilkins. A Case-Based Approach Increases Student Learning
Outcomes and Comprehension of Cellular Respiration Concepts. Biochemistry
and Molecular Biology Education. Vol. 35. No. 3. 2007. Diakses dari
http://educationgroup.mit.edu/HHMIEducationGroup/wp-
content/uploads/2011/10/ McVey- Rybarczyk- et-al-BAMBEd- 2007.pdf pada
27 Agustus 2017 pukul 23.05 WIB.
Sadia, I Wayan. Model-Model Pembelajaran Sains Konstruktivistik. Yogyakarta:
Graha Ilmu, Cet. 1, 2014.
Schumacher, Jane A.. Case Based Learning: Preparing Adult Learners to Become
Thoughtful Leaders. https://research.phoenix.edu/sites/default/files/user-
presentation/Schumacher%2520Case%2520Based%2520Learning%2520Clute
%2520 Institute%252013141.pdf pada 27 Juli 2017 pukul 10.02 WIB.
Septianing, Rasti dan Aggarwal. Panduan Belajar Biologi 1A SMA Kelas X. Terj. dari
Biology oleh Savitri Endah Yani dan Dian Malini. Jakarta: Yudhistira, 2012.
Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran
IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta Press,
Cet.1 2006.
Srinivasan, Malathi, Michael Wilkes, Frazier Stevenson, Thuan Nguyen and Stuart
Slavin. Comparing Problem-Based Learning with Case-Based Learning:
Effects of A Major Curricular shift at Two Institutions, Academic Medicine.
Vol. 82. No. 1. 2007. Diakses dari https://www.scribd.com/mobile/document/
340895600/Comparing-Problem-Based-Learning-With-Case-Based-10 pada
27 Juli 2017 pukul 20.05 WIB.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet. 17, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit
Alfabeta, Cet. 22, 2015.
74

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, Cet. 8, 2012.
Susandari. Pengaruh Metode “Case Based” Pada Pemahaman Konsep dan Teori
Psikologi Pendidikan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM :
Sosial Ekonomi, dan Humaniora. Vol3. No.1. 2012. Diakses dari
(http://proceeding.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/ view/495/pdf_1 pada
27 Juli 2017 18.45 WIB.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,`Cet. 19, 2014.
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka, Cet.1, 2007.
Wijaya, Fachrizal Kusuma dan Sri Sundari. “The Differences Between Learning
Method Problem Based Learning with Case Based Learning on the Level of
Satisfaction of Education Students and Faculty of Medicine Physician Health
Sciences Muhammadiyah University of Yogyakarta”. Tesis pada Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses dari
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t61565.pdf pada tanggal 28 Maret 2017
pukul 19.00 WIB.
Williams, Brett. The Implementation of Case-Based Learning - Shaping the Pedagogy
in Ambulance Education. Journal of Emergency Primary Health Care. Vol. 2.
No. 3. 2004. Diakses dari (http://citeseerx.ist.psu.edu/) pada 15 Maret 2017
pukul 09.58 WIB.
Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Cet. 1, 2009.
75

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Kelas Eksperimen

Satuan Pendidikan : SMAN 63

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X (Sepuluh)/2

Topik : Jamur (Ciri, Klasifikasi dan Peranannya dalam kehidupan)

Alokasi Waktu : 2x 3 jam pelajaran

A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, mengamalkan prilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli (gotongroyong, kerjasama,
toleransi, damai dan menunjukkan sikap proaktif melalui keteladanan pemberian
nasehat pembiasaan, dan pengkondisian atas berbagai permasalahan dalam
interaksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
2. Siswa dapat menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri, cara reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam
kehidupan
3. Siswa dapat menyajikan laporan hasil penelusuran informasi tentang
keanekaragaman jamur dan peranannya dalam keseimbangan lingkungan.
mengklasifikasikan jamur berdasarkan struktur dan reproduksinya menjadi
empat divisi

B. Kompetensi Inti
KI 1&2 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Mengembangkan
perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif)dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
sertadalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
76

KI 3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


1. Pertemuan 1
Kompetensi Dasar Indikator
3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk 3.7.1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
menggolongkan jamur berdasarkan
berdasarkan pengalamannya dan
ciri-ciri, cara reproduksi, dan
mengaitkan peranannya dalam kajian pustaka
kehidupan
3.7.2 Membedakan cara hidup jamur
berdasarkan perolehan nutrisi
3.7.3 Mengklasifikasikan jamur berdasarkan
struktur dan reproduksinya menjadi
empat divisi (Zigomycota, dan
Ascomycota)
4.7 Menyajikan laporan hasil penelusuran 4.7.1 Mengamati jamur melalui pengamatan
informasi tentang keanekaragaman langsung atau gambar dan
jamur dan peranannya dalam mengelompokkannya berdasarkan ciri
keseimbangan lingkungan. atau perannya bagi kehidupan
4.7.2 Melakukan pengamatan jamur
mikroskopis pada jamur roti atau
tempe dan makroskopis pada jamur
jenis basidiomycota dengan
mengamati morfologi tubuhnya
77

2. Pertemuan 2
Kompetensi Dasar Indikator
3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk 3.7.3 Mengklasifikasikan jamur berdasarkan
menggolongkan jamur berdasarkan
struktur dan reproduksinya menjadi
ciri-ciri, cara reproduksi, dan
mengaitkan peranannya dalam empat divisi (Basidiomycota dan
kehidupan
Deuteromycota)
3.7.4 Menjelaskan proses simbiosis jamur
dengan organisme lain
3.7.5 Menganalisis permasalahan terkait
peranan jamur dalam kehidupan
sehari-hari
4.7 Menyajikan laporan hasil penelusuran 4.7.3 Membuat laporan hasil pengamatan
informasi tentang keanekaragaman pada jamur mikroskopis dan
jamur dan peranannya dalam makroskopis
keseimbangan lingkungan.

D. Materi Pembelajaran :

Fakta: Gambar dan Foto Jamur yang ada di kehidupan sehari-hari

Konsep:

1. Ciri-ciri tubuh jamur


2. Karakteristik jamur
3. Cara hidup jamur : Saprofit, parasit dan simbiosis
4. Klasifikasi jamur
5. Peranan jamur dalam kehidupan

Prinsip:

1. Ciri-ciri, cara hidup dan klasifikasi jamur

Prosedur:

Praktikum dengan menggunakan mikroskop untuk melihat struktur tubuh jamur

E. Metode Pembelajaran
Model : Case Based Learning
78

Metode : ceramah, diskusi kelompok, eksperimen, presentasi, tanya-jawab

F. Sumber / Bahan / Alat


Sumber
 Buku : Nunung Nurhayati, Mukhlis, Agus Jaya. Biologi SMA/MA Kelas X
Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Bandung : Yrama Widya.
2014
Resti Septianing dkk. Panduan Belajar Biologi 1A SMA Kelas X. Jakarta:
Yudhistira. 2012
 Media : Power point, gambar-gambar dan video tentang jamur, LKS
 Alat : Proyektor, laptop, whiteboard, spidol, notebook, alat praktikum
G. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran :

Pertemuan 1

Langkah Kegiatan pembelajaran Alokasi


Kegiatan Guru Siswa waktu

Kegiatan  Guru memberi salam dan berdoa  Siswa menjawab salam dan 10 menit
awal berdoa
 Guru meminta siswa tenang di  Siswa merapikan tempat
tempat duduknya dan mengecek duduknya dan melakukan
absensi siswa. absen
 Guru menarik perhatian siswa  Siswa memperhatikan
dengan menayangkan gambar/video yang
gambar/video tentang jamur diberikan guru
 Guru memberikan apersepsi: (mengamati)
- Disebut apakah struktur putih
di atas tempe?
 Guru memotivasi siswa untuk
memberikan pertanyaan  Siswa mengajukan
mengenai jamur dari video yang pertayaan terkait gambar
telah dilihat siswa (menanya)
 Guru mempersilahkan siswa lain
untuk menjawab pertanyaan dari
temannya
 Siswa mendengarkan KD,
 Guru menyampaikan KD,
indikator dan tujuan
indikator dan tujuan
pembelajaran dari materi
pembelajaran dari materi tentang
tentang jamur yang
jamur.
disampaikan guru
 Guru memberikan motivasi
 Siswa menyimak motivasi
kepada siswa untuk
yang disampaikan guru.
79

meningkatkan semangat belajar


dan juga pentingnya mempelajari
Jamur.

Kegiatan Tahap 1. Menetapkan Kasus 10 menit


Inti  Guru memberikan pengetahuan  Siswa memperhatikan
awal pada siswa mengenai ciri- penjelasan awal guru
ciri umum jamur mengenai ciri umum jamur

 Guru membagikan siswa yang  Siswa membagi kelasnya


berjumlah 36 ke dalam 8 menjadi 8 kelompok
kelompok yang terdiri dari 4-5
siswa

 Guru menyajikan kasus dengan  Siswa perkelompok


diberikan kasus dari LKS,
LKS untuk pertemuan pertama mencoba memahami
(lks terlampir) yakni LKS CBL 1 langkah kerja pada LKS
mengenai roti berjamur untuk 4
kelompok, dan LKS CBL 2
mengenai ragi untuk 4 kelompok
lainnya.
 Memotivasi siswa untuk terlibat  Siswa memperhatikan
dalam pemecahan masalah dengan arahan guru dan juga
melakukan interaksi tanya
memberikan pertanyaan sesuai
jawab dengan guru
petunjuk LKS
Tahap 2. Menganalisa masalah 10 menit

 Guru membantu dan  Secara berkelompok siswa


membimbing siswa menuliskan semua
mendefinisikan dan informasi yang terdapat
mengorganisasikan permasalahan dalam kasus
yang dikaji dalam LKS agar tidak
menyimpang jauh dari topik  Siswa mengidentifikasi dan
menuliskan masalah yang
masalah
terdapat pada kasus yang
diberikan seperti ciri-ciri
jamur yang tertulis pada
kasus LKS 1 dan 2.
Tahap 3. Mencari informasi dan 35 menit
membuat langkah-langkah
penyelesaian.

 Guru mendorong siswa untuk  Siswa mencari informasi


80

mengumpulkan berbagai yang berhubungan dengan


informasi yang sesuai, mencari kasus dari berbagai sumber
penjelasan dan solusi terkait untuk menyelesaikan
permasalahan masalah
 Guru memberikan penjelasan  Siswa dalam kelompok
mengenai pengamatan yang akan mengamati morfologi jamur
dilakukan untuk menambah mikroskopis dan
informasi dalam pemecahan makroskopis dari berbagai
masalah bahan (roti dan tempe yang
 Guru menyiapkan alat dan bahan sudah berjamur, oncom,
percobaan secara cermat dan teliti ragi, jamur merang, jamur
untuk memenuhi rasa ingin tahu kuping) (mengeksplorasi)
siswa

 Guru mengawasi siswa dan  Siswa memilih langkah-


memberikan arahan ketika siswa langkah penyelesaian
menyimpang dari topik yang masalah yang digunakan
dipermasalahkan seperti langkah apa yang
harus dilakukan jika telah
termakan roti yang
berjamur

Tahap 4. Membuat kesimpulan 10 menit


 Siswa membuat kesimpulan
Guru memberikan arahan untuk
dari penyelesaian kasus
membuat kesimpulan dari hasil
(mengasosiasi)
diskusi untuk menyelesaikan tugas

Tahap 5. Presentasi 40 menit

 Guru memandu siswa untuk  Siswa mempresentasikan


mempresentasikan hasil disksusi
kelompok mengenai hasil hasil diskusi kelompok
pemecahan masalah pada LKS sedangkan siswa lain
yang sudah diberikan sebelumnya memperhatikan dan
menanggapi presentasi dari
 Guru mendorong siswa untuk kelompok yang sedang
saling memperhatikan masing-
presentasi
masing kelompok yang
melakukan presentasi dan (mengkomunikasikan)
mengatur waktu untuk kelompok
yang tampil

Tahap 6 perbaikan 10 menit


 Siswa mendengarkan
 Guru mengajak siswa untuk
pembahasan dari guru dan
melakukan refleksi dan evaluasi
dari kegiatan pembelajaran yang mencatat apa yang penting
mereka lakukan dan melakukan
81

konfirmasi.
 Guru memberi kesempatan pada  Siswa bertanya tentang
siswa untuk menanyakan hal-hal materi yang belum
yang belum dipahami
dipahami

Kegiatan  Guru mengajukan beberapa  Siswa menjawab 10 menit


pertanyaan sebagai evaluasi pertanyaan guru
Penutup
 Guru memberikan motivasi  Siswa mendengarkan
 Guru menutup pembelajaran motivasi guru
dengan mengucapkan salam.
 Siswa menjawab salam
(3x45
menit) =
135
menit

Pertemuan 2

Langkah Kegiatan pembelajaran Alokasi


Kegiatan Guru Siswa waktu

Kegiatan  Guru memberi salam dan berdoa  Siswa menjawab salam dan 10 menit
awal berdoa
 Guru meminta siswa tenang di  Siswa merapikan tempat
tempat duduknya dan mengecek duduknya dan melakukan
absensi siswa. absen
 Guru menanyakan kembali  Siswa menjawab
pelajaran sebelumnya mengenai pertanyaan guru
jamur dan macamnya hingga
Ascomycota.
 Guru menarik perhatian siswa  Siswa mengamati gambar
dengan menayangkan beberapa yang diberikan guru
gambar jamur makroskopik (mengamati)
 Guru memberikan apersepsi:  Siswa menjawab
- Mengapa jamur tumbuh dekat pertanyaan guru
pohon?
- Tahukah kamu apa saja cara
hidup jamur?
 Guru memotivasi siswa untuk  Siswa mengajukan
memberikan pertanyaan pertayaan terkait gambar
mengenai jamur dari gambar (menanya)
yang telah dilihat siswa
 Guru mempersilahkan siswa lain
untuk menjawab pertanyaan dari
82

temannya
 Guru menyampaikan KD,  Siswa mendengarkan KD,
indikator dan tujuan indikator dan tujuan
pembelajaran dari materi tentang pembelajaran dari materi
jamur kembali. tentang jamur yang
 Guru memberikan motivasi disampaikan guru
kepada siswa untuk  Siswa menyimak motivasi
meningkatkan semangat belajar yang disampaikan guru.

Kegiatan Tahap 1. Menetapkan Kasus 10 menit


Inti  Guru menginstruksi agar siswa  Siswa duduk sesuai dengan
duduk sesuai dengan kelompokya kelompoknya
masing-masing

 Guru menyajikan kasus dengan


 Siswa diberikan kasus dan
LKS CBL 3 mengenai Jamur yang LKS, mencoba memahami
dapat dimakan untuk kelompok 1- langkah kerja pada LKS,
4 dan LKS CBL 4 mengenai memperhatikan arahan guru
dan juga melakukan
simbiosis Jamur untuk kelompok
interaksi tanya jawab
5-8 (lks terlampir). Guru dengan guru
mengajukan fenomena atau
masalah dan memotivasi siswa
untuk terlibat dalam pemecahan
masalah dengan memberikan
pertanyaan sesuai petunjuk LKS
Tahap 2. Menganalisa masalah 10 menit

 Guru membantu dan  Secara berkelompok siswa


membimbing siswa menuliskan semua
mendefinisikan dan informasi yang terdapat
mengorganisasikan permasalahan dalam kasus mengenai
yang dikaji agar tidak simbiosis jamur
menyimpang jauh dari topik
masalah  Siswa mengidentifikasi dan
menuliskan masalah yang
terdapat pada kasus yang
diberikan seperti bagaimana
cara hidup bersimbiosis
jamur dengan organisme
lain seperti alga dan akar
tumbuhan
83

Tahap 3. Mencari informasi dan 30 menit


membuat langkah-langkah
penyelesaian.

 Guru mendorong siswa untuk  Siswa mencari informasi


mengumpulkan berbagai yang berhubungan dengan
informasi yang sesuai, mencari kasus dari berbagai sumber
penjelasan dan solusi terkait untuk menyelesaikan
permasalahan untuk dijawab masalah (mengeksplorasi)
dalam soal di LKS
 Masing-masing anggota
 Guru mengawasi siswa dan kelompok berpartisipasi dan
memberikan arahan ketika siswa aktif dalam mengumpulkan
menyimpang dari topik yang informasi yang diperlukan
dipermasalahkan
 Siswa memilih langkah-
langkah penyelesaian
masalah yang digunakan

Tahap 4. Membuat kesimpulan 10 menit


 Siswa membuat kesimpulan
Guru memberikan arahan untuk
dari penyelesaian kasus
membuat kesimpulan dari hasil
(mengasosiasi)
diskusi untuk menyelesaikan tugas

Tahap 5. Presentasi 45 menit


 Siswa mempresentasikan
 Guru memandu siswa untuk hasil diskusi kelompok
mempresentasikan hasil disksusi
per-kelompok mengenai hasil sedangkan siswa
pemecahan masalah pada LKS memperhatikan dan
yang sudah diberikan sebelumnya menanggapi presentasi dari
kelompok lain
 Guru mendorong siswa untuk (mengkomunikasikan)
saling memperhatikan masing-
masing kelompok yang
melakukan presentasi dan
mengatur waktu untuk kelompok
yang tampil

Tahap 6 perbaikan 10 menit


 Siswa mendengarkan
 Guru menstimulus siswa untuk
pembahasan dari guru dan
ikut melakukan refleksi dan
evaluasi dari kegiatan mencatat apa yang penting
pembelajaran yang mereka
lakukan dan melakukan
konfirmasi.  Siswa bertanya tentang
 Guru memberi kesempatan pada materi yang belum
84

siswa untuk menanyakan hal-hal dipahami


yang belum dipahami
Kegiatan  Guru mengajukan beberapa  Siswa menjawab 10 menit
pertanyaan sebagai evaluasi pertanyaan guru
Penutup
 Guru memberikan motivasi  Siswa mendengarkan
 Guru menutup pembelajaran motivasi guru
dengan mengucapkan salam.
 Siswa menjawab salam

(3x45
menit) =
135
menit

H. Penilaian hasil belajar :


1. Jenis atau Teknik Penilaian

 Teknik penilaian
Tes tertulis: kemampuan kognitif dengan bentuk soal essay
Non tes: lembar observasi aktivitas siswa dan guru melalui penerapan model Case
Based Learning
 Aspek penilaian: kognitif (data primer), afektif dan psikomotor (data sekunder)

2. Bentuk Instrumen dan Instrumen

 Instrumen tes tertulis (Essay)


 Instrumen observasi aktivitas siswa melalui penerapan model Case Based Learning
 Instrumen observasi aktivitas guru melalui penerapan model Case Based Learning
 Intrumen penilaian kognitif LKS berbasis model Case Based Learning

3. Pedoman penskoran

 Pedoman penskoran tes tertulis bentuk Essay


 Pedoman penskoran lembar observasi aktivitas siswa dan guru melalui penerapan
model Case Based Learning
 Pedoman penskoran kognitif LKS berbasis model Case Based Learning
85

Jenis Teknik Bentuk Instrumen Pedoman


Penilaian Penskoran
Sikap Observasi Lembar Observasi berupa Terlampir
Checklist
Pengetahuan Tes tulis Soal Essay Terlampir
Keterampilan Observasi skala penilaian (rating Terlampir
scale) yang dilengkapi
rubrik

PENILAIAN PORTOFOLIO PRAKTIKUM BIOLOGI

Kelas/Semester :X
Materi : Jamur
Hari/Tanggal :
RUBRIK
KRITERIA SKOR INDIKATOR
Persiapan 3 Pemilihan alat dan bahan tepat
Skor maks 3 2 Pemilihan alat atau bahan tepat
1 Pemilihan alat atau bahan tidak tepat
Pelaksanaan 3 Rangkaian alat tepat dan rapi
Skor maks 9 2 Rangkaian alat tepat dan rapi
1 Rangkaian alat tidak tepat dan tidak rapi
3 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tepat
2 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tepat
1 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tidak tepat
3 Memperhatika keselamatan kerja dan kebersihan
2 Memperhatika keselamatan kerja dan kebersihan
1 Tidak memperhatikan keselamatan kerja dan kebersihan
Hasil 3 Data akurat
Skor maks 6 2 Data kurang akurat
1 Data tidak akurat
3 Kesimpulan tepat
2 Kesimpulan kurang tepat
1 Kesimpulan tidak tepat
Laporan 3 Tampilan menarik dan bahasa sesuai kaidah
Skor maks 3 2 Tampilan menarik dan bahasa sesuai kaidah
86

1 Tampilan tidak menarik dan bahasa tidak sesuai kaidah

INDIKATOR

Keselamatan kerja
Alat dan Bahan

Rangkaian alat

Langkah kerja
Jumlah

Kesimpulan
No Nama Siswa Nilai

Tampilan
Skor

Data
1.
2.
3.

FORMAT PENILAIAN

Nilai : Total skor perolehan X jumlah indikator

Skor maks

SOAL EVALUASI 1

No, Soal Jawaban Skor


1. Mengapa Jamur dikelompokkan ke Karena Jamur berbeda dengan tumbuhan 5
dalam Kingdom tersendiri?! yang merupakan autotrof, Jamur bersifat
Jelaskan heterotrof saprofit
2. Tuliskan ciri-ciri organisme yang Eukariotik, Uniseuler dan multiseluler, 5
termasuk kelompok jamur! Hidup di tempat yang lembab, memiliki
hifa dan miselium, tidak mempunyai
klorofil
3. Mengapa Jamur tidak dapat Karena jamur tidak seperti tumbuhan 5
berperan sebagai produsen? yang memiliki klorofil dan dapat
berfotosinteis
4. Tuliskan dasar pengelompokan Dasar pengelompokan jamur adalah 5
jamur! berdasarkan struktur dan reproduksinya
menjadi empat kelompok
5. Sebutkan empat klasifikasi atau Zigomycota, Ascomycota, 5
kelompok dari jamur Basidiomycota, Deuteromycota
Skor total 25
87

SOAL EVALUASI 2

No, Soal Jawaban Skor


1. Apa saja contoh jamur yang Rhizopus oryzae, berperan dalam 5
menguntungkan? Mengapa jamur- pembuatan tempe. Neurospora crassa,
jamur tersebut termasuk jamur berperan dalam pembuatan oncom.
menguntungkan? Saccahromyces cerevisiae, sebagai ragi
roti.
2. Apa saja contoh jamur yang Rhizopus stolonifer, jamur yang muncul 5
merugikan? Mengapa jamur-jamur pada roti yang basi. Aspergillus flavus,
tersebut termasuk jamur mengasilkan aflatoksin dan penyebab
merugikan? kanker. Ephidermophyton floccosum,
menyebabkan kaki atlet.
3. Apa yang dimaksud dengan Lichenes adalah jamur yang hidup 5
Lichenes? Mengapa simbiosis yang bersama dengan alga. Dikatakan
terjadi pada Lichenes merupakan simbiosis mutualisme karena jamur
simbiosis mutualisme? dapat mendapat makanan, dan alga
bertambah luas permukaan nya untuk
menarik unsur hara.
4. Apa yang dimaksud dengan Soredium adalah beberapa sel alga yang 5
soredium? terbungkus oleh hifa jamur, berukuran
sangat kecil dan ringan sehingga mudah
diterbangkan angin
5. Apa yang dimaksud dengan Mikoriza adalah jamur yang 5
mikoriza? bersimbiosis dengan akar tumbuhan
tingkat tinggi.
Skor 25

FORMAT PENILAIAN
Nilai : Total skor perolehan (25) X 100

Skor maks
88
89

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Kelas Kontrol

Satuan Pendidikan : SMAN 63

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X (Sepuluh)/2

Topik : Jamur (Ciri, Klasifikasi dan Peranannya dalam kehidupan)

Alokasi Waktu : 2x 3 jam pelajaran

A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, mengamalkan prilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli (gotongroyong, kerjasama,
toleransi, damai dan menunjukkan sikap proaktif melalui keteladanan pemberian
nasehat pembiasaan, dan pengkondisian atas berbagai permasalahan dalam
interaksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
2. Siswa dapat menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri, cara reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam
kehidupan
3. Siswa dapat menyajikan laporan hasil penelusuran informasi tentang
keanekaragaman jamur dan peranannya dalam keseimbangan lingkungan.
mengklasifikasikan jamur berdasarkan struktur dan reproduksinya menjadi
empat divisi
B. Kompetensi Inti
KI 1&2 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Mengembangkan
perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif)dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
sertadalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
90

KI 3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


1. Pertemuan ke-1
Kompetensi Dasar Indikator
3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk 3.7.1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
menggolongkan jamur berdasarkan
berdasarkan pengalamannya dan kajian
ciri-ciri, cara reproduksi, dan
mengaitkan peranannya dalam pustaka
kehidupan
3.7.2 Membedakan cara hidup jamur
berdasarkan perolehan nutrisi
3.7.3 Mengklasifikasikan jamur berdasarkan
struktur dan reproduksinya menjadi
empat divisi (Zigomycota, dan
Ascomycota, Basidiomycota dan
Deuteromycota)
4.7 Menyajikan laporan hasil penelusuran 4.7.1 Mengamati jamur melalui
informasi tentang keanekaragaman pengamatan langsung atau gambar
jamur dan peranannya dalam dan mengelompokkannya
keseimbangan lingkungan. berdasarkan ciri atau perannya bagi
kehidupan
4.7.2 Melakukan pengamatan jamur
mikroskopis pada jamur roti atau
tempe dan makroskopis pada jamur
jenis basidiomycota dengan
mengamati morfologi tubuhnya
91

2. Pertemuan ke-2
Kompetensi Dasar Indikator
3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk
menggolongkan jamur berdasarkan
3.7.4 Menjelaskan proses simbiosis jamur
ciri-ciri, cara reproduksi, dan
mengaitkan peranannya dalam dengan organisme lain
kehidupan
3.7.5 Menganalisis permasalahan terkait
peranan jamur dalam kehidupan
sehari-hari
4.7 Menyajikan laporan hasil penelusuran 4.7.3 Membuat laporan hasil pengamatan
informasi tentang keanekaragaman pada jamur mikroskopis dan
jamur dan peranannya dalam makroskopis
keseimbangan lingkungan.

D. Materi Pembelajaran :

Fakta: Gambar dan Foto Jamur yang ada di kehidupan sehari-hari

Konsep:

6. Ciri-ciri tubuh jamur


7. Karakteristik jamur
8. Cara hidup jamur : Saprofit, parasit dan simbiosis
9. Klasifikasi jamur
10. Peranan jamur dalam kehidupan

Prinsip:

2. Ciri-ciri, cara hidup dan klasifikasi jamur

Prosedur:

Praktikum dengan menggunakan mikroskop untuk melihat struktur tubuh jamur

E. Metode Pembelajaran
92

Model : saintifik
Metode : ceramah, diskusi kelompok, eksperimen, presentasi, tanya-jawab
F. Sumber / Bahan / Alat
Sumber
 Buku : Nunung Nurhayati, Mukhlis, Agus Jaya. Biologi SMA/MA Kelas X
Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Bandung : Yrama Widya.
2014
Resti Septianing dkk. Panduan Belajar Biologi 1A SMA Kelas X. Jakarta:
Yudhistira. 2012
 Media : Power point, gambar-gambar dan video tentang jamur, LKS
 Alat : Proyektor, laptop, whiteboard, spidol, notebook, alat praktikum

G. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran :

Pertemuan 1

Langkah Kegiatan pembelajaran Alokasi


Kegiatan Guru Siswa waktu

Kegiatan  Guru memberi salam dan berdoa  Siswa menjawab salam dan 10 menit
awal berdoa
 Guru meminta siswa tenang di  Siswa merapikan tempat
tempat duduknya dan mengecek duduknya dan melakukan
absensi siswa. absen
 Guru memberikan apersepsi:  Siswa menjawab
- Disebut apakah struktur putih pertanyaan yang diberikan
di atas tempe? guru
 Guru menyampaikan KD,  Siswa mendengarkan KD,
indikator dan tujuan indikator dan tujuan
pembelajaran dari materi tentang pembelajaran dari materi
jamur. tentang jamur yang
disampaikan guru
 Guru memberikan motivasi  Siswa menyimak motivasi
kepada siswa untuk yang disampaikan guru.
meningkatkan semangat belajar
Kegiatan Tahap 1. Mengamati 10 menit
Inti  Guru menarik perhatian siswa  Siswa memperhatikan
dengan menayangkan video/gambar yang
video/gambar tentang jamur. diberikan guru sambil
Menginstruksikan siswa untuk mencari satu pertanyaan.
memperhatikan dan memikirkan
satu pertanyaan
93

Tahap 2. Menanya 10 menit

 Guru memotivasi siswa untuk  Siswa mengajukan


memberikan pertanyaan pertayaan terkait gambar
mengenai jamur dari  Siswa menjawab
gambar/video yang telah dilihat pertanyaan temannya
siswa (setiap siswa memiliki
 Guru menanggapi setelah guru kesempatan yang sama
mempersilahkan siswa lain untuk namun hanya tiga siswa
menjawab pertanyaan dari yang diberikan kesempatan
temannya untuk menjawab).

Tahap 3. Mencoba/Mencari 20 menit


informasi
 Guru membagikan siswa ke  Siswa membagi kelasnya
dalam 8 kelompok yang terdiri menjadi 8 kelompok
dari 4-5 siswa

 Membagikan LKS kelas kontrol


 Siswa dalam kelompok
jamur (lks terlampir) dan bahan- mengamati morfologi jamur
bahan yang diperlukan untuk mikroskopis dan
melakukan pengamatan terhadap makroskopis dari berbagai
bahan (roti dan tempe yang
jamur dengan mikroskop. Guru sudah berjamur, oncom,
memberikan penjelasan mengenai ragi, jamur merang, jamur
pengamatan yang akan dilakukan kuping)

 Guru menyiapkan alat dan bahan  Siswa mengidentifikasi dan


percobaan secara cermat dan teliti menggambar hasil
untuk memenuhi rasa ingin tahu pengamatan mikroskopis
siswa pada LKS.
 Guru mengawasi siswa dan
memberikan arahan
Tahap 4. Menalar 35 menit
 Siswa mencocokkan hasil
 Guru meminta peserta didik diskusi kelompok yang
berdiskusi secara kelompok didapat dengan pengetahuan
mengenai bagaimana ciri struktur dari buku sumber
tubuh, cara hidup dan habitat, pembelajaran.
serta reproduksi jamur
 Siswa membuat kesimpulan
 Guru memberikan arahan untuk dari penyelesaian kasus
membuat kesimpulan dari hasil
diskusi untuk menyelesaikan
tugas
94

Tahap 5. Mengkomunikasi 40 menit

 Guru memandu siswa untuk


 Siswa mempresentasikan
mempresentasikan hasil disksusi
kelompok mengenai hasil diskusi hasil diskusi kelompok
pada LKS yang sudah diberikan tentang pengamatan
sebelumnya berbagai jenis jamur
sedangkan siswa
 Guru mendorong siswa untuk memperhatikan dan
saling memperhatikan masing-
menanggapi presentasi dari
masing kelompok yang
melakukan presentasi dan kelompok lain
mengatur waktu untuk kelompok
yang tampil
Kegiatan  Guru menstimulus siswa untuk  Siswa mendengarkan 10 menit
melakukan refleksi dan evaluasi pembahasan dari guru dan
Penutup
dari kegiatan pembelajaran yang mencatat apa yang penting
mereka lakukan dan melakukan
konfirmasi.
 Guru memberi kesempatan pada  Siswa bertanya tentang
siswa untuk menanyakan hal-hal materi yang belum
yang belum dipahami dipahami
 Guru memberikan motivasi  Guru menjawab pertanyaan
 Guru menutup pembelajaran guru
dengan mengucapkan salam.  Siswa mendengarkan
motivasi guru
 Siswa menjawab salam

Pertemuan 2

Langkah Kegiatan pembelajaran Alokasi


Kegiatan Guru Siswa waktu

Kegiatan  Guru memberi salam dan berdoa  Siswa menjawab salam dan 10 menit
awal berdoa
 Guru meminta siswa tenang di  Siswa merapikan tempat
tempat duduknya dan mengecek duduknya dan melakukan
absensi siswa. absen
 Guru menanyakan kembali  Siswa menjawab
pelajaran sebelumnya mengenai pertanyaan yang diberikan
jamur dan macamnya guru
 Guru memberikan apersepsi:
- Mengapa jamur tumuh dekat
pohon?
- Tahukah kamu apa saja cara
hidup jamur?
95

 Guru menyampaikan KD,  Siswa mendengarkan KD,


indikator dan tujuan indikator dan tujuan
pembelajaran dari materi tentang pembelajaran dari materi
jamur. tentang jamur yang
 Guru memberikan motivasi disampaikan guru
kepada siswa untuk  Siswa menyimak motivasi
meningkatkan semangat belajar yang disampaikan guru.
Kegiatan Tahap 1. Mengamati 10 menit
Inti  Guru menarik perhatian siswa  Siswa memperhatikan
dengan menayangkan video/gambar yang
video/gambar tentang simbiosis diberikan guru sambil
jamur. Menginstruksikan siswa mencari satu pertanyaan.
untuk memperhatikan dan
memikirkan satu pertanyaan
Tahap 2. Menanya 10 menit

 Guru memotivasi siswa untuk  Siswa mengajukan


memberikan pertanyaan pertayaan terkait gambar
mengenai jamur dari  Siswa menjawab
gambar/video yang telah dilihat pertanyaan temannya
siswa (setiap siswa memiliki
 Guru menanggapi setelah guru kesempatan yang sama
mempersilahkan siswa lain untuk namun hanya tiga siswa
menjawab pertanyaan dari yang diberikan kesempatan
temannya untuk menjawab).

Tahap 3. Mencoba/Mencari 20 menit


informasi
 Guru menginstruksi agar siswa  Siswa duduk sesuai dengan
duduk sesuai dengan kelompokya kelompoknya
masing-masing

 Membagikan LKS jamur (lks


 Siswa mengerjakan LKS
terlampir). bersama dan melakukan
 Guru mengawasi siswa dan diskusi
memberikan arahan
Tahap 4. Menalar 35 menit
 Siswa mencocokkan hasil
 Guru meminta peserta didik diskusi kelompok yang
berdiskusi secara kelompok didapat dengan pengetahuan
mengenai bagaimana ciri struktur dari buku sumber
tubuh, cara hidup dan habitat, pembelajaran.
serta reproduksi jamur
 Siswa membuat kesimpulan
 Guru memberikan arahan untuk dari penyelesaian kasus
96

membuat kesimpulan dari hasil


diskusi untuk menyelesaikan
tugas

Tahap 5. Mengkomunikasi 40 menit

 Guru memandu siswa untuk  Siswa mempresentasikan


mempresentasikan hasil disksusi
kelompok mengenai hasil diskusi hasil diskusi kelompok
pada LKS yang sudah diberikan tentang simbiosis jamur
sebelumnya sedangkan siswa
memperhatikan dan
 Guru mendorong siswa untuk menanggapi presentasi dari
saling memperhatikan masing-
kelompok lain
masing kelompok yang
melakukan presentasi dan
mengatur waktu untuk kelompok
yang tampil

Kegiatan  Guru menstimulus siswa untuk  Siswa mendengarkan 10 menit


melakukan refleksi dan evaluasi pembahasan dari guru dan
Penutup
dari kegiatan pembelajaran yang mencatat apa yang penting
mereka lakukan dan melakukan
konfirmasi.
 Guru memberi kesempatan pada  Siswa bertanya tentang
siswa untuk menanyakan hal-hal materi yang belum
yang belum dipahami dipahami
 Guru memberikan motivasi  Guru menjawab pertanyaan
 Guru menutup pembelajaran guru
dengan mengucapkan salam.  Siswa mendengarkan
motivasi guru
 Siswa menjawab salam

H. Penilaian hasil belajar :


1. Jenis atau Teknik Penilaian

 Teknik penilaian
Tes tertulis: kemampuan kognitif dengan bentuk soal essay
Non tes: lembar observasi aktivitas siswa dan guru melalui penerapan pembelajaran
saintifik
 Aspek penilaian: kognitif (data primer), afektif dan psikomotor (data sekunder)

2. Bentuk Instrumen dan Instrumen


97

 Instrumen tes tertulis (Essay)


 Instrumen observasi aktivitas siswa melalui penerapan pembelajaran saintifik
 Instrumen observasi aktivitas guru melalui penerapan pembelajaran saintifik
 Intrumen penilaian kognitif LKS berbasis pembelajaran saintifik

3. Pedoman penskoran

 Pedoman penskoran tes tertulis bentuk Essay


Pedoman penskoran lembar observasi aktivitas siswa dan guru melalui penerapan
pembelajaran saintifik
 Pedoman penskoran kognitif LKS

Jenis Teknik Bentuk Instrumen Pedoman


Penilaian Penskoran
Sikap Observasi Lembar Observasi berupa Terlampir
Checklist
Pengetahuan Tes tulis Soal Essay Terlampir
Keterampilan Observasi skala penilaian (rating Terlampir
scale) yang dilengkapi
rubric

PENILAIAN PORTOFOLIO PRAKTIKUM BIOLOGI


Kelas/Semester : X
Materi : Jamur
Hari/Tanggal :

RUBRIK
KRITERIA SKOR INDIKATOR
Persiapan 3 Pemilihan alat dan bahan tepat
Skor maks 3 2 Pemilihan alat atau bahan tepat
1 Pemilihan alat atau bahan tidak tepat
Pelaksanaan 3 Rangkaian alat tepat dan rapi
Skor maks 9 2 Rangkaian alat tepat dan rapi
1 Rangkaian alat tidak tepat dan tidak rapi
98

3 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tepat


2 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tepat
1 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tidak tepat
3 Memperhatika keselamatan kerja dan kebersihan
2 Memperhatika keselamatan kerja dan kebersihan
1 Tidak memperhatikan keselamatan kerja dan kebersihan
Hasil 3 Data akurat
Skor maks 6 2 Data kurang akurat
1 Data tidak akurat
3 Kesimpulan tepat
2 Kesimpulan kurang tepat
1 Kesimpulan tidak tepat
Laporan 3 Tampilan menarik dan bahasa sesuai kaidah
Skor maks 3 2 Tampilan menarik dan bahasa sesuai kaidah
1 Tampilan tidak menarik dan bahasa tidak sesuai kaidah

INDIKATOR
Keselamatan kerja
Alat dan Bahan

Rangkaian alat

Langkah kerja

Jumlah
Kesimpulan

No Nama Siswa Nilai


Tampilan
Skor
Data

1.
2.
3.

FORMAT PENILAIAN
Nilai : Total skor perolehan X jumlah indikator
Skor maks

SOAL EVALUASI 1
No, Soal Jawaban Skor
1. Mengapa Jamur dikelompokkan ke Karena Jamur berbeda dengan tumbuhan 5
dalam Kingdom tersendiri?! yang merupakan autotrof, Jamur bersifat
Jelaskan heterotrof saprofit
2. Tuliskan ciri-ciri organisme yang Eukariotik, Uniseuler dan multiseluler, 5
99

termasuk kelompok jamur! Hidup di tempat yang lembab, memiliki


hifa dan miselium, tidak mempunyai
klorofil
3. Mengapa Jamur tidak dapat Karena jamur tidak seperti tumbuhan 5
berperan sebagai produsen? yang memiliki klorofil dan dapat
berfotosinteis
4. Tuliskan dasar pengelompokan Dasar pengelompokan jamur adalah 5
jamur! berdasarkan struktur dan reproduksinya
menjadi empat kelompok
5. Sebutkan empat klasifikasi atau Zigomycota, Ascomycota, 5
kelompok dari jamur Basidiomycota, Deuteromycota

SOAL EVALUASI 2
No, Soal Jawaban Skor
1. Apa saja contoh jamur yang Rhizopus oryzae, berperan dalam 5
menguntungkan? Mengapa jamur- pembuatan tempe. Neurospora crassa,
jamur tersebut termasuk jamur berperan dalam pembuatan oncom.
menguntungkan? Saccahromyces cerevisiae, sebagai ragi
roti.
2. Apa saja contoh jamur yang Rhizopus stolonifer, jamur yang muncul 5
merugikan? Mengapa jamur-jamur pada roti yang basi. Aspergillus flavus,
tersebut termasuk jamur mengasilkan aflatoksin dan penyebab
merugikan? kanker. Ephidermophyton floccosum,
menyebabkan kaki atlet.
3. Apa yang dimaksud dengan Lichenes adalah jamur yang hidup 5
Lichenes? Mengapa simbiosis yang bersama dengan alga. Dikatakan
terjadi pada Lichenes merupakan simbiosis mutualisme karena jamur
simbiosis mutualisme? dapat mendapat makanan, dan alga
bertambah luas permukaan nya untuk
menarik unsur hara.
4. Apa yang dimaksud dengan Soredium adalah beberapa sel alga yang 5
soredium? terbungkus oleh hifa jamur, berukuran
sangat kecil dan ringan sehingga mudah
diterbangkan angin
5. Apa yang dimaksud dengan Mikoriza adalah jamur yang 5
mikoriza? bersimbiosis dengan akar tumbuhan
tingkat tinggi.
100

FORMAT PENILAIAN
Nilai : Total skor perolehan X 100

Skor maks
101

Lampiran 3

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) CASE BASED LEARNING

JAMUR (FUNGI) 1
Tanggal/hari : …………… Kelompok: .......

Kelas : ……………

Nama Anggota :

........................................................................
........................................................................
........................................................................
..................................................................

Kompetensi Dasar:

3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara
reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan

Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri jamur berdasarkan pengalamannya dan kajian


pustaka
2. Siswa dapat mengklasifikasikan jamur berdasarkan struktur dan reproduksinya
menjadi empat divisi
3. Siswa dapat membedakan cara hidup, habitat, dan reproduksi jamur berdasarkan
perolehan nutrisi
4. Siswa mampu menganalisis permasalahan terkait peranan jamur dalam kehidupan
sehari-hari
The Case: What Ails The Bread?

101
102

Menetapkan kasus

The Case: What Ails The Bread?

Siang itu Lori sadar bahwa temannya Eva terus saja memegangi perutnya dan tampak kesakitan
selama pelajaran Biologi Ibu Dina. Lori pun bertanya padanya. “Eva, kamu baik-baik saja?
Wajahmu pucat.” Kemudian Eva menjawab. “Kuharap begitu, Tapi perutku sakit sekali, aku
sudah dua kali ke kamar mandi tapi belum hilang-hilang juga.”

Lori mendengarkan “Kamu makan apa sebelumnya?”

“Tadi pagi aku makan roti yang tanggalnya kadaluarsa hari ini, tapi roti itu masih bagus, jadi
kumakan saja, aku bawa rotinya.” Eva mengecek tasnya mencari roti tersebut.

Begitu ia mendapatkannya, ternyata roti itu telah berubah warna abu-abu kehitaman sebagian.

Melihatnya Lori terkejut, “Kamu ini bagaimana? Kamu ini makan roti yang sudah berjamur!
Pantas saja kalau kamu diare.”

Eva memandang rotinya tak percaya, “Ta-tadi pagi saat kumakan belum seperti ini rotinya!” ia
memperhatikan roti itu dan terheran sekaligus panik, “Ini jamur? Jamur apa ini? Kenapa bisa
tumbuh di roti? Kenapa beracun untuk dimakan? Apa aku bisa sembuh?”

Lori dan teman-temannya menyarankannya untuk banyak minum. “Tenang saja kau tidak apa-
apa jika racunnya sudah keluar, laipula roti pun juga dibuat dengan bahan jamur!”

Menganalisa masalah

WHAT DO YOU KNOW? WHAT DO YOU NEED TO KNOW?

1. Roti yang berjamur berbau tidak enak 1. Jamur jenis apa yang ada pada roti?
2.……………………………………………… 2.…………………………………………………
3………………….…………………………… 3…………………………………………………
………………………………………………… ………………………………….………………
………………………………………………… ……………………………………………………
…………………………….…………………… ……………………………………………………
………………………………………………… …………………………………….……………
………………………………………………… ……………………………………………………
………………………………………………… ……………………………………………………
……

LKS Case Based Learning

.
103

Mencari informasi dan menetapkan penyelesaian masalah

Petunjuk: Kumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap jamur yang ada pada roti,
dan juga tambahkan data dengan pengamatan jamur yang ada pada tempe dan oncom.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat praktikum pengamatan. Tambahkan sumber
dari buku pegangan atau literasi lain maupun dari internet.

Melakukan Pengamatan:

Alat : - Mikroskop Bahan : - jamur roti


- Kaca objek dan kaca penutup - jamur tempe
- Silet yang tajam dan jarum pentul
- Pipet tetes
- Kertas tisu

Data yang dikumpulkan:

Gambar 1. Morfologi makroskopis jamur tempe dan roti

Jamur Roti Jamur Tempe

LKS Case Based Learning


104

Gambar 2. Morfologi mikroskopis jamur tempe dan roti

Jamur Roti Jamur Tempe

Cara kerja :

1. Buatlah preparat dengan cara sebagai berikut. Teteskan sedikit air pada kaca objek. Ambillah
sedkit jamur roti/tempe/oncom dengan menggunakan jarum pentul, letakkan di atas kaca
objek, kemudian tutup dengan kaca penutup.
2. Amati dengan mikroskop, gunakan perbesaran 100X. gambarlah objek yang terlihat pada
tempat yang telah disediakan. Perhatikan bagian-bagian struktur tubuhnya dan berila
keterangan tiap bagian tubuhnya tersebut.

Pertanyaan untuk diskusi:


1. Berdasarkan hasil pengamatan morfologi jamur:
a. Apa nama spesies jamur tempe dan roti yang kalian amati?
...............................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
b. Apakah terdapat kesamaan dan perbedaan struktur diantara keduanya? Jelaskan!
Persamaan:.............................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Perbedaan:..............................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

LKS Case Based Learning


105

..........................................................................................................................................
....................................................................................................................................
c. Termasuk ke dalam divisi jamur apakah jamur roti dan tempe (Zigomycota,
Ascomycota, Basidiomycota, Deuteromycota)?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2. Kapan dan mengapa anda dapat mengatakan bahwa jamur yang anda amati termasuk ke
dalam divisi tersebut?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
3. Berdasarkan kasus yang terdapat di atas, bagaimana jamur dapat berkembang pada roti?
Jelaskan pula reproduksi dan daur hidup dari jamur Zygomycota!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
4. Mengapa teman-teman Eva menyarankannya untuk banyak minum air?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
5. Uraikan secara singkat mengenai peranan jamur zigomycota yang anda ketahui! (positif
ataupun negatif)
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

LKS Case Based Learning


106

................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

Membuat kesimpulan

Dari informasi yang telah dikumpulkan, kemukakan pendapat kelompokmu mengapa


jamur dapat tumbuh pada makanan? Apakah seseorang yang keracunan jamur dapat
sembuh? Bagaimana untuk mencegah dan mengatasinya?

*Literasi yang dapat kalian kunjungi:


http://www.amazine.co/24265/jamur-roti-jenis-efek-cara-mencegah-pertumbuhannya/
http://health.liputan6.com/read/2353547/bahayakah-makan-roti-berjamur
http://ik.pom.go.id/v2012/q-a/keracunan-roti-berjamur

LKS Case Based Learning


107

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) CASE BASED LEARNING

JAMUR (FUNGI) 2
Tanggal/hari : …………… Kelompok: .......

Kelas : ……………

Nama Anggota :

........................................................................
........................................................................
........................................................................
................................................................

Kompetensi Dasar:

3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara
reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan

Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri jamur berdasarkan pengalamannya dan kajian


pustaka
2. Siswa dapat mengklasifikasikan jamur berdasarkan struktur dan reproduksinya
menjadi empat divisi
3. Siswa dapat membedakan cara hidup, habitat, dan reproduksi jamur berdasarkan
perolehan nutrisi
4. Siswa mampu menganalisis permasalahan terkait peranan jamur dalam kehidupan
sehari-hari
The Case: Yeast Respiration Cells

LKS Case Based Learning


108

Menetapkan kasus

The Case: Yeast Respiration Cells (Disadur dari Changing Alaska Science Educaton)

Untuk memperoleh energi demi bertahan hidup, semua sel harus melewati proses respirasi.
Salah satu kelompok jamur uniseluler yakni ragi merupakan organisme mikroskopis Ragi
bersifat fermentatif dan oksidatif ataupun keduanya. Ragi biasa disebut khamir, sangat
penting dalam produksi roti, bir, dan minuman anggur. Ragi juga digunakan sebagai
suplemen gizi karena memiliki kandungan vitamin B yang tinggi dan sekitar 50% kandungan
ragi dan protein.

Pelajaran Biologi hari itu, para siswa menggunakan metode saintifik dalam melakukan
percobaan untuk mengidentifikasi respirasi sel pada ragi. Ketika ragi dicampur dengan
sumber bahan dari gula dan air, busa terbentuk, begitupun ketika diberikan suhu air yang
berbeda. Berikut merupakan data hasil percobaan mereka:

Reaksi kimia: C6H12O6 + Saccharomyces cerevisiae = 2C2H5OH + 2CO2 (glucose plus yeast
yields ethyl alcohol and carbon dioxide)

LKS Case Based Learning Jamur


109

Menganalisa masalah

WHAT DO YOU KNOW? WHAT DO YOU NEED TO KNOW?

1. Ragi adalah jamur uniseluler 1. Hubungan respirasi sel ragi dengan perannya
2.……………………………………………… 2.…………………………………………………
3………………….…………………………… 3…………………………………………………
………………………………………………… ………………………………….………………
………………………………………………… ……………………………………………………
…………………………….…………………… ……………………………………………………
………………………………………………… …………………………………….……………
………………………………………………… ……………………………………………………
………………………………………………… ……………………………………………………
……
Mencari informasi dan menetapkan penyelesaian masalah

Petunjuk: Kumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap jamur ragi instan kering
(Instant Dry Yeast) dan jamur oncom. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat
praktikum
. pengamatan. Tambahkan sumber dari buku pegangan atau literasi lain maupun dari
internet.
.
Melakukan Pengamatan:

Alat : - Mikroskop Bahan : - ragi instan/fermipan


- Kaca objek dan kaca penutup - oncom
- Silet yang tajam dan jarum pentul
- Pipet tetes
- Kertas tisu

Cara kerja :

1. Buatlah preparat dengan cara sebagai berikut. Teteskan sedikit air pada kaca objek. Ambillah
sebutir ragi, letakkan di atas kaca objek, kemudian tutup dengan kaca penutup.
2. Amati dengan mikroskop, gunakan perbesaran 100X. gambarlah objek yang terlihat pada
tempat yang telah disediakan.
3. Lakukan hal yang sama dengan oncom dengan menggunakan silet dan jarum pentul untuk
mengambil bagian jaur yang tipis berwarna oranye.

LKS Case Based Learning Jamur


110

Data yang dikumpulkan:

Gambar 1. Morfologi makroskopis ragi dan oncom

Jamur ragi roti Jamur oncom

Gambar 1. Morfologi mikroskopis ragi dan oncom

Jamur ragi roti Jamur oncom

Pertanyaan untuk diskusi:


1. Berdasarkan hasil pengamatan morfologi jamur:
a. Apa nama spesies jamur ragi roti dan oncom yang kalian amati?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
b. Apakah terdapat kesamaan dan perbedaan struktur diantara keduanya? Jelaskan!
Persamaan:.............................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

LKS Case Based Learning Jamur


111

..........................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Perbedaan:..............................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
....................................................................................................................................
c. Termasuk ke dalam divisi jamur apakah jamur ragi roti dan oncom (Zigomycota,
Ascomycota, Basidiomycota, Deuteromycota)?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2. Berdasarkan kasus yang terdapat di atas, apa yang dapat kamu jelaskan mengenai
percobaan dengan gambar hasil data pertama? Hubungkan degan proses pembuatan roti
dan minuman anggur dengan ragi!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
3. Apa yang dapat kamu jelaskan mengenai percobaan dengan gambar hasil data ke-dua?
Hubungkan dengan cara hidup ragi.
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
4. Jelaskan reproduksi dan daur hidup jamur Ascomycota! Apakah terdapat perbedaan
dengan Zigomycota?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

LKS Case Based Learning Jamur


112

................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
5. Uraikan secara singkat mengenai peranan jamur Ascomycota yang anda ketahui! (positif
ataupun negatif)
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

Membuat kesimpulan

Dari informasi yang telah dikumpulkan, kemukakan pendapat kelompokmu mengapa


ragi dapat membuat roti mengembang? Faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan
ragi?

*literasi yang dapat kalian kunjungi:


http://www.bakerymagazine.com/2012/02/15/ragi-bahan-utama-pengembangan-adonan-roti/
http://www.bahankue.info/ragi-instan-instant-yeast
https://www.uaf.edu/case/lessons-1/Cellular-respiration-in-yeast.docx.

LKS Case Based Learning Jamur


113

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) CASE BASED LEARNING

JAMUR (FUNGI) 3
Tanggal/hari : …………… Kelompok: .......

Kelas : ……………

Nama Anggota :

........................................................................
........................................................................
........................................................................
...................................................................

Kompetensi Dasar:

3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara
reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan

Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri jamur berdasarkan pengalamannya dan kajian


pustaka
2. Siswa dapat mengklasifikasikan jamur berdasarkan struktur dan reproduksinya
menjadi empat divisi
3. Siswa dapat membedakan cara hidup, habitat, dan reproduksi jamur berdasarkan
perolehan nutrisi
4. Siswa mampu menganalisis permasalahan terkait peranan jamur dalam kehidupan
sehari-hari
The Case: Foody Fungi

LKS Case Based Learning Jamur


114

Menetapkan kasus

The Case: Foody Fungi

Kevin adalah seorang pecinta alam. Tiap liburan ia dan teman-temannya pergi ke gunung untuk
mendekat dengan alam. Mereka melewati rute pendakian lain dan tersesat di tengah hutan
tropis lebat. Alat komunikasi tidak bekerja. Langit telah menggelap dan hujan rintik mulai
turun. Untungnya mereka masih dapat membuat tenda sebelum hujan semakin lebat.

Bukan kali pertama mereka tersesat saat pendakian. Tapi kini sudah hamppir tiga hari lamanya
mereka terjebak di sana. Persediaan makanan pun hampir habis. Mereka memutuskan untuk
mencari makanan yang dapat dimakan di hutan tersebut. Karena sering hujan, Kevin berniat
mencari jamur yang dapat dimakan. Mereka terbiasa dengan alam, tentu harus tahu mana yang
dapat dimakan dan mana yang tidak. Ia menemukan jamur yang tumbuh dekat tumpukan
sampah kayu dan tidak ia hiraukan, ia terus berjalan mencari. Kemudian ia menemukan
kumpulan jamur yang berwarna biru, tidak ia hiraukan lagi dan terus berjalan. Akhirnya ia
menemukan jamur yang tidak mencolok di dekat pohon lain, berwarna putih, mirip dengan
jamur yang sering ia temui di pasar. Tapi untuk berjaga ia mendekat dan mencium aroma jamur
tersebut, “Tidak tercium apa-apa.” Kemudian ia merogoh saku dan mengambil pisau lipat, dan
memotong sebagian jamur tersebut dan melihat pisaunya. “Tidak ada tanda hitam.” Ia
tersenyum dan mengambil jamur tersebut. “Pasti ini enak untuk kalau dioseng.”.

Hari keempat akhirnya mereka dapat mengontak kantor pusat, dan mereka pulang dengan
selamat.

Menganalisa masalah

WHAT DO YOU KNOW? WHAT DO YOU NEED TO KNOW?

1. terdapat jamur yang dapat dimakan 1. Bagaimana mengidentifikasi jamur beracun?


2.……………………………………………… 2.…………………………………………………
3………………….…………………………… 3…………………………………………………
………………………………………………… ………………………………….………………
………………………………………………… ……………………………………………………
…………………………….…………………… ……………………………………………………
………………………………………………… …………………………………….……………
………………………………………………… ……………………………………………………
………………………………………………… ……………………………………………………
……

LKS Case Based Learning Jamur

.
115

Mencari informasi dan menetapkan penyelesaian masalah

Petunjuk: Kumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap jamur yang dijual di pasar,
seperti jamur kuping, merang, tiram dan kancing. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan
alat praktikum pengamatan. Tambahkan sumber dari buku pegangan atau literasi lain maupun
dari internet.

Melakukan Pengamatan:

Alat : - Mikroskop Bahan : - jamur kuping


- Kaca objek dan kaca penutup - jamur merang
- Silet yang tajam dan jarum pentul - jamur tiram
- Pipet tetes - jamur kancing
- Kertas tisu

Cara kerja :

1. Amati dan gambarlah tubuh buah jamur kuping, jamur merang, jamur tiram dan jamur
kancing.
2. Buatlah preparat untuk jamur kuping, jamur merang, jamur tira dan jamur kancing dengan
cara mengiris setipis mungkin penampang lintang dan penampang bujur tubuh jamur.
Amatilah dengan mikroskop, gambarkan, dan sebutkan bagian-bagiannya.

Hasil pengamatan:

Gambar 1. Morfologi makroskopis jamur jamur kuping, merang, tiram dan kancing

Jamur kuping Jamur merang


LKS Case Based Learning Jamur
116

Jamur Tiram Jamur Kancing

Gambar 2. Morfologi mikroskopis jamur kuping, merang, tiram dan kancing

Jamur Kuping Jamur Merang

Jamur Tiram Jamur Kancing


LKS Case Based Learning Jamur
117

Pertanyaan untuk diskusi:


1. Berdasarkan hasil pengamatan morfologi jamur:
a. Apa nama spesies jamur kuping, merang, tiram dan kancing yang kalian amati?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
b. Apakah terdapat kesamaan dan perbedaan struktur diantara keempat jamur tersebut?
Jelaskan!
Persamaan:.............................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Perbedaan:..............................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
....................................................................................................................................
c. Termasuk ke dalam divisi jamur apakah jamur- jamur tersebut (Zigomycota,
Ascomycota, Basidiomycota, Deuteromycota)?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2. Kapan dan mengapa anda dapat mengatakan bahwa jamur-jamur yang anda amati
termasuk ke dalam divisi tersebut?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
3. Berdasarkan kasus yang terdapat di atas,? Menurutmu apa yang dilakukan Kevin ketika
sedang mencari jamur?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

LKS Case Based Learning Jamur


118

................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
4. Jelaskan reproduksi dan daur hidup dari jamur Basidiomycota dan Deuteromycota!
Apakah ada perbedaan antara jamur Basdiomycota dengan Deuteromycota?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
5. Uraikan secara singkat mengenai peranan jamur Basidiomycota dan Deuteromycota yang
anda ketahui! (positif ataupun negatif)
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

LKS Case Based Learning Jamur


119

Membuat kesimpulan

Dari informasi yang telah dikumpulkan, kemukakan pendapat kelompokmu


bagaimana jamur dapat dikategorikan dapat dimakan (edible mushroom) dan yang
beracun?

*Literasi yang dapat kalian kunjungi:


http://www.masakanpraktisrumahan.com/2015/08/10-macam-jamur-yang-bisa-dimakan-tidak.html
http://neechatree16.com/index.php/2015/11/04/ciri-jamur-beracun-dan-jamur-konsumsi/
http://scienceline.org/2016/04/theres-fungus-in-your-food/

LKS Case Based Learning Jamur


120

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) CASE BASED LEARNING

JAMUR (FUNGI) 4
Tanggal/hari : …………… Kelompok: .......

Kelas : ……………

Nama Anggota :

........................................................................
........................................................................
........................................................................
.......................................................................

Kompetensi Dasar:

3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara
reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan

Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri jamur berdasarkan pengalamannya dan kajian


pustaka
2. Siswa dapat mengklasifikasikan jamur berdasarkan struktur dan reproduksinya
menjadi empat divisi
3. Siswa dapat membedakan cara hidup, habitat, dan reproduksi jamur berdasarkan
perolehan nutrisi
4. Siswa dapat menjelaskan proses simbiosis jamur dengan organisme lain
5. Siswa mampu menganalisis permasalahan terkait peranan jamur dalam kehidupan
sehari-hari
The Case: Symbiosis

LKS Case Based Learning Jamur


121

Menetapkan kasus

The Case: Symbiosis

Jamur dapat hidup di berbagai substrat, baik di darat, perairan, maupun udara. Jamur tidak
dapat mencerna makanan sendiri seperti hewan dan juga tidak dapat membuat makanan sendiri
seperti tumbuhan. Jamur mendapatkan makanan melalui penyerapan nutrisi dari lingkungan
sekitarnya. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, jamur hidup sebagai saprofit, parasit atau
melakukan simbiosis baik dengan alga maupun dengan tumbuhan.

Simbiosis jamur dengan alga tumbuh di tempat bebatuan, batang pohon dan tanah tidak subur.
Simbiosis jamur ini berperan sebagai indikator pencemaran udara, daerah yang dekat dengan
pertambangan memiliki populasi jamur simbiosis yang lebih sedikit dengan yang jauh dari
lokasi pertambangan. Tapi karena jamur simbiosis ini juga sebagai organisme perintis, hal
tersebut merugikan bagi Candi Borobudur. Aktivitas jamur simbiosis itu menyebabkan batu
menjadi lapuk. Merawat candi dari jamur dan lumut dengan menggunakan air dan bahan kimia
dapat menimbulkan kerusakan pada relief dan dampak lingkungan lain. Kini, sedang
diupayakan perlindungan candi menggunakan bahan-bahan alami ramah lingkungan. Penelitian
tersebut masih terus berjalan.

Selain pada alga, jamur juga bersimbiosis dengan akar tumbuhan. Berkat simbiosis tersebut
banyak yang menguntungkan para petani karena mempercepat pertumbuhan tanaman serta
menghindarkan tanaman dari serangan penyakit.

Menganalisa masalah

WHAT DO YOU KNOW? WHAT DO YOU NEED TO KNOW?

1. Jamur dapat hidup bersimbiosis 1. Apa nama jamur yang bersimbiosis dengan
2.……………………………………………… alga?
3………………….…………………………… 2.…………………………………………………
………………………………………………… 3…………………………………………………
………………………………………………… ………………………………….………………
…………………………….…………………… ……………………………………………………
………………………………………………… ……………………………………………………
………………………………………………… …………………………………….……………
………………………………………………… ……………………………………………………

LKS Case Based Learning Jamur

.
122

Mencari informasi dan menetapkan penyelesaian masalah

Petunjuk: Kumpulkan data dengan melakukan riset dan tambahkan sumber dari buku pegangan
atau literasi lain maupun dari internet, diskusikan dengan teman sekelompok untuk menjawab
pertanyaan yang ada.

1. Simbiosis jamur dengan alga


a. Disebut apakah simbiosis jamur dengan alga?
..........................................................................................................................................
b. Simbiosis ini terjadi pada jamur jenis apa saja (Zigomycota, Ascomycota,
Basidiomycota, Deuteromycota)? Sertakan contoh spesiesnya!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
c. Bagaimana cara hidup (reproduksi) dan habitat dari simbiosis jamur dengan alga?
Apakah jamur ini dapat hidup bila tidak bersimbiosis dengan alga?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
d. Dalam kasus di atas, simbiosis jamur dengan alga berperan sebagai bioindikator
lingkungan. Bagaimana dapat dikatakan demikian? Adakah hubungan antarakeanekaan
dan pertumbuhan simbiosis jamur alga dengan kualitas udara di lingkungan sekitarnya?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

LKS Case Based Learning Jamur


123

................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
e. Selain sebagai bioindikator lingkunga, simbiosis jamur dan alga berperan sebagai
tumbuhan perintis dan merugikan bagi peninggalan relief Candi Borobudur. Mengapa
demikian?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
..............................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
2. Simbiosis jamur dengan tumbuhan
a. Disebut apakah simbiosis jamur dengan akar tumbuhan?
..........................................................................................................................................
b. Simbiosis ini terjadi pada jamur jenis apa saja (Zigomycota, Ascomycota,
Basidiomycota, Deuteromycota)? Sertakan contoh spesiesnya!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
c. Bagaimana cara hidup (reproduksi) dan habitat dari simbiosis jamur dengan akar
tumbuhan?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
d. Dalam kasus di atas, simbiosis jamur dengan akar tumbuhan dapat menguntungkan para
petani. Mengapa demikian?

LKS Case Based Learning Jamur


124

................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
e. Simbiosis jamur dengan akar tumbuhan ini dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan letak
tumbuh miseliumnya, jelaskan kedua tipe tersebut!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
..............................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

Membuat kesimpulan

Dari informasi yang telah dikumpulkan, kemukakan pendapat kelompokmu mengenai


simbiosis jamur dengan alga dan tumbuhan. Apakah perannya sangat penting di dalam
ekosistem?

*Literasi yang dapat kalian kunjungi:


http://www.mongabay.co.id/2015/10/29/bahan-bahan-alami-ini-bisa-jadi-pelindung-candi-dari-kerusakan/
http://www.materibiologi.com/simbiosis-mutualisme-antara-alga-dan-jamur/
http://www.zonabiokita.web.id/2013/06/simbiosis-fungi-mikoriza-dan-lichenes.html
http://www.ipapedia.web.id/2016/01/simbiosis-antara-jamur-dengan-makhluk-lain.html

LKS Case Based Learning Jamur


125

Lampiran 4

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

JAMUR (FUNGI) 1

Tanggal/hari : …………… Kelompok: .......

Kelas : ……………

Nama Anggota :

......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
..

Kompetensi Dasar:

3.7Menerapkan prinsip klasifikasi untuk


menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara
reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam
kehidupan

Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri jamur


berdasarkan pengalamannya dan kajian pustaka
2. Siswa dapat mengklasifikasikan jamur berdasarkan
struktur dan reproduksinya menjadi empat divisi
3. Siswa dapat membedakan cara hidup, habitat, dan
reproduksi jamur berdasarkan perolehan nutris
126

Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar! Tambahkan sumber dari
buku pegangan atau literasi lain maupun dari internet.

1. Sebutkan ciri-ciri jamur yang anda ketahui!


......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
2. Jelaskan bagiamana cara hidup dan habitat jamur berdasarkan perolehan nutrisi!
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
3. Sebutkan jelaskan bagian yang ditunjukkan oleh no. 1 – no. 5!

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
127

4. Jamur diklasifikasikan menjadi empat divisi berdasarkan jenis hifa dan cara reproduksinya.
Lengkapilah tabel di bawah ini untuk memahami perbedaan dan kesamaan keempat divisi
tersebut.
No Divisi Ciri-ciri Reproduksi Contoh Peran
Seksual Aseksual spesies

5. Bagaimana jamur dapat dikategorikan dapat dimakan (edible mushroom) dan yang beracun?

.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
128

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

JAMUR (FUNGI) 2

Tanggal/hari : …………… Kelompok: .......

Kelas : ……………

Nama Anggota :

......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
..

Kompetensi Dasar:

3.7Menerapkan prinsip klasifikasi untuk


menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara
reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam
kehidupan

Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri jamur


berdasarkan pengalamannya dan kajian pustaka
2. Siswa dapat mengklasifikasikan jamur berdasarkan
struktur dan reproduksinya menjadi empat divisi
3. Siswa dapat membedakan cara hidup, habitat, dan
reproduksi jamur berdasarkan perolehan nutrisi
4. Siswa dapat menjelaskan proses simbiosis jamur
dengan organisme lain
129

Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar! Tambahkan sumber dari
buku pegangan atau literasi lain maupun dari internet.

1. Apakah yang dimaksud dengan liken dan mikorhiza!


......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
2. Mengapa dikatakan simbiosis mutualisme antara jamur dengan alga/tumbuhan?
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
3. Mengapa liken disebut sebagai organisme perintis dan sebagai bioindikator lingkungan?
.......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
4. Lengkapilah tabel di bawah ini!
No Nama spesies Peranan
1 Mucor mucedo

2 Rhizopus oryzae

3 Saccharomyces cerevisiae

4 Penicillium notatum

5 Neurospora crassa
130

6 Candida albicans

7 Aspergillus wentii

8 Volvariella volvaceae

9 Epidermophyton floccosum

10 Amanita phalloides

5. Dari diskusi yang telah anda lakukan untuk menjawab pertanyaan sebelumnya bersama
anggota kelompok anda, buatlah kesimpulan berkaitan dengan peranan jamur bagi kehidupan!

.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
131

Lampiran 5

KISI – KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Satuan Pendidikan : SMA/MA


Mata Pelajaran/Materi : Biologi/ Jamur
Alokasi waktu : 90 menit
Jumlah Soal : 50 soal (40 soal PG dan 10 soal uraian metakognitif)
Bentuk soal : PG dan Uraian
Kompetensi Dasar :

 3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan
 4.7 Menyajikan laporan hasil penelusuran informasi tentang keanekaragaman jamur dan peranannya dalam keseimbangan lingkungan.

A. Pilihan Ganda (C1-C6)

Indikator Indikator Soal No Tingkat Dimensi Soal Jawaban Skor


Pembelajara Soal kognitif Pengetahua
n n
3.7.1 Menganalisis 1 C4 Konseptual Jamur lendir (Myxomycota) termasuk ke dalam C 1
Mengidentifik perbedaan antara Protista, bukan Fungi (jamur sejati). Mengapa protista mirip jamur dimasukkan
asi ciri umum Protista mirip demikian? dalam protista karena reproduksi
dan struktur jamur dengan a. struktur tubuh berbeda dan reproduksi jamur lendir mirip fungi, tetapi
pada fase vegetatif
jamur jamur sejati sama
pergerakannya mirip amoeba.
(Fungi) b. struktur membran sel jamur lendir Meskipun tidak berklorofil,
berklorofil struktur molekul membran
c. pergerakan jamur lendir pada fase selnya mirip dengan ganggang.
vegetatif sifatnya mirip amoeba sumber: Istamar Syamsuri Dkk,
d. membran sel jamur lendir berlignin Biologi SMA untuk kelas X
e. siklus hidup sama dengan fungi semester 1A, (Jakarta: Erlangga.
seluruhnya 2007), hlm.194
Membedakan ciri 2 C4 Faktual Berikut merupakan ciri-ciri makhluk hidup: C 1
jamur dengan 1) Bereproduksi aseksual saja Jamur memiliki ciri-ciri dinding
organisme 2) Bereproduksi aseksual dan seksual sel tersusun oleh zat kitin. Tubuh
lainnya 3) Dinding sel mengandung zat pektin fungi terdiri dari hifa dan
memiliki sel senositik, terdiri
berdasarkan cara 4) Dinding sel mengandung zat kitin
dari massa sitoplasma
reproduksi, 5) Memiliki sel senositik bersambung-sambung yang
penyusun dinding 6) Memiliki sel berflagel memiliki ratusan atau ribuan
sel dan bentuk Manakah pernyataan yang benar mengenai jamur? nukleus. Kebanyakan fungi
selnya a. 1, 3 dan 5 bereproduksi dengan
132

b. 1, 4 dan 6 menghasilkan spora dalam


c. 2, 4 dan 5 jumlah banyak, baik secara
d. 2, 4 dan 6 sekual maupun aseksual.
e. 3, 4 dan 5 Sumber: Campbell Reece,
Biologi Edisi 8 Jilid 2, (Jakarta:
Erlangga, 2012), hlm.206-207
Mengaitkan 3 C3 Faktual Jamur memiliki bagian tubuh berupa: filamen yang B 1
struktur dan berfungsi untuk menyerap nutrisi dari sel inang, Tubuh jamur multiselular
fungsi dari jamur kumpulannya membentuk suatu struktur seperti benang disusun oleh hifa, benang-
degan tepat kusut, serta sekat-sekat antarselnya, Apakah nama- benang halus (filamen) yang
mengandung membran sel dan
nama struktur tersebut secara berurutan?
sitoplasma, kumpulan hifa
a. septa, hifa dan miselium disebut miselium seperti benang
b. hifa, miselium dan septa kusut dan kebanyakan jamur sel
c. hifa, haustorium dan septa penyusun hifanya memiliki sekat
d. miselium, haustorium dan septa yang disebut septa
e. hifa, miselium dan stolon Sumber: Resti Septianing dkk.
Panduan Belajar Biologi 1A
SMA Kelas X. (Jakarta:
Yudhistira. 2012), hlm.81
3.7.2 Membedakan 4 C4 Konspetual Untuk soal no.4 dan 5! C 1
Membedakan cara hidup jamur Di bawah ini merupakan ciri makhluk hidup Jamur saprofit atau dekomposer
cara hidup berdasarkan memperoleh makanannya: memecah dan menyerap nutrien
jamur perolehan nutrisi 1) Melakukan kerjasama timbal balik yang saling dari zat-zat organic tak hidup,
seperti batang kayu lapuk/mati,
berdasarkan secara saprofit, menguntungkan
bangkai hewan dan sisa-sisa
perolehan 2) Menguraikan kulit pohon yang telah lapuk yang dihasilkan oleh organisme
nutrisi 3) Memakan bagian tubuh dari inang yang lebih hidup
besar
4) Membentuk liken Sumber: Campbell Reece,
5) Memakan organisme yang telah mati Biologi Edisi 8 Jilid 2, (Jakarta:
Manakah yang termasuk cara hidup jamur sebagai Erlangga, 2012), hlm.205
saprofit?
a. 1) dan 2)
b. 1) dan 4)
c. 2) dan 5)
d. 2) dan 4)
e. 3) dan 5)
Membedakan 5 C4 Konseptual Manakah yang termasuk cara hidup jamur secara B 1
cara hidup jamur simbiosis mutualisme? Jamur bersimbiosis saling
berdasarkan a. 1) dan 2) menguntungkan (mutualisme).
perolehan nutrisi b. 1) dan 4) Contohnya pada liken, jamur
133

secara simbiosis c. 2) dan 5) memperoleh makanan dari hasil


d. 2) dan 4) fotosintesis alga sedangkan alga
e. 3) dan 5) memperoleh mineral dan air dari
jamur
Sumber: Nunung Nurhayati,
Mukhlis, Agus Jaya, Biologi
SMA/MA Kelas X Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu
Alam, (Bandung : Yrama Widya,
2014), hlm.155
3.7.3 Mengklasifikasik 6* C3 Konseptual Perhatikan tabel berikut! B 1
mengklasifika an jenis jamur (4) No Ciri-ciri Jenis jamur (A=Zygomycota): memiliki hifa
sikan jamur berdasarkan data A B C bercabang dan tidak bersekat.
berdasarkan ciri-ciri jamur Spora aseksualnya sporangiofor
1 Hifa bersekat - + + dan spora seksualnya zigospora.
struktur dan yang disajikan 2 Spora dibentuk di dalam - + - (B=Ascomycota): hifa
reproduksinya askus bercabang dan bersekat, spora
menjadi empat 3 Spora dibentuk di dalam - - + aseksualnya konidiospora dan
divisi basidium seksualnya berupa askospora
Berdasarkan tabel tersebut, apakah jenis jamur A, B dibentuk dalam askus.
dan C berturut-turut? (C=Basidiomycota): hifa
a. Ascomycota-Basidiomycota-Zygomycota bersekat dan banyak bentukya,
konidiospora aseksual dan spora
b. Zygomycota-Ascomycota-Basidiomycota
seksual basidiospora dalam
c. Ascomycota-Deuteromycota-Basidiomycota basidium.
d. Basidiomycota-Zygomycota-Deuteromycota sumber: Andri Nurdiansyah &
e. Zygomycota-Deuteromycota-Ascomycota Rini Nuraeni, Buku Sakti Biologi
SMA, (Bandung: Kaifa. 2011),
hlm.101

Menilai jamur 7 C5 Faktual Ada suatu jenis jamur yang dahulu dimasukkan dalam A 1
yang telah kelompok Deuteromycota, tetapi sekarang dimasukkan Deuteromycota adalah divisi
ditemukan cara dalam kelompok Ascomycota karena sudah ditemukan jamur yang tidak ada reprouksi
reproduksi cara reproduksi seksualnya, yakni dengan konidiospora seksualnya. Ketika jamur
reproduksi seksualnya diketahui,
seksualnya yang berwarna merah bata muda. Apakah jenis jamur
jamur tersebut dimasukkan ke
tersebut? dalam kelompok yang sesuai.
a. Neurospora crassa Contoh: Monilia sitophila
b. Aspergillus niger setelah diketahui menghasilkan
c. Rhizopus oryzae askospora, maka dimasukkan
d. Boletus edulis dalam divisi Ascomycota dengan
e. Amanita muscaria nama yang berbeda yaitu
Neurospora crassa
134

Sumber: Resti Septianing dkk.


Panduan Belajar Biologi 1A
SMA Kelas X. (Jakarta:
Yudhistira. 2012), hlm.88
Membedakan ciri 8 C4 Faktual Di bawah ini, manakah yang merupakan ciri-ciri jamur A 1
jamur Ascomycota? Tubuh buah Ascomycota
Ascomycota a. askospora dihasilkan di dalam alat berbentuk (Askokarp) adalah satu badan
berdasarkan data botol yang terentuk dari sekelompok
askus bersama askogonium dan
ciri jamur yang b. askospora mempunyai alat gelap berupa bulu
hifa lain. Macam bentuk
disajikan cambuk askokarp adalah berbentuk bulat
c. askospora terdapat dalam tonjolan hifa tertutup (kleistotesium), bulat
d. hifa tidak bersekat dan berinti banyak berlubang atau seperti botol
e. bersifat mikroskopis (peritesium), dan berbentuk
mangkuk (apotesium)
Sumber: Nunung Nurhayati,
Mukhlis, Agus Jaya, Biologi
SMA/MA Kelas X Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu
Alam, (Bandung : Yrama Widya,
2014), hlm.147
Membedakan 9* C4 Faktual Diketahui ciri-ciri suatu spesies jamur sebagai berikut: A 1
jenis jamur (5) 1. Hidup saprofit di daerah terrestrial jamur Mucor mucedo termasuk
dengan contoh 2. Reproduksi aseksual dengan cara fragmentasi Zygomycota, hidup sebagai
spesiesnya miselium atau spora aseksual saprofit pada sisa organisme,
misalnya kotoran hewan dan roti
berdasarkan ciri 3. Alat reproduksi seksualnya berupa
busuk. Dari miselium pada
yang zigosporangium substratnya muncul benang-
dikemukakan 4. Banyak ditemukan pada kotoran ternak benang tegak dengan
Berdasarkan cirri-cirinya, apakah kemungkinan jamur sporangium pada ujungnya. Jika
tersebut? sporangium sudah matang, akan
a. Mucor mucedo pecah dan spora tersebar dan
b. Auricularia polytricha tumbuh menjadi miselium baru.
c. Neurospora crassa Sumber:
d. Saccharommyces serevisiae http://www.biologipedia.com/cir
e. Volvariella volvaceae i-ciri-jamur-zygomycota.html/2
Membedakan ciri 10 C4 Faktual Ciri-ciri jamur sebagai berikut: C 1
jamur 1) Hifanya tidak bersekat Deuteromycota berciri-ciri hifa
Deuteromycota 2) Reproduksi aseksual dengan membentuk konidia bersekat dan dinding sel terbuat
berdasarkan data 3) Hidup sebagai parasit atau saprofit dari zat kitin. Hidup sebagai
parasit dan saprofit, merupakan
ciri jamur yang 4) Berukuran makroskopis
kelompok jamur yang belu
disajikan 5) Belum diketahui cara reproduksi seksualnya
135

Ciri-ciri manakah yang tergolong jamur diketahui reproduksi seksualnya


Deuteromycota? sehingga sering disebut jamur
a. 1), 2), dan 4) tidak sempurna (fungi
b. 1), 4), dan 5) imperfecti). Reproduksi
aseksualnya berupa
c. 2), 3), dan 5)
konidipospor menghasilkan
d. 2), 4), dan 5) konidia.
e. 3), 4), dan 5) Sumber: Resti Septianing dkk.
Panduan Belajar Biologi 1A
SMA Kelas X. (Jakarta:
Yudhistira. 2012), hlm.88
Menyesuaikan 11* C3 Faktual Perhatikan tabel di bawah ini! B 1
antara jenis jamur (6) Nama jenis jamur Ciri spora seksual -Zygomycota= spora seksual
dengan ciri spora 1. Zygomycota Tidak terdapat spora berupa zigospora yang
yang dihasilkan berdinding tebal
seksual
-Ascomycota= spora seksual
2. Ascomycota Spora terbentuk di dalam yang terbentuk di dalam kantog
kantong yang disebut askus
3. Basidiomycota Sporanya berdinding tebal -Basidiomycota= spora seksual
4. Deuteromycota Spora dalam struktur dalam struktur berbentuk tongkat
berbentuk tongkat yang disebut basidium
Manakah data di atas yang sesuai antara jenis jamur -Deuteromycota= tahapan
dan ciri sporanya? seksual tidak ada atau belum
diketahui
a. 1 saja
Sumber: Resti Septianing dkk.
b. 2 saja Panduan Belajar Biologi 1A
c. 1 dan 3 SMA Kelas X. (Jakarta:
d. 2 dan 3 Yudhistira. 2012), hlm.83
e. 1 dan 4
Menganalisis 12* C5 Konseptual Ketika sedang menyiram tanaman, Rina melihat ada C 1
divisi jamur (7) sekumpulan jamur yang hidup tak jauh dari pohon Basidiomycota umumnya
Basidiomycota besar yang ada di dekat rumahnya. Jamur tersebut mempunyai tubuh buah
berdasarkan data memiliki tubuh buah berbentuk bulat telur, memiliki (basidiokarp) yang mudah dilihat
oleh mata, mudah ditemukan di
yang disajikan tudung yang berbentuk seperti cawan berwarna cokelat
mana-mana dan tampak jelas di
dan dilindungi selubung. Berasal dari divisi apakah permukaan tanah atau substrat
jamur tersebut? lainnya. Basidiokarp bentuknya
a. Zygomycota bermacam-macam seperti piala
b. Ascomycota (Cyatus), kuping (Auricula),
c. Basidiomycota payung dan memiliki
d. Deuteromycota pembungkus (Volva), kulit
e. Oomycota mengkilat (Ganoderma)
Sumber: Nunung Nurhayati,
136

Mukhlis, Agus Jaya, Biologi


SMA/MA Kelas X Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu
Alam, (Bandung : Yrama Widya,
2014), hlm.149
Menjelaskan 13 C2 Faktual Bagian manakah pada tubuh jamur Rhizopus yang C 1
struktur tubuh berkromosom 2n? Reproduksi seksual Rhizopus
jamur a. hifa terjadi secara konjugasi.
Zygomycota b. gametangium Gametangium (+) bersinggungan
dengan gametangium (-). Terjadi
yang c. zigospora
fertilisasi, terbentuk zigospora
berkromosom 2n d. rhizoid (2n). zigospora berdinding tebal
e. sporangiofor mengalami meiosis dan
bergerminasi menjadi jamur baru
(n).
Sumber: Ibid, hlm.144
Menilai proses 14 C5 Faktual Di bawah ini merupakan reproduksi dari Ascomycota. C 1
reproduksi dari Manakah pernyataan yang benar? Hifa anteridium dan askogonium
Ascomycota a. seksual dengan pembelahan biner masing-masing mempunyai inti
b. aseksual dengan pembentukan askospora haploid. Dari askogonium
tumbuh trikogin berfungsi
c. seksual, Askogonium membentuk saluran
sebagai penghubung. Melalui
trikogin saluran trikogin, inti anteridium
d. seksual, Hifa haploid dapat membentuk askus pindah ke askogonium
e. seksual, dalam ateridium terdapat dua inti membentuk hifa dikariotik.
(diploid) Sumber: Ibid, hlm. 146
137

3.7.4 Menganalisis 15* C4 Konseptual Jamur Basidiomycota dapat bersimbiosis dengan akar B 1
Menjelaskan mekanisme (9) tumbuhan tingkat tinggi seperti Pinus sp. membentuk Simbiosis yang terjadi pada
proses simbiosis jamur ektomikoriza. Bagaimana interaksi yang terjadi antara ektomikoriza adalah mutualistik.
simbiosis dengan tumbuhan dua organisme tersebut? Banyak pohon-pohon pinus di
hutan pada tahun pertama
jamur dengan (mikoriza) dalam a. Pinus sp. mendapat mineral dari jamur,
pertumbuhannya tidak dapat
organisme lain pohon Pinus sp. sedangkan jamur tidak mendapat apapun dari tumbuh tanpa ektomikoriza.
Pinus sp. Selain itu dengan ektomikoriza,
b. jamur mendapat zat organik dari Pinus sp., akar pinus tidak lagi
sedangkan Pinus sp. mendapat air dan mineral memerlukan bulu akar karena
dari jamur dengan adanya ektomikoriza,
c. jamur membantu pernapasan pada akar Pinus sp., pinus mendapatkan air dan
sedangkan Pinus sp. memberikan tempat hidup unsur-unsur hara dari tanah lebih
bagi jamur banyak. Adanya ektomikoriza
d. Pinus sp. dirugikan karena jamur mengakibatkan juga melindungi pohon pinus
dari kekeringan dan dari jamur
pembusukan pada akar Pinus sp.
lain yang membahayakan. Jamur
e. jamur menyerap mineral dari akar Pinus sp., ektomikoriza tidak dapat tumbuh
sedangkan Pinus sp. mendapatkan sari makanan dan bereproduksi tanpa
dari jamur bersimbiosis dengan akar
tumbuhan tinggi. Jamur
memperoleh makanan seperti
gula,vitamin, asam amino dari
tumbuhan tinggi tsb.
Sumber: Nunung Nurhayati,
Mukhlis, Agus Jaya, Biologi
SMA/MA Kelas X Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu
Alam, (Bandung : Yrama Widya,
2014), hlm.158
3.7.5 Membuat 16* C6 Konseptual Untuk soal no.16 dan 17! D 1
Menganalisis rumusan masalah (10) Sekelompok siswa melakukan eksperimen respirasi sel Pada hasil data, variabel bebas
permasalahan mengenai pada ragi, busa akan terbentuk ketika ragi dicampur adalah suhu yang terdiri dari
terkait peranan eksperimen dengan sumber bahan dari gula dan air dengan suhu 20°C, 30°C, 40°C, 50°C dan
60°C. Dan yang dilihat hasilnya
jamur dalam respirasi ragi yang berbeda. Data yang dihasilkan sebagai berikut:
adalah tinggi busa atau
kehidupan yang dipengaruhi gelembung hasil pembentukan
sehari-hari suhu gas CO2 dan air (yang berarti
laju respirasi sel ragi)
merupakan variabel terikat.
Maka rumusan masalah yang
tepat adalah apakah suhu
mempengaruhi laju respirasi
138

ragi?

Sumber: Cellular Respiration in


Yeast
HTTP://employee.heartland.edu/
hfei/Labs/CellularRespirationP
rotocol.pdf

Apa rumusan masalah dari eksperimen di atas?


a. mengapa jamur ragi dapat menggelembung
menjadi busa ketika dicampur gula dan air?
b. apakah jumlah ragi mempengaruhi jumlah
karbondioksida yang dihasilkan?
c. apakah jumlah air dan suhu mempengaruhi tinggi
gelembung?
d. apakah suhu mempengaruhi laju respirasi ragi?
e. bagaimana cara pembuatan roti dan tapai?
Membuat 17* C6 Konseptual Apa kesimpulan dari kondisi di atas? C 1
kesimpulan (11) a. semakin tinggi suhu air, busa semakin banyak, Dari gambar hasil, dapat
mengenai laju respirasi sel ragi cepat dilihat laju respirasi sel pada
eksperimen b. semakin rendah suhu air, busa semakin sedikit, ragi pada kondisi 40° C
respirasi ragi laju respirasi sel ragi lambat memiliki busa yang paling
yang dipengaruhi c. terdapat suhu optimum laju respirasi sel pada ragi tinggi. Dan hasil busa dari air
suhu yakni pada kondisi 40° c dingin atau air panas,
d. busa yang dihasilkan akan sedikit bila suhu keduanya tidak menghasilkan
airnya rendah busa tertinggi. Terdapat suhu
e. jamur ragi dapat berespirasi ketika ada gula dan optimal untuk laju respirasi
air sel pada ragi.
Sumber: Ibid
Merumuskan 18* C6 Konseptual Seorang siswa melakukan percobaan pembuatan tempe A 1
suatu rumusan (12) dengan menggunakan kedelai varietas A, B dan C. Variabel bebas adalah varietas
masalah terkait Jenis jamur yang digunakan adalah Rhizopus oryzae kedelai. Dan yang dilihat
percobaan dengan dosis yang sama untuk ketiganya. Setelah itu ia hasilnya adalah tekstur tempe
merupakan variabel terikat.
pembuatan tempe membandingkan tekstur ketiga tempe yang dihasilkan.
Variabel terkontrol adalah jamur
139

dengan jamur Apa rumusan masalah yang paling tepat? yang digunakan dan takaran
a. apakah varietas kedelai mempengaruhi tekstur dosis jamurnya. Maka ruusan
tempe? masalah yang tepat adalah
b. mengapa jamur rhizopus oryzae dapat apakah varietas kedelai
mengubah kedelai jadi tempe? mempengaruhi tekstur tempe?
c. apakah kandungan protein kedelai Sumber: Latifa Nurrachman,
“Perbedaan Keterampilan
mempengaruhi tekstur tempe?
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
d. bagaimana cara pembuatan tempe? yang menggunakan Model PBL
e. apakah jenis jamur mempengaruhi kepadatan dan PjBL Pada konsep Fungi”,
tempe? Skripsi UIN, Jakarta, 2015,
hlm.109, tidak dipublikasikan
Mengaplikasikan 19 C3 Prosedural Berikut merupakan langkah-langkah pembuatan tapai C 1
tahapan ketan: Cuci beras ketan dengan air
pembuatan tapai 1) Taburi dengan ragi dan gula pasir sampai benar-benar bersih,
secara berurutan 2) Diamkan selama 3 hari untuk fermentasi kemudian direndam dalam air
3) Kukus beras ketan selama 8 jam. Bilas lagi beras
4) Bilas beras ketan dan tiriskan ketan yang sudah direndam
5) Diamkan hingga dingin dengan air sampai bersih,
6) Cuci beras ketan dan rendam beras ketan tiriskan. Kukus beras ketan
semalaman dengan air panas 400 ml
7) Bungkus dengan daun pisang semat dengan sampai matang. Angkat dan
tusuk gigi tuang ke dalam wadah lebar,
Bagaimanakah desain langkah kerja yang tepat dalam diamkan hingga dingin.
pembuatan tapai? Setelah dingin taburi dengan
a. 6-3-5-4-1-7-2 ragi yang sudah dihaluskan
b. 6-4-3-5-1-2-7 dan gula pasir hingga merata.
c. 6-4-3-5-1-7-2 Bungkus dengan daun pisang
d. 6-3-5-4-1-2-7 semat dengan tusuk gigi.
e. 6-4-1-3-5-7-2 Diamkan selama 3 hari untuk
proses fermentasi
Sumber:
www.resepnasional.com/cara-
membuat-tape-ketan-putih-
manis/
Mengaplikasikan 20 C3 Prosedural Berikut merupakan langkah-langkah pembuatan tempe: A 1
tahapan 1) tiriskan dengan tampah -rebus kacang sampai mendidih
pembuatan tempe 2) setelah dingin campurkan kedelai dengan ragi -buang kulitnya dan dicuci
secara berurutan tempe -kukus kembali kedelai tersebut
-tiriskan dengan tampah
3) Rebus kacang kedelai hingga mendidih
-setelah dingin dan kering
140

4) kukus kedelai campurkan ragi tempe pada


5) bungkus dengan daun pisang/plastik kedelai
6) buang kulit kacang kedelai dan cuci -bungkus dengan daun
7) diamkan selama beberapa hari pisang/plastik, diamkan
beberapa hari
Bagaimanakah desain langkah kerja yang tepat dalam
pembuatan tempe? Sumber: Nunung Nurhayati,
a. 3-6-4-1-2-5-7 Mukhlis, Agus Jaya, Biologi
b. 6-3-4-1-2-5-7 SMA/MA Kelas X Kelompok
c. 3-6-2-4-1-5-7 Peminatan Matematika dan Ilmu
d. 6-3-2-4-1-5-7 Alam, (Bandung : Yrama Widya,
e. 6-3-4-2-1-5-7 2014), hlm.155
Mengaplikasikan 21 C3 Prosedural Perhatikan pernyataan di bawah: B 1
cara mengenali 1) Melihat warna jamur, umumnya berwarna Jamur beracun mengandung
jamur yang mencolok senyawa kimia berbahaya yang
beracun 2) Menghasilkan bau seperti telur busuk atau dapat menimbulkan efek toksik
bagi kesehatan jamur racun
amonia
dapat dikenali dengan ciri
3) Mencicipinya apakah rasanya aneh atau tidak berikut:
4) Menempelkan jamur dengan pisau stainless - Umumnya berwarna mencolok
steel, ada noda hitam - Menghasilkan bau seperti bau
5) Membongkar jamur tersebut, ada tanda hitam telur busuk atau amonia
di jamurnya - Menyebabkan nasi berwarnna
Cara apa sajakah yang benar untuk dilakukan gelap jika dimasak dengan
seseorang dalam mengidentifikasi jamur yang beracun? cara dipepes bersama nasi
a. 1), 3), dan 5) - Menyebabkan pisau stainless
b. 1), 2), dan 4) steel/ perak mengandung noda
warna hitam
c. 1), 4), dan 5)
Sumber: Resti Septianing dkk.
d. 1), 3), dan 4) Panduan Belajar Biologi 1A
e. 3), 4), dan 5) SMA Kelas X. (Jakarta:
Yudhistira. 2012), hlm.92
Memprediksi 22* C5 Konseptual Seorang siswa sedang melakukan pengamatan terhadap C 1
hubungan (13) berbagai jamur yang tumbuh di sekitar halaman Jamur berwarna menarik
morfologi jamur rumahnya. Ia menemukan jamur yang warnanya cantik tidak dapat dimakan
terhadap dan menarik. Selanjutnya ia juga menemukan jamur (pembahasan sama dengan
manfaatnya yang putih polos dan tidak semenarik sebelumnya. no.21)
dalam kehidupan Siswa tersebut kemudian menyadari jamur yang biasa
sehari-hari ia makan tidak pernah berwarna cantik dan menarik.
Apakah prediksi yang tepat untuk menjelaskan kondisi
jamur tersebut?
a. Jamur berwarna tidak menarik tidak dapat
141

dimakan
b. Jamur berwarna menarik dapat dimakan
c. Jamur berwarna menarik tidak dapat dimakan
d. Jamur warna apapun dapat dimakan
e. Jamur warna apapun tidak dapat dimakan
Menganalisis 23* C4 Prosedural Empat siswa akan melakukan suatu kegiatan, mereka A 1
data yang (14) terbagi menjadi dua kelompok dengan dua orang Jamur Zigomycota= Rhizopus
disajikan berdasarkan pengelompokan jamur dalam percobaan sp. , Mucor javanicus
mengenai yang mereka lakukan masing-masing, yakni: Jamur Ascomycota =
Neurospora sp., Saccharomyces
penggolongan - Siswa 1 : Fermentasi pada tempe oleh ragi tempe
cereviciae
jamur Rhizopus sp.
berdasarkan - Siswa 2 : pada pembuatan tapai dengan Mucor Sumber: Resti Septianing dkk.
spesifikasi javanicus Panduan Belajar Biologi 1A
manfaat masing- - Siswa 3 : Oncom dibuat dengan bantuan SMA Kelas X. (Jakarta:
masing contoh Neurospora sp. Yudhistira. 2012), hlm. 84-86
jamur - Siswa 4 : Ragi roti Saccharomyces cereviciae
membantu dalam pembuatan roti
Apakah generalisasi dari pernyataan di atas?
a. Siswa 1 dan 2 berkelompok karena sama-sama
menggunakan jamur Zigomycota. Siswa 3 dan
4 jamur Ascomycota
b. Siswa 1 dan 3 berkelompok karena sama-sama
menggunakan jamur Zigomycota. Siswa 2 dan
4 jamur Ascomycota
c. Siswa 2 dan 3 berkelompok karena sama-sama
menggunakan jamur Zigomycota. Siswa 1 dan
4 jamur Ascomycota
d. Siswa 1,2,3 dan 4 berkelompok karena sama-
sama menggunakan jamur Ascomycota.
e. Siswa 1,2, 3 dan 4 berkelompok karena sama-
sama menggunakan jamur Zigomycota.
Menilai 24* C5 Faktual Manakah di antara pernyataan di bawah ini yang E 1
hubungan jenis (15) merupakan pasangan tepat antara jamur dan Penicillium merupakan
jamur dengan peranannya? penghasil antibiotika.
peranannya a. Penicillium dapat menghasilkan racun Ganoderma digunakan untuk
dalam kehidupan b. Ganoderma merupakan penyebab kaki atlet pembuatan obat. Amanita
c. Amanita merupakan penghasil antibiotika dapat menghasilkan racun.
d. Rhizopus digunakan untuk pembuatan obat Rhizopus membuat tempe.
e. Candida merupakan jamur penyebab infeksi Candida merupakan jamur
142

vagina penyebab infeksi vagina


Sumber: Sumber: Nunung
Nurhayati, Mukhlis, Agus Jaya,
Biologi SMA/MA Kelas X
Kelompok Peminatan
Matematika dan Ilmu Alam,
(Bandung : Yrama Widya,
2014), hlm.153
Mengaitkan 25* C3 Faktual Manakah dari tabel di bawah ini yang benar D 1
antara spesies (16) merupakan hubungan antara jenis jamur dengan Fusarium sp.menyebabkan
jamur dengan peranannya? daun menggulung.
peran Nama jamur Peranan Auricularia polytricha untuk
menguntungkann a. Fusarium sp. untuk membuat kue bahan makanan.
ya dalam b. Auricularia polytricha sebagai parasit pada Saccharomyces untuk
kehidupan tanaman membuat kue roti. Rhizopus
c. Saccharomyces Penyebab penyakit oryzae untuk membuat tempe.
kelamin Sumber: Andri Nurdiansyah &
d. Rhizopus oryzae untuk membuat tempe Rini Nuraeni, Buku Sakti Biologi
SMA, (Bandung: Kaifa. 2011),
e. Candida .sp Untuk bahan makanan hlm.102-103
Mengaitkan 26*( C3 Faktual Berikut ini merupakan jamur yang merugikan manusia, A 1
antara spesies 17) manakah yang benar antara spesies jamur dengan Aspergillus flavus
jamur dengan perannya? menghasilkan racun
peran Spesies jamur Peran merugikan aflatoksin, Amanita
merugikannya a. Aspergillus flavus Menghasilkan racun phalloides mengandung racun
dalam kehidupan aflatoksin yang menyebabkan kematian,
b Amanita phalloides Infeksi pada vagina Epidermophyton floccosum
c. Epidermophyton Mengandung racun yang menyebabkan penyakit kaki
floccosum menyebabkan kematian atlet, Candida albicans
d. Candida albicans Menyebabkan penyakit menyebabkan infeksi pada
kaki atlet vagina, Ustilago maydis
e. Ustilago maydis Menyebabkan kurap atau parasit pada tanaman bwang
panu dan serealia
Sumber: Ibid.
Mengaplikasikan 27* C3 Prosedural Berikut merupakan tahapan pengamatan jamur pada D
tahapan (18) oncom: - Ambil hifa jamur dengan tusuk
pengamatan 1) mentutup dengan kaca penutup, jangan sampai ada gigi
jamur secara udara di dalamnya - Letakkan di kaca objek yang
sebelumnya usdah ditetesi air
berurutan 2) mengambil sedikit bagian hifa jamur warna
- Tutup dengan kaca penutup.
oranye dengan tusuk gigi Usahakan jangan ada
143

3) menggambar hasil pengamatan dan menuliskan gelembung udara dalam kaca


bagian-bagiannya penutup
4) mengamati dengan menggunakan mikroskop dari - Amati di bawah mikroskop
perbesaran lemah sampai 100 X - Gambar hasil pengamatan dan
tuliskan bagiannya
5) meletakkan diatas kaca obyek yang sudah ditetesi
Sumber: Nunung Nurhayati,
air
Mukhlis, Agus Jaya, Biologi
Bagaimanakah urutan langkah-langkah yang benar? SMA/MA Kelas X Kelompok
a. 5-3-4-2-1 Peminatan Matematika dan Ilmu
b. 4-3-2-5-1 Alam, (Bandung : Yrama Widya,
c. 3-4-2-1-5 2014), hlm.145
d. 2-5-1-4-3
e. 1-2-3-4-5
Membuat 28 C6 Konseptual Perhatikan tabel hasil percobaan fermentasi tempe pada D 1
kesimpulan dari suhu ruangan berikut! Jamur sangat dipegaruhi oleh
proses Rentang Hasil pengamatan kondisi lingkungan di mana dia
pertumbuhan waktu pH tumbuh. Untuk kelangsungan
Pertumbuhan Jumlah
metabolismenya dipengaruhi
jamur tempe (jam) miselium jamur Bakteri oleh faktor abiotik: suhu,
dengan lama tempe oksigen, pH, media, serta
waktu fermentasi 0-30 ≤5,0 ++++ - kelembaban udara.
jam Rhizopus mempunyai suhu
30-50 5,6 +++ - optimum untuk pertumbuhannya
jam antara 37°C-40°C. Rhizopus
50-90 ≥7,0 + + bersifat aeorbik, selama
jam fermentasi butuh pengaturan
aerasinya. pH yang optimum
≥ 90 8,5 - ++ adalah sekitar 3,8 -5,6. Dalam
jam proses fermentasi Rhizopus
Berdasarkan data hasil eksperimen tersebut, dapat menghasilkan enzim
kesimpulan apa yang didapatkan dari kondisi di atas? proteolitik secara stabil namun
a. jamur tempe akan tumbuh optimal pada kondisi produksi protease terus- menerus
30-50 jam dapat meningkatkan pH nya
b. jamur tempe mati pada kondisi 50-90 jam sampai mencapai 6-7, sehingga
c. tempe siap dipasarkan pada kondisi 50-90 jam keikutsertaan mikroorganisme
d. terjadi degradasi miselium jamur pada kondisi ≥ lain yang tidak diinginkan tidak
dapat dicegah.
90 jam
Sumber: http://arti-definisi-
e. bakteri tumbuh karena pH yang asam pengertian.info/pengaruh-faktor-
lingkungan-terhadap-jamur-r-
oligosporus/
Menganalisis 29 C4 Konseptual Selain melakukan simbiosis, jamur memiliki peran D 1
Fungi dan bakteri bertanggung
144

keberadaan jamur menonjol sebagai dekomposer. Apa yang terjadi jawab untuk menjaga ekosistem
sebagai apabila pada ekosistem tidak ada jamur? agar tetap memiliki persediaan
dekomposer a. organisme fotosintetik akan terus bertambah nutrien anorganik yang esensial
untuk menjaga b. organisme fotosintetik akan berhenti bagi pertumbuhan tumbuhan.
Tanpa dekomposer karbon,
keseimbangan memproduksi biomasa
nitrogen, dan unsur lain akan
ekosistem c. tidak ada pengaruh karena perombakan daur tetap terikat dalam material
ulang organisme mati tetap dapat dilakukan organik. Tumbuhan dan hewan
d. tidak seimbangnya ekosistem karena ketiadaan yang memakan unsur tersebut
senyawa anorganik tidak mungkin ada, sebab unsur
e. banyak makhluk hidup yang mati yang diambi dari tanah tidak bisa
dikembalikan dan kehidupan
akan lenyap
Sumber: Campbell Reece,
Biologi Edisi 8 Jilid 2, (Jakarta:
Erlangga, 2012), hlm.217
Membuat desain 30 C6 Prosedural Sekelompok siswa akan melakukan percobaan E 1
variabel yang membuat tapai untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Variabel bebas adalah faktor
diperhatikan ragi tapai terhadap kandungan alkohol yang dihasilkan. yang dapat diubah-ubah dengan
dalam Maka bagaimanakah desain yang sesuai dengan tujuan dalam eksperimen. Pada
eksperimen ini konsentrasi ragi
perencanaan maksud siswa terebut?
yang berbeda-beda akan
suatu praktikum a. Variabel terikat: kandungan alkohol, variabel diujicobakan. Variabel terikat
pembuatan tapai bebas: waktu fermentasi, variabel kontrol: adalah faktor yang mungkin
konsentrasi ragi, jumlah air, suhu berubah akibat hasil dari
b. Variabel terikat: waktu fermentasi, variabel perbedaan variabel bebas,
bebas: konsentrasi ragi, variabel kontrol: variabel terikat merupakan data
kandungan alkohol yang diamati dalam eksperimen,
c. Variabel terikat: konsentrasi ragi, variabel bebas: yakni kandungan alkohol.
kandungan alkohol, variabel kontrol: waktu Dalam variabel kontrol adalah
fermentasi faktor yang ditetapkan/konstan
di semua perlakuan dalam
d. Variabel terikat: kandungan alkohol, variabel
eksperimen, yakni jenis dan
bebas: konsentrasi ragi, variabel kontrol: tidak jumlah bahan tapai, waktu
ada fermentasi, temperatur, jumlah
e. Variabel terikat: kandungan alkohol, variabel air dan lain-lain
bebas: konsentrasi ragi, variabel kontrol: waktu Sumber: Cellular Respiration in
fermentasi, jumlah air, suhu Yeast
HTTP://employee.heartland.edu/
hfei/Labs/CellularRespirationP
rotocol.pdf
145

B. Soal Mengukur Pengetahuan Metakognitif (Deklaratif)

Indikator Indikator No Tingkat Dimensi Soal Jawaban Sko


Pembelajaran Soal Soal kognitif Pengetahuan r
Studi kasus untuk soal nomor 31-32
Hari ini di kelas Biologi bu guru Rena menyuruh siswanya untuk melakukan kegiatan di luar kelas,yaitu mengamati jamur yang tumbuh di sekitar sekolah.
Kemudian Sari melihat ada jamur tumbuh di sebuah kayu pohon besar yang sudah lapuk. Warnanya putih seperti payung. Bu Rena kemudian menanyakan
pertanyaan: apakah tumbuhan sama dengan jamur? Sari melihat dari pengamatannya bahwa ciri-ciri yang dimiliki tumbuhan berbeda dengan jamur. Begitupun
dengan struktur tubuhnya. Ia mendapatkan data bahwa jamur merupakan organisme yang tidak bisa membuat makanannya sendiri, melalui mikroskop cahaya ia
melihat terdapat sel berbentuk serabut-serabut pada bagian seluruh tubuh dalamnya. Ia juga mendapatkan data tumbuhan memiliki struktur tubuh lebih kuat, dan
hampir semua berwarna hijau dan memiliki batang kayu. Tumbuhan dapat membuat makanannya sendiri. Dalam mikroskop selnya berbentuk segi empat dan rapat.
Dengan data tersebut, kini Sari menyimpulkan bahwa jamur berbeda dengan tumbuhan
3.7.1 Membedakan 31a* C4 Faktual Apa alasan yang membuktikan jamur tidak E 4
Mengidentifik ciri jamur (1) sama dengan tumbuhan? Jamur bersifat heterotrof dan tidak
asi ciri umum dengan a. Jamur hidup di tempat lembab, memiliki klorofil seperti pada tumbuhan
dan struktur tumbuhan tumbuhan tidak sehingga makanannya berasal dari
jamur berdasarkan b. Tumbuhan memiliki hifa, jamur makhluk hidup lainnya.
cara hidupnya tidak Sumber: Nunung Nurhayati, Mukhlis, Agus
c. Tumbuhan bersifat heterotrof Jaya, Biologi SMA/MA Kelas X Kelompok
d. Jamur bersifat autotrof Peminatan Matematika dan Ilmu Alam,
e. Tumbuhan memiliki klorofil, jamur (Bandung : Yrama Widya, 2014), hlm.141
tidak
31b Metakognitif Pengetahuan apa saja yang kamu perlukan 1. Pengetahuan ciri umum jamur dan
untuk dapat menjawab bahwa jamur tidak tumbuhan
sama dengan tumbuhan? Jelaskan! 2. Pengetahuan struktur tubuh jamur
dan tumbuhan
3. Pengetahuan cara hidup jamur dan
tumbuhan
4. Pengetahuan jenis jamur

Menyebutkan 4 kunci jawaban di atas 4


Menyebutkan 3 kunci jawaban di atas 3
Menyebutkan 2 kunci jawaban di atas 2
Menyebutkan 1 kunci jawaban di atas 1
Menilai ciri 32a* C5 Konseptual Di bawah ini manakah pernyataan yang C 4
jamur dengan (2) BENAR antara jamur dengan tumbuhan? (penjelasan sama seperti no.31a)
tumbuhan a. reproduksi: jamur dengan biji,
tumbuhan dengan metagenesis
b. inti sel: jamur multinukleus;
146

tumbuhan: satu nukleus tiap sel


c. cara hidup: jamur heterotrof absortif,
tumbuhan autotrof
d. dinding sel: jamur berlignin,
tumbuhan berselulosa dan kitin
e. struktur tubuh: jamur bersifat
multiselular; tumbuhan bersifat
uniselular

(ref: Resti Septianing dkk. Panduan Belajar


Biologi 1A SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira.
2012, hlm.81)
32b Metakognitif Pengetahuan apa saja yang kamu perlukan 1. Pengetahuan ciri umum jamur dan
untuk dapat menjawab perbedaan jamur hewan
dengan tumbuhan? Jelaskan! 2. Pengetahuan struktur tubuh jamur
dan hewan
3. Pengetahuan cara hidup jamur dan
hewan
4. Pengetahuan reproduksi jamur dan
hewan

Menyebutkan 4 kunci jawaban di atas 4


Menyebutkan 3 kunci jawaban di atas 3
Menyebutkan 2 kunci jawaban di atas 2
Menyebutkan 1 kunci jawaban di atas 1
Studi kasus untuk soal no. 33-34
Saat ini, banyak dilakukan budidaya jamur, terutama jamur tiram dan jamur merang. Terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur
yang harus diperhatikan oleh para pembudidaya jamur yakni intensitas cahaya, kelembaban, suhu, dan pH.
3.7.2 Mengidentifik 33a* C1 Faktual Di bawah ini manakah yang bukan A 4
Membedakan asi cara jamur (3) merupakan cara jamur memperoleh Jamur hidup sebagai saprofit, parasit,
cara hidup, memperoleh makanan? atau melakukan simbiosis. Jamur tidak
habitat, dan makanan a. Fotosintesis mempunyai klorofil sehingga tidak dapat
reproduksi dengan tepat b. Saprofit melakukan fotosintesis.
jamur c. Simbiosis Sumber: Nunung Nurhayati, Mukhlis, Agus
berdasarkan d. Parasit Jaya, Biologi SMA/MA Kelas X Kelompok
perolehan e. Heterotrof Peminatan Matematika dan Ilmu Alam,
nutrisi (Bandung : Yrama Widya, 2014), hlm.141
147

33b Metakognitif Pengetahuan apa saja yang kamu perlukan 1. Pengethauan ciri umum jamur
untuk dapat menarik kesimpulan sesuai 2. Pengetahuan cara hidup jamur
dengan jawabanmu pada no.33a? Jelaskan! 3. Pengetahuan cara memperoleh
makanan pada jamur
4. Informasi syarat proses fotosintesis

Menyebutkan 4 kunci jawaban di atas 4


Menyebutkan 3 kunci jawaban di atas 3
Menyebutkan 2 kunci jawaban di atas 2
Menyebutkan 1 kunci jawaban di atas 1
Menilai faktor 34a C5 Konseptual Faktor fisik yang dapat mempengaruhi D 4
fisik yang pertumbuhan jamur diantaranya yakni faktor-faktor yang sangat mempengaruhi
mempengaruh paparan cahaya, dan kelembapan. pertumbuhan miselium dan tubuh jamur
i pertumbuhan Manakah pernyataan di bawah ini yang diantaranya adalah keasaman (pH), suhu,
intensitas cahaya, dan kelembapan. Jamur
jamur benar?
dapat tumbuh optimal pada kisaran pH 5-7..
a. jamur tumbuh lambat dalam keadaan Saat ini budidaya jamur telah banyak
redup dan kelembapan tinggi dikembangkan di dataran rendah, tubuh
b. jamur tumbuh cepat dalam keadaan jamur dapat tumbuh bbaik pada suhu 30C.
terang dan kelembapan tinggi Paparan cahaya matahari langsung bisa
c. jamur tumbuh lambat dalam keadaan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan
redup dan kelembapan rendah miselium atau merusak tubuh buah yang
d. jamur tumbuh cepat dalam keadaan sudah terbentuk. Pada dasarnya cahaya yang
redup dan kelembapan tinggi menyebar merupakan cahaya yang baik bagi
e. jamur tumbuh cepat dalam keadaan pertumbuhan jamur, karena cahaya juga
dibutuhkan untuk merangsang tumbuhnya
redup dan kelembapan rendah
badan buah.
Kelembapan yang dibutuhkan selama
pertumbuhan bibit dan pertumbuhan tubuh
jamur adalah 90%. Kelembapan tersebut
harus selalu dijaga agar tidak menyebabkan
substrat mengering.
Sumber:
www.ngegas.com/cara-budidaya-jamur-
tiram-99-berhasil/
34b* Metakognitif Menurut pendapatmu, informasi mengenai 1. Pengetahuan cara hidup jamur
(19) apa saja yang kamu butuhkan agar dapat 2. Pengetahuan faktor yang
menyimpulkan bahwa jamur akan tumbuh mempengaruhi pertumbuhan jamur
cepat pada kondisi intensitas cahaya 3. Informasi mengenai paparan cahaya
rendah dan kelembaban tinggi? untuk jamur tumbuh
4. Informasi mengenai kelembapan 4
148

untuk jamur tumbuh

Menyebutkan 4 kunci jawaban di atas


Menyebutkan 3 kunci jawaban di atas 3
Menyebutkan 2 kunci jawaban di atas 2
Menyebutkan 1 kunci jawaban di atas 1

Studi kasus untuk soal no. 35-36


Sel melakukan pembelahan untuk menyampaikan informasi genetik (DNA) sel induk kepada sel anakan melalui replikasi. Berdasarkan ada atau tidaknya tahap-tahap
tertentu dalam pembelahan sel, pembelahan sel dibagi menjadi tiga, yaitu amitosis, mitosis, dan meiosis. Pembelahan sel amitosis terjadi secara langsung dan terjadi
pada reproduksi aseksual prokariotik seperti bakteri. Pembelahan mitosis terjadi pada sel eukariotik dan terjadi selama pertumbuhan dan reproduksi aseksual. Dalam
pembelahan selnya, mitosis menghasilkan sel yang jumlah kromosom sama dengan induknya Pembelahan mitosis bertujuan untuk pertumbuhan dan mengganti atau
memperbaiki jaringan tubuh organisme yang sudah rusak. Meiosis adalah pembelahan melalui tahap-tahap yang hampir sama dengan mitosis. Meiosis disebut juga
pembelahan reduksi karena terjadi pengurangan jumlah kromosom induk. Terjadi pada proses reproduksi seksual dan berfungsi untuk menghasilkan gamet yang
secara genetic tidak identik dengan induk.
3.7.3 Menjelaskan 35a C2 Konseptual Bagaimanakah cara pembelahan D 4
mengklasifikas cara sel dalam pembentukan spora pada Langkah-langkah reproduksi seksual
ikan jamur pembelahan basidium berlangsung? Basidiomycota:
berdasarkan sel dalam a. Mitosis - Miselium (+) dan miselium (-) yang
struktur dan reproduksi b. Amitosis berinti tunggal berfusi menjadi
reproduksinya jamur c. Meiosis tahap I saja miselium berinti ganda (sel dikariotik)
menjadi empat d. Meiosis - Tumbuh hifa dikariotik dan miselium
divisi e. Membelah dikariotik dan tumbuh tubuh buah
(basidiokarp)
- Kemudian di bagian bawah tudung
akan dibentuk basidium
- Pada basidium terjadi penggabungan
inti haploid (n) menjadi inti diploid(2n)
kemmudian membelah secara meiosis
menghasilkan 4 inti haploid (n)
- Inti haploid menjadi spora basidium
yang terbentuk pada ujung basidium
Sumber: Nunung Nurhayati, Mukhlis, Agus
Jaya, Biologi SMA/MA Kelas X Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam,
(Bandung : Yrama Widya, 2014), hlm.150
35b Metakognitif Pengetahuan apa saja yang kamu 1. Pengetahuan struktur tubuh jamur
perlukan untuk dapat menarik 2. Pengetahuan reproduksi jamur 4
149

kesimpulan sesuai dengan 3. Pengetahuan pembentukan spora


jawabanmu pada no.35a? Jelaskan! pada jamur
4. Pengetahuan mengenai pembelahan
sel

Menyebutkan 4 kunci jawaban di atas


Menyebutkan 3 kunci jawaban di atas 3
Menyebutkan 2 kunci jawaban di atas 2
Menyebutkan 1 kunci jawaban di atas 1
Mengurutkan 36a* C3 Konseptual Berikut ini merupakan tahapan E 4
proses (8) reproduksi jamur: - Miselium (-) berfusi dengan miselium
reproduksi 1. meiosis (+)
seksual jamur 2. plasmogami - sitoplasma dua miselium menyatu
Zygomycota 3. Miselium (-) bergabung dengan dikenal sebagai plasmogami
dengan tepat miselium (+) membentuk zigospora muda dalam
berdasarkan 4. Kariogami zigosporangium dengan inti
tahapan yang 5. Zigosporangium heterokariotik (banyak inti haploid dari
disajikan Bagaimanakah urutan proses kedua induk dalam satu sel)
reproduksi seksual jamur - Zigospora mengalami kariogami
Zygomycota yang tepat? (nukelus haploid berfusi menjadi
a. 1-2-3-4-5 diploid) ketika lingkungan mendukung
b. 5-3-4-2-1 - Zigospora mengalami meiosis
c. 3-4-2-1-5 mengembalikan kondisi spora haploid,
d. 3-2-4-1-5 memungkinakan fungi untuk menyebar
e. 3-2-4-5-1 Sumber: Campbell Reece, Biologi Edisi 8
Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm.205
36b Metakognitif Pengetahuan apa saja yang kamu 1. Pengetahuan struktur tubuh jamur
perlukan untuk dapat menarik 2. Pengetahuan mengenai pembelahan
kesimpulan sesuai dengan sel
jawabanmu pada no.36a? Jelaskan! 3. Pengetahuan pembentukan spora
pada jamur
4. Pengetahuan reproduksi jamur
Zigomycota

Menyebutkan 4 kunci jawaban di atas 4


Menyebutkan 3 kunci jawaban di atas 3
Menyebutkan 2 kunci jawaban di atas 2
Menyebutkan 1 kunci jawaban di atas 1
150

Studi kasus untuk no. 37-38


Lumut kerak (Liken) adalah jamur yang hidup bersama (simbiosis) dengan alga. Banyak jenis Ascomycota dan beberapa Basidiomycota yang bersimbiosis dengan
alga hijau atau alga biru membentuk lumut kerak. Lumut kerak biasa hidup di tempat yang miskin bahan organik seperti bebatuan. Lumut kerak juga mempunyai
beberapa manfaat bagi kehidupan.
3.7.4 Menjelaskan 37a C2 Konseptual Mengapa liken dapat digunakan sebagai C 4
Menjelaskan manfaat dari indikator pencemaran lingkungan? Banyak liken yang tidak tahan terhadap
proses simbiosis a. Liken akan tumbuh subur pada polusi udara. Mode pasifnya dalam
simbiosis mutualisme daerah tercemar pengambilan mineral dari hujan dan
jamur dengan antara jamur b. Liken tahan terhadap pengaruh udara lembab menjadikan liken sangat
organisme lain dengan alga pencemaran sensitif terhadap sulfur dioksida dan
(liken) c. Liken peka terhadap zat pencemar racun-racun lain yang terbawa oleh
d. Liken toleran terhadap zat pencemar udara. Kematian dari liken yang sensitif
tertentu di suatu area dapat menjadi peringatan
e. Liken sebangsa bakteri yang saprofit awal bahwa kualitas udara sedang
memburuk
Sumber: Ibid, hlm.219
37b* Metakognitif Informasi mengenai apa aja yang kamu 1. Pengetahuan pengertian liken
(20) butuhkan agar dapat menyimpulkan bahwa 2. Pengetahuan struktur tubuh liken
liken dapat digunakan sebagai indikator 3. Pengetahuan cara hidup liken
pencemaran lingkungan? 4. Pengetahuan manfaat liken

Menyebutkan 4 kunci jawaban di atas 4


Menyebutkan 3 kunci jawaban di atas 3
Menyebutkan 2 kunci jawaban di atas 2
Menyebutkan 1 kunci jawaban di atas 1
Menganalisis 38a C4 Konseptual Jika jamur dan alga pada lumut kerak E 1
pertahanan terpisah, maka alga tetap dapat hidup Lumut kerak (lichenes) adalah jamur
hidup antara mandiri, mengapa demikian? yang hidup berimbiosis dengan alga.
jamur dan a. Mampu hidup secara fotoautotrof dari Alga pada lumut kerak dapat hidup tanpa
ganggang bahan-bahan organik bersimbiosis, sebaliknya semua jamur
yang tidak b. Mampu hidup secara saprofit pada lumut kerak hanya dapat hidup jika
saling c. Mampu hidup secara heterotrof bersimbiosis dengan alga.
bersimbiosis d. Mempu berkembang biak dengan Sumber: Nunung Nurhayati, Mukhlis, Agus
membelah diri Jaya, Biologi SMA/MA Kelas X Kelompok
e. Mampu berfotosintesis karena Peminatan Matematika dan Ilmu Alam,
memiliki plastida (Bandung : Yrama Widya, 2014), hlm.155
38b* Metakognitif Bagaimana caramu memperoleh informasi 1. Pengetahuan pengertian liken
(21) tentang lumut kerak (Liken)? 2. Pengetahuan struktur tubuh jamur
liken dan simbionnya
151

3. Pengetahuan cara hidup jamur liken


dan simbionnya
4. Pengetahuan habitat jamur liken dan
simbionnya

Menyebutkan 4 kunci jawaban di atas 4


Menyebutkan 3 kunci jawaban di atas 3
Menyebutkan 2 kunci jawaban di atas 2
Menyebutkan 1 kunci jawaban di atas 1
Studi kasus untuk soal no. 39-40
Selama beberapa dekade terakhir, ragi menjadi sangat penting dalam penelitian genetik. Pada tahun 1996, seluruh sekuens genom S. cerevisiae telah berhasil
dipecahkan. Genom tersebut mengandung 6.000 gen. Karena membelah dengan cepat, S. cerevisiae menjadi bahan yang disukai dalam penelitian di bidang biologi
molekular dan selular. Dalam hal ini, peranan S. cerevisiae sebanding dengan Eschericia coli.
3.7.5 Menganalisis 39a C4 Konseptual Apa alasan adonan roti mengembang C 4
Menganalisis perubahan setelah diberikan ragi? Ragi/yeast memfermentasikan adonan
permasalahan kimia saat a. Alkohol yang dihasilkan ragi berubah sehingga menghasilkan gas CO2 dan etil
terkait peranan proses menjadi oksigen alkohol. Gula sederhana seperti glukosa dan
jamur dalam fermentasi b. Fermentasi anaerob mengubah air fruktosa digunakan sebagai substrat
penghasil CO2 yang akan mengembangkan
kehidupan menggunakan menjadi uap air beserta oksigen
adonan. Alkohol berkontribusi dalam
sehari-hari jamur yeast c. Selama respirasi aerob dihasilkan CO2 membentuk aroma roti. Kondisi untuk ragi
(ragi) pada beserta etanol yang penting dalam pengembanagan
pembuatan d. Gula, air dan ragi dalam adonan respirasi selnya adalah tersedianya air,
roti berespirasi anaerob menghasilkan substrat gula, suhu yang sesuai dan oksigen.
asam laktat Sumber:
e. Saccharoyces cereviciae pada ragi https://sains.me/2013/07/20/mengenal-ragi-
dapat hidup di adonan bahan-pengembang-roti/
39b* Metakognitif Informasi mengenai apa saja yang kamu 1. Informasi mengenai ciri umum jamur
(22) butuhkan agar dapat menyimpulkan bahwa ragi
adonan roti akan mengembang setelah 2. Informasi mengenai peran jamur ragi
diberikan ragi? 3. Informasi mengenai cara kerja ragi
4. Informasi mengenai pembuatan roti

Menyebutkan 4 kunci jawaban di atas 4


Menyebutkan 3 kunci jawaban di atas 3
Menyebutkan 2 kunci jawaban di atas 2
Menyebutkan 1 kunci jawaban di atas 1
Mengaplikasik 40a C3 Prosedural Pada proses pembuatan bahan makanan D 4
an pengerjaan dengan ragi seperti tapai dan tempe, Bahan sebelum diberikan ragi harus di
152

proses kapankah ragii di diberikan ke dalam panaskan/dikukus terlebih dahulu agar


fermentasi adonan bahan agar bekerja baik? tidak terkontaminasi dengan bakteri dan
menggunakan a. Sebelum dipanaskan kuman yang tidak diinginkan, tetapi
jamur yeast b. Saat dipanaskan tidak boleh langsung diberikan setelah
(ragi) c. Setelah dipanaskan dengan kondisi dikukus dalam kondisi panas, karena
panas akan membunuh mikroorganisme jamur
d. Setelah dipanaskan dan didinginkan yang ada pada ragi itu sendiri sehingga
e. Saat proses fermentasi 3 hari proses fermentasi tidak akan terjadi dan
beras ketan tidak akan menjadi tapai
yang diiinginkan
Sumber:
www.resepnasional.com/cara-membuat-tape-
ketan-putih-manis/
40b* Metakognitif Bagaimana caramu memperoleh informasi 1. Informasi mengenai ciri umum jamur
(23) tentang ragi? ragi
2. Informasi mengenai peran jamur ragi
3. Informasi mengenai cara kerja ragi
4. Informasi mengenai pembuatan roti

Menyebutkan 4 kunci jawaban di atas 4


Menyebutkan 3 kunci jawaban di atas 3
Menyebutkan 2 kunci jawaban di atas 2
Menyebutkan 1 kunci jawaban di atas 1
153

Lampiran 6
154
155
156
157
158

Lampiran 7

HASIL REKAP ANALISIS BUTIR SOAL ANATES PG DAN ESSAY

A. PG

RELIABILITAS TES

Rata2= 16.22

Simpang Baku= 4.57

KorelasiXY= 0.41

Reliabilitas Tes= 0.58

No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total

1 1 1 10 10 20

2 2 2 10 7 17

3 3 3 11 8 19

4 4 4 11 9 20

5 5 5 11 6 17

6 6 6 11 10 21

7 7 7 10 8 18

8 8 8 12 4 16

9 9 9 8 8 16

10 10 10 9 10 19

11 11 11 11 7 18

12 12 12 9 7 16

13 13 13 10 8 18

14 14 14 9 9 18

15 15 15 8 5 13

16 16 16 3 6 9

17 17 17 11 5 16

18 18 18 8 8 16

19 19 19 9 2 11

20 20 20 4 3 7

21 21 21 4 6 10
159

22 22 22 15 14 29

23 23 23 4 7 11

24 24 24 7 6 13

25 25 25 11 8 19

26 26 26 9 8 17

27 27 27 8 9 17

28 28 28 14 10 24

29 29 29 10 6 16

30 30 30 11 9 20

31 31 31 11 2 13

32 32 32 10 3 13

33 33 33 11 7 18

34 34 34 2 4 6

35 35 35 6 7 13

36 36 36 11 9 20

DAYA PEMBEDA

Jumlah Subyek= 36

Klp atas/bawah(n)= 10

Butir Soal= 40

No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%)

1 1 6 2 4 40.00

2 2 5 4 1 10.00

3 3 7 8 -1 -10.00

4 4 3 3 0 0.00

5 5 5 3 2 20.00

6 6 9 5 4 40.00

7 7 1 2 -1 -10.00

8 8 2 0 2 20.00

9 9 7 2 5 50.00

10 10 3 2 1 10.00

11 11 2 0 2 20.00
160

12 12 7 2 5 50.00

13 13 3 2 1 10.00

14 14 3 2 1 10.00

15 15 3 1 2 20.00

16 16 8 1 7 70.00

17 17 8 3 5 50.00

18 18 8 4 4 40.00

19 19 7 3 4 40.00

20 20 2 1 1 10.00

21 21 5 5 0 0.00

22 22 10 6 4 40.00

23 23 3 1 2 20.00

24 24 6 2 4 40.00

25 25 10 6 4 40.00

26 26 2 0 2 20.00

27 27 10 3 7 70.00

28 28 3 3 0 0.00

29 29 8 6 2 20.00

30 30 1 1 0 0.00

31 31 10 3 7 70.00

32 32 9 3 6 60.00

33 33 10 3 7 70.00

34 34 8 3 5 50.00

35 35 7 4 3 30.00

36 36 1 0 1 10.00

37 37 1 3 -2 -20.00

38 38 5 0 5 50.00

39 39 1 0 1 10.00

40 40 2 4 -2 -20.00

TINGKAT KESUKARAN

Jumlah Subyek= 36
161

Butir Soal= 40

No Butir Baru No Butir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran

1 1 14 38.89 Sedang

2 2 16 44.44 Sedang

3 3 25 69.44 Sedang

4 4 12 33.33 Sedang

5 5 15 41.67 Sedang

6 6 21 58.33 Sedang

7 7 7 19.44 Sukar

8 8 4 11.11 Sangat Sukar

9 9 13 36.11 Sedang

10 10 11 30.56 Sangat Mudah

11 11 4 11.11 Sangat Sukar

12 12 13 36.11 Sedang

13 13 10 27.78 Sukar

14 14 7 19.44 Sukar

15 15 8 22.22 Sukar

16 16 15 41.67 Sedang

17 17 25 69.44 Sedang

18 18 19 52.78 Sedang

19 19 19 52.78 Sedang

20 20 6 16.67 Sukar

21 21 22 61.11 Sedang

22 22 30 83.33 Mudah

23 23 8 22.22 Sukar

24 24 13 36.11 Sedang

25 25 31 86.11 Sangat Mudah

26 26 7 19.44 Sukar

27 27 28 77.78 Mudah

28 28 12 33.33 Sedang

29 29 23 63.89 Sedang
162

30 30 6 16.67 Sukar

31 31 24 66.67 Sedang

32 32 19 52.78 Sedang

33 33 22 61.11 Sedang

34 34 24 66.67 Sedang

35 35 18 50.00 Sedang

36 36 1 2.78 Sangat Sukar

37 37 7 19.44 Sukar

38 38 9 25.00 Sukar

39 39 6 16.67 Sukar

40 40 10 27.78 Sukar

REKAP ANALISIS BUTIR

Rata2= 16.22

Simpang Baku= 4.57

KorelasiXY= 0.41

Reliabilitas Tes= 0.58

Butir Soal= 40

Jumlah Subyek= 36

Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi

1 1 40.00 Sedang 0.226 -

2 2 10.00 Sedang 0.018 -

3 3 -10.00 Sedang -0.074 -

4 4 0.00 Sedang 0.070 -

5 5 20.00 Sedang 0.196 -

6 6 40.00 Sedang 0.316 Signifikan

7 7 -10.00 Sukar 0.100 -

8 8 20.00 Sangat Sukar 0.120 -

9 9 50.00 Sedang 0.425 Sangat Signifikan

10 10 10.00 Sangat Mudah 0.128 -

11 11 20.00 Sangat Sukar 0.394 Sangat Signifikan

12 12 50.00 Sedang 0.386 Signifikan


163

13 13 10.00 Sukar 0.203 -

14 14 10.00 Sukar 0.256 -

15 15 20.00 Sukar 0.344 Signifikan

16 16 70.00 Sedang 0.558 Sangat Signifikan

17 17 50.00 Sedang 0.394 Sangat Signifikan

18 18 40.00 Sedang 0.343 Signifikan

19 19 40.00 Sedang 0.318 Signifikan

20 20 10.00 Sukar 0.193 -

21 21 0.00 Sedang 0.204 -

22 22 40.00 Mudah 0.435 Sangat Signifikan

23 23 20.00 Sukar 0.344 Signifikan

24 24 40.00 Sedang 0.309 Signifikan

25 25 40.00 Sangat Mudah 0.465 Sangat Signifikan

26 26 20.00 Sukar 0.349 Signifikan

27 27 70.00 Mudah 0.678 Sangat Signifikan

28 28 0.00 Sedang 0.109 -

29 29 20.00 Sedang 0.242 -

30 30 0.00 Sukar 0.110 -

31 31 70.00 Sedang 0.623 Sangat Signifikan

32 32 60.00 Sedang 0.367 Signifikan

33 33 70.00 Sedang 0.532 Sangat Signifikan

34 34 50.00 Sedang 0.309 Signifikan

35 35 30.00 Sedang 0.074 -

36 36 10.00 Sangat Sukar 0.479 Sangat Signifikan

37 37 -20.00 Sukar -0.164 -

38 38 50.00 Sukar 0.213 -

39 39 10.00 Sukar 0.094 -

40 40 -20.00 Sukar -0.237 -

B. ESSAY

RELIABILITAS TES

Rata2= 5.81
164

Simpang Baku= 3.73

KorelasiXY= 0.64

Reliabilitas Tes= 0.78

No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total

1 1 A 10 9 19

2 2 B 1 1 2

3 3 C 2 2 4

4 4 D 0 1 1

5 5 E 2 2 4

6 6 F 4 6 10

7 7 G 2 4 6

8 8 H 7 2 9

9 9 I 1 1 2

10 10 J 4 4 8

11 11 K 6 4 10

12 12 L 2 1 3

13 13 M 3 5 8

14 14 N 6 4 10

15 15 O 2 3 5

16 16 P 2 2 4

17 17 Q 4 5 9

18 18 R 0 4 4

19 19 S 3 2 5

20 20 T 3 0 3

21 21 U 2 2 4

22 22 V 2 1 3

23 23 W 0 1 1

24 24 X 2 4 6

25 25 Y 4 5 9

26 26 Z 3 5 8

27 27 AA 3 2 5
165

28 28 BB 4 2 6

29 29 CC 6 4 10

30 30 DD 2 2 4

31 31 EE 5 5 10

32 32 FF 0 2 2

33 33 GG 1 0 1

34 34 HH 0 2 2

35 35 II 3 5 8

36 36 JJ 2 2 4

DAYA PEMBEDA

Jumlah Subyek= 36

Klp atas/bawah(n)= 10

Butir Soal= 10

Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku

No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%)

1 1 1.50 0.50 1.00 0.53 0.53 0.24 4.24 50.00

2 2 1.30 0.40 0.90 0.67 0.52 0.27 3.35 45.00

3 3 1.30 0.20 1.10 0.67 0.42 0.25 4.37 55.00

4 4 1.20 0.10 1.10 0.79 0.32 0.27 4.09 55.00

5 5 1.10 0.00 1.10 0.74 0.00 0.23 4.71 55.00

6 6 1.20 0.20 1.00 0.92 0.63 0.35 2.83 50.00

7 7 1.00 0.10 0.90 0.82 0.32 0.28 3.25 45.00

8 8 0.50 0.10 0.40 0.53 0.32 0.19 2.06 20.00

9 9 0.70 0.20 0.50 0.82 0.63 0.33 1.52 25.00

10 10 0.60 0.20 0.40 0.84 0.63 0.33 1.20 20.00

TINGKAT KESUKARAN

Jumlah Subyek= 36

Butir Soal= 10

No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran

1 1 50.00 Sedang
166

2 2 42.50 Sedang

3 3 37.50 Sedang

4 4 32.50 Sedang

5 5 27.50 Sukar

6 6 35.00 Sedang

7 7 27.50 Sukar

8 8 15.00 Sangat Sukar

9 9 22.50 Sukar

10 10 20.00 Sukar

REKAP ANALISIS BUTIR

Rata2= 5.81

Simpang Baku= 3.73

KorelasiXY= 0.64

Reliabilitas Tes= 0.78

Butir Soal= 10

Jumlah Subyek= 36

Nama berkas: C:\USERS\WIN8\DOCUMENTS\DATA ESAY VALIDASI 63.AUR

No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi

1 1 4.24 50.00 Sedang 0.508 -

2 2 3.35 45.00 Sedang 0.422 -

3 3 4.37 55.00 Sedang 0.601 Signifikan

4 4 4.09 55.00 Sedang 0.513 -

5 5 4.71 55.00 Sukar 0.773 Sangat Signifikan

6 6 2.83 50.00 Sedang 0.607 Signifikan

7 7 3.25 45.00 Sukar 0.598 Signifikan

8 8 2.06 20.00 Sangat Sukar 0.316 -

9 9 1.52 25.00 Sukar 0.488 -

10 10 1.20 20.00 Sukar 0.431 -


167

Lampiran 8

Nama/kelas : ……………………………………………

No Absen : ……………………………………………

Tanggal : ……………………………………………

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur dan mandiri!

I. PILIHAN GANDA

1. Apa alasan yang membuktikan jamur tidak sama dengan tumbuhan?


f. Jamur hidup di tempat lembab, tumbuhan tidak
g. Tumbuhan memiliki hifa, jamur tidak
h. Tumbuhan bersifat heterotrof
i. Jamur bersifat autotrof
j. Tumbuhan memiliki klorofil, jamur tidak

2. Di bawah ini manakah pernyataan yang BENAR antara jamur dengan tumbuhan?
f. reproduksi: jamur dengan biji, tumbuhan dengan metagenesis
g. inti sel: jamur multinukleus; tumbuhan: satu nukleus tiap sel
h. cara hidup: jamur heterotrof absortif, tumbuhan autotrof
i. dinding sel: jamur berlignin, tumbuhan berselulosa dan kitin
j. struktur tubuh: jamur bersifat multiselular; tumbuhan bersifat uniselular

3. Di bawah ini manakah yang bukan merupakan cara jamur memperoleh makanan?
f. Fotosintesis
g. Saprofit
h. Simbiosis
i. Parasit
j. Heterotrof
4. Perhatikan tabel berikut!

No Ciri-ciri Jenis jamur


A B C
1 Hifa bersekat - + +
2 Spora dibentuk di dalam askus - + -
3 Spora dibentuk di dalam basidium - - +
Berdasarkan tabel tersebut, apakah jenis jamur A, B dan C berturut-turut?
a. Ascomycota-Basidiomycota-Zygomycota
b. Zygomycota-Ascomycota-Basidiomycota
c. Ascomycota-Deuteromycota-Basidiomycota
d. Basidiomycota-Zygomycota-Deuteromycota
e. Zygomycota-Deuteromycota-Ascomycota
168

5. Diketahui ciri-ciri suatu spesies jamur sebagai berikut:


1) Hidup saprofit di daerah terrestrial
2) Reproduksi aseksual dengan cara fragmentasi miselium atau spora aseksual
3) Alat reproduksi seksualnya berupa zigosporangium
4) Banyak ditemukan pada kotoran ternak
Berdasarkan cirri-cirinya, apakah kemungkinan jamur tersebut?
a. Mucor mucedo
b. Auricularia polytricha
c. Neurospora crassa
d. Saccharommyces serevisiae
e. Volvariella volvaceae

6. Perhatikan tabel di bawah ini!

Nama jenis jamur Ciri spora seksual


1. Zygomycota Tidak terdapat spora seksual
2. Ascomycota Spora terbentuk di dalam kantong
3. Basidiomycota Sporanya berdinding tebal
4. Deuteromycota Spora dalam struktur berbentuk tongkat
Manakah data di atas yang sesuai antara jenis jamur dan ciri sporanya?
a. 1 saja
b. 2 saja
c. 1 dan 3
d. 2 dan 3
e. 1 dan 4

7. Ketika sedang menyiram tanaman, Rina melihat ada sekumpulan jamur yang hidup tak jauh dari
pohon besar yang ada di dekat rumahnya. Jamur tersebut memiliki tubuh buah berbentuk bulat
telur, memiliki tudung yang berbentuk seperti cawan berwarna cokelat dan dilindungi selubung.
Berasal dari divisi apakah jamur tersebut?
a. Zygomycota
b. Ascomycota
c. Basidiomycota
d. Deuteromycota
e. Oomycota

8. Berikut ini merupakan tahapan reproduksi jamur:


1) meiosis
2) plasmogami
3) Miselium (-) bergabung dengan miselium (+)
4) Kariogami
169

5) Zigosporangium

Bagaimanakah urutan proses reproduksi seksual jamur Zygomycota yang tepat?

f. 1-2-3-4-5
g. 5-3-4-2-1
h. 3-4-2-1-5
i. 3-2-4-1-5
j. 3-2-4-5-1

9. Jamur Basidiomycota dapat bersimbiosis dengan akar tumbuhan tingkat tinggi seperti Pinus sp.
membentuk ektomikoriza. Bagaimana interaksi yang terjadi antara dua organisme tersebut?
a. Pinus sp. mendapat mineral dari jamur, sedangkan jamur tidak mendapat apapun dari Pinus
sp.
b. jamur mendapat zat organik dari Pinus sp., sedangkan Pinus sp. mendapat air dan mineral
dari jamur
c. jamur membantu pernapasan pada akar Pinus sp., sedangkan Pinus sp. memberikan tempat
hidup bagi jamur
d. Pinus sp. dirugikan karena jamur mengakibatkan pembusukan pada akar Pinus sp.
e. jamur menyerap mineral dari akar Pinus sp., sedangkan Pinus sp. mendapatkan sari makanan
dari jamur

Untuk soal no.10 dan 11!

10. Sekelompok siswa melakukan eksperimen respirasi sel pada ragi, busa akan terbentuk ketika ragi
dicampur dengan sumber bahan dari gula dan air dengan suhu yang berbeda. Data yang
dihasilkan sebagai berikut:

Apa rumusan masalah dari eksperimen di atas?


a. mengapa jamur ragi dapat menggelembung menjadi busa ketika dicampur gula dan air?
170

b. apakah jumlah ragi mempengaruhi jumlah karbondioksida yang dihasilkan?


c. apakah jumlah air dan suhu mempengaruhi tinggi gelembung?
d. apakah suhu mempengaruhi laju respirasi ragi?
e. bagaimana cara pembuatan roti dan tapai?

11. Apa kesimpulan dari kondisi di atas?


a. semakin tinggi suhu air, busa semakin banyak, laju respirasi sel ragi cepat
b. semakin rendah suhu air, busa semakin sedikit, laju respirasi sel ragi lambat
c. terdapat suhu optimum laju respirasi sel pada ragi yakni pada kondisi 40° c
d. busa yang dihasilkan akan sedikit bila suhu airnya rendah
e. jamur ragi dapat berespirasi ketika ada gula dan air

12. Seorang siswa melakukan percobaan pembuatan tempe dengan menggunakan kedelai varietas A,
B dan C. Jenis jamur yang digunakan adalah Rhizopus oryzae dengan dosis yang sama untuk
ketiganya. Setelah itu ia membandingkan tekstur ketiga tempe yang dihasilkan. Apa rumusan
masalah yang paling tepat?
a. apakah varietas kedelai mempengaruhi tekstur tempe?
b. mengapa jamur Rhizopus oryzae dapat mengubah kedelai jadi tempe?
c. apakah kandungan protein kedelai mempengaruhi tekstur tempe?
d. bagaimana cara pembuatan tempe?
e. apakah jenis jamur mempengaruhi kepadatan tempe?

13. Seorang siswa sedang melakukan pengamatan terhadap berbagai jamur yang tumbuh di sekitar
halaman rumahnya. Ia menemukan jamur yang warnanya cantik dan menarik. Selanjutnya ia
juga menemukan jamur yang putih polos dan tidak semenarik sebelumnya. Siswa tersebut
kemudian menyadari jamur yang biasa ia makan tidak pernah berwarna cantik dan menarik.
Apakah prediksi yang tepat untuk menjelaskan kondisi jamur tersebut?
a. Jamur berwarna tidak menarik tidak dapat dimakan
b. Jamur berwarna menarik dapat dimakan
c. Jamur berwarna menarik tidak dapat dimakan
d. Jamur warna apapun dapat dimakan
e. Jamur warna apapun tidak dapat dimakan

14. Empat siswa akan melakukan suatu kegiatan, mereka terbagi menjadi dua kelompok dengan dua
orang berdasarkan pengelompokan jamur dalam percobaan yang mereka lakukan masing-
masing, yakni:
- Siswa 1 : Fermentasi pada tempe oleh ragi tempe Rhizopus sp.
- Siswa 2 : pada pembuatan tapai dengan Mucor javanicus
- Siswa 3 : Oncom dibuat dengan bantuan Neurospora sp.
- Siswa 4 : Ragi roti Saccharomyces cereviciae membantu dalam pembuatan roti
Apakah generalisasi dari pernyataan di atas?
171

a. Siswa 1 dan 2 berkelompok karena sama-sama menggunakan jamur Zigomycota. Siswa 3


dan 4 jamur Ascomycota
b. Siswa 1 dan 3 berkelompok karena sama-sama menggunakan jamur Zigomycota. Siswa 2
dan 4 jamur Ascomycota
c. Siswa 2 dan 3 berkelompok karena sama-sama menggunakan jamur Zigomycota. Siswa 1
dan 4 jamur Ascomycota
d. Siswa 1,2,3 dan 4 berkelompok karena sama-sama menggunakan jamur Ascomycota.
e. Siswa 1,2, 3 dan 4 berkelompok karena sama-sama menggunakan jamur Zigomycota

15. Manakah di antara pernyataan di bawah ini yang merupakan pasangan tepat antara jamur dan
peranannya?
a. Penicillium dapat menghasilkan racun
b. Ganoderma merupakan penyebab kaki atlet
c. Amanita merupakan penghasil antibiotika
d. Rhizopus digunakan untuk pembuatan obat
e. Candida merupakan jamur penyebab infeksi vagina

16. Manakah dari tabel di bawah ini yang benar merupakan hubungan antara jenis jamur dengan
peranannya?
Nama jamur Peranan
a. Fusarium sp. untuk membuat kue
b. Auricularia polytricha sebagai parasit pada tanaman
c. Saccharomyces Penyebab penyakit kelamin
d. Rhizopus oryzae untuk membuat tempe
e. Candida sp. Sebagai bahan makanan

17. Berikut ini merupakan jamur yang merugikan manusia, manakah yang benar antara spesies
jamur dengan perannya?

Spesies jamur Peran merugikan


a. Aspergillus flavus Menghasilkan racun aflatoksin
b Amanita phalloides Infeksi pada vagina
c. Epidermophyton floccosum Mengandung racun yang menyebabkan kematian
d. Candida albicans Menyebabkan penyakit kaki atlet
e. Ustilago maydis Menyebabkan kurap atau panu

18. Berikut merupakan tahapan pengamatan jamur pada oncom:


1) mentutup dengan kaca penutup, jangan sampai ada udara di dalamnya
2) mengambil sedikit bagian hifa jamur warna oranye dengan tusuk gigi
3) menggambar hasil pengamatan dan menuliskan bagian-bagiannya
4) mengamati dengan menggunakan mikroskop dari perbesaran lemah sampai 100 X
5) meletakkan diatas kaca obyek yang sudah ditetesi air
Bagaimanakah urutan langkah-langkah yang benar?
172

a. 5-3-4-2-1
b. 4-3-2-5-1
c. 3-4-2-1-5
d. 2-5-1-4-3
e. 1-2-3-4-5

II. ESSAY

19. Saat ini, banyak dilakukan budidaya jamur, terutama jamur tiram dan jamur merang. Terdapat
beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur yang harus diperhatikan
oleh para pembudidaya jamur yakni intensitas cahaya, kelembaban, suhu, dan pH.
Menurut pendapatmu, informasi mengenai apa saja yang kamu butuhkan agar dapat
menyimpulkan bahwa jamur akan tumbuh cepat pada kondisi intensitas cahaya rendah dan
kelembaban tinggi?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

Untuk soal No. 20 dan 21!


Lumut kerak (Liken) adalah jamur yang hidup bersama (simbiosis) dengan alga. Banyak
jenis Ascomycota dan beberapa Basidiomycota yang bersimbiosis dengan alga hijau atau alga
biru membentuk lumut kerak. Lumut kerak biasa hidup di tempat yang miskin bahan organik
seperti bebatuan. Lumut kerak juga mempunyai beberapa manfaat bagi kehidupan.

20. Informasi mengenai apa aja yang kamu butuhkan agar dapat menyimpulkan bahwa liken dapat
digunakan sebagai indikator pencemaran lingkungan?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
21. Bagaimana caramu memperoleh informasi tentang lumut kerak (Liken)?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

Untuk soal No. 20 dan 21!

Selama beberapa dekade terakhir, ragi menjadi sangat penting dalam penelitian genetik. Pada
tahun 1996, seluruh sekuens genom S. cerevisiae telah berhasil dipecahkan. Genom tersebut
mengandung 6.000 gen. Karena membelah dengan cepat, S. cerevisiae menjadi bahan yang disukai
173

dalam penelitian di bidang biologi molekular dan selular. Dalam hal ini, peranan S. cerevisiae
sebanding dengan Eschericia coli.

22. Informasi mengenai apa saja yang kamu butuhkan agar dapat menyimpulkan bahwa adonan roti
akan mengembang setelah diberikan ragi?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
23. Bagaimana caramu memperoleh informasi tentang ragi?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………..………………………………………………………………………………………

SELAMAT MENGERJAKAN

Jawaban PG

1. D 10. D

2. C 11. C

3. A 12. A

4. B 13. C

5. A 14. A

6. B 15. E

7. C 16. D

8. E 17. A

9. B 18. D

FORMAT PENILAIAN

Nilai : Total skor perolehan X 100

Skor maks
174

Lampiran 9
175
176
177
178

Lampiran 10
179
180

Lampiran 11
181
182
183
184

Lampiran 12
185
186

Lampiran 13

Data Hasil Pretest, Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Siswa
Pretest Posttest N-Gain Kriteria Pretest Posttest N-Gain Kriteria
1 52 82 1.304 tinggi 64 64 0 rendah
2 39 76 1.027 tinggi 55 70 0.75 tinggi
3 39 79 1.111 tinggi 39 64 0.694 sedang
4 64 76 1.090 tinggi 36 61 0.641 sedang
5 64 79 1.363 tinggi 52 64 0.521 sedang
6 42 70 0.848 tinggi 64 88 2.181 tinggi
7 42 73 0.939 tinggi 64 85 1.909 tinggi
8 55 82 1.35 tinggi 67 73 0.75 tinggi
9 30 73 0.955 tinggi 55 73 0.9 tinggi
10 64 82 1.636 tinggi 67 79 1.5 tinggi
11 36 70 0.871 tinggi 33 70 0.880 tinggi
12 55 79 1.2 tinggi 70 76 1.2 tinggi
13 64 82 1.636 tinggi 55 73 0.9 tinggi
14 55 79 1.2 tinggi 36 61 0.641 sedang
15 30 70 0.889 tinggi 45 64 0.633 sedang
16 64 79 1.363 tinggi 55 73 0.9 tinggi
17 64 97 3 tinggi 42 61 0.575 sedang
18 48 88 1.481 tinggi 70 88 3.6 tinggi
19 55 70 0.75 tinggi 48 73 0.925 tinggi
20 52 88 1.565 tinggi 61 79 1.285 tinggi
21 55 85 1.5 tinggi 45 79 1.133 tinggi
22 42 88 1.393 tinggi 42 61 0.575 sedang
23 58 79 1.235 tinggi 52 64 0.521 sedang
24 55 82 1.35 tinggi 52 70 0.782 tinggi
25 48 73 0.925 tinggi 52 73 0.913 tinggi
26 64 97 3 tinggi 55 79 1.2 tinggi
27 36 88 1.333 tinggi 39 61 0.611 sedang
28 42 82 1.212 tinggi 39 70 0.861 tinggi
29 58 82 1.411 tinggi 55 76 1.05 tinggi
30 33 70 0.880 tinggi 55 61 0.3 sedang
31 64 97 3 tinggi 55 67 0.6 sedang
32 64 85 1.909 tinggi 58 73 0.882 tinggi
33 48 70 0.814 tinggi 52 76 1.043 tinggi
34 30 76 1.022 tinggi 64 67 0.272 rendah
35 61 85 1.714 tinggi 33 70 0.880 tinggi
36 64 76 1.090 tinggi 58 67 0.529 sedang
Rerata 51 80.25 1.371 52.333 70.916 0.931
187

Lampiran 14

RUBRIK PENILAIAN LKS PEMECAHAN MASALAH

No. Komponen Rancangan Skor max Kriteria Penilaian


Menuliskan fakta yang ada
1 Menganalisa masalah 5 dalam kasus dan apa yang
siswa perlu ketahui
Kelengkapan informasi yang
Mencari informasi, didapat oleh siswa, gambar
2 10
melakukan pengamatan hasil pengamatan dan
deskripsinya
Menetapkan penyelesaian Siswa dapat menjawab semua
3 masalah, menjawab 10 pertanyaan yang diajukan
pertanyaan dengan benar
Siwa dapat menyimpulkan
4 Membuat kesimpulan 5
secara tepat dan meyeluruh

Nilai =

NILAI LKS KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

Kelompok Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Pert. 1 Pert. 2 Rata-rata Pert. 1 Pert. 2 Rata-rata
1 73 80 76,5 80 90 85
2 87 84 85,5 83 87 85
3 80 94 87 87 76 81,5
4 80 96 88 80 90 85
5 8- 86 83 85 87 86
6 87 90 88,5 87 96 91,5
7 80 90 85 87 90 88,5
8 80 87 83,5 73 78 75,5
Rata-rata 80,87 88,37 84,62 82,75 86,75 84,75
188

Lampiran 15

HASIL UJI NORMALITAS

1.Data Pretest

Interpretasi: pada kelas kontrol harga statistik untuk Kolmogorov-smirnov sebesar 0,154
dan Sig atau p-value = 0,031< 0,05, mengartikan bahwa distribusi tidak
normal. Pada kelas eksperimen harga statistik untuk Kolmogorov-smirnov
sebesar 0,152 dan Sig atau p-value = 0,035< 0,05, mengartikan bahwa
distribusi tidak normal.

2. Data Posttest

Interpretasi: pada kelas kontrol harga statistik untuk Kolmogorov-smirnov sebesar 0,139
dan Sig atau p-value = 0,076 > 0,05, mengartikan bahwa distribusi normal.
Pada kelas eksperimen harga statistik untuk Kolmogorov-smirnov sebesar
0,129 dan Sig atau p-value = 0,140 > 0,05, mengartikan bahwa distribusi
normal.
189

Lampiran 16

HASIL UJI HOMOGENITAS

1. Data pretest

Interpretasi : dari hasil analisis pada tabel Levene’s Test of Equality of Error Variances,
diperoleh F= 1,323; db1 = 1;db2= 70, dan p-value = 0,254 > 0,05 atau H0
diterima. Dengan demikian, data nilai pretes dari kelas kontrol dan
eksperimen bersifat homogen

1. Data Posttest

Interpretasi : dari hasil analisis pada tabel Levene’s Test of Equality of Error Variances,
diperoleh F= 2,183; db1 = 1;db2= 70, dan p-value = 0,144 > 0,05 atau H0
diterima. Dengan demikian, data nilai postes dari kelas kontrol dan
eksperimen bersifat homogen
190

Lampiran 17

UJI HIPOTESIS HASIL BELAJAR KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL

1. Pretest (Uji Mann Whitney U)

Interpretasi: pada tabel Ranks, kolom Sum of Ranks, diperoleh jumlah ranking Kontrol =
1343 dan ranking Eksperimen = 1285. Selanjutnya pada tabel Test Statistic,
baris Mann-Whitney U diperoleh harga U = 619 dan p-value = 0,742/2
=0,371 > 0,05 atau H0 diterima sehingga nilai kontrol dan eksperimen pada
pretes tidak ada perbedaan yang signifikan

2. Posttest (Uji-t)

Interpretasi: pada tabel group statistics terlihat rata-rata hasil belajar kelas kontrol =
70,39 dan kelas eksperimen = 78,56. Hal ini berarti secara deskriptif hasil
belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari hasil belajar kelas kontrol, nilai
sig/ p value = 0,00 < 0,05 atau H0 ditolak. sehingga nilai kontrol dan
eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan
191

Lampiran 18

Ketercapaian Hasil Belajar Ranah Pengetahuan dan Jenjang Kognitif Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
1. PRETEST KELAS EKSPERIMEN

Faktual Konseptual
C1 C3 C4 C5 C3 C4 C5 C6
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total Total Total Total
3 6 16 17 1 5 15 4 8 9 14 2 7 13 10 11 12
1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
2 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 0 2
3 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
4 1 1 1 0 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
5 1 0 1 1 2 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 2 1 0 1 2
6 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
7 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 0 1 2
8 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
9 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 2
10 1 1 1 0 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
11 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
12 1 1 1 0 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
13 1 1 1 1 3 1 0 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
14 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 0 1 0 1
15 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 3 1 0 1 2
16 1 1 1 0 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
17 1 1 1 1 3 1 0 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
18 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
19 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
20 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
21 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 0 1 0 1
22 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 0 2
23 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 0 1 0 1
24 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
25 1 0 1 1 2 0 1 1 1 0 0 0 1 1 2 0 0 1 1 0 0 1 1
26 1 1 1 0 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
27 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 1 1 2
28 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
29 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 0 1 1 2
30 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
192

31 1 1 1 1 3 1 0 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
32 1 1 1 1 3 1 0 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
33 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
34 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 1 1 0 2
35 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 2 0 1 1 2
36 1 1 1 1 3 1 0 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
∑ 32 15 34 7 56 30 1 31 19 12 0 12 21 6 27 29 11 36 76 25 27 25 77
% 88.89 51.85 43.05 52.78 16.67 37.5 70.37 71.29

No. Prosedural Metakognitif


C3 C1 C2
NoSoal No.Soal No.Soal
Total Total
18 19 20 22 21 23
1 1 0 2 1 3 3 2 5
2 1 1 0 0 1 1 0 1
3 1 1 0 1 2 2 1 3
4 1 2 2 2 6 3 3 6
5 1 3 0 2 5 3 3 6
6 1 1 0 1 2 0 1 1
7 1 2 0 0 2 2 0 2
8 1 1 1 2 4 3 2 5
9 1 1 0 0 1 0 0 0
10 1 2 2 2 6 3 3 6
11 1 0 0 0 0 0 0 0
12 1 2 1 2 5 1 1 2
13 1 1 1 1 3 2 2 4
14 1 2 1 2 5 3 0 3
15 1 2 0 0 2 0 0 0
16 1 2 2 2 6 3 3 6
17 1 1 1 1 3 2 2 4
18 1 1 1 1 3 2 2 4
19 1 1 1 1 3 2 3 5
20 1 0 2 1 3 3 2 5
21 1 2 1 2 5 3 0 3
22 1 1 0 0 1 2 0 2
23 1 1 1 2 4 3 2 5
24 1 1 1 1 3 2 3 5
25 1 0 0 0 0 3 3 6
193

26 1 2 2 2 6 3 3 6
27 1 0 1 0 1 2 2 4
28 1 1 1 1 3 2 1 3
29 1 1 1 2 4 2 2 4
30 0 1 0 0 1 0 2 2
31 1 1 1 1 3 2 2 4
32 1 1 1 1 3 2 2 4
33 1 1 1 0 2 2 1 3
34 1 1 0 0 1 0 0 0
35 1 2 3 2 7 2 2 4
36 1 1 1 1 3 2 2 4
∑ 35 43 32 37 112 70 57 127
% 97.22 34.567 58.796
C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((43+32+37) : 36*3*3) x
 Faktual 100 = 34.567

C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (32 : 36) x 100 = 88.89 C2: Persentase = ((70+57) : (36*3*2)) x 100 = 58.796

C3: Persentase = ((15+34+7) : (36*3)) x 100 = 51.85

C4: Persentase = ((30+1) : (36*2)) x 100 = 43.056

C5: Persentase = (19 : 36) x 100 = 52.778

 Konseptual

C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((12+0) : (36*2)) x 100 =
16.67

C4: Persentase = ((21+6) : (36*2)) x 100 = 37.5

C5: Persentase = ((29+11+36) : (36*3)) x 100 = 70.37

C6: Persentase = ((25+27+25) : (36*3)) x 100 = 71.296

 Prosedural

C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.22

 Metakognitif
194

2. PRETEST KELAS KONTROL

Faktual Konseptual
C1 C3 C4 C5 C3 C4 C5 C6
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total Total Total Total
3 6 16 17 1 5 15 4 8 9 14 2 7 13 10 11 12
1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 3
2 0 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 3 0 1 0 1
3 1 1 1 0 2 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 3 0 1 1 2
4 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 2
5 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
6 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
7 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
8 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
9 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 2 0 0 0 0 1 1 2 1 0 1 2
10 1 1 1 1 3 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 0 1 1 2
11 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 3
12 1 1 1 0 2 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 3 0 1 1 2
13 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 1 1 3
14 0 0 1 1 2 1 0 1 0 0 0 0 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 3
15 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 2 1 0 0 1
16 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
17 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
18 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
19 1 1 1 0 2 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
20 0 0 1 1 2 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
21 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 3
22 1 0 1 1 2 1 0 1 0 1 0 1 1 1 2 0 0 0 0 0 1 0 1
23 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
24 1 0 1 0 1 1 1 2 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 0 1 1 2
25 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0
26 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 3 1 0 0 1
27 1 0 1 1 2 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
28 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
29 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 2 0 0 0 0 1 1 2 1 0 0 1
30 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
31 1 1 1 0 2 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1
32 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 0 1 0 1 1 2
33 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
195

34 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 2 1 0 1 2
35 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 2 1 1 0 2
36 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 0 0 1 1
∑ 32 6 35 12 53 36 1 37 13 24 5 29 25 6 31 24 18 33 75 23 29 24 76
% 88.89 49.07 51.389 36.111 40.27 43.05 69.4 70.37

No. Prosedural Metakognitif


C3 C1 C2
NoSoal No.Soal No.Soal
Total Total
18 19 20 22 21 23
1 1 2 1 1 4 3 3 6
2 1 1 2 1 4 2 2 4
3 1 0 0 0 0 1 2 3
4 1 0 1 0 1 1 0 1
5 1 1 1 1 3 1 1 2
6 1 1 2 1 4 2 2 4
7 1 1 3 1 5 2 1 3
8 1 1 3 1 5 1 2 3
9 1 1 2 1 4 2 2 4
10 1 1 1 2 4 2 3 5
11 1 0 1 0 1 0 0 0
12 1 2 2 2 6 3 3 6
13 1 3 0 0 3 1 2 3
14 1 0 0 0 0 0 0 0
15 1 1 1 1 3 2 2 4
16 1 3 0 1 4 2 2 4
17 1 0 1 1 2 0 0 0
18 1 2 1 1 4 3 3 6
19 1 1 1 0 2 1 1 2
20 1 1 1 1 3 3 3 6
21 0 0 0 2 2 3 2 5
22 1 1 1 0 2 1 1 2
23 1 1 1 1 3 1 2 3
24 1 2 0 0 2 0 3 3
25 1 1 1 2 4 2 2 4
26 1 2 1 2 5 2 2 4
27 1 1 0 0 1 0 0 0
28 1 2 0 0 2 0 0 0
29 1 2 2 1 5 2 2 4
30 1 1 1 2 4 2 2 4
196

31 1 2 1 1 4 3 3 6
32 1 1 2 1 4 2 2 4
33 1 1 1 1 3 2 2 4
34 1 0 3 3 6 3 3 6
35 1 3 0 0 3 0 0 0
36 1 2 1 2 5 3 3 6
∑ 35 44 39 34 117 58 63 121
% 97.222 36.111 56.019
 Faktual

C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (32 : 36) x 100 = 88.89

C3: Persentase = ((6+35+12) : (36*3)) x 100 = 49.074

C4: Persentase = ((36+1) : (36*2)) x 100 = 51.389

C5: Persentase = (13 : 36) x 100 = 36.111

 Konseptual

C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((24+5) : (36*2)) x 100 = 40.278

C4: Persentase = ((25+6) : (36*2)) x 100 = 43.056

C5: Persentase = ((24+18+33) : (36*3)) x 100 = 69.44

C6: Persentase = ((23+29+44) : (36*3)) x 100 = 70.37

 Prosedural

C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.22

 Metakognitif

C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((44+39+34) : 36*3*3) x 100 = 36.111

C2: Persentase = ((58+63) : (36*3*2)) x 100 = 56.019


197

3. POSTTEST KELAS EKSPERIMEN

Faktual Konseptual
C1 C3 C4 C5 C3 C4 C5 C6
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total Total Total Total
3 6 16 17 1 5 15 4 8 9 14 2 7 13 10 11 12
1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 0 2 1 0 1 2
2 1 0 1 1 2 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
3 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 1 0 1 2
4 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 0 1 2
5 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 1 1 3
6 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 3
7 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
8 1 1 1 1 3 1 1 2 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 3 0 1 1 2
9 1 1 1 1 3 1 1 2 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 0 0 1 1
10 1 0 1 0 1 1 1 2 0 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 3
11 1 1 1 1 3 1 1 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3
12 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 0 1 1 2
13 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
14 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
15 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 0 0 1
16 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
17 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
18 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
19 1 0 1 0 1 1 1 2 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 3 0 1 1 2
20 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
21 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
22 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 2 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
23 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 0 1 2
24 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 1 1 3
25 1 0 1 0 1 1 1 2 0 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 3
26 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
27 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 0 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3
28 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
29 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3
30 1 1 1 0 2 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 3 0 1 1 2
31 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
32 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 0 1 1 2
33 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 1 0 0 1
34 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 0 2
35 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 1 1 3
198

36 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 0 1 2
∑ 36 27 36 21 84 36 35 71 30 33 5 38 20 25 45 36 26 34 96 30 23 33 86
% 100 77.78 98.61 83.33 52.78 62.5 88.89 79.62

No. Prosedural Metakognitif


C3 C1 C2
NoSoal No.Soal No.Soal
Total Total
18 19 20 22 21 23
1 1 2 2 2 6 3 3 6
2 1 3 2 2 7 2 3 5
3 1 2 2 2 6 3 2 5
4 1 1 3 3 7 2 2 4
5 1 2 3 2 7 2 2 4
6 0 1 3 3 7 2 2 4
7 1 2 1 2 5 2 1 3
8 1 2 3 3 8 3 2 5
9 1 3 2 2 7 2 2 4
10 1 2 3 3 8 3 3 6
11 1 1 2 1 4 2 3 5
12 1 2 3 2 7 3 3 6
13 1 2 3 2 7 2 2 4
14 1 2 1 3 6 2 3 5
15 1 1 3 3 7 1 2 3
16 1 1 3 3 7 2 2 4
17 1 3 3 3 9 3 3 6
18 1 2 3 3 8 3 3 6
19 1 2 2 2 6 3 3 6
20 1 2 2 1 5 3 3 6
21 1 3 3 2 8 3 3 6
22 1 3 3 3 9 2 3 5
23 1 2 2 2 6 3 3 6
24 1 2 2 2 6 3 3 6
25 1 2 2 2 6 2 3 5
26 1 3 2 3 8 3 3 6
27 1 2 2 2 6 2 3 5
28 1 3 3 2 8 2 2 4
29 1 2 2 2 6 2 3 5
30 1 2 2 2 6 3 3 6
31 1 3 3 3 9 3 3 6
32 1 3 3 3 9 3 3 6
199

33 1 2 2 2 6 2 3 5
34 1 3 2 3 8 2 2 4
35 1 2 2 3 7 3 3 6
36 1 1 3 3 7 2 2 4
∑ 35 76 87 86 249 88 94 182
% 97.22 76.851 84.259
 Faktual

C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (36 : 36) x 100 = 100

C3: Persentase = ((30+36+21) : (36*3)) x 100 = 80.56

C4: Persentase = ((36+35) : (36*2)) x 100 = 98.611

C5: Persentase = (30 : 36) x 100 = 83.33

 Konseptual

C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((33+5) : (36*2)) x 100 = 52.78

C4: Persentase = ((20+25) : (36*2)) x 100 = 62.5

C5: Persentase = ((36+26+34) : (36*3)) x 100 = 88.89

C6: Persentase = ((27+23+33) : (36*3)) x 100 = 76.851

 Prosedural

C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.22

 Metakognitif

C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((76+87+86) : 36*3*3) x 100 = 76.851

C2: Persentase = ((88+94) : (36*3*2)) x 100 = 84.259


200

4. POSTTEST KELAS KONTROL

Faktual Konseptual
C1 C3 C4 C5 C3 C4 C5 C6
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total Total Total Total
3 6 16 17 1 5 15 4 8 9 14 2 7 13 10 11 12
1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
2 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 0 1 1 2
3 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
4 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 0 0 1 1 0 1 1 2
5 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
6 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
7 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
8 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
9 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 0 1 1 0 1 2 1 0 1 2
10 1 1 1 1 3 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 0 0 0 0
11 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 2 1 1 0 2
12 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 1 1 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 3
13 1 0 1 1 2 1 1 2 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
14 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 0 1 1 2
15 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 0 0 0 0
16 1 1 1 1 3 1 0 1 1 1 1 2 1 0 1 1 1 1 3 0 1 0 1
17 1 1 1 1 3 0 1 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 0 1 0 1
18 1 1 1 1 3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 0 0 1 1
19 1 1 1 0 2 1 0 1 0 1 1 2 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
20 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 1 1 3
21 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 2 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
22 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 2 1 0 1 0 1 1 2 1 1 0 2
23 1 1 1 0 2 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 3
24 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
25 1 1 1 1 3 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 0 1 2
26 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 0 1 2
27 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2 0 1 1 2 1 1 1 3
28 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
29 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 2 1 0 1 2
30 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 0 0 1 1 1 0 1 2
31 1 0 1 1 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 0 1 1 2
32 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
33 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 0 2
34 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 2
35 1 1 1 0 2 1 0 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 3
201

36 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
∑ 34 12 36 19 67 34 18 52 29 29 6 35 25 16 41 28 23 36 87 27 26 29 82
% 94.44 62.03 72.22 80.56 48.61 56.94 80.56 75.92

No. Prosedural Metakognitif


C3 C1 C2
NoSoal No.Soal No.Soal
Total Total
18 19 20 22 21 23
1 1 2 2 2 6 3 3 6
2 1 1 3 3 7 2 2 4
3 1 2 2 2 6 2 2 4
4 1 1 1 2 4 2 1 3
5 1 1 1 1 3 2 2 4
6 1 2 3 2 7 3 3 6
7 1 2 2 1 5 3 3 6
8 1 1 1 1 3 3 2 5
9 1 1 2 1 4 3 3 6
10 1 3 2 3 8 3 3 6
11 1 1 3 2 6 3 3 6
12 1 1 2 2 5 3 3 6
13 0 3 1 1 5 2 3 5
14 1 1 1 1 3 2 2 4
15 1 3 2 0 5 2 3 5
16 1 3 2 1 6 2 2 4
17 1 2 2 1 5 1 1 2
18 1 3 3 3 9 3 3 6
19 1 1 2 2 5 3 3 6
20 1 2 1 3 6 3 3 6
21 1 3 2 3 8 3 3 6
22 1 2 1 1 4 2 2 4
23 1 3 1 2 6 2 3 5
24 1 2 2 1 5 3 3 6
25 1 2 2 2 6 3 2 5
26 1 2 2 2 6 3 3 6
27 1 2 0 2 4 2 2 4
28 1 2 1 2 5 3 3 6
29 1 3 2 2 7 3 2 5
30 1 0 0 0 0 3 3 6
31 1 2 2 2 6 3 3 6
32 1 2 2 1 5 3 2 5
202

33 1 2 2 2 6 3 3 6
34 1 2 3 2 7 3 3 6
35 1 2 1 1 4 3 3 6
36 1 2 1 1 4 2 2 4
∑ 35 69 62 60 191 94 92 186
% 97.2 58.95 86.1
 Faktual

C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (34 : 36) x 100 = 94.4

C3: Persentase = ((7+36+18) : (36*3)) x 100 = 56.481

C4: Persentase = ((3418) : (36*2)) x 100 = 72.22

C5: Persentase = (29 : 36) x 100 = 80.56

 Konseptual

C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((29+6) : (36*2)) x 100 = 48.611

C4: Persentase = ((25+16) : (36*2)) x 100 = 56.944

C5: Persentase = ((28+23+36) : (36*3)) x 100 = 80.56

C6: Persentase = ((33+26+29) : (36*3)) x 100 = 81.481

 Prosedural

C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.22

 Metakognitif

C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((69+62+60) : 36*3*3) x 100 = 58.951

C2: Persentase = ((94+92) : (36*3*2)) x 100 = 86.111


203

Lampiran 19

Ketercapaian Hasil Belajar Ranah Pengetahuan dan Jenjang Kognitif Pretest dan Posttest pada Soal Berbasis Masalah
1. PRETEST KELAS EKSPERIMEN

Konseptual Prosedural
C4 C5 C6 C3
No. NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total
9 14 2 7 13 10 11 12 18
1 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
2 1 0 1 1 1 3 1 1 0 2 1
3 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
4 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
5 1 0 1 0 1 2 1 0 1 2 1
6 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
7 1 0 1 1 1 3 1 0 1 2 1
8 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
9 1 0 1 0 1 1 1 1 0 2 1
10 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
11 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
12 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
13 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
14 0 0 0 0 1 2 0 1 0 1 1
15 1 0 1 1 1 3 1 0 1 2 1
16 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
17 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
18 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
19 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
20 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
21 0 0 0 0 1 2 0 1 0 1 1
22 1 0 1 1 1 3 1 1 0 2 1
23 0 0 0 0 1 2 0 1 0 1 1
24 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
25 1 1 2 0 1 1 0 0 1 1 1
26 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
27 0 0 0 1 1 2 0 1 1 2 1
28 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
204

29 0 0 0 0 1 2 0 1 1 2 1
30 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 0
31 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
32 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
33 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
34 0 0 0 0 1 2 1 1 0 2 1
35 1 0 1 0 1 2 0 1 1 2 1
36 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
∑ 21 6 27 11 36 76 25 27 25 77 35
% 37.5 65.27 71.29 97.22

 Konseptual C6: Persentase = ((25+27+25) : (36*3)) x 100 = 71.296

C4: Persentase = ((21+6) : (36*2)) x 100 = 37.5  Prosedural

C5: Persentase = ((11+36) : (36*2)) x 100 = 65.27 C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.2

2. PRETEST KELAS KONTROL

Konseptual Prosedural
C4 C5 C6 C3
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total
9 14 2 7 13 10 11 12 18
1 1 1 2 0 1 2 1 1 1 3 1
2 0 0 0 1 1 3 0 1 0 1 1
3 0 0 0 1 1 3 0 1 1 2 1
4 1 0 1 0 1 1 1 1 0 2 1
5 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
6 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
7 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
8 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
9 0 0 0 1 1 2 1 0 1 2 1
10 1 0 1 1 1 3 0 1 1 2 1
11 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 1
12 0 0 0 1 1 3 0 1 1 2 1
13 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3 1
195

14 1 1 2 0 1 2 1 1 1 3 1
15 0 0 0 1 1 2 1 0 0 1 1
16 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
17 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
18 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
19 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
20 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
21 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 0
22 1 1 2 0 0 0 0 1 0 1 1
23 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
24 1 0 1 1 1 3 0 1 1 2 1
25 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1
26 0 0 0 1 1 3 1 0 0 1 1
27 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
28 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
29 0 0 0 1 1 2 1 0 0 1 1
30 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
31 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1
32 1 1 2 0 0 1 0 1 1 2 1
33 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
34 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 1
35 1 0 1 0 1 2 1 1 0 2 1
36 0 0 0 1 1 3 0 0 1 1 1
∑ 25 6 31 18 33 75 23 29 24 76 35
% 43.05 70.83 70.37 97.222

Konseptual C6: Persentase = ((23+29+44) : (36*3)) x 100 = 70.37

C4: Persentase = ((25+6) : (36*2)) x 100 = 43.056  Prosedural


C5: Persentase = ((18+33) : (36*2)) x 100 = 70.83 C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 =
97.22
198

3. POSTTEST KELAS EKSPERIMEN

Konseptual Prosedural
C4 C5 C6 C3
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total
9 14 2 7 13 10 11 12 18
1 1 1 2 1 0 2 1 0 1 2 1
2 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
3 0 1 1 1 1 3 1 0 1 2 1
4 1 0 1 1 1 3 1 0 1 2 1
5 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3 1
6 1 0 1 0 0 1 1 1 1 3 0
7 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
8 0 1 1 1 1 3 0 1 1 2 1
9 1 1 2 1 1 3 0 0 1 1 1
10 1 1 2 0 1 2 1 1 1 3 1
11 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1
12 0 1 1 0 1 2 0 1 1 2 1
13 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
14 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
15 1 1 2 1 1 3 1 0 0 1 1
16 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
17 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
18 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
19 0 0 0 1 1 3 0 1 1 2 1
20 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
21 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
22 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
23 0 1 1 0 1 2 1 0 1 2 1
24 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3 1
25 1 1 2 0 1 2 1 1 1 3 1
26 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
27 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1
28 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
29 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1
30 0 0 0 1 1 3 0 1 1 2 1
31 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
32 0 1 1 0 1 2 0 1 1 2 1
199

33 0 0 0 0 1 2 1 0 0 1 1
34 1 0 1 1 1 3 1 1 0 2 1
35 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3 1
36 1 0 1 1 1 3 1 0 1 2 1
∑ 20 25 45 26 34 96 30 23 33 86 35
% 62.5 83.33 79.62 97.22
200

 Konseptual

C4: Persentase = ((20+25) : (36*2)) x 100 = 62.5

C5: Persentase = ((26+34) : (36*2)) x 100 = 83.33

C6: Persentase = ((27+23+33) : (36*3)) x 100 = 76.851

 Prosedural

C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.22

4. POSTTEST KELAS KONTROL

Konseptual Prosedural
C4 C5 C6 C3
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total
9 14 2 7 13 10 11 12 18
1 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
2 1 1 2 1 1 3 0 1 1 2 1
3 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
4 1 1 2 0 1 1 0 1 1 2 1
5 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
6 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
7 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
8 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
9 1 0 1 0 1 2 1 0 1 2 1
10 0 1 1 1 1 3 0 0 0 0 1
11 1 0 1 1 1 2 1 1 0 2 1
12 1 1 2 0 1 2 1 1 1 3 1
13 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 0
14 0 1 1 1 1 3 0 1 1 2 1
15 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 1
16 1 0 1 1 1 3 0 1 0 1 1
17 1 1 2 1 1 3 0 1 0 1 1
18 1 1 2 1 1 3 0 0 1 1 1
201

19 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
20 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3 1
21 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
22 1 0 1 1 1 2 1 1 0 2 1
23 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 1
24 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
25 1 0 1 0 1 2 1 0 1 2 1
26 1 0 1 1 1 3 1 0 1 2 1
27 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1
28 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
29 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 1
30 1 1 2 0 1 1 1 0 1 2 1
31 0 0 0 0 1 2 0 1 1 2 1
32 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
33 1 0 1 1 1 3 1 1 0 2 1
34 0 0 0 0 1 1 1 0 1 2 1
35 1 1 2 0 1 2 1 1 1 3 1
36 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
∑ 25 16 41 23 36 87 27 26 29 82 35
% 56.94 81.94 75.92 97.2

Konseptual

C4: Persentase = ((25+16) : (36*2)) x 100 = 56.944

C5: Persentase = ((23+36) : (36*2)) x 100 = 81.94

C6: Persentase = ((33+26+29) : (36*3)) x 100 = 81.481

 Prosedural

C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.22
202

Lampiran 20

UJI NORMALITAS FAKTUAL

UJI HOMOGENITAS FAKTUAL

UJI BEDA (MANN WIHTNEY U) FAKTUAL


203

UJI NORMALITAS KONSEPTUAL

UJI HOMOGENITAS KONSEPTUAL

UJI BEDA (MANN WHITNEY U) KONSEPTUAL


204

UJI NORMALITAS PROSEDURAL

UJI HOMOGENITAS PROSEDURAL

UJI BEDA (MANN WHITNEY U) PROSEDURAL


205

UJI NORMALITAS METAKOGNITIF

UJI HOMOGENITAS METAKOGNITIF

UJI BEDA (MANN WHITNEY U) METAKOGNITIF


206

Lampiran 21

Uji Normalitas, Homogenitas dan Mann Whitney-U Gabungan dari Dimensi


kognitif dan Dimensi Pengetahuan

1. C1 Faktual

-Uji Normalitas dan Homogenitas

-Uji Mann Whitney


207

2. C2 Metakognitif

-Uji Normalitas dan Homogenitas

-Uji Mann Whitney


208

3. C3 Faktual

- Uji Normalitas dan Homogenitas

-Uji Mann Whitney


209

4. C3 Konseptual

-Uji Normalitas dan Homogenitas

- Uji Mann Whitney


210

5. C3 Prosedural

-Uji Normalitas dan Homogenitas

-Uji Mann Whitney


211

6. C3 Metakognitif

-Uji Normalitas dan Homogenitas

- Uji Mann Whitney


212

7. C4 Faktual

-Uji Normalitas dan Homogenitas

-Uji Mann Whitney


213

8. C4 Konseptual

-Uji Normalitas dan Homogenitas

-Uji Mann Whitney


214

9. C4 Metakognitif

-Uji Normalitas dan Homogenitas

- Uji Mann Whitney


215

10. C5 Faktual

-Uji Normalitas dan Homogenitas

-Uji Mann Whitney


216

11. C5 Konseptual

-Uji Normalitas dan Homogenitas

- Uji Mann Whitney


217

12. C5 Metakognitif

-Uji Normalitas dan Homogenitas

-Uji Mann Whitney


218

13. C6 Konseptual

-Uji Normalitas dan Homogenitas

-Uji Mann Whitney


219

Lampiran 22

PEDOMAN WAWANCARA GURU

1. Kurikulum apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam mengajar biologi di sekolah?


Kurikulum 2013
2. Di dalam pembelajaran Biologi, model pembelajaran apa saja yang pernah
Bapak/Ibu gunakan?
Model yang sesuai dengan kurikulum (saintifik).
3. Bagaimana partisipasi siswa dalam proses pembelajaran? Apakah siswa aktif
atau pasif?
Kurang aktif, jika tidak dimotivasi. Jadi harus selalu didorong supaya selalu
aktif, seperti memberikan pertanyaan.
4. Berapa persen siswa yang bertanya atau memberi tanggapan mengenai
pembelajaran yang Bapak/Ibu ajarkan?
Jika ada diskusi pertanyaan yang menarik bagi mereka seperti tentang
kehidupan sehari-hari sekitar 30% terutama karena ada tambahan nilai bagi
siapa yang cepat. Tapi jika tentang materi sulit, hanya sedikit yang
menanggapi.
5. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu selalu dikerjakan dengan
baik oleh siswa?
Ya. Biasanya sebelum ganti materi siswa diberikan PR berupa uraian tentang
materi selanjutnya sehingga siswa sudah baca apa yang akan dipelajari.
6. Apakah siswa mengalami kesulitan belajar dalam mempelajari Biologi?
Biologi susah karena bahasanya, dan banyak yang harus dihafal. Harus ada
trik untuk mendiskusikan materi
7. Menurut Bapak/Ibu apakah siswa pernah diberikan suatu permasalahan untuk
diidentifikasi dalam pembelajaran (PBL)? Apa tanggapan siswa bila
diberikan suatu permasalahan/kasus tersebut?
Belum.
8. Bagaimana penerapan sistem penilaian hasil belajarnya? Untuk hasil belajar
kognitif apakah sudah menggunakan taksonomi baru Bloom?
220

Mengikuti kurikulum. Ada tiga, kognitif, psikomotorik dan afektif. Untuk


kognitif ada nilai pretes dan postes, serta nilai laporan praktikum. Kerja
kelompok dan presentasi untuk nilai psikomotor. Dan untuk sikap dibagi jadi
satu sikap per-KD dengan nilai A=sangat baik, B=baik, C=cukup, K=kurang.
9. Apakah terdapat praktikum atau LKS dalam konsep jamur?
Ya, biasanya praktikum membuat tapai ketan.
10. Menurut Bapak/Ibu media dan metode apa yang paling efektif dalam
mempelajari konsep jamur?
Semua metode bagus. Karena waktu yang terbatas, yang paling efektif adalah
siswa diberikan PR tentang materi selanjutnya, sehingga saat besoknya
diskusi, mereka cepat pahamnya, bekerja berkelompok.

Jakarta, 19 Desember 2016


Narasumber

Dra. Hj. Ernawati,. M.Pd


NIP. 196012171987032006
221

Lampiran 23
222

Lampiran 24
223

Lampiran 25
224

Lampiran 26
225
226
227
228
229
230
231
232

Lampiran 27

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN

1. Kelas Kontrol
233

2. Eksperimen

Anda mungkin juga menyukai