Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Azka Azzahra
NIM. 1112016100062
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Kata kunci: model pembelajaran, Case Based Learning, hasil belajar, jamur
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-
Nya yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi dengan
judul Pengaruh Model Case Based Learning (CBL) Terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Jamur.
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. Yanti Herlanti M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Penddikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Zulfiani, M.Pd., Dosen pembimbing I dan Eny S. Rosyidatun M.A.,
dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Nengsih Juanengsih M.Pd., Dosen pembimbing akademik Pendidikan
Biologi B 2012 yang telah memberikan bimbingan selama masa
perkuliahan.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan bantuan
untuk menyelesaikan penelitian ini.
7. Dr. Saryono, M.Si., Kepala Sekolah SMA Negeri 63 Jakarta yang telah
member izin untuk melaksanakan penelitian ini dan Dra. H. Ernawati,
M.Pd., guru bidang studi Biologi Kelas X SMA Ngeri 63 Jakarta yang
telah memberikan bimbingan dan arahan.
vii
8. Siswa kelas X MIA 2 dan X MIA 3 SMAN 63 Jakarta yang telah
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Ayah dan Ibu tercinta serta anggota keluarga yang selalu mendoakan dan
memberikan motivasi kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat penulis, Della, Ayu, Five, Putri, Diyah, Hanifia, Rahma,
Endah Dwi, Devi, Upi, dan Refika, kawan sesama dosen pembimbing,
Dika, Ilen, Ela, Dela, Iza, Fifi, Hani, Rifah serta seluruh kawan-kawan
mahasiswa Pendidikan Biologi, yang tak dapat disebutkan satu persatu,
terima kasih selalu memberikan semangat dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara
langsung maupun tidak langsung, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………………... i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI……………………… iii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………. iv
ABSTRAK ……………………………………………………………………….. v
ABSTRACT ……………………………………………………………..………... vi
ix
a. Pengertian Case Based Learning ……………………………………. 15
b. Karakteristik Case Based Learning …………………………………. 17
c. Perbedaan Case Based Learning dengan Problem Based Learning …19
d. Sintaks (Langkah) Model Case Based Learning ……………………. 20
e. Kelebihan Model Pembelajaran Case Based Learning ……………. 22
f. Kekurangan Model Pembelajaran Case Based Learning …………… 23
4. Tinjauan Konsep Jamur ………………………………………………… 24
a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Konsep Jamur ……………. 24
b. Kajian Konsep Jamur ………………………………………………...25
B. Hasil Penelitian yang Relevan ……………………………………………. 26
C. Kerangka Berpikir ………………………………………………………… 29
D. Hipotesis Penelitian ……………………………………………………….. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………… 32
x
a. Uji Normalitas ………………………………………………………. 42
b. Uji Homogenitas …………………………………………………….. 43
3. Uji Mann Whitney untuk Hasil Belajar Pretest dan Dimensi
Pengetahuan……………………………………………………………...44
4. Uji Hipotesis Uji-t untuk Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol... 45
J. Persentase Lembar Observasi ……………………………………………. 47
K. Hipotesis Statistika ……………………………………………………….. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………….. 48
A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 70
B. Saran ……………………………………………………………………… 71
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 33
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Konsep Jamur ............................................. 37
Tabel 3.3 Distribusi Soal Instrumen Dimensi Kognitif dan Dimensi Pengetahuan .... 37
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Reliabilitas .......................................................................... 40
Tabel 3.5 Indeks Tingkat Kesukaran Soal ANATES .................................................. 41
Tabel 3.6 Indeks Kriteria Daya Beda ANATES .......................................................... 41
Tabel 4.1 Data Skor Pretest dan Posttest ..................................................................... 49
Tabel 4.2 Data Frekuensi N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol .............................. 50
Tabel 4.3 Persentase ketercapaian hasil belajar ranah pengetahuan dan jenjang kognitif
kelas eksperimen dan kontrol .................................................................. 51
Tabel 4.4 Persentae Ketercapaian Hasil Belajar Ranah Pengetahuan dan Jenjang
Kognitif Soal Berbasis Kasus Kelas Eksperimen dan Kontrol ................ 52
Tabel 4.5 Nilai LKS Kelas Eksperimen ....................................................................... 54
Tabel 4.6 Nilai LKS Kelas Kontrol ............................................................................. 54
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ..................................................................................................... 55
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol56
Tabel 4.9 Hasil Uji Beda Mann Whitney U Pretest Kelas Eksperimen Kontrol ......... 57
Tabel4.10 Hasil Uji-t Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................... 58
Tabel4.11 Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Dimensi Pengetahuan
Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................ 59
Tabel4.12 Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Dimensi Pengetahuan
Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................ 60
Tabel4.13 Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Dimensi Pengetahuan
Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................... 61
Tabel4.14 Hasil Observasi Siswa Selama Pembelajaran di Kelas Eksperimen........... 62
Tabel4.15 Hasil Observasi Kegiatan Guru Selama Pembelajaran di Kelas Eksperimen
................................................................................................................. 62
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Eksperimen ................. 75
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kontrol ....................... 89
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ............................. 101
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol ................................... 125
Lampiran 5 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen ....................................................... 131
Lampiran 6 Hasil SPSS validasi ....................................................................... 153
Lampiran 7 Rekap Analisis Butir Soal ............................................................. 158
Lampiran 8 Soal Instrumen Tes Hasil belajar ................................................. 167
Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Kelas Eksperimen ................................. 174
Lampiran 10 Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen ............................... 178
Lampiran 11 Lembar Observasi Guru Kelas Kontrol ....................................... 180
Lampiran 12 Lembar Observasi Siswa Kelas Kontrol ..................................... 184
Lampiran 13 Hasil Perhitungan Pretest, Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan
Kontrol ......................................................................................... 186
Lampiran 14 Rubrik dan Nilai LKS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..... 187
Lampiran 15 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest ........................... 188
Lampiran 16 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest ....................... 189
Lampiran 17 Hasil Uji Hipotesis Statistik ........................................................ 190
Lampiran 18 Ketercapaian Hasil Belajar Ranah Pengetahuan dan Jenjang Kognitif
Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol .................... 191
Lampiran 19 Ketercapaian Hasil Belajar Ranah Pengetahuan dan Jenjang Kognitif
Pretest dan Posttest pada Soal Berbasis Kasus ............................ 203
Lampiran 20 Uji Normalitas, Homogenitas dan Mann Whitney-U Dimensi
Pengetahuan ................................................................................. 202
Lampiran 21 Uji Normalitas, Homogenitas dan Mann Whitney-U Gabungan dari
Dimensi kognitif dan Dimensi Pengetahuan ............................... 206
Lampiran 22 Pedoman Wawancara Guru ......................................................... 219
Lampiran 23 Surat Bimbingan Skripsi ............................................................. 221
Lampiran 24 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................... 222
Lampiran 25 Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 223
xiv
Lampiran 26 Lembar Uji Referensi .................................................................. 224
Lampiran 27 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............................................... 232
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau disebut dengan ilmu sains pada
hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi.
Sikap merupakan sikap ilmiah seperti teliti, jujur, sistematis, dan rasa ingin tahu
yang besar terhadap suatu hal misalnya hubungan sebab akibat yang menimbulkan
masalah dan perlu dicari pemecahan masalahnya. Hal yang akan dilakukan atau
diujikan merupakan suatu proses, yakni metode ilmiah meliputi penyusunan
hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan
penarikan kesimpulan. Aktivitas itu mengasilkan sebuah produk berupa suatu
fakta, prinsip, teori dan hukum. Wujud aplikasi dari pembeajaran IPA adalah
penerapan metode ilmiah dan mengaitkan konsep yang dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari atau bersifat kontekstual. Keempat unsur tersebut
merupakan hakikat IPA secara utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.1
Biologi sendiri merupakan cabang dari sains yang berkonsentrasi untuk
mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungan. Mempelajari hubungan antar
sesama makhluk hidup dan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungan. Semua itu sangatlah kompleks dan erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Dalam program pendidikan, biologi menjadi sangat penting bagi
setiap individu dalam rangka mengenal dan memahami konsep yang berkaitan
dengan dirinya sendiri dan lingkungan alam sekitarnya, untuk membangun
kemampuan berpikirnya serta mengembangkan keterampilan, wawasan dan
kesadaran tentang ilmu yang berkaitan dengan pemanfaatannya dalam kehidupan
sehari-hari sedini mungkin, sehingga dapat diterapkan secara nyata. Sebagai
contoh, dalam materi Jamur pada biologi, sangat erat kaitannya dengan
pemanfaatan sehari-hari yakni dapat menghasilkan bahan makanan yang bergizi
tinggi seperti tempe dan oncom. Kemudian juga ada jamur yang berbahaya
1
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.1, h. 46-47.
1
2
bagi tubuh yang harus dihindari. Oleh karena itu, materi jamur ini perlu dipelajari
siswa, sehingga siswa dapat menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan
jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara
teliti dan sistematis.
Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam dan
makhluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya
penguasaan kumpulan-kumpulan fakta, tetapi juga proses penemuan sehingga
menjadi bermakna. Hal ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA tidak hanya
berlandaskan pada teori saja tetapi lebih menekankan pada prinsip-prinsip suatu
proses belajar mengajar dan kaitannya dengan kehidupan nyata. Dengan
pentingnya Biologi dan IPA untuk siswa tersebut, maka pengajaran dalam
pendidikan juga harus terus dikembangkan.
Terdapat beberapa siswa yang mengalami hambatan dalam proses
pembelajarannya. Hambatan atau kesulitan belajar tersebut tentu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kegagalan dalam mencapai prestasi yang
maksimal, usaha untuk mengatasi kesulitan belajar pun tidak mudah untuk
dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena proses belajar merupakan proses
kompleks yang saling mengaitkan banyak faktor. Hal ini terbukti dari penelitian
yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS). Indonesia menempati peringkat ke-35 dari 46 negara peserta TIMSS
2003, peringkat ke-36 dari 48 negara peserta pada TIMSS 2007, dan peringkat ke
38 dari 42 negara peserta TIMSS. Rerata hanya 5% siswa Indonesia yang dapat
mengerjakan soal-soal dalam kategori tinggi dan advance [memerlukan
reasoning], sedangkan 71% siswa Korea sanggup. Dalam perspektif lain, 78%
siswa Indonesia hanya dapat mengerjakan soal-soal dalam kategori rendah [hanya
memerlukan knowing atau hafalan].2 Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa di
Indonesia kurang terasah kemampuan penalaran, analisis logika, serta kemampuan
menemukan pola bentuk umum dan pengintegrasian dari konsep yang diajarkan
untuk menarik kesimpulan.
2
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013): Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. 1,
h. 18.
3
3
Kementerian Pendidikan Nasional, Standar Pengelolaan Pendidikan, 2007, h. 6, diakses dari
(http://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/pengelolaan/Permen_19_Th-2007.zip) pada 27
Juli 2017 pukul 22.40 WIB.
4
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Ghaila Indonesia, 2014), Cet. 2, h. 15.
4
kehidupan nyata yang kompleks untuk dipecahkan. Siswa yang berusaha pada
tantangan tersebut dengan cepat dapat mengenal kebutuhan akan sebuah informasi
fakta, keterampilan dan pemahaman konsep yang mana guru sediakan instruksi
petunjuknya atau hanya dengan membantu siswa untuk belajar dengan mandiri.5
Metode mengajar induktif telah berkembang menjadi beberapa bentuk,
salah satunya adalah Case Based Learning (CBL). Model CBL menggunakan
metode kasus sebagai pemancing proses berpikir. Mensyaratkan siswa untuk
mendefinisikan masalah yang terdapat dalam kasus berupa Well Structured dan
mengaitkannya dengan konsep dasar biologi untuk membantu memecahkan
masalah. Ketika siswa mulai menyimpang, guru akan mengggunakan guiding
question yang dapat memandu siswa kembali pada tujuan awal pembelajaran.6
Dengan penyajian kasus dapat menarik minat siswa dalam belajar sehingga hasil
belajar pun dapat meningkat. Siswa juga harus memahami maksud materi yang
diajarkan di dalam kelas dan juga mengerti pengaplikasiannya dalam kehidupan
sehari-hari sehingga membantu siswa untuk siap terjun ke dalam dunia nyata.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, siswa lebih aktif menanggapi
pertanyaan dan melakukan diskusi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Hal ini senada dengan pernyataan bahwa CBL dianggap sebagai model
pembelajaran yang efektif menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik.7
Penerapan model CBL telah terbukti efektivitasnya dalam berbagai
penelitian. Beberapa hasil penelitian terkait penggunaan model ini menunjukkan
dapat meningkatkan berbagai aspek dalam pembelajaran. Salah satu penelitian
menunjukkan hasil bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan
menggunakan model Case Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan
5
Michael Prince & Richard Felder, The Many Faces of Inductive Teaching and Learning,
Journal of College Science Teaching, Vol. 36, No. 5, 2007, p. 14, diakses dari
(http://www4.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/Papers/Inductive(JCST).pdf) pada 27
Juli 2017 pukul 21.24 WIB.
6
Malathi Srinivasan, et al., Comparing Problem-Based Learning with Case-Based Learning:
Effects of a Major Curricular Shift at Two Institutions, Academic Medicine, Vol. 82, No. 1, 2007,
p. 74, diakses dari (https://www.scribd.com/mobile/document/340895600/Comparing-Problem-
Based-Learning-With-Case-Based-10) pada 27 Juli 2017 pukul 20.05 WIB.
7
Quek Choon Lang Gwendoline & Wang Qiyun, Supporting Beginning Teacher’s Case-Based
Learning in a Technology-Mediated Learning Environment, Proceedings Ascilite Disney, 2010, p.
783, diakses dari (http://www.ascilite.org/conferences/sydney10/procs/Quek-concise.pdf) pada 26
Juli 2017 pukul 20.16 WIB.
5
metode ceramah.8 Selain itu beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa
studi kasus, terlepas dari sumber, secara signifikan lebih efektif daripada metode
pengiriman konten lain untuk meningkatkan kinerja pada pertanyaan asesmen
yang berkaitan dengan ikatan kimia, osmosis dan difusi, mitosis dan meiosis, dan
struktur DNA serta replikasi.9
Mencermati uraian di atas, maka penulis berinisiatif untuk mengadakan
studi dengan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai CBL untuk pelajaran
IPA Biologi dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa. Peneliti memberi
judul untuk penelitian ini “Pengaruh Model Pembelajaran Case Based Learning
(CBL) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Jamur”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa kurang terasah kemampuan penalaran, analisis logika, serta
menemukan pola bentuk umum dan pengintegrasian dari konsep yang
diajarkan untuk menarik kesimpulan.
2. Proses belajar IPA secara deduktif kurang mendorong peserta didik untuk
secara aktif dalam mencari dan menemukan konsep secara mandiri
3. Perlu adanya suatu inovasi pembelajaran induktif dan berbasis masalah yang
mengasah kemampuan berpikir siswa dalam menganalisis suatu konsep
dengan pengalaman kehidupannya
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini, meliputi:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Case Based Learning yang
merupakan model berbasis permasalahan sehingga dapat memicu proses
berpikir siswa.
2. Data primer merupakan hasil belajar siswa pada aspek dimensi kognitif siswa
berdasarkan taksonomi Bloom (C1-C6) dan dimensi pengetahuan (faktual,
8
Shofika Nurul Laili, “Pengaruh Metode Case Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis”, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta, 2015, tidak dipublikasikan.
9
Kevin M. Bonney, Case Study Teaching Method Improves Student Performance and
Perceptions of Learning Gains, Journal of Microbiology & Biology Education, Vol, 16, No. 1,
2015, p. 21, diakses dari (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4416499/) pada Agustus
28 Maret 2017 pukul 17.21 WIB.
6
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh
antara model pembelajaran Case Based Learning (CBL) terhadap hasil belajar
biologi siswa pada konsep Jamur?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Case Based Learning (CBL) terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep
jamur.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini, antara lain:
1. Meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang disampaikan
2. Memberikan pengalaman baru dalam penggunaan model Case Based
Learning bagi siswa dalam pembelajarannya.
3. Memberikan rekomendasi dan pedoman kepada guru tentang penggunaan
model pembelajaran Case Based Learning dalam upaya mencapai
pembelajaran yang optimal.
4. Memotivasi guru untuk memperluas penggunaan model pembelajaran Case
Based Learning pada konsep atau materi lain.
5. Mengetahui gambaran mengenai implementasi model pembelajaran Case
Based Learning sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
penelitian lain yang relevan.
BAB II
A. Deskripsi Teoretik
1. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Hal ini mengartikan bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan, sangat tergantung pada proses belajar yang dialami
siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.1
Belajar, pada hakekatnya merupakan proses menjadi tahu. Menurut
pandangan konstruktivisme, belajar merupakan sebuah proses
pengkonstruksian atau pembentukan makna secara aktif oleh pembelajar
terhadap data sensori baru, dan pengetahuan sebelumnya (prior
knowlegde).2 Arti belajar dengan kata-kata yang singkat, yakni
pengembangan hubungan-hubungan baru (new associations) sebagai hasil
pengalaman. Belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal
(purely internal event) dan merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat
dengan nyata; proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang
mengalami belajar.3 Hal ini sangat terlihat jelas bahwa struktur kognitif
yang ada sebelumnya pada diri pembelajar memegang peran yang sentral
dalam proses belajar.
Terdapat beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian
tentang belajar, yaitu bahwa: (1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam
tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet. 19, h. 87.
2
I Wayan Sadia, Model-Model Pembelajaran Sains Konstruktivistik, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2014), Cet.1, h. 4.
3
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), Cet. 25, h.
85.
7
8
yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku
yang lebih buruk, (2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi
melalui latihan atau pengalaman, (3) Tingkah laku yang mengalami
perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik
maupun psikis.4
Proses belajar bukanlah penambahan informasi baru secara sederhana,
tetapi dapat terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan
lingkungan belajar, yakni melibatkan interaksi pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Proses belajar juga bukan hanya
terjadi di kelas saja, tetapi dapat terjadi di manapun siswa berada, dengan
optimalisasi panca indera dan pengalamannya maka siswa dapat mengolah
pemikirannya untuk membuat sebuah ide gagasan dan sikap baru berdasarkan
apa yang mereka rasakan. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat
dikatakan berhasil bila dalam diri individu terbentuk pengetahuan, sikap,
keterampilan, atau kebiasaan baru yang secara kualitatif harus lebih baik dari
sebelumnya, sebagai produk dari interaksinya dengan pengetahuan
sebelumnya.
4
Ibid., h. 84-85.
5
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013): Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. 1,
h. 62.
6
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. 17, h. 22.
9
7
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2011), Cet.17, h. 118.
8
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl (eds), Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. dari A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives
oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet. 1, h. 6.
10
situasi konkret, menerapkan ide atau teori ke dalam situasi baru. Aspek
keempat yaitu analisis, usaha memilah suatu integritas menjadi bagian-bagian
yang tetap terpadu. Aspek kelima yaitu evaluasi, salah satunya dengan
memberikan penilaian terhadap sesuatu dengan kriteria atau standar yang
telah ditetapkan. Dan aspek terakhir yakni sintesis, menyatukan unsur-unsur
atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh..9
Dimensi pengetahuan memiliki empat aspek, aspek pertama yakni
pengetahuan faktual terdiri atas elemen-elemen mendasar yang digunakan
pakar dalam mengkomunikasikan disiplin ilmunya, memahaminya, dan
mengorganisasikannya secara sistematis. Dua subtipe pengetahuan faktual
adalah pengetahuan terminologi dan pengetahuan mengenai rincian-rincian
spesifik.
Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan tentang kategori-kategori
dan klasifikasi-klasifikasi serta hubungan di antara keduanya, yaitu bentuk-
bentuk pengetahuan yang terorganisir dan lebih kompleks. Tiga subtipe
pengetahuan konseptual adalah pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori-
kategori, pengetahuan mengenai prinsip-prinsip generalisasi, serta
pengetahuan tentang teori, model dan struktur.
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan
sesuatu, seperti menyelesaikan latihan-latihan yang rutin untuk
menyelesaikan masalah. Tiga subtipenya adalah pengetahuan mengenai
keterampilan khusus, algoritma, pengetahuan mengenai metode dan teknik
khusus subjek, dan pengetahuan mengenai kriteria ketika akan menggunakan
prosedur yang sesuai.
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai pengertian
umum dan kesadaran akan pengetahuan mengenai pengertian seseorang,
misalnya bagaimana membuat siswa lebih menyadari dan bertanggung jawab
akan pengetahuannya sendiri. Tiga subtipenya adalah pengetahuan strategis,
pengetahuan kondisional dan kontekstual, dan pengetahuan diri. Contoh
pengetahuan diri seperti pengetahuan di mana seseorang menganggap dirinya
9
Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2011), Cet.1, h. 39-45.
11
10
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Ghaila Indonesia, 2014), Cet. II, h. 8-9.
12
11
Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 129-136.
12
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta Press, 2006), Cet.1, h. 4.
13
sebaliknya.13 Penilaian hasil belajar juga bisa dijadikan alat atau tolak ukur
keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru, sekaligus tingkat pencapaian
siswa terhadap kompetensi yang telah dilakukan.
Untuk melakukan kegiatan penilaian maka dibutuhkan yang namanya
alat-alat penilaian, baik tes maupun nontes yang cocok digunakan untuk
melihat sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Dalam kaitannya dengan
penyusunan alat-alat penilaian tersebut perlu memperhatikan beberapa
langkah yang harus ditempuh, yakni: (1) menelaah kurikulum dan buku
pelajaran agar dapat ditentukan lingkup pertanyaannya; (2) merumuskan
tujuan instruksional khusus, sehingga jelas kemampuan yang harus dinilai;
(3) membuat kisi-kisi alat penilaian, yang menggambarkan lingkup materi,
tingkat kesulitan soal dan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk
mengerjakan soal tersebut; (4) menyusun soal berdasarkan kisi-kisi yang
telah dibuat; dan (5) menentukan kunci jawaban.14
Seperti yang telah dikemukakan di atas, penilaian atau evaluasi dalam
pembelajaran tidak kalah pentingnya dengan penetapan tujuan dan proses
pembelajaran itu sendiri. Salah satu tujuan dilakukannya penilaian adalah
mengetahui tingkat pencapaian proses dan hasil dari pembelajaran, untuk
selanjutnya dijadikan sebagai bahan koreksi untuk pembelajaran yang akan
datang. Mengingat begitu pentingnya penilaian dalam suatu pembelajaran
maka dalam pelaksanaan penilaian perlu memperhatikan hal-hal penting yang
telah menjadi prinsip dari penilaian itu sendiri.
13
Kunandar, Op.Cit., h. 11.
14
Nana Sudjana, Op.Cit., h. 10.
15
Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan
Keterampilan Berpikir, Edisi 6 ,Terj. dari Strategie and Models for Teachers: Teaching Content
and Thinking Skills, Sixth Edition oleh Satrio Wahono, (Jakarta: PT Indeks, 2012), Cet,1, h.6.
14
pembelajaran dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan.16 Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh
oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan
instruksional tertentu.17 Sehingga pendekatan lebih mendekatkan kepada
strategi dalam perencanaan.
Metode pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru untuk
menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi
kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar siswa.18 Model
adalah “Rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme
suatu pengajaran meliputi sumber belajar, subyek pembelajar, lingkungan
belajar dan kurikulum”.19 Model tidak hanya berupa teknik tetapi juga
keseluruhan penunjang yang ada dalam kegiatan pembelajaran, yang berkaitan
dengan penerapan teknik tersebut.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada
strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur, antara lain: (1)
rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
(2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan belajar
yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.20
Sebagai perbandingan, model mengajar atau model pembelajaran adalah
pendekatan spesifik dalam mengajar yang memiliki tiga ciri: (1) Model
dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan memperoleh pemahaman mendalam tentang bentuk spesifik materi; (2)
Model mencakup serangkaian langkah atau fase yang bertujuan membantu
siswa mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik; (3) Model didukung teori
16
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 85.
17
Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 91.
18
Rusmono, Op.Cit., h. 24.
19
Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini, Op.Cit., h. 117.
20
Trianto, Op.Cit. h. 6.
15
21
Paul Eggen dan Don Kauchak, Op.Cit., h. 7.
22
Roy Killen, Effective Teaching Strategies: Lessons from Research and Practice 5th Edition,
(South Melbourne: Thomson/Social Science Press, 2009), p. 325.
23
Serkan Celik, Yasemin D. Cevik, and Tulin Haslaman, Reflections of Prospective Teachers
Regarding Case-Based Learning, Turkish Online Journal of Qualitative Inquiry, Vol.3, No.4,
2012, p. 65, diakses dari (http://dergipark.ulakbim.gov.tr/tojqi/article/view/5000093483
/5000086986) pada 20 Agustus 2017 pukul 18.55 WIB.
24
Quek Choon Lang Gwendoline & Wang Qiyun, Supporting Beginning Teacher’s Case-Based
Learning in a Technology-Mediated Learning Environment, Proceedings Ascilite Disney, 2010, p.
783, diakses dari (http://www.ascilite.org/conferences/sydney10/procs/Quek-concise.pdf) pada 1
September 2017 pukul 20.16 WIB.
16
tersendiri bagi siswa sehingga hal tersebut membuat siswa tertarik dan tidak
cepat melupakannya.
Kriteria kasus yang baik adalah kasus menceriterakan suatu keritera,
memfokuskan pada isu baru yang menarik, berisi dengan drama, umurnya
tidak lebih dari lima tahun, menimbulkan empati kepada karakter
sentralnya, berisi dengan kutipan-kutipan, mempunyai manfaat
pembelajaran, berisi sesuatu yang kontroversial, berorientasi pada
keputusan, dapat digeneralisasi, dan kasus yang baik tidak harus panjang.25
Kasus digunakan dalam pengajaran dipakai untuk meningkatkan
pembelajaran tentang prinsip dasar (teori) dan praktek. Siswa harus
menggali dan menemukan masalah serta pemecahan dari kasus yang
diberikan tersebut dibawah pengawasan tutor atau guru dalam suatu format
diskusi.
Case Based Learning (CBL) berperan sebagai katalis untuk diskusi di
kelas yang diimplementasikan oleh guru dan siswa terlibat secara aktif di
dalamnya.26 CBL merupakan salah satu pembelajaran yang berorientasi
pada siswa dan model pembelajaran yang menggunakan kasus sebagai
pemancing proses berpikir. Pada CBL siswa dapat aktif mendiskusikan
kasus yang disajikan oleh guru di kelas.
Case Based Learning (CBL) mempersyaratkan siswa untuk memiliki
pengetahuan tentang materi sebelumnya sehingga dapat digunakan untuk
membahas kasus tersebut. Kasus disajikan setelah siswa mendapatkan
sedikit pengetahuan sebagai bahan diskusi di kelas. Kasus yang digunakan
dalam model ini dapat berupa kasus nyata maupun fiktif yang disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran. Penyajian kasus yang diberikan di awal
pembelajaran haruslah kasus yang sederhana dulu agar siswa tidak kaget
dan berakibat tidak baik pada opini siswa tentang pelajaran tersebut.
Penggunaan kasus untuk pengajaran dan pembelajaran bukanlah hal
baru lagi. Studi kasus sudah digunakan sejak tahun 1788 oleh Medical
Society of New Haven. Studi kasus dikenalkan pada tahun 1871 kepada
25
Jogiyanto, Filosofi, Pendekatan, dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus: untuk Dosen
dan Mahasiswa, Edisi 3, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2009), Cet.10, h. 56.
26
Serkan Celik, Yasemin D. Cevik and Tulin Haslaman, Loc. Cit.
17
27
Jane A. Schumacher, Case Based Learning: Preparing Adult Learners to Become Thoughtful
Leaders, p. 3, diakses dari (https://research.phoenix.edu/sites/default/files/user-presentation/Schu
macher%2520Case%2520Based%2520Learning%2520Clute%2520Institute%25201314_1.pdf)
pada 27 Juli 2017 pukul 10.02 WIB.
28
Michael Prince, Richard Felder, The Many Faces of Inductive Teaching and Learning,
Journal of College Science Teaching, Vol. 36, No. 5, 2007, p. 17, diakses dari
(http://www4.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/Papers/Inductive(JCST).pdf) pada 27
Juli 2017 pukul 21.24 WIB.
29
Roy Killen, Op.Cit., p. 326.
18
30
Michael Prince & Richard Felder, Op.Cit., p.14.
31
Clyde Freeman Herreid, What Makes a Good Case?: Some Basic Rules of Good Storytelling
Help Teachers Generate Student Excitement in The Classroom, Journal of College Science
Teaching, Vol. 27, No. 3, 1998, p.163-164, diakses dari (http://sciencecases.lib.buffalo.edu/
cs/pdfs/What%2520Makes%2520a%2520Good%2520Case-XXVII-3.pdf) pada 27 Juli 2017 pukul
19.00 WIB.
19
32
Bisatya W. Maer dan Esterlita Devi Hendrayani, “Case-Based dan Problem-Based Learning
Dalam Pengajaran Struktur", Konferensi Nasional FTSP Jurusan Arsitektur Universitas Kristen
Petra Surabaya, h. 55, diakses dari (http://repository.petra.ac.id/15946
/1/Makalah_Case_Prob_Base_00 01.pdf) pada 27 Juli 2017.
33
Susandari, Pengaruh Metode “Case Based” pada Pemahaman Konsep dan Teori Psikologi
Pendidikan, Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial Ekonomi, dan Humaniora,
Vol. 3, No.1, 2012, h. 362, diakses dari (http://proceeding.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/
view/495/pdf_1) pada 27 Juli 2017 18.45 WIB.
34
Ibid.
20
pada Case Based Learning guru lebih banyak berperan dari pada Problem
Based Learning yang mana gurunya membimbing siswa dengan cara
memberikan pertanyaan yang memancing penyelesaian soal.35
Barrows membuat sebuah taksonomi yang mengklasifikasikan
Problem Based Learning menjadi enam kategori dengan menggunakan dua
variabel menjadi tiga tingkatan. Sistem kategori taksonomi Barrow dapat
digunakan sebagai kerangka struktur untuk melihat perbedaan model
pembelajaran masalah. Dua variabel tersebut adalah tingkat kemandirian
belajar (self-directedness) dan struktur masalahnya. Selanjutnya dari
variabel kemandirian belajar menjadi tiga tingkatan antara lain (1) diarahkan
oleh guru (teacher-directed), (2) diarahkan oleh siswa (student-directed),
dan (3) sebagian diarahkan oleh guru dan siswa. Untuk variabel kesulitan
struktur masalah, didefinisikan menjadi tiga tingkatan: (1) complete case
(well structured), yang mana masalah disajikan dalam format lengkap
dengan rangkuman fakta yang terorganisir, (2) full problem simulation (free
inquiry), yang mana masalah merupakan ill-structured dan disajikan dengan
informasi yang lengkap, (3) partial problem simulation, yang mana berada
di antara complete case dan full problem simulation.36 Case Based Learning
berada pada tingkatan well-structured dan sebagian diarahkan oleh guru dan
siswa. (lihat gambar 2.1)
35
Malathi Srinivasan, et. al., Comparing Problem-Based Learning with Case-Based Learning:
Effect of A Major Curricular shift at Two Institution, Academic Medicine, Vol. 82, No. 1, 2007, p.
74, diakses dari (https://www.scribd.com/mobile/document/ 340895600/Comparing-Problem-
Based-Learning-With-Case-Based-10) pada 27 Juli 2017 pukul 20.05 WIB.
36
Woei Hung, Theory to Reality: a Few Issues in Implementing Problem-Based Learning,
Educational Technology Research and Development, Vol. 59, No. 4, 2011, p. 533, diakses dari
(https://link.springer.com/article/10.1007/s11423-011-9198-1) pada 15 Maret 2017 pukul 10.00
WIB.
37
Brett Williams, The Implementation of Case-Based Learning - Shaping the Pedagogy in
Ambulance Education, Journal of Emergency Primary Health Care, Vol. 2, No.3, 2004, p. 4,
diakses dari (http://citeseerx.ist.psu.edu/) pada 15 Maret 2017 pukul 09.58 WIB.
21
1) Menetapkan kasus: kasus dipilih yang sesuai dengan materi dan dengan
tujuan untuk mengembangkan kemampuan inkuiri dan diskusi siswa.
2) Menganalisa kasus: kasus didiskusikan oleh kelompok.
Siswa harus merumuskan masalah dimana siswa harus mengoptimalkan
pengetahuan awal yang dimiliki dengan cara mengingat kembali
konsep-konsep yang terkait. Pada perumusan masalah siswa juga harus
mengidentifikasikan pertanyaan-pertanyaan pada kasus tersebut, mana
informasi yang penting pada kasus dan mana yang kurang penting.
Setelah mengidentifikasi pertanyaan, langkah selanjutnya dalam
menganalisa kasus adalah menganalisa masalah. Siswa menganalisa
apakah masalah yang harus diselesaikan dalam kasus yang disajikan.
3) Menemukan secara mandiri informasi, data dan literatur. Siswa juga
menyediakan bukti, data atau hasil lab yang mendukung. Siswa
memerlukan banyak informasi dalam memecahkan masalah. Siswa
yang kritis tidak mudah percaya begitu saja terhadap suatu informasi
22
38
Susandari, Op.Cit., h. 363-364.
23
39
Bisatya W. Maer dan Esterlita Devi Hendrayani, Op.Cit, h. 55-56.
40
Woei Hung, Op.Cit, p. 534.
24
41
Neil A. Campbell, Jane B. Reece, & Lawrence G. Mitchell, et.al., Biologi Edisi ke-delapan
Jilid II, Terj. dari Biology 8th Edition oleh Damaring Tyas Wulandari, Jilid II, (Jakarta: Erlangga,
2012), Cet.14, h.205.
42
Nunung Nurhayati, Mukhlis dan Agus Jaya, Biologi SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan
Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, (Bandung : Yrama Widya, 2014), h. 141.
26
sedangkan yang tidak bersepta disebut aseptat (hifa senositik). Sebagian besar
jamur, kecuali khamir yang uniselular, bersifat senosistik atau dalam
sitoplasmanya mengandung banyak nukleus (multinukleus).43
46
Kevin M. Bonney, Case Study Teaching Method Improves Student Performance and
Perceptions of Learning Gains. Journal of Microbiology & Biology Education. Vol. 16, No. 1,
2015, pp. 21-28, diakses dari (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4416499/) pada
Agustus 28 Maret 2017 pukul 17.21 WIB.
47
Shofika Nurul Laili, “Pengaruh Metode Case Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis”, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2015, tidak dipublikasikan.
48
Muchamad Afcariono, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol.3, No.
2, 2008, h. 65-68, diakses dari (https://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-3-no-2-
muchamad-afcariono.pdf) pada 5 Maret 2017 pukul 13.25 WIB.
28
49
Musriadi, Djufri, dan Muhibuddin, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Inshafuddin Banda Aceh, Jurnal Edubio
Tropika, Vol. 2, No.1, 2014, h. 151-158, diakses dari (http://jet.jurnal.web.id/index.php/JET
/article/view/25/25) pada 27 Agustus 2017 pukul 18.20 WIB.
50
Malathi Srinivasan. et al., Op.Cit., pp. 74-82.
51
Fachrizal Kusuma Wijaya dan Sri Sundari, “The Differences Between Learning Method
Problem Based Learning with Case Based Learning on the Level of Satisfaction of Education
Students and Faculty of Medicine Physician Health Sciences Muhammadiyah University of
Yogyakarta”, Tesis pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, diakses
dari (http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t61565.pdf) pada 28 Maret 2017 pukul 19.00 WIB.
29
C. Kerangka Berpikir
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar
mengajar adalah pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk suatu
konsep. Pembelajaran yang dilaksanakan secara variatif, tidak monoton, serta
mampu meningkatkan keaktifan siswa merupakan hal yang penting dalam proses
belajar mengajar untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Mengatasi kesulitan belajar serta mencapai prestasi belajar yang
maksimal, siswa dan guru harus memahami terlebih dahulu proses belajar dan
seluruh faktor yang mempengaruhinya. Dibutuhkan pembelajaran yang dapat
membangkitkan stimulus belajar siswa serta menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan dan keterbukaan dari guru. Guru berperan sebagai fasilitator dan
mediator yang kreatif. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi, akan
tetapi juga menciptakan pengalaman belajar bagi siswa. Guru harus mampu
menemukan model dan teknik yang dapat mendukung perannya tersebut, sehingga
kegiatan belajar mengajar dapat terselenggara secara efektif. Guru dituntut untuk
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan agar siswa memahami konsep yang dipelajari.
Proses belajar IPA secara deduktif kurang mendorong peserta didik untuk
secara aktif dalam mencari dan menemukan konsep secara mandiri. Proses belajar
mengajar IPA juga tidak hanya berlandaskan pada teori saja tetapi lebih
menekankan pada prinsip-prinsip suatu proses belajar mengajar dan kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga perlu adanya suatu inovasi pembelajaran
induktif dan berbasis masalah yang mengasah kemampuan berpikir siswa dalam
menganalisis suatu konsep dengan pengalaman kehidupannya. Salah satu cara
pembelajarannya yaitu dengan memberikan siswa sebuah masalah, sehingga
menuntut siswa untuk mengaitkan konsep Biologi dengan lingkungan sekitar
mereka.
Baagan kerangka berpikir pada penelitian ini yang melibatkan hubungan
antara model pembelajaran Case Based Learning dengan hasil belajar biologi
siswa sebagai berikut:
30
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teoritik yang telah diuraikan sebelumnya, maka
peneliti mengajukan hipotesis penelitian yakni terdapat pengaruh penggunaan
model Case Based Learning (CBL) terhadap hasil belajar biologi siswa pada
konsep jamur.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Penerbit Alfabeta,
2015), Cet. 22, h.77.
2
Ibid., h.76.
32
33
Keterangan:
O1 : Hasil pretest yang diberikan sebelum proses pembelajaran
dimulai, diberikan kepada kedua kelompok eksperimen dan
kontrol.
E : Pembelajaran yang diberikan kepada kelas dengan menggunakan model
Case Based Learning
K : Pembelajaran yang diberikan kepada kelas kontrol (pembelajaran
saintifik)
O2 : Hasil posttest yang diberikan setelah proses pembelajaran yang
diberikan kepada ketiga kelompok eksperimen.
C. Alur Penelitian
Proses atau alur penelitian dimulai dari tahap persiapan, yang terdiri dari
pembuatan proposal penelitian, kemudian peneliti akan melakukan survei di
tempat uji coba instrumen dan penelitian, melakukan wawancara dengan guru
dan mengambil keputusan. Setelah itu, maka peneliti mulai membuat instrumen
penelitian yang terdiri dari tes dan non tes sesuai dengan kompetensi yang telah
ditentukan, ditambah penyusunan perangkat pembelajaran.
akhir, yakni melakukan analisis data, mencatat hasil penelitian dan terakhir
penarikan kesimpulan.
Tahap persiapan
Tahap Pelaksanaan
Pretest
Penerapan Kontrol
Penerapan model CBL
(pembelajaran saintifik)
Posttest
t
Tahap akhir
3
Ibid., h. 80.
35
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.5 Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu
variabel bebas (independen) dan variable terikat (dependen). Variabel tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
4
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), Cet. 10, h. 155.
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2013), Cet. 15, h. 161.
36
G. Instrumen
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam
mengumpulkan data sebagai salah satu bagian penting dalam penelitian.7
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan nontes
dengan batasan materi yaitu konsep Jamur yang mencakup kompetensi dasar
yang ditentukan, yakni menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan
jamur berdasarkan ciri-ciri, cara reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam
kehidupan.
1. Tes tertulis
Tes adalah pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan inteligensi yang dimiliki individu atau kelompok.8 Tes tertulis
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan melakukan pretes dan
postes pada konsep jamur.
Tes objektif jenis pilihan ganda berjumlah 40 soal tingkat dimensi kognitif
C1-C6 dengan dominasi C4 ke atas, disertakan juga dimensi kedua, yakni
dimensi pengetahuan dari Faktual, Konseptual, dan Prosedural yang terdiri dari 5
opsi jawaban yaitu a, b, c, d dan e. Kemudian untuk dimensi pengetahuan
metakognitif menggunakan tes objektif jenis uraian sebanyak 1 soal untuk tiap 10
soal terakhir dalam pilihan ganda. Hasil dari validasi menunjukkan 23 soal valid
yang terdiri dari 18 soal PG dan 5 soal uraian metakognitif.
6
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. 8, h. 220.
7
Mahmud, Op.Cit., h. 165.
8
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 193.
37
∑ soal 23
C1 C2 C3 C4 C5 C6 ∑
Faktual 3, 11*,
2, 8, 9*,
33a* 13 25*, 7, 14, 24* ⁄
10, 31a*
26*
Konseptual 1, 4, 5,
16*,
6*, 15*, 23*, 12*, 22*,
35a, 37a 17*, ⁄
36a* 29, 38a, 32a*, 34a
18*, 28
39a
Prosedural 19, 20,
21, 27*, 30 ⁄
40a
Metakognitif 34b*, 31b, 32b, 33b ,
37b*, 35b, 36B, ⁄
39b*, 38b*, 40b*
∑ ⁄ ⁄ ⁄ ⁄ ⁄ ⁄ ⁄
Ket: *(soal yang valid)
38
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan ketika proses belajar mengajar berkaitan dengan
aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran konsep jamur dengan
menggunakan model pembelajaran Case Based Learning (CBL). Lembar
observasi juga digunakan untuk mengamati keaktifan siswa saat proses
pembelajaran, sehingga dapat diketahui pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai
dengan tahapan pelaksanaan metode pembelajaran. Dalam penelitian kuantitatif,
instrumen observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap instrumen
lain. Lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui aktivitas guru
berbentuk checklist (ya dan tidak) sedangkan untuk siswa dengan skala kurang
dari 50 %, 50% dan lebih dari 50%.
H. Kalibrasi Instrumen
Instrumen terlebih dahulu diujicobakan kepada responden, dalam hal ini di
luar sampel yang telah ditetapkan. Hal tersebut untuk mengetahui apakah soal
tersebut memenuhi persyaratan seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan
daya beda sesuai dengan perhitungan dalam penelitian pada metode quasi
eksperimen, sehingga instrumen tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian
yang akan dilakukan atau tidak.
1. Uji validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
diinginkan. Untuk mengukur validitas tes, dapat ditentukan dengan menggunakan
korelasi product moment sebagai berikut: 9
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
Keterangan:
RXY : koefisien korelasi
N : banyaknya sampel
9
Ibid., h. 211-213.
39
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas artinya suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.10
Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir
pertanyaan. Uji reliabilitas ini dihitung dengan menggunakan koefisien Alpha,
dengan rumus sebagai berikut:11
∑
∑ ∑
( )( ) , di mana
Keterangan:
Rii : koefisien reliabilitas tes Alpha
∑σ12 : total varians butir
σ1 2 : total varians
k : banyaknya butir pertanyaan
10
Ibid., h. 221.
11
Ibid., h. 238.
40
Interval Kriteria
< 0,20 Sangat rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,60 Cukup
0,60 – 0,80 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
Keterangan:
I : indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B : jumlah siswa yang menjawab benar
N : jumlah peserta tes
12
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. 17, h. 136-137.
13
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta Press, 2006), Cet.1, h. 103.
41
4. Daya Pembeda
Tujuan daya pembeda soal adalah untuk mengetahui kesanggupan soal
dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya), dengan
siswa yang tergolong kurang.14 Daya pembeda dihitung dengan program
ANATES.
14
Nana Sudjana, Op. Cit., h.141.
42
1. Uji N-Gain
Uji N-Gain dilakukan setelah diperoleh data nilai pretest dan posttest
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang diperoleh setelah kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan Normalized Gain.
a. Uji Normalitas
Setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Uji
Normalitas Pretest dan Posttest kedua sampel menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS 22. Uji normalitas dianalisis
dengan langkah-langkah sebagai berikut:16
3) Mengklik data view pada SPSS editor, pada kolom Nilai dimasukkan
nilai siswa
15
Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, p. 1, diakses dari (http://www.physics
.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf) pada 29 Juli 2017 pukul 17.00 WIB.
16
Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS/Lisrel
dalam Penelitian, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada: 2015), Cet. 1, h.156.
43
4) Pada menu utama SPSS (Versi 22), dipilih menu Analyze, kemudian
dipilih menu Descriptive Statictics, kemudian diklik Explore sehingga
akan tampil kotak baru.
7) Pada Boxplots, diklik None, selanjutnya diklik Normality plots with test,
lalu diklik Continue dan OK.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok data
yang diuji memiliki varians yang sama atau tidak. Hasil pretest dan posttest
kedua sampel menggunakan Uji Levene pada SPSS versi 22. Langkah-
langkah pengujian homogenitas adalah sebagai berikut:17
a) Pada kolom name baris pertama diklik nama “Kelas” dan pada
baris kedua diketik data yang akan diuji misal “Nilai”
b) Pada kolom decimal ganti dengan angka 0
c) Pada baris Kelas, diberi nama untuk kode 1 dan 2 pada kolom
Values, lalu dimasukkan angka 1 untuk Eksperimen dan angka 2
untuk Kontrol, kemudian diklik OK
17
Ibid., h. 166.
44
3) Pengisian data dengan diklik data view pada SPSS editor. Pada kolom
Kelas dimasukkan kelas yang digunakan sesuai dengan jumlah siswa di
kelas tersebut, apabila kelas Eksperimen, maka diketik angka 1 dan bila
Kontrol maka diketik angka 2. Kemudian pada kolom Nilai,
dimasukkan nilai siswa sesuai dengan kelasnya.
3. Uji Beda Mann Whitney U untuk Hasil Belajar Pretes dan Dimensi
Pengetahuan
Hasil uji normalitas pada hasil data pretest dan dimensi pengetahuan
terdapat data yang tidak normal, maka hipotesis hasil belajar dimensi
pengetahuan diuji dengan menggunakan uji Mann Whitney U. Uji Mann
Whitney digunakan untuk menguji perbedaan dua sampel bebas
(independen).18 Perhitungan uji Mann Whitney U menggunakan SPSS 22.
Adapun langkah-langkah analisisnya sebagai berikut:19
a) Pada kolom name baris pertama diklik nama “Kelas” dan pada baris
kedua diketik data yang akan diuji misal “Nilai”
b) Pada kolom decimal diganti dengan angka 0
18
Ibid., h. 489.
19
Ibid., h. 492.
45
c) Pada baris Kelas, diberi nama untuk kode 1 dan 2 pada kolom
Values, lalu baris Kelas dimasukkan angka 1 untuk Eksperimen dan
angka 2 untuk Kontrol, diklik Add, kemudian OK
3) Pengisian data dengan mengklik data view pada SPSS editor. Pada
kolom Kelas dimasukkan kelas yang digunakan sesuai dengan jumlah
siswa di kelas tersebut, apabila kelas Eksperimen, maka diketik angka 1
dan bila Kontrol maka diketik angka 2. Kemudian pada kolom Nilai,
dimasukkan nilai siswa sesuai dengan kelasnya.
4) Pada menu utama SPSS diklik Analyze dan dipilih Nonparametric test
dan dipilih Legacy Dialogs serta 2 Independent Samples.
7) Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai probabilitas (Sig). Jika nilai (sig) >
0,05 maka H0 diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan pada data
yang diuji. Jika nilai (sig) < 0,05, H0 ditolak yang artinya terdapat
perbedaan pada data yang diuji.
a) Pada kolom name baris pertama klik nama “Kelas” dan pada baris
kedua ketik data yang akan diuji misal “Nilai”
b) Pada kolom decimal ganti dengan angka 0
c) Pada baris Kelas, beri nama untuk kode 1 dan 2 pada kolom Values,
lalu baris Kelas masukkan angka 1 untuk Eksperimen dan angka 2
untuk Kontrol, klik Add, kemudian OK
3) Pengisian data dengan klik data view pada SPSS editor. Pada kolom
Kelas masukkan kelas yang digunakan sesuai dengan jumlah siswa di
kelas tersebut, apabila kelas Eksperimen, maka ketik angka 1 dan bila
Kontrol maka ketik angka 2. Kemudian pada kolom Nilai, masukkan
nilai siswa sesuai dengan kelasnya.
6) Interpretasi data diperoleh nilai probabilitas (Sig). Jika nilai (sig) > 0,05
maka H0 diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan pada data yang
diuji. Jika nilai (sig) < 0,05, H0 ditolak yang artinya hipotesis yang
20
Ibid., h. 295.
21
Ibid., h. 300.
47
Nilai persentase =
K. Hipotesis Statistika
Penelitian ini merupakan penelitian dengan hipotesis searah. Perumusan
hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : μ1 ≤ μ2
Ha : μ1 > μ2
Keterangan:
H0: tidak terdapat pengaruh dari penerapan model pembelajaran Case Based
Learning terhadap hasil belajar biologi siswa
Ha: terdapat pengaruh dari penerapan model pembelajaran Case Based Learning
terhadap hasil belajar biologi siswa
1. Data Hasil Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetap kan sekolah untuk mata
pelajaran biologi yaitu sebesar 75 dari nilai maksimum 100. Nilai rata-rata
diperoleh dari penjumlahan skor hasil pretest siswa dan dibagi jumlah
keseluruhan siswa pada tiap kelas. Sebelum diberikan perlakuan, masing-masing
kelas diberikan tes awal (pretest) terlebih dahulu. Berdasarkan hasil pretest pada
Tabel 4.1, hasil belajar siswa pada konsep jamur pada kelas eksperimen dengan
total 36 siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar 51 dan standar deviasi sebesar
11,61.
48
49
Pada kelas kontrol dengan total 36 siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar
52,33 dan standar deviasi sebesar 10,93. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
pemahaman siswa terhadap konsep jamur pada kedua kelas masih cenderung
rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dirasa wajar karena belum dilakukan
kegiatan pembelajaran berkaitan dengan konsep jamur.
Masing-masing kelas diberikan tes akhir (posttest) setelah diberikan
perlakuan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa
setelah diberi perlakuan berupa kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil posttest
pada Tabel 4.1, hasil belajar siswa pada konsep jamur pada kelas eksperimen
dengan total 36 siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar 80,25 dan standar deviasi
sebesar 7,63. Sedangkan pada kelas kontrol dengan total 36 siswa diperoleh nilai
rata-rata sebesar 70,92 dan standar deviasi sebesar 7,62. Dari data di atas
menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep jamur pada kedua kelas
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum dilakukannya kegiatan
pembelajaran (pretest).
1
Lampiran 13, h. 186.
50
Data pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata N-Gain antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kategori yang sama yaitu termasuk
dalam kategori tinggi. Pada kelas eksperimen seluruh siswa yang berjumlah 36
(100%) termasuk kategori N-Gain tinggi. Sedangkan pada kelas kontrol terdapat
22 (61,11%) orang siswa yang memiliki nilai dengan kategori N-Gain tinggi, 12
(33,33%) orang siswa dengan kategori N-Gain sedang dan 2 (5,56%) orang siswa
dengan kategori N-Gain rendah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
2
Ibid.
51
3
Lampiran 18, h.191.
52
cukup menguasai jenis soal konseptual yaitu tentang klasifikasi dan kategori-
kategori jamur, serta mengenai generalisasi.
Ranah pada prosedural jenjang C3, baik pretest maupun posttest di kelas
eksperimen dan kontrol jumlah persentase hasil bernilai sama, yakni 97,22 %.
Dapat dikatakan siswa telah menguasai soal pengetahuan prosedural yakni
melakukan langkah-langkah atau prosedur yang sesuai pad a pengamatan jamur.
Dan terakhir untuk hasil ranah metakognitif di beberapa jenjang, terlihat pada
eksperimen dan kontrol mengalami kenaikan antara pretest dan posttest nya. Pada
jenjang C1 persentase kelas eksperimen (34,56% menjadi 76,85%) dan kontrol
(36,11% menjadi 58,95%). Sementara pada jenjang C2 kelas eksperimen (68,79%
menjadi 84,25%) dan kontrol (56,01% menjadi 86,11%). Berdasarkan data di atas
terlihat siswa sudah sudah cukup menguasai jenis soal metakognitif yaitu tentang
pengetahuan strategis, bagaimana mereka dapat mendapatkan informasi mengenai
jamur.
Tabel. 4.4 Persentae Ketercapaian Hasil Belajar Ranah Pengetahuan dan
Jenjang Kognitif Soal Berbasis Kasus Kelas Eksperimen dan Kontrol4
Jenjang Kognitif
Ranah
C3(%) C4 (%) C5 (%) C6 (%) Rata-rata
Pengetahuan
Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
E 37,5 62,5 65,2 83,3 71,3 79,6 60
Konseptual
K 43 56,9 70,8 81,9 70,4 75,9 60,6
E 97,2 97,2 97,2
Prosedural
K 97,2 97,2 97,2
Rata-rata 58,7 72,6 43,7 72,5 57,2 83,3 70,8 77,7 72,4
Data pada tabel 4.4 menunjukkan ketercapaian hasil belajar pada soal yang
termasuk ke dalam soal berbasis kasus. Soal yang termasuk soal berbasis kasus
berjumlah delapan soal. Delapan nomor tersebut terdiri dari no.18 untuk C3
prosedural, no. 9 dan 4 untuk C4 konseptual, no.2,7, dan 13 untuk C5 konseptual,
dan no. 10, 11 dan 12 untuk C6 konseptual. Jumlah persentasi untuk C3, C4 dan
C6 sama seperti tabel sebelumnya dikarenakan hanya soal berbasis kasus yang
4
Lampiran 19, hal.203.
53
masuk ke dalam aspek tersebut. Data untuk C5 konseptual yang berubah, yakni
untuk kelas eksperimen (65,2% menjadi 83,3%) dan kontrol (70,8% menjadi
81,9%).
Data yang dijabarkan di atas menunjukkan rerata ketercapaian hasil belajar
siswa pada dimensi pengetahuan dan proses kognitif di kelas eksperimen lebih
tinggi dari rerata ketercapaian hasil belajar siswa di kelas kontrol. Hal ini
didukung dengan lembar observasi kegiatan siswa yang menunjukkan aktivitas
yang dilakukan siswa selama pembelajaran baik pembelajaran CBL dan kontrol.5
Pada proses pembelajaran CBL atau kelas eksperimen di awal pembelajaran,
setelah siswa melakukan observasi sederhana terhadap gambar jamur, siswa
diberikan sebuah cerita yang berisi kasus dan ≥50% siswa melakukan analisa
kasus secara mandiri sehingga pengetahuan faktual yang didapatnya lebih banyak.
Pelaksanaan pada kelas kontrol siswa hanya melakukan observasi awal
yakni ditayangkan sebuah video mengenai jamur, kemudian mengajukan
pertanyaan berdasarkan video tersebut. Hal ini mendukung pengetahuan
metakognitif mereka sehingga persentase hasil metakognitif pada eksperimen dan
kontrol tidak beda jauh. Kemudian pada prosedural, ≥50% siswa dari kedua kelas
telah melakukan praktikum dengan baik sehingga persentase hasil prosedural di
kedua kelas mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Kemudian pada
persentasi hasil konseptual siswa mengalami kenaikan yang sangat beragam,
dikarena siswa belajar mandiri, masih ada miskonsepsi diantara siswa mengenai
klasifikasi dan kategori-kategori jamur, sehingga penting bagi guru untuk
memberikan konfirmasi pada akhir pembelajaran.
5
Lampiran 9 & 12, hal.174-184
54
Data pada Tabel 4.5 di atas menunjukkan nilai LKS kelas eksperimen
yang dibagi berdasarkan judul kasus yang diberikan pada siswa. Tiap empat
kelompok mendapatkan LKS atau kasus yang sama. Rata-rata pada pertemuan
pertama untuk kelompok 1 sampai dengan kelompok 4 sebesar 80 dan mengalami
kenaikan pada pertemuan kedua dengan rata-rata menjadi 88,5. Kelompok
tersebut pada pertemuan pertama mendapatkan mendapatakan LKS CBL 1
dengan judul kasus “What Ails The Bread?”. Pada pertemuan kedua mendapatkan
LKS CBL 3 dengan judul kasus “Foody Fungi”. Kemudian rata-rata pada
pertemuan pertama untuk kelompok 5 sampai dengan kelompok 8 sebesar 81,75
juga mengalami kenaikan pada pertemuan kedua menjadi 88,25. Kelompok
tersebut pada pertemuan pertama mendapatakan LKS CBL 2 dengan judul kasus
“Yeast Respiration Cells”. Pada pertemuan kedua mendapatkan LKS CBL 4
dengan judul kasus “Symbiosis”. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa rata-rata
kemampuan tiap kelompok hampir sama.
Tabel 4.6 Nilai LKS Kelas Kontrol7
Kelompok
LKS kontrol 1 Rata-rata
Pertemuan I
1 2 3 4 5 6 7 8
80 83 87 80 85 87 87 73 82,75
LKS kontrol 2
Rata-rata
Pertemuan II 1 2 3 4 5 6 7 8
90 87 76 90 87 96 90 78 86,75
Rata-rata 85 85 81,5 85 86 91,5 88,5 75,5 84,75
6
Lampiran 14, h. 187.
7
Ibid.
55
Data pada Tabel 4.6 di atas menunjukkan nilai LKS kelas kontrol. Rata-
rata pada pertemuan pertama sebesar 82,75 dan mengalami kenaikan pada
pertemuan kedua dengan rata-rata menjadi 86,75. Berdasarkan data sebelumnya
terliat nilai LKS kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang
digunakan adalah uji Kolmogorov-smirnov menggunakan SPSS 22. Hasil
perhitungan uji normalitas untuk kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol8
Pretest Posttest
Data Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Sampel (N) 36 36 36 36
Sig 0,035 0,031 0,14 0,076
Α 0,05 0,05 0,05 0,05
Kesimpulan Tidak Normal Normal
Berdasarkan Tabel 4.7, menunjukkan bahwa nilai Sig skor pretest kelas
eksperimen sebesar 0,035. Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan nilai Sig
yang tidak begitu jauh berbeda dari kelas eksperimen yakni sebesar 0,031.
Dengan demikian kedua sampel penelitian skor pretest kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdistribusi tidak normal karena nilai Sig lebih kecil dari α (Sig <
α).
Data posttest kelas eksperimen dan data posttest kelas kontrol setelah
dilakukan uji normalitas menunjukkan nilai Sig skor postes kelas eksperimen
8
Lampiran 15, hal.188
56
sebesar 0,14 sedangkan pada kelas kontrol didapatkan nilai Sig sebesar 0,076. Hal
ini menunjukkan bahwa skor posttest kelas kontrol berdistribusi normal karena
telah memenuhi kriteria Sig lebih besar dari α (Sig > α). Dengan demikian kedua
sampel penelitian skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal.
Langkah uji statistik yang selanjutnya dipilih adalah jenis uji statistik non
parametrik untuk kelompok pretest yaitu dengan uji Mann Whitney karena nilai
pretest kedua kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi tidak normal. Sedangkan
untuk kelompok posttest menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji
homogenitas dan uji t karena nilai posttest kedua kelas eksperimen dan kontrol
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, uji
homogenitas yang digunakan adalah Levene’s test menggunakan SPSS 22. Hasil
uji homogenitas hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Data pada Tabel 4.8 dapat diketahui signifikansi untuk kelas pretest
sebesar 0,254 dan posttest sebesar 0,144. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai Sig >
α (0,05) maka dapat disimpulkan hasil belajar kedua kelas eksperimen dan kontrol
pada tiap pretest dan posttest mempunyai varian yang sama atau homogen.
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol9
N kelas N kelas
Data Sig Α Keterangan Kesimpulan
eksperimen kontrol
36 36 Varians
Pretest 0,254 0,05 0,254 > 0,05
homogen
36 36 Varians
Posttest 0,144 0,05 0,144 > 0,05
homogen
9
Lampiran 16, hal.189
57
Perhitungan pada data hasil di atas, harga signifikansi adalah 0,742 yang
berada di atas harga α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara pengetahuan awal siswa kelas kontrol dengan
eksperimen sebelum menggunakan model pembelajaran CBL di kelas eksperimen
pada konsep jamur. Hasil tersebut sesuai dengan tujuan yang diinginkan karena
mengartikan bahwa pada kelas kontrol dan eksperimen memiliki kemampuan
pengetahuan awal yang sama.
10
Lampiran 17, hal.190
58
menggunakan model CBL. Kriteria hasil kesimpulan uji-t yaitu jika jika hasil
hitungan uji-t (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima. Sedangkan jika hasil
hitungan uji-t (probabilitas) < 0,05 maka H0 ditolak. Pasangan hipotesis statistik
yang akan diuji adalah:
H0 = tidak terdapat pengaruh dari penerapan model pembelajaran Case Based
Learning terhadap hasil belajar biologi siswa
Data pada Tabel 4.10, pengujian hipotesis hasil terhadap rata-rata posttest
kedua kelas didapatkan nilai signifikansi adalah 0,00 yang berada di bawah harga
α = 0,05 maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran CBL
terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jamur.
Tabel 4.10 Hasil Uji-t Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol11
No. Data Statistik Sig Α Keterangan Kesimpulan
1. Nilai 0,00 0,05 0,00 < 0,05 H0 ditolak (terdapat
Posttest perbedaan yang
signifikan)
11
Ibid.
59
Tabel 4.11 Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Dimensi
Pengetahuan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol12
Uji Uji Uji
Normalitas Homogenitas Hipotesis Kesimpulan
Nilai sig. (p value)
Faktual E 0,00 0,867 0,00 0,000 < 0,05 maka
terdapat perbedaan
K 0,002
bermakna (signifikan)
Konseptual E 0,001 0,211 0,742 0,742 > 0,05 maka tidak
terdapat perbedaan
K 0,00
Prosedural E 0,00 1,00 1,00 1,000 > 0,05 maka tidak
terdapat perbedaan
K 0,00
Metakognitif E 0,001 0,075 0,004 0,004 < 0,05 maka
terdapat perbedaan
K 0,014
bermakna (signifikan)
Ket: E: kelas Eksperimen
K: kelas Kontrol
Data pada Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji normalitas posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada keempat ranah pengetahuan yakni faktual,
konseptual, prosedural dan metakognitif diperoleh nilai sig. (p value) < 0,05 maka
semua data tidak berdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas pada keempat ranah dimensi pengetahuan. Uji
homogenitas yang digunakan adalah Levene Test (Test of Homogenity of
Variance) pada program SPSS 22. Uji Levene dapat menguji homogenitas varians
pada data yang tidak berdistribusi normal. Berdasarkan Tabel 4.11 nilai uji
Levene dengan sig. (p value) pada keempat ranah diperoleh > 0,05 yang berarti
varians kedua kelompok eksperimen dan kontrol tiap ranah sama atau homogen.
Data yang telah diuji dengan hasil tidak normal dan homogen, selanjutnya
uji hipotesisnya menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-
Whitney U. Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai sig. atau p value untuk
Faktual (0,00) dan Metakognitif (0,004) < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan
yang signifikan antara kedua kelompok eksperimen dan kontrol. Sementara untuk
dimensi pengetahuan ranah konseptual (0,742) dan prosedural (1,00) memiliki
nilai sig. > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
12
Lampiran 20, hal. 202
60
13
Lampiran 21, h. 206
61
Uji hipotesisnya menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-
Whitney U. Pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai signifikansi atau p value
untuk C2 Metakognitif (0,00), C3 Faktual (0,00), C4 Faktual (0,00) dan C4
Metakognitif (0,033) < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan
antara kedua kelompok eksperimen dan kontrol.
Data hasil perhitungan untuk soal pretest dan posttest yang termasuk soal
pemecahan kasus terdapat pada Tabel. 4.13, diperoleh nilai sig. uji normalitas (p
value) < 0,05 maka semua data tidak berdistribusi normal. Uji hipotesisnya
menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-Whitney U. Nilai
signifikansi atau p value untuk semua ranah > 0,05 yang berarti tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok eksperimen dan kontrol pada
soal berbasis kasusnya.
Tabel 4.13 Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis
Dimensi Pengetahuan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol14
Uji Uji
Dimensi Dimensi Uji
No Normalitas Mann Kesimpulan
Kognitif Pengetahuan Homogenitas
E K Whitney
3 C3 Prosedural 0,00 0,00 1,00 1,00 Tidak signifikan
4 C4 Konseptual 0,00 0,00 0,679 0,554 Tidak Signifikan
5 C5 Konseptual 0,00 0,00 0,975 0,685 Tidak Signifikan
6 C6 Konseptual 0,00 0,00 0,707 0,355 Tidak Signifikan
14
Ibid.
62
Data pada Tabel 4.15, hasil observasi guru untuk kegiatan pembelajaran
menunjukkan konsistensi pada angka persentase 100%. Hal ini berarti bahwa guru
telah melaksankan semua tahapan pembelajara CBL, baik pada pertemuan
pertama maupun pada pertemuan kedua.
15
Lampiran 10, h. 178.
16
Lampiran 9, h.174.
63
H. Pembahasan
Hasil data pada pretes kelas eksperimen memiliki rerata nilai 51 dan untuk
kelas kontrol memiliki nilai 52,33. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan kedua kelas hampir sama, tidak ada perbedaan yang signifikan di
antara keduanya. Setelah dilakukan pretes, selanjutnya masing-masing kelas
mendapatkan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen dengan pembelajaran
CBL dan kelas kontrol dengan pendekatan saintifik.
Proses pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen di penelitian ini, siswa
diajar dengan menggunakan Case Based Learning. Pembelajaran pada kelas
eksperimen diajarkan secara kelompok dalam pengerjaan LKS. LKS yang
disajikan dalam pembelajaran di kelas eksperimen disesuaikan dengan tahap-
tahap pembelajaran pada CBL menurut Brett Williams, yaitu membagi siswa
dalam kelompok kecil, menetapkan kasus, menganalisa masalah, mencari
informasi dan membuat langkah-langkah penyelesaian, membuat kesimpulan,
presentasi dan perbaikan.17 Guru juga perlu memastikan bahwa siswanya telah
memiliki pengetahuan kerja seperti praktikum, istilah, fakta, dan konsep yang
kuat sebelum mereka dapat mengatasi masalah. Pengetahauan tersebut diberikan
melali instruksi langsung dari guru.
Guru memberikan apersepsi dengan mengingatkan kembali materi-materi
yang berhubungan dengan konsep jamur di awal pembelajaran. Sebelumnya siswa
tidak mengetahui bahwa peneliti yang akan menggantikan guru dalam belajar
sehingga menambah keingintahuan siswa. Kemudian siswa diberikan LKS yang
berisikan kasus. Kasus tersebut terdiri bermacam-macam topik.18
LKS kelas eksperimen dibagi berdasarkan judul kasus yang diberikan pada
siswa. Tiap empat kelompok mendapatkan LKS atau kasus yang sama. Kelompok
tersebut pada pertemuan pertama mendapatkan mendapatakan LKS CBL 1
dengan judul kasus “What Ails The Bread?”. Pada pertemuan kedua mendapatkan
LKS CBL 3 dengan judul kasus “Foody Fungi”. Kemudian pada keompok 5
sampai dengan kelompok 8 pada pertemuan pertama mendapatakan LKS CBL 2
17
Brett Williams, The Implementation of Case-Based Learning Shaping the Pedagogy in
Ambulance Education, Jurnal of Emergency Primary Health Care, Vol. 2, No.3, 2012, p. 4.
diakses dari (http://citeseerx.ist.psu.edu/) pada 15 Maret 2017 pukul 09.58 WIB.
18
Lampiran 3, h.101.
64
dapat menganalisa inti dari kasus dan dapat menghubungkannya dengan materi
yang akan dipelajari.
Tahap menganalisa masalah melatih siswa untuk berpikir kritis karena
siswa dihadapkan pada situasi dimana siswa harus memilih informasi yang akurat
dan juga menganalisa informasi tersebut sebelum memutuskan lebih lanjut apa
yang harus dilakukan untuk menyelesaian masalah yang dihadapi.
Tahap pembelajaran selanjutnya adalah tahap mencari informasi dan
membuat langkah-langkah penyelesaian. Pada tahap ini siswa diberikan LKS yang
berisi langkah-langkah untuk melakukan praktikum pengamatan dengan tujuan
menambah data informasi yang dapat membantu penyelesaian masalah. Pada LKS
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk menyelesaikan
kasus sesuai dengan langkah-langkah penyelesaian yang tepat. Siswa dilatih untuk
mencari informasi-informasi yang benar sebelum menyelesaikan masalah yang
mereka hadapi. Selain itu, pada tahap ini siswa dapat menyelesaikan masalah
secara mandiri dengan informasi-informasi yang telah mereka dapatkan. Tahap
selanjutnya dalam CBL adalah tahap membuat kesimpulan. Pada tahap ini, siswa
mampu membuat kesimpulan setelah siswa menyelesaikan kasus yang disajikan.
Pada tahap presentasi setiap kelompok maju untuk mempresentasikan hasil
diskusinya. Selain itu, para siswa juga lebih nyaman untuk mengatakan
mengajukan pertanyaan kepada temannya sendiri dari pada kepada guru.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa pada pembelajaran CBL pertemuan
pertama, menunjukkan bahwa di tahap menganalisa masalah dan membuat
langkah penyelesaian ≥50% siswa masih terlihat bingung dan perlu arahan dari
guru. Tetapi pada kegiatan pertemuan selanjutnya ≥50% siswa sudah dapat
melakukan hampir semua tahapan pembelajaran CBL dengan baik.16
Rata-rata pada pertemuan pertama untuk kelompok 1 sampai dengan
kelompok 4 sebesar 80 dan mengalami kenaikan pada pertemuan kedua dengan
rata-rata menjadi 88,5. Kemudian rata-rata pada pertemuan pertama untuk
kelompok 5 sampai dengan kelompok 8 sebesar 81,75 juga mengalami kenaikan
pada pertemuan kedua menjadi 88,25. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa rata-
rata kemampuan tiap kelompok hampir sama.
16
Lampiran 10, h. 178.
66
17
Lampiran 4, h. 125.
67
Hasil data taksonomi Bloom revisi, yakni pada dimensi kognitif dan
dimensi pengetahuan, dilakukan uji statistik untuk melihat kedua dimensi tersebut
yang terlihat perbedaannya secara signifikan pada hasil postes kelas eksperimen
dan kontrol. Berdasarkan hasil uji normalitas data pada tiap ranah diperoleh nilai
sig. (p value) < 0,05 maka semua data tidak berdistribusi normal. Kemudian hasil
uji homogenitas pada keempat dimensi pengetahuan, menunjukkan bahwa varians
kedua kelompok eksperimen dan kontrol di hampir semua ranah sama atau
homogen.
Hasil perhitungan uji beda Mann Whitney U, untuk ranah C2
Metakognitif, C3 Faktual, C4 Faktual dan C4 Metakognitif diperoleh data H0
ditolak karena menunjukkan nilai sig < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang
signifik an antara ranah tersebut pada kedua kelompok eksperimen yakni
pembelajaran dengan model CBL dan kontrol dengan pembelajaran pendekatan
saintifik. Hal ini dapat terjadi karena informasi yang diberikan berdasarkan
kehidupan sehari-hari mereka sehingga mudah untuk dipahami (C2), dan
diaplikasikan (C3).
Pengetahuan faktual mencakup elemen-elemen mendasar yang digunakan
pakar dalam mengkomunikasikan disiplin ilmunya, memahaminya (C2), dan
mengorganisasikannya secara sistematis (C3). Sementara pengetahuan
metakognitif mencakup pengertian umum dan kesadaran akan pengetahuan
mengenai pengertian seseorang. Tiga subtipenya adalah pengetahuan strategis,
pengetahuan kondisional dan kontekstual, dan pengetahuan diri.18 Dalam
penelitian ini, aspek dimensi pengetahuan metakognitif yang diukur pada
penelitian ini adalah aspek pengetahuannya, bukan mengenai kesadaran
pengetahuan diri siswa.
Siswa dituntut untuk secara sistematis menginterpretasikan informasi
(fakta) yang didapatkannya dari kasus yang ada, menganalisisnya (C4), serta
memahami ilmu yang didapatkannya dari mana saja (C2), sehingga mereka lebih
bertanggung jawab akan pengetahuannya sendiri (metakognitif) dengan
mengkomunikasikannya pada teman dan guru di kelas. Hal ini sesuai juga dengan
18
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Ghaila Indonesia , 2014) Cet. II, h. 8-9
68
karakteristik pembelajaran CBL yakni kasus yang disajikan Well structured yang
mana masalah disajikan dalam format lengkap degan rangkuman fakta yang
terorgaisir.19 Dan karena CBL bersifat terstruktur, siswa dapat mengetahui pola
masalah dan dapat merencanakan langkah penyelesaian dari masalah tersebut.
Sehingga dengan penerapan CBL yang mencakup siswa aktif dan didukung
dengan proses belajar positif interaksinya antar siswa dan guru, maka diduga akan
menaikkan hasil belajar siswa.
Hasil data uji statistik untuk pengetahuan konseptual dan prosedural
diperoleh data H0 diterima karena menunjukkan nilai sig > 0,05 yang berarti tidak
terdapat perbedaan pengetahuan konseptual dan prosedural yang signifikan antara
kedua kelompok eksperimen dan kontrol. Hal tersebut dimungkinkan karena
pencapaian siswa pada hasil pretes dan postes tidak berbeda jauh, serta
dimungkinkan pertanyaan belum fokus pada pengetahuan yang bersifat
kontekstual. Pada prosedural, jenis soal yang diujikan berupa pertanyaan yang
familiar yakni langkah-langkah pengamatan jamur dengan mikroskop, sehingga
pencapaian siswa dari pretes hingga postes baik pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol tidak ada perbedaan.
Semua hasil perhitungan untuk soal pretest posttest yang termasuk soal
pemecahan kasus diperoleh nilai sig. uji normalitas (p value) < 0,05 maka semua
data tidak berdistribusi normal. Uji hipotesisnya menggunakan uji statistik non
parametrik yaitu uji Mann-Whitney U. Hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda
dengan hasil perhitungan pada keseluruhan soal, yakni nilai signifikansi atau p
value untuk semua ranah > 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kedua kelompok eksperimen dan kontrol pada soal berbasis kasusnya.
Penelitian yang dilakukan sejauh ini masih belum banyak yang membahas
lebih mendalam terkait dengan perbedaan hasil belajar dimensi pengetahuan baik
itu faktual maupun metakognitif antara model Case Based Learning (CBL)
dengan metode pembelajaran lainnya. Namun beberapa penelitian di bawah ini
membahas mengenai CBL terhadap hasil belajar siswa. Seorang peneliti yang
19
Woei Hung, Theory to Reality: a Few Issues in Implementing Problem-Based Learning,
Educational Technology Research and Development, Vol. 59, No. 4, 2011, h. 533, diakses dari
(https://link.springer.com/article/10.1007/s11423-011-9198-1) pada 15 Maret 2017 pukul 10.00
WIB.
69
20
Kevin M. Bonney, Case Study Teaching Method Improves Student Performance and
Perceptions of Learning Gains, Journal of Microbiology & Biology Education, Vol, 16, No. 1,
2015, p.21, diakses dari (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4416 499/) pada Agustus
28 Maret 2017 pukul 17.21 WIB.
21
Musriadi, Djufri, dan Muhibuddin, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Inshafuddin Banda Aceh, Jurnal Edubio
Tropika, Vol. 2, No.1, 2014, h. 151-158, diakses dari (http://jet.jurnal.web.id/index.php/JET
/article/view/25/25) pada 27 Agustus 2017 pukul 18.20 WIB.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran
Case Based Learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jamur. Hal
ini ditunjukkan oleh hasil uji-t yang diihitung menggunakan SPSS 22 yaitu
dengan nilai signifikansi/probabilitas sebesar 0,00 yang berada di bawah harga α
= 0,05.
B. Saran
Saran dalam penelitian ini, antara lain:
1. Pokok bahasan yang diteliti hanyalah konsep jamur sehingga belum dapat
digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. Guru perlu menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan Case Based Learning pada konsep-
konsep biologi yang dianggap sesuai dengan model pembelajaran ini.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengungkap semua aspek dimensi
pengetahuan dan jenjang kognitif dengan lebih lengkap dan proporsional
3. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan dapat menghubungkan model
pembelajaran CBL dengan hasil belajar siswa pada ranah afektif dan
psikomotorik.
70
DAFTAR PUSTAKA
71
72
Lampiran 1
Kelas Eksperimen
Kelas/Semester : X (Sepuluh)/2
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, mengamalkan prilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli (gotongroyong, kerjasama,
toleransi, damai dan menunjukkan sikap proaktif melalui keteladanan pemberian
nasehat pembiasaan, dan pengkondisian atas berbagai permasalahan dalam
interaksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
2. Siswa dapat menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri, cara reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam
kehidupan
3. Siswa dapat menyajikan laporan hasil penelusuran informasi tentang
keanekaragaman jamur dan peranannya dalam keseimbangan lingkungan.
mengklasifikasikan jamur berdasarkan struktur dan reproduksinya menjadi
empat divisi
B. Kompetensi Inti
KI 1&2 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Mengembangkan
perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif)dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
sertadalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
76
2. Pertemuan 2
Kompetensi Dasar Indikator
3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk 3.7.3 Mengklasifikasikan jamur berdasarkan
menggolongkan jamur berdasarkan
struktur dan reproduksinya menjadi
ciri-ciri, cara reproduksi, dan
mengaitkan peranannya dalam empat divisi (Basidiomycota dan
kehidupan
Deuteromycota)
3.7.4 Menjelaskan proses simbiosis jamur
dengan organisme lain
3.7.5 Menganalisis permasalahan terkait
peranan jamur dalam kehidupan
sehari-hari
4.7 Menyajikan laporan hasil penelusuran 4.7.3 Membuat laporan hasil pengamatan
informasi tentang keanekaragaman pada jamur mikroskopis dan
jamur dan peranannya dalam makroskopis
keseimbangan lingkungan.
D. Materi Pembelajaran :
Konsep:
Prinsip:
Prosedur:
E. Metode Pembelajaran
Model : Case Based Learning
78
Pertemuan 1
Kegiatan Guru memberi salam dan berdoa Siswa menjawab salam dan 10 menit
awal berdoa
Guru meminta siswa tenang di Siswa merapikan tempat
tempat duduknya dan mengecek duduknya dan melakukan
absensi siswa. absen
Guru menarik perhatian siswa Siswa memperhatikan
dengan menayangkan gambar/video yang
gambar/video tentang jamur diberikan guru
Guru memberikan apersepsi: (mengamati)
- Disebut apakah struktur putih
di atas tempe?
Guru memotivasi siswa untuk
memberikan pertanyaan Siswa mengajukan
mengenai jamur dari video yang pertayaan terkait gambar
telah dilihat siswa (menanya)
Guru mempersilahkan siswa lain
untuk menjawab pertanyaan dari
temannya
Siswa mendengarkan KD,
Guru menyampaikan KD,
indikator dan tujuan
indikator dan tujuan
pembelajaran dari materi
pembelajaran dari materi tentang
tentang jamur yang
jamur.
disampaikan guru
Guru memberikan motivasi
Siswa menyimak motivasi
kepada siswa untuk
yang disampaikan guru.
79
konfirmasi.
Guru memberi kesempatan pada Siswa bertanya tentang
siswa untuk menanyakan hal-hal materi yang belum
yang belum dipahami
dipahami
Pertemuan 2
Kegiatan Guru memberi salam dan berdoa Siswa menjawab salam dan 10 menit
awal berdoa
Guru meminta siswa tenang di Siswa merapikan tempat
tempat duduknya dan mengecek duduknya dan melakukan
absensi siswa. absen
Guru menanyakan kembali Siswa menjawab
pelajaran sebelumnya mengenai pertanyaan guru
jamur dan macamnya hingga
Ascomycota.
Guru menarik perhatian siswa Siswa mengamati gambar
dengan menayangkan beberapa yang diberikan guru
gambar jamur makroskopik (mengamati)
Guru memberikan apersepsi: Siswa menjawab
- Mengapa jamur tumbuh dekat pertanyaan guru
pohon?
- Tahukah kamu apa saja cara
hidup jamur?
Guru memotivasi siswa untuk Siswa mengajukan
memberikan pertanyaan pertayaan terkait gambar
mengenai jamur dari gambar (menanya)
yang telah dilihat siswa
Guru mempersilahkan siswa lain
untuk menjawab pertanyaan dari
82
temannya
Guru menyampaikan KD, Siswa mendengarkan KD,
indikator dan tujuan indikator dan tujuan
pembelajaran dari materi tentang pembelajaran dari materi
jamur kembali. tentang jamur yang
Guru memberikan motivasi disampaikan guru
kepada siswa untuk Siswa menyimak motivasi
meningkatkan semangat belajar yang disampaikan guru.
(3x45
menit) =
135
menit
Teknik penilaian
Tes tertulis: kemampuan kognitif dengan bentuk soal essay
Non tes: lembar observasi aktivitas siswa dan guru melalui penerapan model Case
Based Learning
Aspek penilaian: kognitif (data primer), afektif dan psikomotor (data sekunder)
3. Pedoman penskoran
Kelas/Semester :X
Materi : Jamur
Hari/Tanggal :
RUBRIK
KRITERIA SKOR INDIKATOR
Persiapan 3 Pemilihan alat dan bahan tepat
Skor maks 3 2 Pemilihan alat atau bahan tepat
1 Pemilihan alat atau bahan tidak tepat
Pelaksanaan 3 Rangkaian alat tepat dan rapi
Skor maks 9 2 Rangkaian alat tepat dan rapi
1 Rangkaian alat tidak tepat dan tidak rapi
3 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tepat
2 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tepat
1 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tidak tepat
3 Memperhatika keselamatan kerja dan kebersihan
2 Memperhatika keselamatan kerja dan kebersihan
1 Tidak memperhatikan keselamatan kerja dan kebersihan
Hasil 3 Data akurat
Skor maks 6 2 Data kurang akurat
1 Data tidak akurat
3 Kesimpulan tepat
2 Kesimpulan kurang tepat
1 Kesimpulan tidak tepat
Laporan 3 Tampilan menarik dan bahasa sesuai kaidah
Skor maks 3 2 Tampilan menarik dan bahasa sesuai kaidah
86
INDIKATOR
Keselamatan kerja
Alat dan Bahan
Rangkaian alat
Langkah kerja
Jumlah
Kesimpulan
No Nama Siswa Nilai
Tampilan
Skor
Data
1.
2.
3.
FORMAT PENILAIAN
Skor maks
SOAL EVALUASI 1
SOAL EVALUASI 2
FORMAT PENILAIAN
Nilai : Total skor perolehan (25) X 100
Skor maks
88
89
Lampiran 2
Kelas Kontrol
Kelas/Semester : X (Sepuluh)/2
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, mengamalkan prilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli (gotongroyong, kerjasama,
toleransi, damai dan menunjukkan sikap proaktif melalui keteladanan pemberian
nasehat pembiasaan, dan pengkondisian atas berbagai permasalahan dalam
interaksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
2. Siswa dapat menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri, cara reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam
kehidupan
3. Siswa dapat menyajikan laporan hasil penelusuran informasi tentang
keanekaragaman jamur dan peranannya dalam keseimbangan lingkungan.
mengklasifikasikan jamur berdasarkan struktur dan reproduksinya menjadi
empat divisi
B. Kompetensi Inti
KI 1&2 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Mengembangkan
perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif)dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
sertadalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
90
2. Pertemuan ke-2
Kompetensi Dasar Indikator
3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk
menggolongkan jamur berdasarkan
3.7.4 Menjelaskan proses simbiosis jamur
ciri-ciri, cara reproduksi, dan
mengaitkan peranannya dalam dengan organisme lain
kehidupan
3.7.5 Menganalisis permasalahan terkait
peranan jamur dalam kehidupan
sehari-hari
4.7 Menyajikan laporan hasil penelusuran 4.7.3 Membuat laporan hasil pengamatan
informasi tentang keanekaragaman pada jamur mikroskopis dan
jamur dan peranannya dalam makroskopis
keseimbangan lingkungan.
D. Materi Pembelajaran :
Konsep:
Prinsip:
Prosedur:
E. Metode Pembelajaran
92
Model : saintifik
Metode : ceramah, diskusi kelompok, eksperimen, presentasi, tanya-jawab
F. Sumber / Bahan / Alat
Sumber
Buku : Nunung Nurhayati, Mukhlis, Agus Jaya. Biologi SMA/MA Kelas X
Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Bandung : Yrama Widya.
2014
Resti Septianing dkk. Panduan Belajar Biologi 1A SMA Kelas X. Jakarta:
Yudhistira. 2012
Media : Power point, gambar-gambar dan video tentang jamur, LKS
Alat : Proyektor, laptop, whiteboard, spidol, notebook, alat praktikum
Pertemuan 1
Kegiatan Guru memberi salam dan berdoa Siswa menjawab salam dan 10 menit
awal berdoa
Guru meminta siswa tenang di Siswa merapikan tempat
tempat duduknya dan mengecek duduknya dan melakukan
absensi siswa. absen
Guru memberikan apersepsi: Siswa menjawab
- Disebut apakah struktur putih pertanyaan yang diberikan
di atas tempe? guru
Guru menyampaikan KD, Siswa mendengarkan KD,
indikator dan tujuan indikator dan tujuan
pembelajaran dari materi tentang pembelajaran dari materi
jamur. tentang jamur yang
disampaikan guru
Guru memberikan motivasi Siswa menyimak motivasi
kepada siswa untuk yang disampaikan guru.
meningkatkan semangat belajar
Kegiatan Tahap 1. Mengamati 10 menit
Inti Guru menarik perhatian siswa Siswa memperhatikan
dengan menayangkan video/gambar yang
video/gambar tentang jamur. diberikan guru sambil
Menginstruksikan siswa untuk mencari satu pertanyaan.
memperhatikan dan memikirkan
satu pertanyaan
93
Pertemuan 2
Kegiatan Guru memberi salam dan berdoa Siswa menjawab salam dan 10 menit
awal berdoa
Guru meminta siswa tenang di Siswa merapikan tempat
tempat duduknya dan mengecek duduknya dan melakukan
absensi siswa. absen
Guru menanyakan kembali Siswa menjawab
pelajaran sebelumnya mengenai pertanyaan yang diberikan
jamur dan macamnya guru
Guru memberikan apersepsi:
- Mengapa jamur tumuh dekat
pohon?
- Tahukah kamu apa saja cara
hidup jamur?
95
Teknik penilaian
Tes tertulis: kemampuan kognitif dengan bentuk soal essay
Non tes: lembar observasi aktivitas siswa dan guru melalui penerapan pembelajaran
saintifik
Aspek penilaian: kognitif (data primer), afektif dan psikomotor (data sekunder)
3. Pedoman penskoran
RUBRIK
KRITERIA SKOR INDIKATOR
Persiapan 3 Pemilihan alat dan bahan tepat
Skor maks 3 2 Pemilihan alat atau bahan tepat
1 Pemilihan alat atau bahan tidak tepat
Pelaksanaan 3 Rangkaian alat tepat dan rapi
Skor maks 9 2 Rangkaian alat tepat dan rapi
1 Rangkaian alat tidak tepat dan tidak rapi
98
INDIKATOR
Keselamatan kerja
Alat dan Bahan
Rangkaian alat
Langkah kerja
Jumlah
Kesimpulan
1.
2.
3.
FORMAT PENILAIAN
Nilai : Total skor perolehan X jumlah indikator
Skor maks
SOAL EVALUASI 1
No, Soal Jawaban Skor
1. Mengapa Jamur dikelompokkan ke Karena Jamur berbeda dengan tumbuhan 5
dalam Kingdom tersendiri?! yang merupakan autotrof, Jamur bersifat
Jelaskan heterotrof saprofit
2. Tuliskan ciri-ciri organisme yang Eukariotik, Uniseuler dan multiseluler, 5
99
SOAL EVALUASI 2
No, Soal Jawaban Skor
1. Apa saja contoh jamur yang Rhizopus oryzae, berperan dalam 5
menguntungkan? Mengapa jamur- pembuatan tempe. Neurospora crassa,
jamur tersebut termasuk jamur berperan dalam pembuatan oncom.
menguntungkan? Saccahromyces cerevisiae, sebagai ragi
roti.
2. Apa saja contoh jamur yang Rhizopus stolonifer, jamur yang muncul 5
merugikan? Mengapa jamur-jamur pada roti yang basi. Aspergillus flavus,
tersebut termasuk jamur mengasilkan aflatoksin dan penyebab
merugikan? kanker. Ephidermophyton floccosum,
menyebabkan kaki atlet.
3. Apa yang dimaksud dengan Lichenes adalah jamur yang hidup 5
Lichenes? Mengapa simbiosis yang bersama dengan alga. Dikatakan
terjadi pada Lichenes merupakan simbiosis mutualisme karena jamur
simbiosis mutualisme? dapat mendapat makanan, dan alga
bertambah luas permukaan nya untuk
menarik unsur hara.
4. Apa yang dimaksud dengan Soredium adalah beberapa sel alga yang 5
soredium? terbungkus oleh hifa jamur, berukuran
sangat kecil dan ringan sehingga mudah
diterbangkan angin
5. Apa yang dimaksud dengan Mikoriza adalah jamur yang 5
mikoriza? bersimbiosis dengan akar tumbuhan
tingkat tinggi.
100
FORMAT PENILAIAN
Nilai : Total skor perolehan X 100
Skor maks
101
Lampiran 3
JAMUR (FUNGI) 1
Tanggal/hari : …………… Kelompok: .......
Kelas : ……………
Nama Anggota :
........................................................................
........................................................................
........................................................................
..................................................................
Kompetensi Dasar:
3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara
reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan
Tujuan Pembelajaran:
101
102
Menetapkan kasus
Siang itu Lori sadar bahwa temannya Eva terus saja memegangi perutnya dan tampak kesakitan
selama pelajaran Biologi Ibu Dina. Lori pun bertanya padanya. “Eva, kamu baik-baik saja?
Wajahmu pucat.” Kemudian Eva menjawab. “Kuharap begitu, Tapi perutku sakit sekali, aku
sudah dua kali ke kamar mandi tapi belum hilang-hilang juga.”
“Tadi pagi aku makan roti yang tanggalnya kadaluarsa hari ini, tapi roti itu masih bagus, jadi
kumakan saja, aku bawa rotinya.” Eva mengecek tasnya mencari roti tersebut.
Begitu ia mendapatkannya, ternyata roti itu telah berubah warna abu-abu kehitaman sebagian.
Melihatnya Lori terkejut, “Kamu ini bagaimana? Kamu ini makan roti yang sudah berjamur!
Pantas saja kalau kamu diare.”
Eva memandang rotinya tak percaya, “Ta-tadi pagi saat kumakan belum seperti ini rotinya!” ia
memperhatikan roti itu dan terheran sekaligus panik, “Ini jamur? Jamur apa ini? Kenapa bisa
tumbuh di roti? Kenapa beracun untuk dimakan? Apa aku bisa sembuh?”
Lori dan teman-temannya menyarankannya untuk banyak minum. “Tenang saja kau tidak apa-
apa jika racunnya sudah keluar, laipula roti pun juga dibuat dengan bahan jamur!”
Menganalisa masalah
1. Roti yang berjamur berbau tidak enak 1. Jamur jenis apa yang ada pada roti?
2.……………………………………………… 2.…………………………………………………
3………………….…………………………… 3…………………………………………………
………………………………………………… ………………………………….………………
………………………………………………… ……………………………………………………
…………………………….…………………… ……………………………………………………
………………………………………………… …………………………………….……………
………………………………………………… ……………………………………………………
………………………………………………… ……………………………………………………
……
.
103
Petunjuk: Kumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap jamur yang ada pada roti,
dan juga tambahkan data dengan pengamatan jamur yang ada pada tempe dan oncom.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat praktikum pengamatan. Tambahkan sumber
dari buku pegangan atau literasi lain maupun dari internet.
Melakukan Pengamatan:
Cara kerja :
1. Buatlah preparat dengan cara sebagai berikut. Teteskan sedikit air pada kaca objek. Ambillah
sedkit jamur roti/tempe/oncom dengan menggunakan jarum pentul, letakkan di atas kaca
objek, kemudian tutup dengan kaca penutup.
2. Amati dengan mikroskop, gunakan perbesaran 100X. gambarlah objek yang terlihat pada
tempat yang telah disediakan. Perhatikan bagian-bagian struktur tubuhnya dan berila
keterangan tiap bagian tubuhnya tersebut.
..........................................................................................................................................
....................................................................................................................................
c. Termasuk ke dalam divisi jamur apakah jamur roti dan tempe (Zigomycota,
Ascomycota, Basidiomycota, Deuteromycota)?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2. Kapan dan mengapa anda dapat mengatakan bahwa jamur yang anda amati termasuk ke
dalam divisi tersebut?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
3. Berdasarkan kasus yang terdapat di atas, bagaimana jamur dapat berkembang pada roti?
Jelaskan pula reproduksi dan daur hidup dari jamur Zygomycota!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
4. Mengapa teman-teman Eva menyarankannya untuk banyak minum air?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
5. Uraikan secara singkat mengenai peranan jamur zigomycota yang anda ketahui! (positif
ataupun negatif)
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Membuat kesimpulan
JAMUR (FUNGI) 2
Tanggal/hari : …………… Kelompok: .......
Kelas : ……………
Nama Anggota :
........................................................................
........................................................................
........................................................................
................................................................
Kompetensi Dasar:
3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara
reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan
Tujuan Pembelajaran:
Menetapkan kasus
The Case: Yeast Respiration Cells (Disadur dari Changing Alaska Science Educaton)
Untuk memperoleh energi demi bertahan hidup, semua sel harus melewati proses respirasi.
Salah satu kelompok jamur uniseluler yakni ragi merupakan organisme mikroskopis Ragi
bersifat fermentatif dan oksidatif ataupun keduanya. Ragi biasa disebut khamir, sangat
penting dalam produksi roti, bir, dan minuman anggur. Ragi juga digunakan sebagai
suplemen gizi karena memiliki kandungan vitamin B yang tinggi dan sekitar 50% kandungan
ragi dan protein.
Pelajaran Biologi hari itu, para siswa menggunakan metode saintifik dalam melakukan
percobaan untuk mengidentifikasi respirasi sel pada ragi. Ketika ragi dicampur dengan
sumber bahan dari gula dan air, busa terbentuk, begitupun ketika diberikan suhu air yang
berbeda. Berikut merupakan data hasil percobaan mereka:
Reaksi kimia: C6H12O6 + Saccharomyces cerevisiae = 2C2H5OH + 2CO2 (glucose plus yeast
yields ethyl alcohol and carbon dioxide)
Menganalisa masalah
1. Ragi adalah jamur uniseluler 1. Hubungan respirasi sel ragi dengan perannya
2.……………………………………………… 2.…………………………………………………
3………………….…………………………… 3…………………………………………………
………………………………………………… ………………………………….………………
………………………………………………… ……………………………………………………
…………………………….…………………… ……………………………………………………
………………………………………………… …………………………………….……………
………………………………………………… ……………………………………………………
………………………………………………… ……………………………………………………
……
Mencari informasi dan menetapkan penyelesaian masalah
Petunjuk: Kumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap jamur ragi instan kering
(Instant Dry Yeast) dan jamur oncom. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat
praktikum
. pengamatan. Tambahkan sumber dari buku pegangan atau literasi lain maupun dari
internet.
.
Melakukan Pengamatan:
Cara kerja :
1. Buatlah preparat dengan cara sebagai berikut. Teteskan sedikit air pada kaca objek. Ambillah
sebutir ragi, letakkan di atas kaca objek, kemudian tutup dengan kaca penutup.
2. Amati dengan mikroskop, gunakan perbesaran 100X. gambarlah objek yang terlihat pada
tempat yang telah disediakan.
3. Lakukan hal yang sama dengan oncom dengan menggunakan silet dan jarum pentul untuk
mengambil bagian jaur yang tipis berwarna oranye.
..........................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Perbedaan:..............................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
....................................................................................................................................
c. Termasuk ke dalam divisi jamur apakah jamur ragi roti dan oncom (Zigomycota,
Ascomycota, Basidiomycota, Deuteromycota)?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2. Berdasarkan kasus yang terdapat di atas, apa yang dapat kamu jelaskan mengenai
percobaan dengan gambar hasil data pertama? Hubungkan degan proses pembuatan roti
dan minuman anggur dengan ragi!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
3. Apa yang dapat kamu jelaskan mengenai percobaan dengan gambar hasil data ke-dua?
Hubungkan dengan cara hidup ragi.
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
4. Jelaskan reproduksi dan daur hidup jamur Ascomycota! Apakah terdapat perbedaan
dengan Zigomycota?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
5. Uraikan secara singkat mengenai peranan jamur Ascomycota yang anda ketahui! (positif
ataupun negatif)
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Membuat kesimpulan
JAMUR (FUNGI) 3
Tanggal/hari : …………… Kelompok: .......
Kelas : ……………
Nama Anggota :
........................................................................
........................................................................
........................................................................
...................................................................
Kompetensi Dasar:
3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara
reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan
Tujuan Pembelajaran:
Menetapkan kasus
Kevin adalah seorang pecinta alam. Tiap liburan ia dan teman-temannya pergi ke gunung untuk
mendekat dengan alam. Mereka melewati rute pendakian lain dan tersesat di tengah hutan
tropis lebat. Alat komunikasi tidak bekerja. Langit telah menggelap dan hujan rintik mulai
turun. Untungnya mereka masih dapat membuat tenda sebelum hujan semakin lebat.
Bukan kali pertama mereka tersesat saat pendakian. Tapi kini sudah hamppir tiga hari lamanya
mereka terjebak di sana. Persediaan makanan pun hampir habis. Mereka memutuskan untuk
mencari makanan yang dapat dimakan di hutan tersebut. Karena sering hujan, Kevin berniat
mencari jamur yang dapat dimakan. Mereka terbiasa dengan alam, tentu harus tahu mana yang
dapat dimakan dan mana yang tidak. Ia menemukan jamur yang tumbuh dekat tumpukan
sampah kayu dan tidak ia hiraukan, ia terus berjalan mencari. Kemudian ia menemukan
kumpulan jamur yang berwarna biru, tidak ia hiraukan lagi dan terus berjalan. Akhirnya ia
menemukan jamur yang tidak mencolok di dekat pohon lain, berwarna putih, mirip dengan
jamur yang sering ia temui di pasar. Tapi untuk berjaga ia mendekat dan mencium aroma jamur
tersebut, “Tidak tercium apa-apa.” Kemudian ia merogoh saku dan mengambil pisau lipat, dan
memotong sebagian jamur tersebut dan melihat pisaunya. “Tidak ada tanda hitam.” Ia
tersenyum dan mengambil jamur tersebut. “Pasti ini enak untuk kalau dioseng.”.
Hari keempat akhirnya mereka dapat mengontak kantor pusat, dan mereka pulang dengan
selamat.
Menganalisa masalah
.
115
Petunjuk: Kumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap jamur yang dijual di pasar,
seperti jamur kuping, merang, tiram dan kancing. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan
alat praktikum pengamatan. Tambahkan sumber dari buku pegangan atau literasi lain maupun
dari internet.
Melakukan Pengamatan:
Cara kerja :
1. Amati dan gambarlah tubuh buah jamur kuping, jamur merang, jamur tiram dan jamur
kancing.
2. Buatlah preparat untuk jamur kuping, jamur merang, jamur tira dan jamur kancing dengan
cara mengiris setipis mungkin penampang lintang dan penampang bujur tubuh jamur.
Amatilah dengan mikroskop, gambarkan, dan sebutkan bagian-bagiannya.
Hasil pengamatan:
Gambar 1. Morfologi makroskopis jamur jamur kuping, merang, tiram dan kancing
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
4. Jelaskan reproduksi dan daur hidup dari jamur Basidiomycota dan Deuteromycota!
Apakah ada perbedaan antara jamur Basdiomycota dengan Deuteromycota?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
5. Uraikan secara singkat mengenai peranan jamur Basidiomycota dan Deuteromycota yang
anda ketahui! (positif ataupun negatif)
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Membuat kesimpulan
JAMUR (FUNGI) 4
Tanggal/hari : …………… Kelompok: .......
Kelas : ……………
Nama Anggota :
........................................................................
........................................................................
........................................................................
.......................................................................
Kompetensi Dasar:
3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara
reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan
Tujuan Pembelajaran:
Menetapkan kasus
Jamur dapat hidup di berbagai substrat, baik di darat, perairan, maupun udara. Jamur tidak
dapat mencerna makanan sendiri seperti hewan dan juga tidak dapat membuat makanan sendiri
seperti tumbuhan. Jamur mendapatkan makanan melalui penyerapan nutrisi dari lingkungan
sekitarnya. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, jamur hidup sebagai saprofit, parasit atau
melakukan simbiosis baik dengan alga maupun dengan tumbuhan.
Simbiosis jamur dengan alga tumbuh di tempat bebatuan, batang pohon dan tanah tidak subur.
Simbiosis jamur ini berperan sebagai indikator pencemaran udara, daerah yang dekat dengan
pertambangan memiliki populasi jamur simbiosis yang lebih sedikit dengan yang jauh dari
lokasi pertambangan. Tapi karena jamur simbiosis ini juga sebagai organisme perintis, hal
tersebut merugikan bagi Candi Borobudur. Aktivitas jamur simbiosis itu menyebabkan batu
menjadi lapuk. Merawat candi dari jamur dan lumut dengan menggunakan air dan bahan kimia
dapat menimbulkan kerusakan pada relief dan dampak lingkungan lain. Kini, sedang
diupayakan perlindungan candi menggunakan bahan-bahan alami ramah lingkungan. Penelitian
tersebut masih terus berjalan.
Selain pada alga, jamur juga bersimbiosis dengan akar tumbuhan. Berkat simbiosis tersebut
banyak yang menguntungkan para petani karena mempercepat pertumbuhan tanaman serta
menghindarkan tanaman dari serangan penyakit.
Menganalisa masalah
1. Jamur dapat hidup bersimbiosis 1. Apa nama jamur yang bersimbiosis dengan
2.……………………………………………… alga?
3………………….…………………………… 2.…………………………………………………
………………………………………………… 3…………………………………………………
………………………………………………… ………………………………….………………
…………………………….…………………… ……………………………………………………
………………………………………………… ……………………………………………………
………………………………………………… …………………………………….……………
………………………………………………… ……………………………………………………
.
122
Petunjuk: Kumpulkan data dengan melakukan riset dan tambahkan sumber dari buku pegangan
atau literasi lain maupun dari internet, diskusikan dengan teman sekelompok untuk menjawab
pertanyaan yang ada.
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
e. Selain sebagai bioindikator lingkunga, simbiosis jamur dan alga berperan sebagai
tumbuhan perintis dan merugikan bagi peninggalan relief Candi Borobudur. Mengapa
demikian?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
..............................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
2. Simbiosis jamur dengan tumbuhan
a. Disebut apakah simbiosis jamur dengan akar tumbuhan?
..........................................................................................................................................
b. Simbiosis ini terjadi pada jamur jenis apa saja (Zigomycota, Ascomycota,
Basidiomycota, Deuteromycota)? Sertakan contoh spesiesnya!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
c. Bagaimana cara hidup (reproduksi) dan habitat dari simbiosis jamur dengan akar
tumbuhan?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
d. Dalam kasus di atas, simbiosis jamur dengan akar tumbuhan dapat menguntungkan para
petani. Mengapa demikian?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
e. Simbiosis jamur dengan akar tumbuhan ini dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan letak
tumbuh miseliumnya, jelaskan kedua tipe tersebut!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
..............................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Membuat kesimpulan
Lampiran 4
JAMUR (FUNGI) 1
Kelas : ……………
Nama Anggota :
......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
..
Kompetensi Dasar:
Tujuan Pembelajaran:
Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar! Tambahkan sumber dari
buku pegangan atau literasi lain maupun dari internet.
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
127
4. Jamur diklasifikasikan menjadi empat divisi berdasarkan jenis hifa dan cara reproduksinya.
Lengkapilah tabel di bawah ini untuk memahami perbedaan dan kesamaan keempat divisi
tersebut.
No Divisi Ciri-ciri Reproduksi Contoh Peran
Seksual Aseksual spesies
5. Bagaimana jamur dapat dikategorikan dapat dimakan (edible mushroom) dan yang beracun?
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
128
JAMUR (FUNGI) 2
Kelas : ……………
Nama Anggota :
......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
..
Kompetensi Dasar:
Tujuan Pembelajaran:
Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar! Tambahkan sumber dari
buku pegangan atau literasi lain maupun dari internet.
2 Rhizopus oryzae
3 Saccharomyces cerevisiae
4 Penicillium notatum
5 Neurospora crassa
130
6 Candida albicans
7 Aspergillus wentii
8 Volvariella volvaceae
9 Epidermophyton floccosum
10 Amanita phalloides
5. Dari diskusi yang telah anda lakukan untuk menjawab pertanyaan sebelumnya bersama
anggota kelompok anda, buatlah kesimpulan berkaitan dengan peranan jamur bagi kehidupan!
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
131
Lampiran 5
3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan
4.7 Menyajikan laporan hasil penelusuran informasi tentang keanekaragaman jamur dan peranannya dalam keseimbangan lingkungan.
Menilai jamur 7 C5 Faktual Ada suatu jenis jamur yang dahulu dimasukkan dalam A 1
yang telah kelompok Deuteromycota, tetapi sekarang dimasukkan Deuteromycota adalah divisi
ditemukan cara dalam kelompok Ascomycota karena sudah ditemukan jamur yang tidak ada reprouksi
reproduksi cara reproduksi seksualnya, yakni dengan konidiospora seksualnya. Ketika jamur
reproduksi seksualnya diketahui,
seksualnya yang berwarna merah bata muda. Apakah jenis jamur
jamur tersebut dimasukkan ke
tersebut? dalam kelompok yang sesuai.
a. Neurospora crassa Contoh: Monilia sitophila
b. Aspergillus niger setelah diketahui menghasilkan
c. Rhizopus oryzae askospora, maka dimasukkan
d. Boletus edulis dalam divisi Ascomycota dengan
e. Amanita muscaria nama yang berbeda yaitu
Neurospora crassa
134
3.7.4 Menganalisis 15* C4 Konseptual Jamur Basidiomycota dapat bersimbiosis dengan akar B 1
Menjelaskan mekanisme (9) tumbuhan tingkat tinggi seperti Pinus sp. membentuk Simbiosis yang terjadi pada
proses simbiosis jamur ektomikoriza. Bagaimana interaksi yang terjadi antara ektomikoriza adalah mutualistik.
simbiosis dengan tumbuhan dua organisme tersebut? Banyak pohon-pohon pinus di
hutan pada tahun pertama
jamur dengan (mikoriza) dalam a. Pinus sp. mendapat mineral dari jamur,
pertumbuhannya tidak dapat
organisme lain pohon Pinus sp. sedangkan jamur tidak mendapat apapun dari tumbuh tanpa ektomikoriza.
Pinus sp. Selain itu dengan ektomikoriza,
b. jamur mendapat zat organik dari Pinus sp., akar pinus tidak lagi
sedangkan Pinus sp. mendapat air dan mineral memerlukan bulu akar karena
dari jamur dengan adanya ektomikoriza,
c. jamur membantu pernapasan pada akar Pinus sp., pinus mendapatkan air dan
sedangkan Pinus sp. memberikan tempat hidup unsur-unsur hara dari tanah lebih
bagi jamur banyak. Adanya ektomikoriza
d. Pinus sp. dirugikan karena jamur mengakibatkan juga melindungi pohon pinus
dari kekeringan dan dari jamur
pembusukan pada akar Pinus sp.
lain yang membahayakan. Jamur
e. jamur menyerap mineral dari akar Pinus sp., ektomikoriza tidak dapat tumbuh
sedangkan Pinus sp. mendapatkan sari makanan dan bereproduksi tanpa
dari jamur bersimbiosis dengan akar
tumbuhan tinggi. Jamur
memperoleh makanan seperti
gula,vitamin, asam amino dari
tumbuhan tinggi tsb.
Sumber: Nunung Nurhayati,
Mukhlis, Agus Jaya, Biologi
SMA/MA Kelas X Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu
Alam, (Bandung : Yrama Widya,
2014), hlm.158
3.7.5 Membuat 16* C6 Konseptual Untuk soal no.16 dan 17! D 1
Menganalisis rumusan masalah (10) Sekelompok siswa melakukan eksperimen respirasi sel Pada hasil data, variabel bebas
permasalahan mengenai pada ragi, busa akan terbentuk ketika ragi dicampur adalah suhu yang terdiri dari
terkait peranan eksperimen dengan sumber bahan dari gula dan air dengan suhu 20°C, 30°C, 40°C, 50°C dan
60°C. Dan yang dilihat hasilnya
jamur dalam respirasi ragi yang berbeda. Data yang dihasilkan sebagai berikut:
adalah tinggi busa atau
kehidupan yang dipengaruhi gelembung hasil pembentukan
sehari-hari suhu gas CO2 dan air (yang berarti
laju respirasi sel ragi)
merupakan variabel terikat.
Maka rumusan masalah yang
tepat adalah apakah suhu
mempengaruhi laju respirasi
138
ragi?
dengan jamur Apa rumusan masalah yang paling tepat? yang digunakan dan takaran
a. apakah varietas kedelai mempengaruhi tekstur dosis jamurnya. Maka ruusan
tempe? masalah yang tepat adalah
b. mengapa jamur rhizopus oryzae dapat apakah varietas kedelai
mengubah kedelai jadi tempe? mempengaruhi tekstur tempe?
c. apakah kandungan protein kedelai Sumber: Latifa Nurrachman,
“Perbedaan Keterampilan
mempengaruhi tekstur tempe?
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
d. bagaimana cara pembuatan tempe? yang menggunakan Model PBL
e. apakah jenis jamur mempengaruhi kepadatan dan PjBL Pada konsep Fungi”,
tempe? Skripsi UIN, Jakarta, 2015,
hlm.109, tidak dipublikasikan
Mengaplikasikan 19 C3 Prosedural Berikut merupakan langkah-langkah pembuatan tapai C 1
tahapan ketan: Cuci beras ketan dengan air
pembuatan tapai 1) Taburi dengan ragi dan gula pasir sampai benar-benar bersih,
secara berurutan 2) Diamkan selama 3 hari untuk fermentasi kemudian direndam dalam air
3) Kukus beras ketan selama 8 jam. Bilas lagi beras
4) Bilas beras ketan dan tiriskan ketan yang sudah direndam
5) Diamkan hingga dingin dengan air sampai bersih,
6) Cuci beras ketan dan rendam beras ketan tiriskan. Kukus beras ketan
semalaman dengan air panas 400 ml
7) Bungkus dengan daun pisang semat dengan sampai matang. Angkat dan
tusuk gigi tuang ke dalam wadah lebar,
Bagaimanakah desain langkah kerja yang tepat dalam diamkan hingga dingin.
pembuatan tapai? Setelah dingin taburi dengan
a. 6-3-5-4-1-7-2 ragi yang sudah dihaluskan
b. 6-4-3-5-1-2-7 dan gula pasir hingga merata.
c. 6-4-3-5-1-7-2 Bungkus dengan daun pisang
d. 6-3-5-4-1-2-7 semat dengan tusuk gigi.
e. 6-4-1-3-5-7-2 Diamkan selama 3 hari untuk
proses fermentasi
Sumber:
www.resepnasional.com/cara-
membuat-tape-ketan-putih-
manis/
Mengaplikasikan 20 C3 Prosedural Berikut merupakan langkah-langkah pembuatan tempe: A 1
tahapan 1) tiriskan dengan tampah -rebus kacang sampai mendidih
pembuatan tempe 2) setelah dingin campurkan kedelai dengan ragi -buang kulitnya dan dicuci
secara berurutan tempe -kukus kembali kedelai tersebut
-tiriskan dengan tampah
3) Rebus kacang kedelai hingga mendidih
-setelah dingin dan kering
140
dimakan
b. Jamur berwarna menarik dapat dimakan
c. Jamur berwarna menarik tidak dapat dimakan
d. Jamur warna apapun dapat dimakan
e. Jamur warna apapun tidak dapat dimakan
Menganalisis 23* C4 Prosedural Empat siswa akan melakukan suatu kegiatan, mereka A 1
data yang (14) terbagi menjadi dua kelompok dengan dua orang Jamur Zigomycota= Rhizopus
disajikan berdasarkan pengelompokan jamur dalam percobaan sp. , Mucor javanicus
mengenai yang mereka lakukan masing-masing, yakni: Jamur Ascomycota =
Neurospora sp., Saccharomyces
penggolongan - Siswa 1 : Fermentasi pada tempe oleh ragi tempe
cereviciae
jamur Rhizopus sp.
berdasarkan - Siswa 2 : pada pembuatan tapai dengan Mucor Sumber: Resti Septianing dkk.
spesifikasi javanicus Panduan Belajar Biologi 1A
manfaat masing- - Siswa 3 : Oncom dibuat dengan bantuan SMA Kelas X. (Jakarta:
masing contoh Neurospora sp. Yudhistira. 2012), hlm. 84-86
jamur - Siswa 4 : Ragi roti Saccharomyces cereviciae
membantu dalam pembuatan roti
Apakah generalisasi dari pernyataan di atas?
a. Siswa 1 dan 2 berkelompok karena sama-sama
menggunakan jamur Zigomycota. Siswa 3 dan
4 jamur Ascomycota
b. Siswa 1 dan 3 berkelompok karena sama-sama
menggunakan jamur Zigomycota. Siswa 2 dan
4 jamur Ascomycota
c. Siswa 2 dan 3 berkelompok karena sama-sama
menggunakan jamur Zigomycota. Siswa 1 dan
4 jamur Ascomycota
d. Siswa 1,2,3 dan 4 berkelompok karena sama-
sama menggunakan jamur Ascomycota.
e. Siswa 1,2, 3 dan 4 berkelompok karena sama-
sama menggunakan jamur Zigomycota.
Menilai 24* C5 Faktual Manakah di antara pernyataan di bawah ini yang E 1
hubungan jenis (15) merupakan pasangan tepat antara jamur dan Penicillium merupakan
jamur dengan peranannya? penghasil antibiotika.
peranannya a. Penicillium dapat menghasilkan racun Ganoderma digunakan untuk
dalam kehidupan b. Ganoderma merupakan penyebab kaki atlet pembuatan obat. Amanita
c. Amanita merupakan penghasil antibiotika dapat menghasilkan racun.
d. Rhizopus digunakan untuk pembuatan obat Rhizopus membuat tempe.
e. Candida merupakan jamur penyebab infeksi Candida merupakan jamur
142
keberadaan jamur menonjol sebagai dekomposer. Apa yang terjadi jawab untuk menjaga ekosistem
sebagai apabila pada ekosistem tidak ada jamur? agar tetap memiliki persediaan
dekomposer a. organisme fotosintetik akan terus bertambah nutrien anorganik yang esensial
untuk menjaga b. organisme fotosintetik akan berhenti bagi pertumbuhan tumbuhan.
Tanpa dekomposer karbon,
keseimbangan memproduksi biomasa
nitrogen, dan unsur lain akan
ekosistem c. tidak ada pengaruh karena perombakan daur tetap terikat dalam material
ulang organisme mati tetap dapat dilakukan organik. Tumbuhan dan hewan
d. tidak seimbangnya ekosistem karena ketiadaan yang memakan unsur tersebut
senyawa anorganik tidak mungkin ada, sebab unsur
e. banyak makhluk hidup yang mati yang diambi dari tanah tidak bisa
dikembalikan dan kehidupan
akan lenyap
Sumber: Campbell Reece,
Biologi Edisi 8 Jilid 2, (Jakarta:
Erlangga, 2012), hlm.217
Membuat desain 30 C6 Prosedural Sekelompok siswa akan melakukan percobaan E 1
variabel yang membuat tapai untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Variabel bebas adalah faktor
diperhatikan ragi tapai terhadap kandungan alkohol yang dihasilkan. yang dapat diubah-ubah dengan
dalam Maka bagaimanakah desain yang sesuai dengan tujuan dalam eksperimen. Pada
eksperimen ini konsentrasi ragi
perencanaan maksud siswa terebut?
yang berbeda-beda akan
suatu praktikum a. Variabel terikat: kandungan alkohol, variabel diujicobakan. Variabel terikat
pembuatan tapai bebas: waktu fermentasi, variabel kontrol: adalah faktor yang mungkin
konsentrasi ragi, jumlah air, suhu berubah akibat hasil dari
b. Variabel terikat: waktu fermentasi, variabel perbedaan variabel bebas,
bebas: konsentrasi ragi, variabel kontrol: variabel terikat merupakan data
kandungan alkohol yang diamati dalam eksperimen,
c. Variabel terikat: konsentrasi ragi, variabel bebas: yakni kandungan alkohol.
kandungan alkohol, variabel kontrol: waktu Dalam variabel kontrol adalah
fermentasi faktor yang ditetapkan/konstan
di semua perlakuan dalam
d. Variabel terikat: kandungan alkohol, variabel
eksperimen, yakni jenis dan
bebas: konsentrasi ragi, variabel kontrol: tidak jumlah bahan tapai, waktu
ada fermentasi, temperatur, jumlah
e. Variabel terikat: kandungan alkohol, variabel air dan lain-lain
bebas: konsentrasi ragi, variabel kontrol: waktu Sumber: Cellular Respiration in
fermentasi, jumlah air, suhu Yeast
HTTP://employee.heartland.edu/
hfei/Labs/CellularRespirationP
rotocol.pdf
145
33b Metakognitif Pengetahuan apa saja yang kamu perlukan 1. Pengethauan ciri umum jamur
untuk dapat menarik kesimpulan sesuai 2. Pengetahuan cara hidup jamur
dengan jawabanmu pada no.33a? Jelaskan! 3. Pengetahuan cara memperoleh
makanan pada jamur
4. Informasi syarat proses fotosintesis
Lampiran 6
154
155
156
157
158
Lampiran 7
A. PG
RELIABILITAS TES
Rata2= 16.22
KorelasiXY= 0.41
No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 1 1 10 10 20
2 2 2 10 7 17
3 3 3 11 8 19
4 4 4 11 9 20
5 5 5 11 6 17
6 6 6 11 10 21
7 7 7 10 8 18
8 8 8 12 4 16
9 9 9 8 8 16
10 10 10 9 10 19
11 11 11 11 7 18
12 12 12 9 7 16
13 13 13 10 8 18
14 14 14 9 9 18
15 15 15 8 5 13
16 16 16 3 6 9
17 17 17 11 5 16
18 18 18 8 8 16
19 19 19 9 2 11
20 20 20 4 3 7
21 21 21 4 6 10
159
22 22 22 15 14 29
23 23 23 4 7 11
24 24 24 7 6 13
25 25 25 11 8 19
26 26 26 9 8 17
27 27 27 8 9 17
28 28 28 14 10 24
29 29 29 10 6 16
30 30 30 11 9 20
31 31 31 11 2 13
32 32 32 10 3 13
33 33 33 11 7 18
34 34 34 2 4 6
35 35 35 6 7 13
36 36 36 11 9 20
DAYA PEMBEDA
Jumlah Subyek= 36
Klp atas/bawah(n)= 10
Butir Soal= 40
No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%)
1 1 6 2 4 40.00
2 2 5 4 1 10.00
3 3 7 8 -1 -10.00
4 4 3 3 0 0.00
5 5 5 3 2 20.00
6 6 9 5 4 40.00
7 7 1 2 -1 -10.00
8 8 2 0 2 20.00
9 9 7 2 5 50.00
10 10 3 2 1 10.00
11 11 2 0 2 20.00
160
12 12 7 2 5 50.00
13 13 3 2 1 10.00
14 14 3 2 1 10.00
15 15 3 1 2 20.00
16 16 8 1 7 70.00
17 17 8 3 5 50.00
18 18 8 4 4 40.00
19 19 7 3 4 40.00
20 20 2 1 1 10.00
21 21 5 5 0 0.00
22 22 10 6 4 40.00
23 23 3 1 2 20.00
24 24 6 2 4 40.00
25 25 10 6 4 40.00
26 26 2 0 2 20.00
27 27 10 3 7 70.00
28 28 3 3 0 0.00
29 29 8 6 2 20.00
30 30 1 1 0 0.00
31 31 10 3 7 70.00
32 32 9 3 6 60.00
33 33 10 3 7 70.00
34 34 8 3 5 50.00
35 35 7 4 3 30.00
36 36 1 0 1 10.00
37 37 1 3 -2 -20.00
38 38 5 0 5 50.00
39 39 1 0 1 10.00
40 40 2 4 -2 -20.00
TINGKAT KESUKARAN
Jumlah Subyek= 36
161
Butir Soal= 40
1 1 14 38.89 Sedang
2 2 16 44.44 Sedang
3 3 25 69.44 Sedang
4 4 12 33.33 Sedang
5 5 15 41.67 Sedang
6 6 21 58.33 Sedang
7 7 7 19.44 Sukar
9 9 13 36.11 Sedang
12 12 13 36.11 Sedang
13 13 10 27.78 Sukar
14 14 7 19.44 Sukar
15 15 8 22.22 Sukar
16 16 15 41.67 Sedang
17 17 25 69.44 Sedang
18 18 19 52.78 Sedang
19 19 19 52.78 Sedang
20 20 6 16.67 Sukar
21 21 22 61.11 Sedang
22 22 30 83.33 Mudah
23 23 8 22.22 Sukar
24 24 13 36.11 Sedang
26 26 7 19.44 Sukar
27 27 28 77.78 Mudah
28 28 12 33.33 Sedang
29 29 23 63.89 Sedang
162
30 30 6 16.67 Sukar
31 31 24 66.67 Sedang
32 32 19 52.78 Sedang
33 33 22 61.11 Sedang
34 34 24 66.67 Sedang
35 35 18 50.00 Sedang
37 37 7 19.44 Sukar
38 38 9 25.00 Sukar
39 39 6 16.67 Sukar
40 40 10 27.78 Sukar
Rata2= 16.22
KorelasiXY= 0.41
Butir Soal= 40
Jumlah Subyek= 36
B. ESSAY
RELIABILITAS TES
Rata2= 5.81
164
KorelasiXY= 0.64
No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 1 A 10 9 19
2 2 B 1 1 2
3 3 C 2 2 4
4 4 D 0 1 1
5 5 E 2 2 4
6 6 F 4 6 10
7 7 G 2 4 6
8 8 H 7 2 9
9 9 I 1 1 2
10 10 J 4 4 8
11 11 K 6 4 10
12 12 L 2 1 3
13 13 M 3 5 8
14 14 N 6 4 10
15 15 O 2 3 5
16 16 P 2 2 4
17 17 Q 4 5 9
18 18 R 0 4 4
19 19 S 3 2 5
20 20 T 3 0 3
21 21 U 2 2 4
22 22 V 2 1 3
23 23 W 0 1 1
24 24 X 2 4 6
25 25 Y 4 5 9
26 26 Z 3 5 8
27 27 AA 3 2 5
165
28 28 BB 4 2 6
29 29 CC 6 4 10
30 30 DD 2 2 4
31 31 EE 5 5 10
32 32 FF 0 2 2
33 33 GG 1 0 1
34 34 HH 0 2 2
35 35 II 3 5 8
36 36 JJ 2 2 4
DAYA PEMBEDA
Jumlah Subyek= 36
Klp atas/bawah(n)= 10
Butir Soal= 10
TINGKAT KESUKARAN
Jumlah Subyek= 36
Butir Soal= 10
1 1 50.00 Sedang
166
2 2 42.50 Sedang
3 3 37.50 Sedang
4 4 32.50 Sedang
5 5 27.50 Sukar
6 6 35.00 Sedang
7 7 27.50 Sukar
9 9 22.50 Sukar
10 10 20.00 Sukar
Rata2= 5.81
KorelasiXY= 0.64
Butir Soal= 10
Jumlah Subyek= 36
Lampiran 8
Nama/kelas : ……………………………………………
No Absen : ……………………………………………
Tanggal : ……………………………………………
I. PILIHAN GANDA
2. Di bawah ini manakah pernyataan yang BENAR antara jamur dengan tumbuhan?
f. reproduksi: jamur dengan biji, tumbuhan dengan metagenesis
g. inti sel: jamur multinukleus; tumbuhan: satu nukleus tiap sel
h. cara hidup: jamur heterotrof absortif, tumbuhan autotrof
i. dinding sel: jamur berlignin, tumbuhan berselulosa dan kitin
j. struktur tubuh: jamur bersifat multiselular; tumbuhan bersifat uniselular
3. Di bawah ini manakah yang bukan merupakan cara jamur memperoleh makanan?
f. Fotosintesis
g. Saprofit
h. Simbiosis
i. Parasit
j. Heterotrof
4. Perhatikan tabel berikut!
7. Ketika sedang menyiram tanaman, Rina melihat ada sekumpulan jamur yang hidup tak jauh dari
pohon besar yang ada di dekat rumahnya. Jamur tersebut memiliki tubuh buah berbentuk bulat
telur, memiliki tudung yang berbentuk seperti cawan berwarna cokelat dan dilindungi selubung.
Berasal dari divisi apakah jamur tersebut?
a. Zygomycota
b. Ascomycota
c. Basidiomycota
d. Deuteromycota
e. Oomycota
5) Zigosporangium
f. 1-2-3-4-5
g. 5-3-4-2-1
h. 3-4-2-1-5
i. 3-2-4-1-5
j. 3-2-4-5-1
9. Jamur Basidiomycota dapat bersimbiosis dengan akar tumbuhan tingkat tinggi seperti Pinus sp.
membentuk ektomikoriza. Bagaimana interaksi yang terjadi antara dua organisme tersebut?
a. Pinus sp. mendapat mineral dari jamur, sedangkan jamur tidak mendapat apapun dari Pinus
sp.
b. jamur mendapat zat organik dari Pinus sp., sedangkan Pinus sp. mendapat air dan mineral
dari jamur
c. jamur membantu pernapasan pada akar Pinus sp., sedangkan Pinus sp. memberikan tempat
hidup bagi jamur
d. Pinus sp. dirugikan karena jamur mengakibatkan pembusukan pada akar Pinus sp.
e. jamur menyerap mineral dari akar Pinus sp., sedangkan Pinus sp. mendapatkan sari makanan
dari jamur
10. Sekelompok siswa melakukan eksperimen respirasi sel pada ragi, busa akan terbentuk ketika ragi
dicampur dengan sumber bahan dari gula dan air dengan suhu yang berbeda. Data yang
dihasilkan sebagai berikut:
12. Seorang siswa melakukan percobaan pembuatan tempe dengan menggunakan kedelai varietas A,
B dan C. Jenis jamur yang digunakan adalah Rhizopus oryzae dengan dosis yang sama untuk
ketiganya. Setelah itu ia membandingkan tekstur ketiga tempe yang dihasilkan. Apa rumusan
masalah yang paling tepat?
a. apakah varietas kedelai mempengaruhi tekstur tempe?
b. mengapa jamur Rhizopus oryzae dapat mengubah kedelai jadi tempe?
c. apakah kandungan protein kedelai mempengaruhi tekstur tempe?
d. bagaimana cara pembuatan tempe?
e. apakah jenis jamur mempengaruhi kepadatan tempe?
13. Seorang siswa sedang melakukan pengamatan terhadap berbagai jamur yang tumbuh di sekitar
halaman rumahnya. Ia menemukan jamur yang warnanya cantik dan menarik. Selanjutnya ia
juga menemukan jamur yang putih polos dan tidak semenarik sebelumnya. Siswa tersebut
kemudian menyadari jamur yang biasa ia makan tidak pernah berwarna cantik dan menarik.
Apakah prediksi yang tepat untuk menjelaskan kondisi jamur tersebut?
a. Jamur berwarna tidak menarik tidak dapat dimakan
b. Jamur berwarna menarik dapat dimakan
c. Jamur berwarna menarik tidak dapat dimakan
d. Jamur warna apapun dapat dimakan
e. Jamur warna apapun tidak dapat dimakan
14. Empat siswa akan melakukan suatu kegiatan, mereka terbagi menjadi dua kelompok dengan dua
orang berdasarkan pengelompokan jamur dalam percobaan yang mereka lakukan masing-
masing, yakni:
- Siswa 1 : Fermentasi pada tempe oleh ragi tempe Rhizopus sp.
- Siswa 2 : pada pembuatan tapai dengan Mucor javanicus
- Siswa 3 : Oncom dibuat dengan bantuan Neurospora sp.
- Siswa 4 : Ragi roti Saccharomyces cereviciae membantu dalam pembuatan roti
Apakah generalisasi dari pernyataan di atas?
171
15. Manakah di antara pernyataan di bawah ini yang merupakan pasangan tepat antara jamur dan
peranannya?
a. Penicillium dapat menghasilkan racun
b. Ganoderma merupakan penyebab kaki atlet
c. Amanita merupakan penghasil antibiotika
d. Rhizopus digunakan untuk pembuatan obat
e. Candida merupakan jamur penyebab infeksi vagina
16. Manakah dari tabel di bawah ini yang benar merupakan hubungan antara jenis jamur dengan
peranannya?
Nama jamur Peranan
a. Fusarium sp. untuk membuat kue
b. Auricularia polytricha sebagai parasit pada tanaman
c. Saccharomyces Penyebab penyakit kelamin
d. Rhizopus oryzae untuk membuat tempe
e. Candida sp. Sebagai bahan makanan
17. Berikut ini merupakan jamur yang merugikan manusia, manakah yang benar antara spesies
jamur dengan perannya?
a. 5-3-4-2-1
b. 4-3-2-5-1
c. 3-4-2-1-5
d. 2-5-1-4-3
e. 1-2-3-4-5
II. ESSAY
19. Saat ini, banyak dilakukan budidaya jamur, terutama jamur tiram dan jamur merang. Terdapat
beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur yang harus diperhatikan
oleh para pembudidaya jamur yakni intensitas cahaya, kelembaban, suhu, dan pH.
Menurut pendapatmu, informasi mengenai apa saja yang kamu butuhkan agar dapat
menyimpulkan bahwa jamur akan tumbuh cepat pada kondisi intensitas cahaya rendah dan
kelembaban tinggi?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
20. Informasi mengenai apa aja yang kamu butuhkan agar dapat menyimpulkan bahwa liken dapat
digunakan sebagai indikator pencemaran lingkungan?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
21. Bagaimana caramu memperoleh informasi tentang lumut kerak (Liken)?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
Selama beberapa dekade terakhir, ragi menjadi sangat penting dalam penelitian genetik. Pada
tahun 1996, seluruh sekuens genom S. cerevisiae telah berhasil dipecahkan. Genom tersebut
mengandung 6.000 gen. Karena membelah dengan cepat, S. cerevisiae menjadi bahan yang disukai
173
dalam penelitian di bidang biologi molekular dan selular. Dalam hal ini, peranan S. cerevisiae
sebanding dengan Eschericia coli.
22. Informasi mengenai apa saja yang kamu butuhkan agar dapat menyimpulkan bahwa adonan roti
akan mengembang setelah diberikan ragi?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
23. Bagaimana caramu memperoleh informasi tentang ragi?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………..………………………………………………………………………………………
SELAMAT MENGERJAKAN
Jawaban PG
1. D 10. D
2. C 11. C
3. A 12. A
4. B 13. C
5. A 14. A
6. B 15. E
7. C 16. D
8. E 17. A
9. B 18. D
FORMAT PENILAIAN
Skor maks
174
Lampiran 9
175
176
177
178
Lampiran 10
179
180
Lampiran 11
181
182
183
184
Lampiran 12
185
186
Lampiran 13
Data Hasil Pretest, Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 14
Nilai =
Lampiran 15
1.Data Pretest
Interpretasi: pada kelas kontrol harga statistik untuk Kolmogorov-smirnov sebesar 0,154
dan Sig atau p-value = 0,031< 0,05, mengartikan bahwa distribusi tidak
normal. Pada kelas eksperimen harga statistik untuk Kolmogorov-smirnov
sebesar 0,152 dan Sig atau p-value = 0,035< 0,05, mengartikan bahwa
distribusi tidak normal.
2. Data Posttest
Interpretasi: pada kelas kontrol harga statistik untuk Kolmogorov-smirnov sebesar 0,139
dan Sig atau p-value = 0,076 > 0,05, mengartikan bahwa distribusi normal.
Pada kelas eksperimen harga statistik untuk Kolmogorov-smirnov sebesar
0,129 dan Sig atau p-value = 0,140 > 0,05, mengartikan bahwa distribusi
normal.
189
Lampiran 16
1. Data pretest
Interpretasi : dari hasil analisis pada tabel Levene’s Test of Equality of Error Variances,
diperoleh F= 1,323; db1 = 1;db2= 70, dan p-value = 0,254 > 0,05 atau H0
diterima. Dengan demikian, data nilai pretes dari kelas kontrol dan
eksperimen bersifat homogen
1. Data Posttest
Interpretasi : dari hasil analisis pada tabel Levene’s Test of Equality of Error Variances,
diperoleh F= 2,183; db1 = 1;db2= 70, dan p-value = 0,144 > 0,05 atau H0
diterima. Dengan demikian, data nilai postes dari kelas kontrol dan
eksperimen bersifat homogen
190
Lampiran 17
Interpretasi: pada tabel Ranks, kolom Sum of Ranks, diperoleh jumlah ranking Kontrol =
1343 dan ranking Eksperimen = 1285. Selanjutnya pada tabel Test Statistic,
baris Mann-Whitney U diperoleh harga U = 619 dan p-value = 0,742/2
=0,371 > 0,05 atau H0 diterima sehingga nilai kontrol dan eksperimen pada
pretes tidak ada perbedaan yang signifikan
2. Posttest (Uji-t)
Interpretasi: pada tabel group statistics terlihat rata-rata hasil belajar kelas kontrol =
70,39 dan kelas eksperimen = 78,56. Hal ini berarti secara deskriptif hasil
belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari hasil belajar kelas kontrol, nilai
sig/ p value = 0,00 < 0,05 atau H0 ditolak. sehingga nilai kontrol dan
eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan
191
Lampiran 18
Ketercapaian Hasil Belajar Ranah Pengetahuan dan Jenjang Kognitif Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
1. PRETEST KELAS EKSPERIMEN
Faktual Konseptual
C1 C3 C4 C5 C3 C4 C5 C6
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total Total Total Total
3 6 16 17 1 5 15 4 8 9 14 2 7 13 10 11 12
1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
2 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 0 2
3 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
4 1 1 1 0 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
5 1 0 1 1 2 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 2 1 0 1 2
6 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
7 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 0 1 2
8 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
9 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 2
10 1 1 1 0 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
11 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
12 1 1 1 0 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
13 1 1 1 1 3 1 0 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
14 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 0 1 0 1
15 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 3 1 0 1 2
16 1 1 1 0 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
17 1 1 1 1 3 1 0 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
18 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
19 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
20 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
21 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 0 1 0 1
22 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 0 2
23 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 0 1 0 1
24 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
25 1 0 1 1 2 0 1 1 1 0 0 0 1 1 2 0 0 1 1 0 0 1 1
26 1 1 1 0 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
27 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 1 1 2
28 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
29 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 0 1 1 2
30 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
192
31 1 1 1 1 3 1 0 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
32 1 1 1 1 3 1 0 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
33 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
34 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 1 1 0 2
35 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 2 0 1 1 2
36 1 1 1 1 3 1 0 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
∑ 32 15 34 7 56 30 1 31 19 12 0 12 21 6 27 29 11 36 76 25 27 25 77
% 88.89 51.85 43.05 52.78 16.67 37.5 70.37 71.29
26 1 2 2 2 6 3 3 6
27 1 0 1 0 1 2 2 4
28 1 1 1 1 3 2 1 3
29 1 1 1 2 4 2 2 4
30 0 1 0 0 1 0 2 2
31 1 1 1 1 3 2 2 4
32 1 1 1 1 3 2 2 4
33 1 1 1 0 2 2 1 3
34 1 1 0 0 1 0 0 0
35 1 2 3 2 7 2 2 4
36 1 1 1 1 3 2 2 4
∑ 35 43 32 37 112 70 57 127
% 97.22 34.567 58.796
C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((43+32+37) : 36*3*3) x
Faktual 100 = 34.567
C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (32 : 36) x 100 = 88.89 C2: Persentase = ((70+57) : (36*3*2)) x 100 = 58.796
Konseptual
C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((12+0) : (36*2)) x 100 =
16.67
Prosedural
C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.22
Metakognitif
194
Faktual Konseptual
C1 C3 C4 C5 C3 C4 C5 C6
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total Total Total Total
3 6 16 17 1 5 15 4 8 9 14 2 7 13 10 11 12
1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 3
2 0 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 3 0 1 0 1
3 1 1 1 0 2 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 3 0 1 1 2
4 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 2
5 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
6 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
7 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
8 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
9 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 2 0 0 0 0 1 1 2 1 0 1 2
10 1 1 1 1 3 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 0 1 1 2
11 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 3
12 1 1 1 0 2 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 3 0 1 1 2
13 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 1 1 3
14 0 0 1 1 2 1 0 1 0 0 0 0 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 3
15 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 2 1 0 0 1
16 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
17 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
18 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
19 1 1 1 0 2 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
20 0 0 1 1 2 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
21 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 3
22 1 0 1 1 2 1 0 1 0 1 0 1 1 1 2 0 0 0 0 0 1 0 1
23 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
24 1 0 1 0 1 1 1 2 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 0 1 1 2
25 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0
26 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 3 1 0 0 1
27 1 0 1 1 2 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
28 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3
29 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 2 0 0 0 0 1 1 2 1 0 0 1
30 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
31 1 1 1 0 2 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1
32 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 0 1 0 1 1 2
33 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
195
34 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 2 1 0 1 2
35 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 2 1 1 0 2
36 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 0 0 1 1
∑ 32 6 35 12 53 36 1 37 13 24 5 29 25 6 31 24 18 33 75 23 29 24 76
% 88.89 49.07 51.389 36.111 40.27 43.05 69.4 70.37
31 1 2 1 1 4 3 3 6
32 1 1 2 1 4 2 2 4
33 1 1 1 1 3 2 2 4
34 1 0 3 3 6 3 3 6
35 1 3 0 0 3 0 0 0
36 1 2 1 2 5 3 3 6
∑ 35 44 39 34 117 58 63 121
% 97.222 36.111 56.019
Faktual
C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (32 : 36) x 100 = 88.89
Konseptual
C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((24+5) : (36*2)) x 100 = 40.278
Prosedural
C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.22
Metakognitif
C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((44+39+34) : 36*3*3) x 100 = 36.111
Faktual Konseptual
C1 C3 C4 C5 C3 C4 C5 C6
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total Total Total Total
3 6 16 17 1 5 15 4 8 9 14 2 7 13 10 11 12
1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 0 2 1 0 1 2
2 1 0 1 1 2 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
3 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 1 0 1 2
4 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 0 1 2
5 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 1 1 3
6 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 3
7 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
8 1 1 1 1 3 1 1 2 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 3 0 1 1 2
9 1 1 1 1 3 1 1 2 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 0 0 1 1
10 1 0 1 0 1 1 1 2 0 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 3
11 1 1 1 1 3 1 1 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3
12 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 0 1 1 2
13 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
14 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
15 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 0 0 1
16 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
17 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
18 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
19 1 0 1 0 1 1 1 2 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 3 0 1 1 2
20 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
21 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
22 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 2 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
23 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 0 1 2
24 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 1 1 3
25 1 0 1 0 1 1 1 2 0 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 3
26 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
27 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 0 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3
28 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
29 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3
30 1 1 1 0 2 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 3 0 1 1 2
31 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
32 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 0 1 1 2
33 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 1 0 0 1
34 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 0 2
35 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 1 1 3
198
36 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 0 1 2
∑ 36 27 36 21 84 36 35 71 30 33 5 38 20 25 45 36 26 34 96 30 23 33 86
% 100 77.78 98.61 83.33 52.78 62.5 88.89 79.62
33 1 2 2 2 6 2 3 5
34 1 3 2 3 8 2 2 4
35 1 2 2 3 7 3 3 6
36 1 1 3 3 7 2 2 4
∑ 35 76 87 86 249 88 94 182
% 97.22 76.851 84.259
Faktual
C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (36 : 36) x 100 = 100
Konseptual
C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((33+5) : (36*2)) x 100 = 52.78
Prosedural
C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.22
Metakognitif
C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((76+87+86) : 36*3*3) x 100 = 76.851
Faktual Konseptual
C1 C3 C4 C5 C3 C4 C5 C6
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total Total Total Total
3 6 16 17 1 5 15 4 8 9 14 2 7 13 10 11 12
1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
2 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 0 1 1 2
3 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 3
4 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 0 0 1 1 0 1 1 2
5 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 0 1 2
6 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
7 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
8 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
9 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 0 1 1 0 1 2 1 0 1 2
10 1 1 1 1 3 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 0 0 0 0
11 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 2 1 1 0 2
12 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 1 1 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 3
13 1 0 1 1 2 1 1 2 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3
14 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 0 1 1 2
15 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 0 0 0 0
16 1 1 1 1 3 1 0 1 1 1 1 2 1 0 1 1 1 1 3 0 1 0 1
17 1 1 1 1 3 0 1 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 0 1 0 1
18 1 1 1 1 3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2 1 1 1 3 0 0 1 1
19 1 1 1 0 2 1 0 1 0 1 1 2 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
20 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 1 1 3
21 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 2 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
22 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 2 1 0 1 0 1 1 2 1 1 0 2
23 1 1 1 0 2 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 3
24 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3
25 1 1 1 1 3 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 0 1 2
26 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 0 1 2
27 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2 0 1 1 2 1 1 1 3
28 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
29 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 2 1 0 1 2
30 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 0 0 1 1 1 0 1 2
31 1 0 1 1 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 0 1 1 2
32 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
33 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 0 2
34 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 2
35 1 1 1 0 2 1 0 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 3
201
36 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3
∑ 34 12 36 19 67 34 18 52 29 29 6 35 25 16 41 28 23 36 87 27 26 29 82
% 94.44 62.03 72.22 80.56 48.61 56.94 80.56 75.92
33 1 2 2 2 6 3 3 6
34 1 2 3 2 7 3 3 6
35 1 2 1 1 4 3 3 6
36 1 2 1 1 4 2 2 4
∑ 35 69 62 60 191 94 92 186
% 97.2 58.95 86.1
Faktual
C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (34 : 36) x 100 = 94.4
Konseptual
C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((29+6) : (36*2)) x 100 = 48.611
Prosedural
C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.22
Metakognitif
C1: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = ((69+62+60) : 36*3*3) x 100 = 58.951
Lampiran 19
Ketercapaian Hasil Belajar Ranah Pengetahuan dan Jenjang Kognitif Pretest dan Posttest pada Soal Berbasis Masalah
1. PRETEST KELAS EKSPERIMEN
Konseptual Prosedural
C4 C5 C6 C3
No. NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total
9 14 2 7 13 10 11 12 18
1 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
2 1 0 1 1 1 3 1 1 0 2 1
3 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
4 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
5 1 0 1 0 1 2 1 0 1 2 1
6 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
7 1 0 1 1 1 3 1 0 1 2 1
8 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
9 1 0 1 0 1 1 1 1 0 2 1
10 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
11 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
12 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
13 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
14 0 0 0 0 1 2 0 1 0 1 1
15 1 0 1 1 1 3 1 0 1 2 1
16 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
17 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
18 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
19 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
20 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
21 0 0 0 0 1 2 0 1 0 1 1
22 1 0 1 1 1 3 1 1 0 2 1
23 0 0 0 0 1 2 0 1 0 1 1
24 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
25 1 1 2 0 1 1 0 0 1 1 1
26 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
27 0 0 0 1 1 2 0 1 1 2 1
28 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
204
29 0 0 0 0 1 2 0 1 1 2 1
30 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 0
31 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
32 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
33 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
34 0 0 0 0 1 2 1 1 0 2 1
35 1 0 1 0 1 2 0 1 1 2 1
36 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
∑ 21 6 27 11 36 76 25 27 25 77 35
% 37.5 65.27 71.29 97.22
C5: Persentase = ((11+36) : (36*2)) x 100 = 65.27 C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.2
Konseptual Prosedural
C4 C5 C6 C3
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total
9 14 2 7 13 10 11 12 18
1 1 1 2 0 1 2 1 1 1 3 1
2 0 0 0 1 1 3 0 1 0 1 1
3 0 0 0 1 1 3 0 1 1 2 1
4 1 0 1 0 1 1 1 1 0 2 1
5 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
6 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
7 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
8 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
9 0 0 0 1 1 2 1 0 1 2 1
10 1 0 1 1 1 3 0 1 1 2 1
11 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 1
12 0 0 0 1 1 3 0 1 1 2 1
13 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3 1
195
14 1 1 2 0 1 2 1 1 1 3 1
15 0 0 0 1 1 2 1 0 0 1 1
16 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
17 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
18 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
19 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
20 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
21 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 0
22 1 1 2 0 0 0 0 1 0 1 1
23 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
24 1 0 1 1 1 3 0 1 1 2 1
25 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1
26 0 0 0 1 1 3 1 0 0 1 1
27 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
28 1 0 1 0 1 2 1 1 1 3 1
29 0 0 0 1 1 2 1 0 0 1 1
30 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
31 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1
32 1 1 2 0 0 1 0 1 1 2 1
33 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
34 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 1
35 1 0 1 0 1 2 1 1 0 2 1
36 0 0 0 1 1 3 0 0 1 1 1
∑ 25 6 31 18 33 75 23 29 24 76 35
% 43.05 70.83 70.37 97.222
Konseptual Prosedural
C4 C5 C6 C3
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total
9 14 2 7 13 10 11 12 18
1 1 1 2 1 0 2 1 0 1 2 1
2 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
3 0 1 1 1 1 3 1 0 1 2 1
4 1 0 1 1 1 3 1 0 1 2 1
5 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3 1
6 1 0 1 0 0 1 1 1 1 3 0
7 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
8 0 1 1 1 1 3 0 1 1 2 1
9 1 1 2 1 1 3 0 0 1 1 1
10 1 1 2 0 1 2 1 1 1 3 1
11 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1
12 0 1 1 0 1 2 0 1 1 2 1
13 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
14 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
15 1 1 2 1 1 3 1 0 0 1 1
16 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
17 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
18 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
19 0 0 0 1 1 3 0 1 1 2 1
20 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
21 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
22 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
23 0 1 1 0 1 2 1 0 1 2 1
24 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3 1
25 1 1 2 0 1 2 1 1 1 3 1
26 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
27 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1
28 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
29 0 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1
30 0 0 0 1 1 3 0 1 1 2 1
31 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
32 0 1 1 0 1 2 0 1 1 2 1
199
33 0 0 0 0 1 2 1 0 0 1 1
34 1 0 1 1 1 3 1 1 0 2 1
35 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3 1
36 1 0 1 1 1 3 1 0 1 2 1
∑ 20 25 45 26 34 96 30 23 33 86 35
% 62.5 83.33 79.62 97.22
200
Konseptual
Prosedural
C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.22
Konseptual Prosedural
C4 C5 C6 C3
No.
NoSoal NoSoal NoSoal NoSoal
Total Total Total
9 14 2 7 13 10 11 12 18
1 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
2 1 1 2 1 1 3 0 1 1 2 1
3 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 1
4 1 1 2 0 1 1 0 1 1 2 1
5 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 1
6 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
7 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
8 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1
9 1 0 1 0 1 2 1 0 1 2 1
10 0 1 1 1 1 3 0 0 0 0 1
11 1 0 1 1 1 2 1 1 0 2 1
12 1 1 2 0 1 2 1 1 1 3 1
13 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 0
14 0 1 1 1 1 3 0 1 1 2 1
15 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 1
16 1 0 1 1 1 3 0 1 0 1 1
17 1 1 2 1 1 3 0 1 0 1 1
18 1 1 2 1 1 3 0 0 1 1 1
201
19 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
20 0 1 1 0 1 2 1 1 1 3 1
21 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
22 1 0 1 1 1 2 1 1 0 2 1
23 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 1
24 0 0 0 1 1 3 1 1 1 3 1
25 1 0 1 0 1 2 1 0 1 2 1
26 1 0 1 1 1 3 1 0 1 2 1
27 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1
28 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
29 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 1
30 1 1 2 0 1 1 1 0 1 2 1
31 0 0 0 0 1 2 0 1 1 2 1
32 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
33 1 0 1 1 1 3 1 1 0 2 1
34 0 0 0 0 1 1 1 0 1 2 1
35 1 1 2 0 1 2 1 1 1 3 1
36 1 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1
∑ 25 16 41 23 36 87 27 26 29 82 35
% 56.94 81.94 75.92 97.2
Konseptual
Prosedural
C3: Persentase = jumlah skor: jumlah skor satu kelas = (35 : 36) x 100 = 97.22
202
Lampiran 20
Lampiran 21
1. C1 Faktual
2. C2 Metakognitif
3. C3 Faktual
4. C3 Konseptual
5. C3 Prosedural
6. C3 Metakognitif
7. C4 Faktual
8. C4 Konseptual
9. C4 Metakognitif
10. C5 Faktual
11. C5 Konseptual
12. C5 Metakognitif
13. C6 Konseptual
Lampiran 22
Lampiran 23
222
Lampiran 24
223
Lampiran 25
224
Lampiran 26
225
226
227
228
229
230
231
232
Lampiran 27
1. Kelas Kontrol
233
2. Eksperimen