Anda di halaman 1dari 45

1

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PEGAWAI DALAM


PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RSUD TUGU
KOJA JAKARTA UTARA TAHUN 2023

PROPOSAL PENELITIAN

ADE IRMA YUNITA


20200301201

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2023
2

LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini diajukan oleh
Nama : Ade Irma Yunita
NIM 20200301201
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Keseahatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Judul Skripsi : “Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pegawai
Dalam Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di
Rsud Tugu Koja Jakarta Utara Tahun 2023”

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa oleh Dosen Pembimbing Skripsi
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Masyarakat dan diterima untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Kesehatan Masyarakat pada Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa
Unggul.

Jakarta, 2 November 2023


Menyetujui Dosen Pembimbing

(Fierdania Yusvita,S.Kep, Ns, M.K.K.K)


3

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ade Irma Yunita


NIM 20200301201

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Menyatakan bahwa saya tidak melakukanplagiat pada penulisan skripsi saya yang
berjudul:

Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pegawai Dalam Penerapan


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Rsud Tugu Koja Jakarta Utara
Tahun 2023”.

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindak plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang akan diterapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 2 November 2023

Ade Irma Yunita


4

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia Nya serta senantiasa memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi. Penyusunan
skripsi ini disusun atas dasar penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah “X”, Kota Administrasi Jakarta Utara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dan
membimbing penulis dalam melakukan pembuatan skripsi sehingga dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr.Ir. Arief Kusuma A P., MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul;
2. Dr. Aprolita Rina Yanti, Eff., M. Biomed, Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu-
Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul;
3. Ibu Fierdania Yusvita,S.Kep, Ns, M.K.K.K, selaku Pembimbing Magang dan
Skripsi;
4. Ibu Putri Handayani, S.KM, M.KKK selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Esa Unggul;

5. Direktur RSUD X. Kota Adm. Jakarta Utara;


6. Suami, Bapak, Mama, kakak, adik, dan anak-anak ku yang selalu mendukung
dan berdoa dalam setiap proses pelaksanaan perkuliahan;
7. Seluruh pegawai RSUD X dan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Utara yang telah membantu dalam memberikan informasi selama
pelaksanaan kegiatan penelitian.
Jakarta, November 2023
Penulis

Ade Irma Yunita


5

DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI v
KATA PENGANTAR vi
ABSTRACT vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.4. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Kecelakaan Kerja 7
2.2. Keselamatan Kesehatan Kerja 16
2.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.......................................21
2.4. Pengetahuan 24
2.5. Sikap 28
2.6. Kerangka Konsep 34

BAB III METODE PENELITIAN 35


3.1. Kerangka Konsep Penelitian 35
3.2 Definisi Operasional 35
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian 37
3.4. Jenis Penelitian 37
3.5. Populasi dan sample 37
3.6. Instrumen Penelitian 39
3.7. Uji Validitas dan Reabilitas 39
3.8. Analisa Data 41

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah Sakit (RS) adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (UU RI No.44, 2009) tentang Rumah Sakit.
Rumah Sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan memiliki fungsi penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga dituntut untuk selalu
meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Dalam hal ini semua pihak di dalam
Rumah Sakit saling terkait satu sama lain, mulai dari yayasan pemilik, direksi, para
dokter, perawat, dan profesional lainnya serta staf pada umumnya. Kualitas Rumah Sakit
tidak hanya terlihat dari bangunan megah, dokter-dokter berpengalaman, obat-obatan
yang lengkap, dan peralatan medis yang serba canggih. (Kemenkes,RI 2018)

Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik dan lebih terbuka
pada masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan dapat
ditingkatkan dengan adanya status terakreditasi karena standar-standar yang ditetapkan
dalam akreditasi dibuat untuk memenuhi hak-hak pasien. Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 (UU RI No.36, 2009) tentang Kesehatan,
Pasal 164 dan 165 dinyatakan bahwa “upaya kesehatan kerja ditunjukan untuk
melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Pengelola perusahaan wajib mentaati
standar kesehatan kerja dan menjamin lingkungan kerja yang sehat melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja apabila terjadi
kecelakaan kerja”. (Kemenkes, RI. 2018)

Sebagai institusi pelayanan kesehatan, rumah sakit merupakan tempat kerja yang
memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia (SDM)
rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit.
Selain berbagai penyakit infeksi, rumah sakit juga memiliki potensi bahaya lainnya
7

seperti bahaya yang berhubungan dengan instalasi listrik, radiasi, bahan berbahaya dan
beracun, gas anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomi. Rumah sakit memiliki
potensi bahaya, yakni penularan dan infeksi penyakit. Para tenaga kesehatan yang
bekerja di garis depan harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya untuk
meminimalkan risiko terinfeksi penyakit, serta memastikan mereka dapat bekerja dengan
aman.

Oleh karena itu, rumah sakit harus melaksanakan upaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi, menyeluruh, dan berkesinambungan
sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) di rumah sakit dapat dihindari. Rumah sakit harus menjamin keselamatan dan
kesehatan baik terhadap sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit dari berbagai potensi bahaya di rumah
sakit. Permenkes No.66 Tahun 2016 tentang K3 Rumah Sakit menyebutkan bahwa
sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung maupun
lingkungan rumah sakit harus mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan
kecelakaan, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena
kondisi sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit yang tidak memenuhi standar.

Menurut jurnal Noviyanti dan Erma Surya Ningsih (2020), data International Labour
Organization (ILO) tahun 2018 menunjukkan bahwa setiap tahun sekitar 380.000 pekerja
atau 13,7% dari 2,78 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan ditempat kerja atau
penyakit akibat kerja. Dan lebih dari 374 juta orang yang mengalami cedera, luka
ataupun jatuh sakit setiap tahun akibat kecelakaan yang terjadi dengan pekerja.
Berdasarkan hasil laporan pelaksanaan kerja (biro pelayanan) tahun 2022 di 26 Provinsi
di Indonesia tahun 2022, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
mencatat, jumlah kecelakaan kerja di Indonesia sebanyak 265.334 kasus sejak Januari-
November 2022. Jumlah tersebut naik 13,26% dibandingkan sepanjang tahun 2021 yang
sebesar 234.270 kasus.

Dari jumlah kecelakaan tersebut sebagian besar atau sekitar 59% terjadi di dalam
perusahaan ketika mereka bekerja. Sedangkan yang di luar perusahaan sebanyak 26 %
8

dan sisanya atau sekitar 15 %merupakan kecelakaan lalu lintas yang dialami pekerja.
Akibat kecelakaan kerja tersebut yang meninggal sebanyak 3.093 pekerja, mengalami
sakit 15.10 6 orang, luka-luka 174.266 orang dan meninggal mendadak sebanyak 446
orang. Sebanyak 34,43 % penyebab kecelakaan kerja dikarenakan posisi tidak
memanatau ergonomis dan sebanyak 32,12 % pekerja tidak memakai peralatan yang
safety.

Dalam hal ini Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat
profesi dan padat moral sehingga memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja.
Rumah Sakit sebagai industri pelayanan jasa termasuk dalam kategori sebagai tempat
kerja yang wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja, sehingga wajib menerapkan
upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS). Berdasarkan peraturan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 66 Tahun 2016 (PMK RI No.66,
2016) K3RS adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk menjamin dan melindungi
Keselamatan dan kesehatan seluruh sumber daya manusia di Rumah Sakit maupun
lingkungan Rumah Sakit melalui suatu upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
munculnya penyakit akibat kerja di Rumah Sakit. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja perlu dibudayakan, Selain itu pengetahuan serta sikap terhadap budaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatau peran penting dalam organisasi dan
individu yang menekankan arti dan pentingnya keselamatan,

Penelitian yang dilakukan oleh Verawati (2017) tentang tingkat pengetahuan, sikap, dan
perilaku mengenai kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit Islam Surakarta,
terdapat 98% dari 52 responden yang merupakan karyawan non medis sudah memiliki
pengetahuan yang baik, keseluruhan dari responden sudah mampu menyikapi dengan
baik pencegahan keselamatan dan kesehatan kerja, dari hasil observasi langsung di
lapangan masih ditemukan tindakan yang belum baik sehingga didapat 46.2% responden
mengalami kecelakaan kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Yulita (2014) tentang hubungan pengetahuan dan sikap
dengan perilaku pencegahan kecelakaan kerja di laboratorium menyatakan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan kecelakaan kerja, dengan kata
9

lain dapat dinyatakan bahwa semakin meningkat pengetahuan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja maka akan semakin meningkat perilaku dalam mencegah kecelakaan
kerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2015) dan Farah (2017)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan resiko kecelakaan
kerja, sedangkan terdapat hubungan antara sikap dan perilaku dengan kejadian
kecelakaan kerja.

RSUD Tugu Koja Jakarta Utara merupakan salah satu rumah sakit pemerintah daerah
Provinsi DKI Jakarta yang ada di berada di wilayah Jakarta Utara. Menurut data bagian
Sumber Daya Manusia (SDM) jumlah karyawan sebanyak 328 pegawai. Berdasarkan
obeservasi awal yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Tugu Koja dan laporan data
Januari – Septeber 2023 terdapat 3 orang clening service tertusuk jarum saat pengambilan
dan pembungan sampah, 2 orang perawat tertusuk jarum saat setelah memasang infus
dan 3 orang security menderita sakit tulang belakang akibat salah saat membatu
mengankat pasien dari alat transportasi ke brangkar IGD, dari beberapa kejadian tersebut
merupakan masalah kesehatan dan keselamatan kerja, yang dapat berdampak pada
menurunnya produktivitas tenaga yang bersangkutan.

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu dibudayakan, budaya Keselamatan


dan Kesehatan Kerja merupakan sikap dalam organisasi dan individu yang menekankan
arti dan pentingnya keselamatan. Menurut jurnal Putri Elshadai Kumayas, dkk (2019)
mengatakan bahwa budaya Keselamatan mempersyaratkan agar semua kewajiban yang
berkaitan dengan Keselamatan harus dilaksanakan secara benar, seksama, dan dengan
rasa tanggung jawab (Yusri, 2011). Menurut Bloom dalam buku (Notoatmodjo, 2017),
ranah domain perilaku terdiri atas kognitif, afektif, dan psikomotor atau dalam bentuk
yang lebih operasional dapat diukur dengan knowledge (pengetahuan), attitude (sikap)
dan practice (tindakan). Perubahan perilaku pada umumnya bermula dari didapatnya
pengetahuan 4 4 seseorang (Notoatmodjo, 2017). Seseorang harus terlebih dahulu
mengetahui arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya. Pada diri seseorang
pengetahuan tersebut akan berproses hingga akhirnya akan terjadi penilaian. Proses
penilaian ini disebut dengan sikap. Sikap positif akan menyetujui suatu stimulus
sedangkan sikap negatif cenderung tidak menyetujuinya. Sikap masih terjadi dalam diri
10

seseorang dan tidak dapat dilihat (covert behavior). Setelah seseorang mengetahui
stimulus dan melakukan penilaian terhadap apa yang diketahui, maka proses selanjutnya
adalah melakukan (practice) tindakan (overt behavior). Dengan adanya pengukuran
knowledge, attitude dan practice ini nantinya dapat diidentifikasi apa yang telah diketahui
dan dilakukan pekerja serta bagaimana sikap pekerja dalam melakukan pekerjaan sehari-
hari apakah sudah mencerminkan perilaku aman atau belum. Pengetahuan merupakan
tahap awal yang dapat mempengaruhi kecelakaan kerja pada tenaga kesehatan
merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja.
pengetahuan adalah mengetahui keberadaan sesuatu atau pemahaman tentang situasi atau
subjek pada saat ini berdasarkan informasi atau pengalaman yang telah didapatkan.
Pengetahuan dinilai baik apabila mampu mengungkapkan informasi dari suatu objek
dengan benar. Minimnya pengetahuan dan kesadaran tentang K3 dapat menyebabkan
banyanya kecelakaan kerja, kecelakaan terjadi terjadi akibat pekerja tidak mematuhi
aturan, sadar namun tidak memahami aturan, keliru dalam menerapkan dan menjalankan
aturan, mengabaikan aturan dan kurang terlatih atau tidak memiliki latar belakang
pendidikan yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


RSUD Tugu koja merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah daerah DKI Jakarta
uyang berada di wilayah Jakarta Utara, RSUD Tugu Koja termasuk RSUD tipe D dimana
RS ini melayani pelayanan seperti gawat darurat, rawat inap umum dan bersalin, rawat
jalan, dalam melayani pelayanan ke pasien pihak RS juga mempunyai tim K3RS dimana
dibawah naungan direktur, K3RS menangani masalah seperti mengurangi angka kejadian
kecelakaan kerja, melakukan pencegahan, edukasi, serta pengarahan kepada staff Rs,
Peneliti sebelumnya melakukan wawancara dengan pihak K3 Rs dimana data tahun 2022
terdapat beberapa kasus diantaranya 1 orang security terkena pecahan kaca jendela, 2
orang dokter terkena jarum suntik, 1 orang perawat IGD terkena jarum suntik, 1 orang
perawat tersengat listrik dan 1 orang cleaning service terkena jarum suntik, dari hasil
studi pendahuluan diketahui rata-rata petugas terkena jarum suntik, kurangnya
pengetahun serta sikap dalam tindakan sangat penting diketahui agar tidak terkena jarum
suntik kembali, Guna meninjau kembali kondisi di atas dari sudut pandang ilmiah, dalam
hal ini mengenai gambaran pengetahuan dan Sikap Pegawai Tentang penerapan K3 di
11

RSUD Tugu Koja karena pada bagian tersebut merupakan salah satu lokasi yang beresiko
tinggi terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan rumah sakit. Sehingga peneliti tertarik
guna melaksanakan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Pegawai
Tentang Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RSUD Tugu Koja”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Sikap Pegawai Tentang Penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RSUD Tugu Koja

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui karakteristik pegawai (Usia, jenis kelamin, pendidikan ) di
RSUD Tugu Koja
b. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pegawai mengenai
penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja RSUD Tugu Koja Jakarta Utara
c. Untuk mengetahui gambaran Sikap Pegawai mengenai penerapan Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja RSUD Tugu Koja Jakarta Utara

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Kajian ini diharapkan menjadi sumber ilmu dan pengetahuan untuk menambah
wawasan mengenai bagaimana penerapan K3 di Rumah Sakit dalam penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja
1.4.2 Manfaat Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan yang bermanfaat
kepada Rumah Sakit serta pihak lain yang dapat terinspirasi dari hasil penelitian ini
sehingga menjadi suatu strategi pencegahan yang efektif dan efesien dalam
meminimalisir kecelakaan akibat kerja (KAK) dan penyakit akibat kerja (PAK)
dan dapat dicegah dan tidak terjadi dimasa yang akan datang
16

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit


2.3.1 Definisi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat


K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan
kecelakaan.(PMK No 66 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit, 2016)

2.2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit


(SMK3RS)
(PMK No 66 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit,
2016) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang
selanjutnya disebut SMK3RS adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktifitas
proses kerja di Rumah Sakit guna tercipatanya lingkungan kerja yang sehat,
selamat, aman dan nyaman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit, maka
Rumah Sakit perlu menerapkan SMK3 Rumah Sakit. SMK3 Rumah Sakit
merupakan bagian dari sistem manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan.
Ruang lingkup Rumah Sakit meliputi :

1. Penetapan Kebijakan K3RS

Dalam pelaksanaan K3RS, pimpinan tertinggi Rumah Sakit harus


berkomitmen untuk merencanakan, melaksanakan, meninjau, dan
meningkatkan pelaksanaan K3RS secara tersistem dari waktu ke waktu
dalam setiap aktifitasnya dengan melaksanakan manajemen K3RS yang
baik. Rumah Sakit harus memetuhi hokum, peraturan, dan ketentuan yang
berlaku. Pimpinan Rumah Sakit termasuk jajaran manajemen bertanggung
17

jawab untuk mengetahui ketentuan peraturan perundang-undangan dan


ketentuan lain yang berlaku untuk fasilitas Rumah Sakit. Adapun komitmen
Rumah Sakit dalam melaksanakan K3RS di wujudkan dalam bentuk :
a. Penetapan Kebijakan dan Tujuan dari Progam K3RS Secara tertulis
b. Penetapan Organisasi K3RS
c. Dukungan Pendanaan, Sarana dan Prasarana

2. Perencanaan K3RS
Rumah Sakit harus membuat perencanaan K3RS yang efektif agar
tercapai keberhasilan penyelenggaraan K3RS dengan sasaran yang jelas dan
dapat diukur. Perencanaan K3RS dilakukan untuk menghasilkan
perencanaan strategi K3RS tersebut disusun dan ditetapkan oleh pimpinan
Rumah Sakit dengan mengacu pada kebijakan pelaksanaan K3RS yang telah
ditetapkan dan selanjutnya diterapkan dalam rangka mengendalikan potensi
bahaya dan resiko K3RS yang telah teridentifikasi dan berhubungan dengan
operasioanal Rumah Sakit. Dalam rangka perencanaan K3RS perlu
mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, kondisi yang serta hasil
teridentifikasi potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Pelaksanaan Rencana K3RS
Progam K3RS dilaksanakan rencana yang telah ditetapkan dan
merupakan bagian pengendalian resiko keselamatan dan kesehatan kerja.
Adapun pelaksanaan K3RS meliputi :
1. Manajemen Resiko K3RS;
2. Keselamatan dan Keamanan di Rumah Sakit;
3. Pelayanan Kesehatan Kerja;
4. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Aspek;
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
5. Pencegahan dan pengendalian kebakaran;
6. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari Aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
7. Pengelolaan peralatan medis dari Aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerja;
8. Kesigapan menghadapi kondisi darurat atau bencana.
18

Pelaksanaan K3RS tersebut harus sesuai dengan standar K3RS. Pelaksanaan


rencana K3RS harus didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3RS,
sarana dan prasarana, dan anggaran yang memadai. Sumber daya manusia
dibidang K3RS merupakan suatu komponen penting pada pelaksanan K3RS
karena sumber daya manusia menjadi pelaksa dalam aktivitas menajerial dan
operasional pelaksanaan K3RS. Elemen lain di Rumah Sakit, seperti sarana,
prasaranan dan modal lainnya, tidak akan bias berjalan dengan baik dengan
adanya campur tangan dari sumber daya manusia K3RS. Oleh karena itu
sumber daya manusia K3RS menjadi faktor penting agar pelaksanaan K3RS
dapat berjalan secara efisien, efektif dan berkesinambungan.

4. Pemantuan dan Evaluasi Kinerja K3RS


Rumah Sakit harus menetapkan dan melaksanakan progam K3RS
selanjutnya untuk mencapai sasaran harus dilakukan pencatatan,
pemantauan, evaluasi serta pelaporan. Penyusunan progam K3RS
difokuskan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan gangguan kesehatan
serta kecelakaan personil cidera, kehilangan kesemapatan berproduksi,
kerusakan peralatan dan kerusakan atau gangguan lingkungan dan juga
diarahkan untuk dapat memastikan bahwa seluruh personil mampu
mengahdapi keadaan darurat. Kemajuan progam K3RS ini dapat dipantau
secara periodic guna dapat ditingkatkan secara berksenimabungan sesuai
dengan resiko yang telah teridentifikasi dan mengacu kepada rekamanan
sebelumnya serta pencapaian sasaran K3RS yang lalu.

5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3RS


Pimpinan Rumah Sakit harus melakukan evaluasi dan kaji ulang terhadap
kinerja K3RS. Hasil peninjauan dan kaji ulang ditindaklanjuti dengan
perbaikan berkelanjutan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

2.2 Keselamatan kesehatan kerja


19

2.2.1 P engertian

Menurut Suwardi dan Daryanto (2018) Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)


yaitu suatu upaya dalam mengurangi resiko kecelakaan dan penyakit akibat
kerja yang pada hakikatnya tidak bisa dipisahkan antara Keselamatan dengan
Kesehatan.Menurut Banyuwangi et al dalam Buku Lating (2021) penerapan
Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu upaya untuk
membuat tempat kerja yang nyaman,sehat serta terhindar dari adanya
pencemaran lingkungan,yang dapat mengurangi kecelakaan kerja maupun
penyakit akibat kerja yang akhirnya membuat peningkatan keefktifan dan
produktifitas kerja.

Menurut Sumakmur dalam Larasati (2018) Keselamatan Kesehatan Kerja


(K3) merupakan melindungi pekerja atau masyarakat agar mendapatkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.baik fisik,mental maupun sosial
dalam usaha melakukan pencegahan terhadap adanya penyakit ataupun
kendala kesehatan yang disebabkan oleh faktor pekerjaan,lingkungan
kerja,penyakit umum,sehingga menghasilkan atmosfer kerja yang aman serta
tentram bagi karyawan.

Menurut International Labour Organization (ILO) dalam Aprilliani et al


(2022) Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) atau Occupational Safety and
Health merupakan meningkatan dan memelihara derajat tertinggi seluruh
pekerja baik secara fisik, mental serta kesejahteraan sosial di seluruh jenis
pekerjaan, menghindari terjadinya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
pekerjaan, melindungi pekerja pada tiap pekerjaan dari resiko yang muncul
dari faktor-faktor yang bisa mengganggu kesehatan, menempatkan dan
memelihara pekerja di lingkungan kerja yang cocok dengan keadaan fisologis
dan psikologis pekerja serta menghasilkan kesesuaian antara pekerjaan dengan
pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.

2.2.1 Tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)


20

Adapun tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja menurut Kasmir (2019) sebagai


berikut:

a. Membuat karyawan merasa nyaman


Artinya dengan di milikinya prosedur kerja serta adanya peralatan kerja
yang mencukupi maka akan membuat karyawan merasa lebih aman dan
nyaman dalam bekerja. Perasaan was-was ataupun rasa khawatir dapat
diminimalkan, sehingga karyawan serius dan bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan aktivitas pekerjaannya.Membuat karyawan merasa
nyaman dalam meningkatkan produktivitas kerjanya.

b. Memperlancar proses kerja


Artinya terdapatnya program Keselamatan Kesehatan Kerja(K3), maka
kecelakaan kerja bisa diminimalkan. Kemudian dengan kesehatan kerja
karyawan yang terjamin baik secara fisik maupun mental, maka
karyawan dapat beraktivitas secara normal. Sehingga hasil yang didapat
jadi lebih baik.setelah itu proses kerja yang dijalankan tidak
terkendala,terlebih dalam perihal waktu kerja atau produk yang
dihasilkan menjadi lebih baik.

c. Agar karyawan berhati-hati dalam bekerja


Maksudnya yaitu karyawan dalam hal ini tiap melaksanakan
pekerjaannya telah paham dan mengerti ketentuan kerja yang telah
ditetapkan. Karyawan juga hendak mengikuti prosedur kerja yang sudah
ditetapkan. Kepada semua karyawan diwajibkan memakai perlengkapan
kerja dengan sebaik-baiknya, sehingga hal ini menjadikan karyawan
lebih waspada serta berhati-hati dalam melaksanakan aktivitasnya.

d. Mematuhi aturan dan rambu-rambu kerja


Artinya perusahaan hendak memasang rambu-rambu kerja yang sudah
ada dan dipasang diberbagai tempat sebagai tanda dan peringatan.
Dengan terdapatnya ketentuan dan rambu tersebut akan turut
mengingatkan karyawan dalam bekerja. Penempatan rambu-rambu kerja
harus gampang dilihat serta jelas tanpa terdapat hambatan ataupun
halangan.
21

e. Tidak mengganggu proses kerja


Artinya dengan adanya program Keselamatan Kesehatan Kerja(K3)
diharapkan tindakan karyawan tidak akan mengganggu aktivitas
karyawannya. Sebagai contoh pemakaian perlengkapan keselamatan
kerja sekalipun ribet tetapi tidak akan mengganggu proses kerja ataupun
aktivitas kerja karyawan.

f. Menekan biaya
Artinya perusahaan berupaya mengurangi biaya dengan terdapatnya
program Keselamatan Kesehatan Kerja(K3). Hal ini dapat disebabkan
dengan adanya program Keselamatan Kesehatan Kerja(K3),maka
kecelakaan kerja dapat diminimalkan. Oleh sebab itu,karyawan
diwajibkan memakai perlengkapan dan pengaman kerja.yang berimbas
kepada biaya kecelakaan kerja menjadi relatif kecil dan dapat
diminimalkan,sehingga mengurangi biaya pengobatan dan kesempatan
kerja karyawan yang hilang.
g. Menghindari kecelakaan kerja
Artinya kepatuhan karyawan kepada ketentuan kerja termasuk
memberikan rambu- rambu kerja yang sudah dipasang. Setelah itu
karyawan harus memakai peralatan kerja dengan sebaik-baiknya sesuai
ketentuan yang sudah diterapkan, sehingga kecelakaan kerja bisa
diminimalkan. Umumnya kecelakaan hendak terjadi karena karyawan
kurang mencermati penggunaan prosedur serta perlengkapan
kerja,seperti tidak mengenakan perlengkapan pengaman dalam bekerja.

h. Menghindari tuntutan pihak-pihak tertentu


Artinya bila terjadi suatu macam kecelakaan kerja yang kerap kali
disalahkan adalah pihak perusahaan. Dengan adanya program
Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) ini,membuat tuntutan karyawan
pada keselamatan dan kesehatan kerja bisa diminimalkan,sebab
karyawan telah menyetujui terhadap ketentuan yang berlaku
diperusahaan tersebut, sehinggga telah mengetahui risiko yang akan
dihadapinya.
22

Tujuan dan Manfaat Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) menurut Irzal (2016):
a) Untuk menghindari adanya kecelakaan kerja

b) Untuk mencegah munculnya penyakit yang disebabkan dari pekerjaan

c) Menghindari/mengurangi terjadinya kematian

d) Menghindarimengurangi terjadinya cacat tetap

e) Memelihara bangunan, material,peralatan serta mesin kerja,instalasi


dan lain sebagainya
f) Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memaksakan tenaga kerja
dan menjamin kehidupan produktif pekerja
g) Menjamin tempat kerja yang sehat,bersih,aman,dan nyaman yang
dapat menciptakan rasa nyaman dan semangat pekerja produksi.

2.2.2 Pendekatan dalam program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut Marwansyah (2019) Program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
yang dimaksud untuk membantu melindungi dan memelihara kondisi fisik dan
mental para pekerja.program K3 diranceng dengan 2 pendekatan yaitu:

2.2.2.1.1 Pendekatan pertama


Dengan menciptakan lingkungan psikologis dan perilaku yang
mendukung keselamatan kerja.kecelakaan kerja dapat dikurangi jika
para pekerja,baik secara sadar atau bawah sadar,berfikir tentang
keselamatan.sikap ini harus meliputi aktivitas yang terdapat pada
operasional perusahaan dan kebijakan perusahaan secara yakin
menekankan aspek Keselamatan Kesehatan Kerja(K3) yang menjadi
sangat penting.

2.2.2.1.2 Pendekatan kedua


Dengan perancangan program keselamatan yaitu menciptakan dan
memelihara lingkungan kerja yang aman.dalam hal ini,lingkungan
fisik tempat kerja dibuat untuk menghindari terjadinya
kecelakaan.sedangkan program Kesehatan kerja dibuat untuk
memelihara Kesehatan fisik dan mental para pekerja.diharapkan
23

program ini dapat menanggulangi masalah yang ada pada Kesehatan


sehingga produktivitas pekerja secara individual tidak terganggu.

2.2.3 Indikator-indikator Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

Indikator Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) menurut Mangkunegara (2017)


adalah keadaan tempat lingkungan kerja, penerangan, pemakaian peralatan
kerja, kondisi fisik dan mental karyawan. Adapun indikator-indikator
Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) antara lain adalah :Keadaan tempat
lingkungan kerja Penataan dan penyimpanan barang-barang yang beresiko
kurang diperhitungkan keamanannya. Ruang kerja yang sangat padat dan
sesak.

a. Pengaturan Udara
Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang
kotor, berdebu,dan berbau tidak enak) serta suhu udara yang tidak
dikondisikan pengaturannya.

b. Pengaturan penerangan
Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang kurang tepat.
Ruang kerja yang kurang cahaya ataupun remang-remang.

c. Pemakaian peralatan kerja


Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
Penggunaan mesin,alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.

d. Kondisi fisik dan mental karyawan


Kerusakan alat indera, stamina karyawan yang tidak stabil. Emosi
karyawan yang tidak stabil, kepribadian karyawan yang rapuh, cara
berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja yang
rendah, sikap karyawan yang ceroboh,kurang pengetahuan dalam
penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa
resiko bahaya.

2.3 Pengetahuan
24

2.4.1 Definisi Pengetahuan


Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui
proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek
tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam
terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu,
2017).Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objekmelalui
pancaindra yang dimilikinya. Panca indra manusia guna
penginderaan terhadap objek yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan untuk
menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas
perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang
sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra
penglihatan (Notoatmodjo, 2017).
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan
sangat erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang
tinggi maka akan semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang
yang berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah
pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari
pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek
negatif.Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang.
Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka
akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu
(Notoatmojo, 2014).

2.3.1 Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2017) pengetahuan seseorang terhadap
suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda.
Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
2.3.1.1 Tahu (Know)
25

Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang


telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik
dan seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Tahu disisni merupakan tingkatan yang paling
rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang
yang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dapat
menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan
dan sebagainya.
2.3.1.2 Memahami (Comprehention)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap
objek tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi
orang tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang
objek yang diketahuinya. Orang yang telah memahami objek
dan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menarik kesimpulan, meramalkan terhadap suatu objek yang
dipelajari.

2.3.1.3 Aplikasi (Application)


Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang
lain. Aplikasi juga diartikan aplikasi atau penggunaan hukum,
rumus, metode, prinsip, rencana program dalam situasi yang
lain.
2.3.1.4 Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan
atau memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara
komponen- komponen dalam suatu objek atau masalah yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai
pada tingkatan ini adalah jika orang tersebut dapat
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat
bagan (diagram) terhadap pengetahuan objek tersebut.
2.3.1.5 Sintesis (Synthesis)
26

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum


atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari
komponen pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata
lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang sudah ada sebelumnya.
2.3.1.6 Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku dimasyarakat.
2.3.2 Proses Perilaku Tahu
Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2017)
mengungkapkan proses adopsi perilaku yakni sebelum seseorang
mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi
beberapa proses, diantaranya:
2.3.2.1 Awareness ataupun kesadaran yakni apda tahap ini individu sudah
menyadari ada stimulus atau rangsangan yang datang padanya.
2.3.2.2 Interest atau merasa tertarik yakni individu mulai tertarik pada stimulus
tersebut.
2.3.2.3 Evaluation atau menimbang-nimbang dimana individu akan
mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
Inilah yang menyebabkan sikap individu menjadi lebih baik.
2.3.2.4 Trial atau percobaanyaitu dimana individu mulai mencoba perilaku baru .
2.3.2.5 Adaption atau pengangkatan yaitu individu telah memiliki perilaku baru
sesuai dengan penegtahuan,, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2017) faktor- faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah sebagai berikut :

2.4.4.1 Faktor Internal


2.3.3.1.1 Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan
27

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju


impian atau cita-cita tertentu yang menentukan manusia
untuk berbuat dan mengisi kehidupan agar tercapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapatkan informasi berupa hal- hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip oleh
Notoatmodjo, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berpesan serta dalam
pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah menerima informasi.
2.3.3.1.2 Pekerjaan
Menurut Thomas yang kutip oleh Nursalam, pekerjaan
adalah suatu keburukan yang harus dilakukan demi
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya.
Pekerjaan tidak diartikan sebagai sumber kesenangan, akan
tetapi merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,
berulang, dan memiliki banyak tantangan. Sedangkan
bekerja merupakan kagiatan yang menyita waktu.

2.3.3.1.3 Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2003),
usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun . sedangkan menurut
Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matangdalam berfikir
dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang
yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya.
2.3.3.1.4 Faktor Lingkungan
Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia
dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan
28

perilaku individu atau kelompok.


2.3.3.1.5 Sosial Budaya
Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan
pengaruh dari sikap dalam menerima informasi
2.3.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a) Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %
b) Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 %
c) Pengetahuan Kurang : < 56 %

2.4 Konsep Sikap


2.5.1 Definisi Sikap
Sikap merupakan suatu ekspresi seseorang yang merefleksikan
kesukaannya atau ketidaksukaannya pada suatu obyek. Sikap
memiliki arti pandangan atau suatu kecenderungan dalam
mengekspresikan suatu hal baik benda ataupun orang dengan bentuk
suka atau tidak suka (Alisuf, 2010). Bisa diartikan bahwa sikap
memiliki makna sebuah kecenderungan manusia dalam mereaksikan
suatu hal yang dilihatnya. Bentuk dari reaksi manusia dapat berupa
perasaan acuh atau tidak acuh, suka ataupun tidak suka, menerima
atau tidak menerima. Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian
orang atau responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan,
sehat sakit dan faktor resiko kesehatan. Sikap merupakan suatu
sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek
sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala
kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2012).
Sikap sebagai suatu bentuk perasaan, yaitu perasaan mendukung atau
memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung
(Unfavourable) pada suatu objek. Sikap adalah suatu pola perilku,
tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi social, atau secara sederhana yang merupakan respon
29

terhadap stimulasi social yang telah terkoordinasi. Sikap dapat juga


diartikan sebagai aspek atau penilaian positif atau negatif terhadap
suatu objek (Rinaldi, 2016).

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah respon tertutup seseorang


terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-
tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap seseorang terhadap
suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun
perasaan mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut
(Berkowitz dalam Azhar, 2013)

Dari pengertian diatas yang dimaksud dengan sikap adalah Dari


beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan
tanggapan reaksi seseorang terhadap objek tertentu yang bersifat positif
atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka atau
tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek tertentu.

2.5.2 Komponen Sikap


Menurut Azwar (2013) Struktur sikap terdiri dari 3 komponen:
1. Komponen kognitif merupakan kepercayaan atau keyakinan
manusia terhadap pemahaman yang diterima dari suatu objek.
Secara umum, yakekinan seseorang dalam memahami satuobjek
menjadi dasar dalam pengetahuan seseorang terhadap objek
tersebut.
2. Komponen Afektif merupakan sebuah masalah emosional atau
perasaan individu terhadap suatu objek. Komponen afektif
menjelaskan bahwa seorang individu dapat memiliki rasa dalam
menyikapi suatu objek, perasaan yang timbul dapat merupakan
rasa senang atau tidak suka.
Komponen Konatif merupakan sebuah kecenderungan individu
untuk bertindak dengan cara – cara tertentu sesuai dengan apa
30

yang diketahui dan apa yang dirasakan oleh individu pada suatu
objek tersebut.

2.5.3 Tahapan Sikap


Menurut Budiman dan Riyanto (2013), seperti halnya dengan
pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkat:
1. Menerima (Receving)
2. Merespon (Responding)
3. Menghargai (Valving)
4. Tanggungjawab (Responsible)

2.5.4 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap


1. Pengalaman Pribadi
Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan
akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
2. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita
hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan
heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang
mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual.
3. Orang Lain yang Dianggap Penting
Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita,
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berati
khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita
terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting
bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih
tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami
dan lain-lain.
31

4. Media Massa
Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media
massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal tersebut.
5. Institusi atau Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

2.5.5 Faktor Emosi Dalam Diri Individu


Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadi seseorang. Terkadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran emosi dalam diri atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.5.6 Proses dari pembentukan sikap adalah menyerupai proses belajar. Proses
perubahan sikap menurut Notoatmodjo (2010) sangat tergantung dari
proses, yakni :
1. Pembentukan Sikap
Sikap terbentuk dan berubah sejalan dengan perkembangan
individu atau dengan kata lain sikap merupakan hasil belajar
individu dengan interaksi sosial. Hal ini berarti bahwa sikap dapat
dibentuk dan diubah melalui pendidikan. Sikap positif dapat
berubah menjadi negatif jika tidak mendapatkan pembinaan dan
sebaliknya sikap negatif dapat berubah menjadi positif jika
mendapatkan pembinaan yang baik, disinilah letak peranan
pendidikan dalam membina sikap seseorang. Pembentukan sikap
tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui suatu proses
tertentu, melalui kontak sosial yang terus menerus antara individu
32

dengan yang lain disekitarnya.


2. Perubahan Sikap
Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan sikap, yaitu :
a. Adanya informasi baru mengenai suatu hal yang memberikan landasan
kognitif baru terbentuknya sikap terhadap hal tersebut (Azwar, 2016),
dengan kata lain informasi yang baru akan mengakibatkan perubah
komponen efektif dan konatif.
b. Perubahan sikap dapat terjadi karena pengalaman langsung individu.
c. Hukum Undang Undang yang membersanksi atau hukuman. Sikap yang
dapat mengarahkan pada penyelesaian yang baik, terutama dalam
mengonsumsi tablet Fe, sikap remaja terhadap konsumsi tablet Fe juga
merupakan hasil belajar. Jika seseorang merasa bahwa output dari
penampilan sebuah perilaku adalah positif yang mengarah pada
penampilan perilaku tersebut.
2.5.7 Pengukuran Sikap
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara
spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian.Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami
sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan dan
pengukuran Azwar (2011)
Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu
mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap
mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai
objek sikap, yaitu kalimat bersifat mendukung atau memihak pada
objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan
favourable.
Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula dapat berisi hal-hal
negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung
maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut
unfavourable.
33

Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas


pernyataan favourable dan tidak favourable dalam jumlah yang
seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua
positif dan tidak semua negative yang seolah-olah isi skala memihak
atau tidak mendukung sama sekali objek sikap.
Isi kuesioner: Favourable dengan nilai item
yaitu:
4: Sangat Setuju (SS)
3: Setuju (S)
2: Tidak Setuju (TS)
1: Sangat Tidak Setuju (STS)
Unfavourable dengan nilai item:

1: Sangat Setuju (SS)


2: Setuju (S)
3: Tidak Setuju (TS)
4:Sangat Tidak Setuju (STS)
Untuk hasil pengukuran skor dikoversikan dalam persentase maka dapat
dijabarkan untuk skor.
34

2.6 Kerangka konsep

Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang


mempengaruhi mempengaruhi sikap : :
pengetahuan :
Pengala
Jenis man
kelamin pribadi
Pendidika Kebuda
n yaan
Pekerjaan Orang
Lingkunga lain
n

Tingkat pengetahuan Sikap

penerapan Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja

Sumber : diadaptasi dari : Notoadmojo (2017), Azwar (2013)

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian


Kerangka konsep dalam penelitian ini, mengacu pada tujuan penelitian yaitu
mengetahui tingkat pengetahuan pegawai mengenai penerapan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja RSUD Tugu Koja Jakarta Utara.
35

Tingkat pengetahuan Sikap

penerapan Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja

3.2 Definisi Operasional


Menurut (Setiana & Nuraeni, 2018) Definisi operasional yaitu mendeskripsikan
semua variabel yang berkaitan dengan kerangka konsep penelitian sehingga bersifat
spesifik dan terukur.
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Defenisi
No Variabel Alat ukur Hasil ukur Skala
Operasional
Tingkat Tingkat Kuisioner dengan 1. Baik Ordinal
pengetahua pengetahuan jumlah kuisioner 2. Kurang baik
n seseorang sebanyak 20
1 mengenai pertanyaan
penerapan K3

2 Sikap Sikap Kuisioner dengan 1. Baik Ordinal


penerapan jumlah kuisioner 2. Kurang baik
36

mengenai sebanyak 20
penerapan K3 pertanyaan

3.3 Lokasi dan waktu penelitian


Tempat penelitian dilakukan di RSUD Tugu Koja Jakarta Utara
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2023

3.4 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
dilakukan terhadap sekumpulan objek yang bertujuan untuk melihat gambaran
fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu
(Notoatmodjo, 2018). Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian
dengan menyebarkan kuesioner kepada responden dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian ini ingin melihat gambaran tingkat pengetahuan dan sikap pegawai
dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja RSUD Tugu Koja Jakarta
Utara

3.5 Populasi dan sample


1. Populasi penelitian
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang di perlukan dalam suatu
penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting dan
menuntukan keakuratan hasil penelitian (Sugiyono, 2018). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pegawai di RSUD Tugu Koja Jakarta Utara sebanyak
328 orang

2. Sampel penelitian
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini
peneliti mempunyai beberapa kriteria penelitian sehingga sampel tersebut
37

mewakili karakteristik populasi yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam,


2013). Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

A. Kriteria inklusi
1. Pegawai yang bersedia menjadi responden
2. Pegawai yang dalam kondisi sehat
3. Pegawai yang ada saat dilakukan penelitian
B. Kriteria ekslusi :
1. Pegawai yang tidak bersedia menjadi responden
2. Pegawai yang dalam tidak dalam kondisi sehat
3. Pegawai yang sedang cuti

Rumus yang akan digunakan peneliti (Nursalam, 2016) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Rumus
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
2
d = Tingkat kemaknaan (0.05)
Dari rumus diatas, maka didapatkan jumlah sampel yang akan digunakan untuk
penelitian ini sebesar :
Diketahui N = 328 pegawai RSUD Tugu Koja
d = presisi kesalahan sebesar 0,01
n= N
1 + N (d)2
n= 328
1 + 328(0,1)2
n= 328
1 + 3,28
n= 328
4,28
n = 76,6 = 77 orang responden
38

3.6 Instrumen Penelitian


1. Instrumen tingkat pengetahuan
Instrument tingkat pengetahuan terdiri dari 20 pernyataan tentang
penerapan K3 di RSUD Tugu Koja dengan pilihan jawaban selalu : 4,
sering : 3, jarang : 2, dan tidak pernah : 1 instrument ini dibuat berdasarkan
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 48 Tahun 2016 dan
instrument ini akan dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih dahulu
sebelum di pergunakkan
2. Instrumen sikap
Instrument Sikap Pegawai terdiri dari 20 pernyataan tentang penerapan
K3 di RSUD Tugu Koja dengan pilihan jawaban selalu : 4, sering : 3,
jarang : 2, dan tidak pernah : 1 instrument ini dibuat berdasarkan dan
instrument ini akan dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih dahulu
sebelum di pergunakkan

3.7 Uji Validitas dan Realibilitas


1. Uji validitas
Uji validitas merupakan upaya untuk memastikan tingkat kevalidan instrumen
yang digunakan dalam penelitian (instrumen pengumpulan data). Uji validitas
dapat pula diartikan sebagai uji ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur yang
digunakan dalam penelitian (Yusuf & Daris, 2018). Sedangkan reliabilitas alat
ukur adalah ketetapan dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapan
pun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama
(Riyanto & Hatmawan, 2020). Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan
program SPSS 17. Teknik pengujian yang digunakan peneliti untuk uji
validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Pearson Produck
Moment ). Dikatakan valid jika r hitung r table.
Rumus Pearson Product Moment adalah :
39

r ❑ ❑ ❑
N (∑ ❑ XY)−( ∑ ❑ X ).(∑ ❑Y )
xy= ❑ ❑ ❑

√[ ][ ]
❑ ❑ ❑ ❑
N . ∑ ❑ X 2−( ∑ ❑ X )2 . N . ∑ ❑Y 2−( ∑ ❑ Y )2
❑ ❑ ❑ ❑

Keterangan :
N: Jumlah Responden
r xy: Koefisien skorelasi product Moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy: Skor pertanyaan total

2. Uji Reabilitas
Reabilitas adalah menunjukan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat
tersebut dapat dipercaya (Suryabrata, 2004). Bila suatu alat pengukur di
pakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran
yang diperoleh relative konsisten, maka alat ukur tersebut reliable.
Dengan kata lain, realibilitas menunjukan konsistensi suatu alat pengukur
di dalam pengukur gejala yang sama. Instrumen reliabilitas berarti
intrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang
sama, akan menghasilkan data yang sama. Rumus uji realibilitas yang
digunakan yaitu rumus Alpha-Cronbach.
Rumus Alpha-Cronbach adalah :
r
{ }

k


❑Si
11= x 1−
k−1 St

Keterangan :
r 11 = Nilai Reliabilitas



❑ Si = Jumlah varian skor tiap-tiap item

St = Varian total
K = Jumlah item butir atau item

3.8 Analisis Data


40

Setelah data terkumpul, selanutnya dilakukan pengolahan data dengan


menggunakan komputerisasi program SPSS Versi 25. Adapun tahap-tahap
dalam pengumpulan data sebagai berikut :

1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat 2017) Kuesioner
yang telah di isi oleh responden di cek kembali apakah semua data dan
pertanyaan sudah di lengkap.

2. Coding sheet
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas kategori. Pemberian kode ini sangat penting untuk
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam
penelitian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel (Hidayat 2017). Pada tahap ini, peneliti melakukan coding atau
memberikan kode pada karakteristik responden serta jawaban yang telah di
isi, dimana karakteristik responden.
Kuesioner pembatasan cairan ini terdiri dari 16 butir pernyataan dimana
terdapat 8 pernyataan mendukung (favorable) Yaitu pernyataan pada nomor
(1,3,4,5,6,8,15 dan 16) dan 8 pernyataan tidak mendukung (unfavorable)
yaitu pada pernyataan nomor (2,7,9,10,11,12,13 dan 14). dimana penilaian
nya ketika pasien menjawab pernyataan mendukung dengan pilihan selalu
diberi skor “4”, sering diberi skor “3”, , jarang diberi skor “2” dan tidak
pernah diberi skor “0”. Untuk pernyataan tidak mendukung dengan pilihan
selalu diberi skor “1”, sering diberi skor “2”, kadang-kadang diberi skor “3”,
dan tidak pernah diberi skor “4”.
41

3. Data entry
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau atau data base komputer, kemudian membuat
distribusi (frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel
kontigensi (Hidayat 2017). Peneliti kemudian memasukkan kode yang telah
disesuaikan dan mengimput ke dalam master tabel menggunakan microsoft
exel.

4. Tabulasi
Membuat tabel- tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh peneliti (Hidayat, 2020). Pada tahap ini, peneliti kemudian
memasukkan data dari master tabel kedalam aplikasi pengolahan data statistik
untuk kemudian di olah untuk mencari nilai probability

5. Analisis Uji
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data
(Sugiyono, 2017).

a. Analisis Univariat merupakan jenis analisis yang menganalisis deskriptif


gambaran variabel per variabel. Analisa ini digunakan untuk memperoleh
gambaran distribusi frekuensi dan persentase dari semua variabel penelitian
meliputi data demografis responden dan dukungan keluarga (Variabel
independen) terhadap kepatuhan pembatasan asupan cairan (Variabel
dependen). Analisa univariat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
yang disertakan dalam bentuk persentase.
Rumus Umum dalam analisa Univariat adalah :



❑f
P= x 100 %
n

Keterangan :
P = prosentase
42

f = frekuensi tiap kategori


n = jumlah sampel

DAFTAR PUSTAKA

Afrila, D., & Hidayat, A. F. (2020). Pengembangan Modul Mata Kuliah Statistika
Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari
Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(1), 26.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i1.857
Erniati, B., Mahyuddin, Nur, K. N., Tumpu, M., Rosyidah, M., Erdawaty, A. M. S.,
Yanti, Ihsan, M., Sudirman, Makbul, R., & Rachim, F. (2021). Manajemen K3
Konstruksi. In Yayasan Kita Menulis.
https://www.google.co.id/books/edition/Manajemen_K3_Konstruksi/lDUqEAAA
QBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=manajemen k3
konstruksi&pg=PR4&printsec=frontcover
Heni, Y. (2011). Improving Out Safety Culture. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Hidayat, A. A. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan (U. T (ed.)).
Salemba Medika.
Irzal, M. (2016). Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kencana.
https://books.google.co.id/books/about/Dasar_Dasar_Kesehatan_dan_Keselamatan
_Ke.html?id=D-VNDwAAQBAJ&redir_esc=y
Kasmir. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktek). Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Kumayas, P. E., Kawatu, P. A. T., Warouw, F., Kesehatan, F., Universitas, M., &
Ratulangi, S. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Penerapan
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Perawat Di Rumah Sakit
Bhayangkara Tk Iii Manado. Kesmas, 8(7), 366–371.
Larasati, S. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Deepublish.
https://books.google.co.id/books/about/Manajemen_Sumber_Daya_Manusia.html?
id=XRRkDwAAQBAJ&redir_esc=y
Lating, Z. (2021). Perspektif Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pada Pekerja
Laboratorium. Jakarta: NEM.
https://books.google.co.id/books/about/PERSPEKTIF_KESEHATAN_DAN_KES
ELAMATAN_KER.html?id=AWs8EAAAQBAJ&redir_esc=y
43

Mangkunegara. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:


Remaja Rosdakarya.
Marwansyah. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia (2nd ed). Bandung: Alfabeta.
Notoatmodjo. (2017). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
https://www.scribd.com/document/378259162/Metodologi-Penelitian-Kesehatan-
Notoatmodjo
Organization, I. L. (2018). Safety and Health at Work: A Vision for Sustainable
Prevention. ILO.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit No 66 Tahun 2016, hlm 75
Rinaldi, M. (2016). Pengaruh Disiplin Kerja Dan Etos Kerja Serta Gaya Kepemimpinan
Situasional Terhadap Kinerja Pegawai Di Kantor Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kota Palu. E-Jurnal Katalogis, 4(10), 160–167.
Riyanto, S., & Hatmawan, A. . (2020). Metode Riset Penelitian Kuantitatif. Sleman:
Deepublish. https://books.google.co.id/books?
id=W2vXDwAAQBAJ&printsec=copyright&hl=id#v=onepage&q&f=false
Sabri, A. M. (2010). Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan. Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya.
Saiffudin, A. (2017). Sikap Manusia “Teori dan Pengukurannya.” Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Setiana, A., & Nuraeni, R. (2018). Riset Keperawatan. Cirebon: LovRinz Publishing.
https://books.google.co.id/books/about/Riset_Keperawatan_Lovrinz_Publishing.ht
ml?id=wnweEAAAQBAJ&redir_esc=y
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Yusuf, M., & Daris, L. (2019). Analisis Data Penelitian : Teori & Aplikasi dalam
Bidang Perikanan. Bogor: IPB Press.
44

KUESIONER PENELITIAN

Saya Mahasiswi:
Nama : Ade Irma
NIM : 20200301201
Fakultas : Kesehatan Masyarakat (Universitas Esa Unggul)
Jurusan : Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Jenjang : S1

Bertujuan untuk memberikan kuesioner sebagai tugas akhir (skripsi). Pertanyaan-


pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan
Dan Sikap Pegawai Dalam Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di RSUD Tugu
Koja Jakarta Utara. Untuk itu, saya mengharapkan agar Bapak/ Ibu dan Saudara/ saudari
bersedia menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti.
Kuesioner ini hanya untuk penelitian dan peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas dan
jawaban dari Bapak/ Ibu dan Saudara/ saudari. Terima kasih atas kesediaan dan kerjasamanya
dalam menjawab kuesioner ini secara mandiri (masing- masing).

Hormat Saya,
Peneliti

Form Persetujuan untuk menjawab pertanyaan kuesioner penelitian “Gambaran


Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pegawai Dalam Penerapan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Di RSUD Tugu Koja Jakarta Utara Tahun 2023”
Dengan ini saya menyatakan telah mengerti dan paham akan penjelasan tentang
pengisian kuesioner serta setuju untuk menjawab kuesioner penelitian yang berjudul
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pegawai Dalam Penerapan Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Di RSUD Tugu Koja Jakarta Utara. dan tanpa paksaan dari
siapapun.

I. Karakterstik Responden
Nomor Responden :
Umur tahun
Jenis Kelamin [ ] Laki- laki
:
[ ] Perempuan
Lama Kerja Tahun
:
Pendidikan Terakhir : [ ] D3
[ ] S1
[ ] lainnya
2

II. PENGETAHAUAN K3

Petunjuk : Berilah tanda checklist (√ ) pada salah satu kolom yang Anda lakukan
selama bekerja!

Keterangan :
SS : Sering Sekali K : Kadang
S : Sering TP : Tidak
Pernah

No PERNYATAA SS S K T
. N P
1. Apakah anda pernah mendengar istilah K3 di tempat
Kerja
2. Apakah anda mendapatkan informasi tentang K3 dari
tempat kerja,media elektronik, brosur, spanduk,
3. Apakah tempat kerja saya bekerja menerapkan K3
setiap bekerja
4. Apakah anda merasakan manfaat dari penerapan K3
di
RS
Apakah anda mengetahui bahaya-bahaya potensial
yang beresiko pada perawat RS dapat berupa bahaya
5. dari faktor fisik, kimia, biologic, ergonomic dan
psikososial.
6. Apakah anda mengerti tanda –tanda bahaya/ rambu
K3
di tempat kerja
7. Apakah anda pernah mendengar istilah SOP/ Standar
Operasional Prosedur di tempat kerja saudara bekerja
Apakah anda pada saat sebelum bekerja, anda
8. membaca atau mengenali prosedur/ proses kerja yang
sudah ditetapkan oleh RS
Apakah anda pada saat sebelum bekerja, di berikan
arahan oleh Petugas K3 RS bagi setiap
9.
karyawan untuk bertindak dengan aman
3

10. Apakah anda pernah mendapat latihan K3 RS di


tempat kerja anda
4

Apakah anda pernah mendengar, agar terhindar dari


bahaya-bahaya fisik, kimia, dan biologi di
1 lingkungan kerja, anda menggunakan APD/ alat
1 pelindung diri
.
lengkap ketika bekerja
1 Apakah anda menggunakan APD (Alat Pelindung
2
Diri) seadanya.
.
Apakah anda menggunakan APD lengkap mulai dari:
tutup kepala/kap, pelindung mata/kacamata, masker,
1 apron, sarung tangan dan sepatu boot ketika
3 membantu
.
tindakan medis
1 Pada saat menggunakan APD saya tidak
4 menggunakan
.
jam tangan, cincin dan perhiasan lain.
1 Saya menggunakan tutup kepala/kap dengan menutupi
5
seluruh bagian rambut.
.
1 Alasan saya tidak menggunakan APD karena kurang
6
Nyaman
.
1 Saya menggunakan sarung tangan pemeriksaan ketika
7
memeriksa pasien.
.
1
8 Apakah anda pernah tertusuk jarum bekas pasien.
.
1 Apakah anda pernah merasakan low back pain (nyeri
9
pinggang) ketika mengangkat pasien.
.
2 Apakah anda pernah Saya pernah melihat APAR (Alat
0
Pemadam Api Ringan) di tempat kerja.
.
5

III. Sikap
Petunjuk : Berilah tanda checklist (√ ) pada salah satu kolom yang Anda
lakukan selama bekerja!

N Pertanyaan S S K T
o. S P
1. Saya bekerja mengikuti SOP yang ditetapkan rumah sakit
2. Saya tidak melakukan pekerjaan sesuai
dengan
wewenang yang diberikan
3. Saya berkerja mengoperasikan peralatan medis / mesin
tidak sesuai dengan wewenang yang diberikan
4. Saya bekerja tidak sesuai dengan kecepatan yang telah
Ditentukan
5. Saya pernah bekerja tidak mengikuti prosedur kerja saat
mengoperasikan alat
6. Saya bias diperlukan atau dalam keadaan mendesak anda
melakukan pekerjaan yang bukan tugas

7. Saya mengoperasikan mesin selama ini dalam keadaan tidak


sehat atau terpengaruh obat – obatan terlarang atau alkohol

8. Saya melakukan tindakan medis selama ini apakah anda selalu


dalam keadaan mengantuk?

9. Saya selalu menggunakan APD di area kerja sesuai standar


yang berlaku di perusahaan

10 Saya pernah menggunakan APD yang telah rusak saat


.
Bekerja

11 Saya pernah menghilangkan alat pengaman keselamatan


.
6

12 Saya pernah merusak alat pengaman keselamatan


.
13 Saya pernah tidak menggunakan alat pengaman saat
.
sedang mengoperasikan alat

14 Saya tidak pernah menjaga peralatan keselamatan tetap


.
Berfungsi
15 Saya menggunakan peralatan yang seharusnya
.
16 Saya menggunakan peralatan kerja sesuai fungsinya
.
17 Saya pernah tidak mematikan mesin / peralatan yang
.
sudah tidak digunakan?

18 Saya pernah merusakan peralatan kerja


.
19 Saya pernah menggunakan mesin / peralatan dengan
.
kecepatan yang sesuai prosedur?

20 Saya pernah berkerja menggunakan peralatan yang tidak


.
Rusak

Anda mungkin juga menyukai