Anda di halaman 1dari 75

USULAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
PADA PETANI SAWAH DI KECAMATAN LEMBOR
SELATAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT

OLEH
KRISPIANUS YERTIS SUPRIONO
1807010161

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Usulan penelitian ini dengan judul: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Petani Sawah Di Kecamatan
Lembor Selatan Kabupaten Manggarai Barat, telah diseminarkan dan disetujui
untuk dilakukan penelitian oleh mahasiswa atas nama: Krispianus Yertis Supriono,
NIM: 1807010161, pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana pada tanggal 28 April 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Andreas Umbu Roga, S.Pd., M.Kes Agus Setyobudi, S.KM., M.Kes
NIP. 19504071994031004 NIP. 197809262003121002

Mengetahui

Koordinator Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana

Mustakim Sahdan S.KM., M. Kes


NIP. 19781110 200212 1 001

1
KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

usulan penelitian ini dengan judul: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Petani Sawah Di Kecamatan Lembor

Selatan Kabupaten Manggarai Barat. Penulis menyadari bahwa penyusunan tulisan

usulan penelitian ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Andreas Umbu Roga, S.Pd.,

M.Kes selaku pembimbing 1 dan Bapak Agus Setyobudi, S.KM., M.Kes selaku

Pembimbing 2 serta Bapak Soni Doke, S.Pt, M.Kes selaku dosen penguji yang telah

memberikan arahan, koreksi, petunjuk dan saran hingga usulan penelitian ini dapat

terselesaikan. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu

1. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc selaku Rektor Universitas Nusa Cendana

2. Dr. Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Nusa Cendana

3. Mustakim Sahdan S.KM., M. Kes selaku Koordinator Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat FKM Undana

4. Agus Setyobudi, S.KM., M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik

5. Dosen dan staf akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat yang sudah

membantu kelancaran dalam perkuliahan.

2
6. Keluarga tercinta khususnya Bapak Agustinus Tasi, Mama Yustina Anarsi,

Kakak Yanita Azendewi Saputri yang selalu mendoakan dan memberikan

motivasi maupun dukungan baik secara moral maupun materil.

7. Sahabat-sahabat tersayang, Pacar dan semua teman-teman seperjuangan

angkatan 2018 terkhusus kembar angkatan 18 KMK St. Thomas Aquinas

yang sudah membantu dan mendukung penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini dengan baik.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan usulan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari

berbagai pihak demi penyempurnaan usulan penelitian ini.

Kupang, April 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR SINGKATAN vii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1


1.2. Rumusan Masalah 8
1.3. Tujuan 8
1.3.1. Tujuan Umum 8
1.3.2. Tujuan Khusus 9
1.4.1. Manfaat Teoritis 10
1.4.2. Manfaat Praktis 10
BAB II 11

TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) 11


2.2. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja 12
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku 12
2.6. Kerangka Konsep 33
2.6.1. Kerangka Pikir 33
2.6.2. Kerangka Hubungan Antar Variabel 35
35
2.7. Hipotesisi Penelitian 36

4
BAB III 37

METODE PENELITIAN 37

3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian 37


3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 37
3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian 38
3.4. Defenisi Operasional 39
3.5. Jenis Data Dan Instrumen Pengumpulan Data 46
3.6. Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data 47
3.7. Organisasi dan Personalia Penelitian 49
2.8. Jadwal Kegiatan Penelitian 50
3.9. Rencana Anggaran Penelitian 51
DAFTAR PUSTAKA 52

KUISIONER PENELITIAN 55

5
DAFTAR TABEL

Tabel 3.4 Definisi Operasional 40

Tabel 3.8 Jadwal Kegiatan 46

Tabel 3.9 Anggaran Penelitian 47

6
DAFTAR SINGKATAN
APD : Alat Pelindung Diri

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

OSHA : Occupational Safety and Health Administration

NTT : Nusa Tenggara Timur

UU : Undang – Undang

K3 : Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

POM : Pengawas Obat dan Makanan

KLKK : Kesehatan Lingkungan Keselamatan Kerja

WHO : World Health Organization

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang

kaya dengan tanah yang subur serta iklim yang tropis. Indonesia juga mengalami

peningkatan penduduk setiap tahunnya yang menyebabkan kebutuhan akan pangan

semakin meningkat. Oleh karena itu sektor pertanian menjadi sektor yang sangat

penting untuk dikembangkan. Akan tetapi lahan pertanian yang semakin menipis

berbanding terbalik dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Selain itu,

adanya ancaman terhadap produksi pertanian yang salah satunya adalah organisme

pengganggu tanaman, maka untuk mengatasi hal ini pemerintah memberlakukan

kebijakan yaitu intensifikasi pertanian (Direktorat Pangan dan Pertanian, 2013) dalam

(Amadea , 2019).

Keamanan pangan artinya syarat dan upaya yang dibutuhkan buat mencegah

pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang bisa

menghambat, merugikan, serta membahayakan kesehatan insan dan tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya warga, sehingga aman buat

dikonsumsi. (Peraturan Pemerintah no 86 Tahun 2019).

Upaya untuk menunjang produktivitas hasil pertanian agar mendapatkan

hasil yang akan maksimal adalah dengan menggunakan pestisida, namun

1
2

penggunaan pestisida secara berlebihan bisa berdampak buruk pada kesehatan petani

seperti mengakibatkan keracunan (Mufidah, 2016).

Pestisida adalah seluruh zat kimia serta bahan lain serta jasad renik dan virus

yang dipergunakan buat memberantas atau mencegah hama-hama serta penyakit yang

menghambat tanaman, bagian-bagian tumbuhan, atau hasil-hasil tumbuhan, dan

mematikan daun serta mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. (Kementrian

Pertanian Republik Indonesia, 2019).

Pestisida terkandung zat kimia berbahaya, maka dalam penggunaannya

dibutuhkan prosedur yang sesuai, agar tidak membahayakan petani yang

menggunakannya. Prosedur tersebut meliputi penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)

saat melakukan pencampuran dan penyemprotan pestisida (Azmy.et.al.,2019).

Tahun 2019 kasus keracunan di Indonesia berjumlah 6.205 kasus, keracunan

lebih bnayak terjadi pada jenis kelamin laki-laki (3.516 kasus) dibandingkan pada

jenis kelamin perempuan (2.689 kasus), serta terjadi pada semua golongan usia, 334

kasus antara lain ditimbulkan oleh keracunan zat pestisida dan 147 kasus disebabkan

oleh keracunan zat pestisida pertanian,oleh karena itu penting menggunakan APD

karena dapat menimbulkan kematian (BADAN POM, 2019).

Data kecelakan kerja Pronpinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tercatat di

BPJS Ketenaga kerjaaan NTT, baik dari sektor kerja formal maupun sektor kerja non

formal adalah sebagai berikut; pada tahun 2017 tercatat sebanyak 145 kasus

kecelakaan kerja, tahun 2018 kasus kecelakaan kerja yang dilaporkan ke BPSJ
3

ketenagakerjaan sebanyak 18 kasus. Pada tahun 2019 terhitung sampai dengan bulan

oktober kasus kecelakaan kerja yang dilaporkan mengalami peningkatan sebanyak

132 kasus kecelakan kerja (BPJS Ketenaga kerjaan Prop. NTT, 2019).

Menghindari dampak buruk yang disebabkan oleh pestisida terhadap petani

perlu adanya perlindungan dengan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

saat bekerja. Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk melindungi

pekerja dari luka atau penyakit yang diakibtkan oleh adanya kontak dengan bahaya di

tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik, dan

lainnya, Occupational Safety and Health Administration (OSHA).

Pemakaian Alat pelindung Diri (APD) merupakan salah satu cara pencegahan

terjadinya keracunan pestisida. Adapun beberapa APD yang digunakan pekerja

pengguna pestisida diantaranya : sarung tangan karet, apron, pakaian kerja/ overall,

baju berlengan panjang dan celana panjang, sepatu boot karet, debu, pelindung

wajah , penutup kepala, topeng debu dan respirator/ pengisap, (Peraturan Menteri

Pertanian RI No. 43 Tahun 2019).

Berdasarkan Teori Lawrence Green ada 3 faktor yang mempengaruhi

terbentuknya suatu perilaku yaitu, faktor predisposisi (predisposing factors)

pengetahuan, sikap, umur, dan masa kerja, faktor pemungkin (enabling factor)

ketersediaan fasilitas, faktor penguat (reinforcement factor), faktor ini meliputi peran

tokoh masyarakat dan peraturan-peraturan (Notoatmodjo, 2003).


4

Hasil penelitian (Amadea , 2019) ada hubungan antara pengetahuan dan sikap

dengan penggunaan alat pelindung diri pada petani pengguna pestisida di Desa

Kacaribu tahun 2019. Pengetahuan petani pengguna pestisida berkaitan erat dengan

penggunaan alat pelindung diri pada petani, karena dengan pengetahuan yang baik

tentang pengguanan APD maka akan mengubah cara pandang petani tentang APD.

Penelitian terdahulu oleh (Apriluana,et.al.,2016) terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara usia dengan perilaku penggunaan APD pada tenaga

kesehatan di RSUD Banjarbaru dengan hasil uji statistik Chi-square didapatkan nilai

(p-value=0,006).

Penelitian terdahulu oleh (Apriluana,et.al.,2016) terdapat hubungan yang

signifikan antara lama kerja dengan perilaku penggunaan APD pada tenaga kesehatan

di RSUD Banjarbaru dengan hasil uji statistik Chi-square didapatkan nilai (p-

value=0,003).

Penelitian terdahulu (Miftahul.et.al.,2018) terdapat hubungan yang signifikan

antara dukungan tokoh masyarakat dengan perilaku penggunaan APD pada petani di

Desa X dengan hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai (P-value=0,001).

Sedangkan berdasarkan analisis kekuatan hubungan diperoleh OR =21,50 artinya

dukungan tokoh masyarakat berpeluang 21 kali untuk mempengaruhi perilaku

penggunaan APD pada petani.

Penelitian terdahulu (Wismaningsih.et.al.,2015) ketersediaan APD

mempunyai hubungan yang signifikan dengan penggunaan APD dengan nilai


5

p=0,009 (p<0,05). Petani yang mempunyai ketersediaan APD yang lengkap ditambah

dengan tingkat pengetahuan tentang APD dan sikap yang positif akan mendorong

petani untuk berperilaku menggunakan APD dengan baik pada saat penyemprotan

pestisida.

Desa Lendong adalah Desa yang berada di Kecamatan Lembor Selatan

Kabupaten Manggarai Barat dengan jumlah penduduk 1.708 Jiwa, dengan jumlah 437

kepala keluarga, 876 jiwa diantaranya Perempuan dan 832 jiwa laki-laki serta

memiliki 3 RW dan terdapat 12 RT. Desa Lendong adalah Desa dengan mayoritas

masyarakat bekerja sebagai Petani dengan luas lahan rata-rata sawah 245 Ha, dengan

jumlah Petani 421 jiwa. Desa Lendong adalah salah satu Desa yang berada di wilayah

Kerja Puskesmas Lengkong Cepang, diantaranya ada Desa Munting, Desa Watu

Rambung, Desa Watu Raja, dan Desa Repi.

Desa Lendong menjadi salah satu Desa yang periode panen mencapai 2 kali

panen dalam setahun dibandingkan dengan Desa lain dikarenakan memiliki sumber

mata air untuk mecukupi kebutuhan lahan pertanian sementara di Desa lain hanya 1

kali panen dalam setahun dikarenakan air yang mejadi sumber kehidupan tanaman

sawah hanya bersumber dari air hujan, sehingga memungkinkan masyarakat Desa

Lendong lebih lama kontak dengan pestisida yang menyebabkan risiko paparanya

lebih tinggi dibandingan dengan Desa lain. Selain itu, di Desa Lendong belum pernah

dilakukan penelitian berkaitan dengan Penggunaan Alat pelindung Diri (APD) pada

Petani pengguna Pestisida dan juga jarak Desa Lendong dengan Puskesmas
6

Lengkong Cepang terhitung jauh dibandingan dengan Desa lain yaitu mencapai 20

kilometer.

Hasil observasi yang dilakukan di Desa Lendong, dari 10 Petani, 8

diantaranya tidak mengetahui tentang alat pelindung diri, Petani tersebut juga tidak

mengetahui tentang alat pelindung diri yang harus digunakan pada saat menyemprot

pestisida, dan juga tidak mengetahui tentang kegunaan alat pelindung diri pada saat

menyemprot pestisida.

Hasil observasi yang dilakaukan dari 10 petani 7 diantaranya kurang

mendukung akan penggunaan APD pada saat pengunaan pestisida. Mereka

menganggap pestisida merupakan bahan kimia yang tidak beracun, sehingga dalam

penggunaan tidak diperlukan alat pelindung diri. Hal ini menunjukkan bahwa sikap

petani masih banyak yang tidak mendukung penggunaan APD pada saat

penyemprotan pestisida.

Hasil observasi dari 10 responden yang diwawancara 7 diantaranya berumur 40 tahun.


Umur mempunyai hubungan yang

saling terkait dengan tindakan tidak aman oleh seseorang pekerja, dengan

bertambahnya usia akan berdampak terhadap menurunnya kecepatan, kecekatan, dan

kekuatan, juga meningkatnya kejenuhan atau kebosanan, dan kurangnya rangsangan

intelektual (Saragih, 2014), dalam (Fauzi, A., 2018).


7

Masa

kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja disuatu tempat.

Pengalaman untuk waspada terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai denga

pertambahan masa kerja dan lama bekerja di tempat kerja yang bersangkutan.

(Salmawati et al., 2019) dalam (Mardianto, 2021)

Pernyataan responden tentang peran serta dari tokoh masyarakat (Ketua

RW/RT) dan perangkat Desa/kampung dalam memberikan arahan maupun

pengawasan dalam menggunakan APD saat menggunakan pestisida sampai pada saat

peneliti melakukan obeservasi didapatakan pengakuan dari Petani di Desa Lendong

belum pernah mendapatkan arahan maupun informasi dari Tokoh masyarakat

setempat tentang penggunaan APD.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh petani salah satunya dipengaruhi

oleh ketersediaan APD. Hasil observasi yang dilakukan pada 10 Petani 7 Petani

diantaranya tidak memiliki alat pelindung diri pada saat penggunaan pestisida dan 3

diantaranya memiliki APD namun tidak lengkap diantaranya hanya memiliki topi dan

celana panjang, sementara masker, sarung tangan, sepatu boot dan baju lengan

panjang tidak dimiliki oleh Petani . Sebagian besar petani tidak memiliki sarung

tangan, karena mereka merasa tidak nyaman dan tidak ada gunanya. Petani lebih

memilih mengeluarkan uang untuk meningkatkan nilai ekonomis hasil panennya

dibandingkan untuk melindungi kesehatannya.


8

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan petani,didapatkan

informasi bahwa banyak petani yang mengaku sering merasakan ataupun mengalami

pusing, gatal di kulit, dan mual setelah melakukan penyemprotan pestisida. Akan

tetapi, masih banyak petani yang tidak mempermasalahkannya karena menurut

mereka gejala-gejala itu masih bisa diatasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

Di Desa Lendong, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat dengan

judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Alat

Pelindung Diri Pada Petani Sawah Di Kecamatan Lembor Selatan Kabupaten

Manggarai Barat”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Petani Sawah Di Kecamatan Lembor Selatan

Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2022”

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan

Alat Pelindung Diri Pada Petani Sawah Di Kecamatan Lembor Selatan Kabupaten

Manggarai Barat Tahun 2022.


9

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan perilaku penggunaan alat

pelindung diri pada Petani sawah di Kecamatan Lembor Selatan

Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2022

2. Menganalisis hubungan sikap dengan perilaku penggunaan alat pelindung

diri pada Petani sawah di Kecamatan Lembor Selatan Kabupaten

Manggarai Barat Tahun 2022

3. Menganalisis hubungan umur dengan perilaku penggunaan alat pelindung

diri pada Petani sawah di Kecamatan Lembor Selatan Kabupaten

Manggarai Barat Tahun 2022

4. Menganalisis hubungan masa kerja perilaku penggunaan alat pelindung

diri pada Petani sawah di Kecamatan Lembor Selatan Kabupaten

Manggarai Barat Tahun 2022

5. Menganalisis hubungan peran Tokoh masyarakat dengan perilaku

penggunaan alat pelindung diri pada Petani sawah di Kecamatan Lembor

Selatan Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2022

6. Menganalisis hubungan ketersediaan fasilitas dengan perilaku penggunaan

alat pelindung diri pada Petani sawah di Kecamatan Lembor Selatan

Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2022


10

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Diharapakan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan

keilmuan kesehatan maskyarakat terutama pada keilmuan Kesehatan

Lingkungan Keselamatan Kerja (KLKK) dan juga pengembangan keilmuan di

sektor pertanian .

b. Sebagai Pijakan dan referensi tambahan untuk peneliti-peneliti selanjutnya

yang memiliki keterkaitan yang sama.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam mengetahui lebih

dalam masalah-masalah bahaya paparan pestisida dengan ketidak patuhan

petani dalam penggunaan Alat Pelindung Diri ( APD) di Desa Lendong,

Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat.

b. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang masalah

kesehatan yang ditimbulkan akibat paparan pestisida serta pentinggnya

menjaga diri dari bahaya paparan pestisida dengan menggunakan Alat

Pelindung Diri ( APD) sehingga selanjutnya bahaya paparan pestisida dapat di

minimalisir.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 )

Menurut International Labour Organization (ILO, 2018) Kesehatan dan

Keselamatan Kerja atau Occupational Safety and Health adalah meningkatkan dan

memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan

kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan, mencegah terjadinya gangguan

kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan, melindungi pekerja pada setiap pekerjaan

dari resiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan,

menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan

kondisi fisiologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara

pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.

Kesehatan dan Keselamatan kerja Secara filosofi diartikan sebagai sebuah

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan: tenaga kerja dan

manusia pada umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan budaya

menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan ditinjau dari keilmuan,

kesehatan dan keselamatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan

penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan,

pencemaran, penyakit, dan sebagainya.(Ismara et.al., 2014) dalam (Mardianto, 2021).

11
12

2.2. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Tujuan kesehatan dan keselamatan kerja adalah mencegah, mengurangi,

bahkan meminimalkan risiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja serta

meningkatkan derajat kesehatan para pekerja sehingga produktivitas kerja meningkat.

(Sembiring, 2016) dalam (Mardianto, 2021).

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

2.3.1. Predisposisi (predisposing factors)

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pencaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Penelitian (Joko et.al.,2018), terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat pengetahuan petani tentang pestisida dengan praktek penggunaan APD

dengan nilai p= 0,005 dengan nilai r=0,316, (Joko Malis et.al., 2018) .Semakin

tinggi pengetahuan petani terhadap pentingnya penggunaan APD maka

semakin baik perilaku petani dalam penggunaan APD. Petani yang

mempunyai pengetahuan yang baik tentang APD, maka petani tersebut akan
13

menggunakan APD setiap kali melakukan penyemprotan tanaman. Tingkat

pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

2. Sikap

Sikap adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang, atau

perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu

bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok, kalau yang timbul

terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif.

Sedangkan perasaan tidak senang disebut sikap negative. Apabila tidak timbul

perasaan apa-apa berarti sikapnya netral, (Sarwono, 2009), dalam (Wildan

et.al., 2019)

Menurut (Damiati et.al., 2017 ) sikap terdiri atas tiga komponen utama,

yaitu:

1. Komponen Kognitif

Komponen pertama dari sikap kognitif seseorang yaitu

pengetahuan dan persepsi yang diperoleh melalui kombinasi

pengalaman langsung dengan objek sikap dan informasi tentang

objek itu yang diperoleh dari berbagai sumber. Pengetahuan dan

persepsi yang dihasilkannya biasanya membentuk keyakinan artinya

keyakinan konsumen bahwa objek sikap tertentu memiliki beberapa

atribut dan bahwa perilaku tertentu akan menyebabkan hasil tertentu.

2. Komponen Afektif:
14

Komponen afektif berkaitan dengan emosi atau perasaan

konsumen terhadap suatu objek. Perasaan itu mencerminkan evaluasi

keseluruhan konsumen terhadap suatu objek, yaitu suatu keadaan

seberapa jauh konsumen merasa suka atau tidak suka terhadap objek

itu evaluasi konsumen terhadap suatu merek dapat diukur dengan

penilaian terhadap merek dari “sangat jelek” sampai “sangat baik”

atau dari “sangat tidak suka” sampai sangat suka.

3. Komponen Konatif

Merupakan komponen yang berkaitan dengan kemungkinan atau

kecenderungan bahwa seseorang akan melakukan tindakan tertentu

yang berkaitan dengan objek sikap, komponen konatif seringkali

diperlukan sebagai suatu ekpresi dari niat konsumen untuk membeli.

Penelitian (Nurina et.al.,) menjelaskan Sikap berpengaruh terhadap

perilaku penggunaan alat pelindung diri dengan nilai sig hitung kurang dari

nilai sig(0,05) yaitu 0,000. Semakin baik sikap buruh tani maka motivasi

untuk berperilaku menggunakan APD akan semakin baik pula, buruh tani

yang termotivasi untuk menjaga kesehatan dan keselamatan diri akan

memiliki sikap yang baik, salah satunya yaitu menggunakan APD pada saat

bekerja, mematuhi peraturan untuk menggunakan APD. Sebaliknya buruh tani

dengan sikap yang kurang baik cenderung kurang memperhatikan kesehatan


15

dan keselamatan kerja, terlihat dari sikap mereka acuh terhadap penggunaan

alat pelindung diri. (Nurina et.al., 2020).

3. Umur

Umur adalah lamanya hidup pekerja yang dinyatakan dalam tahun.

Disamping itu, umur mempunyai hubungan yang saling terkait dengan

tindakan tidak aman oleh seseorang pekerja, dengan bertambahnya usia akan

berdampak terhadap menurunnya kecepatan, kecekatan, dan kekuatan. Juga

meningkatnya kejenuhan atau kebosanan, dan kurangnya rangsangan

intelektual (Saragih, 2014), dalam (Fauzi, A., 2018).

Penelitian terdahulu oleh (Apriluana,et.al.,2016)

terdapat hubungan yang sangat signifik

Umur harus mendapat


16

perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemauan kerja,

dan tanggung jawab seseorang (Anoraga, 2001).

Umur merupakan salah satu karakteristik individu yang mempengaruhi

fungsi biolo- gis, psikologis dan sosiologis. Menurut Suyono (1991) umur

yang produktif adalah umur yang berada di atas 10 tahun dan kurang dari 51

ta- hun, sehingga dapat dikatakan responden pada umumnya sudah tidak

produktif lagi dalam bekerja. Hal ini sangat sesuai dengan kondisi di lapangan

sehingga sangat berpengaruh dalam aktivitas responden sebagai seorang

petani. Se- makin lanjut usia petani padi sawah maka ke- mampuan kerja akan

semakin berkurang se- hingga hasil kerja yang dicapai tidak maksimal,

sehingga pendapatan yang dicapai juga tidak maksimal. Rata-rata umur petani

dalam penelitian ini berumur 51-60 tahun.(Pangemanan et al., 2020) dalam

(Mardianto, 2021).

4. Masa Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) masa kerja ialah jangka

waktu orang sudah bekerja pada suatu kantor, badan dan sebagainya. Masa

kerja dapat diartikan sebagai sepenggal waktu yang agak lama dimana

seorang tenaga kerja masuk dalam satu wilayah tempat usaha sampai batas

waktu tertentu. Bagi seorang petani tempat kerja ialah kebun atau ladang.

Petani sering mendapatkan beban kerja lebih dari satu dalam menjalankan

pekerjaannya, sehingga makin lama ia bekerja maka semakin banyak pula


17

pengalaman-pengalaman yang pernah diterima dan dilaksanakan begitupun

dengan penggunaan APD (Amadea , 2019) .

Penelitian terdahulu oleh (Apriluana,et.al.,2016) terdapat hubungan yang

signifikan antara lama kerja dengan perilaku penggunaan APD pada tenaga

kesehatan di RSUD Banjarbaru dengan hasil uji statistik Chi-square

didapatkan nilai (p-value=0,003).

Diketahui pada responden yang bekerja > 10 tahun lebih banyak (57,1%) yang berperi

Pengalaman merupakan suatu gabungan antara pengetahuan dan perilaku

seseorang dimana pengetahuan hasil dari tahu setelah orang melakukan

penginderaan suatu objek tertentu sementara perilaku merupakan segala

bentuk tanggapan dari individu terhadap lingkungannya. Lama kerja identik

dengan pengalaman, semakin lama kerja seseorang maka pengalamannya

menjadi semakin bertambah. Pengalaman akan berpengaruh dalam

meningkatkan pengetahuan seseorang, karena pengetahuan seseorang juga

diperoleh dari pengalaman (Apriluana,et.al.,2016).

2.3.2. Faktor Penguat (reinforcement factor)


18

1. Tokoh Masyarakat
a. Penegrtian Tokoh masyarakat

Tokoh masyarakat adalah orang orang yang memiliki pengaruh, dan

ada yang bersifat formal dan informal. Tokoh masyarakat yang bersifat

formal adalah orang-orang yang diangkat dan dipilih oleh lembaga negara

dan bersifat struktural, seperti camat, lurah. Sedangkan tokoh masyarakat

yang bersifat informal adalah orang-orang yang diakui oleh masyarakat

karena di pandang pantas menjadi pemimpin yang disegani dan berperan

besar dalam memimpin dan mengayomi masyarakat (Edi.et.al.,2017).

b. Peran Tokoh Masyarakat


Keberadaan peran tokoh masyarakat dalam masyarakat desa sangat

dibutuhkan, hal ini sebagai wujud dari partisipasi kewargaan para tokoh

masyarakat tersebut. Tokoh masyarakat sebagai titik sentral dalam

perwujudan desa yang baik, tentu keberadaannya sangat dibutuhkan dalam

upaya pengembangan desa yang baik. Sebab keberadaan tokoh serta

perannya sangat berpengaruh dalam perkembangan sebuah wilayah Desa,

oleh sebab itu keberadaannya menjadi salah satu faktor penunjang dalam

pengembangan sebuah desa

Penelitian (Miftahul.et.al.,2018) terdapat hubungan yang signifikan

antara dukungan tokoh masyarakat dengan perilaku penggunaan APD

pada petani di Desa X dengan hasil uji statistik Chi-Square didapatkan

nilai (P-value=0,001). Sedangkan berdasarkan analisis kekuatan hubungan


19

diperoleh OR =21,50 artinya dukungan tokoh masyarakat berpeluang 21

kali untuk mempengaruhi perilaku penggunaan APD pada petani. Tokoh

masyarakat memiliki peranan penting untuk memberi keputusan dalam

bermasyarakat. Salah satu peran tokoh masyakat yaitu berupa ajakan

untuk menggunakan APD saat bekerja.

2. Pertauran-Peraturan

Peraturan yang mengatur penggunaan APD adalah Permenakertans No. 1

Tahun 1981 pasal 5 ayat 2 menyatakan “Pekerja harus memakai alat pelindung

diri yang diwajibkan untuk mencegah penyakit akibat kerja” maksud dari

dikeluarkannya peraturan tentang APD adalah:

a. Melindungi pekerja dari bahaya-bahaya akibat kerja seperti mesin,

pesawat, proses dan bahan kimia.

b. Memelihara dan meningkatkan derajat keselamatan dan kesehatan

kerja khususnya dalam penggunaan APD sehingga mampu

meningkatkan produktifitas.

c. Terciptanya perasaan aman dan terlindung, sehingga mampu

meningkatkan motivasi untuk lebih berprestasi.

Penggunaan APD di tempat kerja sendiri telah diatur melalui Undang-

Undang dan Permenakertrans. Pasal-pasal yang mengatur tentang penggunaan

APD adalah antara lain :


20

1. Undang-undang No. 1 tahun 1970

a. Pasal 3 ayat (1) butir f menyatakan bahwa dengan peraturan

perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD.

b. Pasal 9 ayat (1) butir c menyatakan bahwa pengurus diwajibkan

menunjukkan dan menjelaskan pada tiap pekerja baru tentang APD.

c. Pasal 12 butir b menyatakan bahwa dengan peraturan perundangan

diatur kewajiban dan atau hak pekerja untuk memakai APD.

d. Pasal 14 butir c menyatakan bahwa kewajiban pengurus

menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi pekerja untuk

menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

e. Permenakertrans No. Per. 03/MEN/1982 Pasal 2 butir I

menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan

pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang

diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja

(HIPERKES, 2008) dalam (Linggasari, 2008).

2.3.3. Faktor Pemungkin (enabling factor)

1. Ketersediaan Fasilitas
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh petani salah satunya

dipengaruhi oleh ketersediaan APD. Ketersediaan alat pelindung diri

meliputi jenis alat pelindung diri yang dimiliki oleh petani meliputi masker,

topi, sarung tangan, sepatu boot dan pakaian pelindung . Sebagian besar

petani tidak memiliki sarung tangan, karena mereka merasa tidak nyaman
21

dan tidak ada gunanya. Petani lebih memilih mengeluarkan uang untuk

meningkatkan nilai ekonomis hasil panennya dibandingkan untuk

melindungi kesehatannya. Harga alat pelindung diri standar yang cukup

mahal menyebabkan personal safety belum menjadi prioritas bagi petani

penyemprot di Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung

(Wismaningsih.et.al.,2015).

Penelitian terdahulu (Wismaningsih.et.al.,2015) ketersediaan APD

mempunyai hubungan yang signifikan dengan penggunaan APD dengan

nilai p=0,009 (p<0,05). Petani yang mempunyai ketersediaan APD yang

lengkap ditambah dengan tingkat pengetahuan tentang APD dan sikap yang

positif akan mendorong petani untuk berperilaku menggunakan APD

dengan baik pada saat penyemprotan pestisida

2.4. Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang

mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi

sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja (PP Nomor

PER.08/MEN/VII/2010). Alat pelindung diri mempunyai kemampuan untuk

melindungi seseorang pekerja dan berfungsi untuk melindunginya dari bahaya–

bahaya baik secara fisik maupun kimiawi, (Hamidun, 2017).

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh

pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya
22

paparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat

kerja (Tarwaka, 2008) dalam (Rehulina, 2021).

Pekerja yang menggunakan APD saat melakukan pekerjaan memiliki risiko yang

kecil mengalami kecelakaan kerja jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak

menggunakan APD. Menggunakan APD saat bekerja adalah suatu alternatif terakhir

dari upaya teknis mencegah terjadinya kecelakaan kerja, (Mardianto, 2021).

1) Pemilihan APD

Pemilihan alat pelindung diri harus dilakukan secara tepat dan bijaksana

sesuai dengan potensi bahaya yang ada. Alat pelindung diri yang baik hendaknya

memenuhi ketentuan-ketentuan seperti dapat melindungi pekerja dari bahaya,

bobotnya ringan, tidak mudah rusak, dapat dipakai secara fleksibel, tidak

menimbulkan bahaya tambahan, penggantian suku cadang mudah, pemeliharaan

mudah, tidak membatasi gerak, rasa tidak nyaman tidak berlebihan (Hapsoro,

2012) dalam (Skolastika , 2021).

2) Alat Pelindung Diri Perkebunan

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor :

PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD). Dalam hal ini jenis

Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai pada pekerja perkebunan adalah :

1. Alat pelindung kepala, adalah alat pelindung yang berfungsi melindungi

kepala dari benturan, kejatuhan atau terpukul benda keras yang


23

melayang atau meluncur di udara. Jenis alat pelindung kepala yaitu:

helm, topi atau tudung kepala.

2. Alat pelindung pernapasan, adalah alat pelindung yang berfungsi

melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan

sehat, menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel debu,

uap, asap dan sebagainya. Jenis alat pelindung pernapasan yaitu masker.

3. Alat pelindung tangan, adalah alat pelindung yang berfungsi melindungi

tangan dan jari-jari tangan dari bahan kimia, tergores, terinfeksi zat

patogen dan jasad renik. Jenis alat pelindung tangan yang terbuat dari

kulit, kain kanvas, karet, kain atau kain berlapis.

4. Alat pelindung kaki, adalah alat pelindung yang berfungsi melindungi

kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk

benda, tergelincir, terkena bahan kimia yang berbahaya dan jasad renik.

5. Pakaian pelindung, berfungsi melindungi badan sebagian atau seluruh

bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim,

tergores, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia, binatang,

tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur. Jenis pakaian

pelindung yaitu yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

Beberapa hal yang menjadikan APD berdampak negative seperti

berkurangnya produktivitas kerja akibat penyakit atau kecelakaan yang

dialami oleh pekerja karena tidak menggunakan alat pelindung diri tersebut.
24

Oleh sebab itu alat-alat pelindung diri harus mempunyai persyaratan sesuai

dengan pernyataan Suma‟mur (1996) dalam (Hamidun, 2017) . APD yang

akan digunakan di tempat kerja harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a) Berat APD hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan.

b) Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

c) APD harus tahan untuk pemakaian lama

d) APD tidak menimbulkan bahaya bagi penggunanya.

Salah satu penyebab dari terjadinya keracunan akibat pestisida adalah

petani kurang memperhatikan penggunaan APD dalam melakukan

penyemprotan dengan menggunakan pestisida. APD adalah kelengkapan

yang wajib digunakan saat bekerja, sesuai bahaya dan resiko kerja untuk

menjaga keselamatan pekerja itu sendiri serta orang di sekelilingnya. APD

yang harus dipakai antara lain: masker, topi, kaca mata, baju lengan

panjang dan celana panjang, celemek, sarung tangan, dan sepatu boot

(Suma‟mur, 2009) dalam (Hamidun, 2017).

3) Syarat-Syarat APD Dalam Mengaplikasikan Pestisida

Perlengkapan pelindung diri tersebut harus terbuat dari bahan-bahan

yang memenuhi kriteria teknis perlindungan pestisida (Suma‟mur, 2009)

dalam (Hamidun, 2017).


25

a. Setiap perlengkapan pelindung diri yang akan digunakan harus

dalam keadaan bersih dan tidak rusak.

b. Jenis perlengkapan yang digunakan minimal sesuai dengan

petunjuk pengamanan yang tertera pada label/brosur pestisida

tersebut.

c. Setiap kali selesai digunakan perlengkapan pelindung diri harus

dicuci dan disimpan di tempat khusus dan bersih.

2.5. Pestisida
2.5.1. Pengertian Pestisida

Pestisida (Inggris: pesticide) secara harfiah berarti pembunuh

hama,pest:hama; cide: membunuh (Djojosumarto, 2008:21) dalam (Rehulina, 2021).

Sedangkan menurut The United States Environmental Pesticide Control Act dalam

(Rehulina, 2021), pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus

digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga,

binatang pengerat, nematode, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap

hamakecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan

binatang atau semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur

pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.

Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang

merusak tanaman, bagian-bagian tanaman, atau hasil-hasil tanaman, serta mematikan


26

daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan, (Kementrian Pertanian

Republik Indonesia, 2019).

Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang dipergunakan untuk :

a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak

tanaman, bagian-bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian;

b. Memberantas rerumputan;

c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;

d. Mngatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman tidak termasuk pupuk;

e. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan

atau ternak;

f. Memberantas atau mencegah hama-hama air;

g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang atau jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bagunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan

h. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan

penggunaan pada tanaman, tanah atau air. (Peraturan Menteri Pertanian

RI No. 43 Tahun 2019, Tahun 2019 )

2.5.2. Jenis-Jenis Pestisida


27

Jenis Pestisida Menurut Direktorat Jendral Prasaran dan Sarana Pertanian,

Kementrian Pertanian (2008), ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaran

penggunaan pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya :

1. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti

tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk

membunuh tungau atau kutu.

2. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut,

berfungsi untuk membunuh algae.

3. Alvisida, berasal dari kata alvis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya

sebagai pembunuh atau penolak burung.

4. Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium, atau bahasa Yunani bakron,

berfungsi untuk membunuh bakteri.

5. Fungisida, berasal dari kata latin fungus, atau bahasa Yunani spongos

yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.

Dapat bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik

(menekan pertumbuhan cendawan.

6. Herbisida, berasal dari bahasa latin herba, artinya tanaman setahun,

berfungsi untuk membunuh gulma.

7. Insektisida, berasal dari bahasa latin insectum, artinya potongan, keratan

segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.


28

8. Molluskisida, berasal dari bahasa Yunani molluscus, artinya berselubung

tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput.

9. Nematisida, berasal dari bahasa latin nematoda atau bahasa Yunani nema

berarti benang berfungsi untuk membunuh nematoda.

10. Ovisida, berasal dari bahasa latin ovum berarti telur, berfungsi untuk

merusak telur.

11. Pedukulisida, berasal dari bahasa latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi

untuk membunuh kutu atau tuma.

12. Piscisida, berasal dari bahasa Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk

membunuh ikan.

13. Rodentisida, berasal dari bahasa Yunani rodere, berarti pengerat, berfungsi

untuk membunuh binatang pengerat.

14. Termisida, berasal dari bahasa Yunani termes, berarti serangga pelubang

kayu berfungsi untuk membunuh rayap.

2.5.3. Peranan Pestisida Dalam Pertanian

Karena hama-hama tanaman semakin merajalela, banyak tanaman yang tidak

berhasil. Maka petani memakai pestisida untuk membunuh hama dan meningkatkan

hasil pertanian sehingga penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor

penting untuk menentukan keberhasilan pengendalian hama. Dengan adanya

pemberantasan terhadap hama-hama pengganggu tanaman, maka akan diharapkan

produksi pertanian akan semakin meningkat sehingga kebutuhan ekonomi akan dapat

teratasi terutama dibidang pangan. Oleh karena itu, sebelum menggunakan pestisida
29

harus dipilah pestisida yang sesuai dengan alat-alat yang digunakan, cara

penyemprotan untuk memberantas hama, cara pengolahan dan pengelolaan serta

pengamanannya, (Rehulina, 2021).

2.5.4. Penyimpanan Pestisida

Cara Penyimpanan pestisida harus diperhatikan. Penyimpanan pestisida

dengan cara baik dapat dapat menjegah terjadinya pencemaran pada lingkungan serta

mencegah terjadinya keracunan pada manusia ataupun hewan, (Rehulina, 2021).

1) Pestisida hendaknya segera disimpan di tempat yang sesuai setelah dibeli,

jangan sekali-kali meletakkan pestisida yang mudah dijangkau oleh anak-

anak.

2) Sediakan tempat yang khusus untuk menyimpan pestisida. Gudang

penyimpanan harus mempunyai ventilasi udara yang cukup dan

mempunyai tanda larangan tidak didekati oleh orang-orang yang tidak

berkepentingan.

3) Pestisida yang disimpan perlu untuk memiliki buku yang memuat catatan

berapa banyak yang telah digunakan, kapan digunakannya, dan siapa

yang menggunakan dan berapa sisa yangada.

4) Semua pestisida harus disimpan di tempat asalnya sewaktu dibeli dan

mempunyai label yang jelas. Pestisida jangan sekali-kali disimpan dalam

bekas penyimpanan makanan dan minuman.


30

5) Jangan menyimpan pestisida dan bibit tanaman dalam ruangan atau

gudang yang sama.

6) Perlu untuk melakukan pengecekan terhadap tempat penyimpanan untuk

mengetahui ada tidaknya kebocoran-kebocoran

7) Hindari penyimpanan pestisida yang terlampau berlebihan di dalam

gudang. Oleh karena itu perkiraan kebutuhan untuk setiap jenis pestisida

perlu untuk dibuat permusim tanamannya.

8) Gudang penyimpanan harus senantiasa terkunci.

2.5.5. Keracunan Pestisida

Gejala keracunan pestisida (Kemkes, 2012), dalam (Hamidun, 2017)

(Menurut tingkat kuat/lemahnya keracunan organophosphate dan karbamat akan

tampak gejala–gejala sebagai berikut:

1) Pada keracunan ringan timbul gejala–gejala seperti: sakit perut, mata

kabur, sakit dada, diare, pusing, keringat berlebihan, sakit kepala, sakit

otot dan kram, mual–mual dan muntah, keluar air yang berlebihan mata,

hidung dan mulut.

2) Gejala- gejala untuk keracunan tingkat sedang sama dengan gejala

keracunan tingkat lemah ditambah beberapa gejala seperti: bingung,

sempoyongan, susah konsentrasi, pupil mata mengecil, dan secara

umum badan lemas.


31

3) Pada keracunan berat, timbul gejala–gejala: kehilangan kesadaran,

koma, pupil mata semakin mengecil (marked miosis), bibir dan kuku

membiru (cyanosis), sesak nafas, sawan, dan kematian

2.5.6. Pencegahan keracunan Pestisida


1. Sebelum melakukan Penyemprotan

a. Jangan melakukan penyemprotan jika merasa tidak sehat atau tidak

fit.

b. Jangan pernah mengizinkan anak-anak berada di sekitar bekerja dan

berada di tempat dengan pestisida.

c. Catat nama pestisida dan kode lingkaran warnanya. Jika mungkin,

catat pula nama bahan aktif dan kelompok kimianya

d. Gunakan pakaian atau peralatan pelindung sejak mempersiapkan

pestisida (misalnya dengan mencampur).

e. Jangan memasukkan rokok, makanan, dan lainnya ke dalam kantong

pakaian

f. Siapakan air bersih dan sabun dekat tempat kerja (air bersih harus

tertutup) untuk mencuci tangan atau keperluan lain.

g. Siapkan handuk kecil bersih dikantong plastik tertutup dan bawa ke

tempat kerja.
32

2. Saat Melakukan Aplikasi/Penyemprotan


a. Perhatikan kecepatan angin. Jangan menyemprot ketika angin sangat

kencang dan perhatikan arah angin.

b. Jangan menyemprot dengan menentang arah angin karena drift

pestisida bisa membalik dan mengenai diri sendiri.

c. Jangan membawa makanan, minuman, atau rokok dalam kantung

pakaian kerja.

d. Jangan makan, minum atau merokok selama menyemprot

e. Jangan menyeka keringat di wajah dengan tangan, sarung tangan,

atau lengan baju yang telah terkontaminasi pestisida.

f. Jika nosel (nozzle) tersumbat, jangan meniupnya langsung dengan

mulut.

g. Waktu yang paling baik untuk penyemprotan adalah pada waktu

terjadinya aliran udara naik (thermic) yaitu antara pukul 08.00 –

11.00 atau sore hari pukul 15.00 – 18.00.

3. Sesudah Penyemprotan
a. Cuci tangan dengan sabun hingga bersih setelah pekerjaan selesai.

b. Segera mandi dengan sabun ganti pakaian kerja dengan pakaian

sehari-hari setelah sampai di rumah.

c. Cuci pakaian kerja secara terpisah dari cucian lainnya.


33

d. Jika tempat kerja jauh dari rumah dan harus mandi di dekat tempat

kerja, sediakan pakaian bersih dalam kantung plastik tertutup.

Sesudah ganti pakaian, bawa pakaian kerja dalam kantung tersendiri.

e. Makan, minum, merokok hanya dilakukan setelah mandi atau

setidaknya setelah mencuci tangan dengan sabun.

2.6. Kerangka Konsep

2.6.1. Kerangka Pikir

Berdasarkan Teori Lawrence Green ada 3 faktor yang mempengaruhi

terbentuknya suatu perilaku yaitu, faktor predisposisi (predisposing factors)

pengetahuan, sikap, umur, dan masa kerja, faktor pemungkin (enabling factor)

ketersediaan fasilitas, faktor penguat (reinforcement factor), faktor ini meliputi tokoh

masyarakat dan peraturan-peraturan (Notoatmodjo, 2003).

Semakin tinggi pengetahuan petani terhadap pentingnya penggunaan APD

maka semakin baik perilaku petani dalam penggunaan APD. Petani yang mempunyai

pengetahuan yang baik tentang APD, maka petani tersebut akan menggunakan APD

setiap kali bekerja (Endah et.al., 2015) .

Semakin baik sikap buruh tani maka motivasi untuk berperilaku

menggunakan APD akan semakin baik pula, buruh tani yang termotivasi untuk

menjaga kesehatan dan keselamatan diri akan memiliki sikap yang baik, salah

satunya yaitu menggunakan APD pada saat bekerja, mematuhi peraturan untuk

menggunakan APD. Sebaliknya buruh tani dengan sikap yang kurang baik cenderung
34

kurang memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja, terlihat dari sikap mereka

acuh terhadap penggunaan alat pelindung diri. (Nurina et.al., 2020).

Semakin cukup usia seseorang, tingkat kemampuan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Seseorang yang lebih dewasa

mempunyai kecenderungan akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup

tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman kematangan jiwanya

(Apriluana,et.al.,2016).

Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah sesuai

dengan masa kerja ditempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja yang baru

biasanya belum mengetahui secara mendalam pekerjaan dan keselamatannya, selain

itu tenaga kerja baru mementingkan selesainya sejumlah pekerjaan yang diberikan

kepada mereka. Masa kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman yang lebih

dibandingkan dengan rekan kerja lainnya (Suma’mur, 2013) dalam (Amadea , 2019).

Tokoh masyarakat sebagai titik sentral dalam perwujudan Desa yang baik,

tentu keberadaannya sangat dibutuhkan dalam upaya pengembangan Desa yang baik.

Sebab keberadaan tokoh serta perannya sangat berpengaruh dalam perkembangan

sebuah wilayah desa, oleh sebab itu keberadaannya menjadi salah satu faktor

penunjang dalam pengembangan sebuah Desa Tokoh masyarakat memiliki peranan

penting untuk memberi keputusan dalam bermasyarakat. Salah satu peran tokoh

masyakat yaitu berupa ajakan untuk menggunakan APD saat bekerja.


35

Ketersediaan alat pelindung diri mempunyai hubungan yang signifikan

dengan penggunaan alat pelindung diri. Petani yang mempunyai ketersediaan alat

pelindung diri yang lengkap ditambah dengan tingkat pengetahuan tentang alat

pelindung diri dan sikap yang positif akan mendorong petani untuk berperilaku

menggunakan alat pelindung diri dengan baik pada saat penyemprotan pestisida

(Wismaningsih.et.al.,2015).

2.6.2. Kerangka Hubungan Antar Variabel

Faktor Predisposisi
(predisposing factors)

Pengetahuan
Sikap
Umur
Masa kerja

Faktor Pemungkin (enabling


factor) Perilaku
Pengunaan
Ketersediaan Fasilitas APD

Faktor penguat (reinforcement


factor)
Tokoh Masyarakat

2. Peraturan-Peraturan

Keterangan
36

: Variabel Independen yang diteliti


: Variabel Independen yang tidak diteliti
: Variabel Dependen yang diteliti

2.7. Hipotesisi Penelitian

1. Ada Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan alat

pelindung diri pada Petani sawah di Kecamatan Lembor Selatan

Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2022

2. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku penggunaan alat pelindung

diri pada Petani sawah di Kecamatan Lembor Selatan Kabupaten

Manggarai Barat Tahun 2022

3. Ada hubungan antara umur dengan perilaku penggunaan alat pelindung

diri pada Petani sawah di Kecamatan Lembor Selatan Kabupaten

Manggarai Barat Tahun 2022

4. Ada hubungan antara masa kerja dengan perilaku penggunaan alat

pelindung diri pada Petani sawah di Kecamatan Lembor Selatan

Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2022

5. Ada hubungan antara peran Tokoh masyarakat dengan perilaku

penggunaan alat pelindung diri pada Petani sawah di Kecamatan Lembor

Selatan Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2022


37

7. Ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan perilaku penggunaan

alat pelindung diri pada Petani sawah di Kecamatan Lembor Selatan

Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2022


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif atau survey analitik dengan metode

analitik observasional dengan cara pendekatan Cross Sectional yaitu penelitian untuk

mencari hubungan antar variable. Pendekatan Cross Sectional adalah suatu penelitian

untuk mempelajari dinamika korelasi antar faktor resiko dengan cara pendekatan

observasi atau pengumpulan data di ukur atau dikumpulkan dalam waktu bersamaan

dalam waktu tertentu, (Rehulina, 2021).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel terikat

(Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri) dengan variabel bebas (Pengetahuan,

Sikap,Umur, Masa Kerja, Tokoh masyarakat dan Ketersediaan faslitas).

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Lendong Kecamatan Lembor

Selatan, Kabupaten Manggarai Barat.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanaan pada Bulan Mei -Agustus Tahun 2022.

38
39

3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Petani Sawah di Desa Lendong,

Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, yang berjumlah 421

orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian petani sawah yang diperoleh

menggunakan rumus Slovin

N
n= 2
1+ N (e)

Keterangan:

N= populasi

n = sampel

e = tingkat kesalahan sampel (sampling eror) 10%

Diketahui N= 421 orang dan e =10% atau 0,1, maka perhitungan besar

sampelnya adalah sebagai berikut.

421
n= 2
1+ 421(0 , 1)

421
n= ❑
1+ 421 ( 0 ,01 )
40

421
n=
5 , 21

n=80 , 80= 81 sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 81 orang petani sawah.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Multistage Random

Sampling, teknik pengambilan sampel dimana peneliti akan membentuk beberapa

cluster dari proses penyeleksian individu yang menjadi bagian dari populasi. Cluster

yang pertama adalah pemilihan secara acak jumlah RW yang ada di Desa Lendong

yang akan dijadikan sampel, cluster yang kedua adalah pemilihan secara acak jumlah

RT yang ada di RW hasil pemilihan di cluster pertama yang dilakukan dengan cara

undian kemudian pengambilan sampel yang diperoleh dari RT dan RW hasil

pemilihan pada claster pertama dan claster kedua dengan penentuan sampel pertama

menggunakan teknik undian dan seterusnya menggunakan kelipatan (Notoatmodjo,

2018).

3.4. Defenisi Operasional

Tabel 3.4 Definisi Operasional

NO Nama Definisi Kriteria Alat Skala

Variabel Operasioal Objektif


Ukur

1 Pengetahuan Pemahaman 1. Baik, Jika Kuesioner Nominal


petani tentang >75% dari
dan
pemakaian Alat total skor.
Pelindung Diri 2. Cukup, jika
41

50% - 75%
(APD) pada Wawancara
dari total skor
pengaplikasian
pestisida 3.

Kurang, jika 50% dari total skor (Amadea , 2019)

2 Sikap Dukungan petani 1. Observasi Nominal


terhadap
Mendukung, jika 50% dari total skor
pemakaian APD
pada saat
penggunaan 2.
pestisida

Tidak mendukung, jika 50 % dari total skor (Amadea , 2


42

1. Tidak beresiko;
3 Umur Usia responden Kuisioner Ordinal
< 30 tahun
dari awal
kelahiran sampai 2.Bersiko; 30 tahun
pada saat
penelitian
dilakukan. Umur (Fitriana, 2016)
responden diukur dalam
dalam tahun. (Mardianto, 2021)

4 Masa Kerja lamanya petani 1. Kuisioner Ordinal


menjalankan
Masa Kerja Baru 10 tahun
pekerjaannya
mulai dari masuk
bekerja sampai 2. Masa Kerja
penelitian ini Lama > 10
berlangsung. tahun
(Amadea ,
2019).

5 Tokoh Pernyataan 1. Ada apabila Kuisioner Nominal


Masyarakat responden tentang ada peran
peran serta dari serta dari
tokoh masyarakat Tokoh
(Ketua RW/RT) masyarkat
dan perangkat dalam
Desa/kampung memberikan
dalam arahan
memberikan maupun
43

arahan maupun informasi


pengawasan tetang APD
dalam 2. Tidak ada
menggunakan apabila tidak
APD saat ada peran
menggunakan serta dari
pestisida Tokoh
masyarkat
dalam
memberikan
arahan
maupun
informasi
tetang APD

7 Ketersediaan Ketersediaan 1. Ada apabila Kuisioner Nominal


Fasilitas APD yang petani
dimiliki oleh memiliki
petani di Desa APD dari
Lendong bahaya
pestisida
2. Tidak ada
apabila petani
tidak
memiliki
APD dari
bahaya
44

pestisida

8 Perilaku Wujud 1. Check List Ordinal


Penggunaan penggunan
Baik apabila meggunakan 3 APD
APD perlengkapan
peralatan
keselamatan 2.
seperti: Pelindung
kepala,Penutup Tidak baik apabila APD yang digunakan 2
mulut,Sarung
tangan, Sepatu
boot dan Pakaian
pelindung

3.4.1. Metode Pengukuran

Metode pengukuran pada faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, umur,

masa kerja, faktor Penguat yaitu tokoh masyarakat dan faktor pemungkin yaitu

ketersediaan fasilitas

1. Pengetahuan pada petani diukur melalui 10 pertanyaan dengan memilih jawaban

yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut

a) Jawaban benar nilai : 1

b) Jawaban salah nilai : 0

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah

adalah 0 Menurut Arikunto (2006), Skala pengukuran yang dilakukan


45

untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan

APD yaitu pengetahuan dalam hal ini dibagi dalam 3 kategori sebagai

berikut :

1) Baik apabila subjek mampu menjawab benar >75% dari

seluruh pertanyaan atau skor nilai 7.5-10.

2) Cukup apabila subjek mampu menjawab benar 50% - 75% dari

seluruh pertanyaan atau skor nilai 5-7.

3) Kurang apabila subjek mampu menjawab dengan benar < 50 %

dari seluruh pertanyaan atau skor nilai < 5.

2. Sikap pada petani diukur dengan menggunakan skala likert melalui 10 pertanyaan

dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk pertanyaan diberi nilai :

1) Sangat Setuju : 4

2) Setuju : 3

3) Tidak Setuju : 2

4) Sangat Tidak Setuju : 1

Menurut Azwar dalam bukunya, Skala pengukuran sikap dalam hal ini

dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :


46

1)

Mendukung apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50% dari seluruh pertanyaan ata

2)

Tidak mendukung apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50% dari seluruh pertany

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 40 dan skor terendah adalah

10

3. Masa Kerja pada petani di lihat dari kurun waktu atau lamanya responden

bekerja di hitung dalam satuan tahun. Skala pengukuran Masa kerja dibagi

dalam 3 kategori sebagai berikut :

a. Baru : Bila telah bekerja 10 tahun

b. Lama : Bila telah bekerja >10 tahun

4. Umur pada petani di lihat dari awal kelahiran sampai penelitian ini dilakukan.

Skala pengukuran Umur dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

a. Tidak berisiko : 30 Tahun

b. Dewasa akhir : > 30 Tahun

5. Peran Tokoh masyarakat diukur melalui 1 pertanyaan dengan memilih jawaban

yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut

a) Ada jika ada peran serta dari tokoh masyarakat


47

b) Tidak ada jika tidak ada peran serta dari tokoh masyarakat

6. Ketersediaan fasilitas dengan melihat factor-faktor yang mempengaruhi

ketersediaan fasilitas dalam penggunaan pestisida

a) Ada jika memiliki APD

b) Tidak ada jika tidak memiliki APD

7. Metode pengukuran Penggunaan APD pada petani

diukur melalui lembar observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. Penilaian untuk lembar observasi

a. Baik apabila petani menggunakan semua APD (penutup kepala,sarung

tangan, pakaiaan pelindung, masker penutup mulut, sepatu boot)

b. Tidak baik apabila APD yang digunakan Petani 2

2. Teknik Pengisian Lembar Observasi

Lembar observasi diisi dengan cara mengobservasi 10 petani setiap

harinya dengan pembagian 5 petani di pagi hari dan 5 petani di sore hari.

3.5. Jenis Data Dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang

diperoleh dari kuesioner dan hasil wawancara bersama petani sawah di Desa

Lendong.

2. Sumber Data
48

Data menurut sumbernya di bedakan atas dua bagian yaitu data primer dan
data sekunder.

1) Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari hasil

observasi lapangan terhadap petani sawah di Desa Lendong, Kecamatan

Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat tahun 2022 dengan cara

wawancara menggunakan kuesioner, ceklis, alat tuis dan kamera . Data

yang diperoleh dari wawancara antara lain,jenis kelamin, umur,

pengetahuan dan sikap. Data yang diperoleh menggunakan ceklis adalah

penggunaan APD.

2) Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait yaitu data

yang diperoleh dari Kantor Desa Lendong diantaranya: data jumlah

penduduk, jumlah petani,dan luas rata-rata lahan pertanian.

3) Instrumen pengumpulan data

Instrument yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah:

1) Kuesioner untuk mengetahui karakteristik responden Pengetahuan,

sikap, umur, masa kerja, Tokoh masyarakat, dan ketersediaan

fasilitas pada Petani sawah

2) Check list untuk mengetahui penggunaan APD pada Petani sawah


49

3) Observasi

3.6. Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Setelah data di peroleh maka dilakukan pengolahan data dengan urutan sebagai

berikut :

1. Editing

Melakukan pemeriksaan terhadap jawaban pada kuesioner dan memastikan

bahwa semua variabel terisi.

2. Scoring

Memberikan skor pada data-data sekunder dan primer yang telah diberi kode,

dan selanjutnya memberikan nilai dan bobot pada data tersebut

3. Coding

Memberikan kode angka pada setiap variabel dalam kuesioner untuk

mempermudah proses entri dan pengolahan data engan komputer untuk

melakukan analisa data.

4. Entry

Memasukan data ke dalam sebuah file data yakni program software statistik

SPSS agar dapat dilakukan anilisa data


50

5. Cleaning

Melakukan pengecekan ulang terhadap data yang di entry untuk memastikan

tidak ada kesalahan data kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

3.6.2 Analisis Data

Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi dua tahap yaitu

analisis univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian menggunakan distribusi frekuensi dan

persentase tiap variabel. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk melihat

hubungan antar variabel independen dan dependen. Analisa bivariat dalam penelitian

ini untuk melihat hubungan antara variabel kategori independen dan variabel kategori

dependen menggunakan tabel 2x3 dengan tingkat kepercayaan pada penelitian ini

sebesar 95% dengan nilai signifikan p-value= (0,05). (Misnadin et al., 2016) dalam

(Mardianto, 2021).

Analisis dilakukan dengan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara

masing-masing variable terikat dengan variable bebas. Dasar pengambilan hipotesis

penelitian ini berdasarkan pada tingkat signifikan atau p (Riyanto, 2011) dalam

(Damaskus, 2021) yaitu :

1. Jika nilai p 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak

2. Jika nilai p 0,05 maka hipotesis penelitian diterima

3.6.3. Penyajian Data


51

Data diperoleh dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel disertai

dengan penjelasan atau narasi yang merupakan hasil dari analisa data.

(Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana, 2019).

3.7. Organisasi dan Personalia Penelitian

Organisasi dan personalia dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pembimbing

a. Pembimbing I : Dr. Andreas Umbu Roga, S.Pd., M.Kes

b. Pembimbing II : Agus Setyobudi, S.KM., M.Kes

c. Penguji : Soni Doke, S.Pt, M.Kes

2. Peneliti

a. Nama : Krispianus Yertis Supriono

b. NIM : 1807010161

c. Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

1.8. Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel 3.8. Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian

No Uraian kegiatan Waktu pelaksanaan Tahun 2022

Jan Feb Mrt Apr Mei Juni Juli Ags Sep


52

✔ ✔ ✔ ✔
1 Konsultasi Judul,
persiapan materi
dan penyusunan
proposal


2 Seminar usulan
penelitian

✔ ✔
3 Kaji Etik dan
persia
pan penelitian


4 Peneltian dan
pengumpulan data
hasil observasi
dan tabulasi data


5. Konsultasi
penulisan laporan
hasil penelitian
dan seminar hasil
penelitian


6 Revisi laporan/
skripsi
53

7 Ujian skripsi

3.9. Rencana Anggaran Penelitian

Tabel 3.9 Tabel Rencana Anggaran Penelitian

No. Uraian Volume Biaya Total

Satuan Biaya

(Rp) (Rp)

1. Penyusunan usulan penelitian dan 4 buah 18.000 72.000

konsultasi usulan penelitian

2. Seminar usulan penelitian 6 buah 20.000 120.000

3. Pengurusan administrasi perijinan - 50.000 50.000

4. Pengumpulan data - 200.000 200.000

5. Tabulasi data - 50.000 50.000

6. Penyusunan Laporan akhir 7 buah 50.000 350.000

7. Seminar hasil penelitian 4 buah 50.000 200.000


54

8. Revisi hasil seminar penelitian 5 buah 50.000 250.000

9. Laporan akhir 4 buah 55.000 220.000

10. Ujian Skripsi 4 buah 60.000 240.000

Jumlah 34 buah 603.000 1.752.000

DAFTAR PUSTAKA

Aprilya,Nurina, F.X. Ady Soesetijo, Hadi Prayitno(2020). Pengaruh Pengetahuan


Dan Sikap Terhadap Perilaku Penggunaan Apd Pada Buruh Tani Tembakau
Di Ptpn X Kabupaten Jember.Multidisciplinary Journal – Volume 3, Nomor 2
(Diakses 9 Februari 2022).
Bj. Azmy As’ady1, Supangat2, Laksmi Indreswari3.(2019) Analysis Of Personal
Protective Equipments Pesticides Usage Effects On Health Complaints Of
Farmers In Pringgondani Village Sumberjambe District Jember Regency.
Vol. 5 No. 1 (2019) Journal Of Agromedicine And Medical Sciences. Hal 32
(Diakses 9 Februari 2022).
Apriluana, G., Laily, K., Ratna, S. 2016, Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin,
Lama Kerja, Pengetahuan, Sikap, Dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri
(Apd) Dengan Perilaku Penggunaan Apd Pada Tenaga Kesehatan. Jurnal.
Universitas Lambung Mangkurat. (Diakses 16 Februari 2022).
Bpjs Ketenagakerjaan Prop. NTT. (2019). Laporan Data Kecelakaan Kerja, Bpjs
Ketenagakerjaan, Propinsi Nusa Tenggara Timur. (Diakses 9 Februari 2022).
Edi Kusnadi1, Dadan Iskandar2.(2017) Peranan Tokoh Masyarakat Dalam
Membangun Partisipasi Kewargaan Pemuda Karang Taruna Program Studi
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fkip Universitas Islam
Nusantara, Bandung. Hal.358 . (Diakses 28 Maret 2022).
Endah Retnani Wismaningsih, Dianti Ias Oktaviasari(2015)Factors Related The Used
Of Personal Protective Equipment (Ppe) In Farmers In Ngantru Tulungagung
District .Hal.106 . (Diakses 15 Februari 2022).
Fauzi, A. 2018. Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan Perilaku Berbahaya Pada
Pekerja Las Listrik Di Kelurahan Padang Bulan Selayang Ii Kecamatan
Medan Selayang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Ma Syarakat. Universitas
55

Sumatera Utara. (Diakses 9 Februari 2022).


Karina,Amadea Timanta. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Petani Pengguna Pestisida Di Desa
Kacaribu. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara . (Diakses 10 Februari 2022).
Linggasari (2008) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap
Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Departemen Engineering Pt Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk Tangerang (Diakses 20 Februari 2022).
Nadu,Skolastika Marista (2021).Gambaran Faktor Risiko Penurunan Daya
Penglihatan Pada Pekerja Bengkel Las Di Kecamatan Oebobo Kota .
(Diakses 9 Februari 2022).
M.Salmawati, L., Rasul, & Napirah, M. R. (2019). Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Perawat Di Ruang Igd Rsu
Anutapura Kota Palu. 10(2), 1–9. (Diakses 12 Februari 2022).
Miftahul Jannah, 2sri Riptifah Tri Handari.(2018). Hubungan Antara Karakteristik,
Kenyamanan, Dan Dukungan Sosial Dengan Perilaku Penggunaan Alat
Pelindung Diri (Apd) Pada Petani Pengguna Pestisida Di Desa
“X’’environmental Occupational Health And Safety Journal • Vol.1 No.1 •
Juli 202 Hal. 25 . (Diakses 15 Februari 2022).
Suwignyo, Dhina, D. F., & Rahayu, S. T. (2018). Hubungan Faktor Penyebab
Kecelakaan Kerja Dengan Kejadian Tersayat Pada Pembersih Bawang Di
Pasar Segiri Dan Pasar Kedondongsamarinda. Kesmas Uwigama, 4(2), 79–86.
Https://Journal.Uwgm.Ac.Id/Index.Php/Kesmas/Article/View/466. . (Diakses
15 Februari 2022).
Salmawati, L., Rasul, M., & Napirah, M. R. (2019). Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Perawat Di Ruang Igd Rsu
Anutapura Kota Palu. Kesehatan Masyarakat, 10(2), 1–9. (Diakses 9 Februari
2022).
Wismaningsih,Endah Retnani Dan Dianti Ias Oktaviasari(2018)..Faktor Yang
Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Petani
Penyemprot Di Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung. Medsains Vol.
4 No. 01 : 1 - 7 . (Diakses 11 Februari 2022).
Sunamo,Joko Malis Dan Dwi Atin Faidah(2018).Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Pestisida Dengan Praktek Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada
Petani Kentang . . (Diakses 12 Februari 2022).
Mardianto K.N. Analisis Risiko Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja
Pada Petani Sawah Di Desa Karuni Kecamatan Loura Kabupaten Sumba
Barat Daya oleh tahun 2021 . http://skripsi.undana.ac.id/index.php?
56

p=show_detail&id=2595&keywords= . (Diakses 10 Mei 2022).


Ramdani,Wildan Rudi Dkk.(2019) Review Literatur Sikap Dan Kepuasan Pada
Trijurnal Online Lembaga Penelitian Universitas Trisakti. Jurnal Penelitian
Dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti Vol. 4, No. 1 .
(Diakses 9 Februari 2022).
Roga, A. U., & Setyobudi, A. (2008). Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (J. M. Ratu
(ed.)). Universitas Nusa Cenda Press. (Diakses 10 Mei 2022)
Roga, A. U., Ratu, J. M., & Datta, F. U. (2020). Identifikasi Pola Bertani, Kecelakaan
Dan Penyakit Akibat Kerja Sebagai Dasar Perancangan Model Aplikasi K3 Pada
Petani Sawah Lahan Kering Kepulauan (Studi Di Kabupaten Sumba Tengah
NTT). Workshop Dan Seminar PEI, 373–378.
http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/21813 (Diakses 10 Mei 2022)
Yuda, N. A. P. 2019. Hubungan Lama Paparan Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri
(Apd) Terhadap Keluhan Subjektif Fotokeratitis Pada Pekerja Las Di Bengkel
Las Wilayah Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung.
Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung. . (Diakses 11 Februari
2022).
Wismaningsih ,Endah Retnani Dan Dianti Ias Oktaviasar (2015). Faktor Yang
Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Petani
Penyemprot Di Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung:Hal 104-105. .
(Diakses 9 Februari 2022).
57

KUISIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA

PESTISIDA DI DESA LENDONG KECAMATAN LEMBOR SELATAN

KABUPATEN MANGGARAI BARAT

Hari/Tanggal :

Nomor Responden :

Karakteristik Responden

Nomor responden :

Nama responden :

Umur : tahun

Jenis kelamin : laki-laki / perempuan

Masa kerja :
58

Waktu kerja per hari: a. >8 jam/hari b. 8 jam/hari.


B. Pertanyaan untuk Pengetahuan

1. Menurut saudara, apakah pengertian Alat Pelindung Diri ( APD)?

a. Alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari bahaya dan penyakit akibat
kerja
b. Alat yang dipakai untuk mempermudah dalam bekerja
c. Alat yang dipakai untuk aksesoris dalam bekerja

2. Menurut saudara, Bagaimana ciri-ciri Alat Pelindung Diri ( APD ) yang baik?

a. Alat pelindung diri yang bagus dan mahal


b. Alat pelindung diri yang menarik dan cantik
c. Alat pelindung diri yang dapat melindungi pekerja, nyaman, tidak
mengganggu gerak, dan tidak digunakan secara bergantian.

3. Menurut saudara, mengapa saudara menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)


selama melakukan kegiatan penyemprotan pestisida ?

a. Ikut-ikutan sama teman karena teman kerja yang lain memakai APD
b. Untuk melindungi diri pada saat kondisi dan cuaca tidak bagus
c. Untuk melindungi diri dari faktor resiko bahaya pada saat menyemprot
pestisida

4. Menurut saudara, manfaat apa yang diperoleh dari menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) pada saat menyemprot pestisida ?

a. Menghindari diri dari faktor resiko bahaya pada saat melakukan kegiatan
penyemprotan pestisida
b. Terhindar dari cuaca buruk
c. Supaya terlihat lebih keren

5. Alat Pelindung Diri (APD) apakah yang wajib selalu digunakan pada saat
menyemprot pestisida ?

59
60

a. Topi, pakaiaan pelindung badan, masker, sarung tangan, dan sepatu boot
b. Pakaaian pelindung badan dan sepatu boot
c. Pakaiaan pelindung badan, sarung tangan dan boot

6. Untuk menghindari terhirupnya pestisida saat melakukan proses penyemprotan


pestisida sebaiknya menggunakan?

a. Masker
b. Topi
c. Pakaiaan pelindung

7. Faktor resiko bahaya apa yang dapat terjadi pada saat proses penyemprotan
pestisida ?

a. Terpeleset, terjatuh,
b. Menghirup pestisida secara tidak sengaja, terkena percikan semprotan
pestisida, batuk
c. Tidak Tahu

8. Bahaya apa yang dapat terjadi jika tidak memakai sarung tangan ?

a. Iritasi kulit
b. Terjatuh
c. Tertusuk patahan kayu

9. Alat Pelindung Diri ( APD ) apakah yang digunakan untuk melindungi kulit dari
paparan/percikan pestisida pada saat proses penyemprotannya ?

a. Helm
b. Pakaiaan Pelindung
c. Kacamata

10. Menurut Saudara, bagaimana pemilihan jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang
tepat dalam melakukan pekerjaan penyemprotan pestisida ?
61

a. APD yang digunakan harus dalam keadaan baik (tidak rusak) dan sesuai
dengan APD yang digunakan untuk pekerjaan penyemprotan pestisida
b. APD yang digunakan harus dalam keadaan baru
c. Tidak tahu

C. Pernyataan untuk Sikap

Penilaian dilakukan sebagai berikut :

Sangat Setuju : SS

Setuju : S

Tidak Setuju : TS

Sangat Tidak Setuju : STS

NO Jawaban

Pertanyaan SS S TS STS

1. Saya akan menggunakan alat pelindung diri


saat pencampuran dan penyemprotan
pestisida

2. Saya tidak akan menggunakan APD saat


mencampur dan saat penyemprotan pestisida

3. Saya akan menggunakan sepatu boot untuk


melindungi kaki dari pajanan pestisida

4. Saya tidak akan menggunakan Sarung


tanggan saat melakukan pencampuran dan
penyemprotan pestisida
62

5. Dalam melakukan penyemprotan pestisida,


tidak perlu menggunakan masker penutup
hidung dan mulut, sarung tangan, sepatu boot
dan baju lengan panjang/pakaiaan pelindung

6. Saya akan menggunakan masker untuk


melindungi pernafasan dari paparan
pestisida

7. Saya tidak suka menggunakan masker saat


melakukan pencampuran dan penyemprotan
pestisida

8. Saya akan menggunakan sarung tangan,


untuk melindungi tangan dari paparan
pestisida pada saat pencampuran dan
penyemprotan pestisida

9. Saya tidak akan menggunakan sepatu boot


saat menggunakan pestisida

10. Saya tidak akan terpapar pestisida jika saya


menggunakan APD dengan lengkap
63

Pertanyaan untuk peran tokoh masyarakat

NO Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1 Apakah pernah ada tokoh masyarakat, tokoh agama,


Pemerintah Desa ataupun pihak yang berpengaruh
menjelaskan atau memberikan informasi tentang
penggunaan APD saat penggunaan pestisda

2 Apakah tokoh masyarakat pernah mengingatkan


saudara untuk menggunakan APD saat menggunakan
pestisida

3 Apakah tokoh masyarakat pernah menegur saudara bila


saudara tidak menggunakan APD saat menggunakan
pestisida

4 Apakah tokoh masyarakat pernah memberikan


semangat( motivasi) agar saudara menggunakan APD
saat menggunakan pestisida

5 Apakah took masyarakat pernah menjelaskan dampak


buruk dari tidak menggunakan APD saat penggunaan
pestisida

6 Apakah tokoh masyarakat memberikan sanksi pada


masyarakat yang tidak menggunakan APD saat
penggunaan pestisida
64

7 Apakah tokoh masyarakat pernah menjelaskan tentang


apa saja jenis APD yang digunakan saat penggunaan
pestisida

8 Apakah tokoh masyarakat pernah mempraktekan cara


penggunaan APD yang benar dan baik

9 Apakah tokoh masyarakat pernah menjelaskan manfaat


dari penggunaan APD pada saat pengguaan pestisida
pada petani

10 Apakah tokoh masyarakat di lingkungan anda pernah


memberi APD pada para petani pengguna pestisida

Pertanyaan Ketersediaan Fasilitas

1. Apakah anda memiliki APD


a. Ya
b. Tidak ada
2. Apakah APD yang anda gunakan adalah milik sendiri
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah APD yang anda memiliki lengkap (Pelindung kepala, masker, sarung
tangan, sepatu boot dan pakaian pelindung)
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah jarak tempat tinggal anda menuju tempat penjualan APD terhitung jauh
a. Ya
b. Tidak
65

5. Apakah harga APD relatif mahal


a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda memiliki Uang yang cukup untuk membeli APD
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda pernah diberikan fasilitas APD dari Pemerintah setempat
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah APD yang difasilitasi oleh Pemerintah setempat lengkap (Pelindung
kepala, masker, sarung tangan, sepatu boot dan pakaian pelindung)
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah APD mudah didapatkan untuk dibeli
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah ada aturan di masyarakat setempat tentang keharusan memiliki dan
menggunakan APD saat menggunakan pestisida?
a. Ya
b. Tidak
66

LEMBAR OBSERVASI PENGGUNAAN APD PETANI PENGGUNA


PESTISIDA

N Penggunaan APD
O Keterangan
Penutup Penutup Sarung Sepatu Boot Pakaian

Kepala Mulut Tangan Pelindung

(Masker)

Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak

ada ada ada ada ada

1.

2.
67

Anda mungkin juga menyukai