Diajukan Oleh:
RINA RAHAYU
210205373
1
PENGESAHAN PROPOSAL
OLEH:
RINA RAHAYU
210205373
Dosen Pembimbing,
Diketahui,
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S1) di
Fakultas Farmasi Universitas Sari Mutiara. Oleh karena itu dengan segala
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Indonesia.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M. Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
4. apt. Cut Masyithah Thaib, M.Si, selaku Ketua Program Studi Sarjana Farmasi
5. apt. Eva Diansari Marbun, S.Farm, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
6. Orang tua (Alm H.Burhanuddin Pohan, dan Almh. Hj. Badariyah Syam
Margolang), Suami ( Ricko Fauland Fadli ) , anak- anak tercinta dan seluruh
keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, dan dorongan moril serta
materil yang tidak ternilai dalam penyelesaian dan penulisan proposal ini.
3
7. Kepala Puskesmas Langsa Lama dan Apoteker Puskesmas Langsa Lama yang
8. Keluarga besar Instalasi Farmasi dan teman-teman satu bimbingan yang telah
9. Semua pihak yang sangat disayangkan tidak dapat disebutkan satu persatu,
terimakasih atas semua doa, dukungan dan semangat kepada penulis untuk
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan
masyarakat.
Rina Rahayu
4
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Penelitian 4
1.4. Manfaat Penelitian 5
1.5. Hipotesa Penelitian ................................................................... 5
1.6. Kerangka Penelitian .................................................................. 6
5
2.2.7 Kerangka Konsep ................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN 27
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 27
3.1.1 Waktu Penelitian .................................................................. 27
3.1.2 Tempat Penelitian ............................................................... 27
3.2 Permohonan Izin Penelitian di Puskesmas 27
3.3 Metode Penelitian 27
3.4. Populasi dan Sampel 29
3.4.1. Populasi 29
3.4.2. Sampel 29
3.5. Teknik Sampling 30
3.6. Instrumen Penelitian 30
3.7. Variabel Penelitian 31
3.8. Definisi Operasional 31
3.9 Teknik Pengumpulan data 31
3.9.1 Jenis Data 31
3.9.2 Pengumpulan Data 32
3.10 Uji Validitas 33
3.11 Pengolahan Data 33
3.12 Analisis Data 34
DAFTAR PUSTAKA 36
6
BAB I
PENDAHULUAN
lainnya karena penularannya yang cukup cepat dan masih menjadi masalah global
yang sulit untuk dipecahkan sehingga penyakit ini muncul sebagai penyebab
(Syamsudin, 2013:153).
juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB Paru [2]. Pada tahun 2014
mengalami kenaikan menjadi 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi kuman TB Paru.
Pada tahun 2014, jumlah kasus TB Paru terbanyak berada pada wilayah Afrika
(37%), wilayah Asia Tenggara (28%) dan wilayah Mediterania Timur (17%)
(WHO, 2015) sedangkan data World Health Organization (Azwar, 2013), jumlah
kasus baru tuberkulosis (TBC) pada tahun 2015 mencapai 10,4 juta jiwa,
meningkat dari sebelumnya hanya 9,6 juta. Adapun jumlah temuan TB Paru
terbesar adalah di India sebanyak 2,8 kasus, diikuti Indonesia sebanyak 1,02 juta
Pada tahun 2016 diketahui terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC yang
setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden
kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina dan Pakistan. Sementara
7
itu jumlah kasus baru TB Paru di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TB
Paru tahun 2017 pada laki-laki sebesar 245.298 dan perempuan sebesar 175.696
atau 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan
dibandingkan pada perempuan, begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal
ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada faktor risiko TB Paru
Sumatera Utara dengan prevalensi 0,30%. Hal ini didukungan pendapat yang
gagal menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur. Keadaan ini disebabkan
oleh banyak faktor, tetapi yang paling banyak memainkan perannya adalah
Kepatuhan merupakan hal yang sangat penting dalam perilaku hidup sehat.
diresepkan dokter pada waktu dan dosis yang tepat. Pengobatan hanya akan
8
dipengaruhi faktor. Faktor yang dapat memengaruhi tingkat kepatuhan seseorang
untuk meminum obat, yaitu: usia, pekerjaan, waktu luang, pengawasan, jenis obat,
(Darmanto,2014).
jawab etikal serta medikasi legal untuk memberikan informasi dan edukasi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obat. Kegiatan konseling dapat diberikan
kekambuhan meningkat serta yang lebih fatal adalah terjadinya resisten kuman
terhadap beberapa obat anti tuberkulosis atau multi drug resistence (MDR),
9
kepatuhan pasien TBC berdasarkan kuesioner terjadi peningkatan dari Pre Test
kepatuhan pasien TBC di Puskesmas Andalas Padang dengan hasil uji p = 0,000
Puskesmas Langsa Lama memiliki jumlah kasus penderita TBC paling tinggi di
Kota Langsa, hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh
Lama?
Langsa Lama.
10
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling terhadap tingkat
sekitarnya.
11
1.6 Kerangka Penelitian
BAB II
Pasien Penderita TBC
TINJAUAN PUSTAKA
Pelayanan Kefarmasian
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organtubuh lainnya. Kuman ini
berbentuk batang dan mempunyai Nama/resep obat yaitu tahan terhadap asam pada
sifat khusus
Dosis obat
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai
Aturan/cara pakai BTA, kuman TBC cepat mati
Khasiat obat
bila kena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di
Instruksi khusus
tempat yang gelap dan lembab. Kontraindikasi
Dalam tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur
Efek samping
lama selama beberapa tahun (Depkes
Pengobatan non farmakologi
RI, 2011).
Interaksi
2.1.2 Patofisiologi Tuberkulosis
Paru
Penyimpanan
antara lain:
Evaluasi
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
Kepatuhan
Tuberkulosis. Droplet nuclei yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan muskuler bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai
di alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman Tuberkulosis berhasil
12
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman Tuberkulosis ke
kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai komplek primer yang
memakan waktu sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya
reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC.
Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persisten
bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi yaitu waktu yang
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh lemah akibat terinfeksi
HIV atau gizi yang buruk. Ciri khas dari terjadinya TBC pasca primer adalah
Gejala yang timbul pada penderita TBC biasanya ditandai dengan batuk
(disertai sputum atau darah), susah bernafas, nyeri dada, kelemahan, hilang berat
13
1. Gejala Respiratorik Gejala respiratorik ini sangat bervariasi dari tidak ada
a) Batuk >2minggu
b) Batuk darah
c) Sesak nafas
d) Nyeri dada
2. Gejala Sistemik
a. Demam
Gejala tersebut di atas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab
itu setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan gejala
langsung.
a. Baru
(OAT) atau sudah pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari
b. Kambuh
14
Penderita Tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur). Tuberkulosis dan telah
Penderita yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
d. Gagal
e. Pindahan
Penderita yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TBC lain
f. Lain-lain
Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam kelompok ini
termasuk kasus kronik, yaitu penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA
2.1.5 Diagnosis
15
1. Dengan foto rontgen dada. Penyakit ini tampak sebagai daerah putih yang
bentuknya tidak teratur dengan menggunakan latar belakang hitam. Rontgen ini
2. Minimal 2 kali sputum BTA Positif: didiagnosis sebagai TB Paru BTA Positif
3. Bila hasil BTA 1 kali sputum BTA Positif, maka diperlukan pemeriksaan
4. Upaya pertama dalam diagnosis TBC pada anak adalah melakukan uji
Tuberkulin. Hasil positif yaitu > 10 mm atau > 15 mm pada anak yang telah
infeksi spesifik., LED yang tinggi, limfadenitis leher dan limfositisis relatif
sudah dapat digunakan untuk diagnosis kerja TBC ada atau pemeriksaan dahak
SPS diulang.
lebih dari 90% kasus tuberkulosis terjadi. Metode SSR ini relatif cepat, sederhana,
murah dan sangat spesifik yang direkomendasikan untuk daerah yang terdapat
Diagnosis TB-MDR
dahaknya dua kali, salah satu diantaranya harus dahak pagi hari. Uji kepekaan
16
Mycobacterium tuberculosis harus dilakukan di laboratorium yang telah
2.1.6 Klasifikasi
paduan OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai. Ada empat
2. Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung: BTA positif atau BTA
negatif
- Sekurangnya dua dari tiga spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
17
b. Berdasarkan Tipe pasien Ada beberapa tipe pasien TBC yaitu
1. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TBC
positif.
3. Kasus defaulted atau drop out adalah pasien yang telah menjalani
4. Kasus gagal adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau
5. Kasus kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
18
Obat anti-tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam
pengobatan TBC. Pengobatan TBC merupakan salah satu upaya paling efisien
untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari bakteri penyebab TBC (Kemenkes,
2019).
c. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (pengawas
d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
a. Tahap awal Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap
yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian
teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun
kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persisten sehingga
19
pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. Durasi tahap
lanjutan selama 4 bulan. Pada fase lanjutan seharusnya obat diberikan setiap
Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
2. Pembangunan kesehatan
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan
20
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau
4. Wilayah Kerja
Tetapi apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatuwilayah tertentu. Yang
Narendran, 2016).
secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu kerja
21
2.2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
A. Pelayanan Kefarmasian
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningatkan mutu kehidupan pasien. Permenkes
No.74 tahun 2016 pasal 12 menyatakan bagi Puskesmas yang belum memiliki
secara terbatas dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian atau tenaga kesehatan
dimaksud pada ayat (2) berada di bawah pembinaan dan pengawasan Apoteker
22
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
a. Perencanaan kebutuhan
b. Permintaan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
e. Pendistribusian
f. Pengendalian
c. Konseling
2.2.2 Konseling
23
Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusi antara orang yang
suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien
untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan
apoteker sekarang tidak hanya berorientasi pada obat (drug oriented), tetapi juga
korelasi antara apoteker dengan pasien sehingga terjadi perubahan perilaku pasien
akan diberikan)
24
2. Identifikasi : apakah yang datang pasien sendiri atau bukan
yang diberikan.
obat.
9. Buat jadwal minum obat yang disesuaikan dengan kegiatan harian pasien,
cara mengatasinya
2007).
25
2.2.3 Pengertian Pelayanan Informasi Obat (PIO)
penggunaan terapi obat. Cakupan informasi obat antara lain nama kimia, struktur
hayati, toksisitas, mekanisme kerja, waktu mulai bekerja dan durasi kerja, dosis
penggunaan obat.
pemberian informasi, rekomendasi obat yang akurat dan terkini, oleh tenaga
pelayanan resep untuk menghindari masalah yang berkaitan dengan terapi obat.
kualitas hidup pasien dan menyediakan pelayanan yang bermutu bagi pasien
(Umi, 2014).
perhatian dan kepedulian kita bersama bahwa perlu adanya upaya pendidikan
26
mempromosikan pengetahuan dan sikap TBC yang baik di antara pasien yang
dan staf farmasi pada, pemecahan masalah, perawatan farmasi, dan layanan
Komunikasi yang efektif oleh apoteker adalah sangat penting untuk meningkatkan
penggunaan obat oleh pasien dan memastikan hasil terapi yang optimal. Apoteker
dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat melalui strategi yang
27
dengan farmasi (relationship skill), dan kemampuan mendampingi/kepedulian
a) Data-Gathering Skill
terapi.
c) Relationship Skill
pujian.
d) Partnering Skill
28
2.2.6 Konsep Kepatuhan
carapengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lain.
(Suparyanto, 2010).
Menurut Ali 1999, patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah
atau aturan. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.
Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang ke petugas kesehatan yang
telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau
29
Tabel 2.1 Definisi Operasional Pengaruh Konseling Terhadap Kepatuhan
Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa
No Varaiabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Operasional
1 konseling Memberikan 1. Lupa Kuisioner 1. Kepatuhan Ordinal
konseling mengkonsumsi rendah
kepada obat skor <6
pasien untuk 2. Tidak 2.
memecahkan minum obat
masalah 3. Berhenti Kepatuhan
yang minum obat sedang
berhubungan 4. Terganggu skor 6-7
dengan obat oleh jadwal 3.
dan minum obat
pengobatan Kepatuhan
tinggi skor
8
30
2.2.7 Kerangka Konseptual
BAB III
Pasien Penderita TBC
METODE PENELITIAN
Pelayanan
Metode penelitian adalah Kefarmasian
metode eksperimental dengan pengambilan data
secara prospektif, dimana penelitian ini bersifat melihat ke depan, artinya dimulai
Informasi
dari variable penyebab atau factor Komunikasi Edukasipada waktu
resiko, kemudian diikuti akibatnya
yang akan datang. Penelitian ini menggunakan satu kelompok yang diberikan
Kesehatan kota Langsa lalu tembusan ke kepala Puskesmas izin untuk penelitian
Evaluasi
dengan melakukan wawancara kuisioner kepada pasien TBC di Puskesmas
31
Metode penelitian adalah metode eksperimental dengan pengambilan data
secara prospektif, dimana penelitian ini bersifat melihat ke depan, artinya dimulai
dari variable penyebab atau faktor resiko, kemudian diikuti akibatnya pada waktu
yang akan datang. Penelitian ini menggunakan satu kelompok yang diberikan
pemecahan masalah yang dihadapi pasien dalam penggunaan obat dan dapat
yang disampaikan dokter tentang obat pasien?” “Apa yang dijelaskan oleh dokter
tentang cara pemakaian obat pasien?” Dan “Apa yang dijelaskan oleh dokter
tentang hasil yang diharapkan setelah pasien menerima terapi obat terserbut?” dan
terapinya. Informasi yang diberikan berupa aturan pakai obat, cara menggunakan
obat, cara penyimpanan obat, cara pembuangan obat, dan edukasi yang diberikan
dapat berupa memberikan saran pola hidup sehat kepada pasien ataupun
bagaimana cara mengatasi efek samping obat jika terjadi lalu meminta pasien
untuk mengulang kembali informasi yang telah diberikan lalu evaluasi kepatuhan
pasien evaluasi kepatuhan pasien dilihat dari hasil pretest dan posttest yang telah
32
Pada kuesioner kepatuhan kuesioner terdiri dari satu lembar halaman yang
dari masing-masing pertanyaan berisi dua tingkatan ordnal (0= Ya, 1= Tidak).
Kemudian, skor dari 1-7 pertanyaan tersebut dijumlahkan dan pertanyaan nomor 8
dihitung secara manual. Apabila penjumlahan skor yang didapat dalam rentang 8
menunjukkan bahwa pasien dengan tingkat kepatuan sedang, dan rentang 1-5
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang di teliti.
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah pasien tuberkulosis yang
3.4.2 Sampel
Puskesmas Langsa Lama terdapat 35 pasien yang terdaftar dan masih dalam masa
pengobatan.
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
1. Pasien yang terdaftar di puskesmas langsa lama dan masih dalam masa
pengobatan
33
2. Mengisi kuisioner dengan lengkap
Kriteria enklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel:
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi. Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi yang
kurang dari 100, maka seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2014).
a. Kuesioner
34
skor 8, kepatuhan tingkat sedang apabila skor 6-7 dan tingkat kepatuhan
lain atau diadaptasi untuk media lain tanpa lisensi. Izin untuk menggunakan
a. Variabel Bebas
b. Variabel Terikat
tuberkulosis.
c. Variable Sosiodemografi
yang digunakan.
kepatuhan pasien
b. Patuh didefinisikan sebagai pasien dengan total skor kurang dari enam
35
sedang dan jika skor 8 dikatakan responden memiliki kepatuuhan yang
tinggi.
c. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data primer dan data
pada pasien yang bersedia menjadi responden dan telah menandatangani lembar
dari data dokumen tahunan pasien TBC di Puskesmas Langsa Lama dan Dinas
persetujuan.
3. Pengukuran kepatuhan
36
4. Pemberian konseling kepada partisipan
5. Pengukuran kepatuhan
satu jurnal yang menyatakan bahwa kuesioner kepatuhan ini valid yaitu junal
Cirebon, Jawa Barat. yang sudah menguji validitas terhadap 30 responden dan
mengukur kepatuhan minum OAT dengan total nilai Cornbach Alpha 0, 688
dikatakan reliabel, karena variabel dikatakan reliabel jika nilai Cornbach Alpha
>0,60. (28)
Data yang telah terkumpul dari hasil pengisian kuesioner selanjutnya akan diolah
37
1. Seleksi data (Editing): Editing adalah proses melengkapi dan merapikan
atau jawaban yang tidak jelas. Editing ini dilakukan di lapangan supaya
peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pemberian kode ini sangat
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kuantitatif dengan
masing yaitu tujuh pertanyaan skala dikotomi, satu pertanyaan skala likert. Dari
perhitungan skor akan didapat tiga kategori kepatuhan yaitu untuk skor
38
- < 8 termasuk kepatuhan sedang, dan untuk skor perhitungan < 6 termasuk
Analisis univariat dilakukan pada suatu variable dari hasil penelitian, yang
penelitian.
berhubungan atau berkorelasi. Data dasar dan akhir studi ini evaluasi dan
dibandingkan. Uji yang digunakan adalah uji Chi Square dan Uji Wilcoxon.
39
DAFTAR PUSTAKA
Danusantoso, H., 2012. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates
40
Gough. A, Gary, K. 2011. Pulmonary tuberculosis: clinical features and
patient management nursing standard. July 27. Vol 25 no.47. page 48-56
Kigozi, N.G., Heunis, J.C., Engelbrecht, M.C., Van rensburg, A.P.J., & Van
rensburg HD. 2017. Tuberculosis knowledge, attitudes and practices of
patients at primary health care facilities in a south African metropolitan.
Res tower Improv heal educ.
Umi athiyah. 2014. Profil informasi obat pada pelayanan resep di apotek di
wilayah Surabaya. Forum komunitas Surabaya.
41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
SURAT PERNYATAAN
BERSEDIAMENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk turut
NIM : 210205373
Saya telah menerima penjelasan dari peneliti terkait dengan segala sesuatu
mengenai penelitian ini. Saya mengerti bahwa informasi yang saya berikan akan
dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Selain itu, jawaban yang saya berikan ini
adalah jawaban sebenarnya sesuai dengan apa yang diketahui tanpa ada paksaan
dari pihak lain. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
42
Langsa, 2023
Responden
(……………..)
Lampiran 2.
Kuesioner Kepatuhan
Nama` :
BB/TB : kg/cm
Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
Apakah Anda kadang-kadang lupa menggunakan obat atau
minum obat untuk penyakit anda?
Orang kadang-kadang tidak sempat minum obat karena lupa.
Dalam dua pekan terakhir ini pernahkah Anda sengaja tidak
menggunakan obat atau lupa minum obat?
Pernahkah Anda mengurangi atau berhenti menggunakan obat
atau minum obat tanpa memberitahu dokter Anda karena Anda
merasa kondisi Anda tambah parah ketika menggunakan obat
atau minum obat tersebut?
Pernahkah Anda mengurangi atau berhenti menggunakan obat
atau minum obat tanpa memberitahu dokter Anda karena Anda
merasa kondisi Anda tambah parah ketika menggunakan obat
atau minum obat tersebut?
Ketika Anda bepergian atau meninggalkan rumah, apakah Anda
kadang-kadang lupa membawa obat Anda?
Apakah Anda tidak menggunakan obat atau minum obat
kemarin?
Ketika Anda merasa agak sehat, apakah Anda juga kadang
berhenti menggunakan obat atau minum obat?
Minum obat setiap hari merupakan hal yang tidak menyenangkan
bagi sebagian orang. Apakah Anda pernah merasa terganggu /
mual dengan kewajiban Anda terhadap pengobatan TBC yang
harus Anda jalani?
Petunjuk: lingkari salah satu pilihan dibawah ini Seberapa sering
Anda mengalami kesulitan menggunakan obat atau minum obat
43
Anda?
a. Tidak
b. Sekali-sekali
c. Kadang-kadang
d. Biasanya
e. Selalu
44
45
46
47