TUGAS AKHIR
Reny Rachmatika
NIM: 135070601111039
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
HUBUNGAN ANTARA PMS (PREMENSTRUAL SYNDROME) DENGAN SIKAP
TUGAS AKHIR
Reny Rachmatika
NIM: 135070601111039
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Hubungan
Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS selaku Rektor Universitas Brawijaya Malang.
2. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang.
3. Linda Ratna Wati, SST., M.Kes selaku Ketua Program Studi S1 Kebidanan
4. Dr.dr. Endang Sri Wahyuni, MS. selaku Dosen Pembimbing Kedua yang dengan
iii
5. dr. Maya Devi Arifandi, Sp.OG selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
6. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir FKUB, Rismaina Putri, SST, M.Keb
selaku penanggung jawab Tugas Akhir yang selalu memberikan masukan dan
solusi dari masalah yang dihadapi peneliti dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
7. Yang tercinta ibunda dan ayahanda serta keluarga besar atas segala pengertian,
dan kasih sayangnya yang tulus dan tanpa henti selalu memberikan dukungan.
8. Kedua Orang tua, adik dan keluarga penulis yang selalu memberi doa, dukungan
dan semangat yang luar biasa baik secara material maupun spiritual.
Lail, Nadiya, Ody, Wildan, Ratna, Vero, Tias, Sinta, keluarga TC45 dan seluruh
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yang
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun.
Akhirnya, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Judul i
Halaman Pengesahan ii
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Tabel xi
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1 Remaja 8
vii
2.1.2 Karakteristik Perubahan Fisik Remaja Putri 9
2.3 Sikap 25
4.2.1 Populasi 35
4.2.2 Sampel 35
viii
4.3 Variabel Penelitian 37
ix
BAB 6 PEMBAHASAN
BAB 7 PENUTUP
Lampiran
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Gejala PMS dan Sikap menghadapi Menstruasi pada
Siklus Menstruasi 57
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
32
xiii
DAFTAR SINGKATAN
LH : Luteinizing Hormon
xiv
ABSTRAK
PENDAHULUAN
sampai pada proses kematangan psikososial, seksual, dan emosional, yang ditandai
pada masa remaja ditandai dengan menstruasi pada seorang wanita (Yusuf, 2012).
atau deskuamasi endometrium yang terjadi secara periodik (Wiknjosastro dkk, 2007).
Menstruasi juga merupakan puncak dari kumpulan perubahan yang timbul karena
menimbulkan gejala yang biasanya terjadi 7-10 hari sebelum menstruasi. Gejala yang
dirasakan seperti perut kembung, mudah marah, cemas, sulit tidur dan sulit
emosional, dan prilaku yang terjadi pada wanita masa reproduksi (Suparman dan
Ivan, 2011). Penyebab yang pasti dari sindroma premenstruasi tidak dapat diketahui
tetapi mungkin berhubungan dengan faktor-faktor sosial, budaya, biologi, dan psikis.
Dari penelitian di Asia Pasifik, di ketahui bahwa di Jepang PMS dialami oleh 34 %
1
2
diperkirakan mencapai 85% wanita usia reproduktif (Suparman & Ivan 2011) karena
sebagian besar wanita tidak tahu tentang bagaimana mengatasi keluhan PMS
dengan negara-negara Barat (Mohamadirizi & Kordi, 2013). Jumlah penduduk usia
remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 22,2% dari total penduduk Indonesia yang
terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kurniawan, (2002) dalam Sulaiman,
dengan kualitas hidupnya meliputi kesehatan, aktivitas, dan interaksi sosial yang
dipengaruhi karena adanya serangkaian gejala yang dirasakan yakni sakit kepala,
nyeri perut (dismenorea), sulit konsentrasi, diare, konstipasi, buah dada nyeri, sering
merasa lelah, depresi, mudah tersinggung, mudah marah, tegang, gelisah, rasa
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan Fatma Payam et al., 2015,
menyatakan bahwa sekitar 5-10% dari wanita yang mengalami PMS serius
membutuhkan perawatan. Studi ini dilakukan pada mahasiswi di Turki yang telah
premenstruasi terjadi sekitar 70-90% pada wanita usia subur. Menurut BKKBN (Badan
reproduktif) adalah wanita yang berumur 18–49 tahun yang berstatus belum kawin,
kawin ataupun janda. PMS lebih sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun.
budaya, pendidikan ibu secara individu dan kondisinya saat beraktifitas dan masalah
(Premenstrual Syndrome).
dalam kehidupan wanita, karena pada saat seorang wanita mengalami sindrom
merupakan masalah penting yang dapat menurunkan kepercayaan diri dalam diri
wanita, merusak kesehatan fisik, mental dan sosial, secara negatif mempengaruhi
kehadiran pada saat pelajaran dan prestasi akademik menurun dan akibatnya
yang berhubungan dengan gejala fisik, kognitif, perilaku, dan psikologis. Menurut
premenstruasi yang dialami tersebut dapat berhubungan dengan sikap yang negatif
semua efek menstruasi seperti gejala yang dirasakan mudah marah, perut kembung,
perubahan nafsu makan. Hubungan ini dapat diartikan bahwa individu tersebut tidak
mudah marah, nyeri, perubahan nafsu makan. Chaturvedi dan Chandra (1991)
4
tahun didapatkan 82% mengalami PMS, 64% mengalami PMS sebelum menstruasi,
36% mengalami PMS saat mulai menstruasi, 82% Mengalami gejala PMS seperti
perut terasa kembung, mudah marah, lebih sensitif, 52% tidak ingin melakukan
55% hanya ingin berinteraksi sosial dengan orang tertentu ketika menghadapi
menstruasi, 79% lebih mudah marah saat menstruasi, 58% merasa menstruasi
membuat mereka lelah. Hal tersebut menunjukkan sikap yang negatif. Sikap yang
negatif diartikan sebagai penolakan, memandang menstruasi suatu hal yang buruk
dan merugikan wanita untuk menghadapi menstruasi. Individu dengan sikap negatif
Mereka cenderung akan menciptakan lingkungan yang negatif baik di rumah maupun
dan juga mengenal bahwa premenstruasi sindrom dan menstruasi merupakan suatu
keadaan alamiah dan fisiologis yang dialami seorang wanita. Lalu bagaimana agar
pemahaman atau pengertian itu akan muncul bentuk reaksi sikap positif atau reaksi
sikap negatif itu semua dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni pengalaman pribadi,
massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai dasar pembentuk sikap.
5
Dasar pembentuk sikap akan hadir apabila dengan pengalaman pribadi yang
untuk bertindak namun bukan suatu tindakan dengan rencana tertentu. Oleh karena
itu peneliti ingin mengungkapkan karena belum ada jumlah studi yang cukup untuk
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk
tahun angkatan 2015 – 2016 Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Kota Malang.
Kota Malang.
Kota Malang.
menstruasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Definisi
Masa remaja adalah masa dimana remaja mengalami masa pubertas dan
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun sekunder (Sharma, 2013). Masa
masa remaja ditandai dengan menstruasi pada wanita dan mimpi basah pada pria
(Yusuf, 2012).
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun.
Namun, jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam
dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi
masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam
kelompok remaja.
dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan
8
9
emosi. Untuk mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu memang berubah sesuai
perkembangan zaman. Ditinjau dari segipubertas, 100 tahun terakhir usia remaja putri
mendapatkan haid pertama semakin berkurang dari 17,5 tahun menjadi 12 tahun,
demikian pula remaja pria. Kebanyakan orang menggolongkan remaja dari usia 12-
24 tahun dan beberapa literature yang menyebutkan 15-24 tahun. Hal ini terpenting
(Nirwana, 2011).
Perubahan fisik remaja yaitu terjadinya perubahan fisik secara biologis yang
ditandai dengan kematangan organ seks primer dan sekunder, di mana kondisi
Pada remaja putri ciri-ciri seks sekunder yang timbul yakni tumbuhnya rambut
pubis di sekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besar buah dada, bertambah
➢ Rasa malu
remaja. Biasanya berkaitan dengan membuka diri kepada orang lain, jadi
rasa malu itu timbul seolah-olah remaja tersebut sedang dalam sorotan
➢ Emosional
Emosi merujuk pada satu sifat yang khas. Suatu keadaan biologis dan
Goleman, 2002).
11
mengalami pubertas tidak bisa duduk dan berdiri pada posisi yang sama
dan dalam waktu yang lama. Hal ini dikarena emosi yang meluap-luap,
Remaja pada masa pubertas akan mengasingkan diri jika ada masalah,
kurang baik.
remaja menggapnya ia adalah anak kecil yang masih perlu bimbingan dan
enggan untuk bekerja. Mereka belum terbiasa untuk bekerja, dan sedikit
bekerja mereka sudah mengatakan lelah. Hal ini disebabkan pada masa
12
➢ Antagonisme Sosial
Anak puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah dan
tua dan anak. Faktor penyebab terjadinya antagonisme sosial adalah sifat
ikatan orang tua karena mereka ingin mencari identitas diri (Nirwana,
2011).
menstruasi yang dapat merugikan kesehatan bagi remaja (Dasgupta, 2008). Keluhan
gangguan menstruasi pada remaja dan praktik higienis selama menstruasi yang salah
radang panggul dan bahkan infertilitas (El-Ganiya , 2005; Sharma, 2013). Sebelum
keluhan yang terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi. Gejala
biasanya timbul 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi
PMS (PreMenstrual Syndrome) atau sindroma fase luteal lambat, adalah ciri-
ciri fisik yang kompleks dan gejala yang berhubungan dengan perilaku akan muncul
selama kuranglebih akhir dari siklus menstruasi, yang menghilang ketika dimulainnya
menstruasi.
berulang pada uterus dan organ – organ yang dihubungkan pada saat pubertas dan
berakhir pada saat menopause. Siklus menstruasi bervariasi dari 18 sampai 40 hari,
rata – rata 28 hari. Siklus menstruasi terbagi menjadi emapat fase yang ditandai
1. Fase Menstruasi
endometrium dan stromal, sel – sel darah tua, dan sekresi kelenjar.
siklus, dan kadar FSH baru mulai meningkat. Pada ovarium, ovum baru
mulai matur dalam vesikula atau ovisac yang disebut folikel graafian.
14
2. Fase Proliferatif
Lapisan dinding uterin tumbuh dan menebal delapan sampai sepuluh kali
Pada fase ini diawali oleh ovulasi sebagai respon terhadap tingginya
10 hari setelah ovulasi, atau pada hari ke 23 pada siklus 28 hari. Ovum
Bila ovum tidak dibuahi, maka akan terjadi fase premenstrual atau fase
menjadi menyusut dan mati karena iskemia (kurang darah). Pada fase
a. Fase folikular
dari sebuah ovum dan dua lapisan sel yang mengelilingi. Lapisan
oleh lapisan sel teka interna. Dalam folikel deGraaf oosit primer
b. Fase luteal
Pada wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan secara teratur
mengeluarkan darah dari alat kandungannya yang disebut menstruasi (haid). Pada
turunnya kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi.
kembung. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam
melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Penyebab yang pasti dari
oleh organ tubuh, yang bekerja dalam memacu fungsi organ tubuh
yang tinggi dalam darah bisa menyebabkan stress. Pada stress terjadi
bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam
Suddarth, 2001).
makan atau pola makan adalah cara seseorang dalam memilih dan
fisiologi, budaya dan sosial. Makanan sampah atau junk food kini
lemak jenih, kolesterol dan natrium tinggi. Proporsi lemak lebih dari
50% total kalori yang terkandung dalam makanan itu (Arisman, 2007).
tekanan psikologi.
Lebih sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun (Nugroho, 2014). Studi
sedang sampai berat yang berkaitan dengan siklus menstruasi. Sedangkan menurut
Fatma Payam et al., 2015, diketahui bahwa PMS terutama mempengaruhi yang muda
dan muncul pada masa remaja pada tingkat 25% dan rata-rata sekitar usia 14-15
tahun atau 2 tahun yang setelah menarche, sekitar 7 dari 80-95% wanita usia
Pada setiap wanita memiliki gejala atau keluhan dan berat gejala yang
berbeda-beda pada setiap bulan. Gejala dapat berupa payudara terasa penuh dan
nyeri, bengkak, sakit kepala, kelelahan, peningkatan nafsu makan terutama pada
makanan yang terasa asin dan manis, iritabilitas dan ketidakstabilan perasaan,
depresi, kesulitan dalam konsentrasi, keluar air mata, dan kecenderungan untuk
Perubahan fisik:
22
a. Nyeri punggung
e. Sembelit
f. Pusing
g. Pingsan
h. Sakit kepala
j. Hot flashes (kulit wajah, leher, dada tampak merah dan teraba hangat)
k. Sulit tidur
l. Tidak bertenaga
a. Mudah marah
b. Cemas
c. Depresi
d. Mudah tersinggung
e. Gelisah
23
Perubahan mental:
a. Bimbang
b. Sulit berkonsentrasi
c. Pelupa
hari menjelang menstruasi (Nugroho, 2014). Tidak ada diagnosis yang objektif untuk
bisa mengurangi asupan gula, cafein, dan alkohol, menambah asupan karbohidrat
dan lebih sering untuk makan. Untuk mengurangi sakit kepala, nyeri karena kram
rahim dan nyeri persendian, bisa diberikan obat anti peradangan non steroid. Rasa
cemas dan gelisah bisa dibantu dengan menjalani latihan relaksasi dan meditasi.
Fluoxetine merupakan antidepresan golongan SSRI yang memiliki waktu paruh yang
lebih panjang dibandingkan dengan anidepresan golongan SSRI yang lain, sehingga
24
fluoxetine dapat digunakan satu kali sehari (Mann, 2005). Fluoxetine bisa mengurangi
depresi dan gejala lainnya. Biasanya diberikan vitamin B6, kalsium da magnesium
(Nugroho, 2014).
Psikoterapi juga baik dilakukan pada seorang wanita yang mengalami PMS.
yakni terapi yang dilakukan dalam sebuah kelompok dan biasanya dipilih kelompok
terapi dengan kondisi anggota yang satu tidak jauh beda dengan anggota yang lain
sehingga proses penyembuhan dapat berjalan lebih efektif. Dalam psikoterapi ini
dilakukan terapi pernafasan dan teknik relaksasi ketika menghadapi kecemasan serta
sugesti bahwa kecemasan yang muncul adalah tidak realistis (Hawari, 2008).
ringan (gejala hilang timbul, terutama saat beraktivitas sehari-hari dan menjelang
sepanjang hari, tidak dapat tidur dan sering terjaga akibat gejala atau nyeri), 6=
Perubahan yang sangat berat atau ekstrim. Kemudian menurut Maslim (2013)
terdapat kategori yang sama dalam pemberian scoring PMS yang berbeda hanya
minimal atau sangat ringan (gejala tidak mengganggu kegiatan sosial dan aktivitas
mengganggu kegiatan sosial dan aktivitas sehari-hari, gejala muncul minimal dalam 2
dan aktivitas sehari-hari, gejala muncul minimal dalam 2 episode PMS), 6= Perubahan
2.3 Sikap
2.3.1 Definisi
motif tertentu. Dalam hal ini muncul juga konsep sikap atau “attitude” yaitu sikap
mental berisi kesediaan individu untuk bereaksi dan bertindak terhadap objek-objek
tertentu.
Dalam hal ini, determinan sikap adalah pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
emosi. Menurut Azwar (2013), sikap memiliki tiga komponen perceptual, yang
Struktur Sikap :
menerima kondisi tersebut suatu hal yang alamiah yang harus dihadapi
seorang wanita.
sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut. Sebagai contoh ada
oleh suatu kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan
berlaku bagi objek yang dimaksud. Bila kita percaya bahwa menstruasi
dihadapinya.
➢ Menurut Heri Purwanto (1998 : 63), sikap dapat bersifat positif dan
Secara ringkas, sikap positif artinya perilaku baik yang sesuai dengan nilai-
sikap negatif ialah sikap yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
Menurut Attkinson dkk., seperti dikutip dalam Sunaryo (2004), sikap memiliki
1. fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau
2. Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari
3. Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada
dirinya. sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil individu
sikapnya akan tercemin dalam tutur kata, perilaku, dan perbuatan yang
4. Fungsi pengetahuan, yaitu setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu,
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Interaksi sosial mengantung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan
hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial,
terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan individu
29
yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku
a. Pengalaman Pribadi
Apa yang sudah dan yang akan dialami akan ikut membentuk dan
membentuk sikap positif ataukah sikap negatif, akan tergantung pada berbagai
faktor lain. Untuk dapat menjadi dasar pembentuk sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
tidaklah semudah itu karena suatu pengalaman tunggal jarang sekali menjadi
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen social yang
seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan
pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kekecewakan, atau seseorang
yang berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi
dianggap bagi individu adalah orangtua, orang yang status sosialnya lebih
tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami, dan
lain-lain.
c. Pengaruh Kebudayaan
didalamnya.
d. Media Massa
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang
31
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-
ajarannya.
Suatu contoh bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah
merukan antuk sikap negative yang didasari oleh kelainan kepribadian pada
Menstruasi
Faktor Penyebab Sindrom
Premenstruasi (PMS) :
Kondisi Hormonal dalam PMS (PreMenstrual
a. Faktor Hormonal Syndrome) : Estrogen meningkat, Progesteron
b. Faktor
menurun
Neurotransmitter
c. Faktor Pola
Konsumsi Gejala PMS (PreMenstrual
d. Faktor Pola Syndrome):
Olahraga
e. Faktor Genetik perubahan fisik, perubahan
f. Faktor Psikologis suasana hati, perubahan mental
a. Pengalaman Pribadi
b. Pengaruh Orang lain yang
dianggap penting Sikap Menghadapi
c. Pengaruh Kebudayaan Menstruasi
d. Media Massa
e. Lembaga Pendidikan dan
Agama
f. Pengaruh Faktor Emosional
Sikap Sikap
Positif Negatif
32
33
menimbulkan gejala yang biasanya terjadi 7-10 hari sebelum menstruasi. Gejala yang
dirasakan yakni adanya perubahan fisik, perubahan suasana hati dan perubahan
mental. Gejala dalam PMS diklasifikasikan menjadi gejala ringan, gejala sedang dan
gejala berat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor hormonal, faktor
neurotransmitter, faktor pola konsumsi, faktor pola olahraga, faktor genetik dan faktor
psikologi. Gejala yang dirasakan oleh setiap remaja putri akan berbeda – beda dan
menimbulkan sikap dalam menghadapi menstruasi yang berbeda – beda juga. Sikap
dipergaruhi oleh pembentuk sikap itu sendiri. Pembentuk sikap yakni pengalaman
massa, lembaga pendidikan dan agama, pengaruh emosional. Dalam hal tersebut
dimana apabila semakin berat gejala yang dirasakan maka menimbulkan sikap negatif
menghadapi menstruasi.
BAB 4
METODE PENELITIAN
cross sectional. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara
simultan pada suatu saat jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2008).
4.2.1. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Mahasiswi Program Studi
Brawijaya Malang.
4.2.2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswi Program Studi
a. Besar Sampel
35
36
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
125
n = 1+125(0,1)2 = 55,55
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan besar sampel 56 mahasiswi Program Studi
Brawijaya yang sesuai dengan kriteria inklusi. Sampel harus ditambah dengan jumlah
lost to follow atau lepas selama pengamatan, biasanya diasumsikan 10% sehingga
b. Teknik Sampling
c. Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
menstruasi berturut-turut.
37
2. Kriteria Eksklusi
menstruasi.
menggunakan kuesioner dari Allen, et al (1991) yang telah dimodifikasi, dengan enam
pertanyaan dan pilihan jawaban yaitu : sangat tidak baik (Sangat Setuju) : 76-100%,
tidak baik (Setuju) : 51-75%, baik (Tidak Setuju) : 26-50%, sangat baik (Sangat Tidak
Setuju) : 0-25%.
pengujian validitas menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Hasil uji
5% dengan hasil probabilitas kurang dari 0,05 maka instrument dinyatakan valid.
Nilai reliabilitas dilihat dari nilai cronbach alpha. Reabilititas pada 9 pertanyaan
dalam kuesioner PMS menunjukkan nilai cronbach alpha 0,802 dan pada 20
No. Variabel Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. PreMenstrual Syndrome (PMS) 1 = Tidak ada perubahan Kuesioner 1. Ringan = 9-23 Ordinal
merupakan kumpulan suatu gejala 2. Sedang = 24-38
2 = Perubahannya minimal atau
(seperti nyeri tekan pada payudara, 3. Berat = 39-54
sangat ringan
nyeri punggung, perut terasa tiak
nyaman, mudah marah dan sedih) 3 = Perubahannya ringan (gejala
yang timbul sebelum dan saat hilang timbul, terutama saat beraktivitas
menstruasi. sehari-hari dan menjelang tidur, jarang
membutuhkan obat pereda nyeri)
menghadapi menstruasi.
1. Editing
2. Scoring
berikut :
a. Gejala ringan = 9 - 23
b. Gejala sedang = 24 - 38
c. Gejala berat = 39 - 54
3. Coding
adalah:
4. Tabulasi
editing, scoring dan coding selesai. Dalam penelitian ini data yang
1. Univariat
2. Bivariat
2015).
Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti harus dinyatakan lulus uji Ethical
Clearance yang memenuhi aspek etika penelitian dan mengajukan permohonan ijin
menghadapi menstruasi.
Penelitian ini dilakukan tanpa adanya unsur menyakiti atau melukai perasaan
responden sehingga lembar informasi dan kuesioner dalam penelitian ini tidak
penelitian.
BAB 5
Malang. Program Studi S1 Kebidanan ini menjadi salah satu dari 5 program studi yang
beralamat di JL. Veteran Malang 65145, Malang, Jawa Timur. Program studi ini
Studi S1 Kebidanan pada tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 299 mahasiswi dengan
angkatan 2016.
48
49
ini. Selama penelitian berlangsung tidak ada responden yang mengalami droup out
sehingga jumlah sampel yang diuji analisis terdapat sebanyak 61 sampel. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara PMS dengan sikap menghadapi
Universitas Brawijaya Malang. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner PMS dan
Malang.
mengurangi gejala PMS, sumber informasi tentang PMS, kebudayaan tersendiri saat
125 seluruh mahasiwi tahun ajaran 2016-1027 angkatan 2015 dan 2016 yang
50
mengalami siklus teratur 119 mahasiswi dan 6 mahasiswi mengalami siklus tidak
17
Responden,28
%
44
Responden,
72%
berikut.
Aktifitas Olahraga
27 Responden, 34 Responden,
44% 56%
2 Responden,
3%
59 Responden,
97%
mengurangi PMS.
53
diagram berikut.
5 Responden,
8%
16 Responden,
26%
40 Responden,
66%
mengetahui, dan memahami PMS dari ibu, 5 responden mengenal, mengetahui, dan
Hasil penelitian budaya atau adat saat menstruasi disajikan dalam diagram
berikut.
3 Responden,
5%
58 Responden,
95%
budaya atau adat tersendiri saat menstruasi menggambarkan bahwa total dari 61
responden penelitian, 58 responden tidak memiliki budaya atau adat tertentu saat
menstruasi dan 3 responden memiliki budaya dan adat saat menstruasi yakni untuk
tidak mencuci rambut dan memotong kuku saat seorang wanita mengalami
menstruasi.
55
Berikut ini akan disajikan paparan secara deskriptif tentang variabel gejala
dibawah ini.
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Gejala PMS pada mahasiswi Program Studi S1
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang pada Siklus
Menstruasi
Total 61 100,0
50,8% yang mengalami gejala PMS ringan, 25 responden atau 41,0% yang
mengalami gejala PMS sedang dan 5 responden atau 8,2% yang mengalami gejala
Sangat Baik - -
Baik 32 52,5%
Total 61 100%
52,5% yang memiliki sikap menghadapi menstruasi baik, 25 responden atau 41,0%
yang memiliki sikap menghadapi menstruasi tidak baik dan 4 responden atau 6,6%
yang memiliki sikap menghadapi menstruasi sangat tidak baik pada siklus menstruasi
selama penelitian.
korelasi ini menggunakan uji korelasi Spearman Rank dengan program SPSS 20.0 for
57
Windows. Hasil analisa dikatakan terdapat hubungan PMS dengan sikap menghadapi
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Gejala PMS dan Sikap menghadapi Menstruasi pada
Siklus Menstruasi
Sikap Total
Pada tabel tersebut terlihat bahwa 50,8% yaitu 31 responden dengan gejala
baik, 6,6% yaitu 4 responden gejala PMS berat menunjukkan sikap menghdapi
menstruasi yang sangat tidak baik. Dari hasil uji korelasi tersebut juga didapatkan
besar signifikan p (0,000) <0,05, sehingga dalam penelitian pada siklus pertama
menstruasi hasil bahwa H0 ditolak dan H1 diterima dengan artian ada hubungan antara
gejala PMS dengan sikap menghadapi menstruasi pada mahasiswi Program Studi S1
Spearman Rank pada penelitian ini menunjukkan bahwa besar korelasi (r) antara
58
variabel 1 dan 2 adalah 0,967 yang bearti gejala PMS dan sikap menghadapi
PEMBAHASAN
teratur. Beberapa literature menyebutkan bahwa siklus menstruasi menjadi salah satu
menimbulkan suatu gejala yang dirasakan seperti cemas, mudah marah, sulit
setiap bulan tersebut akhirnya membentuk siklus menstruasi. Kejadian yang berulang
Pengalaman pribadi merubakan salah satu faktor pembentuk sikap. Dalam hal ini
menstruasi dan PMS memberikan kesan yang kuat karena setiap individu merasakan
59
60
mengalami PMS dan 17 riwayat keluarga responden tidak pernah mengalami PMS.
Beberapa literature menyebutkan bahwa faktor genetik menjadi salah satu faktor
dalam premenstruasi sindrom. Faktor genetik dapat dilihat dari riwayat keluarga.
Menurut Amjad, dkk (2014) menemukan bahwa terdapat hubungan antara riwayat ibu
dan saudara kandung perempuan dengan kejadian PMS. Dimana seseorang yang
memiliki ibu dan/atau saudara kandung perempuan yang mengalami PMS lebih
banyak yang menderita PMS, dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki
ibu dan/atau saudara kandung perempuan yang mengalami PMS (Amjad dkk., 2014).
Hal ini berarti seorang individu yang memiliki riwayat keluarga PMS akan cenderung
mengambil sikap yang serupa dengan orangtuanya. Menurut Yuliana (2014) dalam
Beberapa literature menyebutkan bahwa faktor olahraga menjadi salah satu faktor
dalam premenstruasi sindrom. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang
61
kebugaran jasmani dan prestasi (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Olahraga seperti
senam, jalan kaki, bersepeda, joging ringan, atau berenang yang dilakukan sebelum
dan selama haid dapat membuat aliran darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar,
Menurut Saryono dan Sejati (2009) yang menyatakan bahwa pada sebagian
besar wanita, olahraga mampu mengurangi gejala PMS yaitu mengurangi kelelahan,
simpatis, yaitu suatu kondisi yang menurunkan detak jantung dan mengurangi sensasi
cemas. Olahraga teratur juga dapat mengurangi stress, meningkatkan pola tidur yang
teratur, dan meningkatkan produksi endorphin (pembunuh rasa sakit alami tubuh),
mood, kecemasan, gairah seksual, dan perubahan suasana hati (Saryono, 2009).
Rasa nyeri karena retensi cairan dan rasa tidak enak pada payudara juga berkurang
dan atau berkurangnya prostaglandin (Emilia, 2008). Selain itu beta endorphin dapat
merelaksasikan otot-otot dalam tubuh terutama otot sekitar bagian perut yang dapat
menyebabkan aliran darah menjadi lancar sehingga nyeri dapat berkurang. Endorphin
juga berperan dalam mengendalikan nafsu makan dan pelepasan hormon seks
(Tania, 2007).
62
Manfaat olahraga akan dapat lebih dirasakan apabila dilakukan secara cukup.
Olahraga cukup artinya dilakukan sesuai takarannya, yaitu dilakukan 3-5 kali dalam
satu minggu selama 20-60 menit dan mencapai denyut nadi sasaran. Menurut Fatma
obatan yang sering digunakan untuk mengurangi gejala PMS ini antara lain yakni
asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) dapat mengurangi gejala PMS seperti
dismenorhea dan menoragia. Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang
sensitif dengan aspirin atau yang memiliki risiko ulkus peptikum. Selanjutnya
penggunaan kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala PMS seperti dismenorhea dan
oral yang dapat diberikan adalah kontrasepsi pil progestin (minipil). Obat penenang
seperti alprazolam atau triazolam dapat digunakan pada wanita yang merasakan
digunakan bagi mereka yang memiliki gejala PMS yang parah (Wiknjosastro, 2007).
63
Konsumsi suplemen vitamin dan mineral seperti vitamin B dan magnesium dapat
membantu menjaga tubuh dari tekanan stres (Hapsari, 2009). Menurut Fatma Payam
(2015) penting untuk mengurangi gejala PMS karena apabila gejala PMS sudah
memahami PMS dari media massa seperti internet, majalah, radio, 16 responden
mengetahui, dan memahami PMS dari teman. Menurut Fatma Payam (2015)
menyatakan sumber informasi yang didapat memiliki hubungan PMS dengan sikap
menghadapi menstruasi. Hasil penelitian dari Gustina (2015), Sumber informasi dapat
diperoleh dari mana saja seperti dari media cetak atau elektronik, internet, lingkungan
sekitar (rumah, sekolah dan teman). Hal ini sesuai dengan penelitian dari Yulianti
(2016), sumber informasi yang paling banyak diperolah remaja adalah dari lingkungan
seperti orang tua. Menurut Stuart & Sundeen (2010) kurangnya informasi yang
kecemasan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Kisa et al (2012) seseorang yang
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai menstruasi mengalami gejala PMS lebih
sering dan menunjukkan sikap yang negative terhadap menstruasi. Sumber informasi
dapat membentuk sikap seseorang sehingga penting bagi seorang remaja putri untuk
64
mengenal, mengetahui, dan memahami PMS lebih luas sehingga dapat mengatasi
tentang PMS yakni dari 61 responden, 58 responden tidak memiliki budaya atau adat
tertentu saat menstruasi dan 3 responden memiliki budaya dan adat saat menstruasi
yakni untuk tidak mencuci rambut dan memotong kuku saat seorang wanita
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Burrhus Frederic Skinner (1996)
akan disaring sesuai dengan budaya yang ada dan kepercayaan yang dianut.
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah karena kebudayaan memberi corak
keramas selama haid tidak memiliki penjelasan secara medis. Khususnya larangan
keramas, semua hal itu jelas tidak tepat. Terutama perempuan yang sedang
yang menerangkan bahwa sejumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan
dengan siklus menstruasi. PMS adalah berbagai gejala fisik, psikologis, dan
(Proverawati, 2009).
Etiologi dari PMS belum dapat diketahui namun mungkin dapat disebabkan
menjadi tiga jenis perubahan yakni Perubahan fisik: nyeri punggung, perut terasa
kembung, payudara terasa penuh dan nyeri, perubahan nafsu makan, sembelit,
pusing, pingsan, sakit kepala, daerah panggul terasa berat dan tertekan, hot flashes
(kulit wajah, leher, dada tampak merah dan teraba hangat), sulit tidur, tidak bertenaga,
mual dan muntah, kelelahan yang luar biasa, kelainan kulit (misalnya jerawat dan
badan. Perubahan suasana hati: mudah marah, cemas, depresi, mudah tersinggung,
berkonsentrasi, pelupa.
66
suasana hati, emosi, perilaku, timbulnya mood yang positif dan kenyamanan, namun
progesterone justrun menurunkan hal tersebut, hal ini terjadi karena dalam fase luteal
dan dihubungkan dengan perubahan yang terjadi pada system saraf pusat (Poroma,
Smith, dan Gulinello, 2003). Penyuluhan yang perlu diberikan pada wanita yang
terbaru mengenai PMS dan cara pengobatan kepada klien, keluarganya dan
Kemudian ajarkan diet seperti mengurangi garam dan kafein, juga lakukan olahraga
danstategi untuk mengurangi stress. Selain itu menganjurkan klien untuk mencatat
kapan dan apa saja yang dialaminya selama tiap siklus menstruasi untuk dapat
mengkaitkan tiap gejala dan tahap-tahap siklus menstruasi dengan lebih baik.
Tingkatkan juga percakapan dalam keluarga tentang gejala PMS yang dialami oleh
klien sehingga keluarga dapat mengerti dan tidak menyalahkan klien karna tingkah
Dari hasil penelitian gejala PMS pada siklus menstruasi diketahui bahwa
terdapat sebanyak 31 responden atau 50.8% yang mengalami gejala PMS ringan, 25
responden atau 41% mengalami gejala PMS sedang, 5 responden atau 8,2%
mengalami gejala PMS berat. Ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden
memiliki gejala PMS ringan. Gejala PMS dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
67
salah satunya adalah aktifitas olahraga. Seseorang yang sering melakukan aktifitas
olahraga dapat meringankan gejala PMS. Dalam hal ini responden melakukan aktifitas
Menurut Saryono dan Sejati (2009) menyatakan bahwa pada sebagian besar
wanita, olahraga mampu mengurangi gejala PMS yaitu mengurangi kelelahan, stress
suatu kondisi yang menurunkan detak jantung dan mengurangi sensasi cemas.
Olahraga ringan seperti senam, jalan kaki, bersepeda, joging, atau berenang yang
dilakukan sebelum dan selama haid dapat membuat aliran darah pada otot sekitar
rahim menjadi lancar, sehingga rasa nyeri dapat teratasi. Untuk meredakan gejala dari
(Nurcahyo, 2008). Olahraga secara teratur yang dapat mencegah atau mengurangi
sindrom pramenstruasi, sedangkan pada wanita yang tidak rutin melakukan olahraga
maka hormon esterogen akan lebih tinggi sehingga kemungkinan akan terjadi sindrom
dilakukan oleh Nurlaela et al (2008), yang melakukan studi deskriptif terhadap wanita
menunjukan dari sampel 119 wanita didapatkan 68 wanita (57,1%) yang rutin
sedikit dari pada yang tidak rutin melakukan senam aerobik. Menurut Lu (2001)
terhadap stimulus ataupun objek tertentu. Jadi, sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. (Sunaryo,
2004). Sikap merupakan rekasi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
motif tertentu.
Faktor yang mempengaruhi sikap menurut Sunaryo 2004, ada dua faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal berasal dari dalam individu itu sendiri. Dalam hal ini individu
menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang dating dari luar, serta
menentukan mana yang akan diterima atau tidak diterima. Sehingga individu
merupakan penentu pembentukan sikap. Faktor internal terdiri dari faktor motif, faktor
Faktor eksternal ini faktor yang berasal dari luar individu, berupa stimulus
untuk mengubah dan membentuk sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung
dan tidak langsung. Faktor eksternal terdiri dari faktor pengalaman, situasi, norma,
hambatan dan pendorong. Menurut azwar 2007, ciri ciri sikap yakni sukap bukan
dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan hidup,
sikap dapat berubah-ubat karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah
69
bila terdapat keadaan dan syarat tertentu, sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa
mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Objek sikap merupakan suatu
hal tertentu tetapi dapat juga kumpulan suatu hal. Sikap mempunyai segi-segi
motivasi dari segi-segi perasaan. Sikap juga dapat berlangsung lama atau sebentar.
responden atau 6,6% sikap sangat tidak baik menghadapi menstruasi. Ini
menstruasi. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya
mendapatkan sumber informasi terkait PMS dari media massa, ibu dan teman.
Menurut Kisa et al, mengatakan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan kurang
mengenai menstruasi dan PMS mengalami PMS lebih sering sehingga mengganggu
kehidupan sehari-hari maka dari itu penting bagi seorang remaja putri untuk
mengenal, mengetahui, dan memahami PMS lebih luas sehingga dapat mengatasi
gejala PMS dengan sumber informasi yang terpercaya. Menurut hasil penelitian dari
Gustina (2015), Sumber informasi dapat diperoleh dari mana saja seperti dari media
cetak atau elektronik, internet, lingkungan sekitar (rumah, sekolah dan teman).
Menurut Stuart & Sundeen (2010) kurangnya informasi yang diperoleh seseorang
mengurangi PMS dan sikap dalam menghadapi menstruasi perlu adanya factor
pembentuk sikap itu sendiri salah satunya yakni sumber informasi yang didapat.
Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data mengenai gejala PMS dan
menunjukkan sikap menghadapi menstruasi tidak baik, 6,6% yaitu 4 responden gejala
PMS berat menunjukkan sikap menghadapi menstruasi yang sangat tidak baik. Hasil
uji analisis bivariat gejala PMS dengan sikap menghadapi menstruasi menggunakan
uji korelasi Spearman Rank. Hasil uji korelasi Spearman Rank pada penelitian ini
menunjukkan bahwa besar korelasi (r) antara variabel 1 dan 2 adalah 0,967 yang
berarti gejala PMS dan sikap menghadapi menstruasi memiliki hubungan, sehingga
dalam penelitian pada kedua siklus menstruasi hasil bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
dengan artian ada hubungan antara gejala PMS dengan sikap menghadapi
Universitas Brawijaya Malang, dengan demikian hipotesis (H1) diterima pada selang
kepercayaan 95% (p<0,05) dan didapatkan hubungan antara kedua variabel yang
71
diteliti. Dimana gejala PMS ringan yang dialami maka sikap baik menghadapi
menstruasi.
dengan sikap menghadapi menstruasi adalah bermakna. Hal ini bermakna bahwa
semakin ringan gejala PMS yang dialami maka semakin baik sikap menghadapi
menstruasi dan PMS karena dengan begitu akan dapat menerima PMS dan
memahami dan mengenal terkait PMS akan dengan mudah untuk menangani gejala
mengetahui, mengenal dan memahami menstruasi dan PMS akan merasa menstruasi
dan PMS merupakan suatu kondisi yang melelahkan dan tidak dapat menangani PMS
dengan baik sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari yang dapat. Hasil penelitian
ini sejalan dengan Fatma Payam (2015) mengungkapkan bahwa dengan timbulnya
gejala sindrom premenstruasi yang dialami tersebut memiliki hubungan dengan sikap
penolakan terhadap semua efek menstruasi seperti gejala yang dirasakan mudah
marah, perut kembung, perubahan nafsu makan, dan berkurangnya keinginan untuk
PMS dan menstruasi. Hubungan ini dapat diartikan bahwa individu tersebut tidak
menghadapi menstruasi. Sung Min Hae (2016) mengungkapkan lebih dari 75% wanita
korea mengalami PMS 3% sampai 8% kasus merasa kesulitan dalam beraktifitas atau
dalam melakukan pekerjaan hal ini menunjukkan sikap yang negatif yang diartikan
produktivitas kerja, sekolah dan hubungan interpersonal penderita yang cukup besar
(Eddy dan Ivan Rifai Sentosa, 2010). Premenstruasi sindrom sering mengganggu
terganggunya hubungan antar manusia (Supriyatna, 2007). Oleh karena itu penting
dalam melakukan suatu kegiatan sangat bergantung kepada persepsi atau ingatan
pendoman bagi bidan dalam memberikan penyuluhan kepada remaja putri seputar
PENUTUP
Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang
hubungan antara gejala PMS dengan sikap menghdapi menstruasi pada mahasiswi
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Terdapat hubungan linier antara gejala PMS dengan sikap menghadapi
74
75
yakni untuk tidak mencuci rambut dan memotong kuku saat seorang wanita
mengalami menstruasi.
7.1.3 Sebanyak 31 mahasiswi dari 61 mahasiswi atau 50.8% yang mengalami gejala
PMS ringan.
7.2 Saran
maka diharapkan dapat memahami, mengenal dan mengetahui terkait menstruasi dan
PMS sehingga dapat menerima menstruasi dan PMS dengan baik serta mengetahui
bahwa PMS adalah keadaan fisiologis sehingga tidak selalu membutuhkan obat-
satu siklus atau minimal 6 bulan dengan meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi
PMS dan sikap menghadapi menstruasi. Sehingga dapat diketahui faktor lain yang
Arisman, MB. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Pelajar
Medicine.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
76
77
untuk Mencapai Puncak Prestasi, Alih Bahasa: oleh Alex Tri K, Widodo. PT.
Gustina, Erni. 2015. Sumber Informasi dan Pengetahuan Tentang Menstruasi Hygine
Agustus 2016
Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11st ed. Jakarta :
Hawari D. 2008. Manajemen Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
and Stress on Burnout among Clinical Nurses. Korean J Women Health Nurs.
Taiwanese women. J Adv Nurs 2001; 33 (5): 621-8. doi: 10.1046/j. 1365 -
2648.2001.01705.x.
Mann, J. J., 2005. The Medical Management of Depresssi, The New England Journal
Masho, S.W., Adera, T., South-Paul, J. 2005. Obesity As A Risk Factor For
26(1):33-39.
Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
Mohamadirizi. S., Kordi. M., 2013. Association between menstruation signs and
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3877464/?report=reader.
Özlem Aşcı, Fulya Gökdemir, Hatice Kahyaoğlu Süt, Fatma Payam. The Relationship
179-187
Purwanto, Heri. 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Yogyakarta: Deepublis
Sharma, P., Jha, A.B., Dubey, R.S., & Pessarakli, M. 2012. Reactive Oxygen Species,
Ilmu
Solso, R. 2008. Psikologi Kognisi Edisi Ke-8. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Song JE, Chae HJ, Jang WH, Park YH, Lee KE, Lee SH, et al. The Relationship
doi.org/10.4069/ kjwhn.2013.19.2.119
Steiner, M et al., 2000. Mood Disorder in Women, London, Martin Dunitz Ltd, 1st
edition, p 269-285.
Sulaiman, dan Saifullah. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi. Jakarta: Graha Ilmu
81
Walgito, Bimo. 1993. Peran Orang Tua dalam Pembentukan Kepercayaan Diri : Suatu
WHO. World Health Organization. 2007. Usia Remaja. World Health Organization.
William dan Wilkins 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis,
Yulianti E, Rahayu T, Mercuriani IS. Potensi Ekstrak Sirih Merah (Piper crocatum ruiz
Remaja Rosdakarya.