Anda di halaman 1dari 89

HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN KEPATUHAN

PROTOKOL KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN


COVID-19 DI ERA NEW NORMAL

(Studi di wilayah RT002/RW001 Kelurahan Mlajah


Kabupaten Bangkalan)

PROPOSAL

Oleh:

MOHAMMAD SYAIFUL BAHRI


NIM. 17142010105

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2021
HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN KEPATUHAN
PROTOKOL KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN COVID-
19 DI ERA NEW NORMAL
(Studi di wilayah RT002/RW001 Kelurahan Mlajah
Kabupaten Bangkalan)

PROPOSAL
Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi
Sarjana Keperawatan

Oleh :

MOHAMMAD SYAIFUL BAHRI


NIM. 17142010105

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

iii
HALAMAN PENGESAHAN

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala

rahmat, karunia, maghfiroh dan hidayahNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal dengan judul “Hubungan Media Sosial Dengan

Kepatuhan Protokol Kesehatan Dalam Encegahan Covid-19 Di Era New

Normal”. Proposal ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

Program Studi Keperawatan STIKes Ngudia Husada Madura.

Dalam penyusunan proposal ini penulis menyadari adanya kekurangan dan

kertebatasan, namun berkat bantuan, bimbingan, petunjuk serta dorongan dari

semua pihak, proposal ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Selanjutnya ucapan terimakasih yang tak terhingga dan setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Dr. Mustofa Haris, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Ngudia Husada

Madura yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan di STIKes Ngudia Husada Madura.

2. Dr. Fitriah, S.Kep., Ns., M.Pd., M.,Kep selaku Pembina Yayasan Ngudia

Husada Madura yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di STIKes Ngudia Husada Madura.

3. Dr. M. Hasinuddin, S.Kep., Ns., M. Kep selaku Ketua STIKes Ngudia Husada

Madura yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan di STIKes Ngudia Husada Madura sekaligus selaku

pembimbing yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan semangat

serta dukungan dalam menyelesaikan Proposal.

v
4. Ulva Noviana, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Wakil Ketua I STIKes Ngudia

Husada Madura yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di STIKes Ngudia Husada Madura.

5. Merlyna Suryaningsih, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi

Keperawatan STIKes Ngudia Husada Madura yang telah memberikan

kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di

STIKes Ngudia Husada Madura.

6. Rahmad Wahyudi, S.Kep., Ns., M.AP., M.Kep selaku wali kelas sekaligus

selaku pembimbing yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan

semangat serta dukungan dalam menyelesaikan Proposal.

7. Qurrotu Aini, S.Kep., Ns., M.Kes selaku PJ Skripsi Tahun 2021 yang telah

memberikan petunjuk dan arahan.

8. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staf STIKes Ngudia Husada Madura yang

telah membantu dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

9. Bapak ketua RT002 Mlajah Kabupaten Bangkalan telah memberikan ijin untuk

melakukan tugas akhir atau penelitian.

10. Bapak, ibu dan keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan moral

dan materi, motivasi, restu serta do’a yang berlimpah sehingga Proposal ini

dapat diselesaikan Allhamdulilah.

11. Serta tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman

Keperawatan 2017 yang selalu memberikan semangat sehingga bisa

menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa Proposal Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari

vi
pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan penulis dalam perbaikan

dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi peneliti

khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bangkalan, 15 Maret 2021


Penulis

Mohammad Syaiful Bahri

vii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM………………………………………….…………………….ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiiv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiiiv
DAFTAR SINGKATAN ATAU ISTILAH........................................................xivi
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar belakang 1
1.3 Batasan Masalah 6
1.4 Rumusan Masalah 6
1.5 Tujuan Masalah 8
1.5.1 Tujuan Umum 8
1.5.2 Tujuan Khusus 8
1.6 Manfaat Penelitian 8
1.6.1 Teoritis 8
1.6.2 Praktis 8
1.7 Penelitian Terdahulu 9
BAB 2....................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................10
2.1 Konsep Dasar COVID-19 10
2.1.1 Epidemiologi 10
2.1.2 Virologi 11
2.1.3 Tranmisi 12
2.1.4 Patogenesis 13
2.1.5 Faktor Resiko 15
2.1.6 Manifestasi Klinis 16
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang 18
2.1.8 Diagnosis 21

viii
2.1.9 Tatalaksana 23
2.1.10 Pencegahan 23
2.2 Konsep Dasar Media Sosial 28
2.2.1. Definisi Media Sosial 28
2.2.2. Ciri-ciri Media Sosial 29
2.2.3. Jenis Media Sosial 29
2.2.4. Kelebihan Media Sosial 31
2.2.5. Jenis aplikasi sosial 31
2.2.6. Penggunaan media sosial 31
2.2.6 Media sosial dimasa pandemi 32
2.3 Konsep Kepatuhan Protokol Kesehatan 33
2.3.1 Definisi kepatuhan 33
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan 33
2.5 Hipotesis penelitian 38
BAB 3....................................................................................................................39
METODE PENELITIAN.......................................................................................39
3.1 Desain Penelitian 39
3.2 Identifikasi Variabel 40
3.2.1 Variabel Independen (Bebas) 40
3.2.2 Variabel Dependen (Terikat) 40
3.3 Definisi Operasional 40
3.4 Populasi dan Sampel 41
3.4.1 Populasi 41
3.4.2 Sampel 42
3.4.3 Besar Sampel 43
3.4.4 Teknik Sampling 44
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian 44
3.6 Alat Pengumpulan Data 44
3.7 Validitas dan Reabilitas 45
3.7.1 Uji Validitas 45
1.7.2 Uji Reliabilitas 45
3.8 Etika Penelitian 46
3.8.1 Nilai Sosial 47
3.8.2 Nilai Ilmiah 47
3.8.3 Pemerataan Beban dan Manfaat 48
3.8.4 Potensi Manfaat dan Risiko 48

ix
3.8.5 Bujukan (Inducement)49
3.8.6 Privasi dan kerahasiaan 49
3.8.7 Informed Consent 49
3.9 Cara Pengumpulan Data 49
3.10 Pengolaan Data 50
3.10.1 Pemeriksaan Data (editing) 50
3.10.2 Pemeriksaan Skor (scoring) 51
3.10.3 Pemberian Kode (coding) 52
3.10.4 Tabulasi (tabulating) 52
3.11 Analisa Data 52
3.11.1 Analisa Deskriptif (Univariat) 52
3.11.2 Analisa Inferensial (Bivariat) 53
3.12 Kerangka Kerja 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu................................................................................8


Tabel 2.1Definisi Operasional...............................................................................39

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Identifikasi Penyebab Masalah............................................................4


Gambar 2.1 Kerangka Konsep...............................................................................34
Gambar 3.1 Kerangka Kerja..................................................................................52

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Studi Pendahuluan.....................................................................55


Lampiran 2 Balasan Surat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Bangkalan...............................................................................................................56
Lampiran 3 Balasan Surat Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan......................58
Lampiran 4Surat Studi Pendahuluan ke Klurahan Mlajeh Kabupaten Bangkalan
................................................................................................................................59
Lampiran 5 Balasan Surat Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan....................60
Lampiran 6Lembar Persetujuan Menjadi Responden............................................61
Lampiran 7Lembar Permohonan Menjadi Responden..........................................62
Lampiran 8Kuesioner Media Sosial.......................................................................63
Lampiran 9Kuesioner Kepatuhan Pelanggaran Protokol Kesehatan.....................65
Lampiran 10Lembar Konsul..................................................................................66

xiii
DAFTAR SINGKATAN ATAU ISTILAH

WHO : World Health Organization

Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Covid-19 : Coronavirus disease

PSBB : Pembatasan Sosial Skala Besar

SARS-Cov : Severe Acute Respiratory Ilnesss Coronavirus

MERS-Cov : Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus

ACE : Angiotensin Converting Enzyme

DPP : Dipeptidyl Peptidase

CDC : Centers For Disease Control

BAL : Bronco Alveolar Lavage

RNL : Rasion Neutrofil Limfosit

TI : Teknologi Informasi

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Corona virus disease 2019 atau disingkat Covid-19 merubah berbagai

pola kehidupan masyarakat dalam sekejap. Cara manusia beraktivitas dan

berkomunikasi kini harus diatur dalam protokol kesehatan yang menjadi

kebijakan baru yang ditetapkan pemerintah, dengan 5M (memakai masker,

mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi

kerumunan, membatasi mobilisasi dan interaksi) dapat mencegah penularan

covid-19 (Kemenkes, 2021). Masih banyak remaja yang mengabaikan aturan

protokol kesehatan karena menganggap penyakit covid-19 tidak cukup

berbahaya bagi mereka untuk tidak berkumpul dengan teman sebayanya

(Oosterhoff & Palmer, 2020). Ketidakpatuhan remaja dalam protokol

kesehatan dalam pencegahan covid-19 di Era New Normal yang ditunjukkan

dengan ketidakdisiplinan penerapan protokol kesehatan, mengabaikan

himbauan pemerintah, tidak menggunakan masker, tidak mwencuci tangan

setelah keluar dari rumah, tidak menjaga jarak ditempat umum, mendekati

kerumunan, tidak membatasi mobilisasi dan interaksi.

Saat ini, respon masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam

pencegahan penyebaran covid-19 dengan mematuhi himbauan pemerintah

belum optimal (Buana, 2020). Masih banyak masyarakat yang masih lalai

dalam memperhatikan protokol kesehatan dalam pencegahan covid-19 di Era

New Normal. Remaja merupakan bagian dari masyarakat yang tidak dapat

menyempelekan dalam upaya pencegahan penularan penyakt ini. Penerapan

1
2

protokol kesehatan dalam pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19

terutama pada remaja memerlukan pemahaman dan pengetahuan yang baik

(Anggreni, 2020).

Data COVID-19 secara global per tanggal 15 januari 2021 telah

mencapai 93.494.306 kasus, sedangkan jumlah yang meninggal dunia tembus

2.002.038 orang dan pasien dinyatakan sembuh 66.769.765 orang. Di

indonesia data COVID-19 per tanggal 15 januari 2021 mengkonfirmasi 12.818

kasus, sedangkan jumlah meninggal sebanyak 238 orang dan pasien

dinyatakan sembuh 7.491 orang. Di jawa timur data COVID-19 per tanggal 15

januari 2021 mengkonfirmasi 97.243 kasus, sedangkan jumlah meninggal

dunia sebanyak 6.779 orang dan pasien dinyatakan sembuh 83.199 orang. Di

kabupaten Bangkalan data COVID-19 per tanggal 15 januari 2021

mengkonfirmasi 229 suspek, sedangkan jumlah konfirmasi laboratorium

sebanyak 1.246 (tambah 38) orang dan pasien dinyatakan sembuh 872

(tambah 28) orang. Angka pelanggaran protokol kesehatan masih tinggi di

sejumlah kerumunan atau keramaian. Berdasarkan data satgas, angka

pelanggaran protocol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai

sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi

mobilisasi dan interaksi) di restoran hanya 29,4%, kawasan permukiman

20,4%, lokasi olahraga public 19%, dan jalan raya 15,6%. Sedangkan

pelanggaran protokol jaga jarak di mal sebanyak 19,3%, restoran 18,1%,

permukiman 15,7%, dan kawasan wisata 14,2% (Jakarta, Satuan Satgas Wiku

Adisasmito, 2020).
3

Berdasarkan studi pendahuluan di wilayah RT002/RW001

Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan pada tanggal 24 Februari 2021

menggunakan kuesioner terhadap 10 responden didapatkan data 3 (30%)

responden patuh dalam penerapan protokol kesehatan dan 7 (70%) tidak

patuh dalam penerapan protokol kesehatan yang ditunjukan dengan tindakan

keluar rumah tidak menggunakan masker, jarang mencuci tangan setelah

keluar dari rumah, tidak menjaga jarak di tempat umum, tidak menjahui

kerumunan, tidak membatasi mobilisasi dan interaksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan protokol kesehatan

dalam pencegahan covid-19 di era new normal adalah usia, pendidikan,

pengetahuan, sikap, dan motivasi dan media sosial (Afrianti et al., 2021). Pola

kehidupan masyarakat selama pandemi covid-19 dimana cara manusia

beraktivitas dan berkomunikasi kini harus diatur dalam kepatuhan protokol

kesehatan di era New Normal atau kenormalan baru yang ditetapkan

pemerintah, salah satunya dengan memakai masker, mencuci tangan pakai

sabun, menjaga jarak, menjahui kerumunan, membatasi mobilisasi dan

interaksi (Abudi et al., 2020). Melalui media sosial dapat meningkatkan

kepekaan masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan. Melalui konsep

diri, individu akan menerjemahkan simbol-simbol yang ada, dalam hal ini

kampanye protokol kesehatan untuk diterjemahkan dan menentukan langkah

yang akan dilakukan individu dalam menerapkan kepatuhan protokol

kesehatan.

Dampak masyarakat jika tidak patuh terhadap protokol kesehatan

dapat menimbulkan klaster baru dan angka kejadian covid-19 semakin tinggi,
4

dapat memperpanjang penanganan pandemi covid-19, ketidakpatuhan

masyarakat sama halnya menunjukkan ketidak disiplinan yang dapat

menimbulkan regulasi-regulasi lain yang lebih menekankan dan berdampak

lebih menyulitkan masyarakat itu sendiri (Arditama, 2020).

Solusi yang dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan dalam protokol

kesehatan dalam pencegahan covid-19 di era new normal melalui edukasi.

(Almi, 2020) menyatakan bahwa kepatuhan dapat ditingkatkan melalui

peningkatan kesadaran masyarakat dengan komunikasi efektif melalui

berbagai media dan metode yang sesuai. Media sosial dimasa pandemi telah

menjadi salah satu media untuk edukasi (Mehmet Kayaet al., 2020). Selain itu

sosialisasi masyarakat untuk melakukan langkah-langkah pencegahan seperti

hidup bersih dan sehat (PHBS) dan (5M) Memakai masker, Mencuci tangan

pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi

mobilisasi dan interaksi. pencegahan covid-19, tidak hanya itu petugas sudah

melakukan razia terhadap pelanggaran protokol kesehatan.

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor-faktor yang mempengaruhi


kepatuhan protokol kesehatan
covid-19 :
Rendahnya kepatuhan masyarakat
a. Pengetahuan terhadap protokol kesehatan di
b. Sikap era new normal
c. Usia
d. Pendidikan
e. Motivasi
f. Media Sosial (Online)

Gambar 1.1 Identifikasi penyebab masalah (Afrianti & Rahmiati, 2021)

a. Pengetahuan
5

Pengetahuan merupakan kemampuan untuk menerima,

mempertahankan, dan menggunakan informasi, yang dipengaruhi oleh

pengalaman dan keterampilan. Sebagian besar dari pengetahuan yang

dimiliki seseorang berasal dari pendidikan baik formal dan informal,

pengalaman pribadi maupun orang lain, lingkungan, serta media massa

(Moudy et al., 2020). Pengetahuan yang dikaji adalah mengenai

pemahaman akan proses penularan penyakit, informasi terkait pencegahan

yang dapat dilakukan, informasi akan sebaran kasus. Pengetahuan sangat

penting dalam melanjutkan aspek sikap dan perilaku karena jika seserang

tidak tahu maka tidak akan ada tindakan nyata yang dilakukan.

Pengetahuan masyarakat dalam mencegah transmisi penyakit akan

menekan penularan Covid-19 lebih lanjut (Grewal et al., 2020).

b. Sikap

Sikap merupakan respon atau reaksi seseorang yang masih bersifat

tertutup terhadap suatu objek, stimulus, atau topik. Sikap juga dapat

diartikan sebagai faktor predisposisi terhadap suatu prilaku, sehingga bisa

mematuhi program lengkap tentang covid-19 (Usman et al., 2020)

c. Pendidikan

Tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan semakin mudah

untuk menerima informasi tentang objek atau yang berkaitan dengan

pengetahuan. Pengetahuan umumnya dapat diperoleh dari informasi yang

disampaikan oleh orang tua, guru, dan media masa. Pendidikan sangat erat

kaitannya dengan pengetahuan, Pendidikan merupakan salah satu

kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan


6

diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin

mudah untuk menerima, serta mengembangkan pengetahuan dan

teknologi.

d. Motivasi

Menurut (Chotimah et al., 2019)motivasi merupakan salah satu

faktor yang mendasari seseorang dalam berperilaku menggunakan alat

proteksi diri, Setiap peningkatan motivasi akan dapat meningkatkan

perilaku penggunaan alat proteksi diri dasar. Motivasi juga merupakan

suatu faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap suatu

permasalahan.

e. Media Sosial

Media sosial adalah sebuah media daring dengan penggunanya bisa

dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi blog, jejaring

sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki

merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh

masyarakat di seluruh dunia (Nurliya, 2020)

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi penyebab masalah diatas,

maka batasan masalah pada penelitian ini yaitu hubungan media sosial dengan

kepatuhan pelanggaran protokol kesehatan covid-19di era new normal.

1.4 Rumusan Masalah

Dari uraian batasan masalah di atas maka penulis membuat rumusan

masalah sebagai berikut :


7

a. Bagaimana gambaran media sosial dalam pencegahan covid-19 di era

new normal?

b. Bagaimana gambaran kepatuhan protokol kesehatan dalam pencegahan

covid-19 di era new normal?

c. Apakah ada hubungan media sosial dengan kepatuhan protokol

kesehatan dalam pencegahan covid-19 di era new normal?


8

1.5 Tujuan Masalah

1.5.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan media sosial dengan kepatuhan protokol

kesehatan dalam pencegahan covid-19 di era new normal.

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran media sosial di era new normal di masa

pandemi covid-19.

b. Mengidentifikasi gambaran kepatuhan protokol kesehatan terhadap

pencegahan covid-19 di era new normal.

c. Menganalisis hubungan media sosial dengan kepatuhan protokol

kesehatan dalam pencegahan covid-19 di era new normal.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk membangun ilmu

pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya tentang media sosial

dengan kepatuhan protokol kesehatan dalam pencegahan covid-19 di era

new normal.

1.6.2 Praktis

Peneliti ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesi dalam

keperawatan sehingga dapat diterapkan dalam upaya memberikan

pelayanan kesehatan dan sumber informasi bagi masyarakat dalam

melakukan pencegahan covid-19.


9

1.7 Penelitian Terdahulu

No. Judul penelitian Penulis dan Variable Desain Hasil


tahun penelitian penelitian
penelitian
1. Edukasi Protokol Rahmawati, Varibel Sosialisasi Program utama
Kesehatan dalam dkk independent : protokol pelaksanaan kegiatan
Menjalankan New Tahun 2020 edukasi protokol kesehatan pengabdian masyarakat
Normal di Masa kesehatan dimasa yang dilaksanakan
Pandemik Melalui Variabel pendemik mencakup edukasi protokol
Media Poster dependent : dengan kesehatan melalui media
menjalankan menggunakan poster kepada masyarakat
new normal media poster berjalan dengan lancar.
2. Kampanye Atika suri dan Varibel Studi literatur lebih banyak perempuan
kesehatan covid- Irwansyah independent : yang mau mengikuti dan
19 di media sosial tahun 2021 kampanye menyelesaikan tahapan
dalam perspektif kesehatan survey ini hingga akhir
interaksionisme Covid-19 dibanding laki-laki.
simboliki Variabel
dependent :
perspektif
interaksionisme
simboliki
3. Faktor-faktor yang Novi Afrianti, Varibel Crossectional Kategori patuh (89,6%),
mempengaruhi Cut Rahmiati independent : pengetahuan masyarakat
kepatuhan tahun 2021 kepatuhan terhadap protocol
masyarakat masyarakat kesehatan covid-19
terhadap protokol Variabel dominan pada kategori
kesehatan covid- dependent : tinggi (74,2%), kategori
19 protokol sikap positif (76.1%).
kesehatan
4. Media Sosial Nurliya Varibel Kuantitatif, Media sosial sangatlah
Sebagai Media Ni’matul independent : pendekatan terlihat jelas, terbukti dari
Alternatif Manfaat Rohmah, media sosial analisis uses hasil prosentase poin ke 2.c
dan Pemuas tahun 2021 Variabel and 80% nitizen menyetujui
Kebutuhan dependent : gratification bahwa media sosial
Informasi Masa media alternatif theory bermanfaat sebagai sosial
Pandemik Global manfaat dan informasi. Pada poin 4.i
Covid 19 pemuas 93% menyetujui media
kebutuhan sosial sebagai media
informasi informasi Covid 19, serta
poin 4.k 83%
5. Edukasi Protokol Dani Prastiwi, Varibel studi literatur Pelaksanaan edukasi
Kesehatan 2021 independent : mengenai protokol
Pencegahan edukasi protokol kesehatann di era new
Covid-19 Di Era kesehatan normal dan pembuatan
New Normal Pada Variabel hand sanitizer dapat
Karangtaruna dependent : diterima oleh masyarakat.
Pemuda Pahlawan pencegahan Masyarakat menjadi lebih
Di Kabupaten covid-19b memahami informasi dan
Batang harapannya masyarakat
menjadi lebih peduli dan
meningkatkan
kewaspadaan dengan
menjalankan protokol
kesehatan pencegahan
10

Covid-19.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar COVID-19

2.1.1 Epidemiologi

Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus Covid-19

di China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal

Februari 2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan

provinsi di sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain

dan seluruh China (Wu Z, et al, 2020).Tanggal 30 Januari 2020, telah

terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi Covid-19 di China, dan 86 kasus lain

dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam,

Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi,

Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan

Jerman (WHO, 2020)

Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret

2020 sejumlah dua kasus (WHO, 2020). Data 31 Maret 2020 menunjukkan

kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus

kematian.10 Tingkat mortalitas Covid-19 di Indonesia sebesar 8,9%,

angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara (WHO, 2020).

10
11

2.1.2 Virologi

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160

nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah

kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah Covid-19, ada 6 jenis

coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus

229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus

HKU1, Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan

Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) (Riedel S,

et al, 2020).

Coronavirus yang menjadi etiologi Covid-19 termasuk dalam

genus betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa

virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang

menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-

2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on

Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2 (Gorbalenya AE, et

al, 2020).

Sekuens SARS-CoV-2 memiliki kemiripan dengan coronavirus

yang diisolasi pada kelelawar, sehingga muncul hipotesis bahwa SARS-

CoV-2 berasal dari kelelawar yang kemudian bermutasi dan menginfeksi

manusia.17 Mamalia dan burung diduga sebagai reservoir perantara.1 Pada

kasus Covid-19, trenggiling diduga sebagai reservoir perantara. Strain

coronavirus pada trenggiling adalah yang mirip genomnya dengan

coronavirus kelelawar (90,5%) dan SARS-CoV-2 (91%) (Zhang et al.,

2020) Genom SARS-CoV-2 sendiri memiliki homologi 89% terhadap


12

coronavirus kelelawar ZXC21 dan 82% terhadap SARS-CoV (Chan et al.,

2020)

Hasil pemodelan melalui komputer menunjukkan bahwa SARS-

CoV-2 memiliki struktur tiga dimensi pada protein spike domain receptor-

binding yang hampir identik dengan SARS-CoV. Pada SARS-CoV,

protein ini memiliki afinitas yang kuat terhadap angiotensin- converting-

enzyme 2 (ACE2) (Zhang H, et al, 2020). Pada SARS-CoV-2, data in

vitro mendukung kemungkinan virus mampu masuk ke dalam sel

menggunakan reseptor ACE2. Studi tersebut juga menemukan bahwa

SARS-CoV-2 tidak menggunakan reseptor coronavirus lainnya seperti

Aminopeptidase N (APN) dan Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) (Liu Y, et

al, 2020).

2.1.3 Tranmisi

Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia

menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih

agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui

droplet yang keluar saat batuk atau bersin. Selain itu, telah diteliti bahwa

SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui nebulizer)

selama setidaknya 3 jam.23 WHO memperkirakan reproductivenumber

(R0) Covid-19 sebesar 1,4 hingga 2,5. Namun, studi lain memperkirakan

R sebesar 3,28. (Y. Liu et al., 2020)

Beberapa laporan kasus menunjukkan dugaan penularan dari karier

asimtomatis, namun mekanisme pastinya belum diketahui. Kasus-kasus

terkait transmisi dari karier asimtomatis umumnya memiliki riwayat


13

kontak erat dengan pasien Covid-19. Beberapa peneliti melaporan infeksi

SARS-CoV-2 pada neonatus. Namun, transmisi secara vertikal dari ibu

hamil kepada janin belum terbukti pasti dapat terjadi. Bila memang dapat

terjadi, data menunjukkan peluang transmisi vertikal tergolong kecil.

Pemeriksaan virologi cairan amnion, darah tali pusat, dan air susu ibu pada

ibu yang positif Covid-19 ditemukan negatif (Chen et al., n.d 2020)

SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna berdasarkan

hasil biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum. Virus dapat

terdeteksi di feses, bahkan ada 23% pasien yang dilaporkan virusnya tetap

terdeteksi dalam feses walaupun sudah tak terdeteksi pada sampel saluran

napas. Kedua fakta ini menguatkan dugaan kemungkinan transmisi secara

fekal-oral (Xiao F, et al, 2020).

Stabilitas SARS-CoV-2 pada benda mati tidak berbeda jauh

dibandingkan SARS-CoV. Eksperimen yang dilakukan menunjukkan

SARS- CoV-2 lebih stabil pada bahan plastik dan stainless steel (>72 jam)

dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam). Studi lain di

Singapura menemukan pencemaran lingkungan yang ekstensif pada kamar

dan toilet pasien Covid-19 dengan gejala ringan. Virus dapat dideteksi di

gagang pintu, dudukan toilet, tombol lampu, jendela, lemari, hingga kipas

ventilasi, namun tidak pada sampel udara (Ong et al., 2020)

2.1.4 Patogenesis

Patogenesis SARS-CoV-2 masih belum banyak diketahui, tetapi

diduga tidak jauh berbeda dengan SARS- CoV yang sudah lebih banyak

diketahui. Pada manusia, SARS-CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel pada


14

saluran napas yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2 akan berikatan dengan

reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein

yang terdapat pada envelope spike virus akan berikatan dengan reseptor

selular berupa ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel, SARS-CoV-2

melakukan duplikasi materi genetik dan mensintesis protein-protein yang

dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru yang muncul di permukaan

sel (Zhang et al., 2020)

Sama dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2 diduga setelah virus

masuk ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel

dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein struktural.

Selanjutnya, genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada

selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam membran retikulum

endoplasma atau Golgi sel. Terjadi pembentukan nukleokapsid yang

tersusun dari genom RNA dan protein nukleokapsid. Partikel virus akan

tumbuh ke dalam retikulum endoplasma dan Golgi sel. Pada tahap akhir,

vesikel yang mengandung partikel virus akan bergabung dengan membran

plasma untuk melepaskan komponen virus yang baru (De Wit et al., 2016)

Pada SARS-CoV, Protein S dilaporkan sebagai determinan yang

signifikan dalam masuknya virus ke dalam sel pejamu. Telah diketahui

bahwa masuknya SARS-CoV ke dalam sel dimulai dengan fusi antara

membran virus dengan plasma membran dari sel. Pada proses ini, protein

S2’ berperan penting dalam proses pembelahan proteolitik yang

memediasi terjadinya proses fusi membran. Selain fusi membran, terdapat


15

juga clathrin- dependent dan clathrin-independent endocytosis yang

memediasi masuknya SARS-CoV ke dalam sel pejamu (Wang et al., 2008)

2.1.5 Faktor Resiko

Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi

dan diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan

faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin yang lebih

banyak pada laki-laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang

lebih tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada

peningkatan ekspresi reseptor ACE2 (Cai, 2020)

Diaz JH43 menduga pengguna penghambat ACE (ACE-I) atau

angiotensin receptor blocker (ARB) berisiko mengalami Covid-19 yang

lebih berat. Terkait dugaan ini, European Society of Cardiology (ESC)

menegaskan bahwa belum ada bukti meyakinkan untuk menyimpulkan

manfaat positif atau negatif obat golongan ACE-i atau ARB, sehingga

pengguna kedua jenis obat ini sebaiknya tetap melanjutkan pengobatannya

(European S, et al, 2020).

Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap

infeksi SARS-CoV-2. Kanker diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif,

sitokin yang berlebihan, supresi induksi agen proinflamasi, dan gangguan

maturasi sel dendritik. Pasien dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga

mengalami penurunan respons imun, sehingga lebih mudah terjangkit

Covid-19, dan dapat mengalami luaran yang lebih buruk (Bangash, et al,

2020). Studi Guan, dkk, menemukan bahwa dari 261 pasien Covid-19
16

yang memiliki komorbid, 10 pasien di antaranya adalah dengan kanker

dan 23 pasien dengan hepatitis B.

Infeksi saluran napas akut yang menyerang pasien HIV umumnya

memiliki risiko mortalitas yang lebih besar dibanding pasien yang tidak

HIV. Namun, hingga saat ini belum ada studi yang mengaitkan HIV

dengan infeksi SARS-CoV-2. Hubungan infeksi SARS-CoV-2 dengan

hipersensitivitas dan penyakit autoimun juga belum dilaporkan (Conforti

C, et al, 2020). Belum ada studi yang menghubungkan riwayat penyakit

asma dengan kemungkinan terinfeksi SARS-CoV-2. Namun, studi meta-

analisis yang dilakukan oleh Yang, dkk. menunjukkan bahwa pasien

Covid-19 dengan riwayat penyakit sistem respirasi akan cenderung

memiliki manifestasi klinis yang lebih parah.

Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for

Disease Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk

tinggal satu rumah dengan pasien Covid-19 dan riwayat perjalanan ke area

terjangkit. Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat

(dalam radius 2 meter) dianggap sebagai risiko rendah. Tenaga medis

merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi tertular. Di Italia,

sekitar 9% kasus Covid-19 adalah tenaga medis. Di China, lebih dari 3.300

tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar 0,6% (M. Liu et

al., 2020)

2.1.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pasien Covid-19 memiliki spektrum yang luas,

mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia,


17

pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus

tergolong ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak

6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi

asimtomatik belum diketahui. Viremia dan viral load yang tinggi dari

swab nasofaring pada pasien yang asimptomatik telah dilaporkan (Kam

KQ, et al, 2020).

Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut

saluran napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue,

batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan,

kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi

oksigen. Pasien Covid-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan

demam, ditambah salah satu dari gejala: (1) frekuensi pernapasan

>30x/menit (2) distres pernapasan berat, atau (3) saturasi oksigen 93%

tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala

yang atipikal (WHO, 2020).

Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan

gejala-gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan

sesak napas. Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah

demam, batuk kering, dan fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan

adalah batuk produktif, sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri kepala,

mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah, kongesti nasal, diare, nyeri

abdomen, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva. Lebih dari 40% demam

pada pasien Covid-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C, sementara

34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C (Huang C, et al, 2020).
18

Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya

sekitar 3-14 hari (median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit

masih normal atau sedikit menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase

berikutnya (gejala awal), virus menyebar melalui aliran darah, diduga

terutama pada jaringan yang mengekspresi ACE2 seperti paru-paru,

saluran cerna dan jantung. Gejala pada fase ini umumnya ringan. Serangan

kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah timbul gejala awal. Pada saat

ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru memburuk, limfosit

menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai terjadi

hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak

terkontrol, terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan

komplikasi lainnya.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin, hitung

jenis, fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat,

dan prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi.

Trombositopenia juga kadang dijumpai, sehingga kadang diduga

sebagai pasien dengue. Singapura melaporkan adanya pasien positif

palsu serologi dengue, yang kemudian diketahui positif COVID-19.

Karena gejala awal Covid-19 tidak khas, hal ini harus diwaspadai (Yan

G, et al, 2020).
19

b. Pencitraan

Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah foto

toraks dan Computed Tomography Scan (CT- scan) toraks. Pada foto

toraks dapat ditemukan gambaran seperti opasifikasi ground-glass,

infiltrat, penebalan peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan

atelectasis. Foto toraks kurang sensitif dibandingkan CT scan, karena

sekitar 40% kasus tidak ditemukan kelainan pada foto toraks (Guan

WJ, et al, 2020).

Studi dengan USG toraks menunjukkan pola B yang difus

sebagai temuan utama. Konsolidasi subpleural posterior juga

ditemukan walaupun jarang. Studi lain mencoba menggunakan 18F-

FDG PET/CT, namun dianggap kurang praktis untuk praktik sehari-

hari (Qin C, et al, 2020).

c. Pemeriksaan Diagnostik SARS-CoV-2

1) Pemeriksa Antigen-Antibodi

Ada beberapa perusahaan yang mengklaim telah mengembangkan

uji serologi untuk SARS-CoV-2, namun hingga saat ini belum banyak

artikel hasil penelitian alat uji serologi yang dipublikasi. Salah satu

kesulitan utama dalam melakukan uji diagnostik tes cepat yang sahih

adalah memastikan negatif palsu, karena angka deteksi virus pada rRT-

PCR sebagai baku emas tidak ideal.

Selain itu, perlu mempertimbangkan onset paparan dan durasi

gejala sebelum memutuskan pemeriksaan serologi. IgM dan IgA

dilaporkan terdeteksi mulai hari 3-6 setelah onset gejala, sementara IgG
20

mulai hari 10-18 setelah onset gejala. Pemeriksaan jenis ini tidak

direkomendasikan WHO sebagai dasar diagnosis utama. Pasien negatif

serologi masih perlu observasi dan diperiksa ulang bila dianggap ada

faktor risiko tertular.

2) Pemeriksaan Virologi

Saat ini WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk

seluruh pasien yang termasuk dalam kategori suspek. Pemeriksaan pada

individu yang tidak memenuhi kriteria suspek atau asimtomatis

juga boleh dikerjakan dengan mempertimbangkan aspek epidemiologi,

protokol skrining setempat, dan ketersediaan alat. Pengerjaan

pemeriksaan molekuler membutuhkan fasilitas dengan biosafety level 2

(BSL-2), sementara untuk kultur minimal BSL-3. Kultur virus tidak

direkomendasikan untuk diagnosis rutin.

3) Pengambilan Spesimen

WHO merekomendasikan pengambilan spesimen pada dua lokasi,

yaitu dari saluran napas atas (swab nasofaring atau orofaring) atau

saluran napas bawah sputum, bronchoalveolar lavage (BAL), atau

aspirat endotrakeal. Sampel diambil selama 2 hari berturut turut untuk

PDP dan ODP, boleh diambil sampel tambahan bila ada perburukan

klinis. Pada kontak erat risiko tinggi, sampel diambil pada hari 1 dan

hari 14.

Zou, dkk. melaporkan deteksi virus pada hari ketujuh setelah

kontak pada pasien asimtomatis dan deteksi virus di hari pertama onset

pada pasien dengan gejala demam. Titer virus lebih tinggi pada sampel
21

nasofaring dibandingkan orofaring. Studi lain melaporkan titer virus

dari sampel swab dan sputum memuncak pada hari 4-6 sejak onset

gejala. Bronkoskopi untuk mendapatkan sampel BAL merupakan

metode pengambilan sampel dengan tingkat deteksi paling baik.

Induksi sputum juga mampu meningkatkan deteksi virus pada pasien

yang negatif SARS-CoV-2 melalui swab nasofaring/orofaring. Namun,

tindakan ini tidak direkomendasikan rutin karena risiko aerosolisasi

virus.

Sampel darah, urin, maupun feses untuk pemeriksaan virologi

belum direkomendasikan rutin dan masih belum dianggap bermanfaat

dalam praktek di lapangan. Virus hanya terdeteksi pada sekitar <10%

sampel darah, jauh lebih rendah dibandingkan swab. Belum ada yang

berhasil mendeteksi virus di urin. SARS- CoV-2 dapat dideteksi dengan

baik di saliva. Studi di Hong Kong melaporkan tingkat deteksi 91,7%

pada pasien yang sudah positif Covid-19, dengan titer virus paling

tinggi pada awal onset (To et al., 2020)

2.1.8 Diagnosis

Definisi operasional pada kasus Covid-19 di Indonesia mengacu

pada panduan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

yang mengadopsi dari WHO. Kasus probable didefinisikan sebagai PDP

yang diperiksa untuk Covid-19 tetapi hasil inkonklusif atau seseorang

dengan dengan hasil konfirmasi positif pancoronavirus atau

betacoronavirus. Kasus terkonfirmasi adalah bila hasil pemeriksaan

laboratorium positif Covid-19, apapun temuan klinisnya. Selain itu,


22

dikenal juga istilah orang tanpa gejala (OTG), yaitu orang yang tidak

memiliki gejala tetapi memiliki risiko tertular atau ada kontak erat dengan

pasien Covid-19 (DJP2P, 2020).

Kontak erat didefinisikan sebagai individu dengan kontak langsung

secara fisik tanpa alat proteksi, berada dalam satu lingkungan (misalnya

kantor, kelas, atau rumah), atau bercakap-cakap dalam radius 1 meter

dengan pasien dalam pengawasan (kontak erat risiko rendah), probable

atau konfirmasi (kontak erat risiko tinggi). Kontak yang dimaksud terjadi

dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala hingga 14 hari setelah kasus

timbul gejala.Song, dkk. mencoba membuat skor Covid-19 Early Warning

Score (COVID-19 EWS) berdasarkan 1311 orang yang melakukan

pemeriksaan SARS-CoV-2 RNA di China, seperti pada lampiran 1. Skor

ini memasukkan gambaran pneumonia pada CT scan toraks, riwayat

kontak erat, demam, gejala respiratorik bermakna, suhu tertinggi sebelum

masuk rumah sakit, jenis kelamin laki-laki, usia, dan rasion neutrofil

limfosit (RNL) sebagai parameter yang dinilai. Nilai skor Covid-19 EWS

miminal 10 menunjukkan nilai prediksi yang baik untuk dugaan awal

pasien Covid-19.

Diagnosis komplikasi seperti ARDS, sepsis, dan syok sepsis pada

pasien Covid-19 dapat ditegakkan menggunakan kriteria standar masing-

masing yang sudah ditetapkan. Tidak terdapat standar khusus penegakan

diagnosis ARDS, sepsis, dan syok sepsis pada pasien Covid-19.


23

2.1.9 Tatalaksana

Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien

Covid-19, termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat

dilakukan adalah terapi simtomatik dan oksigen. Pada pasien gagal napas

dapat dilakukan ventilasi mekanik. National Health Commission (NHC)

China telah meneliti beberapa obat yang berpotensi mengatasi infeksi

SARS-CoV-2, antara lain interferon alfa (IFN-α), lopinavir/ritonavir

(LPV/r), ribavirin (RBV), klorokuin fosfat (CLQ/CQ), remdesvir dan

umifenovir (arbidol). Selain itu, juga terdapat beberapa obat antivirus

lainnya yang sedang dalam uji coba di tempat lain.

2.1.10 Pencegahan

Covid-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu

pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan

meliputi pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan

melakukan proteksi dasar (WHO, 2020).

a. Vaksin

Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan

vaksin guna membuat imunitas dan mencegah transmisi. Saat ini,

sedang berlangsung 2 uji klinis fase I vaksin Covid-19. Studi pertama

dari National Institute of Health (NIH) menggunakan mRNA-1273

dengan dosis 25, 100, dan 250µg. Studi kedua berasal dari China

menggunakan adenovirus type 5 vector dengan dosis ringan, sedang

dan tinggi.
24

b. Deteksi dini dan Isolasi

Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah

berkontak dengan pasien yang positif Covid-19 harus segera berobat

ke fasilitas kesehatan. WHO juga sudah membuat instrumen penilaian

risiko bagi petugas kesehatan yang menangani pasien Covid-19

sebagai panduan rekomendasi tindakan lanjutan. Bagi kelompok risiko

tinggi, direkomendasikan pemberhentian seluruh aktivitas yang

berhubungan dengan pasien selama 14 hari, pemeriksaan infeksi

SARS-CoV-2 dan isolasi. Pada kelompok risiko rendah, dihimbau

melaksanakan pemantuan mandiri setiap harinya terhadap suhu dan

gejala pernapasan selama 14 hari dan mencari bantuan jika keluhan

memberat. Pada tingkat masyarakat, usaha mitigasi meliputi

pembatasan berpergian dan kumpul massa pada acara besar (social

distancing).

c. Higiene, Cuci Tangan, dan Disinfeksi

Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah Covid-19

adalah melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara

rutin dengan alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak dengan

seseorang yang memiliki gejala batuk atau bersin, melakukan etika

batuk atau bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai

kategori suspek. Rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah satu

meter. Pasien rawat inap dengan kecurigaan Covid-19 juga harus diberi

jarak minimal satu meter dari pasien lainnya, diberikan masker bedah,

diajarkan etika batuk/bersin, dan diajarkan cuci tangan.


25

Perilaku cuci tangan harus diterapkan oleh seluruh petugas

kesehatan pada lima waktu, yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum

melakukan prosedur, setelah terpajan cairan tubuh, setelah menyentuh

pasien dan setelah menyentuh lingkungan pasien. Air sering disebut

sebagai pelarut universal, namun mencuci tangan dengan air saja tidak

cukup untuk menghilangkan coronavirus karena virus tersebut

merupakan virus RNA dengan selubung lipid bilayer.

Sabun mampu mengangkat dan mengurai senyawa hidrofobik

seperti lemak atau minyak. Selain menggunakan air dan sabun,

etanol 62-71% dapat mengurangi infektivitas virus. Oleh karena itu,

membersihkan tangan dapat dilakukan dengan hand rub berbasis

alkohol atau sabun dan air. Berbasis alkohol lebih dipilih ketika secara

kasat mata tangan tidak kotor sedangkan sabun dipilih ketika tangan

tampak kotor.

Hindari menyentuh wajah terutama bagian wajah, hidung atau

mulut dengan permukaan tangan. Ketika tangan terkontaminasi dengan

virus, menyentuh wajah dapat menjadi portal masuk. Terakhir,

pastikan menggunakan tisu satu kali pakai ketika bersin atau batuk

untuk menghindari penyebaran droplet.

d. Alat Pelindung Diri

SARS-CoV-2 menular terutama melalui droplet. Alat

pelindung diri (APD) merupakan salah satu metode efektif pencegahan

penularan selama penggunannya rasional. Komponen APD terdiri atas

sarung tangan, masker wajah, kacamata pelindung atau face shield, dan
26

gaun nonsteril lengan panjang. Alat pelindung diri akan efektif jika

didukung dengan kontrol administratif dan kontrol lingkungan dan

teknik.

Penggunaan APD secara rasional dinilai berdasarkan risiko

pajanan dan dinamika transmisi dari patogen. Pada kondisi berinteraksi

dengan pasien tanpa gejala pernapasan, tidak diperlukan APD. Jika

pasien memiliki gejala pernapasan, jaga jarak minimal satu meter dan

pasien dipakaikan masker. Tenaga medis disarankan menggunakan

APD lengkap. Alat seperti stetoskop, thermometer, dan

spigmomanometer sebaiknya disediakan khusus untuk satu pasien. Bila

akan digunakan untuk pasien lain, bersihkan dan desinfeksi dengan

alcohol 70%. World Health Organization tidak merekomendasikan

penggunaan APD pada masyarakat umum yang tidak ada gejala

demam, batuk, atau sesak.

e. Penggunaan Masker N95 dibandingkan Surgical Mask

Berdasarkan rekomendasi CDC, petugas kesehatan yang

merawat pasien yang terkonfirmasi atau diduga Covid-19 dapat

menggunakan masker N95 standar. Masker N95 juga digunakan ketika

melakukan prosedur yang dapat menghasilkan aerosol, misalnya

intubasi, ventilasi, resusitasi jantung-paru, nebulisasi, dan bronkoskopi.

Masker N95 dapat menyaring 95% partikel ukuran 300 nm meskipun

penyaringan ini masih lebih besar dibandingkan ukuran SARS-CoV-2

(120-160 nm). Studi retrospektif di China menemukan tidak ada dari

278 staf divisi infeksi, ICU, dan respirologi yang tertular infeksi
27

SARS-CoV-2 (rutin memakai N95 dan cuci tangan). Sementara itu,

terdapat 10 dari 213 staf di departemen bedah yang tertular SARS-

CoV-2 karena di awal wabah dianggap berisiko rendah dan tidak

memakai masker apapun dalam melakukan pelayanan.

f. Mempersiapkan Daya Tahan Tubuh

Terdapat beragam upaya dari berbagai literatur yang dapat

memperbaiki daya tahan tubuh terhadap infeksi saluran napas.

Beberapa di antaranya adalah berhenti merokok dan konsumsi alkohol,

memperbaiki kualitas tidur, serta konsumsi suplemen.

Berhenti merokok dapat menurunkan risiko infeksi saluran

napas atas dan bawah. Merokok menurunkan fungsi proteksi epitel

saluran napas, makrofag alveolus, sel dendritik, sel NK, dan sistem

imun adaptif. Merokok juga dapat meningkatkan virulensi mikroba dan

resistensi antibiotika.

Suatu meta-analisis dan telaah sistematik menunjukkan bahwa

konsumsi alkohol berhubungan dengan peningkatan risiko pneumonia

komunitas. ARDS juga berhubungan dengan konsumsi alkohol yang

berat. Konsumsi alkohol dapat menurunkan fungsi neutrofil, limfosit,

silia saluran napas, dan makrofag alveolus.

Kurang tidur juga dapat berdampak terhadap imunitas.

Gangguan tidur berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap

infeksi yang ditandai dengan gangguan proliferasi mitogenik limfosit,

penurunan ekspresi HLA-DR, upregulasi CD14+, dan variasi sel

limfosit T CD4+ dan CD8+.


28

Salah satu suplemen yang didapatkan bermanfaat yaitu vitamin

D. Suatu meta-analisis dan telaah sistematik menunjukkan bahwa

suplementasi vitamin D dapat secara aman memproteksi terhadap

infeksi saluran napas akut. Efek proteksi tersebut lebih besar pada

orang dengan kadar 25-OH vitamin D kurang dari 25 nmol/L dan yang

mengonsumsi harian atau mingguan tanpa dosis bolus. Suplementasi

probiotik juga dapat memengaruhi respons imun. Suatu review

Cochrane mendapatkan pemberian probiotik lebih baik dari plasebo

dalam menurunkan episode infeksi saluran napas atas akut, durasi

episode infeksi, pengunaan anitbiotika dan absensi sekolah. Namun

kualitas bukti masih rendah. Terdapat penelitian yang memiliki

heterogenitas besar, besar sampel kecil dan kualitas metode kurang

baik.

Defisiensi seng juga berhubungan dengan penurunan respons

imun. Suatu meta-analisis tentang suplementasi seng pada anak

menunjukkan bahwa suplementasi rutin seng dapat menurunkan

kejadian infeksi saluran napas bawah akut (Yang X, et al, 2020).

2.2 Konsep Dasar Media Sosial

2.2.1. Definisi Media Sosial

Media sosial merupakan Sebuah media online melalui aplikasi

berbasis internet, dapat digunakan berbagi, berpartisipasi dan menciptakan

konten berupa blog, wiki, forum, jejaring social dan ruang dunia virtual

yang didukung oleh teknologi multimedia yang semakin canggih dan


29

hebat. Media sosial memiliki kelebihan yaitu cepat dalam penyebaran

informasi, sebaliknya, kelemahannya yaitu mengurangi intensitas interaksi

interpersonal secara langsung atau tatap muka, kecanduan yang berlebih

serta persoalan hokum karena kontennya yang melanggar moral, privasi

serta peraturan (Sudiyatmoko, 2015)

Media sosial adalah sebuah media daring dengan penggunanya bisa

dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi blog, jejaring

sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki

merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh

masyarakat di seluruh dunia (Nurliya, 2020).

2.2.2. Ciri-ciri Media Sosial

Beberapa ciri-ciri media social menurut R.sudiyatmoko (2015) yaitu:

a. Isi yang disampaikan dibagikan tidak terbatas pada satu orang saja

namun banyak orang.

b. Disampaikan dengan koneksi internet atau online.

c. Media social menciptakan pengguna kreatif beraktualisasi diri.

d. Dalam media social terdapat aspek fungsional seperti identitas,

interaksi, sharing, eksis, relasi, status, dan group.

2.2.3. Jenis Media Sosial

Dalam R.sudiyatmoko (2015), media sosial dapat dibagi menjadi 6

jenis:

a. Proyek kalaborasi website

Pengguna dapat mengubah, menambah ataupun membuang konten-

konten yang membuat di website tersebut, seperti Wikipedia.


30

b. Blog dan Microblog

Pengguna dapat bebas mengungkapkan suatu hal di blogiti, seperti

twitter.

c. Konten atau isi

Pengguna si website saling membagikan konten-konten multimedia,

seperti e-book, video, foto, dan lain-lain.

d. Situs jejaring social

Pengguna terkoneksi dengan membuat informasi pribadi maupun

sosial sehingga dapat diakses oleh orang lain. Beberapa situs jejaring

social antara lain :

1) Facebook

2) Youtube

3) Twitter

4) whatsapp

5) Instagram

6) Path

7) friendster

e. Virtual game world

Pengguna dapat berinteraksi dengan orang lain yang mengambil

wujud avatar layaknyta di dunia nyata melalui aplikasi 3D, contoh

online game.

f. Virtual sosial word

hampir sama dengan virtual sosial world, namun lebih cenderung ke

aspek kehidupan, contoh Second Life.


31

2.2.4. Kelebihan Media Sosial

Berikut adalah kelebihan media sosial menurut R.sudiyatmopo

2015

dibandingkan dengan media konvensional:

a. Cepat, ringkas dan sederhana. Media sosial medah digunakan tanpa

haruss memiliki pengetahuan Teknologi Informasi (TI)

b. Menciptakan hubungan yang lebih intens. Media sosial memberi

kesempatan yang lebih luas untuk berinteraksi serta membangun

hubungan timbal balik secara langsung.

c. Jangkawan luas dan global. Individu dapat mengkomunikasikan

informasi secara cepat tanpa hambatan geografis.

2.2.5. Jenis aplikasi sosial

Sejumlah aplikasi media sosial yang popular dan berpengaruh

terhadap masyarakat antara lain (R.sudiyatmopo 2015) :

a. Aplikasi berbagai (video sharing) : Youtube, Vimeo, Dailymotion

b. Aplikasi mikoblog: Twitter, Tumblr

c. Aplikasi berbagi jaringan sosial: Facebook, Google Plus, Peath

d. Aplikasi berbagi jaringan professional: Linkedln, Scribd,

Slideshare

e. Aplikasi berbagi foto: Pinterest, Picasa, Flickr, Instagram

2.2.6. Penggunaan media sosial

Penggunaan media sosial dapat diukur melalui hubungan individu

dengan media, jenis media dan jumlah waktu yang diukur menggunakan
32

frekuensi, durasi dan intensitas menurut (Lometti, Reeves & Bybee, 1977)

dalam (Rizca Haqqu, 2020).

a. Frekuensi

Frekuensi penggunaan media sosial mengumpulkan data khalayak

tentang berapa kali mengakses media sosial dalam satu minggu,

bulan, atau satu tahun.

b. Durasi

penggunaan media sosial dapat dilihat dari lamanya khalayak

menggunakan media tersebut. Durasi penggunaan media sosial

digolongkan sebagai berikut:

1) Sangat lama: menggunakan media sosial ≥ 7 jam dalam sehari,

kategori ini digolongkan mencapai ketergantungan.

2) Lama: menggunakan media sosial 5-6 jam.

3) Sedang: menggunakan media sosial 3-4 jam.

4) Singkat: menggunakan media sosial 1-2 jam.

5) Sangat singkat: menggunakan media sosial < 1 jam.

c. Intensitas

Tingkat kedalaman dan kekuatan sikap (mutu) dalam

menggunakan atau memanfaatkan fasilitas-fasilitas media sosial

dengan memerhatikan durasi waktu (dalam satuan ukur jam) dan

jumlah ulang/ ferekuensi (dalam waktu satu hari).

2.2.6 Media sosial dimasa pandemi

Media turut ramai dalam memberitakan berbagai perkembangan

terbaru Covid-19 termasuk bagaimana kebijakan pemerintah dan


33

dampaknya di masyarakat. Media juga turut mengupdate situasi terkini

terkait Covid-19 dari berbagai sudut pandang dengan kecepatan dan

kemudahan dalam mengakses. Tingginya konsumsi masyarakat terhadap

media, memunculkan dampak terpaan media yang menimbulkan berbagai

interpretasi pembaca. Terpaan media berpengaruh pada pembentukan

kepercayaan, sikap bahkan stigma masyarakat juga terbentuk akibat media

sosial yang terkadang liar menyebarkan berita hoks ( Santoso & Santosa

2020).

2.3 Konsep Kepatuhan Protokol Kesehatan

2.3.1 Definisi kepatuhan

Menurut (Grewal et al., 2020) Kepatuhan adalah sejauh mana

perilaku seseorang sesuai dengan ketentuan yang di berikan oleh

professional kesehatan. Perilaku yang disiplin merupakan perilaku yang

taat dan patuh dalam peraturan yang telah pemerintah ajukan contoh dalam

mematuhidalam masa pandemic Covid-19. Kepatuhan merupakan suatu

tahap awal perilaku, maka semua factor yang mendukung atau

mempengaruhi perilaku juga mempengaruhi kepatuhan (Sobol et al., 2020)

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan menurut Kamidah

(2015) diantaranya:

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan kemampuan untuk menerima,

mempertahankan, dan menggunakan informasi, yang dipengaruhi oleh

pengalaman dan keterampilan. Sebagian besar dari pengetahuan yang


34

dimiliki seseorang berasal dari pendidikan baik formal dan informal,

pengalaman pribadi maupun orang lain, lingkungan, serta media massa

(Moudy et al., 2020). Pengetahuan yang dikaji adalah mengenai

pemahaman akan proses penularan penyakit, informasi terkait

pencegahan yang dapat dilakukan, informasi akan sebaran kasus.

Pengetahuan sangat penting dalam melanjutkan aspek sikap dan

perilaku karena jika seserang tidak tahu maka tidak akan ada

tindakan nyata yang dilakukan. Pengetahuan masyarakat dalam

mencegah transmisi penyakit akan menekan penularan Covid-19

lebih lanjut (Grewal et al., 2020).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Emdat Supriyanto,dkk

(2020) bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

penerapan protokol kesehatan, karena tingkat pengetahuan yang

tinggi juga didukung dengan tingkat pendidikan. Salah satu faktor

internal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah

tingkat Pendidikan, semakin tinggi tingkat Pendidikan seseorang

maka semakin tinggi pula pengetahuannya.

b. Sikap

Sikap merupakan respon atau reaksi seseorang yang masih

bersifat tertutup terhadap suatu objek, stimulus, atau topik. Sikap

juga dapat diartikan sebagai faktor predisposisi terhadap suatu

prilaku, sehingga bisa mematuhi program lengkap tentang covid-19

(Usman et al., 2020).


35

c. Usia

Kualitas hidup individu dipengaruhi oleh faktor usia.

Individu yang sudah melewati masa muda cenderung mengevaluasi

hidupnya dengan positif dibanding saat masa mudanya.

d. Pendidikan

Tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan semakin

mudah untuk menerima informasi tentang objek atau yang berkaitan

dengan pengetahuan. Pengetahuan umumnya dapat diperoleh dari

informasi yang disampaikan oleh orang tua, guru, dan media masa.

Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan, Pendidikan

merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat

diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima,

serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi.

e. Motivasi

Menurut Chotimah, Haryadi, dan Nendyah (2019) motivasi

merupakan salah satu faktor yang mendasari seseorang dalam

berperilaku menggunakan alat proteksi diri, Setiap peningkatan

motivasi akan dapat meningkatkan perilaku penggunaan alat

proteksi diri dasar. Motivasi juga merupakan suatu faktor yang

mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap suatu permasalahan.

2.3.3 Prinsip utama protokol kesehatan dalam pencegahan covid-19


36

Menurut kementrian kesehatan Dalam pencegahan covid-19yaitu

dengan menerapkan dengan 5 M, diantaranya;

a. Memakai masker

b. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir

c. Menjaga jarak

d. Menjahui kerumunan

e. Membatasi mobilisasi dan interaksi


37

2.4 Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan
pelanggaran protokol
kesehatan :
a. Pencegahan
b. Sikap
c. Usia
d. Media sosial Media sosial
e. Motivasi
f. Pendidikan

Twitter Youtube WhatsApp Instagram Facebook

Sarana informasi di masyarakat terkait COVID-19

Kecepatan akses informasi

Update informasi perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia

Trend issu nasional dimasyarakat (pandemi COVID-19)

Peningkatan akses media online dimasa pandemi

Masyarakat terpapar media informasi

Informasi pencegahan COVID-19


-Menggunakan masker,
-Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir
-Menjaga jarak,
-Menjahui kerumunan, serta
-Membatasi mobilisasi dan interaksi
Keterangan:
= tidak di teliti Mempengaruhi pola pikir seseorang
= diteliti
Kepatuhan PROKES
= mempengaruhi
Gambar 2.1 Kerangka konsep hubungan media sosial dengan kepatuhan protokol
kesehatan dalam pencegahan covid-19 di era new normal(Afrianti & Rahmiati,
2021).
38

Media sosial berupa twitter, youtube, facebook, whatsapp dan instagram

adalah sarana informasi di masyarakat terkait covid-19, untuk mempercepat akses

informasi sehingga perkembangan kasus covid-19 di Indonesia semakin update,

sehingga muncul trend issu nasional di masyarakat (pandemic covid-19), sehingga

akses media online dimasa pandemi meningkat sehingga masyarakat terpapar

informasi berupa pencegahan covid-19 yang meliputi (5M): memakai masker,

mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir, menjaga jarak,

menjauhi kerumunan, membatasi mobilisasi dan interaksi sehingga dapat

mempengaruhi pola piker seseorang terhadap kepatuhan protokol kesehatan.

2.5 Hipotesis penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yag

terkumpul. Setelah peneliti menelaah secara mendalam terhadap berbagai

sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah

hipotesis (Arikunto, 2010).

H1 : Ada hubungan media sosial dengan kepatuhan protokol kesehatan dalam

pencegahan covid-19 di era new normal di wilayah RT002/RW001

Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan.


BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atau pencegahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode

ilmiah (Notoadmodjo, 2012). Dalam bab ini akan membahas tentang desain

penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, populasi dan sampel, tempat

dan waktu penelitian, alat pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, cara

pengumpulan data, pengolahan data, etika penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat

memengaruhi akurasi suatu hasil. Desain penelitian merupakan hasil akhir

dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh penelitian biasa diterapkan

(Nursalam, 2011).

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional artinya jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan dependen dinilai hanya satu kali pada satu saat (Nursalam,

2013).

39
40

3.2 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai yang

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Dalam riset variabel

dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah dan perbedaan. Variabel juga

merupakan konsep diri sebagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu

fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian

(Notoatmodjo, 2015). Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu :

3.2.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independent dalam variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependent (terikat) (Sugiono, 2013). Dalam penelitian ini variabel

independent adalah media sosial.

3.2.2 Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependent atau variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiono,

2013). Dalam penelitian ini variabel dependent adalah kepatuhan protokol

kesehatan dalam pencegahan covid-19.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan istilah yang

digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga memudahkan

pembaca atau penguji dalam mengartikan penelitian (Nursalam, 2013).


41

Tabel 3.1 Definisi Operasional “Hubungan Media Sosial Dengan Kepatuhan

Protokol kesehatan dalam pencegahan Covid 19 di era new normal.

Variabel Definisi Operasional Alat Skala Hasil Ukur


Ukur
Variabel Media sosial sumber informasi Kuesione Ordinal Kurang : < 24
independent : tentang covid-19 melalui digital r Cukup : ≥ 24- < 36
Media sosial elektronik (wa,ig,fb,web)sebagai Baik : ≥ 36
upaya peningkatan kesadaran
masyarakat dalam pencegahan
covid-19
Parameter :
a. Frekuensi
b. Durasi
c. Intensitas

Variabel Sikap dan prilaku patuh terhadap Kuesione Ordinal Sangat patuh: 86-
dependen : protokol kesehatan covid-19 r 100%
Kepatuhan (5M) sebagai upaya pencegahan Patuh: 66-85%
Protol kesehat covid-19. Kurang patuh: 36-
Paramater : 65%
a. memakai masker Tidak patuh: 0-35%
b. mencuci tangan pakai sabun
dan air mengalir
c. menjaga jarak
d. menjahui kerumunan
e. membatasi mobilisasi dan
interaksi

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang terapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di wilayah

RT002/RW001 Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan. Jumlah

populasi dalam penelitian ini adalah 75 remaja diwilayah RT002/RW001

Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan


42

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2016). Dalam hal ini pengambilan sampel, peneliti

mengambildi wilayah RT002/RW001 Kelurahan Mlajah Kabupaten

Bangkalan.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

populasi target yang terjangkau akan diteliti (Nursalam, 2015) yaitu :

1) Remaja yang berpenduduk asli di wilayah RT002/RW001

Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan.

2) Remaja awal sampai akhir usia 12-22 tahun

3) Dapat berkomunikasi dengan baik

4) Bersedia dilakukan penelitian

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini

yang menjadi kriteria eksklusi yaitu :

1) Bukan termasuk remaja di wilayah RT002/RW001 Kelurahan

Mlajah Kabupaten Bangkalan.

2) Bukan remaja usia di atas 22 tahu


43

3.4.3 Besar Sampel

Besar sampel adalah anggota yang akan dijadikan sampel. Sampel

terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2014). Penentuan besar

sampel dalam penelitian ini sama dengan jumlah populasi yaitu 75

responden.

3.4.4 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara–cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar–benar sesuai

dengan subjek penelititan. Pengambilan sampel dilakukan dengan

nonprobability sampling dengan teknik pengambilan sampel yang

digunakan total sampling yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2017).

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian di Wilayah RT002/RW001 Kelurahan Mlajah Kabupaten

Bangkalan.

3.6 Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2011).

Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner

kepada responden, sehingga responden dapat menulis jawabannya. Pada

jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada

subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2013).


44

3.7 Validitas dan Reabilitas

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (notoatmodjo, 2012). Untuk mengetahui

konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen

dilakukan uji validitas.

Uji validitas akan dilakukan dengan menguji 1 instrumen yaitu

kuesioner media sosial, kuesioner kepatuhan protokol kesehatan dengan

korelasi product moment. Dalam penelitian ini sudah dilakukan uji

validitas dan hasil dari penelitian ini dinyatkan kuesioner media sosial dan

kepatuhan protokol kesehatan valid.

1.7.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2016) uji reliabilitas merupakan uji yang

digunakan untuk mengatur ketepatan suatu ukuran atau alat pengukur

kehandalannya. Suatu ukuran atau alat ukur yang dapat dipercaya

harus memiliki reliabilitas yang tinggi. Uji Reliabilitas menunjukkan

kepada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk

dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen

tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjukkan pada tingkat keandalan

(dapat dipercaya) dari suatu indikator yang digunakan dalam

penelitian. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha

Cronbach's. Pengelolahan data dibantu dengan program apikasi SPSS

(Statistical Program and Service Solution) seri 21.


45

Menurut Sugiyono (2016), untuk nilai α yang digunakan adalah

0,05, jika nilai t hitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika

nilai t hitungnya < t tabel maka tidak valid, apabila instrumen valid, maka

indeks korelasinya (r) adalah sebagai berikut :

0,800 – 1,000 : sangat tinggi

0,600 – 0,799 : tinggi

0,400 – 0,599 : cukup tinggi

0,200 – 0,399 : rendah

0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid)

3.8 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, berusaha untuk memperhatikan etika

yang harus dipatuhi dalam pelaksanaannya agar hak responden dapat

terlindungi, mengingat bahwa penelitian akan berhubungan langsung dengan

manusia. Oleh karena itu peneliti sebelum melakukan penelitian terlebih

dahulu mengajukan ethical clearance kepada pihak yang terlibat langsung

maupun tidak langsung dalam penelitian agar tidak terjadi pelanggaran hak-

hak otonomi manusia yang kebetulan menjadi subjek penelitian. Penelitian ini

dimulai dengan melakukan berbagai prosedur yang berhubungan dengan etika

penelitian meliputi :

3.8.1 Nilai Sosial


46

Suatu penelitian dapat diterima secara etis apabila berdasarkan pada

metode imliah yang valid. Dengan kata lain, justifikasi etis melakukan

penelitian yang mengikutsertakan manusia adalah adanya nilai sosial,

memiliki kewajiban moral untuk memastikan semua penelitian dilakukan

dengan cara menjunjung tinggi hak asasi manusia, menghormati,

melindungi dan adil terhadap subjek dan masyarakat dimana penelitian

dilakukan. Nilai sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada

nilai novelty atau kebaruan. Dimana penelitian ini, peneliti mengambil judul

Hubungan Media Sosial Dengan Kepatuhan Protokol Kesehatan dalam

pencegahan covid-19 Di Era New Normal.

3.8.2 Nilai Ilmiah

Suatu penelitian dapat diterima secara etis apabila berdasarkan

pada metode imliah yang valid. Dengan kata lain, justifikasi etis

melakukan penelitian yang mengikut sertakan manusia adalah adanya nilai

ilmiah. Parameter ilmiah mengacu pada kemampuan penelitian untuk

menghasilkan informasi yang valid dan handal, sesuai tujuan yang

dinyatakan dalam protokol, dasar untuk penelitian selanjutnya dan data

yang relevan untuk mengambil keputusan klinis, kesehatan dan kebijakan

sosial atau alokasi sumber daya. Intinya adalah bahwa berbagai hal yang

berkaitan dengan “desain ilmiah” yang menghasilkan informasi yang

bermakna, bukan justru sebaliknya. Dalam penelitian ini desain yang

digunakan adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional,

dimana desain yang digunakan sesuai dengan kaidah penulisan yang benar.
47

Sedangkan data yang diperoleh dalam penelitian ini telah mengikuti

prosedural yang ada.

3.8.3 Pemerataan Beban dan Manfaat

Penelitia. Penelitian dapat diterima secara etik bila resiko telah

diminimalisirkan baik dengan mencegah potensi-potensi merugikan dan

meminimalisir dampak negatif yang mungkin terjadi dan manfaat sumber

penelitian harus lebih besar dibanding resiko. Selain itu juga memastikan

bahwa manfaat dan beban disitribusikan merata, tidak ada status/tingkat

kelompok dikenakan resiko/beban lebih berat. Dalam penelitian ini,

peneliti berharap dapat memberikan gambaran tentang media sosial dan

kepatuhan responden yang sering kali tidak disadari sedangkan beban

yang diterima.

3.8.4 Potensi Manfaat dan Risiko

Hampir Hampir setiap penelitian yang mengikutsertakan subjek

manusia akan memberikan beberapa “konsekuensi” misal resiko seperti

ketidaknyamanan, pengorbanan waktu atau biaya. Beberapa manfaat yang

sesuai nampaknya diperlukan untuk membenarkan hal itu demi

keseimbangan. Oleh sebab itu, penting membedakan berbagai jenis

manfaat hasil penelitian dan berbagai makna moral dari segi subjek.

Dalam penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan hubungan media

sosial dan kepatuhan responden yang sering kali tidak disadari resiko yang

diterima.
48

3.8.5 Bujukan (Inducement)

Dalam penelitian harus dihindari adanya kecurigaan atau klaim

adanya “eksploitatif”, dan pentingnya aspek moral pada klaim tersebut.

Klaim berkaitan dengan aspek manfaat dan bahaya (benefit anda harm),

kerentanan (vulnerability) dan persetujuan (consent). Dalam penelitian ini,

peneliti memberikan masker kepada responden.

3.8.6 Privasi dan kerahasiaan

Kerahasiaan adalah menghormati usaha penyedia informasi tentang

bagaimana informasi yang akan digunakan atau diungkapkan. Dengan

demikian, kewajiban untuk menghormati kerahasiaan adalah berkaitan

dengan bagaimana seseorang menepati janji. Hal ini penting untuk dicatat

bahwa usaha untuk menjaga kerahasiaan tidak selalu secara eksplisit

diberikan.

3.8.7 Informed Consent

Infomed Consent merupakan bentuk persetujuan antar peneliti

dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan

(Nursalam,2017). Dalam penelitian ini, peneliti memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden.

3.9 Cara Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan data, menurut Nursalam (2013) pengumpulan data

merupakan proses pendekatan kepada subjek dan pengumpulan karakteristik

subjek dalam penelitian. Pada penelititan ini pengumpulan data baik

variabel dependen maupun independen dilakukan menggunakan kuesioner.


49

Adapun prosedur terkait pengumpulan data dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Penelitian memulai untuk melakukan pengambilan data dengan langkah

awal peneliti mendapatkan surat pengantar dari StiKes Ngudia Husada

Madura yang ditunjukkan kepada wilayah RT002/RW001 Kelurahan

Mlajah Kabupaten Bangkalan.

b. Memohon ijin untuk melakukan penelitian dan menyerahkan surat dari

STIKes Ngudia Husada Madura kepada wilayah RT002/RW001

Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan.

c. Setelah mendapatkan persetujuan dari kepala desa, selanjutnya peneliti

melakukan pemilihan dan perekrutan responden yang dilakukan secara

simple random sampling.

d. Melakukan pengolahan dan analisis dari hasil penilaian pengukuran pada

kelompok responden.

e. Menyimpulkan hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan hasil

pengolahan dan analisis data.

3.10 Pengolaan Data

Data yang terkumpul dari hasil penelitian kemudian diolah

dengan tahap-tahap sebagai berikut:

3.10.1 Pemeriksaan Data (editing)

Hasil angket/kuisioner dari lapangan harus dilakukan penyuntingan

(editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan

untuk pengecekan dan perbaikan serta mengoreksi kelengkapan pengisian


50

kuisioner (Notoatmodjo, 2012). Langkah ini dilakukan untuk

mengantisipasi kesalahan dari data yang telah dikumpulkan.

3.10.2 Pemeriksaan Skor (scoring)

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng “kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. (Notoatmodjo,2012).

a. Media sosial :

1) Bila responden menjawab selalu diberi skor 4

2) Bila responden menjawab sering diberi skor 3

3) Bila responden menjawab kadang-kadang diberi skor 2

4) Bila responden menjawab tidak pernah diberi skor 1

Skoring :

a) Kurang : <24

b) Cukup : ≥24-<36

c) Baik : ≥36

Menurut Azwar (2003) Metode Statistik yang digunakan

untuk mencari tahu besarnya Mean Hipotetik (Mean Teoritik) dan

Standar Deviasi dengan mendasarkan pada jumlah item dan skor

maksimal serta skor minimal pada tiap alternatif jawaban. Kategori

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi

berdasarkan model distribusi normal.


51

Tabel ... penggolongan kriteria analisis berdasarkan Mean Hipotetik

Interval Kategori
X < (µ - 1,0 σ ) Kurang
(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ+ 1,0 σ) Cukup
(µ+ 1,0 σ) ≤ X Baik

Keterangan :

µ = Mean

σ = Standar Deviasi

X = Skor

Pada variabel kepatuhan penggunaan masker terdiri dari 11 item

dengan skor tertinggi 3 dan skor terendah 0. Dari penggolongan kategori

analisis berdasarkan mean hipotetik diperoleh sebagai berikut :

Jumlah item : 12

Skor tertinggi : 12 x 4 = 48

Skor terendah : 12 x 1 = 12

Mean teoritik = (skor tertinggi + skor terendah ) : 2

= (48 + 12) : 2

= 60 : 2

= 30

Standar Deviasi = (skor tertinggi – skor terendah) : 6

= (48-12) : 6

= 36: 6

=6
52

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh M = 30 dan SD = 6

Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :

Mean – 1,0 SD = 30 – (1,0 x 6)

= 30 – 6

= 24

Mean + 1,0 SD = 30 + (1,0 x 6)

= 30 + 6

= 36

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh distribusi frekuensi

kepatuhan penggunaan masker sebagai berikut:

1. Kurang < 24

2. Cukup ≥ 24 - < 36

3. Baik ≥ 36

b. Kepatuhan Protokol Kesehatan :

1) Bila responden menjawab selalu diberi skor 4

2) Bila responden menjawab sering diberi skor 3

3) Bila responden menjawab kadang-kadang diberi skor 2

4) Bila responden menjawab tidak pernah diberi skor 1

Skoring :

a) Sangat patuh : 86-100%

b) Patuh : 66-85%

c) Kurang paruh : 36-65%

d) Tidak patuh : 0-35%

3.10.3 Pemberian Kode (coding)


53

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng “kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012).

a. Media Sosial

1) Baik diberi kode 3

2) Cukup diberi 2

3) Kurang diberi kode 1

b. Kepatuhan Protokol Kesehatan

1) Sangat patuh diberi kode 4

2) Patuh diberi 3

3) Kurang patuh diberi 2

4) Tidak patuh diberi 1

3.10.4 Tabulasi (tabulating)

Tabulating adalah hasil dari jawaban ditabulasi dengan skor

jawaban sesuai dengan jenis pertanyaan, untuk melengkapi hasil penelitian

diberikan pertanyaan atau penyajian tentang karakteristik responden

(Prasetyo, 2017).

3.11 Analisa Data

3.11.1 Analisa Deskriptif (Univariat)

Analisa deskriptif (univariat) dilakukan untuk memperoleh dan

mendeskripsikan gambaran karakteristik setiap responden penelitian. pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase

dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Adapun yang menjadi variabel


54

bebas dalam penelitian ini adalah media sosial. Sedangkan yang menjadi

variabel terikatnya adalah kepatuhan protokol kesehatan.

3.11.2 Analisa Inferensial (Bivariat)

Dalam pengujian inferensial, uji yang digunakan harus sesuai

dengan racangan penelitian. Pengujian statistik yang tidak sesuai akan

menimbulkan penafsiran yang salah dan hasil tidak dapat digeneralisasi

(Nursalam, 2017). Analisis yang digunakan oleh peneliti untuk

mengetahui pengaruh masing-masing variabel menggunakan teknik

analisa data dengan uji statistik “Korelasi spearman rank (rho)” dengan

menggunakan bantuan program SPSS.


54

3.12 Kerangka Kerja

Variabel Independen Variabel Dependen


Media Sosial Kepatuhan Protokol Kesehatan

Populasi
Remaja di wilayah RT002/RW001 Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan sebanyak 75 remaja

Sampel
n : 75 sampel
Tekhnik Sampling
Total sampling

Pengumpulan Data

Variabel Independen Variabel Dedependen

Media sosial Kepatuhan protokol


kesehatan

Pengolahan Data

a. Editing
b. Coding
c. Scoring
d. tabulating

Analisa Data
Univariat : Distribusi Frekuensi
Analisis Inferensial : Spearman Rank

Penyajian hasil

Kesimpulan
55

DAFTAR PUSTAKA

Abudi, R., Mokodompis, Y., & Magulili, A. N. (2020). Stigma Terhadap Orang
Positif Covid-19. Jambura Journal of Health Sciences and Research, 2(2),
77–84. https://doi.org/10.35971/jjhsr.v2i2.6012
Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Batang, D. I. K. (2021). 1) , 2) 1). 2(1), 25–29.


Cai, H. (2020). Sex difference and smoking predisposition in patients with
COVID-19. The Lancet Respiratory Medicine, 8(4), e20.
https://doi.org/10.1016/S2213-2600(20)30117-X
Chan, J. F. W., Kok, K. H., Zhu, Z., Chu, H., To, K. K. W., Yuan, S., & Yuen, K.
Y. (2020). Genomic characterization of the 2019 novel human-pathogenic
coronavirus isolated from a patient with atypical pneumonia after visiting
Wuhan. Emerging Microbes and Infections, 9(1), 221–236.
https://doi.org/10.1080/22221751.2020.1719902
Chen, H., Guo, J., Wang, C., Luo, F., Yu, X., Zhang, W., Li, J., Zhao, D., Xu, D.,
Gong, Q., Liao, J., & Yang, H. (n.d.). Clinical characteristics and intrauterine
vertical transmission potential of COVID-19 infection in nine pregnant
women : a retrospective review of medical records. The Lancet, 395(10226),
809–815. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30360-3
Chotimah, C. C., Haryadi, H., & Roestijawati, N. (2019). Pengaruh Pengetahuan,
Motivasi Dan Persepsi Risiko Terhadap Perilaku Penggunaan Alat Pelindung
Diri Dasar Yang Dimoderasi Faktor Pengawasan Pada Civitas Hospitalia
Rsgmp Unsoed. Jurnal Ekonomi, Bisnis, Dan Akuntansi, 21(3).
https://doi.org/10.32424/jeba.v21i3.1367
Covid-, T. P. K. (2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan masyarakat
terhadap protokol kesehatan covid-19. 001, 113–124.
De Wit, E., Van Doremalen, N., Falzarano, D., & Munster, V. J. (2016). SARS
and MERS: Recent insights into emerging coronaviruses. Nature Reviews
Microbiology, 14(8), 523–534. https://doi.org/10.1038/nrmicro.2016.81
Grewal, V. S., Sharma, P. A., Rani, R., Jain, A., & Kotwal, A. (2020).
Knowledge, attitude, practices, and behavior regarding COVID-19 among
serving personnel of a large military garrison: a quick online cross-sectional
survey. Medical Journal Armed Forces India, xxxx.
https://doi.org/10.1016/j.mjafi.2020.09.002
Liu, M., Cheng, S. Z., Xu, K. W., Yang, Y., Zhu, Q. T., Zhang, H., Yang, D. Y.,
Cheng, S. Y., Xiao, H., Wang, J. W., Yao, H. R., Cong, Y. T., Zhou, Y. Q.,
Peng, S., Kuang, M., Hou, F. F., Cheng, K. K., & Xiao, H. P. (2020). Use of
personal protective equipment against coronavirus disease 2019 by
healthcare professionals in Wuhan, China: Cross sectional study. The BMJ,
369, 6–11. https://doi.org/10.1136/bmj.m2195
56

Liu, Y., Gayle, A. A., Wilder-Smith, A., & Rocklöv, J. (2020). The reproductive
number of COVID-19 is higher compared to SARS coronavirus. Journal of
Travel Medicine, 27(2), 1–4. https://doi.org/10.1093/jtm/taaa021
Moudy, J., Syakurah, R. A., & Artikel, I. (2020). HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC
HEALTH. 4(3), 333–346.
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
In Salemba Medika.
Ong, S. W. X., Tan, Y. K., Chia, P. Y., Lee, T. H., Ng, O. T., Wong, M. S. Y., &
Marimuthu, K. (2020). Air, Surface Environmental, and Personal Protective
Equipment Contamination by Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) from a Symptomatic Patient. JAMA - Journal
of the American Medical Association, 323(16), 1610–1612.
https://doi.org/10.1001/jama.2020.3227
Sobol, M., Blachnio, A., & Przepiórka, A. (2020). Time of pandemic: Temporal
perspectives related to compliance with public health regulations concerning
the COVID-19 pandemic. Social Science and Medicine, 265(October).
https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2020.113408
To, K. K., Tsang, O. T., Yip, C. C., Chan, K., Wu, T., Chan, J. M., Leung, W.,
Chik, T. S., Choi, C. Y., Kandamby, D. H., Lung, D. C., Tam, A. R., Poon,
R. W., Fung, A. Y., Hung, I. F., & Cheng, V. C. (2020). Consistent Detection
of 2019 Novel Coronavirus in Saliva. Xx Xxxx, 4–6.
https://doi.org/10.1093/cid/ciaa149
Usman, S., Budi, S., & Nur Adkhana Sari, D. (2020). Pengetahuan Dan Sikap
Mahasiswa Kesehatan Tentang Pencegahan Covid-19 Di Indonesia. / Jurnal
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(2), 410–414. Pengetahuan Dan Sikap
Mahasiswa Kesehatan Tentang Pencegahan Covid-19 Di Indonesia
Wang, H., Yang, P., Liu, K., Guo, F., Zhang, Y., Zhang, G., & Jiang, C. (2008).
SARS coronavirus entry into host cells through a novel clathrin- and
caveolae-independent endocytic pathway. Cell Research, 18(2), 290–301.
https://doi.org/10.1038/cr.2008.15
WHO. (2020). WHO | WHOQOL: Measuring Quality of Life. In Health statistics
and information systems (WHO).
Zhang, H., Penninger, J. M., Li, Y., Zhong, N., & Slutsky, A. S. (2020).
Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) as a SARS-CoV-2 receptor:
molecular mechanisms and potential therapeutic target. Intensive Care
Medicine, 46(4), 586–590. https://doi.org/10.1007/s00134-020-05985-9
О.В.Ковалишина, О. Р. Ш. И. В. И. (2017). Опыт аудита обеспечения
качества и безопасности медицинской деятельности в медицинской
организации по разделу «Эпидемиологическая безопасностьNo Title.
Вестник Росздравнадзора, 4, 9–15.
57

Lampiran 1 Surat Pengantar Peneliti ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik


Kabupaten Bangkalan
58

Lampiran 2 Balasan Surat Studi Pendahuluan dari Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Bangkalan
59
60

Lampiran 3 Balasan Surat Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan


61

Lampiran 4 Surat Studi pendahuluanKelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan


62

Lampiran 5 Balasan Surat Dari Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan


63

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia turut


berpartisipasi sebagai penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Syaiful Bahri
Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKes Ngudia Husada Madura dengan
judul ‘’Hubungan Media Sosial Dengan Kepatuhan Pelanggaran Protokol
Kesehatan Di Era New Normal’’.

Demikian secara sadar dan sukarela serta tidak ada unsur paksaan dari
pihak lain untuk berperan serta dalam penelitian ini dan bersedia menjadi
responden.

Bangkalan,

Responden

(...............................................)
64

Lampiran 7 Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Remaja


Di Kampung Pocogan 3 Desa Lajing Kecamatan ArosbayaKabupaten Bangkalan

Nama saya Mohammad Syaiful Bahri, mahasiswa program studi S1


Keperawatan dari STIKes Ngudia Husada Madura saya akan melakukan
penelitian tentang ‘’hubungan Media Sosial Dengan Kepatuhan Pelanggaran
Protokol Kesehatan Di Era New Normal’’ untuk keperluan tersebut saya mohon
pastisipasi anda (bersedia/tidak bersedia) untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Kemungkinan bagi anda hal ini kurang berarti, namun bagi saya
kegiatan ini sangat bermanfaat dan berarti. Atas kesediaannya serta bantuan anda
saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan


partisipasinya disampaikan terimakasih.

Bangkalan,
Responden Peneliti

(..................................)
(Mohammad Syaiful Bahri)
NIM. 17142010105
65

Lampiran 8 Blue Print Media Sosial

BLUE PRINT

No. Indikator Pernyataan

1. Frekuensi Saya mencari informasi terkait pencegahan covid-19 melalui media


sosial setiap hari

Saya menerapkan pencegahan covid-19 yang sudah saya dapatkan


melalui informasi media sosial setiap hari

Saya mencari informasi terkait pencegahan covid-19 melalui media


sosial yang paling terupdete setiap hari

Saya tidak mau ketinggalan tentang informasi terbaru terkait


pencegahan covid-19 yang ada dimedia sosial setiap harinya

2. Durasi Saya mencari informasi terkait pencegahan covid-19 melalui


facebook selama 2 jam setiap hari

Saya mendengarkan informasi dari youtube terkait pencegahan


covid-19 selama 2 jam setiap hari

Saya mendapatkan informasi terkait pencegahan covid-19 melalui


whatsapp grup dan instastory

Saya mendapatkan informasi sangat singkat terkait pencegahan


covid-19 melalui instagram 2 jam setiap hari

3. Intensitas Saya aktif mencari informasi pencegahan covid-19 melalui media


sosial
Saya aktif bergabung group media sosial yang membahas tentang
pencegahan covid-19

Saya aktif menyebarkan informasi di media sosial tentang


pencegahan covid-19

Saya mengupdate informasi terbaru terkait kasus covid-19 dan


pencegahannya di media sosial
66

Lampiran 9 Kuesioner Media Sosial


KUESIONER MEDIA SOSIAL
A. Karakteristik responden

Nama :
Umur :
Jenis kelamin : ( ) Laki-laki, ( ) perempuan
Alamat :
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda centang (√) pada pilihan jawaban yang menurut saudara
sesuai!
a. SL = Selalu
b. S = Sering
c. KK = Kadang-kadang
d. TP = Tidak pernah

B. Media sosial

TP KK S SL
NO PERTANYAAN
(1) (2) (3) (4)
1. Saya mencari informasi terkait pencegahan covid-19
melalui media sosial setiap hari
2. Saya menerapkan pencegahan covid-19 yang sudah
saya dapatkan melalui informasi media sosial setiap
hari
3. Saya mencari informasi terkait pencegahan covid-19
melalui media sosial yang paling terupdete setiap hari
4. Saya tidak mau ketinggalan tentang informasi terbaru
terkait pencegahan covid-19 yang ada dimedia sosial
setiap harinya
5. Saya mencari informasi terkait pencegahan covid-19
melalui facebook selama 2 jam setiap hari
6. Saya mendengarkan informasi dari youtube terkait
pencegahan covid-19 selama 2 jam setiap hari
7. Saya mendapatkan informasi terkait pencegahan covid-
19 melalui whatsapp grup dan instastory
8. Saya mendapatkan informasi sangat singkat terkait
pencegahan covid-19 melalui instagram 2 jam setiap
hari
9. Saya aktif mencari informasi pencegahan covid-19
melalui media sosial
10. Saya aktif bergabung group media sosial yang
membahas tentang pencegahan covid-19
67

11. Saya aktif menyebarkan informasi di media sosial


tentang pencegahan covid-19
12. Saya mengupdate informasi terbaru terkait kasus
covid-19 dan pencegahannya di media sosial
68

Lampiran 10 Blue Print Kepatuhan protokol Kesehatan

BLUE PRINT

No Pernyataan
Indikator

1. Memakai masker Saya menggunakan masker setiap keluar


rumah
Saya menyimpan cadangan masker jika
hendak berpergian keluar rumah
Saya menggunakan masker tidak lebih dari 4
jam
Saya menggunakan masker saat berinteraksi
dengan seseorang
2. Mencuci tangan pakai sabun dan air Saya mencuci tangan pakai sabun dan air
mengalir mengalir setelah beraktifitas di dalam
maupun di luar rumah
Saya membawa handsanitezer saat berpergian

3. Menjaga jarak Saya menjaga jarak minimal 1 meter dengan


orang lain saat berinteraksi
Saya menolak untuk untuk berjabat tangan
dengan seseorang selama pandemi covid-19
4. Menjauhi kerumunan Saya membatasi untuk kegiatan pertemuan
atau nongkrong dengan orang lain selama
pandemi covid
Saya meminimalkan bepergian jauh selama
pandemi covid-19
Saya meminimalkan untuk berpergian
kewisata jika tidak penting selama pandemi
covid-19
5. Membatasi mobilisasi dan interaksi Saya mengurangi untuk tidak melakukan
interaksi dengan seseorang jika tidak terlalu
penting selama pandemi covid-19
Saya membatasi aktivitas diluar rumah yang
mengancam penyebaran covid-19
69

Lampiran 11 Kuesioner Kepatuhan Pelanggaran Protokol Kesehatan


KUESIONER KEPATUHAN PELANGGARAN PROTOKOL
KESEHATAN

A. Karakteristik Responden
Nama :
Umur :
Jenis kelamin : ( ) Laki-laki, ( ) perempuan
Alamat :

Petunjuk pengisian:
Berilah tanda centang (√) pada pilihan jawaban yang menurut saudara
sesuai!

a. SL = Selalu
b. S = Sering
c. KK = Kadang-Kadang
d. TP = Tidak Pernah

B. Kepatuhan Protokol Kesehatan

NO. PERTANYAAN TP KK S SL
(1) (2) (3) (4)
1. Saya menggunakan masker setiap
keluar rumah
2. Saya menyimpan cadangan masker jika
hendak berpergian keluar rumah
3. Saya menggunakan masker tidak lebih
dari 4 jam
4. Saya menggunakan masker saat
berinteraksi dengan seseorang
5. Saya mencuci tangan pakai sabun dan
air mengalir setelah beraktifitas di
dalam maupun di luar rumah
6. Saya membawa handsanitezer saat
berpergian
7. Saya menjaga jarak minimal 1 meter
dengan orang lain saat berinteraksi
8. Saya menolak untuk untuk berjabat
tangan dengan seseorang selama
pandemi covid-19
9. Saya membatasi untuk kegiatan
pertemuan atau nongkrong dengan
orang lain selama pandemi covid
10. Saya meminimalkan bepergian jauh
selama pandemi covid-19
11. Saya meminimalkan untuk berpergian
kewisata jika tidak penting selama
70

pandemi covid-19
12. Saya mengurangi untuk tidak
melakukan interaksi dengan seseorang
jika tidak terlalu penting selama
pandemi covid-19
13. Saya membatasi aktivitas diluar rumah
yang mengancam penyebaran covid-19
71

Lampiran 12 Lembar Konsul


72
73

Anda mungkin juga menyukai