Anda di halaman 1dari 116

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

LAPORAN KHUSUS

GAMBARAN HASIL ANALISIS LINGKUNGAN KERJA


SERTA HASIL MEDICAL CHECK UP KARYAWAN
PT TRAKINDO UTAMA
SURABAYA

Oleh:
Diasmita Novemilia Sari
NIM. R0008003

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
commit2011
to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul : Gambaran Hasil Analisis Lingkungan Kerja serta
Hasil Medical Check Up Karyawan PT Trakindo Utama Surabaya

Diasmita Novemilia Sari, NIM. R0008003, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan


Penguji Tugas Akhir

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja


Fakultas Kedokteran UNS Surakarta

Pada Hari ………….Tanggal ………….. 20 ……

Pembimbing I Pembimbing II

Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok Sri Hartati, Dra, Apth., SU
NIP 19481105 198111 1 001 NIP 19490709197903 2 001

Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Sumardiyono, SKM, M.Kes.


NIP. 19650706 198803 1 002

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

GAMBARAN HASIL ANALISIS LINGKUNGAN KERJA


SERTA HASIL MEDICAL CHECK UP KARYAWAN
PT TRAKINDO UTAMA
SURABAYA

Diasmita Novemilia Sari1, Putu Suriyasa2, dan Sri Hartati3

Tujuan: Lingkungan kerja dan kebiasaan hidup karyawan mempunyai peran yang
penting dalam timbulnya penyakit pada tenaga kerja. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui kondisi lingkungan kerja sebagai dasar analisis hasil medical check up
karyawan sehingga dapat diketahui sebabnya apakah dari kondisi lingkungan atau
kebiasaan tenaga kerja untuk dicarikan jalan keluar yang terbaik.

Metode: Kerangka pemikiran penelitian ini adalah lingkungan kerja dimana terdapat
proses, manusia dan lingkungan kerja yang mempunyai efek negatif terhadap faktor
bahaya. Untuk itu diperlukan analisis lingkungan kerja dan hasil medical check up
karyawan. Hasil ini akan dievaluasi sehingga dapat ditentukan upaya perbaikan.

Hasil: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang


memberikan gambaran tentang pelaksanaan pengamatan dan pengukuran lingkungan
kerja. Pengambilan data mengenai lingkungan kerja dilakukan melalui observasi
langsung ke lapangan, wawancara kepada karyawan serta studi kepustakaan. Data
yang diperoleh kemudian dibahas dengan membandingkan dengan standar dan hasil
medical check up.
Simpulan: Setelah dilakukan analisis antara pengukuran lingkungan dan hasil
medical check up serta kebiasaan tenaga kerja. Kemungkinan besar hasil medical
check up dipengaruhi oleh penyakit degeneratif akibat dari kebiasaan, pengetahuan
tentang gizi serta makanan. Saran yang dapat diberikan yaitu promosi kesehatan
dalam bentuk pengetahuan gizi dan pengubahan kebiasaan.

Kata Kunci: Pengukuran Lingkungan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Kerja


1.
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2.
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan ridho
serta cinta-Nya sehingga penulis mampu melaksanakan praktek kerja lapangan dan
menyelesaikan laporan ini tepat waktu di Safety Health and Environment
Department (SHE Department) PT. Trakindo Utama Surabaya
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan pendidikan penulis di
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu praktek kerja lapangan ini
dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami
mekanisme serta problematika yang ada mengenai penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di perusahaan.
Penulis benar-benar sadar bahwa penelitian ini akan jauh dari kesempurnaan
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
ini, antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. H. A. A. Subijanto, dr. MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM, M Kes, selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta
3. Bapak Putu Suriyasa, dr.,MS,PKK,Sp.Ok. serta selaku pembimbing I.
4. Ibu Sri Hartati, Dra, Apth., SU selaku pembimbing II.
5. Bapak Suwono dan Bapak Mega Slino selaku pembimbing perusahaan yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kami.
6. Bapak Andri Riswanto selaku SHE officer PT. Trakindo Utama Surabaya yang
telah memberikan safety dunia dan akhirat selama magang. Beserta seluruh
keluarga besar PT Trakindo Utama Surabaya yang telah banyak membantu.
7. Kedua orang tua tercinta, adik dan keluarga yang telah memberi segalanya
kepada kami, beserta sahabat-sahabat Annisa, Gadis, Pandhu atas semua bantuan
selama ini.
8. Sdr Praditya Vinta Arya atas semua doa dan motivasinya.
9. Seluruh kawan Hiperkes tercinta, terutama sdri Meike Nur Hidayat kawan
senasib sepenanggungan.
10. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu kami harapkan saran dan masukan yang bersifat membangun
dari semua pihak demi kemajuan kita bersama, dan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, April 2011


Penulis

commit to user Diasmita Novemilia Sari


iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

ABSTRAK .................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian.................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian.................................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 5

A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 5

B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 41

A. Metode Penelitian................................................................... 41

B. Lokasi Penelitian .................................................................... 41

C. Obyek Penelitian .................................................................... 41

D. Sunmber Data ......................................................................... 41

E. Teknik Pengumpulancommit to user


Data ..................................................... 42
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

F. Jalannya Penulisan Laporan ................................................... 43

G. Analisa Data ........................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 46

A. Hasil Penelitian ...................................................................... 46

B. Pembahasan ............................................................................ 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 103

A. Kesimpulan ........................................................................... 103

B. Saran ....................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 106

LAMPIRAN

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Efek Getaran Mekanis ...................................................................... 19

Tabel 2. Pengukuran Intensitas Kebisingan di workshop ..................................... 46

Tabel 3. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Workshop 2 .................................. 47

Tabel 4. Penilaian Resiko Kebisingan Di PT Trakindo Surabaya ........................ 47

Tabel 5. Keterangan Matriks Resiko..................................................................... 48

Tabel 6. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Warehouse ................................... 49

Tabel 7. Pengukuran kebisingan di Office ............................................................ 49

Tabel 8. Pengukuran Kebisingan di Dyno Room.................................................. 50

Tabel 9. Pengukuran Penerangan di Workshop 1.................................................. 51

Tabel 10.Pengukuran Penerangan di Workshop 2................................................. 52

Tabel 11.Pengukuran Penerangan di Warehouse .................................................. 52

Tabel 12.Pengukuran Penerangan di Office .......................................................... 13

Tabel 13.Pengukuran Getaran Pada Genset .......................................................... 53

Tabel 14. Pengukuran Getaran Pada Tenaga Kerja .............................................. 53

Tabel 15. Pengukuran Tekanan Panas .................................................................. 53

Tabel 16. Pengukuran Kelembapan Udara............................................................ 16

Tabel 17. Pengukuran Kualitas Udara .................................................................. 17

Tabel 18. Pengukuran Kualitas Udara di FIP dan Component Cleaning area ..... 55

Tabel 19. Penilaian Resiko Faktor Biologi ........................................................... 56

Tabel 20. Keterangan Matriks Resiko................................................................... 56

Tabel 21. Kuesioner Identifikasi Stress akibat Kerja ............................................ 57

Tabel 22. Penilaian Total Nordic Body Map......................................................... 60


commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 23. Hasil Penilaian Total Resiko Nordic Body Map di Workshop .............. 60

Tabel 24. Hasil Penilaian Total Resiko Nordic Body Map di Office .................... 60

Tabel 25. Hasil Penilaian Total Resiko Nordic Body Map di Warehouse ............ 61

Tabel 26. Hasil Penilaian Kelelahan di Workshop ................................................ 61

Tabel 27. Hasil Penilaian Kelelahan di Office ...................................................... 62

Tabel 28. Hasil Penilaian Kelelahan di Warehouse .............................................. 62

Tabel 29. Penilaian Skor Kelelahan ...................................................................... 62

Tabel 30. Prosentase Penilaian aspek sosial Psikologis ........................................ 63

Tabel 31. Prosentase Aspek Kebiasaan Tenaga Kerja .......................................... 64

Tabel 32.Analisis Hasil Pengukuran Kebisingan .................................................. 68

Tabel 33. Kualifikasi Standar Intensitas Penerangan ............................................ 73

Tabel 34. Analisa Hasil Pengukuran Penerangan ................................................. 75

Tabel 35. NAB Getaran ............................................................................... 76

Tabel 36. Analisis Getaran pada Genset ............................................................. 77

Tabel 37. NAB Tekanan Panas ............................................................. 78

Tabel 38. NAB Faktor Kimia di Tempat Kerja..................................................... 81

Tabel 39. NAB Faktor Kimia di Workshop .......................................................... 83

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Beban Kerja Fisik .......................................... 63

Gambar 2. Hasil Medical Check UP Tenaga Kerja .............................................. 65

Gambar 3. Hasil Pemeriksaan Tensi Darah .......................................................... 67

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Nordic Body Map

Lampiran 2. Hasil Analisis Kelelahan Subjektif

Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Faktor Kebiasaan

Lampiran 4. Kuesioner Identifikasi Stress Akibat Kerja

Lampiran 5. Kuesioner Kelelahan Subjektif.

Lampiran 6. Nordic Body Map

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu Industri tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting

dalam proses produksi di perusahaan. Proses produksi tidak akan berjalan

lancar apabila faktor tenaga kerja ini terganggu, baik karena kecelakaan

ataupun gangguan penyakit pada waktu kerja. Maka perusahaan harus

memberikan perhatian yang besar terhadap keselamatan dan kesehatan

tenaga kerjanya. (Topobroto, 2002)

Tenaga kerja tidak akan terlepas dengan lingkungan kerjanya. Untuk

itu diperlukan suatu identifikasi untuk menentukan faktor-faktor

lingkungan yang mempengaruhi tenaga kerja. Dalam hal ini lingkungan

kerja atau tempat kerja dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1970

diartikan sebagai tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak

atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja

untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber

bahaya

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting bagi peningkatan

produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi

kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktifitas yang

baik pula. Pekerjaan yang menuntut produktivitas tinggi hanya dapat

dilakukan oleh tenaga kerja dengan kesehatan yang prima. Sebaliknya


commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

keadaan sakit atau gangguan kesehatan menyebabkan tenaga kerja tidak

atau kurang produktif dalam melakukan pekerjaanya. Tenaga kerja yang

sakit atau terganggu kesehatannya yang masih melakukan pekerjaan

biasanya menunjukan hasil kerja yang sebagaimana mestinya. Tenaga

kerja yang sakit atau mengalami gangguan kesehatan menurun dalam

kemampuan kerja fisik, berfikir atau melaksanakan pekerjaan social

kemasyarakatan sehingga hasil kerjanya berkurang. Sangat rendahnya

produktivitas pada tenaga kerja yang secara klinis sakit adalah hal bi asa,

tetapi tidak jarang bahwa gangguan kesehatan yang tidak berarti pun

dapat saja mengakibatkan sangat rendahnya produktifitas tenaga kerja.

(Topobroto, 2002)

Sebagaimana telah dikemukakan, keadaan sakit atau gangguan

kesehatan pada tenaga kerja menurunkan kemampuan tenaga kerja untuk

bekerja fisik, melemahkan ketajaman, berfikir untuk mengambil

keputusan yang cepat dan tepat, serta menurunkan kewaspadaan dan

kecermatan dengan akibat tenaga kerja yang bersangkutan rentan terhadap

terjadinya kecelakaan kerja. (Suma’mur, 2009)

Pekerjaan dan atau lingkungan kerja dapat menyebabkan penyakit

akibat kerja. Identifikasi lingkungan kerja beserta pengukuran-

pengukuran di PT Trakindo Utama Surabaya diperlukan untuk

membedakan apakah penyakit yang diderita tenaga kerja tersebut

merupakan penyakit akibat kerja atau penyakit akibat dari faktor

kebiasaan tenaga kerja tersebut.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kondisi lingkungan kerja di PT Trakindo Utama Surabaya?

2. Bagaimanakah analisis dari hasil medical check up karyawan sehubungan

dengan lingkungan kerja?

C. Tujuan

1. Untuk dapat mengetahui gambaran lingkungan kerja PT Trakindo Utama

Surabaya.

2. Untuk dapat menganalisis hasil dari pengukuran lingkungan.

3. Untuk dapat menganalisis hasil dari medical chek up berdasarkan pada

kondisi lingkungan kerja yang telah teridentifikasi.

4. Memberi masukan mengenai kondisi lingkungan kerja.

5. Memberi masukan terhadap karyawan sehubungan dengan hasil medical

chek up.

D. Manfaat

1. Bagi Perusahaan

a. Memberikan gambaran mengenai identifikasi kondisi lingkungan kerja

sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja.

b. Memberikan analisis hasil medical check up sehubungan dengan hasil

identifikasi kondisi lingkungan kerja.

c. Dapat memberikan masukan mengenai pengendalian faktor lingkungan

yang berkaitan dengan hasil medical check up.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

2. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan wawasan, pengetahuan serta pengalaman mengenai

identifikasi kondisi lingkungan kerja dan analisisnya berdasarkan hasil

medical check up yang telah ada.

3. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Dapat menambah kepustakaan tentang hasil analisis medical check up

berdasarkan kondisi lingkungan di tempat kerja, sehingga dapat diambil

manfaatnya untuk perkembangan kurikulum dan keilmuan kesehatan dan

keselamatan kerja.

4. Bagi Pembaca

Diharapkan menjadi informasi mengenai analisis hasil medical check up

berdasarkan kondisi lingkungan kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Tempat Kerja

Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat 1 yang

dimaksud tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau

terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering

dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat

sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal

2; Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan

sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau berhubung dengan

tempat kerja tersebut;

2. Pengertian Kesehatan Kerja

Definisi Kesehatan kerja menurut Joint International Labour

Organisation (ILO)/WHO Committee on Occupational Health ialah

kesehatan kerja harus bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara

kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani rohani maupun social

pada pekerja dalam semua jabatan mencegah timbulnya gangguan

kesehatan yang disebabkan oleh keadaan kerja mereka, melindungi

pekerja dalam pekerjaan mereka terhadap bahaya yang dihasilkan oleh

faktor yang merugikan kesehatan, menempatkan dan melestarikan

pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan faal badanya
commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

maupun rohaninya atau secara ringkas menyesuaikan pekerjaan itu

terhadap manusia dan tiap-tiap orang terhadap jabatanya.Dari

pengertian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa maksud

dan tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk meningkatkan efisiensi

kerja dan produktivitas pekerja. Sehingga dapat digaris bawahi bahwa

cara kerja efisien meliputi hasil kerja yang optimal tanpa menorbankan

terlalu banyak tenaga, uang, dan waktu

3. Pengertian Lingkungan Kerja

Suatu kenyataan bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap

hasil kerja manusia. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya

dengan baik sehingga tercapai hasil yang optimal, apabila diantaranya

ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang baik. Sebaliknya bisa

dikatakan apabila dalam kondisi yang demikian manusia bisa

melaksanakan kegiatanya dengan optimal, sehat, aman dan selamat.

Lingkungan kerja yang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu

yang banyak sehingga tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem

kerja yang efisien dan produktif

4. Faktor Fisik

a. Kebisingan

Bunyi di dengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga

oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi-

bunyi tersebut tidak dikehendaki maka dinyatakan sebagai

kebisingan. Terdapat dua hal yang menyatakan kualitas suatu


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan

dalam jumlah getaran perdetik atau disebut Hezr (= Hz), yaitu

jumlah dari golongan-golongan yang sampai ditelinga setiap

detiknya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah

gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Nada

dari kebisingan ditentukan oleh frekuensi-frekuensi yang ada.

1) Pengaruh Kebisingan Terhadap Tenaga Kerja

Pengaruh utama dari kebisingan adalah kerusakan kepada

indera pendengaran yang menyebabkan ketulian progresif dan

akibat ini telah diketahui dan di terima secara umum selama

berabad-abad lamanya. Dengan kemampuan hygiene perusahaan

dan kesehatan kerja, akibat-akibat buruk ini dapat dicegah.

Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah

sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah

dihentikan paparan bisingnya, akan tetapi kerja terus menerus

ditempat bising berakibat kehilangan daya dengar yang menetap

dan tidak boleh kembali (Suma’mur P.K.¹, 1996).

Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat

dikategorikan menjadi dua yang didasarkan pada tinggi

rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan.

Pertama, pengaruh paparan kebisingan intensitas tinggi (diatas

NAB) dan kedua adalah pengaruh pemaparan kebisingan

intensitas rendah (dibawah NAB) (Tarwaka dkk, 2004).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas

NAB) adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran

yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang

bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian.

Sebelum terjadi kerusakan pendengaran yang permanen,

biasanya didahului dengan pendengaran yang bersifat sementara

yang dapat menggangu kehidupan yang bersangkutan baik

ditempat kerja maupun di lingkungan keluarga dan lingkungan

sosialnya.

Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis

kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.

Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat

menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya

tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan jantung

meningkat, gangguan pencernaan. Reaksi masyarakat, apabila

kebisingan akibat suatu proses produksi demikian hebatnya

sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar kegiatan

tersebut dihentikan.

Tingkat intensitas kebisingan rendah atau di bawah NAB

banyak ditemukan di lingkungan perkantoran, ruang

administrasi perusahaan. Intensitas kebisingan yang masih di

bawah NAB tersebut secara fisiologis tidak menyebabkan

kerusakan pendengaran. Namun demikian, sering dapat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

menyebabkan penurunan performansi kerja dan sebagai salah

satu penyebab stress kerja dan gangguan kesehatan lainnya.

Stress yang disebabkan oleh pemaparan kebisingan dapat

menyebabkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan

depresi. Secara spesifik stress karena kebisingan tersebut dapat

menyebabkan antara lain:

a) Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala dan

gangguan tidur

b) Gangguan reaksi psikomotor

c) Kehilangan konsentrasi

d) Gangguan komunikasi dengan lawan bicara

e) Penurunan performansi kerja yang pada akhirnya akan

menyebabkan kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja.

Menurut Suma’mur P.K.¹ (1996), diterima secara luas bahwa

kebisingan mempunyai efek merugikan kepada daya kerja yang

antara lain:

a) Gangguan

Kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki,

maka dari itu sering mengganggu walaupun terdapat variasi

diantara penerangan dalam besarnya gangguan atas jenis dan

kekerasan suatuu bising. Pada umunya kebisingan bernada

tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih bising terputus-putus

atau bising yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak terduga.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

b) Komunikasi dengan pembicaraan

Sebagai pegangan resiko potensiil kepada pendengaran

terjadi, apabila dalam komunikasi pembicaraan harus

dijalankan dengan berteriak. Gangguan komunikasi ini

menyebabkan pekerjaan terganggu bahkan mungkin terjadi

kesalahan, terutama pada saat penggunaan tenaga kerja baru.

c) Kriteria kantor

Kebutuhan dalam pembicaraan baik langsung maupun

tidak (lewat telepon) adalah sangat penting di kantor. Sebagai

pedoman tepat tidaknya tingkat kegaduhan harus diperhatikan

tingkat kekerasan dari frekuensi-frekuensi yang kuat.

d) Efek pada pekerjaan

Kebisingan akan sangat mengganggu perhatian, maka dari

itu tenaga kerja yang sedang melakukan pengamatan dan

pengawasan terhadap suatu proses produksi atau hasil dapat

melakukan kesalahan-kesalahan akibat terganggunya

konsentrasi. Juga dapat menyebabkan gangguan psikologis

terutama bagi yang peka terhadap bising dan berakibat

meningkatnya kelelahan kerja. Pada pekerjaan yang lebih

banyak memikir, kebisingan sebaiknya ditekan serendah-

rendahnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

e) Reaksi masyarakat

Intensitas kebisingan dari perusahaan ke masyarakat biasa

ditinjau dari berbagai faktor, seperti perbandingan kebisingan

akibat perusahaan dengan kebisingan yang semula sudah ada

di masyarakat, instalasi penyebab kebisingan, keadaan

masyarakat (kota/desa), waktu (siang/malam) dan musimnya.

Pengaruhnya akan sangat besar, bila kebisingan akibat suatu

proses produksi begitu hebatnya sehingga masyarakat sekitar

akan protes untuk dihentikan.

b. Penerangan

1) Definisi Penerangan di Tempat Kerja

Menurut peraturan pemerintah (1999), penerangan ditempat

kerja adalah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan

untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Penerangan dapat

berasal dari cahaya alami dan buatan. Penerangan adalah penting

sebagai suatu faktor keselamatan dalam lingkungan fisik pekerja.

Penerangan yang baik yaitu penerangan yang memungkinkan kita

dapat melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa

upaya yang tidak perlu (Suma’mur, 2009). Sedang akibat

penerangan yang buruk adalah penerangan dimana kita kurang

dapat melihat objek yang dikerjakan secara tidak jelas dan

memungkinkan dibantu oleh alat bantu penglihatan. Penerangan

yang buruk juga merupakan penerangan yang terlalu gelap atau


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

terlalu terang.dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan

berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-

keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata,

kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan

(Suma’mur, 2009).

Hal-hal yang perlu dihindari dalam ruang kerja agar penerangan

baik :

a) Jendela yang terlalu terang.

b) Papan hitam menempel pada dinding putih.

c) Benda-benda yang memantulkan/mengkilap.

d) Pemilihan cat ruangan yang tidak sesuai (warna yang tidak

cerah).

2) Sumber Penerangan

a) Penerangan alami

Sumber dari penerangan alami ini di dapat dari sinar alami

pada waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam dalam

sehari, untuk mendapatkan cahaya matahari harus

memperhatikan letak jendela dan lebar jendela. Luas jendela

untuk penerangan alami sekitar 20% luas lantai ruangan.

Penerangan alami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

musim, waktu, jam, jauh dekatnya gedung yang bersebelahan,

luas jalan masuk penerangan alami. Kualitas penerangan alami

siang hari dianggap baik, jika intensitasnya konstan. Penerangan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

demikian juga banyak kerugiannya, antara lain kurangnya

penerangan pada jarak lebih dari beberapa meter dari jendela.

b) Penerangan buatan.

Sumber penerangan ini berasal dari lampu buatan seperti

listrik, gas, atau minyak. Penerangan buatan dari suatu tempat

kerja bertujuan menunjang dan melengkapi penerangan alami,

juga dimaksudkan agar suatu ruangan kerja tercipta suasana

yang menyenangkan dan terasa nyaman untuk mata kita. Untuk

itu dalam pemilihan atau pengadaan lampu perlu di perhatikan

tentang efek dari penerangan buatan terhadap obyek yang di

amati, tugas visual tertentu memerlukan penerangan buatan

yang lebih baik. ( Soewarno 1992:70)

3) Efek Penerangan Pada Mata

Fungsi mata adalah sebagai indra penglihatan. Mata dibentuk

untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina,

dengan perantara serabut- serabut nervus optikus, mengalihkan

rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.

Untuk jenis pekerjaan yang berbeda, dibutuhkan intensitas

penerangan ruang kerja yang berbeda pula. Penerangan ruang kerja

yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata, akan tetapi

penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan,

menurut Soewarno (1992:76) menyebutkan bahwa penerangan

yang memadai bisa mencegah terjadinya kelelahan mata dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

mempertinggi kecepatan dan efisien membaca. Penerangan yang

kurang bukannya menyebabkan penyakit mata tetapi menimbulkan

kelelahan mata. Kelelahan mata dapat ditandai dengan adanya :

a) Iritasi pada mata (mata pedih, merah, dan mengeluarkan air

mata)

b) Penglihatan ganda (Double Vision)

c) Sakit sekitar mata

d) Daya akomodasi menurun

e) Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan terhadap kontras

dan kecepatan persepsi.

Menurut Suma’mur (2009) akibat dari penerangan yang

buruk adalah:

a) Kelelahan mata dan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.

b) Kelelahan mental

c) Keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar

mata

d) Kerusakan alat penglihatan

e) Meningkatnya kecelakaan.

Kelelahan pada mata akibat penerangan yang buruk dapat menjadi

sebab kelelahan mental. Gejala-gejalanya meliputi sakit kepala,

penurunan kemampuan intelektual, daya konsentrasi dan kecepatan

berfikir. Selain itu apabila pekerja mencoba mendekatkan matanya

terhadap objek untuk memperbesar ukuran benda maka akomodasi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

lebih dipaksa, dan mungkin terjadi penglihatan rangkap atau kabur,

dan kejadian akhir disertai perasaan sakit kepala di daerah atas mata.

Penerangan yang buruk dapat berakibat kelelahan mata,

memperpanjang waktu kerja, keluhan pegal didaerah mata dan sakit

kepala disekitar mata, kerusakan indra mata, kelelahan mental dan

menimbulkan terjadinya kecelakaan (Soewarno 1992:76)

c. Getaran

1) Pengertian Getaran Mekanis

Getaran mekanis di hasilkan oleh mesin-mesin atau alat-alat

mekanisyang dijalankan suatu motor, sebagian dari getaran mekanis

tersebut disalurkan kepada tubuh pekerja atau lainnya dalam bentuk

getaran mekanis. Pada umumnya getaran mekanis seperti itu tidak

dikehendaki, kecuali pada palu pneumatik, yang geterannya justru

suatu bentuk dari pekerjaan yang dimaksudkan. Karena tidak

diingini, maka perlu diketahui lebih lanjut tentang akibatnya bagi

tenaga kerja. Getaran adalah suatu percepatan yang ditimbulkan

oleh peralatan mekanis yang dijalankan dengan suatu motor

(Suma’mur P.K, 1996). Getaran mekanis adalah merupakan salah

satu faktor bahaya di tempat kerja yang disebabkan oleh peralatan

atau mesin yang sedang dioperasikan (Depnaker, 1996). Intensitas

getaran mekanis adalah bentuk dari energi mekanis yang dihasilkan

oleh mesin atau alat mekanis yang digerakkan oleh motor. Getaran

mekanis adalah merupakan salah satu faktor bahaya di tempat kerja


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

yang disebabkan oleh peralatan atau mesin yang sedang

dioperasikan.

2) Jenis Getaran

a) Getaran karena gerakan udara, pengaruhnya terutama pada

akustik

Menurut Gierke dan Nixon (1976) yang dikutip oleh J.F.

Gabriel dalam Suma’mur (1996:96), getaran udara juga

disebabkan oleh benda bergetar dan diteruskan melalui udara

sehingga akan mencapai telinga. Getaran dengan frekuensi 1-20

Hz tidak akan menyebabkan gangguan vestibulur yaitu gangguan

orientasi, kehilangan keseimbangan, dan mual-mual. Akan tetapi

dapat menimbulkan nyeri pada telinga, nyeri dada, dan bisa

terjadi getaran seluruh tubuh.

b) Getaran karena getaran mekanis, mengakibatkan resonansi atau

turut bergetarnya alat-alat tubuh.

Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2000:87) yang dikutip oleh

Arief Budiono dalam Suwarno, getaran mekanis dapat diartikan

sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis

yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat

menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh

kita. Getaran mekanis dapat dibedakan berdasarkan pajanannya.

Terdapat dua bentuk yaitu getaran seluruh badan dan getaran pada

lengan dan tangan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

3) Sumber Getaran

Seperti telah diketahui bersama peralatan atau mesin pada saat

dioperasikan akan menimbulkan getaran, disamping timbulnya

kebisingan. Getaran tidak hanya ditimbulkan oleh peralatan atau

mesin yang tidak bergerak seperti dalam industri, tetapi terjadi juga

pada peralatan atau mesin yang bergerak, seperti kendaraan atau

peralatan berat, traktor, forklift dan sebagainya. Getaran terjadi

karena adanya hentakan, gesekan, putaran dalam mesin. Perkakas

yang bergetar secara luas dipergunakan dalam industri logam,

perakitan kapal, dan otomotif, juga dipertambangan, kehutanan,

dan pekerjaan konstruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan

adalah: bor pneumatik, alat-alat ini menghasilkan getaran mekanik

dengan ciri fisik dan efeknya merugikan yang berbeda (Wijaya C ,

1995:174).

4) Klasifikasi Getaran Mekanis

Getaran mekanis dibagi menjadi dua yaitu:

a) Getaran Seluruh Badan (Whole Bady Vibration)

Getaran seluruh badan disalurkan ke seluruh tubuh dari

dasar mesin atau bagian mesin yang bergetar melalui lantai

kemudian ke kaki atau pantat. Sehingga tenaga kerja yang

terpapar biasanya pada posisi atau sikap kerja berdiri atau

duduk. Misalnya operator kendaraan atau peralatan berat,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

operator mesin dengan tempat berpijak atau tempat duduk

operatorpada dasar atau bagian mesin yang bergetar. Sebenarnya

hanya getaran dari tempat duduk dan topangan kaki yang

penting, karena diteruskan ke badan. Tergantung dari sifat

peredam bantal duduk atau pijakan kaki, getaran-getaran yang

sama dengan getaran alami dari tempat duduk atau kaki akan

diperbesar atau tidak. Jika peredaman kurang baik terjadilah

resonansi yang mungkin beberapa kali memperbesar getaran

tersebut.

b) Getaran Lengan Tangan (Tool Hand Vibration)

Alat-alat yang pada waktu kerjanya bergetar dan

mengakibatkan getaran-getaran terdapat banyak dalam

perusahaan. Getaran ini dihantarkan ke dalam tubuh secara lokal

melalui pergelangan tangan atau lengan dan kaki. Namun yang

sering dijumpai melalui tanagn dan lengan, sehingga disebut

getaran tangan lengan. Misalnya; operator mesin gerinda, mesin

potong, mesin bor, mesin amplas, mesin serut, dan sebagainya

selama bekerja dengan alat-alat itu sifatnya kadang-kadang,

sedangkan getarannya tidak seberapa, alat-alat demikian tidak

mendatangkan bahaya. Tetapi ada pekerjaan-pekerjaan dalam

industri, kehutanan, pembangunan, dan pertambangan yang

menggunakan alat-alat pengangkut bergetar secara terus

menerus. Dalam pertambangan, alat demikian adalah pukul dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

pengebor tempa yang di negara-negara maju telah digantidengan

mesin besar. Pemukul mekanis sering diganti dengan mesin

tempa, yang dikerjakan secara otomatis. Dalam kehutanan

dipakai gergaji-gergaji listrik yang menimbulkan getaran lengan

pemakainya. Demikian pula alat perantara jalan elektris.

5) Efek Getaran Mekanis


Berbeda dengan getaran udara, yang pengaruhnya adalah

akustik, getaran mekanis berakibat timbulnya resonansi dari alat-

alat tubuh, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Penjalaran

getaran mekanis melalui sentuhan atau kontak dengan permukaan

benda yang bergerak, sentuhan ini melalui daerah yang terlokalisasi

(tool hand vibration) atau mengenai seluruh tubuh (whole body

vibration).Efek getaran yang timbul terhadap tubuh tergantung

besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh.

Tabel 1. Efek Getaran Mekanis


No Frekuensi Effek
1 3 – 9 Hz Akan timbul resonansi pada dada dan perut
2 6 – 10 Hz Dengan intensitas 0,6 g, tekanan darah, denyut jantung,
pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah.
Pada intensitas 1,2 g terlihat banyak perubahan system
peredaran darah

3 10 Hz Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan


beresonansi
4 13 – 15 Hz Tenggorokan akan mengalami resonansi
Sumber: Suma’mur

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Disamping rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh goyangan

organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan

efek jangka lama yang menimbulkan osteoarthritis tulang belakang

(J.M. Harrington, 2003:187-188). Menambahnya tonus otot-otot

oleh karena getaran dibawah frekuensi 20 Hz menjadi sebab

kelelahan. Kontraksi statis ini menyebabkan penimbunan asam

laktat dalam alat-alat dengan bertambahnya panjang waktu reaksi.

Rasa tidak enak menjadi sebab kurangnya perhatian. Rangsangan-

rangsangan pada system retikuler di otak menjadi sebab mabuk.

Sebaliknya, frekuensi diatas 20 Hz menyebabkan pengenduran

otot. Lain dari itu getaran-getaran frekuensi tinggi 30-50 Hz

digunakan dalam kedokteran olah raga untuk memulihkan otot

sesudah kontraksi luar biasa.

Badan merupakan susunan elastis yang komplek dengan tulang

sebagai penyokong alat-alat dan landasan kekuatan serta kerja otot.

Kerangka, alat-alat, urat, dan otot memiliki sifat elastis yang

bekerja secara serentak sebagai peredam dan penghantar getaran.

Pengaruh getaran terhadap tubuh ditentukan sekali oleh posisi

tubuh atau sikap kerja (J.F. Gabriel, 1996:97). Menurut Emil Salim

(2002:253) yang dikutip Arief Budiono menyebutkan getaran pada

seluruh tubuh atau umumnya (Whole Body Vibration) yaitu terjadi

getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang

berdiri tetapi landasannya bergetar.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

Pada Getaran tangan lengan Menurut Emil Salim (2002:253)

yang dikutip Arief Budiono menyebutkan Getaran setempat yaitu

getaran yang merambat melalui tangan akibat pemakaian peralatan

yang bergetar, frekuensinya biasnya antara 20-500 Hz. Frekuensi

yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz, karena tubuh manusia

sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini berbahaya pada

pekerjaan seperti :

a) Operator gergaji rantai

b) Tukang semprot, potong rumput

c) Gerinda,

d) Penempa palu.

Efeknya lebih mudah di jelaskan dari pada menguraikan

patofisiologinya, efek ini disebut sebagai sindrom getaran lengan

(HVAS) yang terdiri atas:

a) Efek vaskuler-pemucatan pada episodik buku jari ujung yang

bertambah parah pada suhu dingin (Fenomena Raynoud).

b) Efek Neurologik buku jari ujung mengalami kesemutan dan

baal. Efek bersifat progresif apabila ada pemanjanan terhadap

alat bergetar berlanjut dan dapat menyebabkan dalam kasus

yang parah, gangrene

Efek getaran mekanis terhadap tangan disebabkan karena alat-alat

yang dipakai akan bergetar dan getaran tersebut disalurkan pada

tangan. Gabriel (1988) berpendapat bahwa getaran-getaran dalam


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

waktu yang singkat tidak berpengaruh pada tangan tetapi dalam

jangka waktu cukup lama akan menimbulkan kelainan pada tangan

berupa :

a) Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala

kelainan ini mirip dengan fenomena Raynaud yaitu keadaan

pucat dan biru dari anggota badan, pada saat anggota badan

kedinginan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepi dan

tanpa kelainan gizi. Phenomena Raynaud ini terjadi pada

frekuensi sekitar 30-40 Hz.

b) Kerusakan-kerusakan pada persendian tulang.

Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit

masih memungkinkan mereka bekerja dengan alat-alat yang

bergetar. Namun pada berbagai hal, penyakit demikian

memburuk, sehingga kapasitas kerja terganggu dan tenaga

kerja harus menghentikan pekerjaannya. Dari sudut cacat

kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya dibanding dengan

hilangnya perasaan tangan dan tidak dapat digunakan sebagai

mestinya. Hal ini terutama berat bagi pekerjaan dengan tangan

kanan yang memerlukan ketelitian terutama dengan alat kecil

yang berputar. Otot-otot yang menjadi lemah biasanya

abduktor jari kelingking, otototot interossea, dan fleksin dari

jari-jari.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

d. Iklim Kerja

1) Pengertian

Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaan udara,

kecepatan gerakan angin dan radiasi. Bila kombinasi dari keempat

faktor tersebut dihubungkan dengan produksi panas maka disebut

tekanan panas ( Suma’mur, 2009 ). Hal-hal tersebut diatas dapat

dimasukkan dalam kelompok Climatik factor dan Non climatic factor,

yang termasuk dalam Climatic factor adalah :

a) Suhu adara

b) Humiditi

c) Radiasi

d) Kecepatan geraan udara

Sedangkan yang termasuk non climatik factor adalah :

a) Panas metabolisme (tergantung dari aktivitas fisik)

b) Pakaian kerja

c) Tingkat aklimatisasi

Suhu yang tinggi mengakibatkan heat cramps pada lingkungan yang

bersuhu tinggi, karena bertambahnya keringat yang menybabkan hilangnya

garam natrium dari tubuh. Suhu udara yang nyaman yaitu sekitar 24 oC - 26
o
C, dengan kelembaban udara 60%. Perbedaan yang masih dapat ditolerir

adalah suhu 2 oC - 3 oC diatas suhu nyaman.

Menurut Kepmenaker No 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas

faktor fisika pada lampiran I Nilai Ambang Batas Iklim kerja Indeks suhu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

basah bola (ISBB) yang diperkenenkan, bahwa untuk waktu bekerja terus

menerus 8 jam per hari pada beban kerja berat ISBB 25 oC. Kondisi

lingkungan yang panas dapat menyebabkan kelelahan dan heat stres,

sedangkan penghilangan panas dapat menurunkan heat stres dan kelelahan.

5. Faktor Biologis

Faktor biologis penyebab penyakit akibat kerja banyak ragamnya yaitu

virus, bakteri, riketsia, protozoa, jamur, cacing, kutu, pinjal bahkan tumbuhan

atau hewan besar ataupun bahan yang terkandung didalamnya. Berbeda dari

factor penyebab penyakit lainya faktor biologis ini dapat menular dari satu

tenaga kerja ke tenaga kerja lainnya, sehingga selain cara biasa untuk

menanggulangi juga perlu ditempuh upaya untuk mencegah terjadinya

penularan penyakit.

Penyakit infeksi menjadi penyakit akibat kerja atau penyakit akibat

hubungan kerja jika penyebabnya adalah pekerjaan dan atau lingkungan

kerja. Hal ini berarti bahwa penyebab infeksi seperti bakteri, riketsia, virus

pathogen (yang dapat menimbulkan penyakit) terdapat dalam pekerjaan atau

lingkungan kerja. Namun sakit tidaknya seseorang tergantung dari banyak

faktor, antara lain patogenitas dan banyaknya penyakit yang menyerang

tubuh. Dalam ketentuan yang berlaku penyakit infeksi akibat kerja adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang berada dalam pekerjaan

atau dalam lingkungan kerja yang mempunyai resiko kontaminasi khusus.

(Suma’mur, 2009)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

6. Faktor kimia

Faktor kimia dapat berupa debu,gas, uap, fume,dan sebagainya. Gas-gas

beracun dapat dikelompokan menurut akibat yang ditimbulkan, antara lain

a. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan

Organ pernafasan merupakan bagian yang diperkirakan paling banyak

mendapatkan pengaruh karena yang pertama berhubungan dengan bahan

pencemar udara. Sejumlah senyawa spesifik yang berasal dari gas buang

kendaraan bermotor seperti oksida - oksida sulfur dan nitrogen, partikulat

dan senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan iritasi dan radang pada

saluran pernafasan. Walaupun kadar oksida sulfur di dalam gas buang

kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin relatif kecil, tetapi tetap

berperan karena jumlah kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar

makin meningkat. Selain itu menurut studi epidemniologi, oksida sulfur

bersama dengan partikulat bersifat sinergetik sehingga dapat lebih

meningkatkan bahaya terhadap kesehatan.

1) Oksida sulfur dan partikulat

Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas buang yang larut dalam air

yang langsung dapat terabsorbsi di dalam hidung dan sebagian besar

saluran ke paru-paru. Karena partikulat di dalam gas buang kendaraan

bermotor berukuran kecil, partikulat tersebut dapat masuk sampai ke

dalam alveoli paru-paru dan bagian lain yang sempit. Partikulat gas

buang kendaraan bermotor terutama terdiri jelaga (hidrokarbon yang

tidak terbakar) dan senyawa anorganik (senyawa-senyawa logam,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

nitrat dan sulfat). Sulfur dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi

kabut asam sulfat (H2SO4) dan partikulat sulfat. Sifat iritasi terhadap

saluran pernafasan, menyebabkan SO2 dan partikulat dapat

membengkaknya membran mukosa dan pembentukan mukosa dapat

meningkatnya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan. Kondisi

ini akan menjadi lebih parah bagi kelompok yang peka, seperti

penderita penyakit jantung atau paru-paru dan para lanjut usia.( Japan

International Cooperation Agency,1997)

2) Oksida Nitrogen

Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara, nitrogen

dioksida (NO2) merupakan gas yang paling beracun. Karena larutan

NO2 dalam air yang lebih rendah dibandingkan dengan SO2, maka

NO2 akan dapat menembus ke dalam saluran pernafasan lebih dalam.

Bagian dari saluran yang pertama kali dipengaruhi adalah membran

mukosa dan jaringan paru. Organ lain yang dapat dicapai oleh NO2

dari paru adalah melalui aliran darah.Karena data epidemilogi tentang

resiko pengaruh NO2 terhadap kesehatan manusia sampai saat ini

belum lengkap, maka evaluasinya banyak didasarkan pada hasil studi

eksprimental. Berdasarkan studi menggunakan binatang percobaan,

pengaruh yang membahayakan seperti misalnya meningkatnya

kepekaan terhadap radang saluran pernafasan, dapat terjadi setelah

mendapat pajanan sebesar 100 μg/m3. Percobaan pada manusia

menyatakan bahwa kadar NO2 sebsar 250 μg/m3 dan 500 μg/m3 dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

mengganggu fungsi saluran pernafasan pada penderita asma dan orang

sehat. ( Japan International Cooperation Agency,1997)

3) Ozon dan oksida lainnya

Karena ozon lebih rendah lagi larutannya dibandingkan SO2

maupun NO2, maka hampir semua ozon dapat menembus sampai

alveoli. Ozon merupakan senyawa oksidan yang paling kuat

dibandingkan NO2 dan bereaksi kuat dengan jaringan tubuh. Evaluasi

tentang dampak ozon dan oksidan lainnya terhadap kesehatan yang

dilakukan oleh WHO task group menyatakan pemajanan oksidan

fotokimia pada kadar 200-500 μg/m³ dalam waktu singkat dapat

merusak fungsi paru-paru anak, meningkat frekwensi serangan asma

dan iritasi mata, serta menurunkan kinerja para olaragawan.

b. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik

Banyak senyawa kimia dalam gas buang kendaraan bermotor yang

dapat menimbulkan pengaruh sistemik karena setelah diabsorbsi oleh paru,

bahan pencemar tersebut dibawa oleh aliran darah atau cairan getah bening

ke bagian tubuh lainnya, sehingga dapat membahayakan setiap organ di

dalam tubuh. Senyawa-senyawa yang masuk ke dalam hidung dan ada

dalam mukosa bronkial juga dapat terbawa oleh darah atau tertelan masuk

tenggorokan dan diabsorbsi masuk ke saluran pencernaan. Selain itu ada

pula pemaja nan yang tidak langsung, misalnya melalui makanan, seperti

timah hitam. Diantara senyawa-senyawa yang terkandung di dalam gas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

kendaraan bermotor yang dapat menimbulakan pengaruh sistemik, yang

paling penting adalah karbon monoksida dan timbel.

1) Karbon Monoksida

Karbon monoksida dapat terikat dengan haemoglobin darah lebih kuat

dibandingkan dari oksigen membentuk karboksihaemoglobin (COHb),

sehingga menyebabkan terhambatnya pasokan oksigen ke jaringan

tubuh. Pajanan CO diketahui dapat mempengaruhi kerja jantung

(sistem kardiovaskuler), sistem syaraf pusat, juga janin, dan semua

organ tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen. Pengaruh CO

terhadap sistem kardiovaskuler cukup nyata teramati walaupun dalam

kadar rendah. Penderita penyakit jantung dan penyakit paru merupakan

kelompok yang paling peka terhadap pajanan CO. Studi eksperimen

terhadap pasien jantung dan penyakit pasien paru, menemukan adanya

hambatan pasokan oksigen ke jantung selama melakukan latihan gerak

badan pada kadar COHb yang cukup rendah 2,7%. Pengaruh pajanan

CO kadar rendah pada sistem syaraf dipelajari dengan suatu uji

psikologi. Walaupun diakui interpretasi dari hasil uji seperti ini sulit

ditemukan bahwa kadar COHb 16% dianggap membahayakan

kesehatan. Pengaruh bahaya ini tidak ditemukan pada kadar COHb

sebesar 5%. Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya adalah karena

pajanan CO pada kadar tinggi dapat menyebabkan kurangnya pasokan

oksigen pada ibu hamil yang konsekuennya akan menurunkan tekanan

oksigen di dalam plasenta dan juga pada janin dan darah. Hal ini dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

menyebabkan kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat

badanrendah dibandingkan normal. Menurut evaluasi WHO, kelompok

penduduk yang peka (penderita penyakit jantung atau paru-paru) tidak

boleh terpajan oleh CO dengan ka dar yang dapat membentuk COHb

di atas 2,5%. Kondisi ini ekivalen dengan pajanan oleh CO dengan

kadar sebesar 35 mg/m3 selama 1 jam, dan 20 mg/mg selama 8 jam.

Oleh karena itu, untuk menghindari tercapainya kadar COHb 2,5-3,0 %

WHO menyarankan pajanan CO tidak boleh melampaui 25 ppm (29

mg/m3) untuk waktu 1 jam dan 10 ppm (11,5 mg/mg3) untuk waktu 8

jam. ( Japan International Cooperation Agency,1997)

c. Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker

Pembakaran didalam mesin menghasilkan berbagai bahan pencemar

dalam bentuk gas dan partikulat yang umumnya berukuran lebih kecil dari

2μm. Beberapa dari bahan-bahan pencemar ini merupakan senyawa-

senyawa yang bersifat karsinogenik dan mutagenik, seperti etilen,

formaldehid, benzena, metil nitrit dan hidrokarbon poliaromatik (PAH).

Mesin solar akan menghasilkan partikulat dan senyawa-senyawa yang

dapat terikat dalam partikulat seperti PAH, 10 kali lebih besar

dibandingkan dengan mesin bensin yang mengandung timbel. Untuk

beberapa senyawa lain seperti benzena, etilen, formaldehid,

benzo(a)pyrene dan metil nitrit , kadar di dalam emisi mesin bensin akan

sama bes arnya dengan mesin solar. Emisi kendaraan bermotor yang

mengandung senyawa karsinogenik diperkirakan dapat menimbulkan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

tumor pada organ lain selain paru. Akan tetapi untuk membuktikan apakah

pembentukan tumor tersebut hanya diakibatkan karena asap solar atau gas

lain yang bersifat sebagai iritan. ( Japan International Cooperation

Agency,1997)

d. Efek gas buang terhadap paru

1) Sulfur Dioksida (SO2)

Sulfur dioksida terbentuk dari pembakaran bahan bakar fosil seperti

minyak bumi, batubara dan industri yang memakai bahan baku sulfur.

Nilai ambang batas SO2 adalah sebesar 0.1 ppm/24 jam. Zat ini

merupakan salah satu komponen dalam pembentukan hujan asam.

Kadar SO2 dalam gas buang tergantung dari jenis bahan bakar yang

digunakan; sulfur dioksida yang berasal dari solar lima kali lebih

banyak dibandingkan dengan SO2 yang terjadi pada pemakaian bahan

bakar bensin. SO2 lebih larut di dalam air dibandingkan dengan

nitrogen dioksida. Sebagian SO2 akan tertahan di saluran napas atas,

karena bereaksi dengan air yang terdapat di lapisan mukosa. Pada

penderita asma, paparan SO2 sebesar 0,4 ppm selama waktu kurang

dari 1 jam dapat menimbulkan bronkospasme. Pada orang normal

paparan SO2 yang kurang dari 5 ppm tidak mempengaruhi faal paru.

Lavase bronkus dari orang normal yang dipapari dengan SO2 0,4 ppm

selama 20 menit menunjukkan reaksi inflamasi dan ditemukan

peningkatan konsentrasi antibodi. (Faisal Yunus,1998)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

2) Nitrogen Dioksida (NO2)

Nitrogen dioksida terbentuk dari pembakaran minyak yang tidak

sempurna pada temperatur yang tinggi. Nilai ambang batas NO2 adalah

sebesar 0,05 ppm/jam. Dampak paparan NO2 lebih bersifat kronik.

Pada orang normal paparan NO2 1,5 ppm selama 2 jam tidak

menunjukkan penurunan faal paru yang bermakna. Tetapi paparan

melebihi 1,5–2 ppm menyebabkan peningkatan tahanan ekspirasi dan

inspirasi(11-14). Paparan NO2 sebesar 0,1 ppm selama waktu 1 jam

meningkatkan hipereaktivitas bronkus yang diukur dengan inhalasi

metakolin serta meningkatkan obstruksi saluran napas. Kejadian infeksi

saluran napas meningkat pada orang yang terpapar dengan nitrogen

dioksida. Hal itu disebabkan oleh karena terjadi kerusakan silia,

gangguan sekresi mukus dan fungsi makrofag alveolar serta gangguan

imunitas humoral Pada penderita PPOK paparan NO2 sebesar 0,3 ppm

menimbulkan obstruksi saluran napas, sedangkan pada orang normal

tidak menimbulkan gangguan yang berarti. . (Faisal Yunus,1998)

3) Ozon (O3)

Ozon terbentuk terutama akibat reaksi fotokimia antara nitrogen

oksida dan bahan organik. Pada gas buang kendaraan bermotor terdapat

zat organik dan nitrogen oksida. Nilai ambang batas ozon adalah 0.08

ppm/jam. Ozon mempunyai efek toksik berupa gangguan biokimia dan

perubahan morfologi saluran napas. Paparan terhadap ozon akan

meningkatkan hipereaktivitasbronkus baik pada penderita asma maupun


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

orang sehat. Pemaparan ozon dengan kadar 0.13 ppm selama 1–2 jam

pada orang sehat menyebabkan penurunan volume ekspirasi paksa detik

pertama (VEP I), diikuti dengan gejala batuk, sesak napas dan bising

mengi. Paparan terhadap ozon dapat menimbulkan kerusakan jaringan

paru berupa hiperplasi sel epitel alveolar serta gangguan pada bronkus

terminalis Setelah paparan terhadap ozon dengan kadar 0,4 ppm selama

2 jam, cairan lavase bronkus menunjukkan peningkatan jumlah lekosit

polimorfonuklear serta makrofag alveolar. . (Faisal Yunus,1998)

4) Partikulat

Partikulat adalah zat dengan diameter kurang dari 10 u, dapat

berupa uap, cairan, asap maupun padat. Efek partikulat terhadap saluran

napas tergantung dari besar partikelnya. Partikel dengan diameter lebih

besar dari 10 u sebagian besar mengendap di saluran napas bagian alas,

diameter antara 3–10 u mengendap di percabangan bronkus dan

bronkiolus, diameter 0,1–3 u akan sampai ke alveolus. Purtikel dengan

diameter kurang dari 0,1 u akan keluar masuk ke dalam paru tanpa

diendapkan, disebut sebagai partikel atau debu respirable. Pada

umumnya efek partikulat hampir saina dengan efek yang disebabkan

oleh sulfur dioksida dan nitrogen dioksida, karena zat ini dalam saluran

napas bereaksi dengan uap air membentuk partikel H2SO4 dan HNO3.

Partikulat bersama polutan lain seperti ozon dan sulfurdioksida akan

menimbulkan penurunan faal paru, sedangkan partikulat saja tidak

menimbulkan gangguan faal paru pada orang normal. Gangguan faal


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

paru yang terjadi adalah penurunan VEP I dan rasio VEP 2/KVP, yaitu

gangguan obstruksi saluran napas. . (Faisal Yunus,1998)

5) Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida adalah hasil pembakaran tidak sempurna bahan-

bahan mengandung karbon. Gas ini terbentuk pada setiap pembakaran

dan penyebab kematian penting pada kebakaran gedung-gedung dan

ledakan di tambang-tambang. Karbon monoksida berikatan kuat dengan

Hb sehingga mengurangi kemampuan hemoglobin untuk mengikat

oksigen. Ikatan CO dengan Hb 200 kali lebih kuat daripada ikatan Hb

dengan O2. Peningkatan karboksi hemoglobin dalam darah

menyebabkan terjadi pergeseran kurve disosiasi oksigen ke kiri.

Hipoksia jaringan dapat menyebabkan kerusakan setiap organ yang

telah mengalami gangguan vaskuler. Kematian atau cacat permanen

terjadi oleh karena infark miokard atau infark otak. . (Faisal

Yunus,1998)

e. Mekanisme obstruksi saluran napas akibat Gas buang

Sulfur dioksida, nitrogen dioksida dan partikulat yang masuk ke dalam

saluran napas akan bereaksi dengan air yang terdapat di saluran napas atas

dan bawah membentuk H2SO4 dan HNO3. SO2 lebih mudah larut

sehingga efeknya terjadi pada saluran napas bagian alas, zat NO2 lebih

sukar larut dalam air, sehingga efek yang ditimbulkannya terutama terjadi

di saluran napas bagian bawah. Asam sulfat dan asam nitrat yang terjadi

merupakan iritan yang sangat kuat. Zat ini menyebabkan gangguan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

imunitas humoral, fungsi sekresi makus, peningkatan sel polimorfonuklear

dan kerusakan silia. Iritasi akibat gas buang dapat bersifat akut dan kronik.

Kelainan yang terjadi akibat efek iritasi zat dalam gas buang ditentukan

oleh faktor-faktor berikut :

1) struktur kimia

2) konsentrasi dalam udara

3) lamanya kontak

4) daya larut dalam air

Zat yang mudah larut dalam air umumnya mempunyai efek iritasi pada

saluran napas bagian alas sedangkan yang mempunyai daya larut rendah

atau tidak larut akan mengiritasi saluran napas bagian bawah. Efek iritasi

yang akut terjadi karena rangsangan pada reseptor dan menimbulkan rasa

sakit sehingga terjadi refleks penghambatan pernapasan yaitu penyempitan

bronkus dan refleks batuk. Pada paru dapat terjadi edema paru karena

perubahan permeabilitas kapiler, peningkatan tekanan pada pembuluh

darah paru, menyebabkan eksresi cairan transudat yang kemudian

memudahkan timbulnya infeksi, Iritasi kronik akan menimbulkan berbagai

perubahan dalam saluran napas yaitu :

1) Di bronkus besar terjadi kelumpuhan silia hiperplasi kelenjar mukosa,

hipersekeksesi dan penurunan daya tahan terhadap infeksi.

2) Di bronkus terminalis terjadi kehilangan daya pertahanan paru,

mempengaruhi kerja surfaktan, metaplasia sel goblet, peradangan dan

obliterasi sel sehingga akhirnya terjadi obstruksi saluran napas.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

3) Di alveolus terjadi peningkaan jumlah sel dan makrofag yang

menyebabkan penglepasan enzim pruteolitik yang menimbulkan

kerusakan alveoli. Sel polimorfonuklear dan makrofag akan

mengeluarkan oksidan yang kuat dan dapat menyebabkan kerusakan

sel mukosa saluran napas dan alveolus. Kerusakan mukosa

menyebabkan terjadinya edema dan hipereksresi mukus. Saluran

napas yaitu bronkus dan bronkiolus akan menyempit sehingga terjadi

hambatan udara ekspirasi dan inspirasi. Penyempitan saluran napas

menyebabkan VEP I menurun sehingga dapat menyebabkan

penurunan tekanan arterial oksigen, peningkatan tekanan karbon

dioksida arteri dan penurunan pH. Batuk yang terjadi pada

penghirupan gas buang kendaraan bermotor terjadi karena paparan zat

pada saluran napas mengiritasi salah satu ujung sensoris nervus vagus

di laring. Irakea, bronkus besar atau serat aferen cabang faring nervus

glossopharingeal. Keadaan ini menimbulkan retleks batuk. (Faisal

Yunus,1997)

Gas buang kendaraan bermotor mengandung bermacammacam gas dan

partikulat. Zat terpenting yang dapat mempengaruhi faal paru adalah sulfur

dioksida, nitrogen dioksida dan ozon. Penurunan faal paru terjadi oleh

karena sifat iritasi dan merupakan oksidan yang kuat. Tergantung dari sifat

kelarutan zat dalam air, makin mudah zat itu larut maka kerusakan terjadi

pada saluran nafas bagian atas. Zat yang sukar atau tidak larut akan

merusak saluran napas bagian bawah. Efek kerusakan terhadap saluran


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

napas paru dapat bersifat akut dan kronik. Besar dan luasnya kerusakan

tergantung pada jenis zat, konsentrasi zat, lama paparan dan ada atau

tidaknya kelainan saluran napas atau paru sebelumnya.(Faisal

Yunus,1997)

7. Faktor Fisiologis Ergonomis

a. Stress Akibat Kerja

Stress adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang

berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat

menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari

menurunnya kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit.

1) Pengertian stres

Dalam bahasa teknik. Stress dapat diartikan sebagai kekuatan dari

bagian - bagian tubuh. Dalam bahasa biologi dan kedokteran. Stress

dapat diartikan sebagai proses tubuh untuk beradaptasi terhadap

pengaruh luar dan perubahan lingkungan terhadap tubuh. Secara

umum. Stress dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat

menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.Stress secara

umum merupakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan

berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara fisik maupun mental

(kejiwaan). (Tarwaka, 2011)

a) Stress sebagai stimulus.

Stress sebagai variable bebas (independent variable) menitik

beratkan pada lingkungan sekitarnya sebagai stressor. Sebagai


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

contoh: petugas air traffics control merasa lingkungan pekerjaanya

penuh resiko tinggi, sehingga mereka sering mengalami stress akibat

lingkungan pekeraanya tersebut. (Tarwaka, 2011)

b) Stress sebagai respon

Stress sebagai variable tergantung (dependent variable)

memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor. Sebagai contoh:

seseorang mengalami stress apabila akan menjalani ujian. Respon

tubuh (strain) yang dialami dapat berupa respon psikologis (perilaku,

pola pikir, emosi dan perasaan stress itu sendiri) dan respon

fisiologis (jantung berdebar, perut mulas-mulas, badan berkeringat

dll).

2) Penyebab stress akibat kerja

a) Faktor Intrinsik Pekerjaan

Faktor ini meliputi: keadaan lingkungan kerja yang tidak nyaman,

stasiun kerja yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang

panjang, perjalanan ke dan dari tempat kerja, pekerjaan beresiko

tinggi dan berbahaya, pemakaian tehnologi baru, pembebanan

berlebih.

b) Faktor peran individu dalam organisasi kerja.

Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu

pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan

dengan beban kerja fisik .

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

c) Faktor hubungan kerja

Hubungan antara karyawan di tempat kerja adalah faktor yang

potensial sebagai penyebab terjadinya stress.

d) Faktor luar pekerjaan

Faktor kepribadian seseorang (ekstrovert atau introvert) sangat

berpengaruh terhadap stressor yang diterima. Konflik yang diterima

oleh dua orang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda satu sama

lain. Perselisihan antar anggota keluarga, lingkungan tetangga dan

komunitas juga merupakan faktor penyebab timbulnya stress yang

masih akan terbawa dalam lingkungan kerja. (Tarwaka, 2011)

3) Pengaruh stress

Stressbiasanya merupakan perasaan subjektif seseorang sebagai

bentuk kelelahan, kegelisahan (anxiety) dan depresi. Reaksi psikologis

kepada stress dapat dievaluasi dalam bentuk beban mental, kelelahan

dan perilaku (arousal). Setelah beberapa lama mengalami kegelisahan,

depresi, konflik dan stress di tempat kerja, maka pengaruhnya akan

dibawa ke dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Bila tubuh

mengalami stress, maka akan terjadi perubahan fisiologis sebagai

jawaban atas terjadinya stress. Sistem di dalam tubuh yang mengadakan

respon adalah diperantaraioleh saraf otonom, hypothalamic-pituitari

axis dan pengeluaran katekolaminyang akan mempengaruhii fungsi-

fungsi organ di dalam tubuh seperti sistem kardiovaskuler, sistem

gastro intestinal dan gangguan penyakit lainnya. Pengaruhnya sangat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

tergantung dari sifat dan kepribadian seseorang.Dalam menghadapi

stress, individu dengan kepribadian introvert akan bereaksi lebih negatif

dan menderita ketegangan lebih besar dibandingkan dengan mereka

yang berkepribadian ekstrovert.Seseoang dengan kepribadian fleksibel

atau luwes akan mengalami ketegangan yang lebih besar dalam suatu

konflik, dibandingkan dengan mereka yang berkepribadian rigid.

(Tarwaka, 2011)

4) Manajemen stress

Manajemen stress dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya

ialah:

a) Redesain tugas-tugas pekerjaan

b) Redesain lingkungan kerja

c) Menerapkan waktu kerja yang fleksibel

d) Menerapkan manajemen partisipatoris

e) Melibatkan karyawan dalam pengembangan karier

f) Mengalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan (goals)

g) Mendukung aktivitas social

h) Membanagun tim kerja yang kompak

i) Menetapkan kebijakan ketenagakerjaan yang adil (Tarwaka, 2011)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

B. Kerangka Pemikiran

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif, yang

memberikan gambaran yang jelas terhadap project penelitian berupa kondisi

lingkungan kerja dan data yang diperoleh berupa hasil kuesioner,wawancara

dan pengamatan dipergunakan sebagai bahan penulisan laporan. Penelitian

deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan mendiskripsikan atau

memaparkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kini dan lebih

menekankan pada data factual dari pada penyimpulan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT Trakindo Utama Surabaya, Jl. Rungkut

Industri Raya No. 2 Surabaya.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Obyek yang diteliti adalah kondisi lingkungan kerja yang meliputi faktor

fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikologis dan hasil medical check up

karyawan di PT Trakindo Utama Surabaya.

D. Sumber Data

1. Data Primer

Yaitu data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari sumber

pertama. Melalui observasi, wawancara dan pengukuran langsung


commit41to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

mengenai kondisi Lingkungan kerja dan tenaga kerja di PT Trakindo

Utama Surabaya.

2. Data Sekunder

Data yang tidak langsung diperoleh dari sumber utamanya dan telah

tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis. Data sekunder

diperoleh melalui data-data yang ada pada dokumen dan catatan

perusahaan yang telah direcord

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Bertujuan untuk mengamati obyek penelitian untuk mengetahui

tentang obyek penelitian tersebut. Biasanya digunakan sebagai alat

pengumpulan data untuk obyek yang belum banyak diketahui. Observasi

merupakan seluruh kegiatan pengamatan terhadap suatu obyek atau orang

lain, seperti: ciri-ciri, motivasi, perasaan-perasaan dan itikad orang lain.

Hal ini merupakan salah satu bentuk observasi perilaku manusia. Metode

observasi memperkenankan pencatatan perilaku yang sedang terjadi,

dengan demikian memperkecil kemungkinan ralat dalam mengingat

kembali kebiasaan dan tingkat akurasinya dapat lebih tinggi serta biaya

yang lebih murah.

2. Wawancara

Suatu langkah dalam penelitian ilmiah berupa penggunaan proses

komunikasi verbal untuk mengumpulkan informasi dari seseorang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

ataupun kelompok orang. Informasi dikumpulkan dari orang yang

diwawancarai oleh pewawancara. kuesioner wawancara, yang digunakan

oleh peneliti sebagai pegangan dalam melakukan wawancara. Hasil dari

kuesioner ini diterjemahkan dalam angka-angka, tabel-tabel, analisis

statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Tujuan pokok

pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan

dengan tujuan survei dan memperoleh informasi dengan reliability.

3. Studi kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari literatur-literatur yang ada yang sesuai

dengan obyek penelitian

F. Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan sebelum magang adalah mengajukan

proposal permohonan magang di bidang Kesehatan dan Keselamatan

Kerja di PT. Trakindo Utama Surabaya, di samping itu persiapan yang

dilakukan adalah mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan

hygiene perusahaan.

2. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tanggal 17 Maret hingga 30

April 2011. Adapun kegiatan selama pengukuran antara lain:

a. Penjelasan dan orientasi tentang profil perusahaan

b. Observasi secara umum kondisi K3 perusahaan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

c. Pengamatan secara langsung terhadap kondisi lingkungan perusahaan.

d. Melakukan diskusi / wawancara dengan tenaga kerja dan departemen

SHE tentang kondisi lingkungan kerja dengan menggunakan kuesioner

kelelahan subyektif, identifikasi stress akibat kerja, Nordic body map,

dan pertenyaan seputar gisi dan kebiasaan pekerja.

e. Melakukan pengukuran lingkungan meliputi pengukuran kebisingan,

penerangan, suhu dan kelembaban tiap bulan mulai bulan Februari

hingga April.

f. Monitoring pengendalian yang telah ada.

g. Mengikuti program dan kegiatan yang dilakukan Departemen SHE

sesuai rekomendasi dari pembimbing perusahaan.

h. Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip atau dokumen

perusahaan dan buku-buku referensi.

3. Tahap Pengolahan

Data-data yang diperoleh dari perusahaan dikumpulkan, dianalisa,

dibahas dan disusun sehingga dapat digunakan sebagai bahan penulisan

laporan.

G. Analisa Data

Hasil dari pengukuran lingkungan kerja dianalisis, dibuat rata-rata dan

dilengkapi dengan hasil pengukuran kualitas udara serta bahan kimia dari

Balai Hiperkes Surabaya. Selanjutnya dibandingkan dengan standar yang ada

untuk dianalisis dengan hasil medical check up dari karyawan di PT Trakindo


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

Utama Surabaya. Begitu juga dengan hasil kuesioner, dianalisis dan dibuat

diskripsi dengan medical check up.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Faktor Fisik

a. Kebisingan

. Pada dasarnya sumber bising yang terdapat di PT Trakindo Utama

Surabaya berasal dari kegiatan operasional pada masing-masing bagian.

Berikut ini adalah hasil pengukuran rata-rata kebisingan yang dilakukan

pada periode waktu Februari-April 2011

1) Area Workshop I
Tabel 2. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Workshop 1
No Lokasi dB dB dB LEQ Sumber
1 Tool Room 55.7 59 57,5 57.35 operasional workshop
2 Fuel & Injection Room 64.7 52.2 52 56.3 operasional workshop
3 Electric Section 73.3 62.6 64 66.63 operasional workshop
4 Turbo & Pump Section 65.2 69 65,4 67.1 operasional workshop
5 Conrod & Liner Section 62.3 70.3 68 66.87 operasional workshop
6 Cylinder Head Section 73.2 65 62,4 69.1 operasional workshop
7 Engine Assembly Section 65.5 61,9 - 65.5 operasional workshop
8 Power Train Section 64.1 62.2 63,9 63.15 operasional workshop
9 Hidraulic section 76.1 66.7 63,2 71.4 operasional workshop
10 Machine Bay Section 67 64,7 - 67 operasional workshop
Sumber: Pendataan pada bulan Februari-April 2011

Pada area workshop I ini kegiatan operasional yang

menimbulkan kebisingan antara lain pada proses impact yaitu proses

membuka baut dengan alat otomatis sehingga semakin besar baut

yang akan dilepas semakin bising pula bunyinya dan penggunaan


commit to user
palu saat pelepasan pin track, memasang bearing dan bussing

46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

bucket. Pada area workshop ini jenis kebisingannya adalah bising

impulsive berulang dengan pertimbangan bahwa bunyi bising yang

dihasilkan tidak terjadi terus menerus melainkan ada jeda waktu dari

tiap ketukan bisingnya.

2) Area Workshop II

Tabel 3. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Workshop 2


No Lokasi dB dB dB LEQ Sumber
1 Dynotest 57.4 - - 57.4 operasional workshop
2 Power House 78.6 - 63,8 78.6 operasional workshop
3 Compressor 76.7 - - 76.7 operasional workshop
4 Cleaning Component 62.4 70,8 64 63.2 operasional workshop
5 Welding 65.4 77.3 64 68.9 operasional workshop
6 Washpad 64.2 64.2 62,8 64.2 operasional workshop
Sumber: Pendataan pada bulan Februari-April 2011

Bising pada area workshop II bersumber pada proses

operasionalnya sendiri yang berupa menggerinda, penggunaan air

gun untuk membersihkan komponen-komponen, dan pengelasan.

Dan proses sender untuk membersihkan saluran alir besi pada

engine. Jenis kebisingannya adalah bising impulsive berulang.

Secara umum kebisingan yang terjadi terutama di workshop berasal

dari start up unit, start compressor, start engine genset, start up

engine, test load, pengetesan genset dengan load bank. Penilaian

resiko di service office dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4. Penilaian Resiko Kebisingan Di PT Trakindo Surabaya


No Aktivitas Bahaya Probability Saverity Risk
1 Start Up unit Gangguan Pendengaran 2 3 6
2 Start Compressor Gangguan Pendengaran 1 3 3
3 Pengetesan compressor Tuli 1 3 3
commit to user
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

Sambungan
4 Start engine genset Gangguan Pendengaran 1 3 3
5 Pengetesan genset Gangguan Pendengaran 1 3 3
6 Star up Engine Gangguan Pendengaran 1 3 3
7 Test load Gangguan Pendengaran 1 3 3
8 Predelivery inspection Gangguan Pendengaran 1 3 3
( test Operation)
9 Pembongkaran cylinder Gangguan Pendengaran 3 3 9
head valve
10 Test running Gangguan Pendengaran 2 1 2
Sumber: SHE PT Trakindo Utama Surabaya, 2011

Keterangan:

Tabel 5. Keterangan Matriks Resiko


Nilai Probabilitas Severity
1 Sangat Jarang Cidera/ Penyakit Akibat Kerja (PAK) Ringan Atau
Terjadi Kerusakan Harta Benda Ringan < US$ 100; Kerugian
Ringan < US$ 100
2 Kemungkinan Kecil Cidera/ Penyakit Akibat Kerja (PAK) Hari Hilang
Terjadi Tanpa Cacat Permanen Atau Kerusakan Harta Benda
(US$ 100 < & < US$ 4999); Kerugian Ringan (US$ 100
< & < US$ 4999)
3 Mungkin Terjadi Cidera/ Penyakit Akibat Kerja (PAK) Hari Hilang
Dengan Cacat Permanen Atau Kerusakan Harta Benda
(US$ 5000 < & < US$ 9999); Kerugian Ringan (US$
5000 < & < US$ 9999)
4 Sangat mungkin Cidera/ Penyakit Akibat Kerja (PAK) Berakibat
terjadi Kematian Pada Satu Karyawan Atau Kerusakan Harta
Benda (US$ 10000 < & < US$ 99999); Kerugian
Ringan (US$ 10 000 < & < US$ 99 999)
5 Selalu terjadi Cidera/ Penyakit Akibat Kerja (PAK) Berakibat
Kematian Pada Banyak Orang Atau Kerusakan Harta
Benda ( US$ 100 000); Kerugian Ringan ( US$ 100
000)
Sumber: SHE PT Trakindo Utama Surabaya, 2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

3) Warehouse
4)
No Lokasi dB dB dB LEQ Sumber
1 Warehouse 61.6 57.9 62,7 59.75 operasional, lalulintas
Sumber: Pendataan pada bulan Februari-April 2011

Pada area warehouse ini sumber bising yang dominan berasal

dari lalulintas, mengingat letak dari warehouse yang berdekatan

dengan jalan raya sehingga jenis bisingnya dapat dikelompokkan

menjadi bising intermitten. Untuk kegiatan operasional yang

mempengaruhi suara kebisingan ini berupa pengepakan barang,

suara mesin forklift yang digunakan sebagai sarana angkat-angkut

dan suara dengungan dari exhouse fan.

5) Office

Tabel 7. Pengukuran kebisingan di Office

No Lokasi dB dB dB LEQ Sumber


1 Training Room 47.2 52.1 52,6 49.65 dengungan lampu,workshop
2 Main Office 53.7 53.7 52,6 53.7 dengungan lampu, aktivitas
3 Meeting Room 51.4 - 46,2 51.4 aktivitas kantor, lalulintas
4 Lobby 55.1 56.8 52,5 55.95 aktivitas kantor, lalulintas
5 Service Office 46.2 52.6 54,5 49.4 operasional workshop, kantor
Sumber: Pendataan pada bulan Februari-April 2011

Training room digunakan hanya pada saat-saat tertentu saja

sumber bising yang utama berasal dari dengungan lampu sehingga

dapat dikelompokkan menjadi bising continue, bunyi bising

tambahan biasanya berasal dari aktivitas workshop. Untuk meeting

room, main office, dan lobby jenis bisingnya termasuk jenis bising

continue dengan sumber bising berasal dari dengungan lampu,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

aktivitas kantor yang berupa mengetik, suara printer, telepon, suara

pembicaraan, dan lalu lintas sekitar. Untuk service office selain

sumber bising tersebut ditambah lagi dengan aktivitas workshop

mengingat lokasi dari service office yang berada diatas workshop I.

6) Dyno Room
Tabel 8. Pengukuran Kebisingan di Dyno Room
Intensitas
No Lokasi Kebisingan (Db) Leq (Db)
Ruang control dengan 92,9
mesin intensitas 91,3
1 rendah 92,3
90 91,5
91,6

90,2

Ruang test dengan 97,4


intensitas mesin 98,7
2 rendah 99,3
99,2 99,1
99,3

100,2

Ruang control dengan 98,4


3 intensitas mesin tinggi 97,4
91,6 95,7

90,2

Ruang test dengan 122,4


4 intensitas mesin tinggi 123,5 121,4
111,8

Sumber: Pendataan pada bulan Februari-April 2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

Dyno room merupakan suatu ruangan tertutup yang digunakan untuk

mengetes mesin, jenis bisingnya adalah bising continue dengan

sumber bising utama berupa suara mesin. Ruang control adalah suatu

ruangan yang digunakan untuk memantau, mengendalikan, dan

mengoperasikan mesin yang sedang dites. Ruang test adalah ruangan

dimana mesin yang sedang dites ditempatkan, antara ruang control

dan ruang tes dibatasi penghalang berupa ruang kaca.

b. Penerangan

1) Workshop I

Tabel 9. Pengukuran Penerangan di Workshop 1


No Lokasi Luks Luks Luks Rata-rata Sumber
1 Tool Room 96,4 265 420 342.50 B
2 Fuel & Injection Room 225 186 220 210.33 B
3 Electric Section 228 189 408 275.00 A
4 Turbo & Pump Section 118 209 166 164.33 A
5 Conrod & Liner Section 121 225 70 138.67 A
6 Cylinder Head Section 138 203 162 167.67 A
7 Engine Assembly Section 364 671 416,7 517.50 A
8 Power Train Section 1067 430 160 552.33 A
9 Hidraulic section 187 354 270.50 A
10 Machine Bay Section 1270 1044 544,2 1157.00 A
Sumber: Pendataan pada bulan Februari-April 2011

Keterangan: A adalah sumber penerangan alami

B adalah sumber penerangan buatan dari lampu TL

A+B adalah penerangan gabungan alami dan buatan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

2) Workshop II

Tabel 10.Pengukuran Penerangan di Workshop 2


No Lokasi Luks Luks Luks Rata-rata Sumber
1 Cleaning Component 759 1701 1230.00 A
2 Welding 652 635 350 545.67 A
3 Painting Area 1163 761 938 954.00 A
Keterangan: A adalah sumber penerangan alami

B adalah sumber penerangan buatan dari lampu TL

A+B adalah penerangan gabungan alami dan

buatan

3) Warehouse

Tabel 11.Pengukuran Penerangan di Warehouse


No Lokasi Luks Luks Luks Rata-rata Sumber
1 Warehouse 235 233 498,8 234 B+A
Sumber: Pendataan pada bulan Februari-April 2011

Keterangan: A adalah sumber penerangan alami

B adalah sumber penerangan buatan dari lampu TL

A+B adalah penerangan gabungan alami dan

buatan

4) Office

Tabel 12.Pengukuran Penerangan di Office


No Lokasi Luks Luks Luks Rata-rata Sumber
1 Training Room 268 356 304 309.33 B
2 Main Office 183 199 191 191.00 B
3 Meeting Room 403 276 339.50 B+A
4 Lobby 345 237 300 294.00 B+A
5 Service Office 184 271 281,5 227.50 B
6 Toilet 99 110 125 111.33 B
7 Pantry 310 232 229 257.00 A+B
Sumber: Pendataan pada bulan Februari-April 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

Keterangan: A adalah sumber penerangan alami

B adalah sumber penerangan buatan dari lampu TL

A+B adalah penerangan gabungan alami dan buatan

c. Getaran

Pengukuran getaran dilakukan oleh Balai Hiperkes Surabaya, berikut ini

merupakan hasil pengukuran getaran pada tahun 2010 dan 2011

Tabel 13.Pengukuran Getaran Pada Genset

Lokasi Jam Intensitas getaran


No Pengukuran (WIB) (mm/det) Jenis getaran
1 Stand Genset 9.40 7 Mekanik
2 Bodi Tengah 9.45 16 Mekanik
3 Bodi Dekat Fan 9.50 50 Mekanik
4 Fan Samping 9.55 15 Mekanik
Sumber: SHE PT Trakindo Utama Surabaya

Tabel 14. Pengukuran Getaran Pada Tenaga Kerja


Getaran
Jam Whole Body Hand Arm
No Lokasi Pengukuran (WIB) (m/s2) (m/s2)
1 Forklift DP 30 (Bapak Seger) 11.39 3,14 0,515
Sumber: SHE PT Trakindo Utama Surabaya

d. Iklim Kerja

Hasil pengukuran tekanan panas yang dilakukan oleh Balai Hiperkes

Surabaya

Tabel 15. Pengukuran Tekanan Panas


Sk Sb Sg ISBB Beban
No Lokasi Pengukuran Jam ( C ) ( oC )
o
( oC ) o
( C) Kerja
1 Main Office 09.40 25,0 21,3 25,2 22,4 Sedang
2 Service Office 09.30 26,5 21,6 26,7 23,1 Sedang
3 Warehouse 13.45 33,2 26,3 33,6 28,5 Sedang
4 Workshop 10.50 32,5 26,2 33,7 32,2 Berat
5 FIP 10.15 26,4 22,2 26,7 25,7 Berat
commit to user Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

Sambungan
6 Tool Store 10.20 30,1 25,2 30,2 26,9 Berat
7 Dyno Test Area 11.00 29,6 25,3 29,7 26,6 Sedang
Engine Dissasemble & Berat
8 Cleaning Componen 11.30 32,6 25,5 33,3 27,8
9 Painting area 11.25 31,9 24,8 33,3 27,3 Sedang
10 PDI Area 13.40 32,3 26,4 34,8 28,9 Berat
11 Cutting Warehouse 13.50 33,4 27,3 33,6 29,2 Sedang
Sumber: SHE PT Trakindo Utama Surabaya

Keterangan

Sk = Suhu Kering Sg = Suhu Globe

Sb = Suhu Basah ISBB = Indeks Suhu Bola Basah

Hasil pengukuran kelembapan udara di PT Trakindo Utama antara lain:

Tabel 16. Pengukuran Kelembapan Udara


Kelembaban
No Lokasi (%)
1 Workshop I 61
2 Workshop II 57.89
3 Warehouse 67.27
4 Office 60.11
5 Service Office 44.13
Sumber: Pendataan pada bulan Februari-April 2011

2. Faktor Kimia

Pengukuran faktor kimia dilakukan pada pengukuran debu dan gas buang

yang dihasilkan pada saat operasional.

Tabel 17. Pengukuran Kualitas Udara


No Lokasi NO2 SO2 CO CO2 Debu
1 Workshop - - - 0.1189
3 Cerobong Genset 165 9.275
4 Dyno Test 0.0185 0.0083 0 0.1686
5 Loading unloading 0.013 <LD 1.7 0.124
6 WareHouse 0.012 0.0014 0.7 397 0.1129
7 Main Office 424
8 Service Office 600
commit to user
Sumber: SHE PT Trakindo Utama Surabaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

Tabel 18. Pengukuran Kualitas Udara di FIP dan Component Cleaning


area

No Parameter Componen Fuel Injection


Cleaning area Pump
1 Toluen <LD 0.9674
2 Iso Propil alkohol 0.5156 3.2955
3 Etil Acetat <LD <LD
Sumber: SHE PT Trakindo Utama Surabaya

3. Faktor Biologi

Faktor biologi merupakan faktor yang berhubungan dengan virus, bakteri,

jamur, tumbuhan maupun hewan yang dapat menimbulkan penyakit. Faktor

biologi di PT Trakindo Utama Surabaya dapat diidentifikasi berasal dari

berbagai hal diantaranya yaitu dari drum-drum bekas oli maupun drum oli

yang berada di sebelah warehouse, walaupun telah diberi cover tetapi karena

penempatanya out door pada saat hujan penutup dari cover tersebut akan

tergenang air begitu juga dengan penempatan wadah-wadah lainya, hal

tersebut dapat menimbulkan timbulnya jentik-jentik nyamuk. Berikut ini

merupakan hasil penilaian faktor biologi berdasarkan penilaian resiko yang

ada.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

Tabel 19. Penilaian Resiko Faktor Biologi


No Aktivitas Bahaya Probability Severity Risk
1 Pembersihan air pada iritasi Kulit 2 1 2
groundtank (pengelolaan
limbah)
2 Waste management Bakteri (kulit gatal) 2 1 2
Service snack, food
3 baverage dan replace Bibit penyakit 1 1 1
galon air (sakit perut)
4 Loading unloading unit Tergigit binatang 1 4 4
berbisa(ular,kalajengking)
5 Washing unit Iritasi kulit (kontaminasi 2 1 2
air)
iritasi kulit (kontaminasi
6 Perawatan cooling tower air) 1 2 2
Sumber: SHE PT Trakindo Utama

Keterangan

Tabel 20. Keterangan Matriks Resiko


Nilai Probabilitas Severity
1 Sangat Jarang Cidera/ Penyakit Akibat Kerja (PAK) Ringan Atau
Terjadi Kerusakan Harta Benda Ringan < US$ 100; Kerugian
Ringan < US$ 100
2 Kemungkinan Kecil Cidera/ Penyakit Akibat Kerja (PAK) Hari Hilang Tanpa
Terjadi Cacat Permanen Atau Kerusakan Harta Benda (US$ 100
< & < US$ 4999); Kerugian Ringan (US$ 100 < & < US$
4999)
3 Mungkin Terjadi Cidera/ Penyakit Akibat Kerja (PAK) Hari Hilang Dengan
Cacat Permanen Atau Kerusakan Harta Benda (US$
5000 < & < US$ 9999); Kerugian Ringan (US$ 5000 < &
< US$ 9999)
4 Sangat mungkin Cidera/ Penyakit Akibat Kerja (PAK) Berakibat
terjadi Kematian Pada Satu Karyawan Atau Kerusakan Harta
Benda (US$ 10000 < & < US$ 99999); Kerugian Ringan
(US$ 10 000 < & < US$ 99 999)
5 Selalu terjadi Cidera/ Penyakit Akibat Kerja (PAK) Berakibat
Kematian Pada Banyak Orang Atau Kerusakan Harta
Benda ( US$ 100 000); Kerugian Ringan ( US$ 100
000)
Sumber: SHE PT Trakindo Utama

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

4. Faktor Fisiologis ergonomis

Faktor fisiologis ergonomi merupakan salah satu factor yang mengatur agar

aspek-aspek dalam pekerjaan dapat dilakukan dengan nyaman dan sehat tanpa

mengganggu segi fisiologis dari pekerja tersebut. Berikut ini merupakan hasil

penilaian terhadap beberapa aspek fisiologis ergonomis, antara lain

a. Stress akibat kerja

Kuesioner yang dilakukan ini merupakan kuesioner yang digunakan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang memicu terjadinya stress akibat kerja,

bukan merupakan hasil pengukuran tingkat stress yang dialami oleh

tenaga kerja. Adapun prosentase indikator stress terhadap beberapa aspek

dalam perusahaan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 21. Kuesioner Identifikasi Stress akibat Kerja

Prosentase
Area Terjadinya Stress Indikator
Stress
I TUNTUTAN TUGAS
1 A Perbedaan yang terjadi dengan orang lain di tempat 16%
kerja sulit dikombinasikan atau disatukan.
B Adanya deadline yang tidak tercapai. 52%
C Keharus bekerja secara intensif 36%
D Tugas yang terabaikan karena terlalu banyak 48%
pekerjaan.
E Waktu istirahat yang cukup 32%
F Tekanan untuk bekerja dalam waktu yang lama. 36%
G Kecepatan dalam bekerja 48%
H Tekanan waktu yang tidak realistis 36%
Prosentase rata-rata penyebab stress 38%
II PENGENDALIAN
A Kemampuan memutuskan untuk mengambil waktu 44%
istirahat
commit to kecepatan
B Kemampuan mengendalikan user kerja 28%
C Pilihan dalam memutuskan bagaimana melakukan 36%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

pekerjaan
D Kemampuan bekerja secara fleksibel 28%
Prosentase rata-rata penyebab stress 34%
III DUKUNGAN PIHAK MANAJER
A Dukungan manajer dalam memberikan dukungan dan 64%
umpan balik yang cukup pada pekerjaan yang
dlakukan.
B Kesempatan untuk menyampaikan kepada manajer 72%
untuk membantu dalam penyelesaian masalah
pekerjaan.
C Kesempatan berbicara dengan manajer tentang segala 68%
sesuatu yang dapat mengganggu pekerjaan.
D Dukungan manajer untuk melakukan pekerjaan 72%
dengan baik.
E Perhatian manajer selama berada di tempat kerja. 68%
Prosentase rata-rata penyebab stress 68.8%
IV DUKUNGAN DARI REKAN KERJA
A Bantuan rekan kerja jika sedang mengalami kesulitan 60%
dalam pekerjaan.
B Bantuan dan dukungan yang diperlukan dari rekan 44%
kerja
C Perhatian dari rekan kerja tentang pekerjaan yang 44%
dilakukan
D Kesediaan rekan kerja untuk dapat mendengarkan 48%
keluhan berkaitan dengan masalah-masalah pekerjaan
Prosentase rata-rata penyebab stress 49%
V HUBUNGAN KERJA
A Keluhan secara pribadi. 24%
B Ketidak harmonisan diantara rekan kerja 8%
C Kejenuhan di tempat kerja 72%
D Hubungan antara individu tidak berjalan dengan 0%
semestinya di tempat kerja
Prosentase rata-rata penyebab stress 26%
VI ATURAN KERJA
A Kejelasan tentang apa yang diharapkan dari 28%
pekerjaan.
B Pengetahuan tentang bagaimana cara melakukan 24%
pekerjaan dengan baik.
C Kejelasan tentang tugas dan tanggung jawab. 24%
D Kejelasan tentang sasaran dan tujuan organisasi 48%
perusahaan.
E Pemahaman tentang bagaimana menyesuaikan 32%
pekerjaan ke dalam tujuan organisasi kerja secara
keseluruhan.
Prosentase rata-ratacommit to user
penyebab stress 21.2%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

VII PERUBAHAN SISTEM KERJA


A Adanya cukup kesempatan untuk bertanya kepada 36%
pihak manajer tentang perubahan kerja yang terjadi.
B Dapat berkonsultasi tentang adanya perubahan kerja. 36%
C Jika terdapat perubahan sistem kerja, pekerja dapat 36%
mengetahui secara jelas tentang bagaimana perubahan
tersebut dilakukan.
Prosentase rata-rata penyebab stress 36%
Sumber: Pendataan Pada Bulan April

b. Nordic Body Map

Metode ini digunakan untuk menilai tingkat keparahan atas terjadinya

gangguan atau cedera pada otot-otot skeletal. Kuesioner Nordic body

map ini untuk mengidentifikasi kelelahan pada bagian tubuh tertentu.

Kuesioner ini dilakukan pada 25 tenaga kerja yang bekerja di office,

workshop, dan warehouse. Pelaksanaan wawancara ini mengacu pada

keluhan rasa sakit yang dialami setelah bekerja. Scoring ini menunjukan

prosentase jumlah tenaga kerja yang mengalami rasa sakit pada bagian

tubuh tertentu. Score nomor 1 menunjukan tidak adanya rasa sakit atau

tidak ada keluhan sama sekali yang dirasakan oleh pekerja. Score nomor 2

menunjukkan rasa agak sakit, dirasakan sedikit adanya keluhan atau

kenyerian pada otot skeletal. Score nomor 3 menunjukan rasa sakit,

adanya keluhan atau kenyerian pada otot skeletal dan score nomor 4

menunjukan rasa sangat sakit atau sangat nyeri yang dirasakan oleh

responden (Tarwaka,2010).Hasil penilaian keluhan rasa sakit pada otot

skeletal dapat dilihat pada lampiran 1.

Klasifikasi Subyektivitas Tingkat Resiko Otot skeletal Berdasarkan Total

Skor Individu commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

Tabel 22. Penilaian Total Resiko Nordic Body Map


Tingkat Total skor Individu Tingkat Resiko Tindakan Perbaikan
Aksi
1 28-49 Rendah Belum diperlukan adanya
tindakan Perbaikan
2 50-70 Sedang Mungkin diperlukan tindakan
dikemudian hari
3 71-91 Tinggi Diperlukan tindakan segera
4 92-112 Sangat tinggi Diperlukan tindakan
menyeluruh sesegera mungkin
Sumber: Tarwaka 2011

Hasil perhitungan kelainan otot skeletal pada tenaga kerja di workshop antara lain:

Tabel 23. Hasil Penilaian Total Resiko Nordic Body Map di Workshop
No Score Klasifikasi
1 29 Rendah
2 29 Rendah
3 32 Rendah
4 31 Rendah
5 30 Rendah
6 30 Rendah
7 45 Rendah
8 52 Sedang
9 33 Rendah
10 37 Rendah
11 44 Rendah
12 44 Rendah
Sumber: Pendataan Pada Bulan April

Hasil penilaian Nordic Body Map untuk pekerja di Office antara lain

Tabel 24. Hasil Penilaian Total Resiko Nordic Body Map di Office
No Score Klasifikasi
1 38 Rendah
2 38 Rendah
3 29 Rendah
4 28 Rendah
5 29 Rendah
6 31 Rendah
7 45 Rendah
8 30 Rendah
commit
Sumber: Pendataan Pada Bulan to user
April
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

Hasil penilaian Nordic Body Map untuk pekerja di warehouse antara lain

Tabel 25. Hasil Penilaian Total Resiko Nordic Body Map di warehouse
No Score Klasifikasi
1 32 Rendah
2 36 Rendah
3 29 Rendah
4 49 Rendah
5 30 Rendah
Sumber: Pendataan Pada Bulan April

c. Kelelahan

Untuk mengetahui tingkat kelelahan yang dialami oleh tenaga kerja di PT

Trakindo Utama Surabaya dilakukan dengan menggunakan kuesioner

kelelahan subjektif. Adapun hasil yang didapat antara lain:

Hasil identifikasi kuesioner kelelahan subjective yang dialami tenaga

kerja di workshop

Tabel 26. Hasil Penilaian Kelelahan di Workshop


Pelemahan Pelemahan Kelelahan
No Total
Kegiatan Motivasi Fisik
1 19 20 17 56
2 23 20 21 64
3 20 16 19 55
4 22 25 22 69
5 20 13 20 53
6 25 19 23 67
7 25 19 22 66
8 19 13 18 50
9 23 18 20 61
10 26 20 18 64
11 16 13 12 41
12 11 11 12 34
Sumber: Pendataan Pada Bulan April

Hasil identifikasi kuesioner kelelahan subjective yang dialami tenaga

kerja di office commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

Tabel 27. Hasil Penilaian Kelelahan di Office


Pelemahan Pelemahan Kelelahan
No Total
Kegiatan Motivasi Fisik
1 12 10 12 34
2 18 19 19 56
3 11 10 11 32
4 14 10 14 38
5 13 10 15 38
6 17 11 17 45
7 20 20 20 60
8 10 10 10 30
Sumber: Pendataan Pada Bulan April

Hasil identifikasi kuesioner kelelahan subjective yang dialami tenaga

kerja di Warehouse

Tabel 28. Hasil Penilaian Kelelahan di Warehouse


Pelemahan Pelemahan Kelelahan
No Total
Kegiatan Motivasi Fisik
1 10 10 11 31
2 13 10 12 35
3 14 11 15 40
4 22 19 21 62
5 14 10 10 34
Sumber: Pendataan Pada Bulan April

Hasil skor total dari penilaian kuesioner kelelahan subjektif dapat

dibandingkan dengan table di bawah ini

Tabel 29. Penilaian Skor Kelelahan

Tingkat Total Skor Klasifikasi Tindakan Perbaikan


Kelelahan Individu Kelelahan
1 30 – 52 Rendah Belum diperlukan adanya
tindakan perbaikan
2 53 – 75 Sedang Mungkin diperlukan tindakan
dikemudian hari
3 76-98 Tinggi Diperlukan tindakan segera
4 99-120 Sangat Tinggi Diperlukan tindakan menyeluruh
sesegera mungkin.
commitApril
Sumber: Pendataan Pada Bulan to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

Prosentasi tenaga kerja yang mengalami keluhan kelelahan secara subyektif

disajikan secara lengkap pada lampiran 2.

Tingkat kelelahan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh beban kerja dari

tenaga kerja itu sendiri, adapun bagan tingkat beban kerja fisik tenaga kerja

disajikan dalam diagram berikut:

Gambar 1. Diagram Beban Kerja Fisik

14

12

10

8 Office
6 Workshop
Warehouse
4

0
Ringan Sedang Berat

Sumber : Pendataan Pada Bulan april

5. Faktor Sosial Psikologis

Faktor sosial psikologi di PT Trakindo Utama Surabaya dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

Tabel 30. Prosentase Penilaian aspek sosial Psikologis

No Aspek Prosentase
1 Dukungan atasan dalam memberikan dukungan dan umpan 36%
balik yang cukup pada pekerjaan yang dilakukan.
2 Kesempatan untuk menyampaikan kepada atasan untuk 28%
membantu dalam penyelesaian masalah pekerjaan.
3 Kesempatan berbicara dengan atasan tentang segala sesuatu 32%
yang dapat mengganggu pekerjaan.
commit to user Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

Sambungan
4 Dukungan atasan untuk melakukan pekerjaan dengan baik. 28%
5 Perhatian atasan selama berada di tempat kerja. 32%
6 Bantuan rekan kerja jika sedang mengalami kesulitan dalam 40%
pekerjaan.
7 Bantuan dan dukungan yang diperlukan dari rekan kerja 56%
8 Perhatian dari rekan kerja tentang pekerjaan yang dilakukan 56%
9 Kesediaan rekan kerja untuk dapat mendengarkan keluhan 52%
berkaitan dengan masalah-masalah pekerjaan
Sumber: Pendataan Bulan April 2011

6. Faktor Kebiasaan

Hal-hal mengenai kebiasaan tenaga kerja di dapat dari hasil wawancara

terhadap 25 tenaga kerja. Hal yang ditanyakan meliputi kebiasaan

olahraga, makan, pengetahuan tentang gizi, dan kebiasaan hidup sehat.

Daftar pertanyaan lengkap terdapat pada lampiran 3.

Tabel 31. Prosentase Aspek Kebiasaan Tenaga Kerja


No Aspek Prosentase
1 Olahraga 60% melakukan olahraga
2 Hidup Sehat 40% melakukan kebiasaan hidup sehat
3 Makan 36% memperhatikan pola makan
4 Gisi 40 % memahami tentang gizi
Sumber: Pendataan Bulan April 2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

7. Hasil Medical Check up

Gambar 2. Hasil Medical Check UP Tenaga Kerja

POLA KELAINAN PEMERIKSAAN

DARAH
FISIK LEMAK
23% 16% DARAH
LEMAK
URINE URINE
AUTOSPIRO
LENGKAP LENGKAP
6% FUNGSI
12%
LIVER
LEMAK
FUNGSI
AUDIO LEMAK LIVER ASAM URAT
12% ASAM 2%
19%
URAT
ECG 6%
4%

Sumber: SHE PT Trakindo Utama Surabaya


a. Kelainan Fisik

Dari hasil pola kelainan pemeriksaan didapat kelainan fisik sebesar

23% atau sejumlah 67 orang. Bentuk-bentuk kelainan fisik yang terjadi

berupa refraksi atau gangguan pada mata 39 orang, gangguan pada gigi 41

orang, overweight dan obesitas 21 orang. Serumen pada telinga 17 orang

b. Kelainan Lemak

Dari hasil pola kelainan lemak 19% atau 55 orang menderita kelainan

darah. Bentuk-bentuk kelainan lemak yaitu 25 orang menderita kelainan

pada HDL cholesterol. 31 orang menderita kelainan trigliserida, 21 orang

menderita kelainan LDL cholesterol, dan 50 orang menderita kelainan

cholesterol. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

c. Kelainan Lemak Darah

Dari hasil pola kelainan lemak darah (Hematokrit) sebesar 16% atau 45

orang. Adapun bentuk-bentuk dari kelainan tersebut antara lain 10 orang

menderita kelainan hematokrit, 11 orang menderita kelainan lekosit, 16

orang menderita kelainan eosinofil, 17 orang menderita kelainan LED, 15

orang menderita kelainan eritrosit, 6 orang menderita kelainan trombosit

d. Kelainan Urine

Dari hasil pola kelainan urine lengkap sebesar 12% atau 34 . Adapun 17

orang menderita kelainan Kristal CA Oksalat, 6 orang menderita kelainan

lekosit urine,7 orang menderita kelainan eritrosit urin, dan 4 orang positip

jamur.

e. Kelainan Audio

Dari hasil pemeriksaan audiometric didapat 12% orang menderita kelainan

pendengaran diantaranya adalah 18 orang menderita gangguan

pendengaran konduksi ringan, 14 orang menderita kelainan persepsi ringan

dan 3 orang menderita gangguan pendengaran campuran.

f. Kelainan Autospiro

Dari pemeriksaan spirometri didapat 6% atau 17 orang menderita kelainan

paru baik restriksi maupun obstruksi.

g. Kelainan Asam Urat

Sebanyak 6% tenaga kerja di PT Trakindo Utama atau 17 orang

mengalami peningkatan kadar asam urat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

h. ECG

Sebanyak 4% tenaga kerja atau sekitar 13 orang menderita kelainan

jantung berupa sinus bradicardia dan sinus rithme.

Hasil pemeriksaan tensi darah

Gambar 3. Hasil Pemeriksaan Tensi darah

16

14

12

10
Office
8
Workshop
6
Warehause
4

0
Rendah Normal Tinggi

Sumber: Pendataan Bulan April

B. Pembahasan

1. Kebisingan

Dari hasil pengukuran intensitas kebisingan di area workshop, pada

umumnya masih sesuai dengan Kepmen No 51 Tahun 1999 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Kimia di Tempat Kerja sebesar 85 desibel untuk 8

jam perhari atau 40 jam per minggu, namun pengukuran kebisingan di dyno

room yaitu pada tes mesin didapat hasil yang melebihi intensitas yang

diperkenankan, adapun hasilcommit


analisisnya antara lain
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

Tabel 32. Analisis Hasil Pengukuran Kebisingan


No Lokasi Intensitas Analisis Keterangan
1 Ruang control dg mesin rendah 91.5 dB > NAB 85dB utk 8 jam/hari Paparan max 2 jam
2 Ruang Test dengan mesin rendah 99,1 dB > NAB 85dB utk 8jam/hari Paparan max 20 menit
3 Ruang control dengan mesin tinggi 95,7 dB > NAB 85dB utk 8jam/hari Paparan max 50 menit
4 Ruang test dengan mesin tinggi 121,4 > NAB 85dB utk 8jam/hari Paparan max 7 detik
Sumber: KepMen No 51 Tahun 1999

Sudah terdapat pengendalian untuk mengatasi kebisingan diantaranya

adalah isolasi kegiatan yang menghasilkan bising dari tenaga kerja lainnya,

adanya ruang kontrol untuk operator sehingga terpisah dari mesin yang

sedang ditest, pemeriksaan kesehatan secara berkala dan penggunaan alat

proteksi pendengaran berupa ear plug dan ear muff.

Intensitas kebisingan yang berlebihan berkaitan erat dengan masalah

gangguan pendengaran. Berdasarkan hasil pola kelainan audiometri dari hasil

medical checkup didapat 12% tenaga kerja atau 36 orang menderita

gangguan pendengaran baik itu konduksi maupun persepsi. Prosentase

penderita kelainan pendengaran berdasarkan tempat kerjanya antara lain

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

Gambar 4. Diagram Paparan Tingkat Kebisingan

(Jumlah TK)
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Sumber: Pendataan Bulan Februari-April

Dari diagram diatas tenaga kerja yang paling banyak terkena gangguan

pendengaran adalah tenaga kerja yang bekerja di area engine dan machine

test, hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh intensitas kebisingan yang

melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan, walaupun telah terdapat

langkah-langkah pengendalian namun efektivitas dari pengendalian tersebut

harus dianalisis dan dikaji lebih lanjut seperti adanya ruang control dan isolasi

untuk kegiatan yang menghasilkan kebisingan. Pada dasarnya isolasi untuk

kegiatan kebisingan khususnya test machine maupun engine sudah dilakukan

dengan baik dengan menempatkan pada dyno room yang merupakan suatu

bangunan terpisah yang dilengkapi dengan ruang kontrol berupa ruang kaca,

akan tetapi karena letak bangunan dyno room masih berdekatan dengan area

workshop tentu saja suara bising tersebut masih mengganggu area sekitar

sehingga perlu diberi peredam pada dindingnya dengan karpet maupun busa.
commit to user
Selain untuk meredam bising pada area sekitar sebenarnya yang paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

penting adalah untuk mengurangi intensitas kebisingan yang diterima oleh

tenaga kerja yang bekerja di machine dan engine test karena berdasarkan

hasil pengukuran intensitas kebisingan di ruang control sebesar 91-95 dB

sehingga tenaga kerja hanya boleh berada dalam ruangan tersebut maksimal

selama 2 jam. Hal ini tentunya sangat tidak efektif karena dalam sekali

pengetesan diperlukan waktu 6-8 jam.

Untuk penggunaan alat pelindung diri, tenaga kerja yang berada di dyno

room menggunakan ear plug dan ear muff secara bersamaan, secara teori

menurut Suma’mur dalam bukunya Higiene Perusahaan disebutkan bahwa

penggunaan ear plug dan ear muff secara bersamaan dapat menurunkan

intensitas kebisingan 10-25 dB namun yang menjadi kendala adalah tenaga

kerja yang tidak konsisten dalam menggunakannya, cara penggunaan yang

kurang tepat dan ketidaknyamanan saat menggunakan sehingga masih terjadi

gangguan pendengaran.

Intensitas kebisingan di kantor dapat dianalisis berdasarkan ‘Kriteria

Kebisingan Dianjurkan untuk Kantor-Kantor menurut Suma’mur PK.

Training room intensitas kebisingan yang terukur adalah 49.65 dB dan di

meeting room terukur 51.4 dB, kondisi lingkungan komunikasi disini

memuaskan untuk konferensi dengan jarak antara meja 1.2-1,5 meter,

penggunaan telepon agak terganggu, percakapan biasa dengan jarak 0.9-1.8

meter dan percakapan keras jarak suara yang masih dapat diterima dengan

baik pada jarak 1.8-3.6 meter. Ruangan ini standarnya cocok untuk ruang

pekerjaan teknik besar untuk kegiatan pembuatan teknik desain, menggambar


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

dan lain-lain. Di PT Trakindo Utama ruang training room dan meeting room

dengan kondisi bising yang telah terukur ini masih sesuai dengan standar

yang dianjurkan karena jarak pembicaraan masih memenuhi standar dan

normalnya training room dan meeting room tidak digunakan untuk telepon

melainkan untuk rapat atau training.

Intensitas kebisingan di Main Office sebesar 53.7 dB berdasarkan kriteria

kebisingan di kantor intensitas kebisingan 53.7 dB ini tidak memuaskan

untuk rapat lebih dari 2-3 orang, telepon biasanya terganggu, percakapan

normal pada 0.3-0.6 meter, percakapan keras pada 0.9-1.8 meter. Kondisi ini

biasanya cocok untuk kegiatan mengetik, menghitung, mencetak dan lain-

lain. Dari analisis tersebut intensitas kebisingan yang ada di main office

masih sesuai dengan penggunaanya yaitu untuk aktivitas kantor seperti

mengetik dan mencetak. Yang perlu diperhatikan yaitu penggunaan telepon

yang agak terganggu padahal penggunaan telepon di Main Office PT

Trakindo Utama sangat penting, hal ini dapat diatasi dengan manajemen

penggunaan telepon yang baik misalnya tidak menelepon disaat ada suara

printer. Karena salah satu sumber bising adalah dengungan lampu maka salah

satu jalan keluar untuk mengatasi masalah kebisingan ini dengan mengganti

jenis lampu yang digunakan. Untuk penggantian jenis lampu ini tidak wajib

dilakukan mengingat kondisi kantor yang aktivitasnya terbatas pada jam-jam

tertentu saja, karena sebagian besar pekerjanya beraktivitas di luar kantor,

sehingga intensitas kebisingan pun juga akan berkurang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

Intensitas kebisingan di Lobby sebesar 55.95 dB, kondisi lingkungan ini

sangat bising, tidak memuaskan untuk kantor dan telepon sangat terganggu.

Sumber bising yang ada di lobby ini berasal dari lalulintas sekitar sehingga

intensitas bisingnya pun tergantung pada kondisi lalu lintas. Dalam hal ini

gangguan bising sangat terasa karena di Lobby ini terdapat operator telepon

yang bertugas untuk menerima dan mengendalikan telepon dari luar kantor

maupun dalam kantor itu sendiri, sehingga kegiatan sehari-harinya berkutat

dengan telepon. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan peredam pada

dinding bagian depan lobby, sehingga intensitas kebisingan dapat dikurangi.

Intensitas kebisingan di service office sebesar 49.5 dB, kondisi lingkungan

komunikasi disini memuaskan untuk konferensi dengan jarak antara meja 1.2-

1,5 meter, penggunaan telepon agak terganggu, percakapan biasa dengan

jarak 0.9-1.8 meter dan percakapan keras jarak suara yang masih dapat

diterima dengan baik pada jarak 1.8-3.6 meter. Ruangan ini standarnya cocok

untuk ruang pekerjaan teknik besar untuk kegiatan pembuatan teknik desain,

menggambar dan lain-lain.

2. Penerangan

Hasil analisis pengukuran penerangan di workshop antara lain

Tabel 32. Analisis Hasil Penerangan di Workshop

Rata- Standar Analisis


No Lokasi rata Sumber
1 Tool Room 342.50 200 B OK
2 Fuel & Injection Room 210.33 300 B <
3 Electric Section 275.00 200 A Ok
commit to user
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

Sambungan
4 Turbo & Pump Section 164.33 200 A <
5 Conrod & Liner Section 138.67 200 A <
6 Cylinder Head Section 167.67 200 A <
7 Engine Assembly Section 517.50 300 A Ok
8 Power Train Section 552.33 200 A Ok
9 Hidraulic section 270.50 200 A Ok
10 Machine Bay Section 1157.00 300 A Ok
Sumber: PMP No 7 tahun 1964

Berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No 7 tahun 1964 standar

intensitas penerangan dapat dikelompokan sebagai berikuy

Tabel 33. Kualifikasi Standar Intensitas Penerangan

No Kualifikasi Intensitas (lux)


1 Jalan/Halaman 8 – 20
2 gang/tangga 30-50
3 Gudang 50
4 Pekerjaan kasar 50
5 Pekerjaan sedang
Sepintas 100
agak teliti 200
Teliti 300
6 Pekerjaan halus
Kontras sedang 500-1001
Kontras kurang 1000

Sumber: PMP No 7 tahun 1964

Dari hasil analisis penerangan jika dibandingkan dengan PMP No 7 Tahun

1964 area tool room, electric section, engine assembly section, power train

section, hydraulic section dan machine bay section sebenarnya memiliki

intensitas penerangan yang agak berlebih, namun hal ini dapat dimaklumi

mengingat aktivitas yang berubah-ubah, dari pekerjaan yang agak teliti

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

hingga pekerjaan yang teliti. Sehingga perlu diadakan analisis lebih lanjut

mengenai pantulan cahaya yang dihasilkan pada mesin.

Intensitas penerangan di Turbo pump and section, conrod liner section,

dan cylinder head section kurang dari standar untuk pekerjaan agak teliti hal

ini disebabkan sumber penerangan yang digunakan hanya sumber

penerangan alami dari sinar matahari. Sebenarnya telah disediakan lampu

sebagai penerang tambahan akan tetapi dinyalakan hanya jika kondisi benar-

benar gelap pada sore hari atau hujan, hal ini dilakukan karena banyak tenaga

kerja di workshop yang mengeluhkan jika lampu dinyalakan pada siang hari

lebih terasa panas.

Analisis penerangan di workshop jika dibandingkan dengan hasil medical

checkup karyawan yang berkaitan dengan refraksi atau gangguan penglihatan

adalah dari 39 tenaga kerja yang mengalami refraksi 11 orang bekerja di

workshop atau sekitar 28%. Hal ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh kondisi

penerangan di workshop, ada beberapa faktor yang juga perlu diperhatikan

seperti usia, kebiasaan sehari-hari dan sebagainya.

Pengukuran intensitas penerangan di warehouse sebesar 234 luks hal ini

telah sesuai dengan PMP no 7 tahun 1964 untuk jenis pekerjaan membeda-

bedakan barang kecil yang agak teliti sebesar 200 luks. Hal ini juga didukung

dengan tidak adanya pekerja di warehouse yang mengalami refraksi.

Untuk hasil analisis pengukuran penerangan di area office disajikan

dalam tabel berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

Tabel 34. Analisa Hasil Pengukuran Penerangan


No Lokasi Rata-rata Standar Analisis
1 Training Room 309.33 300 Ok
2 Main Office 191.00 300 <
3 Meeting Room 339.50 300 Ok
4 Lobby 294.00 300 Ok
5 Service Office 227.50 300 <
6 Toilet 111.33 100 Ok
7 Pantry 257.00 200 Ok
Sumber: PMP No 7 tahun 1964

Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa intensitas penerangan di training

room, meeting room, lobby, toilet dan pantry sudah sesuai dengan standar

yang ada. Main office intensitas penerangan yang terukur yaitu 191 luks,

sedangkan standar yang harus dipenuhi adalah 300 luks, begitu juga dengan

service office intensitas terukur sebesar 227,5 luks dan standarnya adalah 300

luks. Hasil medical check up menyebutkan bahwa dari 39 orang yang

mengalami refraksi, 28 diantaranya bekerja di office atau sekitar 72%. Dalam

analisis hasil pengukuran penerangan juga perlu dilakukan analisis lebih

lanjut mengenai cahaya yang berasal dari komputer karena selama jam kerja,

pekerja banyak menggunakan komputer. Untuk mengurangi efek yang dapat

mengganggu mata perlu dilakukan pemberian screen pada layar monitor

komputer.

3. Getaran

Getaran yang diukur Balai Hiperkes yaitu getaran yang memapari

operator forklift, berdasarkan Nilai Ambang Batas Getaran lengan dan

tangan menurut KepMenaker No 51/MEN/1999, disebutkan bahwa intensitas

commitberikut:
yang diperkenankan adalah sebagai to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

Tabel 35. NAB Getaran

Nilai Percepatan frek


Waktu Pemajanan dominan
2
per hari m/s Gram
4 jam & < 8 jam
4 0,40
2 jam & < 4 jam
6 0,61
1 jam & < 2 jam
8 0,81
< 1 jam
12 1,22
2
1 gram 9.8m/s
Sumber KepMen No51 tahun 1999

Getaran seluruh badan atau whole body vibration yang dialami oleh

operator forklift sebesar 3.14 m/s2 jika dibandingkan dengan NAB masih

dibawah standar yaitu sebesar 4m/s2 untuk waktu pemajanan 4 jam dan

kurang dari 8 jam perhari, getaran seluruh badan ini timbul dari gerakan dari

forklift itu sendiri yang menjalar ke seluruh tubuh melalui tempat duduk dan

pijakan kaki. Getaran pada tangan dan lengan atau hand arm vibration

menjalar ketubuh melalui setir forklift. Dari hasil pengukuran didapat nilai

0.515 m/s2 nilai ini masih jauh dibawah NAB untuk jam kerja 4 jam dan

kurang dari 8 jam/hari. Sebenarnya efek dari getaran yang memajani tubuh

sangat banyak, mulai dari rasa mual hingga gangguan syaraf. Untuk PT

Trakindo Utama Surabaya intensitas getaran yang terukur masih dibawah

NAB ditambah lagi tidak ada keluhan yang menyebutkan adanya tanda-

tanda efek negatif dari getaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor fisik

berupa getaran seluruh tubuh maupun getaran tangan lengan belum

commit
menimbulkan efek negatif pada to user
tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77

Pengukuran getaran yang dilakukan di genset merupakan pengukuran

yang dilakukan Balai Hiperkes Surabaya pada tahun 2010, jenis getaran

yang diukur adalah getaran mekanik, dan melihat dari satuan hasil

pengukuran yaitu mm/detik dapat dilihat bahwa itu merupakan pengukuran

kecepatan. Untuk pengukuran kecepatan getaran Indonesia belum

mempunyai NAB tersendiri sehingga dalam hal ini dapat digunakan standar

dari Kanada. Menurut Canadian Government Specivication

CDA/MS/NVHSH 107 “Vibration Unite For Maintenance” untuk mesin-

mesin jenis elektrik yang kondisinya tidak baru, jika getaran yang

ditimbulkan telah melampaui 0,45 cm/s (velocity) maksimum mesin tersebut

perlu dilakukan pengecekan kembali.

Dari hasil pengukuran tersebut perlu dilakukan konversi satuan terlebih

dahulu dari milimeter ke centimeter sehingga dapat diubah menjadi:

Tabel 36. Analisis Getaran Pada Genset

Lokasi Intensitas getaran


No Pengukuran (cm/s) Keterangan
1 Stand Genset 0.07 OK
2 Bodi Tengah 0.16 OK
3 Bodi Dekat Fan 0.50 >
4 Fan Samping 0.15 Ok
Sumber: Sumber KepMen No51 tahun 1999

Dari hasil analisa tersebut dapat dilihat bahwa intensitas getaran pada

stand genset, bodi tengah, dan fan samping masih dibawah standar 0.45

cm/s. Sedangkan nilai intensitas getaran pada bodi dekat fan sedikit

melebihi standar yang ada sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan

agar getaran berlebih tersebut tidak to


commit menimbulkan
user bahaya bagi tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78

Penanggulangan tersebut dapat berupa pemberian peredam pada bagian

yang menimbulkan getaran paling tinggi, rotasi tenaga kerja, dan

pemeriksaan kesehatan secara berkala

4. Iklim Kerja

Menurut Kepmenaker No 51/MEN/1999 tentang NAB Faktor Fisik di

Tempat Kerja, ambang batas untuk tekanan panas adalah sebagai berikut

Tabel 37. NAB Tekanan Panas


Lama Kerja ISBB (0C)

Waktu Kerja Istirahat Ringan Sedang Berat

Terus-menerus 30 26,7 25,5

75% 25% 30,6 28 25,9

50% 50% 31,4 29,4 27,9

25% 75% 32,2 31,1 30,0

Sumber Kepmenaker No 51/MEN/1999

Main office dan service office ISBB yang terukur adalah 22.40C dan

23.10C jika dibandingkan dengan NAB untuk beban kerja sedang dan waktu

kerja 75% dan istirahat 25% yaitu sebesar 280C masih dibawah nilai ambang

batas yang diperkenankan. Untuk kelembaban berdasarkan Kepmenkes No

405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Kantor dan Industri kelembapan yang diperkenankan adalah 65%-95%.

Untuk office kelembaban sebesar 60.11% belum memenuhi standar yang

ditentukan. Untuk service office kelembaban sebesar 44.13% juga belum

memenuhi standar yang ada. Hal ini kemungkinan karena penggunaan AC

pada ruangan tersebut. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79

Pengukuran ISBB di warehouse sebesar 28.50C dengan beban kerja

sedang jika dibandingkan dengan NAB untuk beban kerja sedang dan waktu

kerja 75% dan istirahat 25% yaitu sebesar 280C sedikit melebihi nilai

ambang batas yang diperkenankan. Untuk kelembaban di warehouse sebesar

67.27% masih sesuai dengan standar. Meski demikian perlu diadakan analisis

lebih lanjut mengenai tekanan panas di warehouse mengingat benyaknya

tenaga kerja di warehouse yang mengeluhkan kondisi yang amat panas.

Pengendalian yang telah ada yaitu adanya local exhauster, yang mana masih

perlu dianalisis mengenai alat tersebut. Penyediaan kipas angin, serta

penyediaan air minum.

Nilai ISBB di workshop sebesar 32.20C untuk beban kerja berat. Jika

dibandingkan dengan NAB untuk beban kerja berat dan waktu kerja 75% dan

istirahat 25% yaitu sebesar 25.90C telah melebihi nilai ambang batas yang

diperkenankan. Untuk ISBB di workshop ini sangat dipengaruhi oleh kondisi

cuaca sekitar mengingat bentuk dari workshop ini semi indoor. Ruangan ini

memiliki atap yang tertutup sempurna tetapi pada bagian depan tidak terdapat

pintu atau penghalang sehingga sinar matahari dan udara dapat masuk dengan

leluasa. Pengendalian yang ada berupa penyediaan air minum, tirai radiasi,

dan kipas angin. Kelembaban di workshop sebesar 61% belum memenuhi

standar yang ada. Meskipun belum memenuhi standar dari hasil medical

check up tidak ditemui adanya penyakit akibat tekanan panas yang signifikan

seperti heat stroke, heat cramp, atau heat exhaustion. Penyebabnya mungkin

saja karena tenaga kerja telah teraklimatisasi dengan baik pada area tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80

atau kondisi lingkungan sekitar yang berubah-ubah hingga menyebabkan

tekanan panas yang diterima juga berbeda-beda.

5. Faktor Biologi

Faktor biologi yang paling tinggi tingkat resikonya di PT Trakindo Utama

Surabaya adalah pada area loading unloading, bahaya yang terjadi yaitu

tergigit binatang berbisa seperti ular dan kalajengking, mengingat kondisi

area loading unloading adalah lapangan terbuka yang sekelilingnya banyak

ditumbuhi rumput-rumput sehingga memungkinkan adanya binatang-binatang

berbisa. Langkah pengendalian yang telah dilakukan PT Trakindo Utama

Surabaya untuk mengurangi resiko ini adalah dengan pemasangan perangkap

tikus dan ular yang dikontrol setiap bulannya oleh pest control team. Selain

itu pihak trakindo juga mewajibkan pemakaian alat pelindung diri seperti

safety shoes, safety helmet dan safety glass.

Efek biologis selanjutnya yaitu iritasi kulit maupun gatal-gatal pada kulit

akibat dari kontaminasi air. Aktivitas yang menimbulkan efek ini ialah semua

aktivitas yang menggunakan air dari groundtank seperti pembersihan air pada

groundtank, waste managemen, dan washing unit. Penyebabnya yaitu

penggunaan air daur ulang, jadi air yang digunakan untuk machine test,

washing dan cleaning component diolah dan dimanfaatkan kembali. Langkah

pengendalian yang dilakukan yaitu pembersihan ground tank secara regular

dan pemeriksaan air daur ulang secara berkala, training awareness limbah

B3, dan penggunaan alat pelindung diri seperti safety shoes, safety

helmet,sarung tangan karet dan safety glass. Yang tidak kalah pentingnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81

yaitu higiene perorangan dengan menjaga kebersihan diri dan membiasakan

cuci tangan dengan sabun.

Sakit perut karena kontaminasi dengan bibit penyakit juga dapat terjadi

pada aktivitas service snack and beverage serta replace gallon air. Jika tidak

memperhatikan kebersihanya petugas service snack dan replace gallon sangat

rentan memindahkan bibit penyakit dalam makanan ataupun gallon air. Hal

yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan pengadaan lemari untuk

menyimpan makanan dan minuman, penggunaan sarung tangan untuk

menjaga kebersihan, serta penggunaan tissue basah untuk membersihkan

gallon saat replace.

6. Faktor Kimia

NAB Faktor Kimia Lingkungan Kerja SE Menaker No 0l tahun 1997

untuk zat-zat kimia sebagai hasil pembakaran baham bakar pada mesin-mesin

di PT Trakindo Utama Surabaya adalah

Tabel 38. NAB Faktor Kimia di Tempat Kerja


NAB Faktor Kimia
Lingk Kerja SE Menaker
No Parameter Satuan 01/1997
1 Karbon Monoksida (CO) Ppm 25
2 Nitrogen Dioksida (NO2) Ppm 3
3 Sulfur Dioksida (SO2) Ppm 2
4 Oksidan (Ox) Ppm 0,1*
5 Debu Ppm 10
6 Hexana Ppm 50
Sumber: SE Menaker No 0l tahun 1997

Berdasarkan standar diatas nilai karbon monoksida di dyno test, loading

unloading, dan warehouse masih dibawah standar. Untuk kadar nitrogen

dioksida di dyno test, loadingcommit to user


unloading, dan warehouse juga masih dibawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82

dibawah standar. Kadar sulfur dioksida di dyno dan warehouse jauh masih

jauh dibawah standar yang diperkenankan bahkan kadar sulfur dioksida di

loading unloading adalah limit deteksi artinya kadar yang terukur di area

tersebut jauh di bawah kadar terendah yang dapat ditangkap atau dideteksi

oleh alat. Begitu pula dengan kadar debu di semua area masih dibawah nilai

yang diperkenankan.

Untuk kualitas udara emisi cerobong genset standar NAB yang digunakan

yaitu Baku Mutu Udara Emisi Per. Gub. Jatim No. 10/2009. Kadar Nitrogen

dioksida yang terukur sebesar 165 mg/Nm3, sedangkan menurut standar kadar

yang diperkenankan adalah 1000 mg/Nm3maka dari itu kadar Nitrogen

dioksida di PT Trakindo Utama Surabaya masih dibawah standar yang aman.

Kadar Sulfursioksida terukur di PT Trakindo Utama Surabaya 9,275

mg/Nm3sedangkan menurut standar kadar yang diperkenankan adalah

800mg/Nm3.

Selanjutnya akan dibahas mengenai kandungan zat yang terkandung

dalam penggunaan bahan-bahan kimia di Componen cleaning area dan FIP

room. Iso propil alcohol ini merupakan zat adiktif yang banyak ditambahkan

untuk menaikan nilai oktan, jadi banyak terdapat pada bensin atau bahan

bakar, begitu juga dengan toluene dan etil acetat banyak digunakan sebagai

pelarut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83

Tabel 39. NAB Faktor Kimia di workshop


NAB Faktor Kimia
No Parameter Componen Fuel Injection Lingk Kerja SE
Cleaning area Pump Menaker 01/1997
1 Toluen <LD 0.9674 50
2 Iso Propil alkohol 0.5156 3.2955 400
3 Etil Acetat <LD <LD 400
Sumber: SE Menaker No 0l tahun 1997

Dari tabel diatas kandungan ketiga jenis pelarut tersebut masih dibawah

standar yang ada, bahkan kandungan etil acetat di FIP room dan component

cleaning area limit deteksi artinya kadar yang terukur di area tersebut jauh di

bawah kadar terendah yang dapat ditangkap atau dideteksi oleh alat.

Dari hasil medical check up didapat 6% atau 17 tenaga kerja mengalami

gangguan pada paru, baik itu restriksi maupun obstruksi. Dari 17 orang

tersebut 14 orang diantaranya bekerja berkaitan dengan aktivitas workshop.

Dalam hal ini perlu analisis lebih lanjut pada kondisi lingkungan pada saat

dilakukan pengukuran apakah pada saat pengukuran dalam keadaan

operasional mesin sedang dalam aktivitas tinggi atau dalam kondisi yang

biasa saja. Selain itu juga perlu analisis lebih lanjut kepada tenaga kerja yang

mengalami kelainan autospiro mengenai faktor-faktor lain yang

mempengaruhi.

7. Stress Akibat Kerja

Stres akibat kerja merupakan faktor fisiologis ergonomis yang banyak

dialami oleh tenaga kerja. Berikut ini akan dianalisis faktor-faktor yang dapat

memicu timbulnya stress akibat kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84

a. Tuntutan tugas

Dari hasil wawancara yang di sesuaikan dengan kuesioer mengenai

identifikasi adanya stress akibat kerja yang dapat dikatakan bahwa 38%

tenaga kerja menganggap tuntutan tugas menjadi penyebebab timbulnya

stres akibat kerja. Hal-hal dari tuntutan tugas yang paling banyak

menimbulkan stress antara lain.

1) Adanya deadline yang tidak tercapai

Deadline yang tidak tercapai biasanya . timbul karena terlalu

banyak pekerjaan yang harus di selesaikan mengingat bentuk dari PT

Trakindo Utama Surabaya yang menyediakan jasa pelayanan di

bidang jasa sehingga tuntutan tugas tidak bisa di prediksi Hal yang

seharusnya di lakukan yaitu membentuk tim kerja yang kompak

(Tarwaka, 2010)

2) Tugas yang terabaikan karena terlalu banyak tugas dan tuntutan

untuk bekerja dengan sangat cepat .

Hal ini tentunya akan mempengaruhi tenaga kerja dalam hal reaksi

psikologis. Tarwaka dalam bukunya Ergonomi Industri menyebutkan

bahwa stress merupakan perasaan subjektif seseorang sebagai bentuk

kelelahan, kegelisahan dan depresi. Reaksi psikologis akibat stress

dapat di evaluasi dalam bentuk beban mental , kelelahan, dan perilaku.

Hal yang dapat dilakukan yaitu dengan manejement waktu dengan

baik dan mendefinisikan prioritas secara jelas. Sehingga waktu yang

telah di atur tersebut dapat di manfaatkan dengan efektif


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85

3) Tekanan dalam bekerja dan intensifitas dalam melakukan pekerjaan.

Pada dasarnya bekerja secara intensif merupakan kewajiban dari

tenaga kerja akan tetapi jika keintensifan dalam bekerja tersebut

bersamaan dengan adanya tekanan dalam bekerja mengakibatkan stres

hal ini menyangkut respon individu terhadap stress yang menimbulkan

ketegangan dalam bekerja. Di PT Trakindo Utama Surabaya tekanan

dalam bekerja sering dialami oleh tenaga kerja yang bekerja di field ,

karena tenaga kerja tersebut langsung berhadapan dengan coustumer.

Selain itu karena terbatasnya jumlah mechanic dan technician serta

banyaknya job yang harus diselesaikan sehingga memaksa tenaga

kerja harus bekerja dengan tekanan waktu yang cepat . hal ini dapat di

atasi dengan menerapkanmanajement kerja yang fleksibel.

b. Pengendalian dalam Pekerjaan

Dari hasil wawancara terhadap 25 tenaga kerja di dapat 66% tenaga

kerja mampu melakukan pengendalian dalam memutuskan mengambil

waktu istirahat, mengendalikan kecepatan kerja, cara melakukan pekerjaan

dan fleksibilitas dalam bekerja. Jika 34% tenaga kerjanya tidak dapat

melakukan pengendalian dalam bekerja biasanya disebabkan oleh tuntutan

tugas yang terlalu banyak serta deadline.

c. Dukungan pihak manajer

Hanya sekitar 31,2% tenaga kerja yang menganggap bahwa ada

dukungan dari pihak manajer dalam melakukan tugas . selebihnya sekitar

68,8% tenaga kerja merasa bahwa salah satu area yang menyebabkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86

stress adalah kurangnya dukungan dari manajer poin-poin yang

terkandung dalam hal ini ialah.

1) TIdak adanya dukungan dan umpan balik yang cukup pada pekerjaan

yang pekerja lakukan

2) Pekerja tidak dapat menyampaikan kepada pihak manajer untuk

membantu menyelesaikan pekerjaan

3) Kurangnya dukungan dan perhatian untuk melakukan pekerjaan

dengan baik

Dukungan dari manajer/ manajemen merupakan pondasi dari

manajement stress akibat kerja. Dukungan manajement memberi peran

dalam mendorong dan memotivasi pekerja dalam melakukan pekerjaan

dengan baik. Manajemen dapat meningkatkan moral pekerja, karena

pekerja akan lebih merasa dihargai dan dibutuhkan dalam manajement.

Untuk meningkatkan dukungan dari manajer dapat dilakukan dengan.

1) Penyediaan sarana diskusi. Dalam hal ini PT Trakindo utama telah

menyediakan sarana diskusi. Untuk tenaga kerja di workshop sarana

diskusi dan komunikasi ini berupa safety toolbox meeting yang

dilakukan tiap pagi sebelum bekerja, namun dalam pelaksanaanya

perlu di lakukan lebih intens lagi supaya forum ini tidak hanya sekedar

berisi intruksi kerja dan keselamatan ,melainkan sebagai media dalam

meningkatkan kondisi sosial psikologis antar tenaga kerja

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87

2) Pemberian contoh dalam bentuk dalam pelaksanaan dan dukungan

awal dari para manager terhadap suatu program, sehingga akan di ikuti

oleh pekerja lainya .

3) Membangun komunikasi formal dan informal yang efektif di dalam

organisasi kerja untuk menjamin bahwa manajer, supervisor dan

pekerja mempunyai pemahaman yang jelas mengenai proses kerja dan

masalah –masalah yang terjadi di tempat kerja

d. Dukungan dari rekan kerja

Sebanyak 51% tenaga kerja . menyatakan adanya dukungan dari rekan

kerja. Sehingga point ini tidak adanya stress akibat kerja. Bentuk

dukungan dari rekan kerja berupa.

1) Bantuan jika ada kesulitan dari rekan kerja

2) Dukungan dan bantuan yang di perlukan

3) Perhatian berupa kemauan untuk mendengarkan keluhan-keluhan

yang berkaitan dengan masalah pekerjaan.

e. Hubungan Kerja

Dari hasil wawancara 74% tenaga kerja tidak mempunyai kendala

yang berarti dalam hubungan kerja. Ini berarti hubungan kerja bukan

merupakan penyebab stress akibat kerja. Namun2 6% tenaga kerja yang

mempunyai masalah dengan hubungan kerja tidak dapat di abaikan,hal-

hal tersebut meliputi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88

1) Sebanyak 24% tenaga kerja mempunyai keluhan pribadi yang

berkaitan dengan faktor fisik berupa tekanan panas,sebagian besar

adalah tenaga kerja yang bekerja di workshop

2) Adanya perasaan jenuh di tempat kerja. Kejenuhan ditempat kerja ini

di alami 72% dari total tenaga kerja yang di wawancarai. Kejenuhgan

ini timbul karena rutinitas kerja sehari hari dan kerja yang monoton.

Hal yang dapat di lakukan untuk mengatasi kejenuhan antara lain.

3) Jam kerja harus di sesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun

tanggung jawab di luar . dengan adanya penyesuaian diharapkan akan

mengurangi tingkat kebosanan baik karena understres maupun

overstrees.

4) Setiap pekerja harus di berikan kesempatan untuk mengembangkan

karier ,mendapatkan promosi dan pengembangan kemampuan

keahlian hal ini dapat menimbulkan motifasi pekerja untuk

menyelesaikan pekerjaan dengan baik, sehingga akan timbul semangat

yang akan mengurangi kebosanan .

5) Adanya aktifitas sosial. Dengan adanya aktivitas social akan

meningkatkan hubungan social antar para pekerja dan adanya

interaksi-interaksi yang dapat menumbuhkan mood para pekerja

f. Aturan Kerja

68% pekerja tidak mengalami kendala dalam memahami dan mentaati

aturan kerja. Ini berarti bahwa terdapat kejelasan tentang apa yang

diharapkan dari perusahaan, tenaga kerja mengetahui bagaimana cara


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89

melakukan pekerjaan dengan baik, pekerja sudah merasa jelas trentang

tugas dan tanggung jawabnya, jelas mengenai sasaran dan tujuan

organisasi kerja secara keseluruhan. Untuk meningkatkan efektivitas

pekerja terhadap aturan tersebut dapat dilakukan dengan

1) Mendefinisikan dengan jelas aturan kerja, sehingga tenaga kerja

mengetahui siapa yang bertanggung jawab untuk berbagai aktivitas di

tempat kerja dan memahami tentang setiap keputusan yang telah

diambil harus dijalankan.

2) Menganalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan serta sasaran.

3) Menetapkan kebijakan ketenagakerjaan yang adil.

g. Perubahan sistim kerja

Perubahan sistem kerja bukan menjadi area penyebab terjadinya stress

akibat kerja, hal ini terbukti dari 64% tenaga kerja yang menyatakan

bahwa adanya cukup kesempatan untuk bertanya kepada pihak

manajemen tentang perubahan system kerja yang terjadi, perubahan

system kerja dapat dikonsultasikan, dan pekerja mengetahui secara jelas

tentang perubahan system kerja tersebut. Di PT Trakindo Utama Surabaya

untuk mensosialisasikan adanya perubahan system kerja yang terjadi

dilakukan dengan adanya komunikasi internal yang berupa safety tool box

meeting untuk pekerja di workshop dan safety weekly meeting untuk

seluruh pekerja. Untuk meningkatkan efektivitas dalam melakukun

perubahan system kerja ini dapat dilakukan dengan penerapan proses

manajemen perubahan sehingga pada saat terjadi rencana perubahan yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90

besar pekerja dilibatkan dalam rencana tersebut. PT Trakindo Utama

Surabaya telah melakukan manajemen perubahan system kerja ini hal ini

dilakukan dalam upaya pencapaian sertifikasi OHSAS 18001, dimana

setiap tenaga kerja mempunyai peranan dalam mewujudkannya.

Menurut Tarwaka dalam bukunya ergonomic Industri salah satu

pengaruh stress adalah respon stress kepada gangguan kesehatan atau reaksi

fisiologis. Stress mempengaruhi fungsi-fungsi organ di dalam tubuh seperti

system kardiovaskuler, gastrointestinal dan gangguan penyakit lainnya. Dari

hasil medical chek up di PT Trakindo Utama Surabaya 13 orang menderita

kelainan dalam pemeriksaan ECG (electrocardiogram) berupa sinus

bradicardia atau denyut jantung lambat, kurang dari 60 denyut per menit dan

sinus rithme. Untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara kelaianan

ecg dengan indikasi adanya stress akibat kerja di PT Trakindo Utama perlu

dilakukan analisis yang lebih lanjut.

Stress akibat kerja juga mempengaruhi respon individu seseorang yang

menimbulkan reaksi perubahan kebiasaan atau mental seperti contohnya

perubahan pola makan, orang yang stress dapat menjadi lebih banyak makan

atau tidak suka makan sama sekali. Sehingga pola makan pasti akan

terganggu. Hal ini jika dihubungkan dengan hasil medical check up dapat

dilihat bahwa 19% tenaga kerja mengalami gangguan pada lemak, sehingga

perlu analisis lebih lanjut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91

8. Kelelahan Subjektif

Berdasarkan hasil kuesioner kelelahan subjectif dapat dilihat bahwa

sebagian besar tenaga kerja mengalami tingkat kelelahan rendah artinya yaitu

belum diperlukan adanya tindakan perbaikan. Kelelahan yang terjadi di PT

Trakindo Utama Surabaya ini hanya bersifat sementara dan dapat pulih

kembali setelah diberikan istirahat dan energy. Untuk pengukuran tingkat

kelelahan yang lebih akurat diperlukan metode-metode lain untuk mengukur

kelelahan seperti:

a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan

b. Uji psiko-motor

c. Uji hilang kelipan.

Walaupun di PT Trakindo Utama Surabaya tidak terjadi kelelahan yang

berat, tetap harus dilakukan analisis lebih lanjut mengenai hasil kuesioner

tersebut. Dari hasil kuesioner didapat 76% dari 25 responden mengalami

pelemahan kegiatan. Dari pelemahan kegiatan ini didapat 80% tenaga kerja

kadang merasakan lelah di seluruh badan, 72% kadang merasa mengantuk

dan kadang menguap saat bekerja, 64% tenaga kerja merasa berat di bagian

kaki dan kepala. Serta terdapat perasaan pelemahan kegiatan lainya seperti

beban pada mata, perasaan ingin berbaring, dan sempoyongan saat berdiri.

Sekitar 28 % tenaga kerja mengalami pelemahan dalam motivasi. Dalam

pelemahan motivasi ini tenaga kerja mengalami susah berfikir, lelah untuk

bicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah lupa,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92

kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengontrol sikap dan tidak

tekun dalam pekerjaaan.

Sekitar 44% tenaga kerja menggambarkan terjadinya kelelahan fisik. 78%

tenaga kerja sering merasakan haus, hal ini dapat disebabkan oleh iklim kerja

setempat. Selain itu kadang juga terdapat keluhan seperti sakit di kepala,

bahu, punggung, sesak nafas, pening dan merasa kurang sehat.

9. Nordic Body Map

Dari hasil penilaian Nordic body map di area workshop sebagian besar

tenaga kerja memiliki tingkat resiko kelainan otot skeletal yang rendah, hal

ini berarti belum diperlukan tindakan perbaikan. Sedangkan jika dianalisis per

poin, atau dilihat dari sudut pandang keluhan sakit yang paling parah dan

paling sering dapat dilihat 28% tenaga kerja mengeluhkan agak sakit di

bagian leher atas, 24% agak sakit di bagian tengkuk, 20% agak sakit di bagian

bahu kiri dan kanan serta 24% agak sakit di bagian punggung. Hal ini dapat

dihubungkan dengan posisi tubuh tenaga kerja saat bekerja. Bagi pekerja di

office sebagian besar waktu bekerja dilakukan dengan duduk, sebenarnya

telah disediakan kursi ergonomis yang dapat diatur ketinggianya, akan tetapi

melihat bahwa masih banyak tenaga kerja yang mengeluh agak sakit di

bagian leher, tengkuk dan bahu kemungkinan besar ada kesalahan dalam

posisi duduk mereka atau dengan kata lain kursi yang mereka pakai tidak

diset sesuai dengan antropometri mereka. Kemungkinan yang terjadi antara

lain:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93

a. Posisi kursi terlalu tinggi

Kursi yang terlalu tinggi menyebabkan tenaga kerja harus menunduk

untuk menulis atau mengetik di komputer. Kondisi seperti ini jika

dilakukan dalam jangka waktu yang lama setiap harinya dapat

menyebabkan otot-otot menjadi tegang terutama pada leher dan tengkuk.

b. Posisi kursi terlalu rendah

Posisi kursi yang terlalu rendah sehingga jika akan menulis atau mengetik

pada keyboard komputer posisi bahu harus diangkat, inilah yang

menyebabkan keluhan rasa agak sakit pada bahu ditambah rasa sakit pada

lengan atas.

c. Sandaran punggung yang tidak digunakan dengan benar

Posisi sandaran yang baik dan penggunaan sandaran punggung yang benar

dimaksudkan untuk menyangga tulang belakang agar tetap pada posisi

yang benar. Penggunaan sandaran punggung yang tidak benar ini

mengakibatkan 24% tenaga kerja mengalami rasa agak sakit di bagian

punggung dan pinggang.

Untuk pekerja di bagian workshop dan warehouse keluhan di bagian tengkuk,

leher, bahu, lengan, punggung dan pinggang kemungkinan besar juga

disebabkan oleh posisi kerja yang dipaksakan. Untuk pekerja di workshop

tidak disediakan tempat duduk dan posisi kerjanya juga berubah-ubah mulai

dari berdiri, berjalan, menarik, membungkuk, mendongak hingga jongkok

dalam jangka waktu tertentu. Salah satu contoh bentuk ketidak sesuaian yaitu

dalam penggunaan meja sebagai landasan kerja di FIP room. Landasan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94

dengan ukuran permanen itu kadang digunakan untuk melakukan pekerjaan

yang memerlukan ketelitian kadang pula digunakan untuk melakukan

pekerjaan yang memerlukan tekanan kekuatan, sehingga pekerja harus yang

harus menyesuaikan posisinya dengan tempat kerja yang ada, otomatis hal itu

dilakukan dengan posisi yang dipaksakan seperti menunduk, membungkuk,

menjulurkan tangan ataupun berjinjit untuk menjangkau barang di ketinggian.

Sekitar 32% tenaga kerja juga mengeluhkan agak sakit dan sakit di bagian

paha, lutut, betis, pergelangan kaki, dan telapak kaki. Hal ini tentunya juga

berkaitan dengan posisi kerja. Kursi di office tidak terdapat pijakan kaki dan

ruang gerak dikaki juga terbatas karena terhalang oleh barang-barang. Untuk

pekerja di workshop karena tidak disediakan kursi dan posisi kerja harus

membungkuk, jongkok dan berjinjit maka berat badan hanya akan bertumpu

pada kaki sehingga akan menimbulkan keluhan-keluhan disekitar kaki.

Pada dasarnya keluhan yang terjadi di PT Trakindo Utama Surabaya

merupakan bentuk keluhan otot reversible atau sementara, akan tetapi tingkat

kewaspadaan untuk mencegah kelelahan otot yang lebih lanjut tidak boleh

ditinggalkan. Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health

(OSHA) yang dikutip dalam Tarwaka dkk, disebutkan bahwa kelelahan otot

dapat dicegah dengan tindakan ergonomic untuk mencegah sumber penyakit

yaitu rekayasa teknik (desain stasiun kerja) dan rekayasa manajemen (criteria

dan organisasi kerja). Langkah ini dimaksud untuk mengeliminir overexertion

dan sikap kerja yang tidak alamiah. Langkah tersebut meliputi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95

a. Rekayasa teknik

1) Eliminasi

Eliminasi ini tidak dapat dilakukan di PT Trakindo Utama Surabaya

mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang ada tidak dapat

dihilangkan, seperti menarik, mengangkat.

2) Substitusi

Substitusi ini telsh dilakukan oleh pihak Trakindo yaitu dengan

mengganti dan meminimalkan alat angkat angkut manual menjadi alat

bantu otomatis

3) Partisi

b. Rekayasa manajemen

1) Pendidikan dan pelatihan

Melalui pendidikan dan pelatihan pekerja menjadi lebih memahami

lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan

penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan

terhadap resiko sakit akibat kerja. Salah satu contoh pendidikan dan

pelatihan yang dapat diberikan untuk karyawan di PT Trakindo Utama

Surabaya adalah pengetahuan tentang keluhan musculoskeletal,

pelatihan cara angkat-angkut yang benar, dan penggunaan kursi yang

ergonomis.

2) Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang

Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti

disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96

pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan

terhadap sumber bahaya. Untuk pengaturan waktu kerja dan istirahat

di PT Trakindo Utama Surabaya sudah dilakukan secara seimbang

yaitu istirahat setiap dua jam kerja, dalam setiap waktu istirahat

tersebut disediakan kopi dan teh. Yang perlu diperhatikan disini

adalah keefektivan dari waktu istirahat tersebut, istirahat yang baik

adalah istirahat yang dapat memulihkan kondisi tubuh setelah bekerja.

3) Pengawasan yang intensif

Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara

lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko penyakit akibat

kerja. Pengawasan dapat dilakukan dalam hal:

a) Aktivitas angkat-angkut material secara manual

(1) Usahakan meminimalkan aktivitas angkat-angkut secara

manual.

(2) Upayakan agar lantai kerja tidak licin dan berlubang

(3) Upayakan memakai alat bantu kerja yang memadai seperti

crane, kereta dorong dan pengungkit.

(4) Upayakan agar beban angkat tidak melebihi kapasitas angkat

pekerja.

b) Berat bahan dan alat

(1) Upayakan untuk menggunakan bahan dan alat yang ringan

(2) Upayakan menggunakan wadah atau alat angkut dengan

kapasitas < 50 kg.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97

c) Alat tangan

(1) Upayakan agar ukuran pegangan tangan dengan ukuran lingkar

tangan pekerja dan karakteristik pekerjaan.

(2) Pasang lapisan peredam getaran pada pegangan tangan.

(3) Upayakan pemeliharaan yang rutin sehingga alat dapat selalu

dipakai dalam keadaan layak.

(4) Berikan pelatihan sehingga pekerja terampil dalam

menggunakan alat.

10. Faktor Sosial Psikologis

Salah satu faktor sosial psikologis yang ada di PT Trakindo Utama ialah

hubungan antara pekerja dengan atasan, dari 25 tenaga kerja 36%

diantaranya menyatakan ada dukungan dari atasan dan umpan balik yang

cukup pada pekerjaan yang mereka lakukan. Artinya sebagian besar tenaga

kerja merasa dukungan dan umpan balik yang diberikan pihak atasan masih

agak kurang. 72% tenaga kerja menyatakan kurangnya kesempatan untuk

menyampaikan kepada atasan untuk membantu dalam menyelesaikan

masalah, hal ini masih dirasa wajar karena pihak atasan pun pasti mempunyai

tugas dan tanggung jawab masing-masing yang besar. 68% tenaga kerja

merasa kesempatan berbicara dengan atasan tentang segala sesuatu yang

mengganggu pekerjaa dirasa masih kurang serta sekitar 70% tenaga kerja

merasa dukungan dan perhatian dari atasan terasa kurang.

Faktor sosial psikologis lainnya yang harus dianalisis adalah hubungan

antar karyawan, dari prosentase yang ada dapat dilihat bahwa hubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98

antara karyawan dapat berjalan dengan baik dan harmonis, walaupun

demikian perlu dilakukan upaya agar hubungan antar karyawan dapat lebih

ditingkatkan.

11. Kebiasaan

Dari hasil wawancara terhadap beberapa tenaga kerja dapat dilihat bahwa

60% tenaga kerja melakukan olahraga, dan tenaga kerja yang sering

melakukan olahraga ini didominasi oleh tenaga kerja laki-laki. Adapun jenis

olahraga yang digunakan yaitu footsal, badminton, atau hanya sekedar jalan

santai. Frekuensi dari olahraga yang dilakukan oleh tenaga kerja ini biasanya

hanya 1 minggu sekali. Yang menjadi masalah dalam segi olahraga ini adalah

kualitas olahraga yang mereka lakukan sehubungan dengan kesegaran

jasmani. Aturan yang harus diperhatikan dalam melakukan latihan kesegaran

jasmani, yaitu :

a. Frekuensi, latihan yang baik diakukan minimal 3 kali seminggu, pada hari

yang bergantian artinya selang sehari. Karyawan di PT Trakindo Utama

jarang ada yang dapat berolahraga 3x dalam satu minggu, hal ini

disebabkan oleh kesibukan dan kurangnya kesadaran akan pentingnya

olahraga bagi kesegaran jasmani.

b. Intensitas mengandung arti berat latihan yang diberikan tidak

mengakibatkan efek yang membahayakan, reaksi denyut jantung dapat

dipakai sebagai cerminan dari reaksi pembebanan. Beban yang dapat

diterima oleh jantung berkisar 60-80% dari kekuatan maksimal jantung.

Hal ini sulit diaplikasikan secara nyata, mengingat dalam olahraga banyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99

karyawan yang menganggap bahwa yang terpenting dalam olahraga adalah

mengeluarkan keringat. Untuk beratnya beban yang diterima jantung

kadang tidak diperhitungkan, asal mereka senang akan satu macam

olahraga mereka akan terus-menerus melakukannya tanpa

memperhitungkan waktu istirahat yang tepat.

c. Tempo latihan mempunyai arti jangka waktu atau lamanya latihan yang

diberikan agar memberikan manfaat. Penelitian menunjukkan lamanya

latihan antara 20-30 menit sudah cukup untuk memberikan kenaikan

kemampuan sebanyak 35% bila dilakukan 3 kali seminggu. Latihan yang

dilakukan 30 menit akan memberikan efek bagi kita, yaitu akan

meningkatkan peredaran darah dan memecahkan metabolisme lemak dan

kolestrol. Dalam hal ini seperti yang telah diutarakan diatas tenaga kerja

tidak memeperhitungkanya. Kebiasaan olahraga yang buruk ini

mempengaruhi 21% dari seluruh total tenaga kerja mengalami overweight

dan obesitas.

Sebanyak 60% tenaga kerja tidak melakukan kebiasaan hidup sehat.

Kebiasaan buruk yang dilakukan yaitu makan-makanan manis tanpa

memperhatikan kesehatan gigi hal ini menyebabkan masalah-masalah yang

timbul pada gigi tenaga kerja tersebut. Itulah yang menyebabkan dari hasil

medical check up terdapat 41% tenaga kerja mengalami masalah gigi seperti

caries hingga sisa akar gigi. Banyak tenaga kerja yang langsung duduk atau

tidur setelah makan, hal ini akan mempengaruhi metabolisme tubuh, hal

inilah yang menyebabkan banyak menimbulkan masalah dalam penimbunan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100

lemak maupun kolestrol dalam tubuh tenaga kerja. Untuk kebiasaan minum

air putih 5-8 gelas perhari telah banyak dipenuhi oleh tenaga kerja. Kebiasaan

buruk selanjutnya adalah merokok, banyak tenaga kerja di PT Trakindo

Utama yang mengkonsumsi rokok. Adapun jumlah pasti dari perokok tidak

dapat ditentukan kepastianya mengingat jumlah responden yang terbatas. Dari

25 responden 10 diantaranya perokok, rata-rata dari mereka adalah perokok

sedang karena mengkonsumsi rokok kurang dari 20 batang perhari

Sebanyak 64% tenaga kerja tidak memperhatikan pola makan.

Kebanyakan pekerja makan apa yang mereka ingin makan, tidak

memperhatikan pantangan-pantangan makanan pada status kesehatan mereka.

Dari 25 responden 76% diantaranya menyukai jerohan, makanan manis,

daging berlemak, kopi dan makanan sejenis lainnya. Tidak mengherankan

jika angka penderita kolesterol, asam urat dan lemak darah tinggi. Ditambah

lagi dengan 60% tenaga kerja yang tidak memahami tentang gisi, sehingga

tidak memperhatikan komposisi kualitas serta kuantitas makanan mereka.

Walaupun sebagian besar penyakit-penyakit yang berhubungan dengan

lemak, asam urat, kolesterol diderita karena kebiasaan dari pekerja,

perusahaan tetap ikut andil dalam masalah ini karena perusahaan hanya

memberikan uang makan dan pengetahuan tentang gisi yang diberika dirasa

belum cukup.

Dalam hal ini perlu diadakan program untuk meningkatkan pengetahuan

tentang gisi kerja seperti yang tercantum dalam modul promosi kesehatan

kerja yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101

a. Nutrition Awareness Programs

Program kesadaran akan nutrisi ini penting dilakukan di PT Trakindo

Utama Surabaya mengingat perusahaan tidak menyediakan makan

sehingga tenaga kerja harus mempunyai kesadaran untuk memenuhi nutrisi

mereka sendiri. Program ini dapat dimasukan safety weekly meeting yang

diikuti oleh seluruh tenaga kerja setiap minggunya. Materi yang

disampaikan dapat berupa mengenalkan isu kesehatan dan gisi, hubungan

pola makan dengan kesehatan, pola makan dalam upaya menurunkan

risiko penyakit kardiovaskular, hipertensi, dm, kanker dan gangguan

pencernaan. hubungan diet, exercise, penurunan berat badan dengan

komposisi tubuh.

b. Behavior Change Programs

Program perubahan kebiasaan ini bertujuan untuk Mencegah atau

mengobati masalah kesehatan yang berhubungan dengan gizi. Mengurangi

faktor risiko penyakit akibat tekanan darah tinggi, obesitas, kadar lemak

darah tinggi, gangguan toleransi glukosa dipengaruhi oleh kurang olah

raga, stress, merokok, umur, dan jenis kelamin. Program ini dapat berupa

modifikasi dari program diet, olahraga dan program berhenti merokok.

Program ini tentunya akan sulit diterapkan di PT Trakindo, butuh waktu

yang banyak untuk dapat merubah kebiasaan. Hal ini dapat diterapkan

dengan menyisipkan materi-materi untuk merubah kebiasaan ini dalam

safety weekly meeting bahkan toolbox meeting.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102

c. Weight Control Programs

d. Healthy Foods Programs

Program pengendalian konsumsi makanan sehat dan pengendalian berat

badan merupakan program lanjutan setelah kedua program diatas berhasil

dilakukan. Dalam hal ini media komunikasi harus ditingkatkan, jika

sebelumnya materi tentang pengetahuan gisi ini hanya diselipkan pada

materi safety weekly meeting harus dapat meningkat dengan mendatangkan

pakar gizi pada waktu-waktu tertentu untuk dapat memberi motivasi dan

konsultasi mengenai gizi pekerja. Materi pengetahuan tentang gizi dan

kesehatan dapat pula ditempelkan pada SHE Board dan menerbitkan SHE

Bulletin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Hasil pengukuran intensitas kebisingan di Dyno Room untuk pengetesan

mesin melebihi nilai ambang batas untuk kerja 8 jam per hari

(Kepmenaker No 51/MEN/1999), hal ini kemungkinan besar

mempengaruhi 12% tenaga kerja yang mengalami kelainan pada

pemeriksaan audiometri.

2. Intensitas penerangan di office belum memenuhi standar PMP No 7 tahun

1964, kemungkinan besar mempengaruhi tenaga kerja yang mengalami

refraksi.

3. Intensitas getaran telah sesuai dengan Kepmenaker No 51/MEN/1999, dan

tidak ada hasil medical check up yang menyatakan gangguan kesehatan

akibat getaran.

4. Pengukuran ISBB di workshop melebihi Kepmenaker No 51/MEN/1999

tentang NAB Faktor Fisik di Tempat Kerja akan tetapi tidak ditemukan

dampak langsung tekanan panas pada hasil medical check up.

5. Pengukuran faktor kimia berupa gas-gas di PT Trakindo Utama Surabaya

telah memenuhi SE Menaker No 0l tahun 1997 tentang NAB Faktor Kimia

di Lingkungan Kerja, sehubungan dengan gas-gas kimia ditemukan 6%

tenaga kerja mengalami gangguaan restriksi dan obstruksi.

commit to user

103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
104

6. Faktor biologis di PT Trakindo Utama Surabaya telah terkondisi dengan

baik.

7. Tidak terjadi kelelahan akibat kerja di PT Trakindo Utama Surabaya.

8. Dari hasil penilaian Nordic Body Map secara umum tidak terjadi keluhan

musculoskeletal, akan tetapi terdapat keluhan sakit pada bagian punggung,

leher, lengan dan kaki akibat posisi kerja yang kurang tepat.

9. Hasil analisis terhadap penyebab stress akibat kerja disimpulkan

kurangnya dukungan dari pihak manajer dan kejenuhan mempunyai

pengaruh yang besar dalam stress akibat kerja.

10. Penyakit degeneratif yang diderita tenaga kerja merupakan akibat dari pola

makan, gizi, serta kebiasaan yang tidak tepat.

B. Saran

1. Perlu dilakukan perbaikan ruang control pada dyno room, analisis

efektivitas alat pelindung pendengaran serta pengawasan kedisiplinan

penggunaan alat pelindung diri.

2. Penambahan screen pada layar monitor komputer diharapkan dapat

mengurangi pantulan cahaya, perlu dianalisis lebih lanjut untuk menambah

intensitas penerangan di workshop bagian belakang dengan jenis

penerangan yang tidak menimbulkan panas.

3. Diperlukan penghalang pada workshop agar panas matahari tidak langsung

masuk.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105

4. Perlu penyediaan kursi kecil dan training intensif mengenai metode

angkat-angkut yang benar bagi tenaga kerja di workshop dan pengetahuan

tentang penggunaan kursi ergonomis serta posisi duduk yang benar bagi

tenaga kerja di office.

5. Diperlukan tindakan manajemen stress di tempat kerja untuk mencegah

dampak stress yang berkelanjutan.

6. Perlu adanya program pengetahuan tentang gizi yang meliputi:

a. Nutrition Awareness Programs

b. Behavior Change Programs

c. Weight Control Programs

d. Healthy Foods Programs

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106

DAFTAR PUSTAKA

Depnakertrans RI, Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999, 2007. Tentang Nilai


Ambang Batas Faktor fisika di Tempata Kerja. Jakarta : Departemen
Tenaga Kerja RI.

Faisal Yunus. Dampak Gas Buang Kendaraan Bermotor Terhadap Faal Paru.
1998. Cermin Dunia Kedokteran.23(3) p:18

Faisal Yunus. Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Menahun, Majalah


Farmakologi dan Terapi Indon. 1959.60(3) p:57–62.

Japan International Cooperation Agency (1997) The Study on The Integrated air
Quality Management for Jakarta Metropolitan Area. Jakarta.
Suma’mur, 2009. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja (Hiperkes). Jakarta
: PT. Sagung Seto, pp : 1-20

Suma’mur, 1996b. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV.


Masagung, pp : 27

Suma’mur, 1996a. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT.


Toko Gunung Agung, pp : 76

Suwarno, 1972. Identifikasi Lingkungan dan Pengukuran Tempat Kerja. Surabaya


: PT Pena Mas, pp : 50-83

Tarwaka, 2011. Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan


Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press, pp : 20-53

Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, manajemen dan Implementasi


K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press. pp : 18-25

Tarwaka, HA Solichul, Backri, Sudiajeng L, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan


Kerja dan Produktivitas. Surakarta. pp : 75

Topobroto HS, 2002 Kebijakan dan Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Indonesia (Policy and Condition of Occupational Safety and Health in
Indonesia) Jakarta: ILO, pp : 1-12, 50-76

Departemen Kesehatan. Modul Promosi Kesehatan Kerja. www. Depkes,gov.id.


(3 April 2011)

commit to user

Anda mungkin juga menyukai