Anda di halaman 1dari 137

TESIS

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN


MINUM OBAT PENDERITA KUSTA DI PUSKESMAS BELO
KECAMATAN BELOKABUPATEN BIMA NTB.

FAMILY SOCIAL SUPPORT RELATIONSHIPS WITH OBEDIENCE TO THE


LEPERS AT THE BELO HOSPITAL BELO
DISTRICT BIMA OF THE NTB.

FAZRIN ARDIANSYAH : 018130005

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIK) TAMALATEA MAKASSAR
2020
ii
ABSTRA

Fazrin Ardiansyah ; Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan


Kepatuhan Minum Obat Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo
Kabupaten Bima NTB. (Dibimbing Oleh : Muhammad Syafar dan Andi
Yusuf )

Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan yang ada di


Indonesia. Masalah yang di timbulkan oleh penyakit ini tidak hanya dari segi
kesehatan, tapi sampai menyebabkan masalah lain diantaranya : masalah
social, ekonomi, budaya dan ketahanan keamanan.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan dukungan social keluarga dengan kepatuhan
minum obat pasien kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten
Bima NTB.Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
menggunakan pendekatan Cross sectional, jumlah sampel 51 responden
dengan tehKnik pengambilan sampel total sampling.Hasil analisis statistik
dengan uji Fisher Exac tmenunjukkan dukungan emosional diperoleh nilai ρ
(0,006) < α (0,05) dan dukungan penghargaan diperoleh nilai ρ (0,015) < α
(0,05), dan dukungan materi diperoleh nilai ρ (0,006) < α (0,05). dan
dukungan informasi diperoleh nilai ρ (0,045) < α (0,05).Simpulan dari
penelitian ini adalah ada hubungan antara dukungan emosional dengan
kepatuhan minum obat pasien kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo
kabupaten Bima NTB, ada hubungan antara dukungan Penghargaan dengan
kepatuhan minum obat pasien kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo
kabupaten Bima NTB, ada hubungan antara dukungan materi dengan
kepatuhan minum obat pasien kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo
kabupaten Bima NTB, ada hubungan antara dukungan informasi dengan
kepatuhan minum obat pasien kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo
kabupaten Bima NTB, Saran untuk petugas kesehatan perlu dilakukan
promosi dan pendekatan yang lebih dalam kepada penderita dan keluarga
agar proses pengobatan dapat berjalan lancar.

Kata kunci : Dukungaan Sosial Keluarga, Kepatuhan, Kusta.

iii
ABSTRACT

Fazrin Ardiansyah ; Family Social Support Relationships With Obedience To


The Lepers At The Belo Hospital Belodistrict Bima Of The NTB ( Mentored By
: Muhammad Syafar and Andi Yusuf)

Leprosy is still a health problem in Indonesian. The problems caused by the


disease are not only in health but until they cause other problems : social,
economic, cultural and security security.The study aims to know the relationship
between the social support of the family and the adherence to the cures of leprosy
patients in the belo hospital Belo distric bima Of the NTB. The kind of research used
is the type research used sectional cross approach, sample number 51
respondents with total sampling.Retrieval Statistical analysis with the fisher exac test
shows emotional support obtained ρ (0,006) < α (0,05) and reward gained ρ (0,015)
< α (0,05), and material support obtained ρ (0,006) < α (0,05). And informations
support obtained value ρ (0,045) < α (0,05).The conclusion of this study is that there
is a correlation between emotional support and conformity to the cures of lepers in
the belo hospital Belo district bima of the NTB, there Is a link between support
reward by complying with the medicated leprosy in the belo hospital belo district
bima of the NTB. There’s a correlation between material support with obedience to
the drug of leprosy patients in belo district belo, a suggestion for health workers to
make a deeper approach and promotion and family in order for the treatment
process to be successful.

Keyword: Family Social Support, Obedience, Leprosy.

iv
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas untuk penulis katakan kecuali ucapan rasa
syukur atas karunia, berkah dan syukur yang diberikan oleh Allah
Subhanahuwata’ala sehingga penyusunan tesis ini dapat terselesaikan
dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kepatuhan
Minum Obat Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo Kabupaten
Bima NTB”. Penyusunan tesis ini merupakan salah satu persyaratan
akademis guna untuk memperoleh gelar master kesehatan masyarakat pada
Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea
Makassar.
Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung semoga bantuan
bapak/ibu mendapat balasan dari Allah Subhanahuwata’ala. Ucapan terimah
kasih saya haturkan kepada :
1. Prof. Dr. dr. H. Muhammad Syafar, MS selaku pembimbing I dan Dr Andi
Yusuf, S.Kep, S.KM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan pikiran dengan penuh perhatian untuk memberikan dorongan,
bimbingan, saran dan masukan yang sangat penting bagi penulis.
2. Dr. Eha Sumantri, S.KM., M.Kes selaku penguji I dan D. Ir. Asrijun
Juhanto M.Kes. selaku penguji II yang telah banyak memberikan saran
dan masukan bagi penulis.
3. Para dosen Program Pascasarjana dan seluruh staf pengelola Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar yang telah berbagi

ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menjalani proses

perkuliahan.

v
4. Pembina Yayasan, Ketua Yayasan dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar.

5. Kepala Puskesmas Belo dan jajarannya yang telah memberikan izin

terhadap penulis melakukan penelitian di puskesmas tersebut.

6. Istriku tercinta Yane Tarziah yang tidak hentinya memberikan dukungan

dan semnagat yang tiada hentinya.

7. Teman-teman terbaik serta semua pihak yang tidak mungkin penulis

sebutkan satu persatu namun mempunyai andil yang cukup besar dalam

memberikan bantuannya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan

baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis

ini, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan masukan agar tesis

ini dapat selesai dengan maksimal dan semoga bermanfaat bagi penulis

maupun pembaca.

Makassar, 21 Juli 2020


Penulis

Fazrin Ardiansyah
(018130005)

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ii

ABSTRAK INGGRIS iii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

1. Tujuan Umum 5

2. Tujuan Khusus 5

D. Manfaat Penelitian 6

vii
E. Ruang Lingkup / Batasan Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

A. Tinjauan Kusta 8

B. Tinjauan Dukungan Sosial Keluarga 19

C. Tinjauan Kepatuhan 21

D. Tinjauan Puskesmas 24

E. Kerangka Konseptual 28

1. Kerangka Teori 28

2. Kerangka Konsep 29

F. Hipotesis Penelitian 30

G. Definisi Operasional 32

H. Kerangka Alur Penelitian 35

BAB III METODE PENELITIAN 36

A. Jenis Penelitian 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 36

C. Populasi dan Sampel Penelitian 36

D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 38

viii
E. Analisis Data 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 46


A. Hasil 46

B. Pembahasan 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 76


A. Kesimpulan 76

B. Saran 77

DAFTAR PUSTAKA 78

ix
DAFTAR SINGKATAN

PB (Pausi Basiler)

MB (Multibasiler)

ADE (Ada Dukungan Emosional)

TADE (Tidak Ada Dukungan Emosional)

ADP (Tidak Ada Dukungan Penghargaan)

TADP (Tidak Ada Dukungan Penghargaan)

ADM (Tidak Ada Dukungan Materi)

TADM (Tidak Ada Dukungan Materi)

ADI (Tidak Ada Dukungan Informasi)

TADI (Tidak Ada Dukungan Informasi)

WHO (World Health Organisation)

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasional 32

Tabel 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin 47

Tabel 4.2 Karakteristik Pendidikan 48

Tabel 4.3 Karakteristik Pekerjaan 49

Tabel 4.4 Karakteristik Tipe Kusta 50

Tabel 4.5 Frekuensi Dukungan Emosional 51

Tabel 4.6 Frekuensi Dukungan Penghargaan 52

Tabel 4.7 Frekuensi Dukungan Materi 53

Tabel 4.8 Frekuensi Dukungan Informasi 54

Tabel 4.9 Frekuensi Kepatuhan 55

Tabel 4.10 Variable Dukungan Emosional 56

Tabel 4.11 Variable Dukungan Penghargaan 57

Tabel 4.12 Variable Dukungan Materi 58

Tabel 4.13 Variable Dukungan Informasi 59

Tabel 4.14 Regresi Logistic Berganda 61

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori 28

Gambar 2.2 Kerangka Konsep 29

Gambar 2.3 Kerangka Alur Penelitian 35

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Lembar Permohonan Menjadi Responden 81

Lampiran II Informed Consent 82

Lampiran III Kuesioner 83

Lampiran IV Dokumentasi 91

Lampiran V Output Spss 92

Lampiran VI Master Tabel 10

Lampiran VII Surat Pengambilan Data Awal 115

Lampiran VIII Surat Izin Penelitian 116

Lampiran IX Surat Rekomendasi Izin Penelitian Kesbangpol 117

Lampiran X Surat Rekomendasi Izin Penelitian Bappeda 118

Lampiran XI Surat Balasan Penelitian 119

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kusta adalah penyakit yang masih menimbulkan masalah

kesehatan yang ada di NKRI. Penyakit ini tidak hanya menyebabkan

masalah dari segi kesehatan, tapi sudah ke masalah social, ekonomi,

budaya dan ketahanan keamanan.

Penyakit kusta pada hakekatnya terjadi di negara berkembang dan

diderita oleh masyarakat kurang mampu. Ini adalah dampak dari negara

yang tidak dapat menyediakan pelayanan di bidang kesehatan,

Pendidikan, kesejahteraan social ekonomi kemasyarakatnya.

Cacat umumya terjadi pada penderita kusta yang tidak menyelesaikan

tahap pengobatan. Padahal pengobatan itu bertujuan untuk menghentikan

penyebaran, penularan, dan menyembuhakan serta, mencegah terjadinya

kecacatan yang tidak di inginkan. Pengobatan awal sangat di anjurkan

dan lagi patuh dan teratur minum obat menjadi sangat penting untuk

dijalani pasien demi menghindari kuman kusta yang tidak aktif berubah

aktif, jika sudah aktif akan terjadi tanda dan gejala pada kulit, saraf yang

akan berdampak pada terbatasnya aktifitas pasien.(Kemenkes RI, 2018)

Strategi kusta global 2016-2020 “menuju kehidupan bebas kusta,

dicanangkan dan dikonsultasi dengan berbagai elemen-elemen terkait

1
selama 2014 dan 2015. Organisasi yang menaungi program kusta

nasional, lembaga teknis, pakar kusta independen, pakar kesehatan

masyarakat, Lembaga sumber daya permodalan/ pendanaan, keluarga/

perwakilan pasien, daerah dan perkumpulan yang terdampak kusta.

Strategi mencakup 3 pokok yang mendasar: 1 memperkuat kepemilikan

dan menggandeng pemerintah, 2 meniadakan kusta dankomplikasinya, 3

meniadakan faktor diskriminatif terhadap pasien dan menjujunjung tinggi

kesejahteraan hidup di sosial. Tujuannya adalah untuk menurunkan

angka penderita kecacatan akibat kusta, menurunkan angka kasus baru

1/1 juta populasi dan menghentikan segala aturan yang berkaitan dengan

diskriminasi pasien kusta (Kemenkes RI, 2018)

WHO 2015 jumlah angka yang dirilis berdasarkan kejadian kasus baru

sebanyak 210.758 di seluruh dunia. Yang menduduki tempat teratas yaitu

zona asia tenggara sebanyak 156.118, disusul zona amerika 28.806 dan

zona afrika 20.004.(Kemenkes RI, 2015)

Pemberantasan kasus kusta telah direncanakan di NKRI dari tahun

2000 tapi masih belum bisa teratasi bahkan menimbulkan masalah dari

segi medis, social, ekonomi , dan budaya. Meskipun upaya memerangi

kusta msudah dilakukan tapi kasus kusta yang menimbulkan disabilitas

masih merupakan kekawatiran dimasyarakat yang belum bisa dihilangkan

(Kemenkes RI, 2019)

2
Jumlah kasus yang terdata dinegara kita masih tinggi yaitu 19.033 dan

kasus baru yang terdata yaitu 14.397, dengan pembagian laki-laki yaitu

9.016 dan bergender perempuan 5.381 terjadi kasus baru.(Kemenkes RI,

2018)

Angka kejadian kusta di propinsi NTB masih tinggi yaitu 0,52% pada

2018. Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus baru kusta

tahun 2018 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

Tahun 2017 terdapat 223 kasus kusta dan meningkat pada tahun 2018

menjadi 253 kasus. Kasus terbanyak yang ditemukan di tahun 2018

adalah tipe Multi Basiler yakni 214 kasus, sedangkan tipe Pauli Basiler

hanya 39 kasus. Angka penemuan kasus baru kusta atau new case

detection rate (NCDR) pun mengalami peningkatan dibandingkan tahun

2017, yakni dari 4,50 per 100.000 penduduk menjadi 5,0 per 100.000

penduduk. Kasus terbanyak terdapat di kabupaten Bima untuk kasus baru

PB sebanyak 27 kasus baru dan untuk MB ditemukann 96 kasus baru jadi

total 123 kasus baru di temukan di kabupaten bima pada 2018. (Dinkes

NTB, 2019).

Dari data awal yang di dapatkan di puskesmas belo kecamatan belo

kabupaten bima, jumlah kasus baru pada 2019 yaitu terdapat 51 pasien

yang masih menjalani pengobatan kusta.

Dalam Penelitian yang dilakukan oleh (mario paulo bean, 2018)

kepatuhan minum obat kusta dipasien tidak di pengaruhi oleh dukungan

3
sosial keluarga tapi faktor dari pasienlah yang tidak patuh. Hasil yang

diteliti menunjukan ketidakpatuhan diakibatkan dari adanya efek samping

dari obat antara lain : klofazimin atau lampren menyebabkan warna kulit

kecoklatan bahkan kuli menghitam, dapson dan rifampisin menyebabkan

ruam, gatal-gatal pada kulit serta, alergi urtikaria. Faktor lain juga adalah

pasien lupa minum obat, pasien minum obat lain, dan juga lamanya

pengobatan kadang kala membuat pasien pesimis, bosan, dan

menimbulkan ketidakyakinan akan dapat sembuh.

Berdasarkan data penelitian yang dilakukan (Rustono & Indanah,

2016) menunjukkan bahwa pada penderita kusta yang tidak didukung

keluarga secara emosional. Dukungan emosional yang diberikan

keluarga masih kurang, akibat dari keluarga tidak bermusyawarah

dengan pasien. Tentu saja ini terjadi akibat keluarga memeliki kesibukan

dan aktifitas pribadi masing masing.

Berdsarkan penelitian yang dilakukan oleh (Evi Andriani et al.,

2019) menunjukan bahwa kebanyakan pasien tidak patuh minum obat.

Dikarnakan bosan mengkonsumsi obat yang membutuhkan waktu

panjang, faktor ekonomi yang tidak mendukung. Dan apabila sudah

merasa agak sumbuh obatpun tidak dilanjutkan sampai selesai sehingga

kambuh lagi. Tidak adanya dukungan keluarga.diakibatkan adanya

kesibukan dari keluarga. Kurangnya pengetahuan sehingga tidak dapat

memberikan dukungan informasi yang baik dan benar.

4
Berdasarkan hasil observasi di atas terlihat bahwa tinngi angka

kejadian kasus kusta di wuilayah kerja puskesmas belo didapatkan

bahwa pasien yang menderita kusta tinggal serumah Bersama keluarga

yang sehat (tidak di pisahkan) padahal kita tau bahwa kusta adalah

penyakit yang menular.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan masalah penelitian

“apakah ada hubungan antara dukungan social keluarga dengan

kepatuhan minum obat penderita kusta di puskesmas Belo kecamatan

Belo kabupaten Bima NTB.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan

kepatuhan minum obat penderita kusta di puskesmas Belo kecamatan

Belo kabupaten Bima Bima.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan dukungan emosional dengan

kepatuhan minum obat penderita kusta.

b. Untuk mengetahui hubungan dukungan penghargaan dengan

kepatuhan minum obat penderita kusta

c. Untuk mengetahui hubungan dukungan materi dengan kepatuhan

minum obat penderita kusta

5
d. Untuk mengetahui hubungan dukungan informasi dengan

kepatuhan minum obat penderita kusta

e. Untuk mengetahui variabel dari dukungan sosial keluarga manakah

yang paling berhubungan dengan kepatuhan minum obat kusta.

D. Manfaat Penelitian

1 Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat di jaladikan referensi

dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya

2 Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat di jaladikan referensi

puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten Bima Bima untuk

meningkatkan kepatuhan minum obat pendertita kusta

3 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan atau

pengetahuan peneliti mengenai hubungan dukungan social keluarga

dengan kepatuhan minum obat penderita kusta.

4 Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan wawasan serta pemehaman bagi masyarakat tentang hubungan

dukungan social keluarga dengan kepatuhan minum obat penderita

kusta.

6
E. Ruang lingkup dan Batasan penelitian

Penelitian ini hanya berfokus pada penderita kusta di wilayah kerja

puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten Bima Bima. Penelitian ini

dilakukan pada tanggal 8n November 2019 sampai 13 Agustus 2020.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN KUSTA

1 Pengertian kusta

Kusta merupakan penyakit kronis yang akibatkan oleh mycobacterium

leprae, mycobacterium laprae ini akan menginfeksi susunan saraf tepi,

kemudian menginfeksi kulit, mukosa (mulut), saluran napas, sisitem

retikulo endothelial, mata, tulang, otot dan testis. Jika pengobatan tidak

tuntas maka mycobacterium leprae akan berkembang biak lebih ganas

hingga akhirnya menginfeksi saraf tepi dan berujung pada terjadinya

kecacatan. (Masriadi, 2017)

2 Etiologi

Kusta disebabkan oleh mycobacterium leprae dengan bentuk berupa

batang memiliki Panjang 1-8 mikron. Lebar 0,2-0,5 mikron, dan hidup

tunggal maupun berkoloni, hidupnya di sel dan mimiliki ciri-ciri unik yaitu

tahan asam (BTA), non spora, tidak bergerak dan bentuk mycobacterium

leprae ini beragam bentuk (pleomorfik) (Masriadi, 2017).

3 Epidemologi

Iklim torpis maupun subtropics adalah yang paling disukai oleh kuman

ini contohnya di negara seperti di Asia, Afrika dan Amerika Latin (WHO,

2015). Menurut WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa di zona Asia

8
tertinggi diantara negara lain yaitu (117.451), setelah itu zona Amerika

(27.955), Afrika (20.564), Pasifik (5.773), dan di Mediterania timur (2.865).

Pada tahun 2006 peningkatan kasus yang signifikan terjadi,

berdasarkan WHO bahwa di 145 negara yang ada didunia terdapat

216.108 penderita.(Djuanda, 2008)

India dan Brazil menempati kasus tertinngi setelah itu Indonesia

dengan jumlah penderita kusta no 3 pada tahun 2015, yaitu penderita

baru yang terdata sebanyak (17.202). Tahun 2016 penderita baru yang

terdata sebanyak (16.826) atau 6,3/100.000 penduduk (Kemenkes RI,

2016).

4 Gejala Klinis

Tanda gejala kusta antara lain :

a. Terdapat Bercak berwarna putih (hipopigmentasi) atau merah

(erithemotous), yang kehilangan sensitifitas rasa (mati rasa), terdapat

pertumbuhan jaringan pada kulit yang tidak normal dan tebal

(plakinfiltrate).

b. Kerusakan saraf perifer

Saraf tepi terjadi gangguan berupa nodul dan terasa nyeri.

Saraf sensorik hilang sensifitas (mati rasa), pada saraf motorik berupa

kelemahan otot, kelumpuhan, kulit terlihat begitu kering dan timbul

retakan kulit

9
.

c. Hasil pemeriksaan laboratorium BTA (Basil Tahan Asam) positif.

Seseorang akan berstatus positif apabila ada tanda dan gejala

antara lain : pemeriksaan BTA dari kerokan kulit (skin smear), cuping

telinga dan bagian aktif suatu lesi kulit. Apabila belum yakin betul

dengan hasilnya maka akan di berikan diagnosa curigai (suspek

kusta).(Depkes RI, 2006)

Tanda - tanda (suspek) kusta antara lain(Depkes RI, 2012):

1) Tanda – tanda pada kulit

a). Bercak kulit berwarna merah atau putih terdapat di bagian muka

dan bagian telinga, bercak tidak sensitif (mati rasa) dan tidak gatal.

b). Kulit mengkilap atau bersisik.

c). Adanya kelainan kulit yang tidak berkeringat dan tidak

berambut.

2) Tanda – tanda pada saraf

a). Nyeri tekan pada saraf. Kesemutan seperti tusukan jarum dan

sakit ketika beraktifitas dan sendi cepat lelah

b). Adanya cacat (deformitas) dan jika ada luka makan akan

enggan sembuh.

10
3) Tinggal di daerah endemik kusta dan memiliki kelainan kulit yang

mnirip kusta dan sukar sembuh meskipun minum obat.

Tanda dan gejala yang baru berstatus kecurigaan tidak

sepenuhnya bisa digunakan sebagai dasar diagnosa, perlu adanya

pemeriksaan penunjang mengambil jaringan kerokan pada jaringan

kulit.

5 Patogenesis

Sistem pernafasan menjadi tempat umum masuknya kuman,

selanjunya menuju perifer dan ke sel Schwann. Selain itu terdapat di

makrofag, sel otot dan sel endotel pembuluh darah.

Di inti sel Schwann / mikrofag, kehidupan kuman tergantung pada

daya tahan tubuh dan berkembang biak 2-3 minggu disel. Dapat hidup 9

hari di luar host. Dan difase ini tidak ada tanda dan gejala kuman.

(Eichelmann & González, 2016)

Jika bakteri sudah berkembang biak, bakteri akan diserang oleh

sistem imunologi. Limfosit dan histiosit (makrofag) dan akibatnay akan

timbul gejala saraf berupa gangguan sensasi atau skin patch. Dan jika

tidak di periksa maka kehidupan bakteri tergantung dari kekuatan imunitas

tubuh individu.(Eichelmann & González, 2016)

11
6 Riwayat perjalanan penyakit

Patofisiologi dari kusta lambat proses masa inkubasi (2–5 tahun)

manifestasi klinis yang muncul berupa bercak dan sudah ada gangguan

sensasi ringan pada kulit. Keadaan ini disebut fase indeterminate, dimana

gejala masih bisa disembuhkan oleh sistem imunitas, yang dapat sembuh

dengan sendirinya, menetap membentuk tanda dan gejala khas kusta.

(Juanda & Menaldi, 1997)

setelah kelainan klinis terjadi begitu lama (waktu tahunan) akan

muncul manifestasi klinis yang khas. Gejala bervariasi bisa pada kulit

saraf tepi maupun tubuh yang lain tergantung tipe kusta yang diderita

yang dipengaruhi oleh pertahanan tubuh (imunologik) penderita.(Juanda

& Menaldi, 1997)

7 Faktor resiko penularan penyakit

a. Umur

Kusta dapat terjadi pada umur bayi sampai tua (3 minggu - >70

tahun). Tapi kasus dominan pada umur 15-29 tahun.

b. Jenis kelamin

Kusta tidak memandang jenis kelamin, hasil penelitian menunjukan

kebayakan negara kecuali beberapa negri di Afrika menyatakan laki-

laki lebih dominan terinfeksi dari perempuan.

c. Imunitas

12
Kejadian kusta dipengaruhi imunitas, jika imunitas baik maka

hanya akan terpapar kusta tuberkuloid (Pausibailler). Sedangkan

pertahanan tubuh kurang baik akan terinfeksi kusta lepromatosa

(Multibasiller).

d. Riwayat kontak dengan penderita.

Pada individu yang menderita kusta memiliki kemungkinan 4 kali

lebih besar menularkan dengan individu yang tinggal bersamaya

dalam 1 rumah.

e. Lama kontak

Kontak dengan penderita dalam waktu yang cukup lama Perlu

adanya kontak (≥2tahun). jauh lebih beresiko terkena, kontak fisik

secara langsung antara lain melalui kontak kulit dan pernafasan

(berbicara) berisiko terpapar penyakit kusta. (Depkes RI, 2012)

f. Intensitas kontak

Individu yang sering kontak lansung secara berkala lebih dari 8

jam/hari berisiko cenderung terpapar penyakit ini.

g. Personal hygiene

Personal hygiene marupakan tindakan yang bertujuan untuk

melakukan pencegahan dini terhadap kusta dan membatasi resiko

paparan kontak dengan pasien secara langsung.(Depkes RI, 2012)

Menurut sebagian ahli paparan kusta menginfeksi melalui saluran

pernafasan dan kulit (kontak dalam periode lama secara berkala dan

13
erat), kusta akan masuk lewat folikel rambut, dan kelenjar keringat.

(Muttaqin A. & Sari K, 2011). Dari kebiasaan menggunakan pakaian,

peralatan mandi dan peralatan makan bergantian dapat memicu

terjadinya paparan penyakit kusta.(Yuniarasari, 2014)

8 Cara Pemberantasan

a. Fokuskan promosi kesehatan pada informasi penyakit dan adanya

obat yang efektif, tidak menimbulkan komplikasi jika berobat teratur

serta upaya mencegah cacat secara fisik dan sosial.

b. Lakukan pendataan terhadap penderita, tipe multibasiler adalah yang

utama karna dapat menular. Kombinasikan Multidrug Therapy awal

seteratur mungkin, anjurkan obat jalan pada pasien jika

memungkinkan dilakukan.(Masriadi, 2018)

Dari pandangan epidemologi pencegahan kusta dibedaka menjadi tiga

(Masriadi, 2018) vaitu:

1) Pencegahan Primer

Yaitu untuk mengurangi terjadinya suatu penyakit berupa

pengendalian/pmberantasan etiologi dari penyakit dan risikonya

diantaranya :

a) Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan dilakukan dengan cara penyuluhan tentang

penularan. pengobatan dan pencegahan penyakit kusta, serta

14
pentingnya makanan sehat dan bergizi untuk meningkatkan status gizi

setiap individu menjadi baik

Hutabarat dalam (Masriadi, 2018) menuturkan bahwa

pencegahan primer dilaksankan di kelompok-kelompok yang terdiri

dari orang sehat dimana belum terpapar kusta, tidak berisiko terpapar

pencegahan ini berupa tindakan penyuluhan/promosi kesehatan di

masyarakat.

b) Pemberian imunisasi

Tahun 1996 di Malawai dilakukan penelitian tentang pemberian

vaksinasi BCG, untuk 1 kali dapat memproteksi kejadian kusta

sebanyak 50%, vaksinasi 2 kali memproteksi kusta sebanyak 80%,

akan tetapi di Indonesia belum diterapkan karna disetiap negara

berbeda hasil yang diteliti.

2) Pencegahan Sekunder

Menegakan diagnosis sedini mungkin dan terapy pengobatan

(prompt teratrnent).

a) Diagnosis dini pada penderita di lakukan pemeriksaan kulit, saraf

tepi, dan fungsinya,

b) Pengobata berupa pemberian DDS (diami nodifelsufon),

prednisone klofazitnin, sulfatferrosus, rifampisin, vitamin A. selain

itu dapat dilakukan Multi Drug treatrnent (MDT) adalah perpaduan

rifampicin, ofloxacindan minocycline diberikan sesuai tipe penyakit

15
kusta dan obat harus ritin dikonsumsi antara tenggang waktu 6-9

bulan tanpa terputus.

3) Pencegahan Tersier

Yaitu upaya pencegaha terakhir bertujuan untuk mengurangi

perkembangan dan komplikasi dari kusta. Pencegahan ini meliputi:

a) Rehabilitasi Medik

Yaitu pencegahan awal kecacatan meliputi : pengetahuan

rehabilitasi medik terpadu dari awal pengobatan, fisioterapi,

psikoterapi, perawatan luka meliputi : luka bedah rekontruksi luka

bedah septik, pemasangan alas kaki,terapi okupasi.

b) Rehabilitasi Nonmedik

Permasalahan yang muncul pada kusta yaitu timbulnya

kecacatan, baik cacat secara fisik maupun psikososial. Cacat fisik

membuat ketakuatan dan rasa jijik ketika dilihat oleh masyarakat

social.

c) Rehabilitasi Mental

Promosi kesehatan ditekankan pada dorongan mental seawal

dinirnungkin pada penderita, keluarga, dan masyarkat, ini dilakukan

untuk memberikan suport agar mereka menerima kenyataan

sehingga dapat memjalani pengobatann seteratur mengkin.

16
d) Rehabilitasi Karya

Yaitu pelatihan diberikan pada yang sudah cacat untuk dapat

kembali bekerja/ produktif dengan pekerjaan barunya sesuai

dengan tingkat kecacatan dan besic yang dimiliki dan tempat kerja

harus aman dan tidak beresiko terhadap kecacatannya.

e) Rehabilitasi social

Yaitu upaya meningkatkan kemandirian penderita pada hal

fungsi social dan ekonomi tanpa bantuan dari orang lain.

9 Pengobatan

WHO pada 1982 menganjurkan terapi kusta dengan Multi Drug

Therapy, antara lain (Masriadi, 2018) :

a. Rifampisin (Rifampin, Rifadin, Rimactane)

Keefektifan obat dalam sekali konsumsi ini mencapai 99%

membunuh kuman kusta akan tetapi efek samping berupa kerusakan

hati dan ginjal. Air kencing akan berwarna pink. Menurut WHO dosis

pemberian 1 kali/bulan : 60 mg/hari sebelum makan.

b. Klofazimin

Bersifat bakterisid sehinggan funsi DNA bakteri diblokir,

berfungsi sebagai antiradang. Proses penyerapan kembali dari usus

dan lambung kurang baik sehingga menyebabkan mual, muntah,

diare, sakit pada lambung nyeri abdomen.

17
(Depkes RI, 2007) regimen pengobatan anjuran oleh WHO yaitu:

1) Pauci Bacile (PB)

Dewasa : Pengobatan bulanan : hari 1 (diminum dalam pengawasan

petugas) 2 kapsul Rifampisin 300 mg (600 mg), 1 tablet dapson 100

mg.

Pengobatan harian : hari ke 2-28 1 tablet dapson / DDS 100 mg. (1

blister /1 bulan, pengobatan 6-9 bulan)

2) Multi Basiler (MB)

Dewasa :pengobatan bulanan : hari 1 (diminum dalam

pengawasan petugas) 2 kapsul Rifampisin 300 mg (600 mg), 3 tablet

Lampren 100 mg (300 mg), 1 tablet Dapson / DDS 100 mg.

Pengobatan harian : hari ke 2-28 1 tablet Lampren 50 mg, 1 tablet

Dapson / DDS 100 mg. (1 blister/1 bulan, pengobatan 12 blister 12-18

bulan.

Tujuan pengobatan adalah :

a) Memutuskan paparan penyakit

b) Mencegah terjadinya resistensi obat

c) Masa pengobatan diminimalisir secepat mungkin

d) Obat teratur dikonsumsi

e) Mengurangi cacat/ mengurangi berkembangnya cacat yang ada

sebelum terapy dilakukan.

18
B. TINJAUAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA

1 Pengertian dukungan social

Dukungan social adalah ikatan social yakni dukungan emosional,

dukungan penilian, dukungan informasi dan dukungan material.

(Nursalam, 2007)

Dukungan berasal dari kata dukung yang memiliki makna menyokong,

atau membantu (Purwodaminto, 2001). Keluarga adalah kumpulan

individu yang terikat dalam hubungan tali pernikahan, hubungan darah,

dari adopsi yang menetap dalam 1 atap yang sama (smitt dalam

(Friedman et al., 2010)

2 Struktur dan peran keluarga

Struktur keluarga (Padila, 2012) adalah :

a. Patrilineal yakni hubungan sedarah melalui garis keturunan ayah

berupa saudara kandung/ sedarah dalam beberapa generasi

b. Matrilineal yakni hubungan sedarah melalui garis keturunan ibu berupa

saudara kandung/ sedarah dalam beberapa generasi

c. Matrilocal yakni suami isrti yang menetap dengan kelaurga

kandung/sedarah istri.

d. Patrilocal yakni suami isrti yang menetap dengan kelaura

kandung/sedarah suami.

e. Keluarga kawinan hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak

19
3 Sumber dukungan keluarga keluarga

Menurut (Friedman, 2013) sumber dukungan keluarga yakni :

a. Dukungan emosional

Adalah keluarga berfungsi sebagai tempat beristirahat

melakukan pemulihan memberikan rasa aman, damai melatih

kestabilan emosional. Dukungan yang diberikan berupa kepercayaan

dan perhatian.

b. Dukungan penilaian/penghargaan

adalah keluarga berperan dalam mengarahkan, membantu

menyelesaikan permasalah, memberikan semangat/ support

c. Dukungan instrumental

adalah keluarga memberikan dekungan dalm bentuk nyata,

yakni seperti keuangan, makan, minum.

d. Dukungan informasional

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai

pemberi informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian

saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah.

20
C. TINJAUAN KEPATUHAN

1 Pengertian kepatuhan

Kepatuhan memiliki arti yakni : compliance, adherence. Compliance

adalah mengikuti anjuran medis dalam hal pengobatan tapi bersifat pasif.

Adherence adalah bagaimana tingkat kepatuhan pasien dalm mengambil

resep. Tingkat kepatuhan (adherence) biasanya aka dievaluasi dalam

berapa persen tingkat kepatuhan pasien (Osterberg & Blaschke dalam

(Nuriana Pratita, 2012).

Kepatuhan adalah perilaku seseorang sesuai dengan instruksi yang

diberikan pakar kesehatan, prilaku ini yakni adanya informasi kesehatan

dibrosur maupun media masa lainnya.(Marcus et al., 2011).

Menurut Sacket dalam (Niven & Nail, 2000) mengartikan kepatuhan

pasien ada beberapa jauh tingkat ketaatan pasien dalam mengikuti

intruksi dari pakar kesehtan.

2 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan

Menurut (Erb & Kozier, 2010) faktor yang mempengaruhi kepatuhan

adalah:

a. Keinginan untuk sembuh

b. Gaya hidup

c. Pengetahuan akan tingkat penyakitnya

d. Upaya mengurangi ancaman yang ditimbulkan penyakit

21
e. Kesulitan mengikuti instruksi petugas

f. Tingkat komplikasi yang ditimbulkan akibat terapi

g. Keyakinan terhadap pengobatan

h. Rumitnya efek kompilkasi yang diterima

i. Budaya yang ada

j. Tingkat kepuasan dan kualitas pelayanan kesehatan

Sedangkan menurut (Niven & Nail, 2000), Faktor-faktor yang

mempengaruhi ketidak patuhan adalah :

a. Pemahaman Tentang Instruksi

Seseorang tidak akan paham terhadap arahan jika dia tidak

mengerti apa isi arahan yang diberikan. Lcy dan Spelman (dalam Neil,

2000) mengemukakan bahwa > 60% responden yang di wawancara

salah paham tentang arahan yang diberikan, hal ini terkadang karna

adanya kesalahan instruksi tentang informasi kesehatan dari tenaga

kesehatan, seperti, informasi yang kurang lengkap, nistilah yang sulit

dipahami, dan informasi yang terlalu Panjang dan banyak yang sukar

untuk di ingat kembali.

b. Kualitas Interaksi

Korsch & Negrete dalam (Niven & Nail, 2000) melakukan

pengamatan terhadap 800 responden (orang tua yang berkunjung),

dalam wawancara salama 2 minggu menemukan bahwa ada

hubungan antara kepuasan ibu terhadap konsultasi dengan seberapa

22
jauh mereka mematuhi nasihat dokter, tidak ada kaitan antara

lamanya konsultasi dengan kepuasaan ibu. jadi konsultasi yang

singkat tudak mempengaruhi kepuasan pasien.

c. Isolasi Sosial dan Keluarga

Pratt dalam (Niven & Nail, 2000) mengemukakan bahwa

keluarga mempenyai fungsi yang besar dalam pengembangan

kebiasaan, pengajaran kesehatan pada anak-anak, dan memutuskan

arah pengobatan keluarga yang sakit..

d. Keyakinan, Sikap dan Keluarga

Becker (Niven & Nail, 2000) mengemukakan bahwa keyakinan

terhadap keinginan untuk sembuh berperan memperidiksi

ketidakpatuhan. Berdasarkan penelitian dengan Hartman dan Becker

(1978) setelah di teliti tentang keyakinan tentang kesembuhan.

Mengemukakan bahwa pengkajian dari tiap bagian modek tersebut

sangat berperan dalam memcapai tingkat kepatuhan.

3 Cara-cara Mengurangi Ketidakpatuhan

Dinicola dan Dimatteo dalam (Niven & Nail, 2000) cara mengatasi

ketidakpatuhan yaitu :

a. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri,

Kesadaran diri adalah hal yang paling penting untuk

mengembangkan kepatuhan, faktor yang melatar belakangi

23
ketidakpatuhan adalah terapy pengobatan yang lama yang membuat

jenuh dan tekakan dari petugas yang membuat penderita tidak patuh

yang semula patuh.

b. Perilaku sehat.

Instruksi yang diberikan tidak semata untuk mengubah

ketidakpatuhan tapi juga untuk mempertahankan kebiasaan dan

kesadaran terhadap prilaku kesehatan, hal ini diperlukan dalam

mengevaluasi, mengontrol dan menghargai apa nilai dari kesehatan itu

sendiri.

c. Dukungan social.

Dukungan keluarga sangat berperan aktif dalam kepatuhan

pasien. Faktor dukungan ini antara lain dukungan emosional,

pengharghaan, materi dan informasi.

D. Tinjauan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

1. Pengertian Puskesmas

Peratuaran Menteri Kesehatan tahun 2014 tentang Puskesmas

menyebutkan bahwa puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-

tinginya di wilayah kerja. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan

24
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Selain itu puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara upaya

kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan

tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan tenaga

kesehatan(Kemenkes RI, 2017)

Menurut (Alamsyah & Dedi, 2016) dalam buku yang berjudul

Manajemen pelayanan Kesehatan, mengemukakan bahwa Puskesmas

merupakan tempat pelayanan kesehatan yang terdepan dalam upaya

peningkatan dan pengembangan serta pengelolaaan kesehatan di

masyarakat.

Upaya pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas yakni :

a. Pada masyarakat, berupa upaya penyuluhan dan pencegahan di wilayah

kerja Puskesmas.

b. Pelayanan kesehatan dasar (kuratif dan rehabilitasi) yang bertujuan

memberikan terapy menyembuhkan pada pasien (Wulansari, 2013).

Program kesehatan dasar dipuskesmas, antara lain:

1) Promosi kesehatan, yaitu penyuluhan yang berfungsi mengubah

prilaku dan menambah pengetahuan masyarakat.

2) Kesehatan Lingkungan, yaitu menyediakan lingkungan yang bersih,

sehat, aman, serta nyaman. Ini berupa sarana air bersih, penyediaan

jamban, pembungan limbah dan sampah dll.

25
3) KIA & KB, yaitu berperan dalam pengembangan kesehatan

reproduksi dan peningkatan kualitas hidup dimasyarakat

4) Perbaikan gizi, berpeeran dalam peningkatan status gizi individu,

keluarga dan masyarakat.

5) Pemberantasan penyakit menular, antara lain penyuluhan kesehatan

rutin dimasyarakat dan imunisasi, serta pemantauan daerah

endemis.

6) Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang

medik (laboratorium dan farmasi)

2. Kedudukan Puskesmas

Dalam sistem kesehatan Nasional (2018), kedudukan Puskesmas

adalah sebagai berikut :

a. Puskesmas sebagai aspek fungsional, puskesmas dibagi dalam

tiga bagian utama yaitu bidang pelayanan kesehatan masyarakat

yang dinaungi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Kedua

bidang pelayanan medik, yaitu dalam meberi pelayanan

berkoordinasi dengan RSUD Kabupaten atau Kota. Ketiga adalah

puskesmas adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama

merupakan yang terdepan dalam pelayanan kesehtan..

26
b. Puskesmas adalah organisasi struktural dan berfungsi sebagai

penyelenggara dan memiliki tanggung jawab kepada pimpinan

Kabupaten atau Kota. (Alamsyah & Dedi, 2016)

3. Pelayanan Puskesmas

Dibagi menjadi dua, yakni pelayanan rawat jalan dan rawat inap.

1) Pelayanan Rawat Jalan

Dalam perannya rawat jalan melayani pasien yang berobat

tidak menetap (< 24 jam). Bertujuan menegakkan diagnostik baik itu

tindakan pengobatan, rawat inap, dan rujukan. Tenaga pelayanan di

rawat jalan antara lain: Tenaga administrasi (non medis),

paramedic,dan dokter. Rawat jalan berfungsi sebagai tempat

konsultasi pasien dengan dokter, dengan tindakan pengobatan dan

kontrol berkala tanpa harus menginap di puskesmas.

2) Pelayanan Rawat Inap

Rawat inap adalah ruangan dan fasilitas puskesmasyang di

buat melakukan tindakan sementara terhadap kejadian gawat

darurat maupun perawatan sementara. Rawat inap puskesmas

berfungsi :Melakukan tindakan operatif terbatas Merawat

sementara penderita gawat darurat, Melakukan pertolongan

sementara, Melakukan pemasangan KB (keluarga berencana)

(Wulansari, 2013)

27
E. KERANGKA TEORI

Pemenuhan
Pengaruh interpersonal :  Manfaat dari
kebutuhan
tindakan : komplikasi penderita kusta
Prilaku keluarga, teman, kusta menurun dukungan
sebelumnya penyedia layanan  Hambatan untuk kepatuhan
yang terkait kesehatan, dokter, bertindak yang pengobatan
dengan perawat
dirasakan penderita
pengalaman
hidup sehat Pengeruh situasional : kusta
 Persepsi terhadap Heal promotion
kusta
ketersediaan fasilitas dan keyaninan diri hehavior
sarana pelayanan pengalaman
 Pengaruh yang di
kesehatan penderita kusta
timbulkan dengan
Faktor
personal :
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan :
Umur, jenis Komitmen
a. klien untuk sembuh
kelamin, terhadap prilaku b. Tingkat perubahan gaya hidup yang
Pendidikan, sehat pada dibutuhkan
lama penderita kusta c. Persepsi keparahan masalah kesehatan
menderita d. Nilai upaya mengurangi ancaman
kusta, stigma Dukungan keluarga : penyakit
e. Kesulitan memahami dan melakukan
Dukungan emosional perilaku khusus
Dukungan penghargaan f. Tingkat gangguan penyakit atau
Dukungan materi rangkaian terapi
Dukungan informasi g. Keyakinan bahwa terapi yang
diprogramkan akan membantu atau
tidak membantu
h. Kerumitan , efek samping yang diajukan
Kepatuahan minum obat i. Warisan budaya tertentu yang membuat
kusta : kepatuhan menjadi sulit dilakukan
Patuh j. Tingkat kepuasan dan kualitas serta
tidak patuh jenis hubungan dengan penyediaan

28
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
Sumber modifikasi teori : (Nola J. Pander et al., 2006), (Martha Raile
Alligood, 2016), Kozier (2010), dan Nursalam (2007).

F. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep pada penelitian in adalah sebagai berikut :

Dukungan emosional

Dukungan penghargaan
Kepatuhan
Minum
Obat

Dukungan material

Dukungan informasi

Variable independent ;

Variable dependen ;

Arah hubungan :

Gambar 2.2 : kerangka konsep

29
G. HIPOTESIS

1 Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menegaskan hubungan

antara 2 variabel atau lebih yang memiliki makna, biasa menegaskan

perbedaan variabel dalam kelompok yang tidak sama.(Hidayat, 2014)

a. Ada hubungan antara dukungan emosional dengan kepatuhan minum

obat penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Belo Kecamatan

Palibelo Kabupaten Bima.

b. Ada hubungan antara dukungan penghargaan dengan kepatuhan

minum obat penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Belo

Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima.

c. Ada hubungan antara dukungan materi dengan kepatuhan minum obat

penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Belo Kecamatan Palibelo

Kabupaten Bima.

d. Ada hubungan antara dukungan informasi dengan kepatuhan minum

obat penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Belo Kecamatan

Palibelo Kabupaten Bima.

3. Hipotesis Nul (Ho)

30
Hipotesis nul adalah dugaan yang dinyatakan dengan cara

yang berlawanan (berbeda) dengan sumber teori yang akan

dibuktikan. Dugaan dalam hipotesi selalu di nyatakan dengan kata

“tidak ada” terlebih dahulu.(Stang, 2018)

a. Tidak ada hubungan antara dukungan emosional dengan

kepatuhan minum obat penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas

Belo Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima.

b. Tidak ada hubungan antara dukungan penghargaan dengan

kepatuhan minum obat penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas

Belo Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima.

c. Tidak ada hubungan antara dukungan materi dengan kepatuhan

minum obat penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Belo

Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima.

d. Tidak ada hubungan antara dukungan informasi dengan kepatuhan

minum obat penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Belo

Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima.

31
32
H. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Kriteria Objektif Skala

1 Kepatuhan Adalah suatu tindakan/ prilaku Kuessioner 1 = tidak patuh Nominal

minum obat penderita dalam menjalani Jika : nilai yang di dapat

terapi pengobatan sesuai <50%

standar pengobatan yang 2= patuh

ditetapkan Jika nilai yang di dapat

>50%

2 Dukungan Adalah rasa rasa empati, cinta Kuessioner 1 = tidak ada dukungan Nominal

emosional dan kepercayaan dari orang emosional

lain terutama keluarga dalam Jika : nilai yang di dapat

memberikan rasa percaya dan <50%

perhatian 2= ada dukungan emosional

Jika nilai yang di dapat

33
>50%

3 Dukungan Adalah memberikan apresiasi Kuessioner 1 = tidak ada dukungan nominal

penghargaan atau penghargaan terhadap penghargaan

apa hasil atau prestasi yang Jika : nilai yang di dapat

dicapai dalm pengobatan <50%

( motivasi, support dan 2= ada dukungan

penghargaan) penghargaan

Jika nilai yang di dapat

>50%

4 Dukungan Adalah memberikan dikungan kuessio 1 = tidak ada dukungan Nominal

materi/ berupa ketersediaan secara ner materi/ instrumental

instrumental material berupa sarana yang Jika : nilai yang di dapat

mendukung pengobatan <50%

2= ada dukungan

34
instrumental

Jika nilai yang di dapat

>50%

5 Dukungan Adalah memberikan informasi Kuessioner 1 = tidak ada dukunagn nominal

informasi guna menambah pengetahuan informasi <50%

dalam mencari jalan keluar Jika : nilai yang di dapat

guna memecahkan masalah 2= ada dukungan informasi

seperti memberi nasehat atau Jika nilai yang di dapat

pengerahan >50%

35
I. Alur Penelitian

Alur penelitian adalah gambaran langkah yang dilalui dalam proses

penelitian dilakukan berurutan dan menggambarkan proses yang akan dilalui,

alur penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pengambilan data (8 November 2019)

teori Masalah penelitian Hasil penelitian

Tujuan penelitian

Kerangka teori dan kerangka konsep

Hipotesis penelitian

Pengumpulan Data Demografi dan Kuesioner dukungan social keluarga


dan kepatuhan minum obat (17 Desember-17 Februari 2020)

Dukungan keluarga Kepatuhan minum obat

Analisis dengan Chi-Square dan Uji Regresi Logistic Berganda

Pengolahan data

Penyusunan laporan hasil penelitian (13 Agustus 2020)

Gambar 2.3 : Alur Penelitian

36
BAB III
METODE PENELITIAN

a. RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Kuantitatif

dengan Survei analitik, menggunakan pendekatan Cross sectional,

dimana proses pengukuran variable sekali dan sekaligus pada waktu

yang sama.

b. LOKASI DAN WAKTU

1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukakan di wilayah kerja Puskesmas

Belo Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima.

2 Waktu penelitoian

Waktu penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah dimulai

dari penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan hasil

penelitian, yaitu dari tanggal 8 November 2019 Sampai 13 Agustus

2020.

c. POPULASI DAN TEHNK SAMPEL

1. Populasi

Populasi yaitu obyek atau subyek berdasarkan kuantitas dan

ciri yang dimiliki dalam suatu cakupan wilayah tertentu yang ditentukan

peneliti agar dapat di pelajari dan di tentukan hasil akhirnya (Sugiono,

37
2016). Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang

menderita kusta di puskesmas belo kecamatan belo Kabupaten Bima

yaitu 51 pasien.

2. Sampel

Sampel adalah jumlah ciri/ karakter yang ada dalam sebuah

populasi berdasarkan ketentuan dari peneliti. Sanpel dalam penelitian

ini yaitu sebanyak 51 orang.

3. Tehnik pengambilan sampel

Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non

probability sampling dengan tehnik total sampling. Yaitu dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut :

Kriteria inklusi :

1. Penderita kusta

2. Bisa membaca dan menulis

3. Bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi :

1. Pasien kusta yang menalami gangguan kejiwaaan

2. Tidak bisa di ajak komunikasi

3. Tidak bersedia menjadi responden

38
d. INSTRUMEN PENGUMPUL DATA

1. Sumber Data

a. Data primer

Data primer dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan skala

dalam bentuk pertanyaan atau angket (kuesioner). Untuk mengidentifikasi

pengaruh dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan,

materi dan dukungan informasi dengan kepatuhan minum obat penderita

kusta di wilayah kerja puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten Bima.

b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data medical record

yang ada di puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten Bima.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara langsung terhadap responden

yang sebelumnya telah mendapatkan izin penelitian dari pihak puskesmas

Belo kecamatan Belo kabupaten Bima

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah lembar kuesioner dan observasi.

Penelitian ini menggunakan kuesioner, daftar pertanyaan dibuat

secara berstruktur dengan pertanyaan tertutup (closed question).

39
Kuesioner yang digunakan berisi 10 pertanyaan yang merupakan

pertanyaan kepatuhan minum obat dan 40 pertanyaan dukungan sosial

keluarga.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan

dalam bentuk kuesioner. Dari jawaban responden pada kuesioner

kepatuhan (skala gutman) jika jawaban benar diberi skor tertinggi yaitu

1 dan salah mendapat skor yaitu 0, dan dari jawaban responden pada

kuesioner dukungan social keluarga (skala gutman) jika jawaban

benar diberi skor tertinggi yaitu 1 dan skor salah yaitu 0.

1. Kepatuhan

Berdasrkan skala gutman dimana setiap item dengan pilihan :

Jika benar = 1

salah = 0

Pertanyaan untuk variable kepatuhan terdiri dari 10 item

pertanyaan. Hasil dikatakan baik apabila skor responden sama atau

lebih dari nilai mediannya. Kurang jika nilai responden kurang dari nilai

mediannya. Oleh karna jumlah pertanyaan 10 item dan terdiri dari 2

katagori, benar = 1 dan salah = 0 sehinggal untuk menentukan kriteria

dihitung berdasarkan interval sebagai berikut :

Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah pertanyaan = 10x10 = 100

(100%)

40
Skor terendah = skor terendah x jumlah pertanyaan = 0x 10 = 0 (0%)

Rumus : interval range (R) : kategori (K)

Range (R) = skor tertinggi – skor terendah = 100% –0%=100%

Kategori (K) = 2 ( yaitu pilihan jawaban ya dan tidak)

Interval (I) = 100 : 2 = 50%

Sehingga kriterian objektif dibagi menjadi :

Patuh = >50%

Tidak patuh = < 50%

2. Dukungan emosional

Berdasrkan skala gutman dimana setiap item dengan pilihan :

Jika benar = 1

salah = 0

Pertanyaan untuk variable dukungan emosional terdiri dari 10

item pertanyaan. Hasil dikatakan baik apabila skor responden sama

atau lebih dari nilai mediannya. Kurang jika nilai responden kurang dari

nilai mediannya. Oleh karna jumlah pertanyaan 10 item dan terdiri dari

2 katagori, benar = 1 dan salah = 0 sehinggal untuk menentukan

kriteria dihitung berdasarkan interval sebagai berikut :

Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah pertanyaan = 10x10 = 100

(100%)

Skor terendah = skor terendah x jumlah pertanyaan = 0x 10 = 0 (0%)

41
Rumus : interval range (R) : kategori (K)

Range (R) = skor tertinggi – skor terendah = 100% –0%=100%

Kategori (K) = 2 ( yaitu pilihan jawaban ya dan tidak)

Interval (I) = 100 : 2 = 50%

Sehingga kriterian objektif dibagi menjadi :

Ada dukungan emosional = >50%

Tidak ada dukungan emosional = < 50%

3. Dukungan penghargaan

Kriteria objektif :

Sehingga kriterian objektif dibagi menjadi :

Ada dukungan penghargaan = >50%

Tidak ada dukungan penghargaan = < 50%

4. Dukungan materi

Kriteria objektif :

Ada dukungan materi = >50%

Tidak ada dukungan materi = < 50%

5. Dukungan informasi

Kriteria objektif :

Ada dukungan informasi = >50%

Tidak ada dukungan informasi = < 50%

42
4. Pengolahan Data

a. Pengeditan (Editing)

Editing adalah mengecek lagi validnya data yang diterima atau

dikumpulkan. Editing dilaksnakan pada saat pengumpulan data atau

setelah data terkumpul.

b. Pengkodean (Coding)

Pengkodean yaitu meberikan kode (angka) kepada sumber data yang

di kategorikan. Pemberian kode ini sangat penting bila pengelolahan dan

analisis data menggunakan computer.

c. Tabulasi

Tabulasi dilakukan setelah kegiatan editing dan coding, yaitu dengan

cara mengelompokkan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang

dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

d. Entri Data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

ke dalammaster tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontigensi.

e. ANALISIS DATA

1. Analisis Univariat digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian

guna memperoleh gambaran atau karakteristik sebelum dilakukan analisa

43
bivariat. Hasil dari penelitian di tampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Analisis dimasukkan dalam tabel frekuensi, dengan menggunakan rumus :

P= x100%

Keterangan :

P : Presentase

X : Jumlah kejadian pada responden

N : Jumlah seluruh responden

2. Analisis Bivariat analisis bivariat yang dilakukan adalah tabulasi silang

antara dua variabel yaitu variabel independen dan dependen. Analisa

bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan terhadap objek penelitian

adalah menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan  <0,05.

Rumus chi square:

f 0−f e 2
x 2−Σ
f0

Keterangan:

f 0= observed frequency

44
f e= expected frequency

Uji alternatif lain apabila Chi Square tidak memenuhi syarat dapat

digunakan Fisher Exact Test dengan rumus:

( a+ c ) ! ( b+ c ) ! ( c +d ) ! ( a+ b ) !
p=
N ! a! b ! c ! d !

Keterangan:

a = exposure positif dan effect positif

b = exposure postif dan effect negatif

c = exposure negatif dan effect positif

d = exposure negatif dan effect negatif

! = faktorial

3. Analisis Multivariat analisis multivariat merupakan analisis lanjutan

untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara variable

independen terhadap variable dependen secara bersama-sama dengan

menggunakan analisis regresi logistic berganda. Menurut (Stang, 2018)

analisis regresi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh satu

variabel independen atau lebih terhadap variabel dependen. Dimana

rumusnya sebagai berikut :

4.

45
Y=β0 + β1 X1 + ε atau model dugaannya ŷ = b0 + b1 x1 + e

Keterangan:

Y = Variabel dependen

β0 = Intercept

β1 = Koefesien regresi

X1 = Variabel independen

ε = Error

46
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 17 desember sampai 17

Februari 2020. Dalam penelitian ini diperoleh data mengenai hubungan

dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan minum obat penderita kusta di

Puskesmas Belo Kecamatan Belo Kabupaten Bima NTB.

Data diperoleh dari hasil wawancara langsung dan membagikan

kuesioner yang memuat pertanyaan/pernyataan tentang hubungan dukungan

(emosional, penghargaan. Materi dan informasi) yang berhubungan dengan

kepatuhan minum obat penderita kusta kepada responden yang datang

berkunjung di posyandu lansia, dimana proses pengisian kuesionernya

didampingi langsung oleh peneliti.

Pada penelitian ini diperoleh sampel sebanyak 51 orang responden yaitu

dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan minum obat kusta. Setelah

kuesioner terkumpul lalu dilakukan pemeriksaan dan kemudian data

ditabulasi dan dianalisis. Selanjutnya peneliti akan menyajikan hasil analisis

data pada tiap-tiap variabel dengan memaparkan distribusi frekuensi serta

persentase dari data-data tersebut.

47
1. Karakteristik Responden

Pada bagian ini akan menggambarkan distribusi frekuensi berdasarkan

umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan, tipe kusta, dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan materi dan dukungan

informasi berikut penjelesannya:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Umur Pada Kepatuhan Minum Obat
Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo Kabupaten
Bima NTB.
Umur N %

>17 1 2,0

17-25 7 13,7

26-35 7 13,7

36-45 25 49,0

46-55 11 21,6

Jumlah 51 100,0

Sumber : Data Primer

Dari 51 responden kategori umur, responden yang terbanyak berada

pada kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 25 responden (49,0%), dan

yang paling sedikit kelompok umur >17 tahun sebanyak 1 responden

(2,0%).

48
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Kepatuhan Minum Obat
Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo Kabupaten
Bima NTB.

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 22 43,1

Perempuan 29 56,9

Jumlah 51 100,0

Sumber : Data Primer

Dari 51 responden kategori jenis kelamin menunjukkan bahwa

responden yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 22 responden

(43,1%), dan yang berjenis kelamin peremuan sebanyak 29 responden

(56,9%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Pada Kepatuhan Minum Obat


Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo Kabupaten
Bima NTB.

Pendidikan N %

SD 13 25,5

SMP 16 31,4

SMA 18 35,3

PT 4 7,8

Jumlah 51 100,0

Sumber : Data Primer

49
Dari 51 responden pendidikan menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan responden yang paling banyak adalah Pendidikan SMA

sebanyak 18 responden (35,3%) dan yang paling sedikit adalah

perguruan tinggi masing-masing sebanyak 4 responden (7,8%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Kepatuhan Minum Obat


Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo Kabupaten
Bima NTB.

Pekerjaan N %

Tidak bekerja 6 11,8

IRT 14 27,5

Palajar/mahasiswa 20 39,2

Petani 6 11,8

Wiraswasta 5 9,8

Jumlah 51 100,0

Sumber : Data Primer

Dari 51 responden kategori jenis pekerjaan, menunjukkan bahwa

responden terbanyak adalah yang bekerja sebagai IRT sebanyak 20

responden (39,2%), dan yang paling sedikit responden yang bekerja

sebagai pelajar/ mahasiswa sebanyak 5 responden (9,8%).

50
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tipe Kusta Pada Kepatuhan Minum Obat
Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo Kabupaten
Bima NTB.

Tipe Kusta N %

PB 47 92,2

MB 4 7,8

Jumlah 51 100,0

Sumber : Data Primer

Dari 51 responden kategori tipe kusta menunjukkan bahwa tipe kusta

terbanyak responden PB sebanyak 47 responden (92,2%), dan paling

sedikit yaitu MB sebanyak 4 responden (7,8%).

2. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini akan menggambarkan distribusi

frekuensi dari variabel independen dan variabel dependen, berikut

penjelesannya:

51
a. Dukungan emosional

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional Pada Kepatuhan Minum


Obat Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo
Kabupaten Bima NTB.

Dukungan Emosional N %

Tidak ada dukungan emosional 4 7,8

Ada dukungan emosional 47 92,2

Jumlah 51 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada tabel 4.6, menunjukkan bahwa dari 51 responden

kategori dukungan emosional, dukungan emosional terbanyak yaitu ada

dukungan emosional sebanyak 47 responden (92,2%), dan yang paling

sedikit yaitu yang tidak ada dukungan emosional sebanyak 4 responden

(7,8%).

52
b. Dukungan penghargaan

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Penghargaan Pada Kepatuhan


Minum Obat Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo
Kabupaten Bima NTB.

Dukungan Penghargaan N %

Tidak ada dukungan penghargaan 5 9,8

Ada dukungan penghargaan 46 90,2

Jumlah 51 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada tabel 4.7, menunjukkan bahwa dari 51

responden kategori dukungan penghargaan, dukungan penghargaan

terbanyak yaitu ada dukungan penghargaan sebanyak 46 responden

(90,2%), dan yang paling sedikit yaitu yang tidak ada dukungan

penghargaan sebanyak 5 responden (9,8%).

53
c. Dukungan Materi

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi dukungan materi Pada Kepatuhan Minum


Obat Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo
Kabupaten Bima NTB.

Dukungan materi N %

Tidak ada dukungan materi 4 7,8

Ada dukungan materi 47 92,2

Jumlah 51 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 51 responden

kategori dukungan materi, dukungan materi terbanyak yaitu ada

dukungan materi sebanyak 47 responden (92,2%), dan yang paling

sedikit yaitu yang tidak ada dukungan materi sebanyak 4 responden

(7,8%).

54
d. Dukungan informasi

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi dukungan informasi Pada Kepatuhan


Minum Obat Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo
Kabupaten Bima NTB.

Dukungan informasi N %

Tidak ada dukungan informasi 7 13,7

Ada dukungan informasi 44 86,3

Jumlah 51 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 51 responden

kategori dukungan informasi, dukungan informasi terbanyak yaitu ada

dukungan informasi sebanyak 44 responden (86,3%), dan yang paling

sedikit yaitu yang tidak ada dukungan informasi sebanyak 7 responden

(13,7%).

55
e. Kepatuhan

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pada Kepatuhan Minum Obat


Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo Kabupaten
Bima NTB.

Kepatuhan N %

Tidak patuh 7 13,7

Patuh 44 86,3

Jumlah 51 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 51 responden

kategori kepatuhan, kepatuhan terbanyak yaitu responden yang patuh

sebanyak 44 responden (86,3%), dan yang paling sedikit yaitu tidak

patuh sebanyak 7 responden (13,7%).

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam hal ini bertujuan untuk melihat hubungan antara

variabel independen terhadap variabel dependen dengan cara dianalisis yang

memanfaatkan aplikasi SPSS versi 24,0 yang ada pada komputer. Dimana

hubungan antara variabel dalam penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah

ini berikut dengan penjelasannya:

56
a. Tabel Hubungan Dukungan Emosional Dengan Kepatuhan Minum Obat
pasien kusta

Tabel 4.11 Hubungan Dukungan Emosional Dengan Kepatuhan Minum Obat


Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo Kabupaten
Bima NTB.

Kepatuhan
Dukungan Jumlah Nilai P
Tidak Patuh Patuh
Emosional
N % N % N %
Tidak Ada
Dukungan 3 5,9 1 2,0 4 100,0
Emosional
Ada
Dukungan 4 7,8 44 84,3 47 100,0 0,006
Emosional
Jumlah 7 13,7 45 86,3 51 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 4 responden

yang tidak ada dukungan emosional dan tidak patuh terdapat responden

3 responden (5,9%), sedangkan responden yang tidak ada dukungan

emosional tapi patuh sebanyak 1 responden (2,0%). Dari 47 responden

yang ada dukungan emosional tapi tidak patuh sebanyak 4 responden

(7,8%), sedangkan responden yang ada dukungan emosional dan patuh

sebanyak 44 responden (84,3%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact Test di

dapatkan nilai P = 0,006 > α = 0,05, hal ini berarti hipotesis diterima atau

57
ada hubungan signifikan antara dukungan emosional dengan kepatuhan

minum obat pasien kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten

Bima NTB.

b. Tabel Hubungan Dukungan Penghargaan dengan Kepatuhan Minum


Obat Pasien Kusta

Tabel 4.12 Hubungan Dukungan Penghargaan Dengan Kepatuhan Minum


Obat Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo
Kabupaten Bima NTB.

Kepatuhan
Dukungan
Pengharga Tidak patuh Patuh Jumlah Nilai p
an
N % N % n %
Tidak Ada
Dukungan 3 5,9 6 11,7 9 100,0
Penghargaan
Ada
Dukungan 2 3,9 40 78,5 42 100,0 0,015
Penghargaan
Jumlah 5 9,8 46 90,2 51 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada tabel 4.12, menunjukkan bahwa dari 9 responden

yang tidak ada dukungan penghargaan dan tidak patuh terdapat

responden 3 responden (5,9%), sedangkan responden yang tidak ada

dukungan penghargaan tapi patuh sebanyak 6 responden (11,7%). Dari

42 responden yang ada dukungan penghargaan tapi tidak patuh

58
sebanyak 2 responden (%), sedangkan responden yang ada dukungan

penghargaan dan patuh sebanyak 40 responden (78,5%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact Test di

dapatkan nilai P = 0,015 < α = 0,05, hal ini berarti hipotesis diterima atau

ada hubungan signifikan antara dukungan penghargaan dengan

kepatuhan minum obat pasien kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo

kabupaten Bima NTB.

c. Tabel Hubungan Dukungan Materi dengan Kepatuhan Minum Obat


Pasien Kusta

Tabel 4.13 Hubungan Dukungan Materi Dengan Kepatuhan Minum Obat


Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo Kabupaten
Bima NTB.

Kepatuhan
Dukungan Jumlah Nilai p
Tidak Patuh Patuh
Materi
N % N % n %
Tidak Ada
Dukungan 3 5,9 6 11,7 9 100,0
Materi
Ada
Dukungan 1 2,0 41 80,4 42 100,0 0,006
Materi
Jumlah 6 7,9 45 92,1 51 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada tabel 4.13, menunjukkan bahwa dari 9 responden

yang tidak ada dukungan materi dan tidak patuh terdapat responden 3

59
responden (5,9%), sedangkan responden yang tidak ada dukungan

emosional tapi patuh sebanyak 6 responden (11,7%). Dari 42 responden

yang ada dukungan penghargaan tapi tidak patuh sebanyak 1 responden

(2,0%), sedangkan responden yang ada dukungan penghargaan dan

patuh sebanyak 41 responden (80,4%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact Test di

dapatkan nilai P = 0,006 < α = 0,05, hal ini berarti hipotesis diterima atau

ada hubungan signifikan antara dukungan materi dengan kepatuhan

minum obat pasien kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten

Bima NTB.

d. Tabel Hubungan Dukungan Informasi dengan Kepatuhan Minum Obat


Pasien Kusta
Tabel 4.14 Hubungan Dukungan Informasi Dengan Kepatuhan Minum Obat
Pasien Kusta Di Puskesmas Belo Kecamatan Belo Kabupaten
Bima NTB.

Kepatuhan
Dukungan Jumlah Nilai p
Tidak patuh Patuh
Informasi
N % N % n %
Tidak Ada
Dukungan 4 7,8 5 9,8 9 100,0
Informasi
Ada
Dukungan 5 9,8 37 72,6 42 100,0 0,045
Informasi
Jumlah 6 17,6 45 82,4 51 100,0
Sumber : Data Primer

60
Berdasarkan pada tabel 4.14, menunjukkan bahwa dari 9 responden

yang tidak ada dukungan informasi dan tidak patuh terdapat responden 4

responden (7,8%), sedangkan responden yang tidak ada dukungan

informasi tapi patuh sebanyak 5 responden (9,8%). Dari 41 responden

yang ada dukungan informasi tapi tidak patuh sebanyak 5 responden

(9,8%), sedangkan responden yang ada dukungan informasi dan patuh

sebanyak 37 responden (72,6%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact Test di

dapatkan nilai P = 0,045 < α = 0,05, hal ini berarti hipotesis diterima atau

ada hubungan signifikan antara dukungan informasi dengan kepatuhan

minum obat pasien kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten

Bima NTB.

61
e. Tabel Regresi Logistic Berganda Dukungan Sosial Keluarga dengan
Kepatuhan Minum Obat Pasien Kusta

Tabel 5.1 Regresi Logistic Berganda Antara Dukungan Sosial Keluarga


Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Kusta Puskesmas Belo
Kecamatan Belo Kabupaten Bima NTB.

Variables in the Equation

95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper


Step Dukungan .784 2.048 .146 1 .702 2.190 .040 121.18
1a
Emisional 7

Dukungan 1.150 1.703 .455 1 .500 3.157 .112 88.972


Penghargaan

Dukungan Materi 2.081 1.826 1.298 1 .255 8.009 .223 287.18


1

Dukungan 1.297 1.322 .963 1 .327 3.658 .274 48.794


Informasi

Constant -7.919 3.824 4.289 1 .038 .000

a. Variable(s) entered on step 1: Dukungan Emisional, Dukungan Penghargaan, Dukungan Materi,


Dukungan Informasi.

sumber : Data Primer

Tabel Variables in the Equation ini adalah tabel utama dari hasil

analisis data menggunakan regresi logistic berganda. Berdasarkan tabel

Variables in the Equation nilai Constant (B0) = -7.919, nilai koefisien regresi

62
logistic untuk variabel independen Dukungan emosional (B1) = -0,748,

dukungan penghargaan (B2) = -1,150, dan dukungan materi (B3) = -2.081.

dukungan informasi (B4) = 1.297. Nilai p masing-masing variabel independen

yaitu dukungan emosional = 0,702, dukungan penghargaan = 0,500,

dukungan materi = 0,255 dan dukungan informasi = 0,327. Dengan

memperhatikan nilai p, dukungan materi yang mempunyai nilai paling dekat

dengan p < 0,255. Ini berarti variabel dukungan materi paling berpengaruh

terhadap kepatuhan minum obat pasien kusta.

B. Pembahasan

Penelitian ini mengacu pada variable dependen yaitu kepatuhan

minum obat kusta dan variable independent yaitu dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan materi dan dukungan informasi berikut

penjelesannya:

1 Hubungan Dukungan Emosional dengan kepatuhan minum obat

kusta

Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan keluarga berupa

perhatian, kasih sayang, dukungan ini semata-mata untuk ketenangan

sehingga dapat menghilangkan beban pikiran yang ada pada pasien.

(Kusuma, 2011)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa menunjukkan

bahwa dari 9 responden yang tidak patuh terdapat responden yang tidak

63
ada dukungan emosional sebanyak 3 responden (5,9%), sedangkan

responden yang tidak patuh tapi ada dukungan emosional sebanyak 6

responden (11,7%). Dari 42 responden yang patuh, terdapat responden

yang patuh yang tidak ada dukungan emosional sebanyak 3 responden

(5,9%), sedangkan responden yang patuh dan ada dukungan emosional

sebanyak 39 responden (76,5%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact Test di

dapatkan nilai P = 0,006 > α = 0,05, hal ini berarti hipotesis diterima atau

ada hubungan signifikan antara dukungan emosional dengan kepatuhan

minum obat pasien kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo Kabupaten

Bima NTB. Dukungan emosional sangatlah penting bagi penderita kusta

karena penderita membutuhkan kasih sayang dan semangat agar

penderita lebih tenang dalam proses pengobatan. Responden yang tidak

mendapat dukungan emosional dalam pengobatan disebabkan karena

kurangnya kasih sayang dan empati dari keluarga untuk penderita.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan 0leh

(Curahdami et al., 2020) dengan judul Dukungan Sosial Keluarga

dengan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Kusta di Kabupaten

Bondowoso. Berdasarkan nilai anlisis diperoleh nilai (p = 0,000) hal ini

menunjukan bahwa ada hubungan signifikan antara dukungan emosional

dengan kepatuhan minum obat pasien kusta.

64
Pada responden yang ada dukungan emosional dan patuh terdapat

39 responden. Dari hasil wawancara dengan responden didapatkan

bahwa dukungan emosional sangat berperan jelas antara anggota

keluarga ke anggota keluarga lain yang membutuhkan / sedang sakit hal

ini terlihat jelas. Rata-rata responden menuturkan Jika dalam sebuah

keluarga terdapat keluarga yang sakit maka perhatian dan kasih sayang

(dukungan emosional) yang perlu anggota keluarga yang sehat berikan

kepada yang sakit, ini semua semata-mata untuk kesembuhan satu sama

lain. Keluarga akan memberikan dukungan penuh secara alamiah jika

ada salah satu anggota keluarga yang sakit atau kurang sehat demi

kesembuhan dan kebahagaian Bersama dalam keluarga yang dicintai

dan disayanginya.

Friedman pun mengatakan hal yang sama bahwa ada lima fungsi

dasar keluarga diantaranya adalah fungsi afektif yang berhubungan

dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari

keluarga. (Ali. z, 2009) Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif didapatkan dari

keluarga yang bahagia dengan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan

memiliki, Reinforcement dan support didapat dengan saling memahami

dalam keluarga yaitu saling kasih mengasihi, saling menerima serta

mendukung satu sama lain. Jika anggota keluarga mendapat kasih

65
sayang dan dukungan dari anggota keluarga lain maka akan tercipta rasa

untuk saling memberi dan mengasihi sehingga dapat terciptanya

hubungan yang hangat serta mendukung.

Namun ada responden yang ada dukungan emosional tapi tidak

patuh sebanyak 6 responden (11,7%). Dalam wawancara didapatkan

Meskipun keluarga selalu mendukung tapi kembali lagi bahwa setiap

keputusan ada pada individu itu sendiri, setiap tindakan individu

sendirilah yang menentukan sementara orang lain hanya bisa

memberikan intervensi dan dukungan dan individu itu sendrilah yang

memutuskan kemana arah pengobatannya.

Pada responden yang tidak ada dukungan emosional tapi patuh

terdapat 3 responden. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden

di dapatkan bahwa hal ini menunjukan individu yang memiliki kemauan

dan ke inginan untuk sembuh akan berusaha sendiri untuk mencapai

tingkat kesembuhan dari penyakitnya meskipun tidak ada dukungan dari

orang disekitar karena kembali lagi kita sendirilah yang akan

membimbing diri kita sendiri ke arah yang baik atau tidak

Namun ada responden yang tidak ada dukungan emosional dan tidak

patuh sebanyak 3 responden. Dalam hasil wawancara didapatkan hal ini

dikarnakan karna kurang pengetahuan keluarga dan responden, ada

66
beberapa keluarga dan responden yang pergi ke pengobatan alternative

(dukun) dan dan mereka mengatakan bahwa obat dukun adalah yang

utama sedangkan obat dari puskesmas hanya pendukung.dan

menganggap kusta ini adalah akibat guna”. Sehinnga konsumsi obatpun

jadi tidak teratur bahkan banyak terlewatkan.

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa dukungan emosional sangat mempengaruhi

kepatuhan minum obat kusta. Apabila ada dalam keluarga ada rasa

saling mendukung dan menyayangi maka akan tercipta keharmonisan

dan rasa ingin melihat antara satu sama lain sehat dan selalu bahagia.

2 Hubungan Dukungan penghargaan dengan kepatuhan minum obat kusta

Dukungan penilaian/penghargaan merupakan dukungan yang

berfungsi memberikan support, perhatian serta penghargaan. (Friedman,

2013)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 responden

yang tidak patuh terdapat responden yang tidak ada dukungan

penghargaan 3 responden (5,9%), sedangkan responden yang tidak

patuh tapi ada dukungan penghargaan sebanyak 6 responden (11,7%).

Dari 42 responden yang patuh terdapat responden yang tidak ada

dukungan penghargaan sebanyak 2 responden (3,9%), sedangkan pada

67
responden yang patuh memiliki ada dukungan penghargaan sebanyak 40

responden (78,5%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact Test di

dapatkan nilai P = 0,033 < α = 0,05, hal ini berarti hipotesis diterima atau

ada hubungan signifikan antara dukungan penghargaan dukungan

emosional dengan kepatuhan minum obat pasien kusta di puskesmas

Belo kecamatan Belo Kabupaten Bima NTB

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Noor Hasanatul Ain, 2014) dengan judul hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan berobat pada penderita kusta di Puskesmas Jati

Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dukungan penilaian berdasarkan nilai

anlisis diperoleh nilai (p = 0,001) hal ini menunjukan bahwa ada

hubungan signifikan antara dukungan penilaian dengan kepatuhan

minum obat pasien kusta.

Pada responden yang ada dukungan penghargaan dan patuh

terdapat 40 responden. Dari hasil wawancara dengan responden

didapatkan bahwa dukungan penghargaan dalam kehidupan sosial

keluarga sangat beperan dalam kepatuhan proses pengobatan suatu

penyakit. Menurut sebagian besar responden baik sebelum maupun

sedang dalam proses pengobatan akan diadakan proses musyawarah /

mufakat, mendidkusikan, mengingatkan dan memperhatiakan bagamiana

68
proses pengobatan dari sebelum pengobatan dimulai sampai dalam

proses pengobatan hingga mencapai tujuan yang di inginkan

(kesembuhan).

Hal yang sama dituturkan yaitu dukungan penilaian yang didapatkan

oleh penderita kusta berperan aktif dalam pengobatan penderita kusta,

keluarga selalu memberikan masalah kepada penderita kusta, keluarga

selalu memberikan nasehat dan motivasi serta saran-saran kepada

penderita kusta. (Friedman, 2010)

Namun ada responden yang ada dukungan penghargaan tapi tidak

patuh sebanyak 6 responden. Dalam hasil wawancara di dapatkan

bahwa proses pengobatan tidak bisa hanya oleh 1 pihak apa lagi untuk

terapi obat jangka panjang, harus ada beberapa pihak yang saling

mendukung dan saling memahami, kadang kala keluarga selalu

mendukung tapi itu semua tidak bisa terlaksana apabila pasien tidak

koorperatif. setiap tindakan individu sendirilah yang menentukan

sementara orang lain hanya bisa memberikan intervensi dan dukungan.

Pada responden yang tidak ada dukungan penghargaan tapi patuh

terdapat 2 responden. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa

kesehatan itu tergantung pada kita bukan pada orang lain, jika kita sendiri

berkomitmen ingin sehat maka tidak perlu mengandalkan orang lain

69
meskipun tanpa dukungan keluarga dan orang lain itu agak sedikit berat

terlaksana tapi sangat mungkin untuk dilakukan

Namun ada responden yang tidak ada dukungan penghargaan dan

tidak patuh sebanyak 3 responden. Hal ini berdasarkan hasil wawancara

dengan responden masih dikarnakan seperti sebelumnya yaitu kurang

pengetahuan keluarga dan responden, ada beberapa keluarga dan

responden yang pergi ke pengobatan alternative (dukun) dan dan mereka

mengatakan bahwa obat dukun adalah yang utama sedangkan obat dari

puskesmas hanya pendukung.dan menganggap kusta ini adalah akibat

guna-guna. Sehinnga konsumsi obatpun jadi tidak teratur bahkan banyak

terlewatkan.

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa dukungan emosional sangat mempengaruhi

kepatuhan minum obat kusta. Apabila ada dalam keluarga ada rasa saling

mendukung dan menyayangi maka akan tercipta keharmonisan dan rasa

ingin melihat antara satu sama lain sehat dan selalu bahagia

3 Hubungan Dukungan materi dengan kepatuhan minum obat kusta

70
Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan

keuangan, makan, minum dan istirahat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 responden

yang tidak patuh terdapat responden yang tidak ada dukungan materi

sebanyak 3 responden (5,9%), sedangkan responden yang tidak patuh

ada dukungan materi sebanyak 6 responden (11,7%). Dari 42 responden

yang patuh terdapat responden yang tidak ada dukungan materi

sebanyak 1 responden (2,0%), sedangkan responden yang patuh

terdapat responden yang ada dukungan materi sebanyak 41 responden

(80,4%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact Test di

dapatkan nilai P = 0,015 < α = 0,05, hal ini berarti hipotesis diterima atau

ada hubungan signifikan antara dukungan materi dukungan emosional

dengan kepatuhan minum obat pasien kusta di puskesmas Belo

kecamatan Belo Kabupaten Bima NTB

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Curahdami et al., 2020) dengan judul Dukungan Sosial Keluarga dengan

Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Kusta di Kabupaten Bondowoso.

Berdasarkan nilai anlisis diperoleh nilai (p = 0,000) hal ini menunjukan

71
bahwa ada hubungan signifikan antara dukungan materi dengan

kepatuhan minum obat pasien kusta.

Pada responden yang ada dukungan materi dan patuh terdapat 41

responden. Dari hasil wawancara dengan responden disimpulkan bahwa

dukungan materi sangat berperan jelas dimana dukungan ini seperti

menyiapkan dana untuk keluarga berobat, mengantar keluarga berobat,

ini sebagian besar keluarga dan responden selalu menyiapkan dana

untuk anggota keluarga yang sikit untuk menunjang proses pengobatan

guna kesembuhan pasien.

Sama halnya dengan yang dinyatakan (Friedman, 2010) menyatakan

bahwa dukungan instrumental yang didapatkan oleh penderita kusta yaitu

menjaga dan merawat penderita kusta, Dukungan instrumental yang

diberikan oleh keluarga antara lain keluarga menyiapkan makanan yang

cukup, membantu menyuapkannya, peduli terhadap perawatan tubuh

serta ikut dalam pemeriksaan rutin penderita di puskesmas.

Namun ada responden yang ada dukungan materi tapi tidak patuh

sebanyak 6 responden. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden

ndidapatka bahwa meskipun keluarga selalu mendukung secara materi

tapi kembali lagi ada materi tidak menjamin ke patuhan seseorang, ketika

keluarga ada dana-dana tersebut ada kalanya tidak dugunakan untuk ke

72
puskesmas atau keperluan berobat sesuai standar puskesmas tapi

responden menggunakan kedukun atau tempat alternative lain.

Pada responden yang tidak ada dukungan materi tapi patuh terdapat

1 responden. Dari hasil wawancara dengan responden disimpulkan hal

ini menunjukan individu tidak harus ada materi dulu baru akan patuh dan

sehat. Meskipun dengan tidak adanya materi faktor lain menunjukan

pasien dekat dengan petugas kesehatan setempat sehinnga petugas

kesehatan sangat mudah mengntrol pergerakan dan rutinatas minum

obat pasien.

Namun ada reponden yang tidak ada dukungan materi dan tidak

patuh. Dari hasil wawancara dengan responden ini dikarnakan status

ekomoni yang sulit di tambah masih adanya kepercayaan terhadap

pengobatan alternative (paranormal). Meskipun obat puskesmas dari

petugas diminum tapi itu tidaklah rutin dan inilah yang menjadi tantangan

tersendiri untuk petugas kusta.

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa dukungan materi sangat mempengaruhi kepatuhan

minum obat kusta. Apabila ada dalam keluarga ada rasa saling

mendukung dan menyayangi maka akan tercipta keharmonisan dan rasa

ingin melihat antara satu sama lain sehat dan selalu bahagia

73
4 Hubungan Dukungan informasi dengan kepatuhan minum obat kusta

Dukungan informasi berfungsi memberikan informasi, dimana

keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang

dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah (Friedman, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 responden

yang tidak patuh terdapat responden yang tidak ada dukungan informasi

sebanyak 4 responden (7,8%), sedangkan responden yang tidak patuh

tapi ada dukungan informasi sebanyak 5 responden (9,8%). Dari 42

responden yang patuh terdapat responden yang tidak ada dukungan

informasi sebanyak 5 responden (9,8%), sedangkan responden yang

patuh terdapat responden yang ada dukungan informasi sebanyak 37

responden (72,6%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact Test di

dapatkan nilai P = 0,002 < α = 0,05, hal ini berarti hipotesis diterima atau

ada hubungan signifikan antara dukungan informasi dukungan emosional

dengan kepatuhan minum obat pasien kusta di puskesmas Belo

kecamatan Belo Kabupaten Bima NTB.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Noor Hasanatul Ain, 2014) dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Kepatuhan Berobat pada Penderita Kusta di Puskesmas Jati

74
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Berdasarkan nilai anlisis diperoleh

nilai (p = 0,000) hal ini menunjukan bahwa ada hubungan signifikan

antara dukungan informasi dengan kepatuhan minum obat pasien kusta.

Pada responden yang ada dukungan informasi dan patuh terdapat 37

responden. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa dukungan

informasi sangat berperan jelas dimana informasi ini sangat berperan

dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang. Jika keluarga sudah

mengetahui informasi tentang penyakitnya maka kepatuhanpun dapat

terwujud, seperti halnya yang peneliti dapatkan bahawa rata” keluarga

dan pasien yang patuh selalu banyak bertanya kepada petugas tentang

penyakitnya dan bagaimana perkembangan setiap saat ada jadwal

control pasien kusta.

Serupa dengan yang didemukakan bahwa dukungan informasi yaitu

pemberian informasi tentang penyakit kusta. Dukungan informasional

yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolega asseminator (penyebar)

petunjuk, saran atau umpan balik. Keluarga sangat mempengaruhi

kesehatan pasien kusta khususnya tentang informasi kesehatan yang

diharapkan penderita dapat menjadi masukan dalam mengikuti anjuran

keluarga dan petunjuk kesehatan. Dukungan informasi yang diberikan

keluarga kepada penderita yaitu : memberikan informasi cara minum

75
obat yang benar, berobat secara teratur, mengingatkan kepada penderita

dapat disembuhkan apabila berobat secara teratur.. (Friedman, M. 2010)

Namun ada responden yang ada dukungan informasi tapi tidak patuh

sebanyak 5 responden. Dari hasil wawancara didapatkan meskipun

keluarga selalu mendukung tapi kembali lagi bahwa setiap keputusan

ada pada individu itu sendiri, meskipun keluraga dan petugas selalu

memberitahu tentang pengobatan medis tapi keyakinan pasien tentang

pengobatan alternative lebih besar maka itulah yang akan pasien pilih

dan keluarga dan petugas tidak bisa berbuat banyak.

Pada responden yang tidak ada dukungan informasi tapi patuh

terdapat 5 responden. Dari hasil wawancara responden, Hal ini

menunjukan individu yang memiliki kemauan dan ke inginan untuk

sembuh akan berusaha sendiri untuk mencari informasi entah itu melalui

petugas, TV, Poster maupun penyuluahan. Demi untuk kesembuhannya

sendiri.

Namun ada responden yang tidak ada dukungan informasi tapi tidak

patuh ada 4 responden. Dari hasil wawancara didapatkan bahawa kurang

pengetahuan keluarga dan responden, ada beberapa keluarga dan

responden yang pergi ke pengobatan alternative (dukun) dan dan mereka

mengatakan bahwa obat dukun adalah yang utama sedangkan obat dari

76
puskesmas hanya pendukung.dan menganggap kusta ini adalah akibat

guna”. Sehinnga konsumsi obatpun jadi tidak teratur bahkan banyak

terlewatkan.

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa dukungan informasi sangat mempengaruhi

kepatuhan minum obat kusta. Apabila ada dalam keluarga ada rasa saling

mendukung dan menyayangi maka akan tercipta keharmonisan dan rasa

ingin melihat antara satu sama lain sehat dan selalu bahagia.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

77
1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja

puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten Bima NTB. Tentang

hubungan dukungan social keluarga dengan kepatuhan minum obat

kusta, diperoleh kesimpulan :

a. Ada hubungan antara dukungan emosional dengan kepatuhan minum

obat kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten Bima NTB.

b. Ada hubungan antara dukungan penghargaan dengan kepatuhan

minum obat kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten

Bima NTB.

c. Ada hubungan antara dukungan materi dengan kepatuhan minum obat

kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten Bima NTB.

d. Ada hubungan antara dukungan informasi dengan kepatuhan minum

obat kusta di puskesmas Belo kecamatan Belo kabupaten Bima NTB.

e. Dari nilai koefisien regresi logistic untuk variabel independen dapat

disimpulkan bahwa dukungan social keluarga yang paling

berhubungan dengan kepatuhan minum obat kusta di puskesmas Belo

kecamatan Belo kabupaten Bima NTB adalah dukungan materi.

2. Saran

78
a. Berdasarkan penelitian ini diharapkan puskesmas dapat memberikan

informasi kepada pasien kusta sehingga dapat meningkatkan

kepatuhan berobat dan meningkatkan upaya pelayanan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan serta menambah wawasan terkait pentingnya dukungan

sosial keluarga terhadap kepatuhan minum obat kusta.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu

sumber informasi bagi penentu kebijakan dan instansi terkait dalam

menentukan arah kebijakan dalam penanggulangan kusta khususnya

dukungan keluarga dalam kepatuhan minum obat .

d. Peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi

sumbangan ilmiah dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

serta merupakan bahan acuan. Serta dapat menambah wawasan

ilmiah dan pengetahuan penulis tentang penyakit kusta.

DAFTAR PUSTAKA

79
Alamsyah, & Dedi. (2016). Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Ali. z. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: ECG.

Curahdami, P., Bondowoso, K., Jadid, U. N., Kesehatan, D., & Bondowoso,
K. (2020). Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat
pada Penderita Kusta di Kabupaten Bondowoso, 8.

Depkes RI. (2006). Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta.


Jakarta: Ditjen Ppm & Pl.

Depkes RI. (2012). Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. jakarta:


depkes ri.

Dinkes NTB. (2019). Profil Kesehatan NTB 2018. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Djuanda. (2008). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: FKIU.

Eichelmann, & González. (2016). Leprosy An Update Definition,


Pathogenesis, Classification, Diagnosis And Tretment.

Erb, & Kozier. (2010). Fundamentals Of Nursing. Jakarta: ECG.

Evi Andriani, Khotimah, K., & Bagus Suproadin. (2019). Dukungan Keluarga
Dalam Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita Kusta.

Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan


Praktik Edisi 5. jakarta: ECG.

Friedman, M. M., Browdenn, vicry R., & Jones, A. G. (2010). Family Nursing
Research Theory & Practice Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: ECG.

Hidayat, A. A. A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa


Data. Jakarta: Salamba Medika.

Juanda, & Menaldi. (1997). Kusta Diagnosis Dan Penatalaksanaan. Jakarta:


Balai FKIU.

Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan RI 2015. Kemenkes RI.

80
https://doi.org/10.1111/evo.12990

Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2016.

Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2018). Hapuskan Stigma Dan Diskriminasi Terhadap Kusta.


https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1213/01.ANE.0000403381.51061.df

Kemenkes RI. (2019). Pmk Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Kusta.


Duke Law Journal, 1(1), 1–13.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Kusuma, H. (2011). Hubungan antara Deprei dan Dukungan Keluarga


dengan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS yang Menjalani Perawatan di
RSUP Ciptomangunkusumo.

Marcus, Ian, P, A., & Munafiq. (2011). Psikologi Kesehatan. Yogyakarta:


Pallmall.

mario paulo bean. (2018). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan


Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Kusta Di Rumah Sakit Damian
Kabupaten Lembata Tahun 2018. Diambil dari file:///E:/MIPA DAN
KESEHATAN_43.pdf

Martha Raile Alligood. (2016). Nursing Theorists And Their Work. Elsevier
Health Sciences.

Masriadi. (2017). Epidemologi Penyakit Menular. Depok: PT Raja Grafindo


Persada.

Masriadi. (2018). Surveilans. Jakarta: Trans Info Media.

Muttaqin A., & Sari K. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Integumen. Jakarta: Salamba Medika.

Niven, & Nail. (2000). psikologi kesehatan pengantar untuk perawat dan
professional kesehatan lain. jakarta: egc.

Nola J. Pander, Carollin L. Murdaugh, & Mary Ann Parsons. (2006). Health
Promotion In Nursing Practice. Michigan: Prentice Hall.

Noor Hasanatul Ain, E. R. D. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan

81
Kepatuhan Berobat pada Penderita Kusta di Puskesmas Jati Kecamatan
Jati Kabupaten Kudus. Diambil dari
http://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/stikes/article/
view/56

Nuriana Pratita. (2012). Hubungan Dukungan Pasangan Dan Health Locus


Of Control Dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Proses Pengobatan
Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV AIDS.


jakarta: salemba medika.

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Nuha Medika.

Purwodaminto. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan 1. Jakarta:


Balai Pustaka.

Rustono, & Indanah. (2016). Hubungan Kepatuhan Minum Obat Kusta Dan
Dukungan Keluarga Dengan Kecacatan Pada Penderita Kusta Di
Kabupaten Kudus.

Stang. (2018). Cara Praktis Uji Statistik Dalam Penelitian Kesehatan Dan
Kedokteran. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sugiono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif,, Kualitatif Dan Kombinasi


(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

WHO. (2015). Global Leprosy Update 2015 Time For Avtion Accontability
And Inclusion.

Wulansari, P. (2013). Analisis Kepuasan Pengguna terhadap Kualitas


Layanan dan Bangunan Puskesmas Di Yogykarta,.

Yuniarasari. (2014). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Kusta.

Lampiran I

82
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : FAZRIN ARDIANSYAH

Nim : 018130005

Akan mengadakan penelitian dengan judul “HUBUNGAN DUKUNGAN

SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT KUSTA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS BELO KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA”

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi

bapak/ibu sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang berikan

merupakan tanggung jawab saya untuk menjaganya. Jika anda bersedia

ataupun menolak untuk menjadi responden, merasa dirugikan maka

diperbolehkan untuk mengundurkan diri dan tidak berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Atas perhatian dan persetujuan dari bapak/ibu saya ucapkan terima

kasih.

…………….2019

Peneliti

Fazrin Ardiansyah

Lampiran II

83
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

( INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Alamat :

Dengan ini menyatakan telah bersedia dan tidak keberatan untuk

berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIK Tamalatea

Makassar atas nama Fazrin Ardiansyah dengan judul ““HUBUNGAN

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT

KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELO KECAMATAN BELO

KABUPATEN BIMA”.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa

paksaan dari pihak manapun untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bima, 2019

Responden

( )

84
Lampiran III

KUESIONER

“HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN

MINUM OBAT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELO

KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA”.

No.Responden :

I. Identitas responden

a. Nama :

b. Umur :

c. Jenis kelamin :

d. Pendidikan :

e. Pekerjaan :

85
II. Penilaian Kepatuhan Penderita Kusta dalam mengkonsumsi obat kusta.

1. Apakah saudara minum obat anti kusta ketika ditemukan gejala mirip

penyakit kusta sebelum berobat ke Rumah Sakit?

YA

TIDAK

2. Apakah saudara mendapat perhatian dari anggota keluarga atau

petugas kesehatan untuk minum obat anti kusta secara teratur?

YA

TIDAK

3. Apakah saudara minum obat tepat waktu?(sesuai dengn jam yang

ditentukan oleh petugas kesehatan)

YA

TIDAK

4. Apakah saudara minum obat anti kusta di Rumah Sakit sesuai dengan

dosis yang dianjurkan?

YA

TIDAK

5. Apakah saudara merasa jenuh dan bosan untuk minum obat anti kusta

dalam jangka waktu yang cukup lama (6 bulan)?

YA

86
TIDAK

6. Apakah saudara menghentikan pengobatan ketika mengalami efek

samping obat yang serius atau tidak wajar?

YA

TIDAK

7. Apakah saudara pernah lupa minum obat anti kusta yang diberikan

oleh petugas kesehatan?

YA

TIDAK

8. 8. Apakah saudara pernah mendapat penjelasan tentang efek

samping obat Rifampisin yang diminum?

YA

TIDAK

9. 9. Apakah saudara pernah mengganti obat tanpa sepengetahuan

dokter karena merasa tidak cocok dengan obat anti kusta yang

diperoleh di Rumah Sakit Damian?

YA

TIDAK

10. Apakah saudara mengikuti bimbingan yang diberikan oleh petugas

kesehatan untuk teratur minum obat anti kusta sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan?

87
YA

TIDAK

B. Dukungan Keluarga
Jawablah pertanyaan berikut dengan member tanda ( ) sesuai yang
dilakukan oleh keluarga.

No Pertanyaan Ya Tidak

Dukungan emosiona;

1 Keluarga menunjukan wajah menyenangkan saat

membantu bapak/ibu?

2 Keluarga sering menanyakan keluhan yang

diraskan bapak ibu?

3 Keluarga membiarkan bapak ibu sendri saat

menghadapi masalah?

4 Kelaurga mambantu bapak ibu dalam

beraktifitas?

5 Keluarga selalu menanyakan kepada bapak/ibu

tentang bagaimana perkembangan minum obat?

6 Keluarga membiarkan bapak ibu membersihkan

rumah sendiri?

7 Keluarga mengatakan percaya bahwa bapak ibu

dapat sembuh dari kusta?

88
8 Kelaurga mengingatkan bapak/ibu waktu ke

puskesmas jika obat telah habis?

9 Keluarga mengingatkan bapak/ibu jadwal minum

obat?

10 Keluarga memberikan perhataian kepada

bapak/ibu selama sakit?

Dukunagn penghargaan

1 Keluarga memberikan semangat pada saat

minum obat?

2 Keluarga meminta pendapat bapak/ibu dalam

menentukan tempat berobat atau meemeriksa

kesehatan?

3 Keluarga mendengarkan saran yang diberikan

bapak/ibu

4 Keluarga mennggapi keluhan bapak/ibu?

5 Keluarga meminta bapak/ibu untuk mengerjakan

semua pekerjaaan rumah?

6 Keluarga memberikan motivasi terus menurus

kepada bapak ibu untuk minum obat teratur?

7 Keluarga mendukung bapak ibu untuk menjalani

terapi pengobatan?

89
8 Keluarga mengapresiasi terkait perkembangan

pengobatan yang bapak ibu jalani?

9 Keluarga memotivasi bapak/ibu untuk tidak

menyerah dengan penyakit?

10 Keluarga mengatakan mengatakan penyakit

bapak/ibu dapat disembuhkan?

Dukungan materi

1 Keluarga membawa bapak ibu berobat apabila

kondisi menurun?

2 Keluarga mempersiapkan dana khusus untuk

biaya berobat bapak/ibu?

3 Keluarga memberikan suasana ketenangan dan

kenyamanan pada bapak ibu di rumah?

4 Keluaga membantu menyiapkan obat saat tiba

waktu minum obat?

5 Keluarga tidak memmbantu menyediakan

makanan saat waktu makan telah tiba?

6 Saat makan Bersama keluarga mengajak

bapak /ibu?

7 Keluarga membantu merapikan tempat tidur

bapak/ibu?

90
8 Keluarga membantu membersihkan pakaian dan

perlengkapan bapak ibu?

9 Keluarga menyediakan alat transportasi untuk

berobat?

10 Keluarga menemani bapak/ibu saat berobat?

Dukungan informasi

1 Keluarga menjelaskan pada bapk/ibu tentang

pentingnya menjaga kesehatan?

2 Keluarga menjelaskan tentang pentingnya makan

makanan bergizi pada bapak/ibu?

3 Keluarga menjelaskan pentingnya minum obat

secara teratur?

4 Keluarga menjelaskan pentingnya control rutin

terkait perkembangan penyakit?

5 Keluarga memberikan informasi tentang penyakit

bapak/ibu?

6 Keluarga menyarankan bapak/ibu mendengarkan

pengarahan dari petugas terkait pengobatan?

7 Keluarga menyarankan bapak ibu untuk selalu

melihat informasi kesehatan khususnya kusta

8 Keluarga menyaraknkan untuk bertanya jika ada

91
yang belum di pahami tentang penyakit

bapak/ibu?

9 Keluarga mencari informasi tentang penyakit

bapak/ibu?

10 Keluarga menginformasikan bahwa penyakit

bapk/ibu dapat disembuhkan?

92
LAMPIRAN 1V

Gambar 1 proses pengambilan pendataan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner oleh peneliti kepada responden di damping oleh

petugas kusta.

Gambar 2 dimana peneliti selain melakukan pendataan turut membantu

pembimbing dilapangan (petugas kusta) dalam menjalankan program

pencegahan kusta.

93
LAMPIRAN V

Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas

Dukungan Kelaurga validitas dengan nilai r hitung 0.444

Item DK 1 DK 2 DK 3 DK 4
1 0.88 0.852 0.668 0.739
3
2 0.83 0.852 0.730 0.846
6
3 0.85 0.856 0.838 0.587
2
4 0.85 0.889 0.779 0.587
2
5 0.88 0.805 0.726 0.649
3
6 0.85 0.882 0.779 0.749
2
7 0.77 0.770 0.814 0.912
7
8 0.71 0.857 0.778 0.912
9
9 0.80 0.764 0.821 0.856
4
10 0.72 0.857 0.821 0.856
9

Dukungan Kelaurga reliabilitas dengan nilai r hitung 0.444

DK 1 DK 2 DK 3 DK 4
0.944 0.950 0.924 0.923

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.

94
Dukungan Emisional .524 51 .000 .376 51 .000
Dukungan Penghargaan .530 51 .000 .340 51 .000
Dukungan Materi .535 51 .000 .299 51 .000
Dukungan Informasi .500 51 .000 .463 51 .000
Kepatuhan .500 51 .000 .463 51 .000
a. Lilliefors Significance Correction

UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >17 1 2.0 2.0 2.0
17-25 7 13.7 13.7 15.7
26-35 7 13.7 13.7 29.4
36-45 25 49.0 49.0 78.4
46-55 11 21.6 21.6 100.0
Total 51 100.0 100.0

JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LAKI-LAKI 22 43.1 43.1 43.1
PEREMPUAN 29 56.9 56.9 100.0
Total 51 100.0 100.0

PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 13 25.5 25.5 25.5
SMP 16 31.4 31.4 56.9
SMA 18 35.3 35.3 92.2

95
PT 4 7.8 7.8 100.0
Total 51 100.0 100.0

PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BEKERJA 6 11.8 11.8 11.8
PETANI 14 27.5 27.5 39.2
IRT 20 39.2 39.2 78.4
WIRASWASTA 6 11.8 11.8 90.2
PELAJAR/MAHASISWA 5 9.8 9.8 100.0
Total 51 100.0 100.0

Kepatuhan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Patuh 9 17.6 17.6 17.6
Patuh 42 82.4 82.4 100.0

Total 51 100.0 100.0

Dukungan Emisional
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Ada Dukungan 6 11.8 11.8 11.8
Emisional
Ada Dukungan Emisional 45 88.2 88.2 100.0
Total 51 100.0 100.0

96
Dukungan Penghargaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Ada Dukungan 5 9.8 9.8 9.8
Penghargaan
Ada Dukungan Penghargaan 46 90.2 90.2 100.0
Total 51 100.0 100.0

Dukungan Materi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Ada Dukungan Materi 4 7.8 7.8 7.8
Ada Dukungan Materi 47 92.2 92.2 100.0
Total 51 100.0 100.0

Dukungan Informasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Ada Dukungan 9 17.6 17.6 17.6
Informasi
Ada Dukungan Informasi 42 82.4 82.4 100.0
Total 51 100.0 100.0

97
Dukungan Emisional

Kepatuhan * Dukungan Emisional


Crosstab

Count

Dukungan Emisional
Tidak Ada
Dukungan Ada Dukungan
Emisional Emisional Total
Kepatuhan Tidak Patuh 3 6 9

Patuh 3 39 42

Total 6 45 51

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.898 a
1 .027
Continuity Correctionb 2.700 1 .100
Likelihood Ratio 3.873 1 .049
Fisher's Exact Test .006 .006
Linear-by-Linear Association 4.802 1 .028
N of Valid Cases 51
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.06.

98
b. Computed only for a 2x2 table
Dukungan Penghargaan

Kepatuhan * Dukungan Penghargaan


Crosstab

Count

Dukungan Penghargaan
Tidak Ada
Dukungan Ada Dukungan
Penghargaan Penghargaan Total
Kepatuhan Tidak Patuh 3 6 9

Patuh 2 40 42

Total 5 46 51

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.842a 1 .009

Continuity Correctionb 3.993 1 .046

Likelihood Ratio 5.178 1 .023

Fisher's Exact Test .033 .033

Linear-by-Linear 6.708 1 .010


Association
N of Valid Cases 51

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .88.

b. Computed only for a 2x2 table

99
Dukungan Materi

Kepatuhan * Dukungan Materi

Crosstab

Count

Dukungan Materi
Tidak Ada
Dukungan Ada Dukungan
Materi Materi Total
Kepatuhan Tidak Patuh 3 6 9

Patuh 1 41 42

Total 4 47 51

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

100
Pearson Chi-Square 9.824a 1 .002
Continuity Correction b
6.008 1 .014
Likelihood Ratio 7.133 1 .008
Fisher's Exact Test .015 .015
Linear-by-Linear 9.631 1 .002
Association
N of Valid Cases 51
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .71.
b. Computed only for a 2x2 table

Dukungan Informasi

Kepatuhan * Dukungan Informasi


Crosstab

Count

Dukungan Informasi
Tidak Ada
Dukungan Ada Dukungan
Informasi Informasi Total
Kepatuhan Tidak Patuh 4 5 9

Patuh 5 37 42

Total 9 42 51

Chi-Square Tests

101
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 5.400 a
1 .020
Continuity Correction b
3.393 1 .065
Likelihood Ratio 4.505 1 .034
Fisher's Exact Test .040 .040
Linear-by-Linear 5.294 1 .021
Association
N of Valid Cases 51
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.59.
b. Computed only for a 2x2 table

Logistic Regression

Case Processing Summary


Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 51 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 51 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 51 100.0

102
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
Tidak Patuh 0
Patuh 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b
Predicted
Kepatuhan Percentage
Observed Tidak Patuh Patuh Correct
Step 0 Kepatuhan Tidak Patuh 0 9 .0
Patuh 0 42 100.0
Overall Percentage 82.4
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant 1.540 .367 17.588 1 .000 4.667

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables Dukungan Emisional 4.898 1 .027
Dukungan Penghargaan 6.842 1 .009

103
Dukungan Materi 9.824 1 .002
Dukungan Informasi 5.400 1 .020
Overall Statistics 12.897 4 .012

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 10.201 4 .037
Block 10.201 4 .037
Model 10.201 4 .037

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 37.331 a
.181 .299
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter
estimates changed by less than .001.

Classification Tablea
Predicted
Kepatuhan Percentage
Observed Tidak Patuh Patuh Correct
Step 1 Kepatuhan Tidak Patuh 2 7 22.2
Patuh 1 41 97.6
84.3

104
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


Step Dukungan .784 2.048 .146 1 .702 2.190 .040 121.18
1a
Emisional 7
Dukungan 1.150 1.703 .455 1 .500 3.157 .112 88.972
Penghargaan

105
Dukungan Materi 2.081 1.826 1.298 1 .255 8.009 .223 287.18
1
Dukungan 1.297 1.322 .963 1 .327 3.658 .274 48.794
Informasi
Constant -7.919 3.824 4.289 1 .038 .000

a. Variable(s) entered on step 1: Dukungan Emisional, Dukungan Penghargaan, Dukungan Materi,


Dukungan Informasi.

106
Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan tipe kusta
N Inisi
o al Kod Kodin Kodin Kod Kodin Kodin Kod
Kode Kode Koding
e g g e g g e
1 Tn S 44 4 Laki-laki 1 SD 1 Petani 2 PB 1
SM
2 Tn K 45 4 Laki-laki 1 2 Petani 2 PB 1
P
Ny Perempua SM pelajar/
3 16 1 2 2 5 PB 1
M n P mahasiwa
4 Tn H 34 3 Laki-laki 1 SD 1 Petani 2 PB 1
Perempua
5 Ny R 49 5 2 SD 1 IRT 3 PB 1
n
Perempua SM
6 Ny N 33 3 2 2 IRT 3 PB 1
n P
Perempua
7 Ny B 38 4 2 SD 1 IRT 3 PB 1
n
Perempua
8 Ny H 25 2 2 PT 4 Wiraswasta 4 PB 1
n
SM
9 Tn Z 31 3 Laki-laki 1 2 Petani 2 PB 1
P
SM
10 Tn D 42 4 Laki-laki 1 3 Petani 2 PB 1
A
SM
11 Tn K 44 4 Laki-laki 1 3 Wiraswasta 4 PB 1
A
Ny Perempua SM
12 44 4 2 2 IRT 3 PB 1
M n P
Perempua
13 Ny T 49 5 2 SD 1 IRT 3 PB 1
n
SM
14 Tn R 34 3 Laki-laki 1 3 Petani 2 PB 1
A

107
15 Tn S 26 3 Laki-laki 1 PT 4 Wiraswasta 4 PB 1
Perempua SM pelajar/
16 Ny G 19 2 2 3 5 PB 1
n A mahasiwa
Perempua SM pelajar/
17 Ny T 21 2 2 3 5 PB 1
n A mahasiwa
Perempua SM
18 Ny T 38 4 2 2 IRT 3 PB 1
n P
19 Tn N 42 4 Laki-laki 1 SD 1 Petani 2 PB 1
SM
20 Tn F 49 5 Laki-laki 1 3 Tidak bekerja 1 PB 1
A
Perempua SM
21 Ny P 45 4 2 3 IRT 3 PB 1
n A
Perempua SM
22 Ny A 42 4 2 3 Tidak bekerja 1 PB 1
n A
Perempua SM
23 Ny D 41 4 2 3 IRT 3 PB 1
n A
SM
24 Tn P 48 5 Laki-laki 1 3 Petani 2 PB 1
A
Perempua SM
25 Ny E 49 5 2 2 IRT 3 PB 1
n P
Ny Perempua
26 45 4 2 SD 1 IRT 3 MB 2
M n
Perempua SM
27 Ny K 36 4 2 2 IRT 3 PB 1
n P
Perempua SM
28 Ny E 36 4 2 2 IRT 3 PB 1
n P
Perempua
29 Ny R 41 4 2 SD 1 IRT 3 PB 1
n
30 Tn S 40 4 Laki-laki 1 SD 1 Petani 2 PB 1

108
SM
31 Tn A 42 4 Laki-laki 1 3 Petani 2 PB 1
A
SM pelajar/
32 Tn B 18 2 Laki-laki 1 2 5 PB 1
P mahasiwa
Perempua SM
33 Ny A 23 2 2 1 IRT 3 PB 1
n A
Perempua SM
34 Ny K 46 5 2 2 Wiraswasta 4 PB 1
n P
Ny Perempua
35 47 5 2 SD 1 Tidak bekerja 1 PB 1
W n
Perempua SM
36 Ny H 42 4 2 2 IRT 3 PB 1
n P
Perempua SM
37 Ny N 48 5 2 2 IRT 3 MB 2
n P
SM
38 Tn H 35 3 Laki-laki 1 3 Petani 2 PB 1
A
Tn SM
39 38 4 Laki-laki 1 3 Petani 2 PB 1
M A
40 Tn L 31 3 Laki-laki 1 PT 4 Wiraswasta 4 PB 1
41 Tn S 42 4 Laki-laki 1 SD 1 Tidak bekerja 1 PB 1
42 Tn S 25 2 Laki-laki 1 PT 4 Wiraswasta 4 PB 1
Perempua SM
43 Ny D 41 4 2 2 IRT 3 MB 2
n P
SM
44 Tn A 52 5 Laki-laki 1 3 Tidak bekerja 1 PB 1
A
Perempua SM
45 Ny A 48 5 2 2 IRT 3 PB 1
n P
SM
46 Tn P 37 4 Laki-laki 1 3 Petani 2 PB 1
A

109
Perempua SM
47 Ny T 37 4 2 3 IRT 3 PB 1
n A
Perempua SM pelajar/
48 Ny R 19 2 2 3 5 MB 2
n A mahasiwa
Ny Perempua SM
49 41 4 2 3 IRT 3 PB 1
M n A
Perempua
50 Ny N 55 5 2 SD 1 Tidak bekerja 1 PB 1
n
SM
51 Tn Z 44 4 Laki-laki 1 2 Petani 2 PB 1
P

dukungan emosional dukungan penghargaan


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai % Kode Koding 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai % Kode Koding
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 70 ADE 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2

110
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 1
1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 80 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 1
0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 7 70 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 80 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40 TADE 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2

111
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 7 70 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40 TADE 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 ADP 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADE 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 ADP 2

dukungan materi dukungan informasi


1 Nil Kodi 1 Nil Kod Kodi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 % Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 %
0 ai ng 0 ai e ng
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 1
0 0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0

112
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 1
0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 ADI 2

113
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 1
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 1
0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 1
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0

114
10
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0
TAD 10
1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 50 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 1
M 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 1
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 1
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 50 TAD 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 ADI 1

115
M 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0
10 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADM 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ADI 2
0 0

kepatuhan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai % Kode Koding
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 1

116
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 3 30 Tidak patuh 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2

117
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Patuh 2
1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 30 Tidak patuh 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Patuh 2

Kodin Kodin
Umur g Jenis Kelamin g
. 16 1 Laki-Laki 1
17-25 2 Perempuan 2
26-35 3
36-45 4
46-55 5
D. emosional Koding
TADE 1
ADE 2

tipe kusta koding


MB 1 D. penghargaan Koding
PB 2 TADP 1

ADP 2
d. INFORMASI koding

118
TADI 1
ADI 2

D. Materi Koding pendidikan koding


TADM 1 SD 1
ADM 2 SMP 2
SMA 3
PT 4
Kepatuhan Koding
tidak patuh 1
patuh 2

Pekerjaan Koding Pengetahuan Koding


tidak bekerja 1 Kurang 1
petani 2 Baik 2
IRT 3
wiraswasta 4
pelajar/
mahasiswa 5

119
LAMPIRAN VII

Surat Permohonan Pengambilan Data Awal

120
LAMPIRAN VIII

Surat Izin Penelitian Dari Kampus

121
LAMPIRAN IX

Surat Rekomendasi Penelitian Kesbangpol Kabupaten Bima

122
LAMPIRAN X

Surat Rekomendasi Penelitian Bappeda Kabupaten Bima

123
LAMPIRAN XI

Surat Balasan Penelitian

124

Anda mungkin juga menyukai