Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDISITIS
Dilengkapi Untuk Memenuhi Tugas
Praktik Klinik Di Rumah Sakit Umum Daerah Undata

Ruangan Flamboyan

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING LAHAN

MAHASISWA

BADRUN KALUPEK
201801052

PROGRAM STUDI SI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Kasih, Berkat dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Apendisitis”

Laporan Pendahuluan ini di susun untuk menyelesaikan tugas akhir dan


memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Praktek Klinik di RSUD
UNDATA PALU Provinsi Sulawesi Tengah. Penulis menyadari bahwa Laporan
Pendahuluan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun dari
pembahasannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna menyempurnakan Laporan Pendahuluan ini.

Palu, 1 Des 2021

Penulis

BADRUN KALUPEK
NIM: 201801052

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
A. Pengertian ............................................................................................ 3
B. Etiologi ................................................................................................ 3
C. Patofisiologi ......................................................................................... 3
D. Manifestasi Klinik ............................................................................... 4
E. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 4
F. Penatalaksanaan ................................................................................... 6
G. Komplikasi ........................................................................................... 6
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN .............................................. 7
A. Pengkajian ............................................................................................ 7
B. Diagnosa .............................................................................................. 10
C. Intervensi ............................................................................................. 11
D. Implementasi ........................................................................................ 13
E. Evaluasi................................................................................................. 13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 14
A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan penyakit yang biasa dikenal oleh masyarakat
awam sebagai penyakit usus buntu. Apendisitis akut merupakan kasus bedah
emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja
(Anonim, 2011). Apendisitis akut merupakan masalah pembedahan yang
paling sering dan apendektomi merupakan salah satu operasi darurat yang
sering dilakukan di seluruh dunia (Paudel et al, 2010). Faktor potensinya
adalah diet rendah serat, dan konsumsi gula yang tinggi, riwayat keluarga
serta infeksi (Mazziotti et al, 2008). Kejadian apendisitis 1,4 kali lebih tinggi
pada pria dibandingkan dengan wanita (Craig, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui
bahwa apendisitis diderita oleh 418 juta jiwa di seluruh dunia, 259 juta jiwa
darinya adalah laki-laki dan selebihnya adalah perempuan, dan mencapai total
118 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. Apendisitis merupakan peradangan
pada usus buntu sehingga penyakit ini dapat menyebabkan nyeri dan
beberapa keluhan lain seperti mual, muntah, konstipasi atau diare, demam
yang berkelanjutan dan sakit perut sehingga mengganggu aktivitas sehari-
hari.
Menurut Departmen Kesehatan RI pada tahun 2006, apendisitis
merupakan penyakit urutan keempat terbanyak di Indonesia pada tahun 2006.
Jumlah pasien rawat inap penyakit apendiks pada tahun tersebut mencapai
28.949 pasien, berada di urutan keempat setelah dispepsia, duodenitis, dan
penyakit cerna lainnya. Pada rawat jalan, kasus penyakit apendiks menduduki
urutan kelima (34.386 pasien rawat jalan), setelah penyakit sistem pencernaan
lain, dispepsia, gastritis dan duodenitis.
Sedangkan, menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009,
apendisitis masuk dalam daftar 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap
di rumah sakit di berbagai wilayah Indonesia dengan total kejadian 30,703
kasus dan 234 jiwa yang meninggal akibat penyakit ini.

1
Penyakit usus buntu atau apendisitis merupakan penyakit umum yang
bisa menyerang siapa saja. Gejala-gejala yang identik dengan peradangan
usus buntu terkadang hanya ditemukan pada sebagian penderita. Gejala
tersebut mirip dengan penyakit lain sehingga sulit di diagnosis. Keliru
mengartikan penyebab sakit perut bisa berujung pada salah diagnosis dan
pengobatannya. Pada akhirnya ini bisa membuat gejala usus buntu yang
diderita semakin parah. Penyakit usus buntu yang tidak diobati beresiko
untuk pecah dan dapat berakibat fatal. Dengan demikian, amat penting untuk
mengetahui ciri-ciri atau gejala awal usus buntu. pada makalah ini akan
dijelaskan beberapa ciri-ciri atau gejala awal apendisitis, penyebab,
pengobatan, dan pencegahannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Dari Apendisitis?
2. Apa Saja Etiologi Dari Apendisitis?
3. Bagaimana Patofisiologi Dari Apendisitis?
4. Apa Saja Manifestasi Klinik Dari Apendisitis?
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Dari Apendisitis?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Dari Apendisitis?
7. Apa Saja Komplikasi Dari Apendisitis?
8. Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan Dari Apendisitis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mngetahui Pengertian Dari Apendisitis
2. Untuk Mngetahui Etiologi Dari Apendisitis
3. Untuk Mngetahui Patofisiologi Dari Apendisitis
4. Untuk Mngetahui Manifestasi Klinik Dari Apendisitis
5. Untuk Mngetahui Pemeriksaan Penunjang Dari Apendisitis
6. Untuk Mngetahui Penatalaksanaan Dari Apendisitis
7. Untuk Mngetahui Komplikasi Dari Apendisitis
8. Untuk Mngetahui Konsep Dasar Keperawatan Dari Apendisitis

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Apendisitis
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan
merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini
menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab
paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan merupakan
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer & Bare,
2013). Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi
(Anonim, 2007 dalam Docstoc, 2010).
B. Etiologi
1. Hiperplasi jaringan limfoid
2. Fekalit
3. Tumor apendiks
4. Cacing askaris
5. Entamoeba histolitica
6. Makanan rendah serat
7. Konstipasi
Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan
makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat
menimbulkan appendiksitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan intra
sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan
pertumbuhan kuman flora pada kolon.
C. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus
tersebut makin banyak namun elastisitas dinding apendiks mempunyai

3
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi apendistis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium (Price,
2005) Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, ha
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah,
keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding
yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi (Mansjoer, 2010)
D. Manifestasi Klinik
1. Perasaan nyeri disekitar pusar, yang kemudian berpindah ke bagian kanan
bawah dari perut
2. Nyeri dibagian belakang bawah, betis, dan lubang anus
3. Demam
4. Mual dan muntah
5. Diare atau konstipasi
6. Kehilangan nasfu makan
E. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh tenaga medis
profesional untuk menentukan adanya tidaknya penyakit radang usus
buntu, di antaranya:
1. Pemeriksaan fisik
a. Palpasi
Pada perabaan (palpasi) di daerah perut kanan bawah, sering kali
bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa
nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis
apendisitis akut.
b. Inspeksi

4
Pada apendisitis akut, terjadi pembengkakan (swelling) rongga
perut di mana dinding perut tampak mengencang (distensi).
c. Aulkultasi
Bising usus 15x/menit
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Apendikogram, Dilakukan dengan cara pemberian kontras BaS04
serbuk halus yang diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral
dan diminum sebelum pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-
anak atau 10-12 jam untuk dewasa, hasil apendikogram dibaca oleh
dokter spesialis radiologi.
b. Ultrasonography (USG), Sangat akurat untuk mendiagnosis
appendicitis pada anak-anak. USG akan memudahkan para klinisi
dalam membedakan appendicitis yang tidak atau sudah berkomplikasi.
USG juga dapat membantu dalam membuat keputusan medis mengenai
apakah situasi pasien memerlukan inisiasi terapi antibiotika terlebih
dahulu, atau segera melakukan apendektomi.
c. CT Scan, pemeriksaan ini biasanya tidak diutamakan karena paparan
radiasinya, dan beban biaya pada pasien. CT Scan mungkin dilakukan
apabila gambaran klinis appendicitis meragukan, di mana pemeriksaan
laboratorium tidak mendukung, dan USG juga tidak jelas. Pemeriksaan
kombinasi dengan detektor tunggal CT Scan dan USG memiliki
keakuratan diagnosis appendicitis sekitar 78%. Dengan penggunaan
multi detektor memberikan spesifisitas 98% dan sensitifitas 98,5%,
untuk mendiagnosis appendicitis akut.
3. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah
kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000–
18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
4. Urinalisis
Pada urinalisis bisa ditemukan piuria, leukosituria, eritrosituria, dan
kadar asam 5-hidroksiindolasetat (U-5-HIAA) sebagai marker dini

5
appendicitis yang meningkat secara signifikan sewaktu akut dan menurun
ketika telah terjadi nekrosis. Human chorionic gonadotropin perlu
diperiksa pada wanita usia produktif, untuk mendeteksi kemungkinan
kehamilan ektopik.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita apendisitis
meliputi penanggulangan konservatif dan operatif.
1. Penanggulangan konservatif terutama di berikan pada penderita yang
tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik
berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit serta
pemberian antibiotik sistemik.
2. Operatif. Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan apendisitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang apendiks, penundaan
dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi,
pada abses apendiks dilakukan drainage.
G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pasca operasi menurut Mansjoer (2012) :
1. Perforasi Apendisitis
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehinggabakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam12 jam pertama
sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah24 jam. Perforasi dapat
diketahui praoperatif pada 70% kasusdengan gambaran klinis yang timbul
dari 36 jam sejak sakit,panas lebih dari 38,5 derajat celcius, tampak
toksik, nyeri tekanseluruh perut dan leukositosis. Perforasi dapat
menyebabkanperitonitis.
2. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila
infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneummenyebabkan timbulnya
peritonitis umum. Aktivitas peristaltic berkurang sampai timbul ileus
paralitik, usus meregang dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan

6
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oligouria. Peritonitis disertai rasa
sakit perut yang semakin hebat, nyeri abdomen, demam dan leukositosis.
3. Abses
Abses merupakan peradangan apendisitis yang berisi pus.
Terabamasa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Masa
inimula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga
yangmengandung pus. Hal ini terjadi bila apendisitis gangrene
ataumikroperforasi ditutupi oleh omentum.

7
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses
keperawatan.Kemampuan mengidentifikasikan masalah keperawatan yang
terjadi padatahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan (Rohmah &
Wahid, 2012).
1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab) : nama, umur,
jeniskelamin, agama, alamat, golongan darah, hubungan klien
dengankeluarga.
2. Keluhan Utama : pada pasien apendisitis keluhan utama yang
dirasakanadalah nyeri pada abdomen, mual, muntah, malaise, dan demam.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang ditemukan saat pengkajian yaitu
diuraikan dari masuk tempat perawatan sampai dilakukan
pengkajian.Keluhan sekarang dikaji dengan menggunakan PQRST
(Provokatif,Quality, Region, Severitys cale and Time).
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh
kepada penyakit apendisitis yang diderita sekarang serta apakah
pernahmengalami pembedahan sebelumnya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang
menderitasakit yang sama seperti klien menderita penyakit
apendisitis.
d. Riwayat Kesehatan Psikologis
Klien dengan apendisitis tidak mengalami penyimpangan dalam
fungsi psikologis. Namun demikian tetap perlu dilakukan mengenai
kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri, fungsi peran,
idealdiri dan harga diri).
e. Riwayat Kesehatan Sosial

8
Klien dengan apendisitis tidak mengalami gangguan
dalamhubungan sosial dengan orang lain, akan tetapi harus
dibandingkanhubungan sosial klien antara sebelum dan sesudah
menjalani operasi.
f. Riwayat Kesehatan Spiritual
Klien yang menjalani perawatan akan mengalami keterbatasan
dalamaktivitas begitu pula dalam hal ibadah. Perlu dikaji keyakinan
klienterhadap keadaan sakit dan motivasi untuk kesembuhannya.
4. Kebiasaan Sehari-hari
Klien yang menjalani operasi pengangkatan apendisitis pada
umumnyamengalami kesulitan dalam beraktivitase.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Tanda-tanda vital (tensi darah, suhu tubuh, respirasi, nadi)
umumnya stabil kecuali akan mengalami ketidakstabilan pada klien
yangmengalami perforasi apendisitis.
b. Pemeriksaan Sistem Pencernaan
Klien apendisitis biasanya mengeluh mual muntah, konstipasi
padaawitan awal post operasi dan penurunan bising usus.
c. Pemeriksaan Sistem Pernafasan
Klien apendisitis akan mengalami penurunan atau peningkatan
frekuensi nafas (takipneu) serta pernafasan dangkal, sesuai rentang
yang dapat ditoleransi oleh klien.
d. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskuler
Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap
stressdan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon
terhadap nyeri),hipotensi (kelemahan dan tirah baring).
e. Pemeriksaan Sistem Perkemihan
Output urin akan berlangsung normal seiring dengan
peningkatanintake oral.
f. Pemeriksaan Sistem Muskuloskeletal

9
Klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring
kekakuan.Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan
peningkatan toleransiaktivitas.
g. Pemeriksaan Sistem Integumen
Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake
oral.
h. Pemeriksaan Sistem Persarafan
Pengkajian fungsi persarafan meliputi : tingkat kesadaran,
sarafkranial dan reflek.
i. Pemeriksaan Sistem Pendengaran
Pengkajian yang dilakukan meliputi : bentuk dan
kesimetrisantelinga, ada tidaknya peradangan dan fungsi
pendengaran.
j. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Akan tetapi petap perlu dikaji keadekuatan fungsi endokrin
(tiroiddan lain-lain).
6. Pemeriksaan Labolatorium
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG
Normal : Tidak tampak ada peradangan pada bagian Mc. Burney.
b. Foto polos
Normal : Tidak tampak ada kelainan pada organ.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan angen injuri (Post Operasi)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kelelahan (Patique)
3. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit (Nanda, dkk, 2015).

10
C. Intervensi

N Diagnosa Tujuan/Kriteria hasil Intervensi Rasional


O keperawatan
1 Kecemasan berhubungan Kriteria Hasil : Setelah 1). Tenangkan klien 1). Dapat melaksanakan
dengan kurangnya dilakukan tindakan tindakantindakan dalam
pengetahuan tentang keperawatan selama 2 x 24 2). Jelaskan prosedur tindakan proses penyembuhan klien
penyakit jam, dengan menggunakan tehnik terapi relaksasi benson 2). Membantu menurunkan
terapi tehnik relaksasi kepada klien dan perasaan yang kecemasan agar klien
benson cemas pada klien mungkin muncul pada saat menyadari tindakan yang
berkurang. Setelah melakukan tindakan. harus dilakukan
dilakukan tindakan 3). Berusaha memahami klien 3). Turut empati terhadap
keperawatan selama 2 x 24 4). Berikan informasi tentang klien
jam, dengan menggunakan diagnosa, prognosis dan tindakan 4). Klien memahami kondisi
terapi tehnik relaksasi 5). Kaji tingkat kecemasan dan yang dideritanya.
benson cemas pada klien reaksi fisik pada tingkat 5). Membantu dalam
berkurang. kecemasan (tachycardia, memberikan terapi
Tujuan : Kecemasan tachypnia, ekpresi cemas dan kecemasan sesui tingkat
berkurang. verbal). kecemasanya.
6). Gunakan pendekatan dan 6). Meyakinkan klien agar

11
sentuhan. dapat mudah dalam
melakukan tindakan-
7). Temani pasien untuk mendukung tindakan.
keamanan dan menurunkan rasa 7). Mencegah terjadinya hal-
takut. hal yang merusak diri serta
menigkatkan semangat
hidup.
8). Sediakan aktivitas untuk
8). Membantu melepaskan
menurunkan ketegangan.
beban sehingga klien dapat
merasakan tidak terbebani.
9). Bantu pasien mengidentifikasi
9). Melatih klien untuk
situasi yang menciptakan cemas.
mengatisi kecemasan
secara mandiri.
10). Berikan terapi tehnik relasasi
10). Memberikan terapi tehnik
benson
relaksasi benson

12
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan olehperawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhandan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusundalam rencana keperawatan
(Nursalam, 2015).
Pada tahap implementasi ini, intervensi keperawatan yang akan di
implementasikan adalah diagnosa apendisitis. intervensi ansietas (Kecemasan)
di implementasikan dengan menggunakan tehnik terapi relaksasi benson baik
dan benar sesuai dengan intervensi yangtelah ditetapkan pada klien.
Hasil sebelum dilakukan intervensi keperawatan terapi relaksasi benson
pasienmnegalami kecemasan sedang sampai dengan berat. Setelah diberikan
terapi relaksasi benson dengan durasi 10 menit, pasien mengalami penurunan
hingga turun satu angka sampai dua angka dan mengalami perubahan tingkat
kecemasan (Yulistiani, 2017).
E. Evaluasi Keperawatan
Dalam melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dilaksanakan pada
saatsebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan yang telah ditetapkan. Pada evaluasi ini penulis melakukan penilaian
secara subjektif melalui ungkapan klien dan secara objektif. Evaluasi yang
dilakukan pada klien dengan diagnosamedis apendisitis masalah keperawatan
ansietas (Kecemasan).

13
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiksvermiformis.
Apendiksvermiformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih
sebesar pensil dengan panjang 2 –6 incidi daerah iliaka kanan, di bawah titik.
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan
apendisitis kronik. Kejadian apendisitis di indonesia menurut data yang dirilis
oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang
dengan persentase 3.36% dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 621.435
orang dengan persentase 3.53%. Apendisitis merupakan penyakit tidak
menular tertinggi kedua di Indonesia pada rawat inap di rumah sakit pada
tahun 2009 dan 2010.
Tanda Dan Gejala Apendisitis Perasaan nyeri disekitar pusar, yang
kemudian berpindah ke bagian kanan bawah dari perut, Nyeri dibagian
belakang bawah, betis, dan lubang anus, Demam, Mual dan muntah, Diare
atau konstipasi, Kehilangan nasfu makan
B. Saran
Pemahaman mahasiswa keperawatan terhadap bidang ilmu
Keperawatan Medikal Bedah 1 dalam hal ini Tindakan Keperawatan Pada
Diagnosa Apendisitis harus terus di tingkatkan dengan proses pembelajaran.
Selain untuk meningkatkan pemahaman yaitu sebagai upaya meningkatkan
disiplin ilmu yang lebih kompeten, berjiwa pengetahuan dan selalu berfikir
kritis terhadap ilmu tersebut

14
DAFTAR PUSTAKA

Adhar Arifuddin, Lusia Salmawati, Andi Prasetyo.2017. Faktor Risiko Kejadian


Apendisitis Di Bagian Rawat Inap Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.
Jurnal Preventif, Volume 8 Nomor 1, April 2017 : 1- 58.
https://digilib.unila.ac.id/20879/15/BAB%20II.pdf

Herdman, T. Heather. 2018. Nanda International Inc. Diagnosis


Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Ed. 10. EGC.
Jakarta

Sue Moorhead, d. (2016). edisi enam Nursing outcomes classification (Noc).


Singapore: Elsevier Global Rights.

Yulistiani. (2015). Teknik Relaksasi Untuk Menurunkan Gejala Kecemasan Pada


Pasien Pre Operasi. Seminar Nasional Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, 131-138.

15

Anda mungkin juga menyukai