Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN SEKSUAL DENGAN

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

PROPOSAL PENELITIAN

Mata Kuliah: Metodologi Kebidanan


Dosen Pembimbing: Dr. Nurlailis Sa’adah, SKP, M. Kes
Oleh :
Kelompok 2 (Tema Prakonsepsi)
1. Armedya Labiba (P27824423251)
2. Rifky Ayu (P27824423272)
3. Riska Amalia (P27824423273)
4. Sisca Marthin C (P27824423275)
5. Valentine Elvira (P27824423285)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2023

ii
HUBUNGAN PENGETAHUAN SEKSUAL DENGAN
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

PROPOSAL PENELITIAN

Mata Kuliah: Metodologi Kebidanan


Dosen Pembimbing: Dr. Nurlailis Sa’adah, SKP, M. Kes
Oleh :
Kelompok 2 (Tema Prakonsepsi)
6. Armedya Labiba (P27824423251)
7. Rifky Ayu (P27824423272)
8. Riska Amalia (P27824423273)
9. Sisca Marthin C (P27824423275)
10. Valentine Elvira (P27824423285)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas semua berkat dan rahmat kasih
yang dianugerahkanNya, sehingga dapat terselesaikannya tugas mata kuliah
Metodologi Penelitiab dengan judul “Hubungan Pengetahuan Seksual dengan
Perilaku Seksual Pranikah” sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Kebidanan pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.’

Dalam penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai


pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Dr. Nurlailis Sa’adah, SKP, M. Kesselaku pembimbing mata kuliah
Metodologi Penelitian dan segala pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Semoga Allah SWT, memberikan balasan pahala atas segala amal baik
yang telah diberikan dan semoga makalah tugas ini berguna bagi semua pihak
yang membaca.

Magetan, 29 Agustus 2023

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR...................................................................................i


HALAMAN JUDUL DALAM..............................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................2
1.3 TUJUAN........................................................................................................2
1.4 MANFAAT....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Definisi Manajemen Kebidanan.....................................................................3
2.2 Tujuan Manajemen Kebidanan......................................................................4
2.3 Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan....................................................6
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................9
3.1 Contoh Kasus.................................................................................................9
3.2 Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney.......................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
3.3 KESIMPULAN............................................................................................15
3.4 SARAN........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Perilaku seksual pranikah menurut Sarwono 2013 dalam Fauzia dab
Taufik tahun 2022, yaitu perilaku yang muncul karena hasrat seksual, dengan
lawan atau sesama jenis berupa rasa tertarik, berkencan, bercumbu, sampai
dengan bersenggama (Fauzia, 2022)
Menurut (Salmiah Harahap, Yeni Karneli , 2022), bahwa kecenderungan
hubungan seks para remaja semakin meningkat tidak hanya di kota-kota besar,
melainkan juga di kota kota kecil. Hasil penelitian yang sama juga ditemukan
banyak remaja telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga
mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Situasi ini tentu saja sangat
menyulitkan orang tua dan remaja yang bersangkutan.
Menurut (SDKI, 2017), sikap terhadap hubungan seksual pranikah
bervariasi menurut umur, daerah tempat tinggal dan tingkat pendidikan di
Indonesia, persentase remaja pria umur 20-24 tahun yang setuju jika pria
melakukan hubungan seksual pranikah (11%) lebih tinggi dibandingkan
dengan remaja wanita (7%). Di antara remaja wanita umur 20-24,
persentasenya jauh lebih kecil yaitu 2 persen untuk pria dan wanita. Persentase
remaja wanita dan pria yang tinggal di perdesaan yang menyetujui hubungan
seksual pranikah lebih tinggi dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan.
Demikian pula persentase remaja wanita berpendidikan rendah yang setuju
dengan hubungan seksual pranikah lebih tinggi dibandingkan dengan yang
berpendidikan tinggi. Sedangkan pada remaja pria tidak menunjukan pola
kecenderungan tertentu.
Berdasarkan data dari DP3AK Provinsi Jawa Timur, prevalensi kehamilan
pranikah di Indonesia menjadi sebuah fenomena patut menjadi sorotan dan
penanganan khusus. Data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik pada
tahun 2019 menunjukkan bahwa 1 dari 9 perempuan berusia anak telah
menikah. Sedangkan, perempuan berusia 20-24 tahun yang menikah sebelum

1
berusia 18 tahun di tahun 2019 diperkirakan mencapai sekitar 1.220.900.
Jumlah tersebut menempatkan Indonesia pada 10 besar negara dengan angka
absolut perkawinan anak tertinggi di dunia. awa Barat, Jawa Timur, dan Jawa
Tengah menjadi tiga provinsi dengan angka perkawinan anak tertinggi di
Indonesia. Jumlah perkawinan anak khususnya di Jawa Timur pada tahun
2019, sebanyak 19.211 kasus, sedangkan pada tahun 2020 sebanyak 9453
kasus perkawinan anak (DP3AK, 2021). Hubungan seksual pranikah remaja
semakin marak terjadi, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2017 ternyata remaja usia 15-24 tahun, pada sejumlah 2%
wanita dan 8% pria telah melakukan hubungan seksual pranikah, bahkan 11%
diantaranya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (Novrizaldi, 2021).
Perilaku seksual pranikah memiliki banyak dampak negatif diantaranya
kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi, risiko terkena infeksi menular
seksual (IMS) seperti ulkus mole, klamidia, trikonomiasis, skabies, sifilis,
kutil kelamin (kondiloma akunimala), herpes genital, gonorhoeae, dan risiko
tertular HIV/AIDS. (Nurhaliza, 2019). Selama sebelas tahun terakhir jumlah
kasus HIV di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak
50.282 kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan
Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan (Kemenko PMK), mengatakan bahwa perilaku seksual berisiko
pada pemuda perlu mendapatkan perhatian khusus. Pencegahan bisa dilakukan
melalui sosialisasi yang dilakukan oleh kementerian dan lembaga yang
membidangi urusan pemuda. Kemendikbud bisa memberikan sosialisasi pada
pemuda dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. BKKBN
yang berkaitan dengan keluarga juga mesti punya program sosialisasi terkait
bahaya perilaku berisiko dan bahaya HIV/AIDS. Kemenpora juga harus punya
program untuk mencegah perilaku berisiko pada pemuda (Kemenko PMK,
2021).
Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa perilaku seksual pranikah
semakin marak terjadi, sehingga sangat memprihatinkan untuk masa depan
pemuda sebagai generasi penerus bangsa (Kemenko PMK, 2021). Melihat
fenomena tersebut, maka peneliti mengambil judul “Hubungan Pengetahuan
Seksual Pranikah dengan Perilaku Seksual Pranikah”.

I.2 IDENTIFIKASI MASALAH


Banyak factor yang menyebabkan kejadian perilaku seksual pranikah
pada calon pengantin. Masalah penelitian dibatasi tentang analisis hubungan
pengetahuan seksual dengan perilaku seksual pranikah.

I.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut “bagaimana hubungan pengetahuan seksual dengan
perilaku seksual pranikah ?”
I.4 TUJUAN

I.4.1 Tujuan Umum


Mengetahui hubungan pengetahuan seksual pranikah dengan perilaku
seksual pranikah

I.4.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi pengetahuan calon pengantin tentang perilaku
seksual pranikah
2. Mengidentifikasi perilaku seksual pranikah pada calon pengantin
3. Menganalisa bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah
I.5 MANFAAT

I.5.1 Manfaat Teoritis


Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang perilaku praseksual terhadap perubahan perilaku
calon pengantin.
I.5.2 Manfaat Praktis
1. Masyarakat
Manfaat penelitian ini bagi masyarakata adalah dapat memberikan
informasi tentang pengetahun seksual pranikah, ilmu yang diperoleh
dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan status kesehatan, dan
kualitas hidup wanita dalam memasuki usia reproduksi
2. Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat
selama menempuh pendidikan dan dapat memperoleh hasil yang nyata
mengenai hubungan tingkat pengetahuan seksual pranikah dengan
menghadapi pranikah
3. Peneliti lain
Manfaat bagi peneliti lain adalah sebagai bahan referensi, masukan,
dan tambahan pengetahuan untuk melakukan dan mengembangkan
penelitian tentang pengetahuan dan kesiapan calon pengantin wanita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Konsep Teori Pengetahuan
II.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan sumber utama peradaban bangsa,
maju atau tidaknya, dan diawali dengan perhatian masyarakat terhadap
ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan berbagai peradaban dunia
yang telah menjadikan negara ini semakin beradab, berdasarkan
pemikiran-pemikiran kepribadian pada saat itu. Oleh karena itu,
pengetahuan sangat penting dan perlu mendapat perhatian untuk
menjalani kehidupan yang lebih baik (Octaviana dan Reza, 2021).

Pada hakikatnya pengetahuan merupakan segenap hasil dari


kegiatan mengetahui berkenaan dengan sesuatu obyek (dapat berupa
suatu hal atau peristiwa yang dialami subyek). Pada dasarnya
pengetahuan manusia sebagai hasil kegiatan mengetahui merupakan
khasanah kekayaan mental yang tersimpan dalam benak pikiran dan
benak hati manusia. Pengetahuan yang telah dimiliki oleh setiap orang
tersebut kemudian diungkapkan dan dikomunikasikan satu sama lain
dalam kehidupan bersama, baik melalui bahasa maupun kegiatan; dan
dengan cara demikian orang akan semakin diperkaya pengetahuannya
satu sama lain. Selain tersimpan dalam benak pikir dan atau benak hati
setiap orang, hasil pengetahuan yang diperoleh manusia dapat
tersimpan dalam berbagai sarana, misalnya: buku, kaset, disket, maupun
berbagai hasil karya serta kebiasaan hidup manusia yang dapat
diwariskan dan dikembangkan dari generasi ke generasi berikutnya
(Nuryamin dkk, 2021)

II.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Pengetahuan yang dimiliki oleh individu dipengaruhi oleh banyak
factor, yang secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu

5
faktor internal (berasal dari dalam individu) dan faktor eksternal
(berasal dari luar individu)

1. Faktor Internal
1) Usia
Menurut Hurlock (dikutip dalam Lestari, 2018), usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Usia merupakan hal yang memberikan pengaruh pada
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya
usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir
seseorang, sehingga seseorang akan semakin mudah dalam
menerima informasi. Umur mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Dengan bertambahnya umur
individu, daya tangkap dan pola pikir seseorang akan lebih
berkembang, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik (Darsini dkk, 2019).
2) Jenis Kelamin
Perempuan lebih sering menggunakan otak kanannya, hal
tersebut yang menjadi alasan perempuan lebih mampu melihat
dari berbagai sudut pandang dan menarik kesimpulan. Menurut
kajian Tel Aviv dalam Darsini dkk tahun 2019, perempuan dapat
menyerap informasi lima kali lebih cepat dibandingkan laki-laki.
Ini menjadi alasan perempuan lebih cepat menyimpulkan sesuatu
dibanding laki-laki. Berbeda dengan perempuan, laki-laki
memiliki kemampuan motorik yang jauh lebih kuat dibandingkan
perempuan. Kemampuan ini dapat digunakan untuk kegiatan
yang memerlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata.
Adanya perbedaan respon antara perempuan dan laki-laki terjadi
karena perempuan memiliki verbal center pada kedua bagian
otaknya, sedangkan laki-laki hanya memiliki verbal center pada
otak bagian kiri. Biasanya ini yang menyebabkan perempuan
lebih suka berdiskusi, bergosip, bercerita panjang lebar
dibanding laki-laki. Laki-laki lebih suka melihat sesuatu yang
mudah, mereka tidak memiliki ‘koneksi’ yang baik tentang hal-
hal yang melibatkan perasaan, emosi, atau curahan hati. Itu
sebabnya, perempuan suka mengeluhkan bahwa laki-laki tidak
cukup peka, melupakan hal-hal yang dianggap penting oleh
perempuan seperti ulang tahun pernikahan. Hal ini dipicu karena
otak laki-laki tidak didesain untuk terkoneksi pada perasaan atau
emosi. Laki- laki biasanya ketika memutuskan sesuatu jarang
melibatkan perasaan. Laki-laki juga jarang menganalisis
perasaannya dibandingkan dengan perempuan yang biasanya
selalu melibatkan perasaan dalam memutuskan sesuatu.
2. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-
hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting
sebagai sarana untuk mendapatkan informasi misalnya di bidang
kesehatan sehingga memberikan pengaruh positif bagi kualitas
hidup seseorang. Pendidikan mempengaruhi seseorang untuk
berperan serta dalam pembangunan dan umumnya semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin mudah dalam
menerima informasi. Seseorang yang menempuh pendidikan
jenjang pendidikan formal, akan terbiasa untuk berpikir secara
logis dalam menghapi sesuatu permasalahan. Hal ini dikarenakan
dalam proses pendidikan formal, individu akan diajarkan untuk
mengidentifikasi masalah, menganalisa suatu permasalahan dan
mencoba untuk memecahkan atau mencari solusi atas suatu
permasalahan.
2) Pekerjaan
Pekerjaan pada dasarnya merupakan aktivitas yang
dilakukan manusia baik untuk mendapatkan gaji (salary) atau
kegiatan yang dilakukan untuk mengurus kebutuhannya seperti
mengerjakan pekerjaan rumah atau yang lainnya. Lingkungan
pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Adakalanya pekerjaan yang dilakukan seorang
individu akan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada
individu untuk memperoleh pengetahuan atau bisa juga aktivitas
pekerjaan yang dimiliki malah menjadikan individu tidak mampu
mengakses suatu informasi. Pekerjaan adalah suatu keburukan
yang harus dilakukan demi menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarganya. Pekerjaan tidak diartikan sebagai sumber
kesenangan, akan tetapi merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang, dan memiliki banyak tantangan.
Sedangkan bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu
3) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sebagai cara
untuk mendapatkan kebenaran dengan mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh di masa lalu untuk memecahkan
masalah. Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami
seseorang pada masa lalu. Pada umumnya semakin banyak
pengalaman seseorang, semakin bertambah pengetahuan yang
didapatkan. Dalam hal ini, pengetahuan ibu yang pernah
melahirkan seharusnya lebih tinggi daripada pengetahuan ibu
yang belum melahirkan sebelumnya
4) Sumber Informasi
Salah satu faktor yang dapat memudahkan individu dalam
memperoleh pengetahuan yaitu dengan cara mengakses berbagai
sumber informasi yang ada di berbagai media. Perkembangan
teknologi yang terjadi saat ini, semakin memudahkan bagi
seseorang untuk bisa mengakses hampir semua informasi yang
dibutuhkan. Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang
lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
Pada umumnya semakin mudah memperoleh informasi semakin
cepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
5) Minat
Minat akan menuntun seseorang untuk mencoba dan
memulai hal baru sehingga pada akhirnya akan mendapatkan
pengetahuan yang lebih dari sebelumnya. Minat atau passion
akan membantu seseorang dan bertindak sebagai pendorong guna
pencapaian sesuatu hal / keinginan yang dimiliki individu. Minat
merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu hal.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni,
sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam.
6) Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan
merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada didalam lingkungan tersebut. Contohnya,
apabila suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan
lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan
7) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. Seseorang
yang berasal dari lingkungan yang tertutup seringkali sulit untuk
menerima informasi baru yang akan disampaikan. Hal ini
biasanya dapat ditemui pada beberapa komunitas masyarakat
tertentu

II.1.3 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang yang ingin diketahui
atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat pengetahuan responden
yang meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk
pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis yaitu pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay
dan pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda, (multiple
choice), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan (Wardani 2011:
Darsini dkk 2019).

Cara mengukur pengetahuan dengan memberikan pertanyaan –


pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian 1 untuk jawaban benar dan
nilai 0 untuk jawaban salah. Penilaian dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian
dikalikan 100% dan hasilnya prosentase kemudian digolongkan
menjadi 3 kategori yaitu kategori baik (76 -100%), sedang atau cukup
(56 – 75%) dan kurang (<55%) (Darsini dkk, 2019).
II.2 Konsep Teori Perilaku Seksual
II.3 Konsep Teori Calon Pengantin
II.4 Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan teori diatas, maka kerangka konsep penelitian ini
sebagai berikut:

Tingkat Perilaku Seksual


Pengetahuan Pranikah
Seksual

II.5 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya hubungan pengetahuan
seksual dengan perilaku seksual pranikah
13

Anda mungkin juga menyukai