Anda di halaman 1dari 1

Tradisi Bau Nyale

Pernyataan Umum :

Tradisi budaya warga suku Sasak ‘Bau Nyale’ ini artinya menangkap nyale atau cacing laut. Tradisi
ini sudah dijadikan kalender wisata di Lombok. Karena tradisi ini dilaksanakan secara rutin satu kali
setahun. Acara ‘Bau Nyale’ berlangsung saat munculnya cacing laut antara bulan Februari atau
Maret setiap tahunnya. Bertepatan dengan lima hari setelah bulan purnama, atau tanggal 20 pada
bulan 10 kalender suku Sasak.

Penjelasan :

Tradisi ini dimulai dari cerita rakyat masyarakat Lombok tentang putri Mandalika yang konon
menerjunkan diri ke laut untuk menghindari pertengkaran akibat banyak pangeran yang ingin
mempersuntingnya.

Karena ingin berguna bagi masyarakatnya, konon putri Mandalika bisa mendatangkan cacing laut
yang bisa dikonsumsi. Namun kehadirannya hanya setahun sekali dan muncul saat masih subuh.
Untuk bisa menangkapnya, masyarakat bergadang di pantai antara jam 3 hingga jam 5 subuh.
Siapapun boleh menangkapnya, tidak ada batasan atau larangan, asalkan tidak menimbulkan
kegaduhan atau kerusuhan. Sayangnya tradisi ini juga jadi memiliki kebiasaan negative, seperti
meneriakan makian yang dipercaya bisa menarik perhatian cacing laut tersebut. Atau juga
dimanfaatkan anak muda sebagai waktu berpacaran.

Interpretasi :

Tradisi yang awalnya baik ini memang sayang sekali jadi ternoda dengan nilai-nilai negatif yang
dilakukan anak-anak muda yang tidak bertanggung jawab.

Namun memang tradisi budaya daerah ini sudah terkenal dan masuk ke dalam kalender budaya
di Lombok, sehingga tetap harus dipelihara.

Asalkan jangan mencontoh atau ikut mempraktikkan kebiasaan negatif yang muncul, tapi lebih
melihat pada tradisi budaya yang harus dilestarikan.

Anda mungkin juga menyukai