Anda di halaman 1dari 3

TUGAS FOLKLOR

MENCARI FOLKLOR LISAN, SETENGAH LISAN DAN TULISAN DI DAERAH


MASING-MASING

NAMA: RIRIN ZALZABILAH

NIM: F021221023

PRODI: SASTRA DAERAH

FOLKLOR LISAN DI DAERAH BUGIS SINJAI

1. Nyanyian Rakyat Laha Bete

Laha Bete merupakan lagu ciptaan pemerhati Sejarah dan budaya Sinjai, Muhannis. Lagu
Laha Bete menceritakan tentang sebuah jenis lauk tradisional Sulawesi Selatan di Sinjai.
Kepopuleran laha bete di Sinjai hingga terdapat lirik tersendiri dalam lagu daerah Sinjai.
"Narekko lokkaki ri sinjai, tacoba laloi laha betena". Lirik tersebut bisa diartikan jika
berkunjung ke Sinjai, jangan lupa mencicipi laha betenya. Sinjai dengan sentra pelelangan
ikan juga berpotensi sebagai wisata kuliner khasnya.

2 Prosa Rakyat

Legenda Karampuang sinjai

Sebuah legenda beredar dari kaki Gunung Karampuang, Kabupaten Sinjai, Sulswesi Selatan.
Legenda tentang seorang manusia sakti bernama To Manurung yang turun dari langit dan
memberikan sejumlah pesan dan pengetahuan baru bagi warga desa: tentang tatanan hidup
sederhana dan pentingnya kebersamaan. Pengetahuan itu hingga kini masih ditaati para
pengikutnya yang hidup mengucilkan diri di sebuah desa adat yang disebut Karampuang.

Cerita Rakyat: kisah petapa Malino

Kisah Petapa Malino adalah sebuah cerita rakyat yang populer di daerah Sinjai, Sulawesi
Selatan. Kisah ini mengisahkan tentang seorang petapa atau pertapa yang tinggal di hutan di
kaki Gunung Lembang, yang konon memiliki kekuatan gaib dan memiliki ilmu yang sangat
tinggi. Petapa Malino sering membantu masyarakat sekitar dengan ilmunya, terutama dalam
hal pengobatan. Ia juga dikenal sangat bijaksana dan pandai dalam memecahkan masalah.
FOLKLOR SETENGAH LISAN DI DAERAH SINJAI

1) Tarian Tradisional

Tari Ma’dongi

Tari ma’dongi adalah salah satu tari kreasi baru yang berasal dari kabupaten sinjai, kata
ma’dongi berasal dari bahasa bugis, awalan ma- yang bermakna atau berfungsi sebagai kata
kerja atau melakukan pekerjaan, dan dongi berarti burung pipit, dalam bahsa bugis dapat kita
artikan ma’dongi yaitu menjaga padi dari gangguan burung pipit, atau menghalau burung
pipit. Tarian ini menceritakan tentang keseharian para petani yang sedang menghalau burung
di sawah, dengan menggunakan sepotong bambu

Tari marimpa Salo

Tari Marimpa Salo adalah salah satu tarian tradisional dari Sulawesi Selatan yang berasal dari
daerah Sinjai. Tarian ini biasanya ditampilkan pada acara pernikahan, upacara adat, atau acara
budaya lainnya di daerah tersebut. Tari Marimpa Salo biasanya ditampilkan oleh sekelompok
penari yang terdiri dari beberapa pasang. Pakaian yang dikenakan oleh para penari terdiri dari
baju khas Sulawesi Selatan yang disebut baju bodo untuk perempuan dan baju bodo laki-laki
untuk laki-laki. Selain itu, para penari juga mengenakan kain songket, selendang, dan
berbagai aksesoris lainnya.

2 Upacara Adat

Mapogau Hanua

adalah salah satu upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Sinjai, Sulawesi
Selatan. Upacara ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur,
serta sebagai bagian dari upaya untuk memperoleh keselamatan dan kesejahteraan.

Mapogau Hanua sendiri memiliki arti "membersihkan bumi". Upacara ini biasanya dilakukan
pada saat musim kemarau, di mana tanah kering dan debu terbawa angin, sehingga bumi
menjadi kotor dan tidak subur. Upacara ini bertujuan untuk membersihkan bumi agar menjadi
lebih subur dan menghasilkan panen yang melimpah.
Marrimpa Salo

Marrimpa Salo dalam bahasa bugis artinya menghalau ikan di sungai. Salah satu warisan
budaya leluhur di Kabupaten Sinjai yang bermakna ungkapan rasa syukur warga usai panen
laut dan hasil tani yang melimpah, ritual menghalau ikan dari hulu ke muara sungai.

disebut Marimpa Salo yang bermakna suatu bentuk penangkapan ikan air tawar atau sungai
secara turun-temurun dengan cara menghaau ikan dari arah hulu sungai menuju muara yang
diiringi dengan berbagai perahu dengan tabuhan gendang yang bertalu-talu dan bunyi-
bunyian lainnya yang terbuat dari batangan bambu. Pesta ini dilakukan bersama-sama dengan
bergotong-royong dua desa sebagai ungkapan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala bentuk keberhasilan Lao Rumah atau panen padi dan jagung maupun keberhasilan
Ma'paenre Bale atau tangkapan ikan bagi masyarakat nelayan setiap tahunnya.

FOLKLOR TULISAN DI DAERAH SINJAI

Naskah Babad Sinjai

adalah salah satu naskah sejarah yang mengisahkan tentang sejarah dan perkembangan
Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Naskah ini dikumpulkan dari cerita rakyat dan legenda
yang beredar di masyarakat, serta ditulis dalam bahasa Bugis. Babad Sinjai mengisahkan
tentang berbagai tokoh sejarah yang berperan dalam pembentukan dan perkembangan
Kabupaten Sinjai, seperti Raja Bone, Sultan Hasanuddin, dan Sultan Alauddin. Naskah ini
juga mengisahkan tentang berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di wilayah Sinjai, seperti
perang melawan penjajah Belanda dan pertempuran antara Kerajaan Bone dan Kerajaan
Gowa.

Selain itu, Babad Sinjai juga mengandung banyak cerita legenda dan mitos yang berkaitan
dengan kebudayaan dan tradisi masyarakat Sinjai, seperti cerita tentang asal-usul nama
Sinjai, cerita tentang makhluk gaib seperti hantu dan dewa-dewi, serta cerita tentang tokoh-
tokoh legendaris seperti Datu Luwu. Babad Sinjai menjadi salah satu sumber sejarah yang
penting bagi masyarakat Sinjai dan Sulawesi Selatan pada umumnya, karena menceritakan
tentang asal-usul dan perkembangan wilayah tersebut dari perspektif lokal. Naskah ini juga
menjadi sumber inspirasi bagi seniman dan budayawan untuk mengembangkan dan
melestarikan budaya dan tradisi masyarakat Sinjai.

Anda mungkin juga menyukai