Anda di halaman 1dari 9

KEARIFAN LOKAL DITINJAU DARI SEJARAH, BUDAYA DAN ADAT

ISTIADAT DESA SEI BERAS-BERAS KECAMATAN LUBUK BATU


JAYA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Hanifa Noor1,
UNIVERTITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

Email: hanifanoor1234@gmail.com

Abstrak
Artikel ini berjudul “Kearifan Lokal Ditinjau Dari Sejarah, Budaya dan Adat
Istiadat” di Desa Sungai Beras-Beras Kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabupaten
Indragiri Hulu. Kearifan lokal di desa ini yaitu Kesenian Kuda Kepang,
Karawitan, Hadroh, Batik dan Reog. Kesenian yang berada di desa ini berasal dari
Pulau Jawa. Karena seluruh masyarakatnya merupakan masyarakat Transmigrasi.

Kata Kunci: Kearifan Lokal, Desa Sungai Beras-Beras

Abstract
This article is entitled "Local Wisdom Reviewed from History, Culture and
Customs" in Sungai Beras-Beras Village, Lubuk Batu Jaya District, Indragiri
Hulu Regency. The local wisdom in this village is Kepang Horse Art, Karawitan,
Hadroh, Batik and Reog. The art in this village comes from Java Island. Because
the entire community is a Transmigration society.

Keywords: Local Wisdom, Sungai Beras-Beras Village

Pendahuluan
Secara administrasi kewilayahan, Desa Sei Beras-Beras berada dalam
wilayah kecamatan lubuk batu jaya kabupaten indragiri hulu provinsi riau. Desa
sungai beras-beras adalah desa yang terbentuk akibat adanya program
transmigrasi pemerintah. Tahun 1991 mulai didatangkan dari daerah asal jawa
barat, jawa tengah, jawa timur, serta penduduk setempat atau penduduk lokal yang
pada saat itu seluruh penduduk berjumlah 367 kepala keluarga. Dengan dipimpin
oleh seorang Kepala Unit Pemukiman Transmigrasi (KUPT) yang bernama Agus
Sunaryo, serta didampingi oleh empat orang staff.
Pada tahun 1991 sampai dengan tahun 1994 desa disebut dikenal dengan
Desa pembina atau desa persiapan yang mana pada kurun waktu 4 tahun kepala
unit pemukiman transmigrasi (KUPT) beserta para satff selalu membina
masyarakat serta membentuk organisasi lembaga serta yang ada di desa sungai
beras-beras sampai dengan sekarang.

1
Mengingat Desa Sungai Beras-Beras berawal dari program trasmigrasi
pola perkebunan maka pada bulan April 1994 antara departemen transmigrasi
Kabupaten Indragiri Hulu yang telah bekerja sama dengan PT Inti Indosawit
Subur yang bergerak dibidang perkebunan selaku pembina plasma kebun kelapa
sawit menyerahkan lahan perkebunan kelapa sawit kepada 367 kepala keluarga,
yang mana masing-masing kepala keluarga mendapat kebun kelapa sawit seluas 2
hektar.
Adapun lahan pekarangan atau perumahan diserahkan langsung pada saat
penempatan yakni pada tahun 1991 dari departemen transmigrasi melalui kepala
unit pemukiman transmigrasi (KUPT). Dimana setiap kepala keluarga mendapat
lahan pekarangan atau perumahan sebesar 0,5 hektar.
Denga luas wilayah 1154 hektar, ini mempunyai letak geografis yang
sangat strategis diwilayah Kecamatan Lubuk Batu Jaya, dengan tapal batas
sebelah utara berbatasan dengan Tasik Juang, sebelah barat berbatasan dengan
Kebun Pasir Putih, sebelah timurnya berbatasan dengan Desa Kulim Jaya dan
sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sungai Pasir Putih.
Desa Sungai Beras-Beras mempunyai keadaan geografis yang sangat baik
dalam bidang perkebunan. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat ini
bersumber dari perkebunan sawit dan sebagian bersumber dari hasil tanaman
palawija, ada juga yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil dan buruh harian
lepas.
Perekonomian di Desa Sungai Beras-Beras pada umunya tergantung dari
perkebunan sawit, umumnya setiap warga memiliki lahan perkebunan sawit yang
sudah didapatkan saat terbentuknya desa ini namun ada juga pendatang yang
didapatkan dari membeli kebun sawit. Desa ini merupakan desa transmigrasi,
terbentuk pada tahun 1991 pada umunya dari pulau jawa yang merupakan
program pemerintah pusat. Jadi, setiap warga yang bermukim di desa ini
mendapatkan lahan sebesar 2,5 hektar termasuk lahan pekarangan rumah setipa
kepala keluarga. 2 hektar digunakan untuk lahan perkebunan sawit sedangkan 0,5
hektar dijadikan tapak rumah.
Perekonomian masyarakat Desa Beras-Beras saat ini dalam keadaan stabil,
disaat harga sawit yang tinggi secara langsung perekonomian naik pesat
sebaliknya disaat harga kelapa sawit turun perekonomian masyrakat terganggu.
Dalam mengantisipasi penurunan harga sawit maka sebagian masyaraka yang
mempunyai perkebunan kelapa sawit melakukan upaya dalam penghematan
pengeluaran yang antara lain melakukan penyimpanan penghasilan panen di bank
(menabung).
Kehidupan sosial dan kelembagaan di Desa Sungai Beras-Beras ini
berjalan baik dengan banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat
seperti kegiatan kepemudaan sampai kegiatan kaum perempuan yang sangat rutin

2
dalam melakukan pertemuan perminggu. Dalam kelembagaan kepemudaan ini
masih perlu adanya bimbingan untuk meningkat kan. Pada kehidupan sosial di
desa ini khususnya pada kaum perempuan sangat berjalan baik di tandai dengan
banyak kegiatan yang melibatkan kaum perempuan, seperti adanya kegiatan
arisan, wirid pengajian, dan kegaitan yang tergabung dalam PKK desa sungai
beras-beras.
Metode Pengabdian
Lokasi pengabdian ini dilaksanakan di Desa Sungai Beras-Beras,
Kecamatan Lubuk Batu Jaya, Kabupaten Indragiri Hulu yang di laksanakan pada
tanggal 4 Juli – 31 Agustus 2022. Informasi mengenai kearifan lokal yang ada di
Desa Sungai Beras-Beras didapat dari pengelola-pengelola kearifan lokal Desa
Sungai Beras-Beras.

Hasil dan Pembahasan


A. Kesenian Hadrah
Hadrah merupakan alat musik rebana yang dimainkan saling tanya jawab
untuk mengiringi pembacaan sholawat ataupun syair-syair Islami. Hadrah selalu
menyemarakkan acara-acara Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Tabligh
Akbar, perayaan tahun baru Hijriyah, dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya.
Di Riau, belum begitu banyak kesenian hadroh. Diketahui Irama qosidah
hadroh ini pun berasal berasal dari hadromut, yang dibawak oleh habaib ke
Indonesia, sama halnya bersama dengan Hadroh As-Salwa yang berada di
Kabupaten Indragiri Hulu Kecamatan Lubuk Batu Jaya Desa Sei Beras-Beras.
Hadroh As-Salwa yang bemarkas di Jalur 5 RT 12/05 ini terbentuk pada Oktober
2015 yang beranggotakan 23 orang anggotanya rata-rata wanita berusia sekitar 25
hingga 45 tahun. Terbentuknya hadroh ini berawal dari remaja dan anak-anak
yang suka bersholawat dan juga kesenian serta agar para ibu rumah tangga
memiliki kegiatan dan memperoleh pahala sehingga selalu berada dijalan yang
benar.
Alat yang digunakan saat hadroh yakni, Bass Hadroh, Terbangan Hadroh,
tamtam Hadroh, keplak Hadroh, kecrek dan jinbe. Untuk lagu yang dibawakan
qosidah, dengan menembangkan solawat nabi, Seperti, Assallamu-alaika,
Sholatum, Assubhu Bada, Ya’asyikol Musthofa, Sholawar Badar, Sidnan Nabi.
Tradisi Temu Manten adalah tradisi yang dilakukan oleh orang Jawa, ketika
mereka menikahkan anak-anak mereka, baik anak laki-laki maupun anak
perempuan. Dengan tujuan meminta keselamatan, pada kehidupan keluarga anak
mereka nantinya. tradisi Temu Manten ini terdapat berbagai macam rangkaian
prosesi, dimulai dari prosesi yang pertama yaitu, Iring-Iringan Pengantin,
Balangan Gantal, Wiji Dadi, Sindur, Dulangan, Kacar-Kacur, dan yang terakhir
Sungkeman. Dalam adat pernikahan suku jawa, ada satu profesi yang tidak boleh

3
dilewatkan, yaitu Temu Manten. Upacara temu manten ialah upacara yang
menemukan mempelai pria dan wanita. Upacara temu manten ditandai mempelai
wanita mencuci kaki mempelai laki-laki dan menyembahnya. Setelah itu, kedua
mempelai di jabat tangan oleh ketua adat upacara. Setelah itu mempelai pria
menginjak telur ayam.

Gambar 1 Kesenian Hadroh


B. Kesenian Karawitan
Secara visual dapat dilihat bahwa karawitan dimainkan dengan
menggunakan seperangkat alat yang disebut gamelan, yang masing-masing
instrumennya mempunyai tugas dan kewajibannya sendiri-sendiri, sedangkan
secara audio dapat dirasakan melalui suara merdu gamelan mengalunkan gending-
gending dengan karakter yang berbeda, dapat menggambarkan serta
mempengaruhi jiwa maupun perasaan seseorang, bahkan dalam lingkup yang
lebih besar yaitu masyarakat.
Secara vertikal kemampuan seni karawitan dalam berkomunikasi
terwadahi dalam bentuk gending sebagai kumpulan nada-nada yang sudah diatur
sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa enak apabila didengarkan. Gending
dalam seni karawitan mempunyai karakter yang berbeda, ada yang berkarakter
gembira, sedih, dan lain sebagainya. Bahkan ada beberapa gending yang dianggap
keramat, dan diyakini mempunyai kekuatan tertentu. Untuk membunyikannya
memerlukan sesaji khusus. Kekuatan gending tersebut dapat dijadikan sebagai
sarana komunikasi antara manusia dengan Sang Pencipta.
Secara horizontal, komunikasi pada seni karawitan tercermin dari hasil
sajian yang merupakan hasil kerjasama antar unsur yang ada pada seni karawitan,
bersifat kolektif, saling mendukung untuk memberi tempat berekspresi sesuai
dengan hak dan kewajibannya. Simbol-simbol yang ada dalam seni karawitan
dapat dikatakan menyerupai filosofi manusia, maupun pola hidup manusia.
Diantaranya, penyebutan nada-nada instrumen dalam laras slendro, 1 (Barang), 2
(Gulu/Jangga), 3 (Dhadha), 5 (Lima), 6 (Nem), dan 1 (Barang alit). Nama-nama
tersebut penggambaran atau ditafsirkan sebagai bagian organ tubuh manusia.

4
Gambar 2. Kesenian Karawitan
C. Pagelaran Reog Ponorogo
Reog Ponorogo memiliki beberapa versi diantaranya versi jawa, islam,
natuna dan modern. Akan tetapi reog yang digunakan di desa ini adalah Reog
versi modern karena mengikuti perkembangan zaman serta beragamnya suku yang
ada di desa ini. Reog Modern Biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa
seperti permikahan, khitanan, dan hari-hari besar Nasional. Reog dipentaskan
bertujuan untuk mengenang jasa pahlawan. Dalam pementasannya seni Reog
Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian dua sampai tiga tarian pembukaan.
Tarian pertama atau pembukaan biasanya dibawakan oleh 6 sampai 8 pria
gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah.
Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah
tarian yang dibawakan oleh 6 sampai 8 gadis yang menaiki kuda, tarian ini
dinamakan tari Jaran Kepang atau Jathilan. Tarian pembukaan lainnya jika ada
biasanya perupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang
disebut Bujang Ganong atau Ganongan.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan tarian inti yang isinya
tergantung kondisi dimana seni Reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan
pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan, untuk hajatan
khitanan atau sunatan biasanya cerita pendekar. Adegan dalam seni Reog biasanya
tidak mengikuti scenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara
pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan)dankadangkadang dengan
penonton, terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh
pemain lain bila pemain tersebut kelelahan.
Tarian terakhir adalah tarian Singa Barong, diman pelaku memakai topeng
berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak dan
mempertontonkan keperkasaan Pembarong dalam mengangkat dadak
merakseberat 50 kg dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan
berlangsung. Berat topeng ini bisa mencapai 50 sampai 60 kg. Kemampaun untuk
membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat juga diperoleh
dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

5
Instrument pengiringnya seperti kempul, ketuk, kenong, genggam,
ketipung, angklung, dan salompret yang menyuarakan nada slendro dan pelog
yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat.
Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah Warok Muda,
Pembarong, penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah
kelompok Reog berkisar antara 20 hingga 30 orang, peran utama berada pada
Warok dan Pembarongnya.

Gambar 3 Pagelaran Reog


D. Kerajinan Batik
Kerajian Batik memiliki motif yang unik dan berbeda di setiap daerah.
Motif-Motif batik di Desa Sungai Beras -Beras antara lain Pertama motif Ikan
Patin yang mempunyai makna mudah menjadi ikon di Indragiri hulu pematang
rebah . Yang kedua yaitu bunga Seroja yang mempunyai makna kegigihan . motif
ketiga yaitu pulang petang yang mempunyai makna bekerja keras tanpa mengenal
waktu. Membatik merupakan tradisi turun-menurun. Karena itu, sering motif batik
manjadi ciri khas dari batik yang diproduksi masyarakat tertentu. Dan melakukan
pelatihan terus menerus oleh masyarakat Desa Sungai Beras. Adapun alasan
terbentuknya pembatikan ini adalah sebagai kegiatan masyarakat atau ibu-ibu desa
sungai beras beras. Dan mengembangkan bakat masyarakat , Dan sebagai
pemasukan untuk PKK di Desa Sungai Beras -Beras.
Batik di Desa Sungai Beras- Beras menggunakan kain katun premis. Dan
menggunakan pewarna sintetis (pakaian). Dimana batik ini mempunyai alat
tertentu diantaranya adalah plangka (alat etak), rakel, pewarna, dan kain. Adapun
cara membuat batik di desa Sungai Beras - Beras adalah: Kain di rendam
dulu( mordan), Penjemuran, Pencetakan, Penjemuran, Pengunciann selama 8 jam,
Mengeringkan kain selama satu malam, Pencucian sampai airnya bersih.

6
Gambar 4 Kerajinan Batik
E. Pertunjukan Kuda Kepang
Kuda kepang dimainkan adalah bertujuan orang yang masih hidup untuk
menjalinkan hubungan dengan roh orang telah mati. Selain itu, mereka percaya
kuda kepang dimainkan bertujuan untuk membersihkan desa daripada gangguan
roh-roh jahat, penyakit dan malapetaka.
Di Riau, di Kabupaten Indragiri Hulu kecamatan Lubuk Batu Jaya
tepatnya di Desa Sei Beras-Beras terdapat salah satu kesenian dari pulau Jawa
yang masih dilestarikan hingga saat ini. Kesenian tradisional tersebut adalah Kuda
Kepang. Sejarah kesenian tradisional Kuda Kepang ini lahir pada tahun 1995 dan
mulai aktif dikelola pada tahun 2012. Sekelompok masyarakat sepakat untuk
melestarikan dengan membuat Kuda Kepang dan membeli peralatan untuk
pertunjukan diantaranya kendang, angklung, gong, kenong, pecut, barongan, dan
juga banteng. Tidak ketinggalan pula yang paling penting yaitu seragam
penari/dalang. Setelah semua penunjang pentas Kuda Kepang lengkap, diadakan
latihan jauhari sebelum acara dilaksanakan. Latihan bisa dilakukan pada malam
sabtu di Gelanggang Olah Raga (GOR). Kepala kelompok pada saat itu Bapak
Sujoko sebagai kepala kelompok Kuda Kepang. Jenis tarian yang di tampilkan
antara lain Incling laki (sorengan) dan perempuan , pencak, Kreasi laki dan
perempuan. Kuda kepang ini memiliki ciri khas yang disebut mabuk. Karena
dengan ciri khas tersebut mampu menarik minat penonton dan pemain. Saat ini,
kesenian Kuda Kepang menjadi tontonan kesenian hiburan yang digunakan untuk
memeriahkan berbagai acara, seperti dalam pernikahan, khitanan, peringatan hari-
hari besar, dan lain-lain.
Seiring dengan perkembangan zaman kepengurusan kelompok kuda
kepang berganti dan ini mengakibatkan penurunan anggota, yang semula nya
berjumlah 30 orang hingga saat ini berjumlah kurang dari 15 orang saja

7
Acara temu manten adat jawa di desa sungai beras hilir sudah menjadi
tradisi turun temurun, dan tidak ada perubahan dari pada masa lampau hingga
sekarang, acara temu manten di desa Sungai Beras Hilir di laksanakan pada hari
resepsi pengantin, dan di temukannya pengantin pada pukul 11:00 Wib. Acara
temu manten ini selalu ada di setiap acara pesta dan di saksikan banyak
masyarakat dan tamu undangan. Selain itu, disaat acara perkawinan pesta, selain
temu manten di hari H, keesokan harinya adanya hiburan permainan jaranan atau
kuda kepang. Kuda kepang ini selain di acara pengantinan, juga selalu ada di
mainkan setiap acara, seperti acara Aqiqah, 17 Agustus dan lain sebagainya.
Acara temu manten adat jawa dan kuda kepang ini banyak diberi dukungan oleh
masyarakat setempat, yang mana temu manten dan kuda kepang ini sebagai
tontonan yang membuat orang lain penasaran.

Gambar 5 Pertunjukan Kuda Kepang

Simpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa, kearifan lkal yang ada di Sungai Beras-
Beras ada 5 macam diantaranya; kesenian hadroh, kesenian karawitan, pagelaran
reog, kerajinan batik dan pertunjukan kuda kepang.

Daftar Pustaka

Peran Kearifan Lokal


Masyarakat Jawa
8
Untuk Melestarikan
Batik Tradisi di
Girilayu,
Karanganyar,
Indonesia
Peran Kearifan Lokal
Masyarakat Jawa
Untuk Melestarikan
Batik Tradisi di
Girilayu,
Karanganyar,
Indonesia
Nurcahyanti, Desy. 2020. Peran Kearifan Lokal Masyarakat Jawa. Mudra Jurnal
Seni Budaya.
Zaenuriyanto, Moh. (2011) Representasi kearifan lokal dalam kesenian tari Reog
Ponorogo. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai