Anda di halaman 1dari 11

Kearifan Lokal Ditinjau dari Sejarah, Budaya Dan Adat Istiadat Desa Sei Beras-Beras

1. Kuda Kepang

Salah satu kesenian tradisional yang unik dan terkenal di Indonesia adalah Kuda kepang.
Kuda Kepang merupakan kesenian tarian tradisional yang menggunakan properti anyaman
bambu yang dibentuk menyerupai kuda dan diberi klinthingan, dalam bahasa daerah lain
dinamakan ebeg. Jenis kesenian tradisional ini sangat lekat dengan kehidupan masyarakat
khususnya yang berada di wilayah pedesaan, kesederhanaan yang ada didalamnya menjadikan
ciri khas dari kesenian rakyat di Indonesia.

Kuda kepang mula berkembang sebelum berlakunya perkembangan Islam iaitu pada abad
ke XV. Persembahan kuda kepang ini dimainkan dalam upacara pemujaan. Dipercayai, kuda
kepang dimainkan adalah bertujuan orang yang masih hidup untuk menjalinkan hubungan
dengan roh orang telah mati. Selain itu, mereka percaya kuda kepang dimainkan bertujuan untuk
membersihkan desa daripada gangguan roh-roh jahat, penyakit dan malapetaka.

Kuda kepang merupakan sejenis tarian pahlawan berkuda yang berasal dari Jawa. Telah
berlakunya penyebaran kesenian ini meluas serata wilayah di Nusantara. Penyebarannya
diteruskan lagi setelah dibawa masuk oleh masyarakat Jawa yang berhijrah ke negara ini dan
kekal sehingga sekarang dan masih banyak mengekalkan ciri-ciri keaslian tradisinya. Permainan
ini sangat popular khususnya di negeri Johor. Tidak banyak penyesuaian yang dilakukan
walaupun setelah berkurun lama seni kuda kepang ini wujud. Hal ini disebabkan masyarakat
Jawa yang begitu kuat mengekalkan seni tradisi mereka dan ini dibuktikan dengan pengekalan
seni budaya dan juga tutur bahasa yang digunakan sehari-hari.

Di Riau, di Kabupaten Indragiri Hulu kecamatan Lubuk Batu Jaya tepatnya di Desa Sei
Beras-Beras terdapat salah satu kesenian dari pulau Jawa yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Kesenian tradisional tersebut adalah Kuda Kepang. Sejarah kesenian tradisional Kuda Kepang
ini lahir pada tahun 1995 dan mulai aktif dikelola pada tahun 2012. Sekelompok masyarakat
sepakat untuk melestarikan dengan membuat Kuda Kepang dan membeli peralatan untuk
pertunjukan diantaranya kendang, angklung, gong, kenong, pecut, barongan, dan juga banteng.
Tidak ketinggalan pula yang paling penting yaitu seragam penari/dalang. Setelah semua
penunjang pentas Kuda Kepang lengkap, diadakan latihan jauhari sebelum acara dilaksanakan.
Latihan bisa dilakukan pada malam sabtu di Gelanggang Olah Raga (GOR). Kepala kelompok
pada saat itu Bapak Sujoko sebagai kepala kelompok Kuda Kepang. Jenis tarian yang di
tampilkan antara lain Incling laki (sorengan) dan perempuan , pencak, Kreasi laki dan
perempuan. Kuda kepang ini memiliki ciri khas yang disebut mabuk. Karena dengan ciri khas
tersebut mampu menarik minat penonton dan pemain. Saat ini, kesenian Kuda Kepang menjadi
tontonan kesenian hiburan yang digunakan untuk memeriahkan berbagai acara, seperti dalam
pernikahan, khitanan, peringatan hari-hari besar, dan lain-lain.

Seiring dengan perkembangan zaman kepengurusan kelompok kuda kepang berganti dan
ini mengakibatkan penurunan anggota, yang semula nya berjumlah 30 orang hingga saat ini
berjumlah kurang dari 15 orang saja. Apalagi disaat ini indonesia baru saja terlepas dari wabah
berbahaya yaitu wabah Covid 19. Efek dari wabah tersebut mengakibatkan kelompok ini vakum
sementara dikarenakan terbatasnya kegiatan-kegiatan dan acara yang berkerumun seperti acara
pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya. Namun, setelah covid 19 berakhir, dan masyarakat
sudah diperbolehkan mengadakan kegiatan dan acara, kuda kepang kembali beroperasi seperti
sebelumnya.

Gambar 2.1 Wawancara Kuda Kepang

2. Hadroh

Alat musik hadroh merupakan alat musik yang digunakan dalam kesenian Hadrah, alat
musik yang digunakan yaitu Rebana. Hadrah berasal dari bahasa Arab yaitu Hadlaro-yahdluru-
hadlran yang artinya adalah hadir atau kehadiran. Hadrah merupakan alat musik rebana yang
dimainkan saling tanya jawab untuk mengiringi pembacaan sholawat ataupun syair-syair Islami,
hadrah adalah kesenian Islami yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi
Wassalam, pada saat baginda Nabi hijrah dari Makkah ke Madinah, baginda Nabi di sambut
gembira oleh orang-orang anshor dengan nyanyian yang dikenal sholawat dengan diiringi oleh
tabuhan terbang.

Hadrah selalu menyemarakkan acara-acara Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Tabligh
Akbar, perayaan tahun baru Hijriyah, dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya, hingga saat
ini di masyarakat Indonesia hadrah telah berkembang pesat sebagai musik yang mengiringi pesta
pernikahan, sunatan, kelahiran bayi, acara festival seni musik Islami dan dalam kegiatan
ekstrakulikuler di sekolahan, pesantren, remaja masjid dan majelis taklim. Hadrah biasanya
sering terlihat ketika di acara ketika melaksanakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya
ketika Maulid, Sholawatnya diiringi dengan lantunan nada indah dari hadrah, alat musik hadrah
yakni ada Bass, dan alat hadrah yang kecil, pukulan hadrah ada Tanya dan Jawab, jadi setiap
memukul hadrah nadanya pasti berbeda dan menghasilkan suara yang enak di dengar, ditambah
lagi jika sambil Shalawatan. Kesenian Hadrah berbeda dengan Qasidah, Hadrah hanya
menggunakan alat musik Rebana, sedangkan Qasidah menggunakan alat musik lain seperti
Krecek misalnya.

Hadrah atau yang lebih kerap dengan sebutan terbangan, perkembangannya tak lepas dari
dakwah Islam, seni ini memiliki semangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak satu pun
tahu secara persis kapan datangnya musik hadrah di Indonesia, akan tetapi hadrah atau yang
lebih dikenal dengan musik terbangan tersebut tak lepas dari sejarah perkembangan dakwah
Islam para Wali Songo. Dari beberapa sumber, menyebutkan bahwa pada setiap tahun di serambi
Masjid Agung Demak Jawa Tengah, diadakan perayaan Maulid Nabi yang diramaikan
dengan Rebana. Para Wali Songo mengadopsi Rebana dari Hadrolmaut sebagai kebiasaan seni
musik untuk dijadikan media berdakwah di Indonesia.

Kesenian Qosidah Hadroh di Riau, mungkin belum begitu banyak. Diketahui Irama
qosidah hadroh ini pun berasal berasal dari hadromut, yang dibawak oleh habaib ke Indonesia,
sama halnya bersama dengan Hadroh As-Salwa yang berada di Kabupaten Indragiri Hulu
Kecamatan Lubuk Batu Jaya Desa Sei Beras-Beras. Hadroh As-Salwa yang bemarkas di Jalur 5
RT 12/05 ini terbentuk pada Oktober 2015 yang beranggotakan 23 orang anggotanya rata-rata
wanita berusia sekitar 25 hingga 45 tahun. “Terbentuknya hadroh ini berawal dari remaja dan
anak-anak yang suka bersholawat dan juga kesenian” ungkap Mbak Oca salah satu anggota
Hadroh As-Salwa. Ia mengatakan, tujuan berasal dari terbentuknya hadroh ini sendiri agar para
ibu rumah tangga memiliki kegiatan dan memperoleh pahala sehingga selalu berada dijalan yang
benar.

Dengan lagu yang dimainnya secara Qosidah, untuk menciptakan nada Qosidah Hadroh
yakni, Bass Hadroh, Terbangan Hadroh, tamtam Hadroh, keplak Hadroh, kecrek dan jinbe
“Semua alat dipukul mengunakan alat dan tangan. Nah disitu menimbulkan bunyi,” ungkapnya.
Untuk lagu yang dibawakan qosidah, dengan menembangkan solawat nabi, Seperti, Assallamu-
alaika, Sholatum, Assubhu Bada, Ya’asyikol Musthofa, Sholawar Badar, Sidnan Nabi, kita
bernyanyi sholawat, bersama dengan irama Qosidah modern,” imbuhnya.

Mbak Oca dan anggota hadroh As-Salwa lainnya menghendaki bersama dengan
terdapatnya hadroh ini, seni musik Qosidah Hadroh dapat digemari kaum muslimin dan
muslimah, bersama dengan musik islami, “Gemar bersholawat bersama dengan nabi, karena
memang allah pengasih, penyayang, pemberi dan segala-galanya, “jika kita umatnya nabi
muhamad SAw dak mau bersholawat, alangke sombongnya kita,” ungkapnya. Ditambahkannya,
“Hadroh As-Salwa ini sendiri tidak susah dicari. Setiap hari Rabu dan Sabtu Ba’da Ashar.
pemainnya latihan di musholla RT 12/05. Dan hadroh ini biasanya ada di acara acara seperti
acara Khittan, pernikahan, acara peresmian lainnya”.

Gambar 2.2 Wawancara Hadroh

3. Reog

Reog merupakan salah satu kebudayaan yang masih dilestarikan di Desa Sungai Beras-
Beras. Reog ini berasal dari Ponorogo Jawa Tengah. Awal berdiri Reog di desa Sungai Beras-
Beras pada awal tahun 1993 dengan nama grup keseniannya adalah Singomulyo. Berawal dari
mayoritas masyarakat desa Sungai Beras-Beras yang notabennya Transmigrasi dari pulau jawa
yang kemudian melestarikan kesenian reog. Selain untuk dilestarikan, Reog juga sebagai
penghibur masyarakat. Reog Ponorogo memiliki beberapa versi diantaranya versi jawa, islam,
natuna dan modern. Akan tetapi reog yang digunakan di desa ini adalah Reog versi modern
karena mengikuti perkembangan zaman serta beragamnya suku yang ada di desa ini.

Reog Modern Biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti permikahan,


khitanan, dan hari-hari besar Nasional. Reog dipentaskan bertujuan untuk mengenang jasa
pahlawan. Dalam pementasannya seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian dua
sampai tiga tarian pembukaan.

Tarian pertama/ pembukaan biasanya dibawakan oleh 6 sampai 8 pria gagah berani
dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan
sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6 sampai 8 gadis
yang menaiki kuda, tarian ini dinamakan tari Jaran Kepang atau Jathilan. Tarian pembukaan
lainnya jika ada biasanya perupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang
disebut Bujang Ganong atau Ganongan.

Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan tarian inti yang isisnya tergantung
kondisi dimana seni Reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang
ditampilkan adalah adegan percintaan, untuk hajatan khitanan atau sunatan biasanya cerita
pendekar. Adegan dalam seni Reog biasanya tidak mengikuti scenario yang tersusun rapi. Disini
selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan)dankadangkadang
dengan penonton, terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain
lain bila pemain tersebut kelelahan.

Tarian terakhir adalah tarian Singa Barong, diman pelaku memakai topeng berbentuk
kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak dan mempertontonkan
keperkasaan Pembarong dalam mengangkat dadak merakseberat 50 kg dengan kekuatan gigitan
gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Berat topeng ini bisa mencapai 50 sampai 60 kg.
Kemampaun untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat juga
diperoleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

Instrument pengiringnya seperti kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung,


dan salompret yang menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis,
unik, eksotis serta membangkitkan semangat. Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang
Warok Tua, sejumlah Warok Muda, Pembarong, penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono
Suwandono. Jumlah kelompok Reog berkisar antara 20 hingga 30 orang, peran utama berada
pada Warok dan Pembarongnya.

Gambar 2.3 Wawancara Reog

4. Karawitan

Dahulu dalam berkarya seorang seniman selalu terbawa oleh kewenangan seorang raja,
bahkan tidak sedikit karya-karya seni yang dipersembahkan kepada raja, sehingga banyak karya
seni yang penciptanya diatasnamakan raja yang berkuasa pada saat itu. Sekarang, dalam berkarya
seorang seniman tidak hanya berorientasi pada penguasa saja, melainkan masyarakat sebagai
konsumen mendapatkan prioritas yang sama, karena masyarakatpun mempunyai kewenangan
untuk menentukan bentuk, pengakuan, dan penghargaan akan legalitas suatu karya seni. Peran
perubahan sosial dalam berbagai aspek kehidupan manusia ikut menentukan keberadaan suatu
bentuk seni. Sebagai pemegang hak atas mati dan hidupnya suatu bentuk seni, manusia berhak
menciptakan, melestarikan dan mengembangkan bentuk-bentuk seni yang disesuaikan dengan
kondisi dimana dan kapan ia hidup.

Seni dan masyarakat ibarat simbiosis mutualisme, keduanya saling ketergantungan dan
membutuhkan. Perubahan di satu sisi akan berpengaruh terhadap sisi lainnya. Demikian juga
yang berlaku pada seni karawitan. Perkembangannya sangat tergantung pada perubahan sosial
yang terjadi di masyarakat. Dewasa ini sebagaian besar masyarakat menganut konsep hidup
praktis dan ekonomis. Salah satu akibatnya adalah kemasan suatu bentuk seni harus beorientasi
pada konsep hidup tersebut. Saat ini munculah berbagai macam bentuk pertunjukan dengan latar
belakang seni karawitan, seperti campursari, kolaborasi musik diatonis dan pentatonis, karawitan
modern, maupun kontemporer. Secara visual dapat dilihat bahwa karawitan dimainkan dengan
menggunakan seperangkat alat yang disebut gamelan, yang masing-masing instrumennya
mempunyai tugas dan kewajibannya sendiri-sendiri, sedangkan secara audio dapat dirasakan
melalui suara merdu gamelan mengalunkan gending-gending dengan karakter yang berbeda,
dapat menggambarkan serta mempengaruhi jiwa maupun perasaan seseorang, bahkan dalam
lingkup yang lebih besar yaitu masyarakat.

Di Desa Sei beras-beras sudah terbentuk kesenian kuda lumping sejak tahun 1993 oleh
bapak Nasib, tetapi belum memiliki alat musik gamelan. Untuk mengiringi tarian kuda lumping
alat musiknya meminjam dari Desa tetangga. Setelah beberapa tahun berjalan banyak ibu-ibu
Desa Sei Beras-beras yang berminat memainkan alat musik gamelan, maka grup kuda lumping
memutuskan untuk membeli alat musik gamelan pada tahun 2018. Dan akhirnya terbentuklah
grup karawitan yang disahkan pada tahun 2019 tepatnya awal tahun baru Islam. Dibentuknya
karawitan ini untuk mengiringi tarian kuda lumping. Karawitan di sini sejak berdiri, aktif hanya
beberapa bulan karena terhalang oleh corona pada awal tahun 2020 dan aktif kembali pada bulan
April 2022. Grup karawitan ini belum memiliki nama karena masih merintis. Belum banyak ibu-
ibu yang mahir memainkan alat musik gamelan.

Secara filosofis gamelan Jawa merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan
dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta berhubungan dekat dengan
perkembangan religi yang dianutnya. Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika
yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Di dalam suasana bagaimanapun
suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik
rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa
kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Keagungan gamelan sudah jelas
ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat
mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Budaya Jawa mulai terkikis dan jauh dari
pewarisnya. Hal tersebut terjadi, lantaran sebuah seni karawitan kurang diajarkan pada anak-
anak usia dini, sehingga mereka lebih asyik dengan permainan modern yang notabene bukan ciri
khas budaya dari negeri sendiri.
Fungsi seni karawitan yang sangat menonjol adalah sebagai sarana komunikasi. Suatu
bentuk seni yang berbobot harus mampu menyampaikan atau berkomunikasi dengan baik.
Maksud atau makna dari suatu karya seni tidak akan sampai ke dalam hati sang pengamat
apabila komunikasinya kurang efektif, hubungan antara karya dan yang menyaksikannya
(audiens) Dalam hal ini, seni karawitan dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang efektif,
baik secara vertikal maupun horizontal.

Secara vertikal kemampuan seni karawitan dalam berkomunikasi terwadahi dalam bentuk
gending sebagai kumpulan nada-nada yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan
rasa enak apabila didengarkan. Gending dalam seni karawitan mempunyai karakter yang
berbeda, ada yang berkarakter gembira, sedih, dan lain sebagainya. Bahkan ada beberapa
gending yang dianggap keramat, dan diyakini mempunyai kekuatan tertentu. Untuk
membunyikannya memerlukan sesaji khusus. Kekuatan gending tersebut dapat dijadikan sebagai
sarana komunikasi antara manusia dengan Sang Pencipta.

Secara horizontal, komunikasi pada seni karawitan tercermin dari hasil sajian yang
merupakan hasil kerjasama antar unsur yang ada pada seni karawitan, bersifat kolektif, saling
mendukung untuk memberi tempat berekspresi sesuai dengan hak dan kewajibannya. Hal ini
sesuai dengan pola hidup masyarakat Jawa yang sebagian besar menganut asas gotong-royong,
lebih mengutamakan kebersamaan. Untuk mendapatkan sajian yang baik, para pemain
(pengrawit) saling berhubungan, berkomunikasi satu dengan lainnya. Simbol-simbol yang ada
dalam seni karawitan dapat dikatakan menyerupai filosofi manusia, maupun pola hidup manusia.
Diantaranya, penyebutan nada-nada instrumen dalam laras slendro, 1 (Barang), 2 (Gulu/Jangga),
3 (Dhadha), 5 (Lima), 6 (Nem), dan 1 (Barang alit). Nama-nama tersebut penggambaran atau
ditafsirkan sebagai bagian organ tubuh manusia.

Selain itu dari nada-nada laras slendro (1,2,3,5,6) apabila kita jumlah menjadi 17. Jumlah
tersebut sesuai dengan kewajiban hidup masyarakat penganut agama Islam, yaitu menjalankan
sholat wajib sehari semalam 17 rakaat. Misteri angka 17 dalam laras slendro dapat pula
dihubungkan dengan peristiwa besar yang terjadi di Indonesia, yaitu terbebasnya negara
Indonesia dari penjajah atau merdeka yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945.
Harapan kedepannya untuk kesenian karawitan ini yaitu semoga ada generasi muda yang
mau berlatih karawitan untuk melestarikan kesenian ini agar lebih maju lagi ke depannya.

Gambar 2.4 Memperagakan Karawitan setelah wawancara

5. Batik

Batik adalah kain Indonesia bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan
menuliskan atau menerakan malam pada kain itu . Batik merupakan salah satu kebudayaan yang
masih dilestarikan di Desa Sungai Beras Beras. Awal mula berdirinya batik di Desa Sungai
Beras -Beras pada tanggal 28 September 2006. Batik dapat berkembang hingga sampai pada
suatu tingkatan yang tak ada bandingannya baik dalam desain/motif maupun prosesnya. Corak
ragam batik yang mengandung penuh makna dan filosofi akan terus digali dari berbagai adat
istiadat maupun budaya yang berkembang di Indonesia. Motif Batik menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, motif adalah corak atau pola. Motif adalah suatu corak yang di bentuk
sedemikian rupa hinga menghasilkan suatu bentuk yang beraneka ragam.

Motif batik adalah corak atau pola yang menjadi kerangka gambar pada batik berupa
perpaduan antara garis, bentuk dan isen menjadi satu kesatuan yang mewujudkan batik secara
keseluruhan. Motif-Motif batik di Desa Sungai Beras -Beras antara lain Pertama motif Ikan Patin
yang mempunyai makna mudah menjadi ikon di Indragiri hulu pematang rebah . Yang kedua
yaitu bunga Seroja yang mempunyai makna kegigihan . motif ketiga yaitu pulang petang yang
mempunyai makna bekerja keras tanpa mengenal waktu. Membatik merupakan tradisi turun-
menurun. Karena itu, sering motif batik manjadi ciri khas dari batik yang diproduksi masyarakat
tertentu . Dan melakukan pelatihan terus menerus oleh masyarakat Desa Sungai Beras.
Adapun alasan terbentuknya pembatikan ini adalah sebagai kegiatan masyarakat atau ibu-
ibu desa sungai beras beras. Dan mengembangkan bakat masyarakat , Dan sebagai pemasukan
untuk PKK di Desa Sungai Beras -Beras.

Adapun dalam hal produksi untuk batik ini tergantung dari pemesanan . Adakalanya bisa
juga 4 meter sampai mencapai 100 meter pemesanan. Untuk produksi batik ini sudah sampai ke
galeri Pekanbaru, Bandara Pekanbaru, Mall SKA, dan Rengat . Pada masa covid 19 penghasilan
batik turun karena kendala dari pemesanan yang semakin berkurang tetapi karena batik ini sudah
dititipkan di galeri Pekanbaru kembali pulih.

Batik di Desa Sungai Beras- Beras menggunakan kain katun premis . Dan menggunakan
pewarna sintetis ( pakaian). Dimana batik ini mempunyai alat tertentu diantaranya adalah
plangka (alat etak) ,rakel , pewarna,dan kain. Adapun cara membuat batik di desa Sungai Beras -
Beras adalah: Pertama kain di rendam terlebih dahulu (biasa dikenal dengan sebutan mordan).
Kedua kain dijemur di bawah terik matahari. Ketiga kain dicetak sesuai dengan pola yang
diinginkan. Keempat kain dijemur kembali agar pewarna sisa pencetakan kering. Kelima kain di
cuci kembali selama 8 jam agar pewarna yang ada di kain luntur dengan sempurna dan pewarna
yang tertinggal di kain adalah pewarna yang benar-benar berkualitas. Keenam, kain dikeringkan
kembali selama satu malam. Ketujuh dicuci kembali sampai airnya bersih agar tidak terlalu
luntur saat dicuci pertama kali oleh pembeli. Terakhir kain dijemur sampai tidak ada tetesan air.

Itulah cara pembuatan batik di Desa Sungai Beras - Beras . Adapun proses pembuatan
tersebut selama 3 hari dan paling cepat minimal 2 hari dan tergantung dari cuaca hari itu
tersebut. Dari pembuatan batik tersebut mereka menggunakan modal sendiri terkumpul menjadi
10 JT . Cara pemaran batik ini dari dulu sangat berbeda . Dulu batik di Desa Sungai Beras-beras
cuma dikenal oleh masyarakat Desa tersebut tapi sekarang pemasaran batik ini mulai dikenal
karena sudah bekerja sama dengan galeri Pekanbaru dan tempat lainnya. Kami dari KKN UIN
Suska Riau berharap semoga batik ini lebih maju lagi , kompak, laris manis, dan lebih terkenal
lagi sampai internasional.
Gambar 2.5 Wawancara Batik

Anda mungkin juga menyukai