Anda di halaman 1dari 2

Pewawancara: Rara Septina dan Fransisca Yulia Saputri

Narasumber: Sujoko

Indonesia adalah Negara yang kaya akan seni dan budaya. Setiap daerah yang terbentang
dari setiap pulau memiliki keunikan yang tersendiri, terutama pada seni tradisional yang telah
diwariskan secara turun temurun pada generasinya. Kekayaan ini sudah sepantasnya harus tetap
terjaga kelestariannya, seperti pada pertunjukan seni tradisional.

Salah satu kesenian tradisional yang unik dan terkenal di Indonesia adalah Kuda kepang.
Kuda Kepang merupakan kesenian tarian tradisional yang menggunakan properti anyaman
bambu yang dibentuk menyerupai kuda dan diberi klinthingan, dalam bahasa daerah lain
dinamakan ebeg. Jenis kesenian tradisional ini sangat lekat dengan kehidupan masyarakat
khususnya yang berada di wilayah pedesaan, kesederhanaan yang ada didalamnya menjadikan
ciri khas dari kesenian rakyat di Indonesia.
Mengikut seperti yang dikatakan oleh Soedarsono (1983), kuda kepang mula berkembang
sebelum berlakunya perkembangan Islam iaitu pada abad ke XV. Persembahan kuda kepang ini
dimainkan dalam upacara pemujaan. Dipercayai, kuda kepang dimainkan adalah bertujuan orang
yang masih hidup untuk menjalinkan hubungan dengan roh orang telah mati. Selain itu, mereka
percaya kuda kepang dimainkan bertujuan untuk membersihkan desa daripada gangguan roh-roh
jahat, penyakit dan malapetaka.
Kuda kepang merupakan sejenis tarian pahlawan berkuda yang berasal dari Jawa. Telah
berlakunya penyebaran kesenian ini meluas serata wilayah di Nusantara. Penyebarannya
diteruskan lagi setelah dibawa masuk oleh masyarakat Jawa yang berhijrah ke negara ini dan
kekal sehingga sekarang dan masih banyak mengekalkan ciri-ciri keaslian tradisinya. Permainan
ini sangat popular khususnya di negeri Johor. Tidak banyak penyesuaian yang dilakukan
walaupun setelah berkurun lama seni kuda kepang ini wujud. Hal ini disebabkan masyarakat
Jawa yang begitu kuat mengekalkan seni tradisi mereka dan ini dibuktikan dengan pengekalan
seni budaya dan juga tutur bahasa yang digunakan sehari-hari.
Di Riau, di Kabupaten Indragiri Hulu kecamatan Lubuk Batu Jaya tepatnya di Desa Sei
Beras-Beras terdapat salah satu kesenian dari pulau Jawa yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Kesenian tradisional tersebut adalah Kuda Kepang. Sejarah kesenian tradisional Kuda Kepang
ini lahir pada tahun 1995 dan mulai aktif dikelola pada tahun 2012. Sekelompok masyarakat
sepakat untuk melestarikan dengan membuat Kuda Kepang dan membeli peralatan untuk
pertunjukan diantaranya kendang, angklung, gong, kenong, pecut, barongan, dan juga banteng.
Tidak ketinggalan pula yang paling penting yaitu seragam penari/dalang. Setelah semua
penunjang pentas Kuda Kepang lengkap, diadakan latihan jauhari sebelum acara dilaksanakan.
Latihan bisa dilakukan pada malam sabtu di Gelanggang Olah Raga (GOR). Kepala kelompok
pada saat itu Bapak Sujoko sebagai kepala kelompok Kuda Kepang. Jenis tarian yang di
tampilkan antara lain Incling laki (sorengan) dan perempuan , pencak, Kreasi laki dan
perempuan. Kuda kepang ini memiliki ciri khas yang disebut mabuk. Karena dengan ciri khas
tersebut mampu menarik minat penonton dan pemain. Saat ini, kesenian Kuda Kepang menjadi
tontonan kesenian hiburan yang digunakan untuk memeriahkan berbagai acara, seperti dalam
pernikahan, khitanan, peringatan hari-hari besar, dan lain-lain.

Seiring dengan perkembangan zaman kepengurusan kelompok kuda kepang berganti dan ini
mengakibatkan penurunan anggota, yang semula nya berjumlah 30 orang hingga saat ini
berjumlah kurang dari 15 orang saja. Apalagi disaat ini indonesia baru saja terlepas dari wabah
berbahaya yaitu wabah Covid 19. Efek dari wabah tersebut mengakibatkan kelompok ini vakum
sementara dikarenakan terbatasnya kegiatan-kegiatan dan acara yang berkerumun seperti acara
pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya

Namun, setelah covid 19 berakhir, dan masyarakat sudah diperbolehkan mengadakan


kegiatan dan acara, kuda kepang kembali beroperasi seperti sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai