Anda di halaman 1dari 5

Tari Kecak

Tari Kecak adalah tari yang bisa dinilai sangat ikonik di Bali. Tari Kecak berasal dari Bali
dan dulunya dibuat oleh orang asli Bali dan orang yang berasal dari Jerman. Siapa dua orang ini
akan dibahas selanjutnya.

Seniman tari yang membuat tari Kecak ini tadinya terinspirasi oleh tari Sanghyang. Sebuah tari
yang dilakukan untuk melakukan upacara adat tolak bala. Kemudian dua seniman dari Bali dan
Jerman ini bersama-sama merancang tarian yang juga dipadukan dengan epos Ramayana. Dalam
epos Ramayana, dikisahkan ada seorang Rahwana yang menculik Dewi Sinta, istri dari Rama.

Pada pagelaran Ramayana, seringkali tari Kecak ini juga dipentaskan saat Rahwana menculik
Dewi Sinta. Yang mana kisah dan tarian ini dipadukan bukan tanpa sebab. Jika dilihat dari sisi
epos Ramayana, kisah tersebut memberikan pelajaran hidup yang bermakna.

Antara lain tentang kesetiaan cinta dalam rumah tangga, keberanian, dan kesetiaan pada
pasangan. Dua seniman tadi yang merancang tari Kecak akhirnya menyebarluaskan tarian ini ke
seluruh dunia setelah selesai.

Di Mana Tari Kecak Biasa Dipentaskan?


Hanya ada satu daerah saja yang terus melangsungkan pementasan tari Kecak, yaitu asal dari tari
Kecak ini sendiri, di Bali. Di Bali ada dua tempat yang biasa dipakai untuk mementaskan tarian
ini. Anda bisa memilih salah satunya ketika di Bali nanti untuk menyaksikannya. Pilihan pertama
adalah di Tanah Lot di mana sejarah telah mencatat rekor. Pilihan kedua adalah di Pura Luhur
Uluwatu.

Terlepas dari tiga lokasi tersebut, ada tiga lokasi lainnya yang juga bisa dikatakan aktif
memberikan pertunjukkan tari Kecak ini. Diantaranya adalah Pura Dalem Ubud, Taman Garuda
Wisnu Kencana, dan Ratu Bulan.

Kapan Tari Ini Dipentaskan?


Dari pembahasan sebelumnya Anda telah mengetahui di mana saja tari ini dipentaskan. Perlu
diketahui bahwa masing-masing lokasi pementasan tersebut memiliki jadwal yang berbeda-beda.
Salah satunya di Uluwatu, di sana tari ini dipentaskan setiap hati pada pukul enam petang sampai
tujuh malam. Namun di lokasi lain, jam pementasanya berbeda yang mana bisa lebih awal dan
bisa lebih malam.
Tari Serimpi

Tari Serimpi – Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang memukau. Salah satu
yang paling populer adalah seni tari. Seni tari sendiri merupakan salah satu cabang seni yang
memanfaatkan gerak tubuh secara berirama dengan diiringi musik.

Tari serimpi merupakan salah satu jenis tarian yang berasal dari Jogjakarta dan Surakarta.
Konon, tarian ini merupakan bentuk penyajian tari Jawa klasik dari tradisi Kraton Kesultanan
Mataram yang kemudian dikembangkan hingga sekarang.

Tarian yang merupakan karya seni tertua di Jawa ini dianggap suci  dan sakral dikarenakan
hanya dipentaskan di dalam lingkungan keraton sebagai kegiatan ritual. Sehingga tidak heran,
hanya penari yang terpilih saja yang boleh mementaskannya.

macam-macam tari serimpi:


1. Tari Serimpi China
2. Tari Serimpi Padelori
3. Tari serimpi Merak Kasimpir
4. Tari Serimpi Gendangwati
5. Tari Serimpi Sangupati
6. Tari Serimpi Anglirmendhug
7. Tari Serimpi Ludira Madu

Sejak dari zaman kuno, tari Serimpi sudah memiliki kedudukan yang istimewa di keraton-
keraton Jawa dan tidak dapat disamakan dengan tari pentas yang lain karena sifatnya yang
sakral. Dulu tari ini hanya boleh dipentaskan oleh orang-orang yang dipilih keraton. Serimpi
memiliki tingkat kesakralan yang sama dengan pusaka atau benda-benda yang melambang
kekuasaan raja yang berasal dari zaman Jawa Hindu, meskipun sifatnya tidak sesakral tari
Bedhaya. Dalam pagelaran, tari serimpi tidak selalu memerlukan sesajen seperti pada tari
Bedhaya, melainkan hanya di waktu-waktu tertentu saja. Adapun iringan musik untuk tari
Serimpi adalah mengutamakan paduan suara gabungan, yakni saat menyanyikan lagu tembang-
tembang Jawa.
Tari Piring

Tari piring adalah tarian tradisional yang berasal dari tanah Minangkabau tepatnya dari kota
Solok provinsi Sumatra Barat. Dalam bahasa Minangkabau tarian ini sering disebut dengan Tari
Piring.

Tarian ini berasal dari tanah Minangkabau kota Solok Sumatra Barat. Pada zaman dahulu
masyarakat Minangkabau selalu melakukan ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa atas
hasil panen yang melimpah ruah.

Pada saat melakukan ritual, masyarakat sekitar membawa sesaji dalam bentuk makanan yang
diletakkan di atas piring. Piring-piring yang berisi makanan dibawa dengan gerakan-gerakan
berirama dan diiringi musik.

Setelah agama islam masuk  di tanah Minangkabau, tarian ini tidak lagi digunakan untuk ritual
kepada dewa-dewa. Kemudian tarian ini digunakan sebagai hiburan untuk masyarakat. Tarian ini
sering dipentaskan untuk acara-acara adat di Minangkabau.

Tarian ini sering dipentaskan saat upacara adat, seperti upacara pernikahan, khitanan dan
pengangkatan penghulu. Selain itu tarian ini juga dipentaskan saat ada anggota masyarakat yang
sedang panen hasil bumi yang melimpah ruah. Pada zaman dulu hanya orang-orang yang mampu
saja yang dapat mengadakan pentas tarian ini.

Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, tarian ini tidak hanya dipentaskan untuk
upacara adat saja. Pentas tarian  ini sering dipentaskan saat hari-hari besar nasional seperti HUT
Republik Indonesia. Selain itu tarian ini juga sering dipentaskan pada saat festival dan juga untuk
menyambut tamu-tamu agung.
Tari Tor-tor

Jenis Tari Tor Tor:

 Tor Tor Pangurason yaitu tari pembersihan yang dilaksanakan pada acara pesta besar.
Namun sebelum pesta besar tersebut dilaksanakan, lokasi yang akan digunakan untuk
acara pesta besar wajib dibersihkan dengan media jeruk purut. Ini diperuntukkan, pada
saat pesta besar berlangsung tidak ada musibah yang terjadi.
 Tor Tor Sipitu Cawan atau disebut juga Tari Tujuh Cawan. Tor Tor ini dilaksanakan
pada acara pengangkatan raja. Tor Tor Sipitu Cawan menceritakan 7 putri yang berasal
dari khayangan yang turun ke bumi dan mandi di Gunung Pusuk Buhit dan pada saat itu
juga Pisau Tujuh Sarung (Piso Sipitu Sasarung) datang.
 Tor Tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual. Kemudian ada Tor
Tor Tunggal Panaluan yang dilaksanakan pada saat upacara ritual apabila suatu desa
sedang dilanda musibah. Untuk Tor Tor ini, penari dilakukan oleh para dukun untuk
mendapatkan petunjuk dalam mengatasi musibah tersebut.

Tari tor-tor berasal dari Sumatera Utara, yang merupakan bunyi hentakkan kaki penari di lantai
papan rumah adat Batak. Sejarah tari ini diperkirakan telah ada sejak zaman Batak purba. Di
masa itu, tarian ini digunakan sebagai tari persembahan bagi roh luhur.

Togarma Naibaho yang merupakan seorang pecinta dan praktisi Tor Tor memberikan pendapat
bahwa “tujuan tarian ini dulu untuk upacara kematian, panen, penyembuhan, dan pesta muda
mudi. Tarian ini memiliki proses ritual yang harus dilalui”.

Sekarang ini Tari Tor Tor menjadi sebuah seni budaya bukan lagi menjadi tarian yang lekat
hubungannya dengan dunia roh. Karena seiring berkembangnya zaman, Tor Tor merupakan
perangkat budaya dalam setiap kehidupan adat suku Batak.

Dalam hal tata busana tari Tor Tor sangatlah sederhana. Seseorang yang ingin menari Tor Tor
dalam sebuah pesta yang diikuti, cukup dengan memakai ulos yang merupakan tenunan khas
Batak. Ulos yang digunakan ada dua macam, ulos untuk ikat kepala dan ulos untuk selendang.
Namun motif ulos yang akan digunakan harus sesuai dengan pesta yang diikuti.

Selain sederhana dalam hal busana, Tor Tor juga sederhana dalam hal gerakan. Gerakan tangan
dan kaki yang cukup terbatas merupakan salah satu ciri tarian Tor Tor Sumatera Utara. Hentakan
kaki dari penari bergerak mengikuti iringan magondangi. Magondangi sendiri terdiri dari
berbagai alat musik tradisional yaitu gondang, tagading, suling, terompet batak, ogung (doal,
panggora, oloan), sarune, odap gordang dan hesek. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa gerak
Tor Tor Batak berbeda dalam setiap jenis musik yang diperdengarkan dan berbeda pula gerak

Tari Saman

Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Gayo bernama Syekh
Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini  hanyalah
berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan
syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi
tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah.

Pada mulanya tari saman hanya ditampilkan pada even even tertentu Khususnya pada perayaan
Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau juga di sebut dengan Maulid Nabi.
Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun
seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi
semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan,
karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu.

Tari Saman dapat ditampilkan pada kesempatan yang bersifat keramaian. Yaitu pada saat pesta
ulang tahun, pesta pernikahan dan acara lainnya. Dan tempat pelaksanaan tari saman bisa di
rumah, lapangan, bahkan panggung. Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh pemimpin
yang lazimnya disebut Syekh Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan penari
agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.

Waktu pementasan tari Saman adalah ketika ada acara-acara penting dalam adat. Tarian ini
merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah Aceh. Tarian ini dikenal karena dapat
dibawakan oleh banyak penari.

Anda mungkin juga menyukai