Anda di halaman 1dari 18

Sulawesi Barat

Tari Patuddu

Tari Patuddu adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Sulawesi Barat

Tarian ini biasanya dibawakan oleh para penari wanita dengan gerakannya yang lemah gemulai dan
menggunakan kipas sebagai alat menarinya.

Tarian Patuddu merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Sulawesi Barat dan sering
ditampilkan di berbagai acara seperti acara penyambutan, pertunjukan seni, dan festival budaya.

Tari Patuddu dahulunya ditampilkan untuk menyambut para prajurit yang pulang dari medan perang.

Menurut sejarahnya, pada zaman dahulu di daerah Sulawesi Barat pernah terjadi peperangan antara
Kerajaan Balanipa dan Passokorang.

Sepulangnya dari perang, Kerajaan Balanipa mempunyai caranya tersendiri untuk menyambut para
pasukan yang pulang dari medan perang tersebut, salah satunya dengan menampilkan Tari Patuddu ini.

Selain sebagai wujud penghormatan untuk para pahlawan, tarian ini digunakan untuk hiburan bagi para
pasukan.

Seiring dengan berakhirnya peperangan, Tari Patuddu ini kemudian lebih difungsikan sebagai tarian
penyambutan Raja maupun para tamu penting yang datang ke sana.

https://www.tribunnewswiki.com
Sulawesi Barat

Tarian Toerang Batu

Tarian Toerang Batu Sulawesi Barat yang Hampir


Punah, Kini Bangkit Kembali
NESIATIMES.COM – Tari Toerang Batu merupakan salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang,
biasanya dilakukan oleh para penari pria sebagai para prajurit dan penari wanita sebagai pendukung tari.

Seiring dengan sudah tidak adanya perang, Tarian Toerang Batu ini hampir punah dan tidak pernah
ditampilkan lagi.

Namun, beberapa seniman dan budayawan tarian ini digunakan sebagai pertunjukan seni dan budaya agar
tetap melestarikan nilai-nilai budaya asli masyarakat di Poliwali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.

Konon katanya, zaman dahulu sebelum Tari Toerang Batu ini dimulai ada beberapa ritual khusus yang
sifatnya sakral, terlebih dulu melakukan sesajen yang berupa telur ayam dan nasi ketan empat warna serta
doa. Sedangkan, pasukan yang berangkat berperang dilakukan tahapan ujian.

Dalam pertunjukannya, penari pria menari dengan menggunakan senjata seperti tombak, pedang dan keris
pusaka. Sedangkan, penari wanita membawa mangkuk berisi bunga yang akan ditaburkan kepada para
penari pria.

Lalu, Tari Toerang Batu diiringi musik tradisional seperti gong dan gendang khas Sulawesi Barat.
Sedangkan, irama yang dimainkan para pengiring disesuaikan dengan gerakan para penari.

Kostum yang dipakai pertunjukan Tari Toerang Batu adalah busana adat, seperti baju lengan panjang dan celana
panjang. Lalu, menggunakan ikat kepala dan kain sarung yang dipasang dipinggang. Namun, tidak hanya itu saja,
aksesoris gelang, kalung, anting dan hiasan kepala yang sudah menjadi khas.

https://www.nesiatimes.com
Sulawesi Tenggara

Tari Lumense

Asal Usul dan Sejarah Tari Lumense yang Perlu Diketahui


Indonesia tidak diragukan lagi sebagai negeri dengan jutaan kebudayaan yang penuh pesona. Bahkan
kebudayaan yang berupa kesenian menjadi ikon tersendiri yang sekaligus menjadi kebanggaan bangsa di
mata dunia. Salah satunya adalah  sejarah Tari Lumense.

Tari Lumense adalah kesenian tari yang berasal dari Kabupaten Bombana provinsi Sulawesi Tenggara.
Sebuah kebudayaan yang berhasil menyedot wisatawan untuk pelesir ke daerah tersebut, terutama ke kota
Tukoto’a.

Menurut asal usulnya, Tari Lumense ditemukan pertama kali di sebuah kecamatan bernama Kabaena. Yang
mana di daerah kepulauan tersebut, masih terdapat suku Moronene yang merupakan suku asli di Bombana.

Jika dari segi bahasa Tari Lumense terbentuk dari dua akar kata yaitu “lumee” dengan “e’ense”. Lumee
bermakna mengais sedangkan e’ense bermakna meloncat. Karena itu, ada yang menafsirkan Tari Lumense
adalah tari dalam bentuk mengais sambil melompat-lompat.

Menurut sejarahnya, Tari Lumense adalah tari adat yang juga dijadikan alat ritual tertentu. Namanya adalah
per olia yaitu ritual untuk memanggil roh halus yang dianggap sebagai penjaga daerah (negeri).

Umumnya ritual mistis ini dilakukan di satu desa wisata yang disebut Tangkeno. Sebuah kawasan pedesaan
yang berlokasi tepat di kaki Gunung Sangia Wita. Karena ritual itulah, ada yang menyebut desa ini dengan
sebutan desa Tangkeno Mpeolla.

Karena menjadi sarana ritual yang sakral, maka dulunya tidak semua orang bisa menari Tari Lumense. Kecuali
mereka memang nyata-nyata keturunan penari yang asli yang disebut wolia.

https://seringjalan.com
Sulawesi Tenggara

Tari Balumpa

Tarian Balumpa berasal dari Wakatobi, Sulawesi Tenggara dan merupakan tarian penyambutan para tamu
terhormat yang datang kesana.

Tari Balumpa biasanya ditampilkan oleh penari wanita dan digunakan di berbagai acara seperti
penyambutan tamu penting, pertunjukkan seni, dan festival budaya.

Konon, tarian ini menceritakan tentang sekelompok para gadis yang sedang berdendangan diiringi dengan lagu daerah
dan musik gambus. Dengan penuh keceriaan, mereka bersenandung dan menari-nari.

Seperti yang sudah kami bahas sebelumnya, tarian ini ditampilkan sebagai tarian penyambutan para tamu
terhormat yang datang ke Binongko dan Buton, Wakatobi. Mereka menyambut tamu tersebut dengan penuh
keceriaan, dapat dilihat dari ekspresi para penari.

Bagi masyarakat disana, tarian ini dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan dalam
menyambut tamu yang mereka hormati.

Dalam pertunjukkannya, tarian Balumpa biasnaya diiringi oleh musik tradisional Gambus dan pengiring
vokal. Lagu yang dibawakan biasanya merupakan lagu daerah yang memiliki tema keceriaan dan
penyambutan. 

Alunan suara vokal dan musik pengiring tersebut kemudian dipadukan dengan gerakan tari, sehingga terlihat
selaras dan meghasilkan pertunjukkan tari yang indah.

https://pesona-indonesia.info
Sulawesi Tengah

Tari Peule Cinde

TRIBUNNEWSWIKI.COM- Tari Peule Cinde adalah tarian selamat datang atau penyambutan tamu yang berasal
dari Sulawesi Tengah.

Keunikan tarian ini adalah gerakan menabur bunga kepada tamu pada akhir tarian. Hal ini menjadi tanda
penghormatan kepada tamu yang sudah jauh-jauh datang ke Sulawesi Tengah

Tari Peule Cinde biasanya dibawakan oleh para penari wanita dengan jumlah yang tidak terbatas.

Tari ini diciptakan oleh Hasan M. Bahsyuan.

Tari Peule Cinde merupakan suatu gerakan yang mencerminkan sejarah dari daerah tersebut.

Gerak tari termasuk ringan dan mudah diikuti serta didominasi oleh ayunan tangan dan gerak tubuh yang
sangat santai.

Tarian ini biasanya diakhiri dengan menaburkan bunga kepada para tamu.

Penaburan bunga ini sebagai ungkapan rasa terima kasih dan sebagai tanda penghormatan kepada para tamu
yang telah jauh-jauh datang untuk melihat daerah Sulawesi Tengah.

Iringan lagu tarian Peule Cinde merupakan lagu-lagu khas Sulawesi Tengah yang dinamis dan gembira.

Para penari tidak diperkenankan untuk memasang raut wajah muram karena tujuan dari tarian ini adalah
untuk menyambut tamu.

https://www.tribunnewswiki.com
Sulawesi Tengah
Tari Pamonte

KOMPAS.com - Tari Pamonte adalah salah satu tarian tradisional Indonesia yang berasal dari Sulawesi Tengah.
Makna Tarian Pamonte adalah menggambarkan kehidupan masyarakat pada saat musim panen padi tiba. Di mana
mereka memetik serta menuai padi secara gotong.

Selain itu tarian ini juga mencerminkan kegembiraan dan rasa syukur atas panen yang didapatkan. Dikutip dari buku
Mengenal Tarian dan Seni Sulawesi (2008) karya Wisnu Fajar, pada tari Pamonte terlihat jelas bagaimana proses
pengolahan padi menjadi beras. Mulai dari memetik, menumbuk, dan menapis. Gerak tari Pamonte mengikuti syair
lagu yang dinyanyikan.

Dilansir dari situs Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, tari Pamonte menggambarkan kebiasaan para gadis Suku
Kaili saat menyambut musim panen tiba. Tarian tersebut biasanya ditampilkan oleh para penari wanita dengan
berpakaian layaknya petani. Tari Pamonte merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Sulawesi
Tengah dan sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, pertunjukan seni dan festival
budaya.

Asal usul tari Pamonte Tari Pamonte sudah ada dan dikenal oleh masyarakat Sulawesi Tengah sejak 1957. Di mana
diciptakan oleh salah satu seniman besar dan merupakan putra asli daerah Sulawesi Tengah, bernama Hasan. M.
Bahasyua.

Tari Pamonte terinspirasi dari aktivitas dan kebiasaan para gadis-gadis Suku Kaili ketika menyambut masa panen padi
tiba. Pada zaman dahulu masyarakat Suku Kaili mayoritas berprofesi sebagai petani, maka biasanya mereka
menyambut musim panen tersebut dengan gembira dan sukacita.
https://www.kompas.com
Sulawesi Selatan

Tari Pakarena

Tari Pakarena adalah tari tradisional yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan. Tarian ini banyak hidup dan
berkembang di kalangan masyarakat Ara sebagai tarian yang selalu dibawakan oleh para tulolo (gadis) dalam upacara
adat, terutama dalam adat perkawinan.

Tempat penyajian tari pakarena umumnya dilakukan di barung-barung, bangunan berbentuk panggung yang dibangun
berdempetan atau sejajar dengan bangunan rumah induk. Barung-barung ini sifatnya sementara, jika upacara adat
telah usai tempat ini pun dibongkar kembali.

Mengutip dari buku Seni Tradisional di Sulawesi Selatan oleh Kemdikbud, Tari Pakarena dihadirkan
berdasarkan urutan-urutannya dalam upacara adat perkawinan. Urutan tersebut di antaranya karena tedong,
karena siusiri, dan karena salonreng.
Karena tedong disajikan sebagai awal atau pembuka dalam upacara adat perkawinan. Karena siusiri
disajikan pada pertengahan acara pesta adat. Karena siusiri ini sekaligus menjadi puncak atau klimaks dari
acara pesta adat. Sedangkan karena salonreng merupakan acara penutup dari seluruh rangkaian upacara adat
perkawinan.
Pakaian yang digunakan penari atau tulolo umumnya berwarna merah. Untuk bawahannya, penari
menggunakan kain (sarung) samarenda sutra yang halus. Sarung samarenda yang dipakai penari juga
umumnya berwarna merah.
Ciri khas lain yang dikenakan penari adalah hiasan kepala yang dinamakan rakkasua. Dahulu, rakkasua
digunakan masyarakat setempat untuk menunjukan status seseorang yang berasal dari golongan atas.
Rakkasua biasanya dibuat dengan seni ukir dan ornamen yang khas. Ini dilakukan supaya terdapat ciri khas
dari Tari Pakarena itu sendiri.
https://kumparan.com
Sulawesi Selatan
Tari Bosara

KOMPAS.com - Tari Bosara atau Tari Paduppa Bosara merupakan tari tradisional di Makassar, Sulawesi Selatan.
Berdasarkan jurnal Makna dan Nilai Tari Paduppa dalam Tradisi Suku Budgis di Kabupaten Soppeng (2019) oleh
Anisah Aah, tari Bosara adalah tari untuk menyambut tamu kehormatan yang datang ke Makassar.

Tari Bosara menggambarkan bahwa orang bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara sebagai
tanda kesyukuran dan kehormatan. Pada zaman dahulu, tarian ini dibawakan untuk menjamu raja-raja dengan
suguhan kue-kue tradisional. Selain itu juga ditammpilkan pada berbagai pesta seperti persat perkawinan.

Bosara sendiri adalah piring khas suku bugis Makassar. Dibuat dari besi dan dilengkapi dengan penutup khas yaitu
dibalut kain berwarna terang. Bosara biasanya diletakkan di meja dalam rangkaian acara tertentu, khususnya yang
bersifat tradisional dan sarat dengan nilai budaya. Selain diletakkan di meja pada acara resmi pemerintahan sebagai
simbol, bosara juga sebagai rpoperti tarian yang cukup penting. Budaya Bosara merupakan peninggalan budaya khas
Sulawesi Selatan dari zaman Kerajaan Gowa dan Bone. Kue-kue yang biasanya disajikan dengan menggunakan
bosara adalah kue Cucur, Brongko, Kue Lapis, Biji Nangka, dan lainnya.

Dalam tari Bosara, dibawakan oleh penari perempuan dengan jumlah ganjil. Pakaian yang digunakan adalah Baju
Bodo, sarung sutra, bando bunga, anting, gelang, dan kalung. Properti yang harus dibawa oleh penari adalah bosara
yang berisi beras, bunga, dan benno (makanan ringan dari biji jagung). Sedangkan untuk alat musik yang digunakan
berupa suling, gendang, kuik, dan kecapi.

https://www.kompas.com
Sulawesi Utara

Tari Maengket

1001injdonesia.net – Tari Maengket merupakan salah satu tari tradisional suku Minahasa di Sulawesi Utara. Awalnya
ditarikan saat panen sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seiring waktu, tarian ini juga ditarikan
pada berbagai acara, seperti pesta pernikahan, festival seni tari, pembangunan rumah baru, dan sebagainya.

Kata maengket berasal dari budaya gotong royong di Minahasa dalam kegiatan sehari-hari, terutama saat
bercocok tanam. Seiring perkembangan zaman, Maengket dimengerti sebagai seni bernyanyi sambil menari
dengan mengungkapkan sastra daerah yang dilakukan oleh sekelompok orang.

Nama Maengket sendiri berasal dari bahasa Minahasa engket yang berarti mengangkat tumit naik-turun.
Mendapat imbuhan ma- pada kata engket, maka Maengket berarti menari dengan naik turun.

Gerakan Tari Maengket menyesuaikan tema dan lagu. Tari Maengket yang berfungsi untuk ucapan terima
kasih kepada Tuhan, formasi gerakan diawali dengan penari laki-laki membentuk barisan setengah lingkaran
dan penari wanita berada di depan penari laki-laki.

Sedangkan Tari Maengket untuk hiburan, penari laki-laki dan perempuan saling bergandengan tangan dan
berhadapan sambil mengerling.

Tari Maengket menggunakan iringan alat musik tambur, tetengkoren, dan bonang. Selain sebagai iringan, musik juga
digunakan untuk mengarahkan gerak tari.

https://1001indonesia.net
Sulawesi Utara

Tari Gunde

Tari Gunde adalah tari tradisional yang berasaldari Kabupaten Kepulauan Sangihe (Talaud dan Siau Tagulandang dan
Biaro) Provinsi Sulawesi Utara.

Gunde atau Unde berarti gerak yang halus, sehalus pekerti wanita.Oleh karena itu tari Gunde hanya ditarikan oleh
kaum perempuan saja sehingga sering juga disebut Salaing Bawine (Salaiang bahasa Sangihe berarti tar/gerak,
Bawine bahasa Sangihe berarti Wanita/Perempuan).

Tari Gunde pada mulanya adalah tari dalam upacara Mesundeng (upacara penolakan bala) yang biasanya
berlangsung 7 hari, pada hari kelima ditarikanlah tari Gunde sebagai bentuk pemujaan kepada I Ghenggona Langi,
Duata Sululuang (Tuhan Pencipta Langit dan alam semesta). Dahulu zaman agama suku di Sangihe, mereka meyakini
ada sebuah kekuatan yang lebih besar dan hebat, melebihi kekuatan manusia. Sehingga kekuatan itu harus
disembah, itulah yang mereka sebut I Ghenggona Langi. Selain itu Tari Gunde ditarikan pada acara Tulude, baik
sebagai bagian dari barisan adat untuk menerima tamu atau mengantar Tamo (Kueadat) dan juga ditarikan secara
utuh sebagai pelengkap dari upacara ini. Pada zaman pemerintahan Raja-raja, tari Gunde diangkat sebagai tari istana
untuk keperluan di lingkungan istana (termasuk pada acara penobatan raja). Kemudian tari Gunde dipakai di luar
istana sebagai tari penjemputan tamu, hiburan dan seni pertunjukan bahkan digunakan juga dilingkungan gereja.

Gunde ditarikan oleh 13 orang (12 penari biasa dan 1 pemimpin yang disebut pengataseng) dengan urutan : gerak
(salaing) Mamidura (hormat) pembuka kemudian salaing Bawine, yaitu gerak yang menggambarkan kehalusan dan
keagungan serta kehalusan budi pekerti wanita, kemudian Salaing Sasahola (sahola) yang menggambarkan
kegembiraan atau sukacita; kemudian Salaing Sondayang menggambarkan ketangguhan; kemudian salaing Balang
yang menggambarkan perjuangan serta tanggungjawab kaum wanita karena akanmenjadi ibu rumah tangga;
kemudian salaing Duruhang yang menggambarkan mencari kebahagian; dan terakhir Mamidura (hormat) penutup.

Kostum tari Gunde berupa pakaian tradisional Laku Tepu (Blus sepangjang setengah betis dan rok sampai mata kaki)
dan menggunakan selendang (Bawandang).

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
Maluku

Tari Lenso

Tari Lenso adalah tari tradisional dari Maluku yang kerap ditampilkan untuk penyambutan berbagai acara seperti
adat, hiburan, maupun pertunjukan seni budaya.

Ciri khas dari Tari Lenso ini adalah memakai sapu tangan atau selendang sebagai atribut menari.

Sebenarnya, tari lenso tidak hanya ditarikan oleh muda-mudi dari daerah Maluku, tetapi muda mudi di
Minahasa, Sulawesi Utara juga sering menarikannya.

Uniknya, Tari Lenso ini sering dijadikan ajang pencarian jodoh atau acara lamaran dan pertunangan.

Ketika lenso atau selendang diterima berarti tanda cinta diterima. Namun, jika selendang dibuang berarti
lamaran ditolak.

Berdasarkan sejarah, Tari Lenso muncul sejak bangsa Portugis datang ke Maluku pada tahun 1962. Pada
awalnya, ini tarian adalah bangsa Portugis.

Kata “Lenso” berasal dari bahasa Portugis yang artinya sapu tangan. Adapun sapu tangan yang digunakan
umumnya putih atau merah seperti bendera Indonesia.

Tarian ini diadaptasi dengan budaya masyarakat lokal di sana. Pada akhirnya sejak bangsa Portugis meninggalkan
Maluku, tarian ini masih terus ditarikan oleh masyarakat setempat hingga akhirnya menjadi suatu tradisi dan
berkembang sampai sekarang ini.

Di Minahasa, Tari Lenso boleh dibawakan oleh pria dan wanita. Atribut yang digunakan adalah selendang.

Sedangkan di Maluku, Tari Lenso hanya boleh dibawakan oleh para wanita saja. Atribut yang digunakan
untuk menari adalah sapu tangan.

https://seringjalan.com
Maluku

Tari Cakalele

Salah satu tarian yang cukup terkenal di nusnatara adalah tari Cakalele. Jenis tarian berupa perang tradisional
Maluku yang digunakan untuk menyambut tamu ataupun dalam perayaan adat. Dalam praktiknya, tarian ini
dilakukan secara berpasangan dengan iringan musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup)
Tari Cakalele memiliki riwayat sejarah panjang dengan masyarakat Maluku. Hal itu dikarenakan tari Cakalele
merupakan salah satu tari tradisional warisan para leluhur (datuk-datuk atau nenek-moyang) dalam suatu
masyarakat adat.
Sebagaimana tarian tradisional pada umumnya, tari Cakalele digelar dan dipertunjukkan masyarakat Maluku dalam
upacara adat seperti, pelantikan raja, peresmian Baileo, perayaan hari Pattimura, dan berbagai acara adat negeri
lainnya. Selain itu tar Cakalele mempunyai sejarah dari bagian proses penghormatan kepada nenek moyang bangsa
Maluku yang merupakan pelaut. Sebelum mengarungi lautan, para pelaut mengadakan ritual dengan mengadakan
pesta makan, minum, dan berdansa, inilah yang dilambangkan dalam tarian Cakalele.
Pengaruh tarian Cakalele dalam kehidupan masyarakat Maluku sangatlah besar. Karena juga dijadikan sebagai
upacara adat bagi masyarakat Maluku karena adanya rasa cinta, hormat dan bakti kepada para leluhur yang telah
memberikan perjuangan dan mengorbankan seluruh hidup mereka demi menjaga keutuhan dan martabat
masyarakat.
Untuk memeriahkan suasana para penari tari Cakalele mengenakan kostum pakaian perang yang didominasi warna
merah atau kuning tua, serta dilengkapi dengan senjata seperti parang dan salawaku. Bagi penari wanita biasanya
menggunakan pakaian adat berwarna putih dan kain panjang pada bagian bawah, serta menggenggam lenso atau
sapu tangan sebagai atribut menarinya.
Salah satu kostum yang membuat menarik adalah keberadaan pedang atau parang pada tangan kanan penari
melambangkan martabat penduduk Maluku yang harus dijaga sampai mati, sedangkan perisai dan teriakan keras
para penari melambangkan gerakan protes melawan sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak pada
rakyat.
https://katadata.co.id
Maluku Utara

Tari Soya-Soya

Tari Soya-Soya adalah tarian tradisional sejenis tarian perang yang berasal dari Maluku Utara. Tari Soya-Soya
biasanya dibawakan oleh penari-penari pria yang berpakaian seperti prajurit kesultanan zaman dahulu lengkap dengan
perisai serta ngana – ngana sebagai perlengkapannya.

Tari Soya-Soya sangat populer di Maluku Utara, tepatnya di wilayah Ternate, dan biasanya digunakan sebagai salah
satu kesenian yang digunakan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, perayaan adat, pertunjukan seni,
festival budaya, dan acara lainnya.

Menurut sejarah, Tari Soya Soya ini dulunya digunakan untuk mengobarkan semangat para prajurit saat
penyerbuan Kesultanan Ternate ke Benteng Nostra Senora Del Resario (Benteng Kastela) yang dikuasai
Portugis.

Penyerbuan tersebut dipimpin langsung oleh Sultan Baabullah dalam rangka menyelamatkan ayahnya yaitu
Sultan Khairun yang dibunuh secara kejam oleh tentara Portugis.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Tari Soya Soya ini awalnya diciptakan untuk mengabadikan peristiwa
dan menggambarkan perjuangan para pahlawan dalam mengusir para penjajah yang telah lama menduduki
tanah mereka.

Namun bagi masyarakat saat ini Tari Soya Soya dapat dimaknai sebagai wujud apresiasi serta penghormatan
mereka kepada para pahlawan yang sudah berjuang mempertahankan tanah air mereka.

Selain itu Tari Soya-Soya juga bisa menjadi media untuk memperkenalkan kepada generasi selanjutnya serta
masyarakat luas akan sejarah dan budaya yang mereka miliki.

https://seringjalan.com
Maluku Utara

Tari Lalayon

Beberapa pasang penari pria dan wanita tampak berpasangan memasuki pelataran tari. Wajah mereka tampak berseri
dengan senyuman yang menunjukkan kebahagian hati mereka. Pakaian yang cerah membaur dengan kecerahan langit
pagi itu. Para penari tampak begitu bersemangat dan siap untuk menunjukkan inti dari tiap gerakan yang mengandung
makna pesan di dalamnya. Tarian yang akan mereka bawakan ini bertajuk Tari Lalayon.

Tari Lalayon adalah sebuah karya tari pergaulan yang berasal dari Maluku Utara. Tarian ini berisi pesan-pesan berbau
romantis dan cinta. Oleh sebab itu, tarian ini biasa dibawakan secara berpasang-pasangan dan memiliki gerakan -
gerakan yang indah di sepanjang babak tariannya. Lagu yang berirama Melayu juga menjadi elemen penting di dalam
membentuk atmosfir romantis yang mendukung tersampaikannya pesan.

Para penari mulai merambah ke tengah pelataran. Mata mereka semua saling berpandangan antara pria dan wanita
seolah sedang dalam perasaan kasmaran. Sang pria mulai melakukan gerakan menggoda di hadapan wanita. Sang
wanita memunculkan sebuah senyum simpul di mulutnya tanda menerima godaan sang pria. Keduanya kemudian
berputar-putar dan tubuh mereka seolah sedang berdialog satu dengan lainnya. Perasaan sayang dan penuh perhatian
sangat terasa di dalam tiap gerakan para penari kelompok ini. Setiap pasangan menunjukkan kehangatan yang begitu
mendalam sebagai bentuk pesan cinta yang mereka miliki.

Tari Lalayon biasanya dibawakan dalam berbagai acara-acara formal seperti Pesta adat atau perkawinan. Tarian ini
merupakan karya etnik Maluku Utara yang patut diacungi jempol karena masih banyak diketahui oleh para generasi
muda Ternate. Mereka tidak malu dan sebaliknya sangat mendukung tarian ini, mungkin karena nilai cinta universal
yang terkandung di dalam tarian Lalayon. Walaupun demikian, tari ini tidak hanya bermakna hubungan kasih antara
muda-mudi saja. Tari Lalayon juga dapat bermakna sebuah ucapan syukur atas berbagai anugerah Yang Mahakuasa
terhadap manusia dalam bentuk alam serta makhluk hidup di dalamnya. Ucapan syukur ini dituangkan dalam bentuk
rasa sayang dan perhatian yang selalu diwujudkan dalam keseharian hidup manusia.

https://indonesiakaya.com
Nusa Tenggara Timur

Tari Gawi

Tari Gawi adalah tarian tradisional yang dilakukan secara masal di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian
ini merupakan salah satu tarian adat masyarakat suku Ende Liosebagai ungkapan rasa syukur atas segala berkat dan
rahmat yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Dalam pertunjukannya Tari Gawi dilakukan secara masal dengan
saling berpegangan tangan dan membentuk formasi seperti lingkaran yang menjadi ciri khas tarian ini. Tari Gawi
sering ditampilkan dalam upacara seperti saat selesai panen, pembangunan rumah adat, pengangkatan kepala suku
dan acara adat lainnya.

Tari Gawi ini merupakan salah satu tarian suku Ende Lio yang tertua dan sudah ada sejak jaman leluhur mereka dulu.
Menurut sumber sejarah yang ada, tarian ini sejak dulu sering ditampilkan dalam upacara adat atau ritual adat
masyarakat Ende Lio. Tari Gawi ini biasanya ditampilkan di bagian akhir acara sebagai penutup dan merupakan
ungkapan rasa syukur atas berkat dan rahmat yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Nama Tari Gawi ini berasal
dari dua kata yaitu “Ga” yang berarti segan/sungkan dan” Wi” yang berarti menarik. Tari Gawi juga dapat diartikan
menyatukan diri.

Seperti yang dikatakan di atas, tarian ini memiliki fungsi sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan
masyarakat terhadap tuhan. Selain terdapat nilai spiritual dan nilai historis, dalam tarian ini juga kaya akan nilai
filosofis. Salah satunya dilihat dari bentuk tarian, dimana para penari saling berpegangan tangan dan membentuk
lingkaran. Dalam hal ini menggambarkan bagaimana rasa persatuan, kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin di
antara mereka begitu erat.

Gerakan tarian ini cukup sederhana karena saling bepegangan tangan, sehingga gerakannya lebih didominasi
gerakan kaki maju, mundur, ke kiri dan ke kanan secara bersamaan. Sedangkan gerakan tangan hanya diayun-
ayunkan.

Dalam tarian ini juga dipimpin oleh seorang disebut Eko Wawi atau Ata Sodha yang memimpin tarian dan
menyanyikan syair. Selain itu di dalam barisan para penari juga terdapat pemimpin tarian yang disebut Ulu. Dalam
pertujukan Tari Gawi biasanya tidak menggunakan musik pengiring, namun hanya diiringi oleh syair yang dibawakan
oleh Ata Sodha. Hal ini mungkin karena merupakan tarian yang sakral, sehingga dapat dilakukan secara hikmat.

https://cintaindonesia.web.id
Nusa Tenggara Timur

Tari Gareng Lameng

TRIBUNNEWSWIKI.COM- Tari Gareng Lameng merupakan tarian tradisional Nusa Tenggara Timur.

Tarian ini sebagai ungkapan rasa syukur serta mendoakan kesehatan dan kesuksesan anak yang sedang
melakukan khitan.

Tari Gareng Lameng merupakan tarian yang sangat terasa sakralnya, hal ini karena masyarakat setempat sangat
menjunjung tinggi nilai Ketuhanan.

Tari Gareng Lameng kerap menjadi pertunjukan pada saat penduduk sedang melangsungkan acara khitan.

Ucapan-ucapan rasa syukur dan juga memohonkan doa atas kesuksesan dan kesehatan sang anak yang telah
melangsungkan proses khitan.

Dapat dirasakan suasana suka cita dalam Tarian Gareng Lameng ini.

Masyarakat setempat merupakan masyarakat yang religius dan menjunjung tinggi nilai ketuhanan sehingga
Tari Gareng Lameng pun terasa kesakralannya ketika masyarakat meminta berkat dari Yang Maha Kuasa.

Tari Lameng diiringi dengan alat musik Gong Waning.


Gong Waning menjadi alat musik tradisional NTT dari suku Sikka.
Gong Waning merupakan gabungan dari gendang, gong, dan saur.
Cara memainkan alat musik ini tentunya ditabuh, sama seperti gong dalam gamelan Jawa.
Alat musik ini tidak hanya digunakan untuk mengiringi tari Gareng Lameng saja, melainkan juga seni tari maupun
pertunjukan adat lainnya.

https://www.tribunnewswiki.com
Nusa Tenggara Barat
Tari Mpaa Lenggo

Tarian mpaa lenggo merupakan salah satu tarian yang berasal dari NTB sendiri. Tentu saja dalam hal ini
sendiri tarian ini memiliki beberapa makna dalam hal gerakan yang ada dan juga hal lainnya sendiri.

Dalam sejarah terbentuknya gerakan ini sendiri pun juga demikian, pasti akan ada sejarah panjang yang
membuat tarian ini menjadi terkenal sampai dengan sekarang, walaupun pada halnya belum cukup
terdengar sebagai salah satu tarian tradisional seperti jaipong, kecak ataupun tarian lainnya.

Tarian ini seiring perkembangannya pasti akan lebih terkenal dibandingkan tarian lain, jika saja tarian ini
bisa terus dikembangkan dan ditampilkan pada event-event besar dan disaksikan oleh orang luar,
sehingga tarian ini bisa terkenal seperti tarian daerah Indonesia lainnya.

Tarian ini sendiri digunakan biasanya pada saat menyambut hari raya Maulid Nabi Muhammad SAW.

Tarian ini tentu saja sangat special untuk menyambut hari sebesar dan hari yang special tersebut.

Selain daripada itu biasanya tarian ini juga digunakan pada upacara-upacara perkawinan ataupun upacara
khitanan keluarga raja sendiri, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa tarian ini sendiri merupakan salah
satu tarian yang terkenal di daerah tersebut, dan sampai sekarang keberadaanya pun tetap ada dan akan
terus digunakan sampai akhir perkembangan zaman yang ada.

http://tariantradisionalku.blogspot.com
Nusa Tenggara Barat

Tari Batu Nganga

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tari Batu Nganga merupakan jenis tradisional yang berasal dari Nusa
Tenggara Barat (NTB).
Tari ini memiliki makna tersirat yang berbeda-beda antara satu gerakan dengan gerakan lainnya.
Tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai acara seperti pernikahan, ritual adat istiadat, dan keagamaan.
Gerakan-gerakan tari ini masih menyimpan beberapa misteri sehingga tarian ini mampu membuat
penontonnya takjub karena adanya kekuatan magis dan mistis pada penampilan para penarinya.
Tari Batu Nganga mengisahkan kecintaan rakyat terhadap putri raja, yang mana kisah ini diangkat dari cerita
rakyat.
Dikisahkan jika putri raja tersebut jatuh dan masuk ke dalam batu, sehingga ia tidak bisa keluar.
Seluruh rakyat yang mengetahuinya menjadi panik dan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar putri raja
bisa keluar dari dalam batu.
Beberapa saat kemudian, doa mereka dikabulkan sehingga sang putri bisa keluar dengan selamat dari dalam
batu.
Cerita rakyat inilah yang kemudian disampaikan dan ditampilkan dalam bentuk tarian tradisional, Tari Batu Nganga.
Tari Batu Nganga menceritakan tentang permohonan rakyat agar putri raja bisa keluar dengan selamat dari
dalam batu.
Tarian ini memiliki makna kecintaan rakyat terhadap putri raja.
Selain itu, tari tradisional ini juga mengandung nilai religi, karena dalam tarian juga diperlihatkan rakyat
yang memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk mengeluarkan putri dari dalam batu.
Busana yang dikenakan penari menggunakan pakaian tradisional khas Nusa Tenggara Barat. Tari Batu
Nganga dimainkan oleh lima orang.
Satu orang perempuan berperan sebagai putri raja dan keempat penari lainnya menjadi rakyat, bisa pria
ataupun perempuan.
Tari Batu Nganga diiringi dengan alunan dan irama musik tradisional khas NTB.
https://www.tribunnewswiki.com

Anda mungkin juga menyukai