Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH TARI PAKARENA PROVINSI

SULAWESI SELATAN

OLEH:
KELOMPOK 1 (XI.7)
FATHIN AMALIA KHUMAERAH
HAWA RAID REDRIANTI
ZAHRA ZAHIRA IDRUS
MAWAR DEWI UTARI
ELISA NAILA PUTRI
MUH ALIEF AKBAR
AHMAD NIDZAM

SMA NEGERI 1 BANTAENG


KABUPATEN BANTAENG
SULAWESI SELATAN
TAHUN 2023
A. Sejarah Tari Pakarena
Tarian kipas adalah kesenian tari daerah yang berasal dari Gowa, Provinsi
Sulawesi Selatan. Di daerah Gowa, nama tarian ini mempunyai nama Tari Kipas
Pakarena. Berdasarkan sejarah, Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu kesenian
tari peninggalan dari Kerajaan Gowa. Dahulunya, kerajaan itu mengalami masa
kejayaan dan berhasil menguasai daerah Sulawesi yang berada di bagian selatan
sejak bertahuntahun. Menurut bahasa dari daerah setempat kata “Pakarena” berasal
dari kata “karena” yang mempunyai makna yaitu “main”. Tarian ini sendiri telah
dijadikan sebagai tarian daerah oleh masyarakat daerah Gowa yang dahulunya
adalah bekas dari Kerajaan Gowa. Tarian daerah ini dulunya, dimainkan di dalam
istana Kerajaan Gowa oleh seorang putri-putri bangsawan.
Tari Kipas Pakarena tersebut juga digunakan sebagai bentuk pelengkap
maupun suatu hal wajib dipertunjukkan ketika ada upacara adat, pesta kerajaan, dan
lain sebagainya. Pada zaman dahulu katanya, tarian ini berasal dari kisah perpisahan
yang terjadi antara penghuni limo atau disebut juga bumi, dengan botong langit atau
disebut juga sebagai negeri khayangan. Sebelum terjadi perpisahan, diceritakan
bahwa botong langit telah memberikan ilmunya mengenai bagaimana cara hidup di
bumi dengan baik. Mulai dari bercocok tanam, beternak sampai dengan berburu
semuanya telah diajarkannya kepada para penghuni limo. Mereka mengajarkannya
melalui sebuah gerakan kaki maupun gerakan tangan.
Selain itu, Tari Kipas Pakarena juga pernah digunakan sebagai tarian resmi di
Istana ketika masa pemerintahan Raja Gowa di abad ke 16. Dari situlah budaya
kesenian tari ini lahir dari masa ke masa. Kemudian berdampak bagi kebudayaan
masyarakat daerah Gowa dan sekitarnya. Hingga akhirnya tarian kipas pakarena
diturunkan dari generasi ke generasi sampai saat ini. Meskipun Kerajaan Gowa
telah tiada, namun Tari Kipas Pakarena tetap ada, dan dilestarikan oleh masyarakat
daerah Gowa, dan sekitarnya.

B. Nilai Estetika
Tari Pakarena merupakan tari yang geraknnya lambat dan lembut, tanpa ada
gerakan melangkah jauh yaitu hanya melangkah kedepan, mengayunkan tangan,
membuka dan menutup kipas, dan kembali keposisi semula. Estetika tari Pakarena
yaitu terletak pada sembilan nilai unsur yaitu; kesatuan yang utuh, keragaman,
pengulangan, kontras, transisi, urutan, klimaks, keseimbangan, dan harmoni.
Estetika tari juga terdapat pada tekhnik gerak dan etika gerak dalam tari, seperti
eskperesi muka dengan tatapan kedepan tanpa tersenyum, tertawa, dan melakukan
hal lain diluar dari etika tari.

C. Pesan Moral
Pesan moral dalam tari pakarena ialah gerak gemulai para penari
mencerminkan gerak gerik para wanita yang harus senantiasa lemah lembut serta
menjaga sikap dan tutur kata. Karena itu, saat menari para penari Pakarena tak
pernah mengangkat pandangannya. Pandangan mata mereka hanya diperkenankan
sejauh sejengkal dari mata kaki, hal ini berbeda jika tarian dibawakan oleh penari
modern, yang tak pernah menunduk, melainkan tersenyum kearah penonton, hal ini
disebabkan oleh penari yang hanya diajarkan gerak tubuh, adapun nilai-nilai
budayanya tidak diajarkan sama sekali.

D. Pencipta Tari
Tari Kipas Pakarena ini awalnya digunakan oleh orang terdahulu di suku
Makassar sebagai media pemujaan kepada para dewa. Tari Kipas Pakarena sudah
dikenal pada masa Kerajaan Gowa di sekitar abad ke-14. Tarian ini tidak diketahui
penciptanya tetapi berkembang dari mulut kemulut dan di tarikan pada acara-acara
tertentu. Pencipta Tari kreasi Pakarena yaitu Andi Nurhani Sapada Makkasau.
Beliau meninggal dunia dalam usia 81 tahun di kediamannya di Jalan Hertasning.

E. Gambar Alat Musik Pengiring Tari Pakarena


Tari pakarena diiringi musik dinamis dan menghentak yang bersumber dari
suara gendang atau gentang atau genrang. Selain itu, terdapat alunan alat musik
tradisional lain seperti suara pui-pui dan sia-sia. Pui-pui merupakan alat musik
yang terbuat dari kayu jati. Bagian pangkalnya menggunakan besi dan diselipkan
potongan janur sebagai penghasil bunyi. Sementara, sia-sia merupakan alat musik
bambu yang bagian ujungnya diberi celah sehingga menghasilkan bunyi yang
nyaring. Alat musik pengiring tari pakarena, antara lain:

Gendang (ganrang) pui-pui

F. Pesan Tari Pakarena


Menurut kami, tari pakarena merupakan tari kesenian yang harus dilestarikan,
agar pakarena tidak punah karena tarian ini juga merupakan salah satu ikon budaya
provinsi Sulawesi Selatan, dan juga bentuk pertunjukan rakyat Sulawesi selatan
yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat.
Cara melestarikan tari pakarena yaitu dengan cara memperkenalkan atau
mempublikasikan tari pakarena kepada masyarakat dari daerah atau negara lain
dengan cara membuat pertunjukan seni tari yang disaksikan oleh banyak orang
dan juga mengerjakan tari pakarena kepada generasi yang lebih muda ataupun
generasi penerus bangsa agar tarian tersebut akan terus ada.

G. Makna Kostum Tari Pakarena


Para penari kipas pakarena biasanya menggunakan baju adat khas daerah
Gowa. Baju adat itu bernama ‘Baju Bodo’. Baju bodo adalah baju adat masyarakat
suku bugis. Di setiap pakaian tersebut, mempunyai warna pakaian yang berbeda-
beda. Hal tersebut bertujuan sebagai penanda atas stratifikasi sosial. Pakaian yang
memiliki warna hijau dikenakan untuk bangsawan. Pakaian berwarna putih dipakai
untuk ibu yang sedang menyusui seorang bayi, dan beberapa warna lain sebagainya.
Namun dengan seiring kemajuan zaman makna itu mulai memudarnya. Sebab baju
bodo yang dulu terbuat dengan menggunakan kain sutra. Kini dibuat dengan
memakai kain kasa secara transparan, memiliki lengan yang pendek, dan dijahit
secara bersambung pada bagian lengan dalamnya. Tak hanya mengenakan baju
khas daerah Gowa saja, penari juga memakai kain selempang, dan sarung khasnya
yang berasal dari Sulawesi Selatan. Kostum tersebut sangat menarik dan menjadi
pembeda dengan tarian daerah lainnya. Selanjutnya, pada bagian kepala tersebut
dikonde dan dimasukkan sebuah hiasan berwarna emas dengan desainnya yaitu
bunga. Kemudian ditusukkan ke bagian kepala penari. Sementara untuk aksesoris
penari berupa gelang, kalung, dan juga anting sebagai pelengkap penampilan para
penari. Serta tak lupa, setiap para penari membawa sebuah kipas yang merupakan
properti utama dan ciri khas dalam tari kipas pakarena.

H. Kesimpulan
Didalam tari pakarena ada banyak makna dan nilai-nilai estetika kearifan lokal
yang bisa kita petik,salah satunya dari segi sejarah dari tari pakarena. Ada juga nilai
keestetikan dari tari pakarena yang sampai saat ini masih dipertahankan oleh
masyarakat Sulawesi. Tari Pakarena harus kita berikan apresiasi baik dari segi
penampilan maupun dari segi kostum dan tata rias. Cara lain untuk
mengembangkan atau melestarikan sebuah tari dari suatu daerah dengan cara
mempelajari, menampilkan dan memperkenalkan kepada khayalak ramai bahwa
setiap tari memiliki nilai nilai yang berbeda dari segi kebuidayaan dan
keberagaman.

Anda mungkin juga menyukai