Anda di halaman 1dari 14

Tari Pakarena, Sejarah dan Maknanya

Tari Pakarena berasal dari Gowa, Makassar,


Sulawesi Selatan. Tarian ini sarat akan pesan-
pesan kepada manusian dalam menjalani
hidup. Berikut sejarah, bagian, pengiring, dan
makna tari pakarena.

Tari Pakarena
Tari Pakarena.
Penulis: Husen Mulachela
Editor: Safrezi
3/12/2021, 14.56 WIB
Indonesia memiliki ragam seni dan budaya yang
tersebar di tiap-tiap daerah, salah satunya seni
tari. Tarian tradisional nusantara memiliki
keunikannya masing-masing yang dapat dilihat
dari gerakan, iringan, properti, hingga pola
lantai.

Tari Pakarena
Tari pakarena merupakan satu dari sekian
tarian tradisional yang tersebar di wilayah
Indonesia. Tarian yang berasal dari Kabupaten
Gowa, Sulawesia Selatan ini memiliki gerakan
indah yang mampu membuat penontonnya
terpukau.

Meneruskan catatan
petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, tari
pakarena sudah dikenal masyarakat setempat
sejak masa kerajaan Gantarang. Dahulu tarian
klasik ini dipertunjukan sebagai media
pemujaan dewa. Namun, lambat-laun fungsinya
bergeser sebagai media hiburan.

Pakarena berasal dari bahasa Makassar yang


berati 'main' atau 'si pemain'. Kehadiran tarian
ini sering dikaitkan dengan mitologi to
manurung (orang yang turun dari langit) yang
berkembang dalam masyarakat lokal.

Tari pakarena dibawakan oleh empat penari


dengan diiringi alat musik gandrang dan puik-
puik. Gandrang adalah alat musik yang terbuat
dari kepala drum, sedangkan puik-puik mirip
dengan seruling yang dimainkan dengan cara
ditiuup.

Pakaian dan Aksesoris Tari Pakarena


Para penari pakarena mengenakan pakaian
yang terdiri atas simak-simak (ikat lengan),
gelang caddi, geno (kalung), tiger'ro tedong
(gelang panjang), bunga warna-warni, baju,
selendang, an lipa sab'be (kain sutra), dan
sebagainya. Berikut penjabaran terkait pakaian
dan properti dalam tari pakarena:

Advertising

Advertising
1. Baju Bodo
Baju bodo merupakan pakaian tradisional
masyarakat Bugis, Makassar, yang terbuat dari
kain kasa transparan, berlengan pendek, dan
dijahit bersambung dengan bagian lengan
dalam. Panjangnya mencapai lutut orang
dewasa dan berbentuk persegi empat.

Baju ini memiliki warna-warna tertentu yang


mencerminkan stratifikasi sosial masyarakat
setempat. Seiring perkembangan zaman, baju
ini pun menjadi umum dikenakan dengan
beragam warna lain, sehingga membuatnya
tampak lebih menarik.

2. Sarung
Dahulu, dalam pentas tari pakarena, penari
mengenakan sarung polos berwarna putih
kuning dan tidak bercorok. Kini penari bisa
menggunakan sarung dengan motif beragam.

3. Selendang
Selendang pada penari pakarena disampirkan di
pundak sebelah kiri dan dimainkan dengan
tangan kiri. Untuk warnanya, biasanya
disesuaikan dengan warna baju yang
dikenakan.

4. Kipas
Dalam tari pakarena, penari membawa kipas
tangan biasa yang dimainkan dengan tangan
kanan.

Bagian-bagian Tari Pakarena


Tari pakarena terbagi dalam beberapa bagian,
yakni:

- Samboritta: Samboritta atau ‘berteman’


disebut juga paulu jaga yaitu kegiatan
begadang semalam suntuk. Ada juga yang
mengartikannya sebagai awal tarian untuk
memberi hormat kepada pengunjung.

- Jangan leak-leak (ayam berkokok): Dahulu


tarian ini dipentaskan semalaman, sehingga
bagian penutupnya bisa berlangsung sekitar
pukul 04.00 subuh. Ini merupakan bagian
dalam tari pakarena yang memiliki makna
mencari jalan kembali ke asal mula.
Selain dua jenis di atas, terdapat 11 jenis tari
pakarena lainnya, yaitu:

- Ma'biring kassi (mendarat ke pantai).

- Bisei ri lau' (dayung ke timur).

- Angingkamalino (angin tanpa embusan).

- Anni-anni (memintal benang).

- Dalle tabbua (meniti nasib dengan sabar).

- Nigandang (berulang-ulang).
- So'nayya (bermimpi).

- Iyolle' (mencari kebenaran).

- Lambassari (kekecewaan).

- Leko' bo'dong (bulat sempurna).

- Sanro beja' (dukun beranak).

Tari kipas pakarena juga banyak menonjolkan


gerakan tangan berayun setinggi bahu dan
tidak pernah setinggi kepala. Ada beberapa
gerakan yang menjadi penanda awal dan akhir
tarian, seperti gerakan duduk dan gerakan
berputar searah jarum jam.
Gerakan duduk tersebut menjadi penanda awal
dan akhir tarian kipas pakarena. Sedangkan
gerakan searah jarum jam diibaratkan sebagai
siklus kehidupan manusia. Ada juga gerakan
naik dan turun mencerminkan roda kehidupan
manusia.

Penari pakarena tidak diperbolehkan membuka


mata terlalu lebar dan gerakan kaki tidak boleh
diangkat terlalu tinggi. Setiap jenis tari kipas
pakarena memiliki pola iringan yang
disesuaikan dengan penari dan pemusik.
Penyusunan iringan disesuaikan oleh sutradara
yang disebut Anrong Guru.
BySelain musik pengiring, ada lagu tradisional
yang sering dinyanyikan untuk tarian kipas
pakarena, yaitu Lelle dan Dondo. Lagu Lelle dan
Dondo Samboritta dibawakan pada tari
pakarena samboritta.

Mengutip laman lpmpsulsel.kemdikbud.go.id,


ada jenis tarian lain yaitu Pakarena Gantarang.
Tarian ini berasal dari pusat kerajaan di Pulau
Selayar yang dulu disebut Gantarang Lalang
Bata. Tarian ini terdiri dari empat orang penari
perempuan yang tampil tahun 1903 ketika
Pangali Patta Raja dinobatkan sebagai Raja di
Gantarang Lalang Bata.

Nyanyian Pengiring
Ada beberapa lagu yang digunakan sebagai
pengiring tarian pakarena, tergantung dari jenis
pesta yang diadakan. Semisal, jika dipentaskan
pada acara penyambutan pahlawan perang
atau pada pesta bulan purnama, maka lagu
yang digunakan biasanya syair berjudul
"Dongang-dongang".

Makna Tari Pakarena


Gerakan dalam tari pakarena sangat lembut
dan gemulai kadang naik kadang turun, meliuk
dengan anggun dan diiringi tabuhan gendang
yang bertalu-talu. Tarian tradisional Makassar
ini mencerminkan sikap teduh, hening, dan
kontemplatif. Pakarena adalah sebuah tarian
ritus yang mengungkapkan hubungan manusia
dengan Tuhan dan bercerita tentang ritme
kehidupan.
Pola-pola tarian ini memiliki makna khusus.
Gerakan pada posisi tegak berdiri dengan
badan yang membusung ke depan memberi
pesan bahwa sebagai manusia kita harus selalu
tegak berdiri, tegar, dan tidak mudah menyerah
meski menghadapi berbagai persoalan dan
kerumitan hidup.

Gerakan pada posisi duduk, menjadi pertanda


awal dan akhir dalam tarian pakarena. Gerakan
berputar mengikuti arah jarum jam,
menunjukkan siklus kehidupan
manusia.Sementara gerakan naik turun dalam
tarian ini mencerminkan irama kehidupan.
Alunan lagu dengan nada “e..e..e..” yang
mendayu-dayu menggambarkan irama
perempuan Makassar yang lemah lembut dan
menjadi pereda keberapi-apian kaum Adam.

Anda mungkin juga menyukai