Tarian merupakan gerakan tubuh yang dilakukan pada waktu dan tempat
tertentu sebagai bentuk pergaulan, ungkapan perasaan, maksud dan
pikiran secara berirama. Hampir setiap provinsi memiliki jenis kebudayaan
tari yang berbeda-beda.
Meskipun banyak perbedaan antara tarian satu dengan tarian yang lain,
masing-masing tarian mempunyai daya tarik dan keunikan sendiri-sendiri.
Justru dengan adanya jenis tarian tadisional daerah yang beraneka ragam
dan tersebar di seluruh penjuru tanah air, bangsa Indonesia
menjadi negara yang terkenal dan terbaik akan kekayaan tari-tarian,
budaya serta kesenian tradisional yang dimilikinya.
Selain konde para penari juga memakai aksesoris Jawa lainnnya seperti sisir jeram saajar,
garudha mungkur, centhung, cundhuk mentul dan tiba dhadha. Untuk mengikuti tarian ini
pun para penari wanita diusahakan tidak sedang keadaan haid.
Apabila tarian bedhaya ketawang sedang show biasanya diiringi dengan musik gendhing
ketawang gede atau bisa juga dengan memakai musik gamelan.
Hingga pada suatu hari nama gambyong itu terdengar di telinga Sultan
Paku Buono IV dan membuat ia diundang sang raja untuk menari di istana.
Sesuai dengan ketenarannya, Sri Gambyong berhasil membuat seluruh
warga istana terpikat dengan tariannya. Tidak berhenti disini, tariannya pun
dipelajari dan dikembangkan di istana hingga akhirnya dinobatkan sabagai
tarian khas istana.
Untuk busana yang biasa digunakan ialah busana kembem sebahu yanng
dilengkapi dengan selendang. Sedangkan untuk jumlah penarinya tidak
disyaratkan. Pada dasarnya tarian gambyong sangat identik dengan warna
hijau dan kuning. Namun seiring dengan perkembangan zaman, warna
bukanlah sesuatu hal mendasar yang tidak dapat diubah meskipun pada
hakikatnya warna juga dapat menjadi iri khas.
Untuk musik yang biasa digunakan untuk mengiringi tarian gambyong ialah
musik gamelan seperti kendhang, gong dan kenong.
Beliau merupakan seorang seniman dalam bidang seni lukis yang berasal
dari negara Jerman. Mereka berdualah yang memiliki peran penting dalam
berkembangnya Tarian Kecak sampai terkenal seperti saat ini.
5. Tarian Piring dari Daerah Minangkabau
Sumatra Barat
Tarian Kipas Pakarena termasuk salah satu tarian tradisional daerah yang
cukup ternama di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Gowa. Tarian
Kipas Pakarena juga sering dimainkan pada berbagai acara-acara hiburan
maupun yang bersifat adat, bahkan tarian ini juga sebagai salah satu daya
tarik tersendiri untuk wisata di Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten
Gowa.
Salah satunya ialah Tari Kipas Pakarena. Nama ini dambil dari kata
“karena” yang artinya “main”. Sehingga seni tarian ini juga bisa diartikan
sebagai tarian yang memainkan kipas. Tarian Kipas Pakarena kemudian
diwariskan secara turun temurun hingga menjadi sebuah tradisi yang
sampai sekarang ini masih dipertahankan oleh masyarakat sekitar.
Asal usul sejarah dari Tarian Kipas Pakarena ini sebenarnya masih belum
dapat diketahui secara pasti. Akan tetapi berdasarkan mitos masyarakat
daerah Gowa, tarian Kipas Pakarena berawal dari kisah perpisahannya
antara penghuni khayangan (boting langi) dan penghuni (pengguni lino)
pada zaman dahulu.
Konon katanya sebelum berpisah, mereka (penghuni boting langi dan lino)
sempat mengajarkan bagaimana cara menjalani hidup seperti beternak,
bercocok tanam dan berburu kepada penghuni bumi. Ajaran itu diberikan
melalui gerakan-gerakan badan dan kaki atau dalam istilah kita sebuah
tarian. Kemudian gerakan-gerakan badan dan kaki tersebut digunakan
penghuni lino sebagai ritual adat mereka.
Awal Bang Ntong menciptakan Tari Nandak Ganjen adalah inspirasi dari
sebuah pantun. Sinopsis dari pantun tersebut berbunyi kurang lebih seperti
ini: “Buah cempedak buah durian, sambil nandak cari perhatian”.
Tari Seudati, berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam.
Sebuah tarian dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan.
Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di daerah Aceh.
Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang
mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa.
Tari Andun, dari Bengkulu Selatan ini merupakan sebuah tarian guna
menyambut para tamu yang dihormati.
Tari Bidadari Teminang Anak, tarian ini dapat pula diartikan bidadari
meminang anak. Tarian adat ini berasal dari Rejang Lebong.
Tari Sekapur Sirih, merupakan tari persembahan. Tari adat jambi ini
hanyak persamaannya dengan tari Melayu.
Tari Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa silam dengan suasana
lembut, agung dan menawan.
Tari Blambangan Cakil, mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto
Cakil (raksasa). Sebuah perlambang penumpasan angkara murka.
Tari Baksa Kembang, merupakan tari selamat datang pada tamu agung
dengan menyampaikan untaian bunga.
Tari Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara tepung tawar, sebelum
pengantin pria dan wanita di persandingkan.
Tari Musyoh, merupakan tari sakral dalam upaya mengusir arwah or¬ang
meninggal karena kecelakaan.
20. Tari-tarian Daerah Riau
Tari Lumense, tari dari Poso yang merupakan tarian selamat dating untuk
menyambut tamu agung.
Tari Peule Cinde, termasuk pula tarian untuk menyambut tamu agung.
Puncak acaranya adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu.
23. Tari-tarian Daerah Sulawesi Tenggara
Tari Balumpa, merupakan tari selamat datang dalarn menyambut tamu
agung. Tari rakyat ini berasal dari Buton.
Tari Putri Bekhusek, artinya sang putri yang sedang bermain. Tari ini
sangat populer di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan melamhangka
kemakmuran daerah Sumatra Selatan.
Tari Serampang Dua Belas, Sebuah tari Melayu dengan irama joged
diiringi musik dengan pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang dua
belas merupakan tari pergaulan.
Tari Tor Tor, Sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah
peradatan dan ditarikan dalam suasana khusuk.
28. Tari-tarian Daerah Istimewa Yogyakarta
Tari Serimpi Sangu Pati, sebuah tarian keraton pada masalalu disertai
suara gamelan dengan gerak tari yang lembut.
Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang di tarikan oleh 9 putri dengan
irama yang lemah gemulai.
Tari ini digunakan juga sebagai hiburan dalam berbagai kegiatan seperti
penyambutan tamu atau pada pesta pernikahan di Bangka Belitung. Tarian
ini berkembang pada masa pendudukan bangsa Portugis di Bangka
Belitung. Hal ini bisa dilihat dari beberapa ragam pada tari Campak antara
lain akordion dan pakaian pada penari perempuan yang sangat kental
dengan gaya Eropa.
28.Tari Cangget
Tari Cangget meruapakan tarian yang berkembang di Lampung, Lampung
merupakan sebuah provinsi yang letaknya paling selatan di Pulau
Sumatera.
40.Tari Gambyong
Tari Gambyong merupakan tari Jawa klasik yang mengambil dasar
gerakan tarian rakyat dari kesenian tayub/tlèdhèk. Biasanya tari gambyong
dilakukan bersama-sama oleh beberapa penari.Unsur estetis dari tari yang
dilakukan bersama-sama terletak pada garis dan gerak yang serba
besar.Gerak tangan, kaki dan kepala tampak lebih indah dan ekspresif
karena ditarikan bersamaan. Tarian ini semakin elok apabila penari dapat
menyelaraskan gerakan dengan irama kendhang.Sebab, kendhang sering
pula disebut otot tarian dan pemandu gendhing. Secara umum, Tari
Gambyong terdiri atas tiga bagian, yaitu: awal, isi, dan akhir atau dalam
istilah tari Jawa gaya Surakarta disebut dengan istilah maju beksan,
beksan, dan mundur beksan.
41.Tari Gambyong Pareanom
adalah tari adat khas dari daerah Surakarta. Tarian ini sering dipertunjukan
dalam acara-acar besar atau festival. Banyak para wisatawan
mancanegara menyukainya karena tarian ini memiliki keunikan tersendiri.
42.Tari Gandrung
Gandrung Banyuwangi adalah salah satu jenis tarian yang berasal dari
Banyuwangi.
43.Tari Gareng Lameng
Tari Gareng Lameng, dipertunjukkan pada upacara khitanan. Tari ini
berupa ucapan selamat serta mohon berkat kepada Tuhan agar yang
dikhitan sehat lahir batin dan sukses dalam hidupnya.
44.Tari Gawi
Tari Gawi adalah tarian tradisional yang dilakukan secara masal di Ende,
Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini merupakan salah satu
tarian adat masyarakat suku Ende Lio sebagai ungkapan rasa syukur atas
segala berkat dan rahmat yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka.
45.Tari Gending Sriwijaya
Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota
Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya
diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik lagu
maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan
keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan
wilayah Barat Nusantara. Lirik lagu ini juga menggambarkan kerinduan
seseorang akan zaman di mana pada saat itu Sriwijaya pernah menjadi
pusat studi agama Buddha di dunia.
46.Tari Giring-giring
Tari giring-giring adalah tarian khas Ma'anyan yang mendiami daerah
Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Barito Selatan provinsi Kalimantan
Tengah.
Tari giring-giring atau juga disebut Gangereng biasanya ditampilkan untuk
menyambut tamu.
47.Tari Gitek Balen
Tarian ini menggambarkan ungkapan ekspresi dari rasa kedinamisan dan
kelincahan gadis - gadis yang sedang menginjak dewasa.
48.Tari Golek Menak
Tari Golek Menak merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta
yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Penciptaan tari
Golek Menak berawal dari ide sultan setelah menyaksikan pertunjukkan
Wayang Golek Menak yang dipentaskan oleh seorang dalang dari daerah
Kedu pada tahun 1941. Disebut juga Beksa Golek Menak, atau Beksan
Menak. Mengandung arti menarikan wayang Golek Menak.
49.Tari Gong
Tari Gong atau dapat disebut juga Tari Kancet Ledo adalah salah satu
tarian Dayak Kalimantan Timur, tepatnya dari suku Dayak Kenyah. Tarian
ini ditarikan seorang gadis dengan gong digunakan sebagai alat musik
pengiringnya. Tari ini biasanya dipertunjukkan pada saat upacara
penyambutan tamu agung atau upacara menyambut kelahiran seorang
bayi kepala suku.
50.Tari Guel
Tari guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di Aceh. Guel berarti
membunyikan. Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki
kisah panjang dan unik. Para peneliti dan koreografer tari mengatakan
tarian ini bukan hanya sekedar tari. Dia merupakan gabungan dari seni
sastra, seni musik dan seni tari itu sendiri.