Anda di halaman 1dari 4

Buchaechum atau tari buchae (tari kipas) - Korea

Buchaechum merupakan tarian tradisional Korea dimana sekelompok wanita menari


menggunakan kipas yang berhiaskan bunga Peony dan menggunakan Hanbok
(tarian tradisional Korea) yang berwarna mencolok.
Tari ini terkenal karena mempersentasikan keindahan dan keangunan wanita Korea.
Para penarinya membentuk formasi dari kejadian-kejadian di alam seperti deburan
ombak, rumpun bunga, dan kupu-kupu yang berterbangan diterpa angin.

Makna dari Tari Kipas


Buchaechum atau Tari Buchae (tari kipas) adalah tari kelompok yang merupakan
salah satu tarian tradisional Korea yang paling terkenal di mancanegara. Tarian ini
dipertunjukkan oleh sekelompok penari wanita yang memegang kipas berwarnawarni. Inti tarian ini adalah variasi gerakan membuka, menutup dan membentuk
formasi dari kipas.
Awalnya tari ini merupakan bagian dari ritual kuno individual. Ketika ritual itu sudah
tidak ada lagi, lahir tarian rakyat yang penuh kegembiraan, keanggunan dan
kejutan. Penonton akan merasa seakan mereka berada di taman bunga karena
penarinya memakai pakaian beraneka warna dengan gerakan-gerakan yang
beritme dan formasi kipas yang indah.
Kostum tari kipas biasanya jeogori (jaket panjang dengan kemeja yang diikat),
mahkota bunga tradisional, dan kipas yang biasanya berbulu di bagian pinggirnya

dan digambari bunga peoni. Kipas tersebut selalu dibuka dan ditutup sebagai
bagian dari tarian.

Sejarah
Jaman Kerajaan Goguryeo (37 SM-668 M)
Tarian yang kita bisa ketahui pada zaman kerajaan Goguryeo adalah
ditemukan lewat lukisan dinding bernama Muyongchong (Makam Penari) dari
abad ke-5 sampai 6 Masehi. Lukisan dinding Muyongchong memperlihatkan
5 orang penari mengenakan kostum dengan selendang tangan yang panjang
sambil berbaris dan mengangkat tangan. Tujuh orang penyanyi laki-laki dan
perempuan digambarkan berada di bagian bawah lukisan. Li Bai, seorang
penyair Cina yang terkenal menuliskan puisi tentang tarian Goguryeo pada
saat dipentaskan di istana Dinasti Tang, yang berbunyi:
Mengenakan mahkota emas, sang penari,
Seperti kuda putih, berputar dengan gemulai
Selendang putihnya berkibar melawan angin,
Seperti burung, dari Laut Timur

Zaman Kerajaan Baekje


Kerajaan Baekje memberikan warisan tarian tradisional kepada korea berupa
tarian Takmu, yaitu tarian untuk musim tanam yang ditampilkan pada bulan
mei sampai oktober, tarian ini merupakan asal mula tarian kesenian Nongak
atau musik petani, Tarian Takmu adalah tarian yang dilakukan secara
berkelompok dan diikut oleh semua warga desa yang menggunakan alat
musik. Disamping itu ada seniman Baekje yang bernama Mimaji berkunjung
kejepang dan memperkenalkan kesenian Giak ke jepang dan sampai
sekarang kesenian tersebut masih di pentaskan di Korea dan Jepang dalam
bentuk Tarian Topeng.

Zaman Kerajaan Silla


Warisan budaya tari yang bisa di berikan oleh kerajaan silla kepada korea
antara lain Geommu (tari pedang) dan Cheoyongmu (tari Cheoyong).
Keduanya berasal dari tari rakyat namun diperkenalkan ke istana sehingga
memikat banyak orang dari kedua kelas. Jenis tarian lain yang masih hidup
saat ini antara lain Muaemu (tari biksu Wonhyo), Saseonmu (tari empat
dewa), dan Seonyurak (tari pesta perahu). Geommu, Cheoyongmu, dan

Muaemu adalah tarian yang bernuansa patriotisme dan semangat,


sementara Saseonmu dan Seonyurak lebih bertema harapan akan
perdamaian.

Dinasti Goryeo (918-1392)


Pada dinasti ini kesenian termasuk tarian masih mengikut pada masa
kerajaan Silla, itu terlihat banyak tarian seperti Palgwanhoe dan
Yeondeunghoe di gunakan secara meriah pada masa ini dan menjadikan
perayaan yang penting bagi masyarakat korea, walaupun antara dikorea
menganut agama budha tetapi banyak yang menganut ajaran shamanisme,
tetapi tarian yang dibawakan seperti Palgwanhoe merupakan perpaduan
unsur dua agama tersebut.
Musik yang dimainkan dalam ritual agama Buddha dinamakan Beompae dan
tariannya dinamakan Jakbeop, terutama dipentaskan untuk mendoakan
arwah orang mati. Tarian Jakbeop (Jakbeop-mu) sebagian besar ditampilkan
dalam bagian shikdang-jakbeop pada Yeongsanjae, upacara agama Buddha
Korea yang paling besar. Jakbeopmu mencerminkan ritual Shamanisme yang
dilakukan untuk menentramkan jiwa orang mati dan mengirimkannya ke
surga.

Dinasti Joseon
Pada masa Dinasti Joseon masyarakat korea menganut paham Konfusianisme
dan kehidupan masyarakat berubah dari aristokratik menjadi birokratik.
Karena paham Konfusianisme dalam pemerintahan Joseon mencakup aspek
ritual (ye) dan musik (ak), maka raja ikut mendukung bidang seni dan
kebudayaan. Hasilnya adalah berkembang pesatnya tari-tarian istana
dengan jumlah yang diciptakan mencapai 36 jenis sehingga totalnya jika
digabungkan dengan tarian dari masa sebelumnya hingga akhir dinasti,
mencapai 53 jenis. Perkembangan pesat dalam seni tari dan musik
dimaksudkan untuk memperkuat fondasi dinasti dan sebagai harapan akan
kesejahteraan bangsa dan negara. Di awal periode ini, Raja Sejong mulai
bertanggung jawab mengelola bidang seni musik dan tari Joseon. Banyak
karya musik dan tari diciptakan dan pada masa pemerintahannya tidak
hanya repertoar musik menjadi semakin bervariasi, namun untuk pertama
kalinya beberapa tarian dikombinasikan menjadi pertunjukkan drama. Selain

itu, langkah besar diambil dalam bidang musik dan tari dengan
mempraktikkan Yin Yang dan Lima Negara menjadi tarian baru, contohnya
adalah Obang Cheoyongmu dan Jeongdaeeop.

Tarian Rakyat Korea


Asal mula tarian ini berawal dari ritual upacara keagamaan dengan
pemujaan kepada dewa dewa ( shamanisme ) dan juga tarian perayaan
rakyat ketika musim panen, dengan terus di pelihara warisan budaya ini
maka tarian ini selalu menyatu kesetiap aktivitas yang dilakukan masyarakat
korea untuk hiburan dan kesenian bahkan acara religius.

Ciri Gerakan

Ditarikan atau dipertujukkan oleh sekelompok penari wanita yang


memegang kipas berwarna warni.
Memiliki variasi gerakan membuka, menutup, dan membentuk seperti
diterpa angin.
Para penari tari buchae ini membentuk formasi dari kejadian kejadian
di alam seperti deburan ombak, rumpun bunga, dan kupu kupu yang
berterbangan.
Sifat tari buchae ini ialah kegembiraan, keanggunan, dan kejutan.
Penari tari ini memakai beraneka ragam warna dengan gerakan
gerakan yang beritme dan formasi kipas yang indah untuk
dipertunjukan.
Kostum tari buchae biasanya jaket panjang dengan kemeja yang diikat
atau yang disebut jeogori.
Memakai mahkota bunga tradisional dan kipas yang biasanya berbulu
di pinggirnya serta digambari bunga peoni. Kipas tersebut selalu
dibuka dan ditutup sebagai bagian dari tarian.

Anda mungkin juga menyukai