KELAS : VIII-E
Sejarah dan Asal Usul Tari Kecak Bali yang Penuh Pesan Moral
Mungkin kamu sudah sering menonton aksi Tari Kecak saat liburan ke Bali. Namun,
apakah kamu tahu soal sejarah dan asal usul tarian tersebut? Ternyata, Tari Kecak
memiliki makna mendalam yang berhubungan dengan keindahan, nilai religius, dan
pesan moral, lho.
Tarian yang sakral
Tari Kecak biasa disebut Tari Cak atau tari api. Tarian ini merupakan tarian
pertunjukkan hiburan masal yang menggambarkan seni peran dan tidak diiringi oleh
alat musik atau gamelan. Namun, hanya diiringi oleh paduan suara sekelompok penari
laki-laki berjumlah sekitar 70 orang yang berbaris melingkar memakai kain penutup
kotak-kotak berbentuk papan catur. Tarian ini sangat sakral, terlihat dari penarinya
yang terbakar api, namun mengalami kekebalan dan tidak terbakar.
Tari Kecak juga sering disebut Tari Sanghyang yang dipertunjukkan sewaktu-waktu
untuk upacara keagamaan. Penari biasanya kemasukan roh dan bisa berkomunikasi
dengan para dewa atau para leluhur yang telah disucikan. Penari tersebut dijadikan
sebagai media untuk menyatakan sabda-Nya. Saat kerasukan, mereka juga akan
melakukan tindakan yang di luar dugaan, seperti melakukan gerakan berbahaya atau
mengeluarkan suara yang mereka tidak pernah keluarkan sebelumnya.
Asal mula nama Kecak
Wayan Limbak merupakan sosok yang menciptakan Tari Kecak. Pada tahun 1930,
Limbak sudah mempopulerkan tarian ini ke mancanegara dan dibantu oleh Walter
Spies, pelukis asal Jerman. Para penari laki-laki yang menari kecak akan meneriakkan
kata ‘cak cak cak’. Dari situlah nama Kecak tercipta. Selain teriakan tersebut, alunan
musik Tari Kecak juga berasal dari suara kincringan yang diikatkan pada kaki penari
pemeran tokoh-tokoh Ramayana.
Di dalam lingkaran, para penari lainnnya beraksi. Mereka memainkan tarian yang
diambil dari episode cerita Ramayana yang berusaha menyelamatkan Shinta dari
tangan jahat Rahwana. Tak jarang, Tari Kecak juga melibatkan pengunjung yang
tengah menonton aksi tarian tersebut.
Memiliki banyak fungsi dan pesan moral
1. Mengandung nilai seni tinggi
Meskipun nggak diiringi musik atau gamelan, tapi Tari Kecak tetap terlihat indah dan
kompak. Gerakan yang dibuat para penarinya bisa tetap seirama! Itulah yang
membuatnya bernilai seni tinggi dan dicintai oleh para turis. Meskipun turis yang
menonton Tari Kecak bukan beragama Hindu, namun mereka tetap senang menonton
Tari Kecak. Rasanya seperti ada yang kurang kalau ke Bali nggak nonton Tari Kecak!
2. Belajar mengandalkan kekuatan Tuhan
Di Tari Kecak, ada adegan di mana Rama meminta pertolongan pada Dewata. Hal itu
membuktikan bahwa Rama memercayai kekuatan Tuhan untuk menolomg dirinya.
Tari Kecak juga dipercaya sebagai salah satu ritual untuk memanggil dewi yang bisa
mengusir penyakit dan melindungi warga dan kekuatan jahat. Dewi yang biasanya
dipanggil dalam ritual tersebut adalah Dewi Suprabha atau Tilotama.
Tari Kecak memiliki cerita mendalam dan menyampaikan pesan moral untuk
penontonnya. Seperti, kesetiaan Shinta pada suaminya Rama. Juga Burung Garuda
yang rela mengorbankan sayapnya demi menyelamatkan Shinta dari cengkeraman
Rahwana. Dari cerita itu, kita juga diajarkan agar tidak memiliki sifat buruk seperti
Rahwana yang serakah dan suka mengambil milik orang lain secara paksa.