Anda di halaman 1dari 6

NAMA : LISA NAZIA

KELAS : VIII-E

SENI BUDAYA - 2018


SENI TARI
Tari Kecak

Sejarah dan Asal Usul Tari Kecak Bali yang Penuh Pesan Moral

Mungkin kamu sudah sering menonton aksi Tari Kecak saat liburan ke Bali. Namun,
apakah kamu tahu soal sejarah dan asal usul tarian tersebut? Ternyata, Tari Kecak
memiliki makna mendalam yang berhubungan dengan keindahan, nilai religius, dan
pesan moral, lho.
Tarian yang sakral
Tari Kecak biasa disebut Tari Cak atau tari api. Tarian ini merupakan tarian
pertunjukkan hiburan masal yang menggambarkan seni peran dan tidak diiringi oleh
alat musik atau gamelan. Namun, hanya diiringi oleh paduan suara sekelompok penari
laki-laki berjumlah sekitar 70 orang yang berbaris melingkar memakai kain penutup
kotak-kotak berbentuk papan catur. Tarian ini sangat sakral, terlihat dari penarinya
yang terbakar api, namun mengalami kekebalan dan tidak terbakar.
Tari Kecak juga sering disebut Tari Sanghyang yang dipertunjukkan sewaktu-waktu
untuk upacara keagamaan. Penari biasanya kemasukan roh dan bisa berkomunikasi
dengan para dewa atau para leluhur yang telah disucikan. Penari tersebut dijadikan
sebagai media untuk menyatakan sabda-Nya. Saat kerasukan, mereka juga akan
melakukan tindakan yang di luar dugaan, seperti melakukan gerakan berbahaya atau
mengeluarkan suara yang mereka tidak pernah keluarkan sebelumnya.
Asal mula nama Kecak
Wayan Limbak merupakan sosok yang menciptakan Tari Kecak. Pada tahun 1930,
Limbak sudah mempopulerkan tarian ini ke mancanegara dan dibantu oleh Walter
Spies, pelukis asal Jerman. Para penari laki-laki yang menari kecak akan meneriakkan
kata ‘cak cak cak’. Dari situlah nama Kecak tercipta. Selain teriakan tersebut, alunan
musik Tari Kecak juga berasal dari suara kincringan yang diikatkan pada kaki penari
pemeran tokoh-tokoh Ramayana.

Di dalam lingkaran, para penari lainnnya beraksi. Mereka memainkan tarian yang
diambil dari episode cerita Ramayana yang berusaha menyelamatkan Shinta dari
tangan jahat Rahwana. Tak jarang, Tari Kecak juga melibatkan pengunjung yang
tengah menonton aksi tarian tersebut.
Memiliki banyak fungsi dan pesan moral
1. Mengandung nilai seni tinggi
Meskipun nggak diiringi musik atau gamelan, tapi Tari Kecak tetap terlihat indah dan
kompak. Gerakan yang dibuat para penarinya bisa tetap seirama! Itulah yang
membuatnya bernilai seni tinggi dan dicintai oleh para turis. Meskipun turis yang
menonton Tari Kecak bukan beragama Hindu, namun mereka tetap senang menonton
Tari Kecak. Rasanya seperti ada yang kurang kalau ke Bali nggak nonton Tari Kecak!
2. Belajar mengandalkan kekuatan Tuhan
Di Tari Kecak, ada adegan di mana Rama meminta pertolongan pada Dewata. Hal itu
membuktikan bahwa Rama memercayai kekuatan Tuhan untuk menolomg dirinya.
Tari Kecak juga dipercaya sebagai salah satu ritual untuk memanggil dewi yang bisa
mengusir penyakit dan melindungi warga dan kekuatan jahat. Dewi yang biasanya
dipanggil dalam ritual tersebut adalah Dewi Suprabha atau Tilotama.

3. Banyak pesan moral

Tari Kecak memiliki cerita mendalam dan menyampaikan pesan moral untuk
penontonnya. Seperti, kesetiaan Shinta pada suaminya Rama. Juga Burung Garuda
yang rela mengorbankan sayapnya demi menyelamatkan Shinta dari cengkeraman
Rahwana. Dari cerita itu, kita juga diajarkan agar tidak memiliki sifat buruk seperti
Rahwana yang serakah dan suka mengambil milik orang lain secara paksa.

PENEMU TARI KECAK


I Wayan Limbak, adalah tokoh di balik tarian ini. Bersama dengan temannya
yang seorang pelukis berkebangsaan Jerman, Walter Spies, mereka membuat tari
kecak di tahun 1930. Tak hanya itu mereka juga mempopulerkan tarian ini ke negara-
negara di Eropa.
Ide pembuatan tarian kecak ini berawal dari kekaguman mereka terhadap tarian
dalam ritual Sanghyang yang ditambahkan kisah Ramayana di dalamnya. Ritual
Sanghyang merupakan tradisi masyarakat Bali untuk menolak bala dengan
berkomunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur. Ada beberapa tarian dalam ritual
Sanghyang, misalnya Tarian Sanghyang Dedari yang dibawakan oleh dua penari
perempuan yang masih perawan. Tarian ini dimaksudkan untuk mengusir roh-roh
jahat. Selain itu juga ada Sanghyang Jaran yang dipentaskan oleh penari laki-laki.

PENARI DAN KOSTUM


Laki-laki ini kesurupan dan berjingkrak-jingkrak layaknya tingkah seekor kuda
dan ia menari di atas bara api. Tari kecak dimainkan oleh 50 hingga 150 penari yang
umumnya pria. Mereka menggunakan kain tradisional Bali, kotak hitam-putih, dan
bertelanjang dada. Sementara tokoh Rama, Sinta , Hanoman, Sugriwa dan Rahwana
mengenakan pakaian layaknya pertunjukkan pada umumnya.
Para penari kemudian membunyikan “cak, cak, cak,…”, yang diselingi dengan
beberapa aksen dan ucapan yang lain, sembari mengangkat kedua lengan. Bunyi yang
dikeluarkan penari dalam tarian berdurasi 45 hingga 60 menit ini menyerupai suara
monyet sehingga tarian ini disebut juga dengan “Monkey Dance”. Para penonton juga
merasakan aura mistis ketika mendengarkan ritme bunyian para penari.

Ada empat adegan yang menggambarkan cerita Ramayana. Adegan yang


pertama menggambarkan ketika Rama diminta Sinta untuk menangkap kijan emas.
Sinta kemudian dijaga adik Rama, Laksamana. Namun karena Laksamana dituduh
telah menyababkan Rama meninggal, ia pun meninggalkan Sinta sendirian.
Dilanjutkan dengan adegan kedua yang menggambarkan ketika Sinta diculik oleh
Rahwana yang menyamar sebagai orang tua. Selanjutnya Sinta dibawa ke Alengka
Pura.
Pada adegan ketiga Rama dan Laksamana tersesat di hutan Ayodya Pura. Rama
meminta Hanoman mengantarkan cincinnya kepada Sinta yang berada di Alengka
Pura. Dan di adegan keempat menggambarkan Hanoman yang mengobrak-abrik
taman di Alengka Pura usai memberikan cincin kepada Sinta. Usai adegan Ramayana,
tarian ini dilanjutkan dengan tarian Sanghyang Dedari dan Sanghyang Jaran. Para
penari yang membawakan tarian ini sedang dalam kondisi tidak sadar karena dimasuki
roh. Maka tak mengherankan jika mereka kebal menari di kelilingi api.

Anda mungkin juga menyukai