Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SENI BUDAYA

SENI TARI KIPAS PAKARENA

Oleh:
Rahmawati
XI IPA 9

SEKOLAH MENENGAH ATAS


SMA NEGERI 2 GOWA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
nikmat serta karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tanpa ada hambatan.
Dalam penulisan makalah ini banyak sekali masukan serta bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan makalah ini hingga dapat selesai dan dapat dibaca
sebagai salah satu referensi pengetahuan seni
Semoga apa yang penulis sampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya sebagai salah satu
rujukan pengetahuan seni budaya khususnya seni tari yang ada di Indonesia.

Pacitan, Nopember 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tari Pakarena adalah ekspresi kesenian budaya rakyat Gowa,Sulawesi


selatan, sering dipertontonkan pada acara khusus penyambutan tamu,
termasuk untuk promosi wisata Sulawesi Selatan. Sejarah Tarian
Pakarena berawal dari kisah mitos perpisahan penghuni boting langi (negeri
kahyangan) dengan penghuni lino (bumi) zaman dulu. Sebelum detik-detik
perpisahan, boting langi mengajarkan penghuni lino mengenai tata cara
hidup, bercocok tanam, beternak hingga cara berburu lewat gerakan-gerakan
tangan, badan dan kaki.

Gerakan-gerakan inilah yang kemudian menjadi tarian ritual saat


penduduk lino menyampaikan rasa syukurnya kepada penghuni boting
langi. Sebagai seni yang berdimensi ritual, Pakarena terus hidup dan
menghidupi ruang batin masyarakat Gowa dan sekitarnya.

merupakan salah satu cara untuk menyampaikan hasrat atau keinginan akan
berhasilnya sesuatu yang diinginkan, persembahan seperti ini hampir sama,
yakni ketika manusia masih hidup dalam kehidupan alam primitif. Bahwa
pernyataan gerak adalah lambang komunikasi antar manusia, utamanya
kepada Dewata atau Batara.

merupakan salah satu cara untuk menyampaikan hasrat atau keinginan akan
berhasilnya sesuatu yang diinginkan, persembahan seperti ini hampir sama,
yakni ketika manusia masih hidup dalam kehidupan alam primitif. Bahwa
pernyataan gerak adalah lambang komunikasi antar manusia, utamanya
kepada Dewata atau Batara.

Kemudian setelah masuknya agama Islam di daerah Sulawesi Selatan


(rumpun suku yang memelihara tari Pakarena, antara lain; Gowa, Bantaeng,
Jeneponto, Selayar, Takalar) menjadikan Tari Pakarena ini sebagai tari
adat, di mana tari tersebut hidup dan berkembang dalam lingkungan
istana yaitu diadakan pada upacara-upacara adat.

Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah tentang seluk


beluk, pengertian dan unsur yang ada dalam seni tari pakarena
BAB II
PEMBAHASAN

Tari Pakarena adalah tarian tradisional yang diiringi oleh 2 (dua) kepala
drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-
puik). Tari pakarena di Sulawesi selatan terdapat di dua kabupaten. selain
tari pakarena dari kabupatan Gowa yang pernah dimainkan oleh maestro
tari pakarena Maccoppong Daeng Rannu, terdapat juga jenis tari pakarena
lain yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Selayar, yaitu “Tari Pakarena
Gantarang”.

Disebut sebagai Tari Pakarena Gantarang karena tarian ini berasal dari
sebuah perkampungan yang merupakan pusat kerajaan di Pulau Selayar pada
masa lalu, yaitu Gantarang Lalang Bata. Tarian yang dimainkan oleh kurang
lebih empat orang penari perempuan ini, pertama kali ditampilkan pada abad
ke 17 tepatnya tahun 1903 saat Pangali Patta Raja dinobatkan sebagai Raja
di Gantarang Lalang Bata. Pakarena adalah bahasa setempat berasal dari kata
Karena yang artinya main.Tarian ini mentradisi di kalangan masyarakat Gowa
yang merupakan wilayah bekas Kerajaan Gowa.

Latar belakang penciptaan

Tarian ini berasal dari daerah Gowa, Sulawesi Selatan. Pencipta Tari Pakkarena,
Andi Ummu Tunru Ia merupakan putri dari pasangan Andi Bau Tunru
Karaeng Kaluarrang dan Hj Andi Humaya Tunru Petta Pudji.Ia mulai menari
sejak berusia tujuh tahun. Pada usia sembilan tahun, ia belajar menari
tradisi Bugis-Makassar kepada guru-guru tari di lingkungan kerajaan.

Masyarakat meyakini bahwa Tari Pakarena Gantarang berkaitan dengan


kemunculan Tumanurung.Tumanurung merupakan bidadari yang turun
dari langit untuk untuk memberikan petunjuk kepada manusia di
bumi.Petunjuk yang diberikan tersebut berupa symbol – simbol berupa
gerakan kemudian di kenal sebagai Tari Pakarena Gantarang.

Jenis tari
Tari Pakarena yang pada mulanya merupakan tarian pemujaan dimana
keyakinan manusia pada masa lampau bergantung kepada alam tak nyata
atau alam gaib, dimana tari merupakan salah satu cara untuk
menyampaikan hasrat atau keinginan akan berhasilnya suatu yang
diinginkan, persembahan seperti ini hampir sama, yakni ketika manusia
masih hidup dalam kehidupan alam primitive. Bahwa pernyataan gerak
adalah lambang komunikasi manusia antara manusia, utamanya kepada
Dewata atau Batara.
2.4. Fungsi Tari
Dalam masyarakat Makasar Sulawesi selatan, banyak dijumpai
berbagai macam tari yang berkaitan dengan fungsi sosialnya, seperti tari-
tarian yang muncul pada saat upacara adat. Dalam dunia tari yang terdapat
di Makasar Sulawesi selatan dikenal beberapa tari tradisional yang berfungsi
sebagai sarana Upacara adat seperti, tari Pajoge, tari Pattudu, tari Pagellu,
serta Tari Pakarena yang merupakan rangkaian peristiwa dari kehidupan
manusia, sehingga sering disebut tarian yang bersifat ritus/ritual
Tari tradisional tersebut pada awalnya dilaksanakan pada waktu
upacara adat, Saat ini kalau dilihat keberadaannya, tari-tari tradisional
sudah jarang muncul, mungkin saja disebabkan oleh kegiatan upacara adat
yang jarang dilaksanakan, hingga keberadaan tari tradisi tersebut berubah
fungsi sebagai pertunjukan hiburan.

2.5. Nilai Estetis


Nilai estetis yang terkandung dalam tari pakarena terletak pada
unsur-unsur tari. Seperti pada saat menari, penari tidak diperkenankan
membuka mata terlalu lebar. Gerakan kaki penari, tidak boleh diangkat
terlalu tinggi. Jadi penarinya dituntut untuk memiliki kondisi fisik yang
prima.

2.6. Unsur-unsur
- Tema
Tema tari pakarena adalah Cerita rakyat, pada awalnya tarian ini
berkisah tentan perpisahan penghuni botting langi (Negeri Kayangan)
dengan penghuni lino (bumi) pada zaman dahulu.
Masyarakat meyakini bahwa Tari Pakarena berkaitan dengan
kemunculan Tumanurung.Tumanurung merupakan bidadari yang turun
dari langit untuk untuk memberikan petunjuk kepada manusia di
bumi.Petunjuk yang diberikan tersebut berupa symbol – simbol berupa
gerakan kemudian di kenal sebagai Tari Pakarena Gantarang.
- Penari
Penari dalam tari pakarena adalah wanita dewasa. Dengan 4
penari atau lebih. Dengan usia penari tidak ada batasan, kira-kira 15
tahun sampai 80 tahun. Dengan peran sebagi Tumarunung.Tumanurung
merupakan bidadari yang turun dari langit untuk untuk memberikan
petunjuk kepada manusia di bumi.
- Gerak
Gerakan dalam tari pakarena termasuk dalam gerak maknawi
karena, Gerakan dari tarian ini sangat artistik dan sarat makna, halus
bahkan sangat sulit dibedakan satu dengan yang lainnya.Tarian ini
terbagi dalam 12 bagian.Setiap gerakan memiliki makna khusus.Posisi
duduk, menjadi pertanda awal dan akhir Tarian Pakarena.Gerakan
berputar mengikuti arah jarum jam, menunjukkan siklus kehidupan
manusia.Sementara gerakan naik turun, tak ubahnya cermin irama
kehidupan.Aturan mainnya, seorang penari Pakarena tidak
diperkenankan membuka matanya terlalu lebar.Demikian pula dengan
gerakan kaki, tidak boleh diangkat terlalu tinggi.Hal ini berlaku
sepanjang tarian berlangsung yang memakan waktu sekitar dua jam.
Sebuah cerminan wanita Sulawesi Selatan. Gandrang Pakarena, adalah
tampilan kaum pria Sulawesi Selatan yang keras.
Ragam gerak tari pakarena
 Sambori’na (berteman)
 Ma’biring kassi’ (bermain ditepi pantai)
 Anging kamalino (angin tanpa berhembus)
 Digandang (berulang-ulang)
 Jangan lea-lea (ayam yang mundur-mundur sementara berkelahi)
 Iyale’ (sebelum menyanyi ada seperti aba-aba) nyanyian tengah
malam
 So’naya (yang bermimpi)
 Lambbasari (hati timur)
Properti
-
Properti dalam tari pakarena adalah :
 Kipas
 Baju pahang
 Sampur
 Gelang khas sulawesi
 Kalung
Rias Dan Busana
-
Sedangkan kostum dari penarinya adalah, baju pahang (tenunan
tangan), lipa’ sa’be (sarung sutra khas Sulawesi Selatan), dan perhiasan-
perhiasan khas Kabupaten Selayar Kipas berukuran besar. Tatanan
rambut penari tari pakarena adalah digelung dengan tambahan hiasan
khas sulawesi yang meperindah tampilan rambut penari.
- Iringan
Iringan yang digunakan dalam tari pakarena bersumber dari pukulan 2
(dua) kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam
suling (puik-puik). Dan termasuk dalam sumbermusik eksternal

2.7. Tempat dan Waktu Pertunjukan


- Latar
Tempat pertunjukan tari pakarena dilakukan di panggung.Waktu
pertunjukan biasanya dilakukan semalam suntuk, atau bila dalam acara-
acara pertunjukan waktu dapat disesuaikan.
- Tata cahaya
Tata cahaya yang digunakan dalam pertunjukan tari pakarena adalah
main light. Artinya pencahayaan dilakukan untuk keseluruhan bagian
panggung. Hal ini bertujuan agar, penikmat pertunjukan dapat melihat
seluruh penari dan keadaan panggung.
- Tata pentas
Tata pentas atau tata panggung adalah penataan atau hiasan dekorasi
pada panggung, fungsinya untuk memperindah panggung. Tari pakarena
BAB III
PENUTUP

.1. Kesimpulan
Tari pakarena merupakan salah satu dari lima tari klasik Sulawesi
Selatan yang paling terkenal. Tari tradisional nusantara yang lahir dan
berkembang dalam kultur dan tradisi di daerah Gowa, Takalar, Jeneponto,
dan Bulukumba, ini memiliki sejarah yang unik. Gerakan tari pakarena
tercipta dari gerakan-gerakan puteri khayangan yang turun ke bumi.
Penduduk asli Gowa percaya dahulu ada sekelompok puteri khayangan yang
turun ke bumi dengan misi mengajarkan perempuan bumi pelajaran
kewanitaan, seperti berhias dan menenun. Kedua pelajaran tersebut,
misalnya, nampak jelas dalam gerakan tari pakarena yang disebut dengan
sanrobeja dan angani.
Tari pakarena dipentaskan oleh perempuan yang terdiri dari dua
baris. Tiap baris terdiri dari tiga sampai lima orang. Berdasarkan
perkembangannya, hal tersebut tidak lagi menjadi pakem dalam tari
pakarena. Dalam panggung kontemporer, misalnya, jumlah penari pakarena
disesuailkan dengan besar-kecilnya panggung. Meski demikian, ada satu
fungsi penari yang tidak boleh berubah, yaitu punggawa pakarena.
Punggawa pakarena merupakan salah seorang yang bertugas sebagai
pemimpin. Penari ini ditandai dengan selalu memukul genrang sepanjang
pementasan.
Dilihat dari segi kostum, pada umumnya penari pakarena
menggunakan baju bodo berwarna merah. Para penari dilengkapi dengan
berbagai aksesori, seperti tokeng (kalung), bangkara (anting), karro-karro
tedong (gelang), silepe (ikat pinggang), kutu-kutu (hiasan kepala), kipas,
pinang goyang di bagian kepala, dan sarung sutera yang warnanya
disesuaikan dengan warna baju.

Anda mungkin juga menyukai