Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TARI PAKARENA MARE-MARE

Disusun Oleh :
AKHMAD JIBRAIL ALAMSYAH
ALIFIAN AMURA
AMANDA RAMADHANI
MUH RIAZ RAHMAN
MUHAMMAD FADILLAH RAHMAN
PATRIANDI
PUSPITA ADELIA
SALDY ARIF IRFAN

UPT SMA NEGERI 1 SELAYAR


KEPULAUAN SELAYAR 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah berjudul “Tari Pakarena Mare-
mare”.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas sekolah untuk menambah
pengetahuan tentang Tari Tradisional.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Selayar, 10 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………
BAB I
Pendahuluan

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beberapa pulau dengan penduduk yang
beragam dan bahasa yang berbeda beda. Keberagaman ini merupakan kebanggaan dari cirri
khas tersindiri bagi masyakarat Indonesia yang sudah melekat erat dan menjadikan Indonesia
dikenal sampai ke mancanegara. Setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki tradisi dan
adat yang kental yang biasa disesuaikan dengan kondisi atau alam sekiatarnya. Maka dari itu
kesenian memiliki peran di dalam kebudayaan yang keseluruhan dari kelakuan dan hasil
kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Koentjaraningrat (1979:193),
mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan
belajar. Kata „‟kebudayaan „‟ berasal dari bahasa Sanskerta, yang merupakan bentuk jamak
dari buddi yang berarti akal. Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan akal.Pakarena adalah salah satu jenis tari tradisional orang Makassar yangterdapat
berbagi jenis Tari Pakarena yang berdasarkan wilayah tarian tersebut berkembang dan juga
berdasarkan fungsinya. Dimana salah satunya adalah taripakarena mare-mare di desa mare-
mare kecamatan bontomanai kabupaten kepulauan selayar.12Sulawesi Selatan memiliki
beragam kesenian, di antaranya adalah tari tradisional. Murgianto Sal (2004: 10) dalam buku
Tradisi dan Inovasi mengatakan bahwa tradisi didefinisikan sebagai cara mewariskan
pemikiran, kebiasaan, kepercayaan, kesenian, tarian dari generasi ke generasi, dari leluhur ke
anak-anak cucu secara lisan. Tak bisa dipungkiri bahwa setiap masyarakat terdiri atas tiga
generasi kakek-nenek dari masa lalu, ayah ibu dari masa kini, dan anak cucu yang akan
meneruskan kehidupan di masa akan datang. Suka atau tidak generasi sekarang akan hidup di
tengah-tengah tradisi: di tengah-tengah masyarakat, pemikiran dan karya-karya dari masa
lalu. Sebuah tradisi biasa saja mengalami perubahan yang besar tetapi pewarisnya
menganggap tidak ada perubahan karena ada kesinambungan yang kuat antara bentuk inovasi
yang baru dan bentuk tradisi lainnya. Kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan memiliki
beragam kesenian, diantaranya adalah tari-tari tradisional. Di Kabupaten Kepulauan Selayar
khususnya Di Desa Mare-mare Kecamatan Bontomanai masih mempertahankan salah satu
jenis tarinya yang di kenal dengan nama Tari Pakarena Mare-Mare, Tari ini merupakan tari
tradisi karena keberadaannya sudah terbilang lama dan tidak diketahui pasti siapa yang
pertama kali yang mementaskan maupun menciptakan. Di mana tarian ini di bawakan oleh
penari perempuan yang jumlahnya ganjil yakni 3 orang penari. Tari Pakarena MareMare
adalah tarian yang berasal dari Desa Mare-Mare Kecamatan Bontomanai yang pada masa
kerajaan Mare-Mare dipimpin oleh Daeng Masale pada tahun 1819. Pada zaman dulu tarian
ini ditampilkan pada saat acara kerajaan terutama pada pelantikan raja, perkawinan anak dan
cucunya dan pada saat penyambutan tamu-tamu raja., seiring berjalannya waktu tarian ini
mengalami fungsi yang dulunya hanya biasa ditarikan pada acara kerajaan tapi sekarang
sudah bisa ditarikan pada saat acara hiburan termasuk pada acara hari jadi Selayar. Alasan
peneliti mengangkat judul ini adalah karena peneliti ingin memperkenalkan Tari Pakarena
Mare-Mare yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Selayar tepatnya di Desa Mare-Mare
Kecamatan Bontomanai. Dimana selama ini masyarakat hanya mengenal Tari Pakarena
Gantarang, Layolo, dan Bontobangun.Menurut Muh. Tahir sebagai narasumber Dahulu tarian
ini merupakan tarian sakral yang ditampilkan pada upacara adat kerajaan, namun tari
Pakarena Mare-mare saat ini telah mengalami perubahan, dimana hanya dilaksanakan untuk
kepentingan hiburan salah satunya hari jadi Selayar. Tari Pakarena Mare-maredibawakan
oleh penari perempuan yang jumlah penarinya 3, 5, 7 orang yang hanya bisa ditarikan oleh
kalangan bangsawan yang ada dikerajaan namun sekarang tarian ini sudah bisa di tarikan
oleh masyarakat umum di Kabupaten Kepulauan Selayar. Selain itu, tari Pakarena Mare-mare
juga mengalami perubahan terkait dengan kondisi era globalisasi yang sekarang sudah
semakin modern.Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji
lebih lanjut bagaimana syarat-syarat penari Pakarena Mare-Mare dalam menarikan tariannya.
Dan juga peneliti akan melihat bagaimana Bentuk Penyajian Tari Pakarena Mare-Mare
sebagai salah satu upaya memperkenalkan budaya tradisi yang ada di Kabupaten Selayar dan
menjadi aset kebudayaan bangsa Indonesia. Maka dari itu melalui penelitian ini saya
mengangkat judul ” Tari Pakarena Mare-Mare Di Desa Mare-mare Kecamatan Bontomanai
Kabupaten kepulauan Selayar”.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah Tari Pakarena Mare-mare?
2. Bagaimana jenis-jenis Tari Pakarena Mare-mare?
3. Bagaimana fungsi Tari Pakarena Mare-mare?
4. Bagaimana makna Tari Pakarena Mare-mare?
5. Bagaimana property Tari Pakarena Mare-mare?

C. TUJUAN MASALAH
1.Untuk mengetahui sejarah Tari Pakarena Mare-mare
2.Untuk mengetahui jenis-jenis Tari Pakarena Mare-mare
3.Untuk mengetahui fungsi Tari Pakarena Mare-mare
4.Untuk mengetahui makna Tari Pakarena Mare-mare
5.Untuk mengetahui properti Tari Pakarena Mare-mare
BAB II
Pembahasan

A. SEJARAH TARI PAKARENA


Tarian kipas adalah kesenian tari daerah yang berasal dari Gowa, Provinsi Sulawesi
Selatan. Di daerah Gowa, nama tarian ini mempunyai nama Tari Kipas Pakarena.
Berdasarkan sejarah, Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu kesenian tari peninggalan
dari Kerajaan Gowa. Dahulunya, kerajaan itu mengalami masa kejayaan dan berhasil
menguasai daerah Sulawesi yang berada di bagian selatan sejak bertahun-tahun. Menurut
bahasa dari daerah setempat kata “Pakarena” berasal dari kata “karena” yang mempunyai
makna yaitu “main”. Tarian ini sendiri telah dijadikan sebagai tarian daerah oleh masyarakat
daerah Gowa yang dahulunya adalah bekas dari Kerajaan Gowa.

Tarian daerah ini dulunya, dimainkan di dalam istana Kerajaan Gowa oleh seorang
putri-putri bangsawan. Tari Kipas Pakarena tersebut juga digunakan sebagai bentuk
pelengkap maupun suatu hal wajib dipertunjukkan ketika ada upacara adat, pesta kerajaan,
dan lain sebagainya. Pada zaman dahulu katanya, tarian ini berasal dari kisah perpisahan
yang terjadi antara penghuni limo atau disebut juga bumi, dengan botong langit atau disebut
juga sebagai negeri khayangan. Sebelum terjadi perpisahan, diceritakan bahwa botong langit
telah memberikan ilmunya mengenai bagaimana cara hidup di bumi dengan baik.

Mulai dari bercocok tanam, beternak sampai dengan berburu semuanya telah
diajarkannya kepada para penghuni limo. Mereka mengajarkannya melalui sebuah gerakan
kaki maupun gerakan tangan. Dari gerakan tersebutlah menjadikan para penghuni limo untuk
membuat hal itu sebagai sebuah ritual.Ritual tersebut dipakainya sebagai bentuk ungkapan
rasa syukur yang telah diberikannya pada botong langit. Hingga akhirnya muncullah sebuah
nama tarian bernama Tari Kipas. Gerakan pada tarian tersebut mengandung sebuah ekspresi
kelembutan.

Hal itu menggambarkan mengenai sebuah sifat yang dimiliki oleh perempuan daerah
Gowa yaitu patuh, setia, sopan, dan hormat pada lelaki, terutamanya terhadap suami. Pada
dasarnya, Tarian Kipas ini terbagi ke dalam 12 bagian. Hanya saja tari kipas ini sangat sulit
untuk dibedakan, terlebih-lebih bagi orang yang baru mengenal sebab gerakan pada tarian ini
hampir serupa.

Setiap gerakan pada tari ini mempunyai makna masing-masing. Misalnya yaitu ketika
para penari melakukan gerakan duduk, maka hal itu sebagai bentuk tanda dimulai dan
diakhiri pertunjukan Tari Kipas. Sementara untuk gerakan berputar searah dengan jarum jam
mempunyai makna berupa siklus hidup pada manusia. Serta beberapa gerakan lainnya yang
memiliki makna tersendirinya.
Selain itu, Tari Kipas Pakarena juga pernah digunakan sebagai tarian resmi di Istana
ketika masa pemerintahan Raja Gowa di abad ke 16. Dari situlah budaya kesenian tari ini
lahir dari masa ke masa. Kemudian berdampak bagi kebudayaan masyarakat daerah Gowa
dan sekitarnya.Hingga akhirnya tarian kipas pakarena diturunkan dari generasi ke generasi
sampai saat ini. Meskipun Kerajaan Gowa telah tiada, namun Tari Kipas Pakarena tetap ada,
dan dilestarikan oleh masyarakat daerah Gowa, dan sekitarnya.

A. FUNGSI TARI PAKARENA

Serupa halnya dengan tarian daerah lainnya, tarian kipas Pakarena juga mempunyai
fungsi tertentu pada setiap pertunjukannya. Apa saja fungsinya? Berikut adalah beberapa
fungsi Tari Kipas Pakarena yang diantaranya yaitu:

1. Tari Ritual
Berdasarkan sejarah, tarian kipas Pakarena memiliki hubungan mengenai kisah antara langit
atau khayangan dan bumi atau penghuninya. Tari kipas ini diselenggarakan sebagai bentuk
tarian ritual. Memiliki tujuan untuk ungkapkan rasa syukur dan terimakasih kepada bumi dan
langit.

2. Tari Pengiring Raja


Pada zaman dahulu, tarian kipas pakarena berfungsi sebagai tarian penggiring bagi Raja
Gowa hingga saat ini. Meskipun kini, kerajaan Gowa telah tiada, namun tetap digunakan
sebagai pengiring para pemimpin daerah Gowa.

3. Sarana Dakwah
Tak hanya sebagai ritual dan pengiring saja, Tari Kipas Pakarena juga berfungsi sebagai
media dakwah. Lewat gerakan-gerakannya tersebut, tarian ini mengajarkan mengenai
kehidupan bahwa manusia perlu untuk sabar dan tidak mudah menyerah maupun putus asa.

4. Wujud Syukur
Fungsi Tari Kipas Pakarena selanjutnya yaitu wujud syukur. Tarian ini mulanya dilakukan
sebagai bentuk ungkapan rasa syukur karena pertanian berjalan secara baik, dan hasil panen
yang melimpah

5. Sarana Hiburan
Fungsi Tari kipas Pakarena yang terakhir ini yaitu sebagai sarana hiburan. Biasanya tarian ini
dipertunjukkan untuk media hiburan bagi masyarakat Gowa maupun para wisatawan yang
datang berkunjung ke daerah Gowa.

B. MAKNA TARI PAKARENA


Tak hanya memiliki fungsi saja, Tari kipas pakarena juga mempunyai beberapa
makna yang diantaranya adalah sebagai berikut.
1.Makna Tarian Kipas Pakarena yang pertama yaitu menggambarkan mengenai karakter yang
kontemplatif, hening, dan teduh.
2.Makna Tarian Kipas Pakarena yang kedua yaitu menceritakan mengenai hubungan antara
manusia dengan sang pencipta. Disesuaikan oleh ritme dalam kehidupan.
3.Makna Tarian Kipas Pakarena pada Gerakan tari yang sulit tersebut, menggambarkan
mengenai persoalan atau masalah, dan kesulitan yang terjadi di dalam kehidupan.
4.Makna gerakan tari berputar dengan mengikuti arah pada jarum jam tersebut, memiliki
makna yaitu siklus kehidupan manusia.
5.Makna gerakan tari kipas pakarena dalam gerakan mengeper secara naik turun itu,
menggambarkan mengenai irama pada kehidupan.
6.Makna gerakan tari yang terakhir yakni, berupa Alunan musik yang mendayu-dayu
memiliki makna bahwa seorang perempuan Makassar mempunyai karakter yang lemah
lembut.

C. NILAI ESTETIS
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui Gerak Tari Pakarena
Samboritta, 2. Mengetahui Estetika Gerak Tari Pakarena Samboritta. Adapun tekhnik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah, dengan melakukan studi
pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini merupakan penelitian yang
bersifat deskriktif dengan mengambil semua sampel yang mendukung penelitian ini. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Tari Pakarena Samboritta adalah tari persahabatan
yang dibawakan oleh penari perempuan yang berjumlah 4, 6, atau 8 orang penari dinamakan
sipinangka, dimana tari ini menggambarkan tentang kepribadian seorang wanita suku
Makassar. 2. Tari Pakarena Samboritta merupakan tari yang geraknnya lambat dan lembut,
tanpa ada gerakan melangkah jauh yaitu hanya melangkah kedepan, mengayunkan tangan,
membuka dan menutup kipas, dan kembali keposisi semula. 3. Estetika tari Pakarena
Samboritta yaitu terletak pada sembilan nilai unsur yaitu; kesatuan yang utuh, keragaman,
pengulangan, kontras, transisi, urutan, klimaks, keseimbangan, dan harmoni. Estetika tari
juga terdapat pada tekhnik gerak dan etika gerak dalam tari, seperti eskperesi muka dengan
tatapan kedepan tanpa tersenyum, tertawa, dan melakukan hal lain diluar dari etika tari. 4.
Tari Pakarena Samborita merupakan tari tradisional yang dahulunya sering di bawakan dalam
upacara tradisional seperti upacara khitanan dan pada acara sakral kerajaan, serta sering
dibawakan dalam penyambutan tamu kerajaan. Tari Pakarena Samboritta dalam geraknya
mempunyai urutan struktur gerak yaitu, accengke (jongkok), ammenteng (berdiri) dengan
posisi kipas tertutup, dan ammenteng (berdiri) dengan posisi kipas terbuka. Tari Pakarena
Samboritta mempunyai karakteristik dalam geraknya yaitu gerak yang lembut, ringan, dan
santai tanpa adanya penekanan gerak dan otot sedikitpun, serta sikap penari yang vertikal
keatas yang tetap stabil. Dalam tari Pakarena Samboritta terdapat karakteristik lain yaitu
dimana para penari selalu menghadap kearah pemain musik dan pemain musik selalu
menghadap kearah timur, serta penari yang selalu stabil dalam menari meskipun alunan
musik menggebu-gebu.
D. PROPERTI TARI PAKARENA

Properti Tari Kipas Pakarena


1. Baju Bodo (warna merah dan hijau)
Baju bodo merupakan pakaian khas masyarakat Bugis. Dalam tiap warna baju Bodo
memiliki penanda adanya stratifikasi sosial. Warna hijau untuk bangsawan, putih untuk
ibu yang menyusui bayi, dan sebagainya. Tetapi seiring perkembangan zaman pelan-
pelan makna itu memudar. Baju Bodo dapat terbuat dari kain sutra. Baju bodo dibuat dari
kain kasa yang transparan, dengan lengan yang pendek dan dijahit bersambung dengan
bagian lengan bagian dalam.
2. Sarung/Top
Dulunya sarung yang dipakai dalam tari kipas pakarena adalah sarung polos dan tidak
bercorak. Namun saat ini penari dapat memakai sarung bermotif.
3. Selendang
Selendang ditaruh di pundak sebelah kiri dan dimainkan saat menari. Warna selendang
yang digunakan sesuai dengan baju bodo yang dipakai.
4. Kipas
Kipas yang digunakan tidak memiliki kriteria khusus. Kipas dimainkan dengan tangan
kanan.

Bagian-Bagian Tari Kipas Pakarena


Bagian-bagian umum dalam tarian kipas pakarena yaitu sebagai berikut:
1. Samboritta
Samboritta atau berteman disebut juga paulu jaga atau kegiatan semalam suntuk.
Samboritta biasanya menjadi awal tarian yang berguna untuk memberikan hormat kepada
pengunjung.
2. Jangang leak-leak
Sering disebut sebagai ayam berkokok. Tari pakarena adalah tarian yang dipentaskan
semalam suntuk dan menjadi bagian penutup. Bagian ini dipentaskan pada pukul 04.00
subuh sehingga disebut ayam mulai berkokok. Tarian ini merupakan bagian ketiga dalam
tari kipas yang memiliki makna mencari jalan untuk kembali ke asal mula.

E. MAKNA TARI PAKARENA


Makna Tari Kipas Pakarena
Tari kipas pakarena memiliki makna yaitu sebagai berikut
1. Tarian ini mencerminkan sifat teduh, hening, dan kontemplatif.
2. Tarian yang mepnceritakan hubungan antara manusia dengan penciptanya sesuai dengan
ritme kehidupan.
3. Gerakan-gerakan rumit pada tarian ini menggambarkan persoalan dan kerumitan hidup.
4. Gerakan berputar mengikuti arah jarum jam bermakna siklus kehidupan manusia.
5. Gerakan mengeper yang naik turun mencerminkan irama kehidupan.
6. Alunan lagu yang mendayu-dayu bermakna bahwa perempuan Makassar memiliki sifat
yang lemah lembut.

F. TARI PAKARENA MARE-MARE


Tari Pakarena adalah salah satu tari tradisonal yang berada di daerah Kabupaten
Kepulauan Selayar. Kata Pakarena yang merupakan bahasa Makassar berasal dari kata
Akkarena yang berarti bermain,permainan atau pertunjukan.Awal kata pa”menunjukkan
pelaku permainan atau seniman penampil. Mare-Mare adalah nama sebuah Desa dimana
tarian ini berada. Namun tari ini tidak diketahui secara pasti. Tari Pakarena Mare-Mare hidup
dan berkembang dalam lingkungan istana dan di pentaskan pada saat upacara-upacara adat.
Jadi Pakarena semula berarti seniman, penampil atau penari wanita dan pemusik. Kesatuan
antara penari 9dan pemusik harus nampak dalam pertunjukan.Salah satu unsur tersebut di
tiadakan maka pertunjukan akan kering. (latief dan Sumiani, 1995:66).Definisi lain dari Andi
Sri Yuliani sebagai Narasumber yang mengatakan bahwa di Kabupaten Kepulauan Selayar
khususnya di Desa Mare-mare Kecamatan Bontomanai masih mempertahankan salah satu
jenis tarinya yang dikenal dengan nama Tari pakarena Mare-mare, tari ini merupakan tari
tradisi karena keberadaannya sudah terbilang lama dan tidak diketahui pasti siapa yang
pertama kali mementaskan maupun yang menciptakan dimana tarian ini dibawakan oleh
penari perempuan yang jumlahnya ganjil yakni 3, 5, 7 penari. Tari Pakarena Mare-mare
adalah tarian yang berasal dari Desa Mare-mare Kecamatan Bontomanai pada masa kerajaan
Mare-mare yang dipimpin oleh Daeng Masale pada tahun 1819. Pada dulu tarian ini
ditampilkan pada saat acara kerajaan terutama pada pelantikan raja, perkawinan anak dan
cucunya dan pada saat penyambutan tamu-tamu raja. Namun dengan perkembangan zaman
tarian ini sudah bisa dipentaskan pada saat acara hiburan termasuk pada acara hari jadi
selayar. Selanjutnya menurut Muh. Tahir sebagai Narasumber Tari Pakarena Mare-mare
adalah Tari Tradisional yang ditarikan oleh perempuan yang sudah dewasa yang berumur 15-
20 tahun dan masih gadis. Sebelum menarikan tarian ini terlebih dahulu menyiapkan dupa,
pembakaran lilin, dan sesajian gunanya untuk agar penari tidak dimasuki roh halus. Gerakan
Tari Pakarena Mare-mare memiliki gerakan yang lemah lembut dan tarian ini merupakan
Tarian Sakral. Posisi Selendang pada penari berada di sebelah kanan yang menandakan
bahwa penari tersebut masih gadis dan suci. Penarinya adalah keluarga bangsawan, namun
10dengan perkembangan zaman tarian ini sudah bisa ditarikan oleh masyarakat biasa dan
kemudian dipentaskan pada saat acara hiburan. Menurut Supriadi sebagai Narasumber Tari
Pakarena Mare-maremerupakan tarian khas Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi
Selatan. Tarian ini berasal dari sebuah kerajaan yang bernama Mare-mare. Ada 4 versi Tari
Pakarena yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Selayar yakni versi Pakarena Mare-mare,
versi Pakarena Balla Bulo, versi Pakarena Bontobangun, versi Pakarena Gantarang. Jumlah
penari Pakarena Mare-mare jumlahnya ganjil dan ditarikan oleh 3 penari perempuan.

BAB III
Penutup

A.KESIMPULAN
1. Tari Pakarena Mare-mare di Kerajaan Mare-mare tepatnya di Desa Mare-mare di
Kabupaten kepulauan selayar. Masyarakat yang ada di desa tersebut menyiapkan
pembakaran dupa, lilin serta sesajiansesajian. Setelah semuanya sudah siap kemudian tari
pakarena tersebut dimulai. Penari yang menarikan tari Pakarena Mare-mareharuslah
berjenis kelamin perempuan yang berusia dari umur 15-20 tahun karena wanita identik
dengan sifat lemah lembutnya dan diibaratkan sebagai bidadari yang turun dari langit.
Penari Pakarena Mare-mare adalah orang-orang pilihan yang belum menikah atau masih
suci. Meskipun penarinya cantik namun bukan keturunan kerajaan tidak akan dipilih
sebagai penari Pakarena Mare-mare karena yang menjadi penari tersebut adalah orang-
orang yang memiliki kasta tinggi di dalam kerajaan.
2. Bentuk penyajian tari Pakarena Mare-mare yang dulunya dipertujukkan di istana kerajaan
Mare-mare, sekarang telah ditampilkan di mana saja dan kapan saja. Gerak tari Pakarena
Maremare geraknya megalun dan lembut tapi juga lebih energik. Kostum Pakarena Mare-
mare yaitu Baju bodo, dengan sarung Lipa‟ sa‟be dan juga dilengkapi dengan perhiasan
seperti bunga simboleng(kembang sanggul, pinang goyang, ponto (gelang), tokeng
(kalung), bangkara (anting) dan jima-jima (simak). Adapun propertinya kipas dan
selendang. Iringan tari Pakarena Mare-mare menggunakan musik internal dan eksernal,
musik internal yaitu berasal dari penari yaitu lelle dan kelong atau nyanyian, dan musik
eksternal yaitu dibawakan oleh pemain musik itu sendiri atau yang mengiringi tari
Pakarena Mare-mare yang berupa gendang, pui‟-pui‟ dan gong gentung.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tari Pakarena Mare-mare ini, maka penulis
menyarankan sebagai berikut:
1. Kepada generasi muda yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar khususnya generasi
muda agar terus menjaga, mempertahankan serta melestarikan kebudayaan yang ada di
daerah kita seperti Tari Pakarena Mare-mare.
2. Perlunya meningkatkan perhatian pemerintah daerah dan apresiasi masyarakat terhadap
obyek atau sesuatu yang mempunyai potensi dikembangkan sebagai obyek wisata
budaya.
3. Perlunya pendokumentasian tari-tarian daaerah seperti tari Pakarena Mare-mare sebagai
tari-tarian etnik Makassar sehingga menjadi informasi budaya dan menambah khasanah
kepustakaan.
4. Perlunya motivasi dalam masyarakat untuk menyadari dan menghargai seni budaya
tradisional sebagai milik bersama agar dilestarikan dan dikembangkan.
5. Pengolahan terpadu dari semua pihak dalam memelihara nilai-nilai budaya khusus tari
Pakarena Mare-mare sebagai warisan leluhur yang perlu dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, 2009. Apresia Karya Seni Tari Daerah Nusantara.Bandung : Puri
Pustaka.
Abdurachman, Rosjid & Rusliana, Iyus. 1979. Seni Tari III Untuk SPG. Jakarta:
C.V Angkasa.
Daulima, Farha dan Bila, Reiners. 2006. Mengenal Tari Tradisional dan Klasik
Gorontalo. Gorontalo: Forum Suara Perempuan
Dibia, I Wayang.Dkk. 2006. Tari Komunal. Jakarta: Lembaga Penelitian
Nusantara.
Hidajat, Roby. 2008. Seni Tari Pengantar Teori dan Praktek Menyusun Tari
Bagi Guru. Malang: Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas
Negeri Malang.
Koentjaraningrat. 2006. Kebudayaan dan Waktu Senggang. Jakarta: PT
Gramedia.
Latief, Halilintar dan Sumiani, Niniek. 1995. Pakarena Bentuk Tari Tradisi
Makassar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
La Meri, 1986. ELEMEN-ELEMEN KOMPOSISI TARI.Terjemahan :
SoedarsonoDiterbitkan oleh: Lagaligo
Najamuddin, Munasiah. 1982. Tari Tradisional Sulawesi Selatan. Ujung
Pandang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi
Selatan.
Nalan, Arthur S. 1999. Aspek Manusia Dalam Seni Pertunjukan. Bandung: STSI
Press.
Murgianto, Sal, 2004.Tradisi dan Inovasi. Penerbit : Wedatama Widya Sastra
Sugiyanto, 2000. Kerajinan Tangan dan Kesenian. Jakarta: Erlangga.
Sulastianto, Harry, Dkk. 2006. Seni Budaya Buku Pelajaran Sekolah Menengah
Pertama Untuk Kelas VII. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Subekti,Ari. 2008. Buku Keragaman Tari Nusantara. Klaten : Penerbit Intan
Pariwara.
Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana.
Wardhana, Wisnoe. 1990. Pendidikan Seni Tari. Jakarta: Departemen Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai