Guru Pembimbing
NUR FADILAH S.H.I
Di susun oleh :
ERLITA ZUNIARTI PUTRI
KELAS VIII D Unggulan
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
B . Rumusan Masalah
C . Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
B . Macam – macam kategori tari jawa tengah dan macam – macam nama tarianya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dafatr Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami munajahkan kehadirat TUHAN yang maha ESA atas
semua limpahan rahmat nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusuna
makalah yang berjudul makalah seni tari ini meski sangat sederhana.
Harapan saya semoga masalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai
salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca,menambah wawasasan
serta pengalaman,sehingga nanti nya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalh ini menjadi lebih baik lagi.
Sebagai penulis,kami mengakui bawasan nya masih banyak kekurangan yang
terkandung didalam nya. maka oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati
saya berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi
lebih memperbaiki makalah ini.
Terima kasih.
Berbicara tentang masyarakat Suku Jawa memang ada kaitannya dengan masyarakat Timur.
Salah satu yang menjadi pembicaraan yaitu dapat kita tinjau dari kajian masalah penciptaan seni
tari, dimana konsep penciptaan seni masyarakat Timur cenderung dipengaruhi oleh unsur religi.
Menurut Pamadhi (1985), menyatakan pendapatnya dalam penciptaan seni tari klasik dilandasi
dengan tiga konsep yaitu :
1. Konsep Filsafati
Apa itu Seni? Yaitu sebuah ungkapan batin seseorang yang sangat mulia, karena proses
cipta seni melalui gagasan dari batiniah. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, maka masayrakat
Jawa memiliki semboyan hidup, yaitu Sangkan paraning dumadi (asal muasal manusia) suatu
wujud karya seni yang mengarah pada pralogis (logika) dan hal-hal yang metafisik.
Karya seni dapat diekpresikan berupa bentuk-bentuk simbol, gerakan yang dilakukan oleh
seseorang seperti pada kesenian tari Bedoyo jumlah penarinya sembilan orang dan Tari Srimpi
dengan empat orang penari. Semua ekspresi tersebut merupakan hasil dari asal-usul batiniah
manusia.
2. Konsep Moral
Selain konsep filsafati, disini juga terdapat konsep Moral. Dimana konsep ini memiliki
bagian penting dalam mempengaruhi pranata sosial, artinya kedudukan rakyat sebagai wong cilik
harus memberikan pernghormatan kepada yang lebih tinggi dan berakhir raja sebagai penguasa
tunggal.
3. Konsep Keindahan
Menurut Kuntowijoyo (1987) menyatakan bahwa cara pandang mengenai konsep keindahan
pada seni berbeda-beda. Masyarakat Jawa menggambarkan konsep indah ini melalui gerakan
halus dan lembut. Secara umum, konsep keindahan ini wajib ada dalam sebuah kesenian dan
sudah melengkat pada seni tari.
Demikian penjelasan dari saya mengenai Tarian Jawa Tengah, Semoga sedikit informasi ini
dapat bermanfaat untuk anda semua, terima kasih atas perhatiannya.
B . Rumusan Masalah
C . Tujuan Penulisan
Tari Blambangan Cakil merupakan salah satu tarian Jawa Tengah yang tercipta karena
terinspirasi dari kisah pewayangan. Dalam pelaksanaannya, adegan yang dimainkan dalam tari
ini adalah “Perang Kembang”, artinya dimana para ksatria dan raksasa saling bertarung.
Pertarungan tersebut mencerminkam perlawanan antara kebaikan melawan kejahatan.
Biasanya dalam cerita pewayangan yang dimainkan pada tarian ini mengambil tokoh kesatria
sang Arjuna. Mengapa demikian? Karena tokoh Arjuna mencerminkan sosok kebaikan dan
memiliki potur gagah serta gerak tari yang lembut dan halus. Sementara tokoh Raksasa
menggambarkan sosok kejahatan dengan gerakan tari kasar dan beringas.
Jadi kesimpulan dari tari tradisional memberikan pesan ataupun filosofi bahwa kejahatan akan
selalu kalah oleh kebaikan
2. Tari Ujungan
Tari Ujungan adalah tarian Jawa Tengah yang dimaikan ketika musim kemarau panjang oleh
masyarakat Gumelem dan sekitarnya. Mengapa dilakukan pada musim kemarau panjang?
Karena pada dasarnya tarian ini diciptakan dengan tujuan upacara ritual untuk meminta hujan
kepada sang pencipta.
Dalam penerapan tarian ini, para lelaki terpilih saling menunjukkan aksi kekuatan kerasnya
tulang, kuatnya kulit (atosing balung, wuleding kulit) yang dikombinasikan dengan gerakan sebi
keindahan.
Jika kita lihat sekilas, tari adat ini seperti olah raga tradisional yang bersifat keras, dimana para
penari membawa sebatang rotan untuk memukul lawannya pada bagian paha ke bawah. Semakin
banyak darah yang ke luar dari tubuh lawan, maka semakin cepat hujan akan turun.
3. Tari Ronggeng
Tarian Jawa Tengah selanjutnya adalah Tari Ronggang. Keberadaaan tarian ini sudah ada
sejak zaman kuno tepatnya pada abad ke-8 dan sudah berkembang di wilayah Jawa Barat dan
Jawa Tengah.
Hal ini dapat kita lihat dari relief pada bagian Karmawibhanga Borobudur yang
menggambarkan adegan perjalanan rombongan hiburan dengan musisi dan penari wanita.
Gerakan pada tari
Ronggeng ini sangat berbeda dengan tarian lainnya dan lebih ekspresif bahkan mengarah ke
agresif.
4. Tari Serimpi
Tari Serimpi merupakan tarian klasik dari Jawa Tengah. Keberadaan tari Serimpi ini telah ada
sejak zaman kerajaaan Mataram, dimana kala itu kerjaan tersebut dipimpin oleh Sultan Agung
yaitu sekitar tahun 1613 – 1646 M.
Tarian Jawa Tengah satu ini dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Biasanya tarian ini
hanya dimainkan khusus ruang lingkup keraton dengan tujuan ritual kenegaraan dan
memperingati kenaikan tahta Sultan. Dalam pementasannya, tari Serimpi ini diiringi oleh alunan
suara gamelan.
5. Tari Gambyong
Tari Gambyong merupakan salah satu tarian Jawa Tengah yang berasal dari kabupaten
Surakarta. Tari ini merupakan kombinasi dari dua gabungan tarian yaitu tari kraton dan tari
rakyat. Sementara penamaan dari daria ini diambil dari nama penciptanya yakni Mas Ajeng
Gambyong.
Biasanya tarian ini ditampilkan untuk acara pertunjukan seni dan penyambutan tamu besar.
Perlu anda ketahui, bahwa tarian ini terdiri atas tigas bagian, yaitu awal (maju beksan), isi
(beksan) dan akhir (mundur beksan). Ciri khas dari tarian ini terletak pada gerakan kaki, lengan,
tubuh, dan juga kepala.
6. Tari Kretek
Tarian Jawa Tengah berikutnya adalah Tari Kretek yang lahir dari kabupaten Kudus. Dimana
tarian ini menceritakan mengenai kehidupan para buruh bersama dengan kreteknya. Daerah
Kudus memang telah terkenal akan penghasil kreteknya dan menjadi salah satu sumber
perekonomian masyarakat setempat.
Perlu anda ketahui, bawasannya nama tarian ini dulunya bukan tari Kretek melainkan tari
dikenal dengan nama Tari Mbatil, akan tetapi seiring berjalannya waktu penamaan Mbatil mulai
luntur dan diganti dengan kretek. Hal tersebut karena lebih merujuk pada gambaran utama yang
disampaikan melalui tarian tersebut. Keberadaan tarian sudah lama dan mulai mulai terkenal
pada tahun 1985 M.
7. Tari Jlantur
Tari Jlantur adalah tarian Jawa Tengah yang mainkan dengan empat pulah orang penari pria.
Tarian ini muncul dari kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Dalam pementasannya, para penari ini
membawakan aksesoris seperti kuda tiruan dan ikat kepala pada setiap penari. Oleh karena itu,
jika kita lihat dari segi aksesoris yang dibawakannya, makanya tarian ini mempunyai persamaan
dengan tari kuda lumping.
8. Tari Sintren
Tarian Jawa Tengah selanjutnya adalah Tari Sintren. Tarian ini telah berkembang pesat di
daerah pesisir Pantai Utara jawa (Tengah dan Barat) meliputi Majalengka, Indramayu, Berebes,
Pemalang, Cirebon, Banyumas, dan Pekalongan. Tari Sintren bersifat mistis, dimana pada saat
pementasan dikaitkan dengan kerasukan arwah dan hingga kini masih berkembang.
Sementara para penarinya memakai properti seperti kacamata hitam saat pementasan
berlangsung. Mengapa demikian? Karena kacamata hitam berfungsi untuk menutup mata penari
tersebut agar tidak menakut nakuti penonton. Selain itu, terdapat sebuah keyakinan bahwa ketika
menari, bola mata penari sintren berubah menjadi putih dan demi estetika. Dalam
pelaksanaannya tari Sintren diiringi dengan seperangkat alat musik gamelan.
9. Tari Kukila
Tari Kukila merupakan tarian yang termasuk kedalam jenis tari tradisional. Terciptanya tarian
ini termotivasi dari gerakan burung. Jadi dalam pelaksanaanya, gerakan pada tari Kukila ini
mencerminkan tingkah laku burung yang sangat dinamis, gesit dan lincah.
Dalam falsafah Jawa, kata Kukila ini tergolong ke dalam lima syarat paripurnanya kehidupan
seorang pria setelah rumah, istri, kendaraan, dan senjata. Jadi kulila dalam falsafah jawa yaitu
burung pemeliharaan yang dijadikan sebagai hobi.
Tari Topeng Ireng ini termasuk kedalam tarian tradisional yang berasal dari Jawa Tengah.
Keberadaan dari tarian ini sudah ada sejak zaman kolonialisme Belanda. Dulu tarian ini
digunakan untuk media latihan beladiri masyarakat setempat, namun penjajah Belanda
melarangnya dan bertindang semena-mena terhadap masyarakat yang sedang berlatih silat.
Tarian yang berfungsi sebagai media latihan bela diri ini telah berkembang di sekitar Lereng
Gunung Merbabu, Magelang. Walaupun seperti itu, kesenian tari ini tak meninggalkan unsur
seninya. Dalam pembawaannya, tari topeng ireng menyampaikan suatu nasehat yang berisikan
tentang kebaikan hidup.
Tari Lengger atau bisa disebut juga tari ronggeng ini merupakan kreasi dari Tari Tayub.
Secara etimologi, tari lengger berasal dari dua suku kata yaitu Le yang berarti Tole ( anak laki
laki) dan Ger dari Geger yang artinya ramai.
Pada dasarnya, tariam ini dianggap memiliki sifat negatif karena sarat unsur sensualitas
(segala sesuatu yang mengenai badani bukan rohani), akan tetapi Sunan Kalijaga telah merubah
gerakan tari lengger ini dan menjadikan sebagai salah satu media untuk berdakwah.
Tari Aplang merupakan tarian tradisional khas dari kabupaten Banjarnegara. Manurut sejarah,
terciptanya tarian ini luput dari penyebaran agama Islam di Jawa Tengah. Dulu tarian ini sempat
mencapai masak puncak dan terkenal di masyarakat.
Ciri khas yang dimiliki dari tarian ini yaitu memiliki unsur islami yang cukup kental, seperti
iringan rebana, bedug dan beberapa cerita yang berisikan tentang syair puji-pujian dengan
Bahasa menggunkan Arab dan Jawa.
Biasanya tari Aplang dimainkan dengan jumlah sedikitnya lima orang penari putra ataupun
putri, anggota penari bisa juga ditambah sesuai kebutuhan. Perlu anda ketahui, untuk para penari
yang menarikan tarian ini wajib berusia maksimal adalah 25 tahun.
Mengapa demikian? Karena dalam pembawaannya penari dituntut menari lebih enerjik dan
semangat. Selain itu, penari juga harus tetap menggunakan gapyak sebagai alat yang harus ada
dalam menari Aplang.
Tari Wira Pratiwi adalah salah satu tari kreasi dari Jawa Tengah yang belum lama diciptakan.
Tari kreasi ini diciptakan oleh seorang gagasan seni yang bernama Bagong Kussudiarjo. Tarian
ini mencerminkan sosok kepahlawanan seorang prajurit putri dalam membela bangsa yang
berasal dari Jawa.
Selain itu, tari ini juga menggambarkan sifat ketegasan, ketangkasan dan ketangguhan yang
terpancar dalam arian ini. Gerakan dari tari wira pratiwi sangat ritmis dengan instrument musik
yang selaras dengan tariannya. Biasanya tarian ini dimainkan dengan dinamis.
Dalam pementasannya, tari ini dilakukan dengan cara berpasangan dan dilengkapi dengan
panah serta mengenakan busana sekaligus aksesoris yang mendukung seorang prajurit. Dimana
panah tersebut menggambarkan ketegasan dan sorotan tajam dari penari menambah nilai
kesempurnaan dari makna tarian ini.
Tari Bondan merupakan tarian Jawa Tengah yang berasal dari kabupaten Surakarta. Tarian ini
mengambarkan kisah kasih seorang ibu yang sayang terhadap anaknya dengan memperlihatkan
melalui menggendong bayi dengan paying terbuka serta hati-hati dan perhatian.
Dalam pementasannya, tarian ini hanya dapat diperankan oleh kaum wanita, dimana penari
wanita ini menggendong boneka bayi dengan paying terbuka dan harus dilakukan secara hati-hati
karena dia menari diatas kendi serta kendi tersebut tidak boleh jatuh.
Ciri khas dari tarian ini, yaitu para penarinya mengenakan busana gadis desa, menggendong
tenggok, mengenakan caping dan membawa alat pertanian ketika tarian ini berlangsung.
Tari Bedhaya Katawang adalah tarian Jawa Tengah yang dimainkan oleh 9 orang penari
wanita. Tarian ini hanya bisa ditampilkan ketika peringatan kenaikan dan penobatan tahta
Kasunanan Surakarta. Secara etimologi, tarian ini merupakan gabungan dari dua suku kata yatiu
Bedhaya artinya penari wanita di Istana sementara Ketawang berarti langit (identik dengan
sesuatu yang tinggi).
Mengapa tarian ini hanya dimainkan oleh 9 orang penari? Karena menurut filosofinyanya
menggambarkan Sembilan arah mata angina yang dikuasai oleh Sembilan dewa yang disebut
dengan Nawasanga. Tarian ini begitu kental akan sifat sakralnya. Untuk menarikan tarian ini
tidak boleh sembarangan orang, artinya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Syarat pertama, yaitu penari wanita harus seorang gadis suci dan tiding sedang haid. Jika
wanita itu sedang haid, dapat juga menarikan tarian ini dengan catatan harus ada izin dari
Kanjeng Ratu Kidul. Syarat selanjutnya yakni, para penari harus berpuasa terlebih dahulu
sebelum menarikan tarian ini.
Selain itu, tarian ini menunjukan gambaran mengenai Wira ( Perwira) dan Aeng ( Unggul).
Jadi dari penjelasan diatas tersebut, bahwa tari Beksan Wireng adalah tari yang betemakan
perang atau latihan perang untuk melatih ketangkasan prajurit dalam berperang. Keberadaan
tarian ini sudah ada sejak abad ke-11 (Zaman Jenggala-Kediri).
Biasanya tarian ini dimainkan oleh kaum pria dengan gerakan tari bersumber dari gerakan
pencak silat. Dalam pementasannya, tarian Beksan Wireng diringi dengan gending satu dan dua,
dimulai dari gending ladrang dan diteruskan dengan gending ketawang.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan