Anda di halaman 1dari 11

TARI KANDAGAN

Dosen Pengampu : Jauhari Kumara Dewi, M.Pd

Disusun Oleh :

Renti Anggraini
NIM. 21591172
Kelas : PGMI 5A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU


MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
2023

TARI KANDAGAN
A. PENGERTIAN
Tari Kandagan yaitu tari putri yang karakternya gagah, tari ini berupa tari
perkembangan dari tari Renggarini di tahun 1960 oleh tokoh pembaharu tari Sunda,
1
Raden Tjetje Somantri. Tari kandagan adalah jenis tari kreasi baru asal Sunda, Jawa
Barat. Tarian ini biasanya dibawakan oleh penari perempuan. Tari Kandagan bisa
dipertunjukkan secara tunggal ataupun secara berkelompok. Menghimpun buku
Abstraksi hasil penelitian dan karya cipta seni tahun 1979 s.d. 2007, tari kandagan
merupakan pengembangan dari tari Renggarini, kreasi salah satu maestro tari Sunda,
Raden Tjetje Somantri pada 1957.Kata kandagan sendiri artinya wadah untuk
menyimpan perhiasan dan juga barang berharga. Nama Kandagan dimaksudkan bahwa
2
tarian ini merupakan kumpulan dari berbagai gerakan tari yang indah. Tarian yang
memerlukan keterampilan dan latihan keras ini, ditampilkan baik secara tunggal maupun
berkelompok. Dalam mempersiapkan diri, para penari Kandagan pemula perlu
melakukan rangkaian olah badan dan persiapan tari.3

B. SEJARAH
Pada tahun 1957 Tjetje Somantri menciptakan tari Topeng Wadon, hanya
nama Wadon tidak cocok dengan bentuk tarinya, seterusnya namanya diubah menjadi
renggarini. Rengga artinya berlaga dalam arti kebaikan. 4Rini artinya wanita, jadi
Renggarini bisa diartikan sebagai wanita yang kelakuannya seperti lelaki atau wanita
yang aktif.5 Perbedaan dari dua tari ini yaitu dalam tata pakaian dan pemakaian soder
atau sampur panjang. Hiasan kepala tari Renggarini berupa perkembangan desain iket,
sedangkan di tari Kandagan menggunakan siger dengan rambut membentuk gambuh
kecil diatasnya. Pemakaian pakaian tari Renggarini yaitu kebaya kutung merah tua,
dengan pinggirannya warna hijau, sedangkan tari Kandagan menggunakan baju tutup
kutung, kerahnya pendek warna hitam.
Ini adalah salah satu tari kreasi baru yang asalnya dari tanah Sunda, Jawa Barat.
Biasanya, tarian ini dibawakan oleh para penari perempuan.Tari tradisional ini bisa
dipentaskan secara berkelompok maupun tunggal. Ini adalah tarian yang berkembang
dari tari Renggarini sehingga gaya dan bentuknya amat lincah, baru, dan juga

1
Rusliana, Iyus.2009.Kompilasi Istilah Tari Sunda.Bandung: Jurusan Tari, STSI Bandung.
2
https://kumparan.com/berita-hari-ini/kupas-tuntas-tari-kandagan-dari-asal-usul-hingga-gerakannya-1x2P5pAIeZy/
full
3
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/tari-kandagan-sisi-maskulin-dalam-tari-putri-sunda/
4
Rusliana, Iyus.2009.Kompilasi Istilah Tari Sunda.Bandung: Jurusan Tari, STSI Bandung.
5
Danadibrata, R.A. 2006. Kamus Basa Sunda. Kiblat Buku Utama: Bandung.
gagah.Tarian ini pertama kali dipentaskan di acara Kongres Jawatan Pendidikan
Masyarakat Pusat, Kab. Bogor. Nama penari yang menarikannya pertama kali adalah
Malia.Karena gerakannya yang gagah, berbagai macam, serta lincah, tarian ini sangat
meriah dan amat dikagumi para penonton. Hingga kini tarian ini masih lestari dan kerja
dipentaskan di berbagai acara tertentu.
Perbedaan dalam tata rias yaitu tidak dihiar godeg geulis di tari Renggarini sebab
tidak pakai susumping, rambut digulung keatas disembunyikan dalam iket. Dalam tari
Kandagan rambut memakai sanggul melengkapi tata rias Kandagan. 6 Kandagan artinya
wadah, tempat menyimpan perhiasan dan barang-barang berharga lainnya. Oleh karena
itu, nama tari Kandagan bisa juga dimaksudkan tempat kumpulan gerak-gerak tari.Dalam
latihannya, tari Kandagan termasuk tari putri yang gagah, tari ini memerlukan
keterampilan bakat dan latihan yang lama untuk menguasainya. Untuk membentuk
koreografi tari Kandagan untuk pemula biasanya dimulai dengan mengolah badan untuk
persiapan menari.7
Dalam pertunjukannya, tari Kandagan dipertunjukkan tunggal, tetapi bisa juga
ditarikan sejara berbarengan, tentu saja dengan karakter penari yang sama yaitu karakter
gagah putri. Tari Kandagan mempunyai kekayaan gerak yang beragam yang dibangun
oleh gerak pokok dan gerak peralihan. Selain dari itu, untuk belajar menari tari
Kandagan dibutuhkan sikap dan gerak sebagai pola yang mendorong ke pertunjukannya.
Seperti sikap kepala, badan, kaki, dan tangan. Begitu juga gerak kepala, badan, kaki dan
tangan. Sama seperti karakter tarinya yang gagah, dalam menerapkan sikap dan gerak
mempunyai perbedaan dengan tari Dewi dan Sulintang.8
Munculnya karya-karya Tjetje Somantri khususnya tarian-tarian putri merupakan
sejarah baru bagi perkembangan Tari Sunda, yang secara historis merupakan jembatan
dari masa lampau dengan masa kini. Hal ini merupakan suatu langkah yang maju dan
berani, karena bagi perempuan pada waktu itu dianggap aib untuk menari. Tari
pertunjukan khusus putri yang memasyarakat belumlah ada, kecuali ronggeng
(Caturwati, 2007).
Sebagaimana menurut Saini K.M. dalam Ardjo (2008) tarian putri mau tidak mau
akan mempertunjukkan erotisme yang halus namun terjaga. Kesan ini akan selalu tampak
pada tari putri yang berwatak halus. Lebih lanjut, erotisme pada masa itu berbeda dengan
kriteria erotisme vulgar yang melanda gerak tari rakyat masa sekarang. Ardjo (2008)
berpendapat bahwa gerakan seorang wanita menari sekecil apapun geraknnya dapat saja

6
Rusliana, Iyus.2009.Kompilasi Istilah Tari Sunda.Bandung: Jurusan Tari, STSI Bandung
7
Rusliana, Iyus.2009.Kompilasi Istilah Tari Sunda.Bandung: Jurusan Tari, STSI Bandung
8
Rusliana, Iyus.2009.Kompilasi Istilah Tari Sunda.Bandung: Jurusan Tari, STSI Bandung
menumbuhkan gerak erotik tergantung dari sudut pandang si penonton. Jadi
sesungguhnya kesan erotik boleh saja muncul dalam benak sang penonton asal si penari
tahu tugas seninya yang murni dipanggung. Dengan demikian, tari putri Sunda pada
masa itu tetap menjunjung tinggi nilai dan norma yang ada.

C. FUNGSI TARI KANDAGAN


Ini adalah tari kreasi sehingga penyajiannya menomorsatukan sisi artistiknya.
Dengan begitu, koreografi pada tari ini amatlah menarik karena gerakannya pun amat
banyak dan beragam. Jadi, tarian ini memiliki fungsi sebagai sarana hiburan untuk
berbagai macam acara.Adapun fungsi lainnya dari tarian ini adalah sebagai penyambutan
tamu undangan. Hal ini bisa dilihat dari tarian ini kerap ditarikan oleh putri Relati, yakni
putri dari Keraton Kanoman Cirebon.Putri Relati menarikan tarian ini guna untuk
menyambut tamu agung yang datang ke sana. Kemudian, tarian ini juga berfungsi
sebagai tarian pembuka pada acara tertentu.Misalnya, pada awal lahirnya tarian ini
dipentaskan sebagai tarian pembuka di acara suatu kongres di Bogor. Hal ini karena
gerakan tarian ini amat menghibur dan memberikan kebahagiaan pada penontonnya.

D. CIRI KHAS DAN KEUNIKAN TARI KONDAGAN


Tari Kandagan tergolong tari putri yang gagah. Karena itulah unsur maskulinitas
lebih ditonjolkan dalam gestur para penarinya. Maskulinitas tersebut terlihat dalam sikap
gerak, kepala, badan, kaki dan tangan yang digunakan dalam tari ini.Meskipun dalam hal
gestur terdapat banyak kesamaan antara tari Renggarini dengan Tari Kandagan, tetapi
kedua tari ini memiliki banyak perbedaan dalam kostum yang digunakan. Penari
Kandagan menggunakan siger dengan rambut gambuh kecil, baju tutup kutung berkerah
hitam, dan sanggul disertai tata rias kandagan. Adapun tari Renggarini menggunakan
hiasan kepala yang merupakan pengembangan desain iket, berbaju kebaya kutung merah
tua dan tidak menggunakan sanggul.9
Sama seperti tari tradisional lainnya, tari ini pun memiliki keunikan tersendiri.
Misalnya, keunikannya terdapat pada gerakannya yang sangat bervariasi dan terdapat
unsur maskulinitas pada gerakan tariannya.Oleh karena itu, tarian ini amat mudah
dikenali karena keunikannya tersebut. Berikut ini adalah penjelasan dari keunikan tari
tradisional asal tanah Jawa Barat:
1. Gerakannya Bervariasi
Tari ini terkenal akan gerakannya yang banyak dan bermacam-macam. Maka, tidak
heran jika para penarinya harus berlatih dalam waktu yang lama untuk
9
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/tari-kandagan-sisi-maskulin-dalam-tari-putri-sunda/
menghafalkan gerakannya.Ada lebih dari 20 gerakan yang harus dihafalkan penari,
baik itu gerakan kepala, kaki, tangan, tubuh, hingga mengayunkan soder yang
dikenakan. Namun, karena gerakannya begitu bervariasi, tarian ini amat menghibur.
2. Terdapat Unsur Maskulinitas
Selain kaya akan gerakannya, keunikan lainnya dari tarian ini adalah adanya unsur
maskulinitas di dalamnya. Pasalnya, tarian ini mengisahkan tentang bagaimana
seorang perempuan seolah-olah berperilaku seperti laki-laki untuk mencari kekasih
hatinya.Oleh karena itu, penari yang menarikan tarian ini harus menonjolkan unsur
maskulinitas dalam tiap gesturnya. Unsur maskulinitas tersebut harus terlihat dalam
setiap gerakannya.Kemudian, tiap tindak tanduk, badan, kepala, tangan, dan kaki
penari juga harus menunjukkan unsur tersebut. Oleh karena itu, meskipun
gerakannya amat bervariasi namun, penarinya mampu menunjukkannya dengan
gerakan yang tegas dan juga gagah.

E. KARAKTERISTIK GERAK TARI KANDAGAN

Tari Kandagan merupakan jenis tarian putri ladak atau gagah. Menurut
Soedarsono dalam (Narawati, 2003) mengemukakan bahwa terdapat satu gerak, yaitu
gerak penguat ekspresi yang oleh Desmond Morris disebut sebagai baton signal.
Narawati (2003) menambahkan bahwa baton signal yang dilakukan oleh seorang tokoh
dalam wayang wong Cirebon bisa menyampaikan pesan kuat kepada penikmat. Bahwa
ia sedang berbicara dengan siapa, pembicaraan itu menyenangkan atau tidak. Bahkan
baton signal bias untuk memperkuat ungkapan verbal marah yang akan sangat
berlainan dengan baton signal bagi ungkapan verbal sedang dalam adegan formal.
Dengan demikian, baton signal merupakan salah satu gerak dalam komposisi tari yang
berarti sebagai penguat ekspresi. Selain baton signal terdapat pula gerak lainnya yaitu
gerak berpindah tempat (locomotion), gerak muri (pure movement), dan gerak maknawi
(gesture). Dalam Tari Kandagan lebih banyak gerakan berpindah tempat (locomotion),
karena bentuk tarinya yang enerjik, maka terdapat banyak gerakan yang berpindah
tempat.

(Ardjo, 2008) mengemukakan tentang susunan gerak Tari Kandagan yang


diajarkan Irawati berdasarkan catatan dari Kandi, pengendang BKI dan Rinenggasari,
putra Kayat, antara lain : (1) calik sembah,(2) jangkung ilo seblak panangan, (3)
engkeg gigir, (4) ungkleuk, (5) minced radea, (6) jangkung ilo bahu, (7) pakbang
rineka, (8) jangkung ilo makutaan, (9) pakbang gandet, mincid rinengga, pucang
kaanginan, (10) waliwis mandi, (11) calik, sembah. Berdasarkan susunan ragam gerak
tersebut, terdapat hasil analisis ragam gerak Tari Kandagan terhadap makna figur
wanita, yakni sebagai berikut :

Tabel 1. Analisis Ragam Gerak Tari Kandagan

Nama Gerak Deskripsi Gerak Makna Gerak pada Figur Wanita


Calik, sembah Gerak duduk sambil Ragam gerak melambangkan
menyembah atau memberi pembukaan serta penghormatan serta
hormat, dengan merapatkan melambangkan sifat wanita yang
kedua telapak dan jari tangan sopan dan santun.
dengan posisi ibu jari
yang tegak
Jangkung ilo Gerakan adeg-adeg dengan Gerak yang bermakna meninjau atau
seblak panangan salah satu kaki mengarah ke mempertimbangkan kembali rencana
depan dengan tumpuan/berat yang telah/akan dilakukan,
badan di belakang dan posisi melambangkan sifat wanita yang
tangan berada di depan dada. penuh kehati-hatian.

Engkeg gigir Gerak melangkah silang ke Gerak yang melambangkan sifat


belakang ke arah samping wanita yang penuh kehati-hatian
kanan, kemudian melangkah
silang ke depan kembali ke
arah kiri, tangan kanan
pegang soder di bahu.
Alung soder, sepak - Gerak melempar Gerak yang melambangkan sifat
soder soder/selendang ke atas wanita yang aktif, cekatan, lincah,
dengan tangan kiri atau dan enerjik
kanan;
- Gerak menjepit
soder/selendang dengan jari
dan menyepaknya ke
belakang atas hingga
terlempar ke udara
Ungkleuk Gerakan kepala yang dijulur Gerak yang melambangkan sifat
dan ditarik dengan gerakan wanita yang lembut, lentik, dan
kecil dan tegas (pendek) yang anggun.
disertai dengan gerakan mata
agar gerakan menjadi indah

Mincid radea Gerakan peralihan kaki seperti Gerak yang menggambarkan seorang
melangkah dengan salah satu wanita selalu memiliki kesiapan dan
posisi tangan sejajar dengan perencanaan dalam mengahadapi
bahu dan posisi satu tangan sesuatu.
lagi berada di depan dada.
Jangkung ilo bahu Gerakan adeg-adeg dengan Gerak yang bermakna meninjau atau
salah satu kaki mengarah ke mempertimbangkan kembali rencana
depan dengan tumpuan/berat yang telah/akan dilakukan,
badan di belakang disertai melambangkan sifat wanita yang
gerakan bahu. penuh kehati-hatian.
Pakbang rineka Gerak melangkahkan kaki Gerak yang melambangkan sifat
Dengan gagah mengikuti suara wanita yang gagah, aktif, tegas, dan
kendang yang tegas. percaya diri.
Jangkung ilo Gerak melangkah ke depan dan Gerak yang melambangakan wanita
makutaan tangan kiri di depan memiliki sifat anggun dan memiliki
wajah dan tangan nilai estetis
kanan di dekat telinga.
Pakbang - Berjalan ke samping silang Ragam gerak yang melambangkan
gandet, ke belakang, gerakan tangan sifat wanita yang aktif untuk
mincid seperti menepuk bahu melangkah, anggun, lembut, dan
rinengga, bergantian kanan dan kiri. selalu hati-hati dalam mengambil
pucang kaanginan - Berjalan dengan langkah sikap.
kecil-kecil dengan irama
cepat, sikap tangan
sembada (sikap tangan kanan
ditekuk di depan dada
tangan kiri merentang lurus
ke samping).
- Gerak berjalan agak cepat
dengan gerakan tangan
diayun ke depan posisi
tangan kiri ditekuk ke
belakang telapak
menghadap ke atas, tangan
kanan ditekuk jari-jari di
bawah sikut tangan kiri.
Waliwis mandi Gerakan seperti burung Gerak yang melambangkan wanita
belibis yang sedang mandi. yang pandai membersihkan diri
dan bersolek.

Calik, sembah Gerak duduk sambil Ragam gerak melambangkan


menyembah atau memberi penutup serta penghormatan serta
hormat, dengan merapatkan melambangkan sifat wanita yang
kedua telapak dan jari anggun dan penuh penghargaan.
tangan dengan posisi ibu jari
yang tegak

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dari setiap ragam gerak Tari Kandagan
mencerminkan sifat-sifat wanita yang memiliki kelembutan, keanggunan, kegagahan,
keaktifan, kelincahan, dan memiliki nilai sopan santun. Dengan demikian, figur wanita
dalam Tari Kandagan memberikan kesan bahwa wanita adalah sosok makhluk yang
kuat, pantang menyerah, dan berani menghadapi segala sesuatu yang ada di depan mata,
selain itu wanita pun pandai menjaga keanggunan serta kecantikannya.
F. TATA BUSANA TARI KANDAGAN
Tari Kandagan menggambarkan wanita yang lincah dan dinamis, sehingga
busana yang digunakan dalam Tari Kandagan menyerupai penampilan seorang pria. Hal
tersebut bertujuan untuk menampilkan kelincahannya, bahkan penari mengenakan
busana yang memberi kesan penampilan seorang pria. Penari mengenakan celana yang
disebut celana sontog, berbaju tanpalengan yang disebut baju kutung, serta
berselendang dua lembat, yang satu pendek dan yang lainnya panjang yang disebut
soder. Hiasan kepalanya yang disebut siger diberi hiasan untaian bulatan-bulatan kecil
yang menggantung di sebelah kiri-kanan telinga yang disebut rawis (Narawati, 2003).
1. Baju kutung
Baju kutung merupakan busana yang digunakan dalam Tari Kandagan yang
memiliki bentuk seperti baju pada umumnya, namun tidak berlengan. Baju kutung
yang digunakan dalam Tari Kandagan bermotif kembang, yang melambangkan
keindahan dan keanggunan seorang wanita.
2. Celana sontog
Celana sontog merupakan celana yang memiliki panjang sampai di tengah betis
atau dapat dikatakan sebagai celana ¾ . Celana sontog yang digunakan dalam Tari
Kandagan berwarna hitam, yang melambangkan kegagahan seorang wanita
(Wahyudi et al., 2018).
3. Soder/selendang
Soder merupakan selendang yang digunakan untuk menari (Ardjo, 2008). Soder
yang digunakan dalam Tari Kandagan terdiri dari dua soder.
4. Siger
Siger adalah hiasan kepala yang berdiri tegak menutupi dahi dan bagian samping
kepala, biasanya terbuat dari emas, kuningan, atau kulit bercat emas dengan
manik-manik dan payet (Ardjo, 2008). Siger dalam Tari Kandagan melambangkan
daya tarik seorang wanita (Ardjo, 2007).
5. Rawis
Rawis adalah bola-bola benang wol kecil atau tumpukan kain yang dipotong
bundar dan diuntai selang-seling dengan manik-manik (Ardjo, 2008). Rawis dalam
Tari Kandagan melambangkan daya tarik seorang wanita (Ardjo, 2007)

G. TATA RIAS TARI KANDAGAN


Tata rias yang digunakan dalam Tari Kandagan adalah tata rias putri gagah.
Dalam tata rias, terdapat ilmu yang mempelajari mengenai karakteristik rias, ilmu
tersebut dinamakan pendekatan phisiognomi. Narawati (2013) berpendapat bahwa
pendekatan phisiognomi adalah ilmu untuk membaca wajah dengan
mempertimbangkan garis-garis mata, alis, mulut beserta kumisnya, dan bentuk hidung.
Pendekatan phisiognomi disesuaikan pula pada karakter tarian serta karakter peran dari
lakon atau penarinya. Jika dilihat dari tata riasnya, maka karakteristik rias dalam Tari
Kandagan merupakan karakteristik putri gagah dan dinamis. Hal tersebut terlihat dari
bentuk alis yang membentuk alis masekon, yang dimana bentuk alis besar dan
menjulang ke atas. Narawati (2013) menambahkan bahwa secara phisiognomis, ksatria
gagah dan dinamis memiliki mata yang agak terbuka dengan ujung mata lebih tinggi
dari pangkalnya, bentuk alis yang besar, ujung kumis yang agak menjulang ke atas, dan
bentuk hidung yang agak besar.
DAFTAR PUSTAKA

Ardjo, I. D. (2007). Tari Sunda Tahun 1880-1990. Pusbitari Press.


Ardjo, I. D. (2008). Tari Sunda Tahun 1940-1965 Raden Tjetje Soemantri dan Kiprah BKI.
Pusbitari Press.
Arista, R. C., & Sattar, M. (2015). Figur Wanita Dalam Dua Karya Mufi Mubaroh.
Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 3(3), 190–196.
Caturwati, E. (2007). R. Tjetje Somantri (1892- 1963) Tokoh Pembaharu Tari Sunda.
Tarawang. Creswell, J. W. (2016). Research Design (4th ed.). Pustaka Pelajar.
Danadibrata, R.A. 2006. Kamus Basa Sunda. Kiblat Buku Utama: Bandung.
Dewi, A. S. (2020). Makna Gerak dan Fungsi Tari Tajun Tandang Dalam Upacara
Batatungkal di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Imaji Jurnal Seni Dan
Pendidikan Seni, 18(1), 16–24.
Fadilah, S. (2018). Kesetaraan gender : Fenomena pergeseran peran ekonomi wanita dari
tulang rusuk menjadi tulang punggung. Gender Dan Anak, 1(1), 18–26.
Moleong, L. J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif (33rd ed.). Remaja Rosdakarya.
Narawati, T. (2013). Etnokoreologi : Pengkajian Tari Etnis & Kegunaannya Dalam
Pendidikan Seni. Isla-2, 70–74.
Narawati, Tati. (2003a). Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa. P4ST UPI.
Narawati, Tati. (2003b). Wajah Tari Sunda Dari Masa Ke Masa (1st ed.). Bandung: P4ST
UPI. Narawati, Tati. (2013). Transformasi Nilai Budaya Sunda dalam Tari
Keurseus: Dulu, Kini,dan Nanti. Makalah Konferensi Internasional Budaya Sunda
(KIBS).
Rusliana, Iyus.2009.Kompilasi Istilah Tari Sunda.Bandung: Jurusan Tari, STSI Bandung.
Sabatari, W. (2015). Seni: Antara Bentuk Dan Isi. Imaji, 4(2).
https://doi.org/10.21831/imaji.v4i2.6716
Sarwono, S. W. (2013). Psikologi Lintas Budaya. In ウイルス (2nd ed., Vol. 52, Issue
1). Raja Grafindo Persada.
Subiantoro, I. H. (2008). Komposisi Tari Laku Kreatif Terhadap Penciptaan Tari Anak.
In E. Caturwati & S. Rustiyanti (Eds.), Tari Anak-anak dan Permasalahnnya (pp. 35–
60). Sunan Ambu Press STSI Bandung.
Wahyudi, A. V., Narawati, T., & Nugraheni, T. (2018). Penanaman Nilai-Nilai
Kasundaan Berbasis Pembelajaran Tari Pakujajar di SMP Negeri 5 Sukabumi.
Panggung, 28(2). https://doi.org/10.26742/panggung.v28i2.462

Anda mungkin juga menyukai