Anda di halaman 1dari 16

Makalah Tentang OPM ( Organisasi Papua Merdeka )

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Manusia dan Agama Islam.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dan tak lupa, pada kesempatan kali ini, penulis
mengucapkan banyak tertima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Ciamis, 16 Oktober 2017

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
A. Pemimpin OPM.......................................................................................
B. Berdirinya OPM......................................................................................
C. Tokoh – Tokoh OPM..............................................................................
D. Markas OPM...........................................................................................
E. Jumlah Kekuatan OPM...........................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Papua merupakan salah satu wilayah di bawah naungan NKRI dengan falsafah Bhineka
Tunggal Ikanya, Papua adalah wilayah yang kaya akan ragam budaya yang menjadi cirikhas
masyarakat papua dengan masyarakat lain. Membicarakan mengenai Bhineka Tunggal Ika
dengan memandang segala aspek tidak terkecuali aspek budaya kita adalah satu kesatuan
yang utuh di bawah naungan falsafah pancasila. Jadi sudah sepantasnya kita menjaga
rasa persatuan dan kesatuan NKRI dalam menghadapi berbagai masalah yang mengancam
keutuhan NKRI.
Baru-baru ini muncul kembali gerakan separatis oleh OPM yang mengancam Keutuhan
NKRI, organisasi Papua Merdeka (OPM) ini muncul menentang pemerintahan yang sah.
.

B. Rumusan Masalah
1. Siapa pemimpin OPM ?
2. Apa alasan Berdirinya OPM ?
3. Siapa saja Pengikut OPM ?
4. Dimana Markas OPM ?
5. Bagaimana Kekuatan OPM ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemimpin OPM
Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah organisasi yang didirikan pada
tahun 1965 untuk mengakhiri pemerintahan provinsi Papua dan Papua Barat yang saat ini di
Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, dan untuk memisahkan diri dari
Indonesia.
Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan memicu untuk terjadinya kemerdekaan bagi
provinsi tersebut yang berakibat tuduhan pengkhianatan. Sejak awal OPM telah menempuh
jalur dialog diplomatik, melakukan upacara pengibaran bendera Bintang Kejora, dan
dilakukan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. Pendukung secara rutin
menampilkan bendera Bintang Kejora dan simbol lain dari kesatuan Papua, seperti lagu
kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang negara, yang telah diadopsi pada periode
1961 sampai pemerintahan Indonesia dimulai pada Mei 1963 di bawah Perjanjian New York.
Menanggapi hal tersebut, Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM, Seth Jafeth
Roemkorem dan Jacob Hendrik Prai, berencana mendeklarasikan kemerdekaan Papua pada
tahun 1971. Tanggal 1 Juli 1971, Roemkorem dan Prai mendeklarasikan Republik Papua
Barat dan segera merancang konstitusinya. Konflik strategi antara Roemkorem dan Prai
berujung pada perpecahan OPM menjadi dua faksi: PEMKA yang dipimpin Prai dan TPN
yang dipimpin Roemkorem. Perpecahan ini sangat memengaruhi kemampuan OPM sebagai
suatu pasukan tempur yang terpusat.
Sejak 1976, para pejabat perusahaan pertambangan Freeport Indonesia sering menerima
surat dari OPM yang mengancam perusahaan dan meminta bantuan dalam rencana
pemberontakan musim semi.
B. Berdirinya OPM
OPM itu lahir dan dibentuk di Irian Jaya, dikenal dan disebarkan khususnya oleh faksi
pimpinan Terianus Aronggera (SE) di Manokwari. Jadi dapat dikatakan bahwa fakta tentang
lahirnya OPM itu sudah terungkap sehingga menghilangkan berbagai spekulasi selama ini.
Berbagai spekulasi yang muncul selama ini misalnya oleh pemerintah Indonesia bahwa OPM
itu dibentuk oleh Belanda dengan tokoh-tokohnya yakni Markus Kaisiepo, Nicolaas Jouwe
dan kawan-kawan. Atau OPM itu lahir di pedalaman Irian Jaya melalui berbagai kegiatan
pemberontakan.
Mengenai Bendera, OPM dipimpin Terianus Aronggera (SE) tetap menggunakan
bendera Papua rancangan Mr. De Rijke yang dikibarkan pertama kali pada tanggal 1
November 1961 sedangkan OPM pimpinan Aser Demotekay merancang suatu bendera baru.
Menurut Dinas Sejarah Militer Kodam XVII Cenderawasih, ada lima sebab yang
menyebabkan pemberontakan OPM, yaitu:
1. Aspek Politik
Pada masa pemerintahan Belanda, pemerintah Belanda menjanjikan kepada rakyat
Papua untuk mendirikan suatu negara (boneka) Papua yang terlepas dari negara Republik
Indonesia. Beberapa pemimpin putra daerah yang pro-Belanda mengharapkan akan
mendapatkan kedudukan yang baik dalam negara Papua tersebut. Janji pemerintah Belanda
itu tidak dapat direalisir sebab Irian Jaya harus diserahkan kepada Indonesia melalui
perjanjian New York 1962. Walaupun dalam perjanjian itu terdapat pasal tentang hak untuk
menentukan nasib sendiri, namun pelaksanaannya diserahkan kepada Indoenesia dan
disaksikan oleh pejabat PBB. Apalagi pada tahun 1965 menyatakan keluar dari PBB,
sehingga dukungan dari PBB tidak dapat diharapkan lagi.
2. Aspek Ekonomis
Pada tahun 1964, serta tahun-tahun 1965 dan 1966, keadaan ekonomi di Indonesia
pada umumnya sangat buruk, dan memberikan pengaruh yang sangat terasa di Irian Jaya.
Penyaluran barang-barang kebutuhan pangan dan sandang ke Irian Jaya macet dan sering
terlambat ditambah pula dengan tindakan para petugas Republik Indonesia di Irian Jaya yang
memborong barang-barang yang ada di toko dan mengirimnya ke luar Irian Jaya untuk
memperkaya diri masing-masing. Akibatnya Irian Jaya mengalami kekurangan pangan dan
sandang. Kondisi yang demikian ini tidak pernah dialami oleh rakyat Irian Jaya pada masa
penjajahan pemerintah Belanda.
3. Aspek Psychologis
Rakyat Irian Jaya pada umumnya berpendidikan kurang atau rendah diwilayah pesisir
pantai dan di wilayah pedalaman tidak berpendidikan, sehingga mereka kurang berpikir
secara kritis. Hal ini menyebabkan mereka mudah dipengaruhi. Mereka lebih banyak
dipengaruhi emosi daripada pikiran yang kritis dan sehat dalam menghadapi suatu
permasalahan. Bila suatu janji itu tidak ditepati maka sikap mereka akan berubah sama sekali.
Misalnya sebagai bukti dalam hal ini adalah Mayor Tituler Lodwijk Mandatjan yang
menyingkir 2 (dua) kali ke pedalaman Manokwari tetapi kembali lagi dan mengaku taat
kepada pemerintah Indonesia.
4. Aspek Sosial
Pada masa Belanda para pejabat pemerintah lokal di Irian Jaya pada umumnya
diangkat dari kalangan kepala suku (dibanding dengan di Jawa dimana Belanda mengangkat
pegawai dari golongan Priyayi). Kalau mereka itu memberontak maka mereka akan mendapat
dukungan dan pengaruh dari sukunya serta dalam suasana yang genting pada kepala suku itu
harus berada ditengah-tengah sukunya itu. Misalnya, Lodwijk Mandatjan.
5. Aspek Ideologis
Di kalangan rakyat Irian Jaya hidup suatu kepercayaan tentang seorang pemimpin
besar sebagai Ratu Adil yang mampu membawa masyarakatnya kepada kehidupan yang lebih
baik atau makmur. Gerakan ini di Biak disebut gerakan Koreri (Heilstaat) atau Manseren
Manggundi. Kepercayaan ini yang memberikan motivasi bagi pemberontakan yang dipimpin
oleh M. Awom di Biak, dimana M. Awom dianggap sebagai pimpinan besar menyerupai
Nabi Musa yang oleh para pengikutnya dianggap Sakti.
Selanjutnya berdasarkan dengan hasil wawancara dengan beberapa tokoh OPM baik
didalam dan diluar Negeri maka diperoleh sebab-sebab pemberontakan sebagai berikut:
1. Rasa Nasionalisme Papua, senasib dan seperjuangan untuk berjuang bagi kemerdekaan
bangsa dan negara Papua Barat (West Papua).
2. Hendak meningkatkan dan mewujudkan janji Belanda yang tidak sempat direalisir akibat
Integrasi dengan Indonesia secara Paksa dan TidakAdil.
3. Persetujuan politik antara Belanda dan Indonesia yang melahirkan perjanjian New York
1962 itu tidak melibatkan bangsa Papua (Wakilnya) sebagai bangsa dan tanah air yang
dipersengketakan.
4. Latar belakang sejarah yang berbeda antara rakyat Papua Barat dan bangsa Indonesia.
5. Masih terdapat perbedaan Sosial, Ekonomi dan Politik antara bangsa Papua dan Bangsa
Indonesia.
6. Tereksploitasi hasil dari Papua Barat yang dilakukan secara besar-besaran untuk bangsa
Indonesia, sedangkan rakyat Papua Barat tetap miskin dan terbelakang.
7. Tekanan terhadap rakyat Papua yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejak awal
Integrasi hingga saat ini.
8. Hendak mewujudkan cita-cita dari gerakan Cargo, yaitu suatu bangsa dan Papua Barat yang
Makmur di akhir Jaman.
Dari berbagai alasan atau sebab-sebab pemberontakan OPM sebagaimana diuraikan
diatas, maka disimpulkan bahwa pemberontakan OPM di Irian Jaya terjadi karena
"Ketidakpuasan terhadap keadaan, kekecewaan, dan telah tumbuh suatu kesadaran
Nasionalisme Papua Barat". Ketidakpuasan terhadap keadaan ekonomi yang buruk pada awal
integrasi dan terutama pada tahun-tahun 1964 , 1965 dan 1966 dan juga terhadap sikap aparat
pemerintah dan Keamanan yang tidak terpuji. Juga tidak puas terhadap sikap memandang
rendah atau sikap menghina orang Irian yang sering sengaja ataupun tidak sengaja
menggeneralisir keadaan suatu suku dengan suku-suku lainnya seperti: Pakai Koteka`, "masih
biadab", "Goblok, Jorok", dan lain sebagainya dimana pada masa pemerintahan Belanda
ungkapan-ungkapan demikian tidak pernah atau dengan mudah diucapkan kepada orang
Irian.

C. Tokoh – Tokoh OPM


Aktivis dan pejuang
1. Benny Wenda, Aktivis Papua Merdeka
2. Filep Karma, Aktivis Papua Merdeka
3. Goliath Tabuni, pejuang Papua Merdeka
4. Kelly Kwalik, pemimpin sayap militer OPM.
5. Mako Tabuni, Aktivis Papua Merdeka
6. Mozes Kilangin, pejuang Papua
7. Nicolaas Jouwe, Aktivis Papua Merdeka
8. Thaha Alhamid, Sekjen Presidium Dewan Papua
9. Theys Hiyo Eluay, Pemimpin Papua Merdeka, Ketua Presidium Dewan Papua
10. Tom Beanal, Ketua Presidium Dewan Papua
11. Yosepha Alomang, Aktivis HAM Papua

D. Markas OPM
Organisasi internal OPM sulit untuk ditentukan. Pada tahun 1996 'Panglima Tertinggi'
OPM adalah Mathias Wenda. Juru bicara OPM di Sydney, John Otto Ondawame,
mengatakan telah lebih atau kurang dari sembilan titah kemerdekaan. Jurnalis lepas Australia,
Ben Bohane, mengatakan telah ada tujuh titah kemerdekaan. Tentara Nasional Indonesia
mengatakan OPM memiliki dua sayap utama, 'Markas Besar Victoria' dan 'Pembela
Kebenaran'. Mantan yang lebih kecil, dan dipimpin oleh ML Prawar sampai ia ditembak mati
pada tahun 1991. Terakhir ini jauh lebih besar dan beroperasi di seluruh Papua Barat.
Organisasi yang lebih besar, atau Pembela Kebenaran (selanjutnya PEMKA), yang
diketuai oleh Jacob Prai, dan Seth Roemkorem adalah pemimpin Fraksi Victoria. Selama
pembunuhan Prawar, Roemkorem adalah komandannya. Sebelum pemisahan ini, TPN/OPM
adalah satu, di bawah kepemimpinan Seth Roemkorem sebagai Komandan OPM, kemudian
menjadi Presiden Pemerintahan Sementara Papua Barat, sementara Jacob Prai menjabat
sebagai Ketua Senat. OPM mencapai puncaknya dalam organisasi dan manajemen (dalam
istilah modern) karena sebagai struktural terorganisasi. Selama ini, Pemerintah Senegal
mengakui keberadaan OPM dan memungkinkan OPM untuk membuka Kedutaan di Dakhar,
dengan Tanggahma sebagai Duta Besar.
Karena persaingan, Roemkorem meninggalkan markasnya dan pergi ke Belanda.
Selama ini, Prai mengambil alih kepemimpinan. John Otto Ondawame (waktu itu ia
meninggalkan sekolah hukum di Jayapura karena diikuti dan diancam untuk dibunuh oleh
ABRI Indonesia siang dan malam) menjadi tangan kanan dari Jacob Prai. Itu inisiatif Prai
untuk mendirikan Komandan Regional OPM. Dia menunjuk dan memerintahkan sembilan
Komandan Regional. Sebagian besar dari mereka adalah anggota pasukannya sendiri di
kantor pusat PEMKA, perbatasan Skotiau, Vanimo-Papua Barat. Komandan regional dari
mereka, Mathias Wenda adalah komandan untuk wilayah II (Jayapura-Wamena), Kelly
Kwalik untuk Nemangkawi (Kabupaten Fakfak), Tadeus Yogi (Kabupaten Paniai), Bernardus
Mawen untuk wilayah Maroke dan lain-lain. Komandan ini telah aktif sejak itu. Kelly Kwalik
ditembak dan dibunuh pada 16 Desember 2009.
Pada tahun 2009, sebuah kelompok perintah OPM yang dipimpin oleh Jenderal Goliat
Tabuni (Kabupaten Puncak Jaya) sebagai fitur pada laporan menyamar tentang gerakan
kemerdekaan Papua Barat.

E. Jumlah Kekuatan OPM


TNI memperkirakan kekuatan Organisasi Papua Merdeka (OPM) tinggal 6 persen dari
jumlah seluruh penduduk Papua. Kekuatan OPM ini lebih merupakan kekuatan ideologi
dibandingkan separatisame bersenjata. "Jumlahnya tidak tetap. Kita tidak tahu secara pasti.
Tapi sekitar 6 persen dari jumlah masyarakat Papua,\\\" kata Pangdam XVII Trikora Mayjen
TNI Zamroni.Hal ini disampaikan dia usai bertemu dengan Menko Polhukam Widodo AS di
Kantor Kementerian Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (24\/7\/2007).
Menurut Zamroni, kekuatan OPM saat ini lebih mengarah ke gerakan ideologi politik,
ketimbang separatis bersenjata. Namun hal itu masih menjadi potensi ancaman
keamanan.\\\"Ini memang sangat kecil, hanya 6 persen ideologi separatis, yang bersenjata
hanya terdeteksi 50 pucuk senjata api yang tersebar di Papua,\\\" jelasnya.Zamroni menilai,
pembentangan bendera OPM beberapa waktu lalu tidak mempunyai efek yang luas kepada
masyarakat. Ini disebabkan pembentangan bendera ini hanya dilakukan oleh sekelompok
kecil warga.Dalam pertemuan tersebut, lanjut Zamroni, Menko Polhukam Widodo AS
berpesan agar kondisi keamanan yang telah kondusif ini tetap dijaga dan dipertahankan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Organisasi Papua Merdeka atau disingkat OPM adalah sebuah organisasi yang didirikan
pada tahun 1965 di Papua.
2. Tujuan didirikannya organisasi ini ialah untuk menggulingkan pemerintahan Indonesia
yang saat ini ada di provinsi Papua dan Papua Barat (dulu Irian Jaya). Tujuan akhirnya tidak
lain adalah untuk memisahkan diri dari Indonesia dan menolak pembangunan dari Indonesia.
3. Organisasi ini dianggap ilegal oleh pemerintah Indonesia dan disebut sebagai upaya
pengkhianatan terhadap NKRI. Sejak berdiri, OPM telah melakukan berbagai upaya untuk
mencapai tujuannya seperti mengibarkan bendera bintang kejora, melakukan negosiasi
diplomatik, sampai melakukan invasi militan pada konflik Papua.
4. Para pendukung dan anggota organisasi ini sering membawa-bawa bendera bintang kejora
dan lambang persatuan mereka. Bahkan organisasi ini sudah menyiapkan lagu kebangsaan
mereka sendiri yang berjudul “Hai Tanahku Papua”.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis uraikan. Semoga makalah ini dapat menambah
wawasan dan serta ilmu pengetahuan bagi para pembaca. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Papua_Merdeka
2. https://www.kompasiana.com/sang-pengembara/secara-politik-opm-sudah-
menang_550a3446a3331131712e3930
3. http://www.eventzero.org/organisasi-papua-merdeka-opm/
4. http://m-barsal.blogspot.co.id/2017/04/latar-belakang-sejarah-organisasi-papua-merdeka-
opm.html
Sejak merdeka, ada berbagai macam masalah yang terus dihadapi
oleh Negara Indonesia. Mulai dari mempertahankan kemerdekaan
dari tangan penjajah yang ingin menguasai kembali Indonesia,
konflik agama, hingga perselisihan antar suku sudah tidak dapat
dihindari lagi. Berbagai latar belakang menimbulkan banyak
permasalahan – permasalahan baru. Tidak sedikit juga beberapa di
antara masalah tersebut sudah dapat diselesaikan dengan jalan
damai. Namun ada juga yang belum terselesaikan hingga saat ini.

Sebagai negara yang berdaulat dan memiliki latar belakang sejarah


yang panjang, Indonesia masih terus berjuang untuk mempertahan
kedaulatan tersebut. Salah satu masalah Negara Indonesia yang
hingga saat ini belum terselesaikan yaitu mengenai konflik
kenegaraan yang mengancam kedaulatan negara. Masalah tersebut
berada di Indonesia bagian timur yang jika dilihat dari geografis
cukup jauh ibu kota negara, apalagi jika bukan Papua.

Akhir – akhir ini konflik


di Papua terus memanas, dan salah satunya dipicu oleh sebuah
kelompok atau organisasi yang berbasis di Papua. Kelompok
tersebut bertujuan ingin melepaskan diri dari Negara Kedaulatan
Republik Indonesia, sama seperti yang pernah terjadi di Tanah
Rencong, Daerah Istimewa Aceh beberapa tahun silam. Dan
kelompok tersebut bernama Organisasi Papua Merdeka atau
disingkat dengan OPM. Lalu apa itu OPM dan bagaimana
organisasi tersebut bisa ada di Indonesia? Nah, untuk menjawab
pertanyaan tersebut, di bawah ini akan dipaparkan mengenai OPM.
Mari kita simak!

Sejarah Organisasi Papua Merdeka


Organisasi Papua Merdeka atau OPM merupakan sebuah organisasi
yang didirikan pada tahun 1965, namun sudah beroperasi sejak
bulan Desember 1963 memiliki tujuan mengakhiri pemerintahan
Papua dan Papua Barat dan memisahkan diri dari Negara Indonesia.
Gerakan OPM sangat dilarang di Indonesia sebab dapat
menimbulkan penghianatan yang dilakukan oleh Provinsi Papua itu
sendiri. Ada beragam cara yang dilakukan oleh OPM untuk
membebaskan diri dari Indonesia, dimulai dari jalur diplomatik ,
melakukan upacara dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora,
hingga melakukan aksi militan yang berujung pada konflik Papua.

Awal mula dirikan OPM dimulai sejak Perang Dunia II. Saat itu
Hindia Belanda membantu menyuplai minyak untuk melawan
Jepang hingga berakhir dengan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945. Di saat itu juga Nugini Belanda atau
Nugini Barat dan Australia menguasai wilayah Papua dan Nugini
Britania yang menolak Jepang bersatu hingga pada akhirnya
bersekutu dengan pasukan Amerika Serikat dan Australia untuk
bertempur di Perang Pasifik.

Hingga adanya hubungan antara Nugini Belanda dengan Belanda


yaitu mengangkat warga Papua menjadi bagian pemerintahan
sampai dengan pengaktifan pemerintahan Indonesia pada tahun
1963. Sebelumnya sudah ada perjanjian di tahun 1957
antara Australia dengan Belanda yang mengatakan bahwa teritori
mereka berdua lebih baik disatukan dan merdeka. Namun, tidak ada
upaya pembangunan di teritori Australia serta adanya kepentingan
oleh Amerika Serikat, membuat munculnya 2 wilayah berpisah dan
memunculkan sebuah organisasi yang bernama Organisasi Papua
Merdeka.
Seiring berjalannya waktu,
OPM terus berupaya untuk mendeklarasikan kemerdekaan Papua
dan rencana tersebut telah ditentukan pada tahun 1971 oleh
Nicolaas Jouwe bersama dua komandan OPM yaitu Jacob Hendrik
Prai dan Seth Jafeth Roemkorem. Rencana tersebut terlaksana pada
tanggal 1 Juli 1971 yang dilakukan oleh Roemkorem dan Prai
dengan mendeklarasikan Republik Papua Barat.

Pembentukan TPNPB

TPNPB atau Tentara Pembebasan


Nasional Papua Barat merupakan sayap militer dari Organisasi
Papua Merdeka (OPM). TPNPB didirikan pada tanggal 26 Maret
1973 setelah dilakukan Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat pada
tanggal 1 Juli 1971 di Markas Victoria. Pembentukan dari TPNPB
berdasarkan pada Konstitusi Semetara Republik Papua Barat yang
telah ditetapkan pada tahun 1971 Bab V di bagian Pertahanan dan
Keamanan. Sedangkan Panglima Tinggi Tentara Pembebasan
Nasional Papua Barat dijabat oleh Jendral Goliath Tabuni sejak
tahun 2012.
Bentuk Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka

Sejak dirikan OPM melakukan banyak aksi dengan melakukan


berbagai macam teror. Salah satunya yang terjadi pada tahun 1978
dengan mengirim surat ancaman kepada perusahan pertambangan
Freeport Indonesia untuk melakukan kerja sama pemberontakan.
Tentu saja rencana tersebut ditolak oleh Freeport sehingga OPM
mulai melancarkan aksinya terhadap Freeport dengan cara
memotong jalus pipa slurry dan bahan bakar, pembakaran gudang
hingga meledakan beberapa fasilitas perusahaan. Akibat kejadian
tersebut Freeport mengalami kerugian hingga mencapai
$123.871,23.
Di tahun 1986, Dewan Revolusi OPM atau OPMRC berusaha
meraih kemerdekaan dengan jalur kampanye diplomasi
internasional. Mereka bertujuan mendapatkan pengakuan secara
internasional dalam upaya kemerdekaan Papua Barat di dalam
forum – forum internasional seperti PBB, Forum Pasifik Selatan,
Gerakan Non-Blok hingga ASEAN.

Pada tahun 1996, OPM berhasil menyandra sejumlah orang Eropa


dan Indonesia. Mereka terbagi menjadi grup peneliti dan yang lain
berasal dari kamp hutan. Namun dua sandra dari grup peneliti
berhasil dibunuh sedangkan sisanya dibebaskan.

Di Bulan Juli 1998, bendera Bintang Kejora berhasil dikibarkan


oleh OPM di atas menara air di Kota Biak di Pulau Biak. OPM
berhasil menguasai tempat tersebut selama beberapa hari hingga
akhirnya militer Indonesia berhasil membubarkannya. Salah satu
tokoh OPM, Filep Karma berhasil ditangkap.

Pada tanggal 8 April 2012, OPM berhasil menyerang sebuah


pesawat milik Trigana Air setelah melakukan pendaratan di
Bandara Mulia, Puncak Jaya, Papua. Ada sekitar 5 militan
bersenjata OPM melepaskan tembakan ke arah pesawat secara tiba
– tiba hingga pesawan kehilangan kendali dan menabrak sebuah
bangunan. Seorang jurnalis Papua Pos bernama Leiron Kogoya
tewas setelah tertembak di bagian leher. Pilot Beby Astek dan
Kopilot Willy Resubun terluka oleh pecahan peluru, seorang ibu
rumah tangga terluka di lengan kanan bersama anaknya berusia 4
tahun yang terluka di lengan kiri.

Dan konflik terbaru pada bulan Agustus 2019 yaitu kasus ujaran
rasis terhadap mahasiswa Papua yang berada di Surabaya. Masalah
tersebut berujung pada aksi demonstrasi yang dilakukan oleh
masyarakat Papua di Manokwari dan Sorong pada hari Senin, 19
Agustus 2019. Aksi demo tersebut berlangsung ricuh hingga
membakar gedung DPRD dan juga merusak fasilitas umum. Di
tempat lain, terjadi pengibaran bendera Bintang Kejora di Fakfak
pada tanggal 21 Agustus 2019. Kepala Kepolisian Sektor Fakfak,
Ajun Komisaris Besar Deddy Four Millewa mengatakan jika
pengibaran bendera Bintang Kejora menjadi penyebab kerusuhan
pada hari Rabu tanggal 21 Agustus tersebut. Beliau mengatakan
jika OPM berhasil mendirikan bendera Bintang Kejora dan juga
memaksa Bupati Fakfak turut memegang bendera. Di lain pihak
terdapat sekelompok warga yang tergabung dalam Masyarakat
Barisan Merah Putih meminta OPM untuk menurunkan bendera
tersebut. Akan tetapi mereka menolak hingga akhirnya timbul
saling serang antar kedua kelompok.
https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/organisasi-papua-merdeka

Latar Belakang Berdirinya OPM


Pada zaman kolonial, Papua atau pada waktu itu bernama Nugini
Belanda, merupakan salah satu daerah jajahan Belanda. Selama
Perang Dunia, Nugini Belanda dan Papua Nugini bergabung menjadi
sekutu pasukan Amerika Serikat menolak penjajahan Jepang di area
Pasifik.

Setelah Perang Dunia berakhir, barulah belanda mulai mengadakan


sistem pendidikan di Papua yang menciptakan elit-elit lokal. Belanda
bermaksud menjadikan Papua sebagai daerah untuk menampung
Indo-Belanda yang tidak ingin pindah ke Belanda.
Seperti di Indonesia, dari kaum terpelajar Papua inilah terbangun ide
dan konsep nasionalisme Papua, yang merupakan akar dari lahir nya
gerakan/organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan bagi rakyat
Papua.

Dari sisi sosial, rakyat papua sendiri tidak pernah terlibat langsung
dalam arus nasionalisme Indonesia, baik dalam peristiwa proklamasi
ataupun terlibat dalam pembentukan BPUPKI.

Disisi lain, Soekarno dan Muhammad Yamin sangat berkeinginan


menjadikan Papua sebagai bagian dari Indonesia, hal ini pernah
ditentang oleh Bung Hatta, ia menyatakan bahwa Papua merupakan
bangsa sendiri, menurutnya Indonesia untuk beberapa dekade
kedepan belum siap untuk mengajari rakyat Papua. Namun dalam
sidang BPUPKI suara Hatta menjadi minoritas. Diputuskan bahwa
wilayah Indonesia adalah bekas wilayah negara Hindia Belanda,
termasuk didalam nya Papua.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Papua masih belum menjadi bagian


dari Indonesia. Belanda tidak mengakui klaim tersebut.

Selama 11 tahun itu Indonesia telah mengusahakan penyelesaian


bilateral dengan Belanda. Namun, karena Belanda tak
mengindahkannya, Indonesia membawa persoalan Irian Barat ke
forum PBB pada 1954, 1955, 1957, dan 1960. Namun selalu berakhir
dengan tidak adanya kata sepakat.

Akhirnya pada tahun 1961, Soekarno membentuk Tri Komando


Rakyat alias Trikora. Intinya, gagalkan pembentukan “negara boneka
Papua” dan kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat. Itu sekaligus
penanda dimulainya kampanye militer merebut Irian Barat dari
penguasaan Belanda.

Konflik militer dalam skala besar nyaris pecah setelah RI mengerahkan


pasukannya secara besar-besaran (Operasi Jaya Wijaya) untuk
menggempur pasukan Belanda.

Belanda bahkan membentuk pasukan sukarelawan lokal


bernama Papua Volunteer Corps ( PVC) yang sudah terlatih baik dan
sempat bertempur melawan pasukan RI ketika melancarkan Operasi
Trikora.
Karena takut Indonesia jatuh ke tangan komunis, Penasihat Keamanan
Nasional McGeorge Bundy melobi Presiden A.S. John F. Kennedy untuk
menegosiasikan transfer pemerintahan Nugini Barat ke Indonesia.

Perjanjian New York dirancang oleh Robert Kennedy dan


ditandatangani oleh Belanda, Indonesia, dan Perserikatan Bangsa-
Bangsa pada bulan Agustus 1962.

Ditetapkan bahwa Indonesia akan mengurus Papua secara


administratif, yang dilanjutkan dengan referendum yang dinamakan
Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) untuk menentukan apakah
Papua bergabung dengan Indonesia atau menjadi negara Merdeka.

Penentuan Pendapat Rakyat (1969)

Pada tahun 1969 pada akhir nya Perpera dilaksanakan. Soeharto yang
pada waktu itu menggantikan Soekarno sebagai Presiden menugaskan
Ali Moertopo untuk mengamankan suara, Ia memiliki kewajiban untuk
memastikan Papua tetap menjadi wilayah Indonesia, karena 3 tahun
sebelumnya, pada tahun 1967 ditandatangani pemberian Kontak Karya
kepada Freeport. Dengan kontrak karya itu Freeport diberikan hak
untuk mengeruk Erstberg alias Gunung Bijih yang kaya tembaga dalam
periode 30 tahun.

Dari situlah mulai terjadi konflik-konflik dengan masyarakat Papua.


Lokasi freeport adalah daerah yang sakral bagi suku-suku tertentu di
Papua, apalagi Perpera hanya dihadiri oleh 1025 orang yang menurut
mereka hanyalah orang-orang pilihan dari pemerintah pusat dan juga
ada intimidasi.

Mereka yang menolak proses itu kemudian menjadi bagian dari


Organisasi Papua Merdeka (OPM) karena mereka ingin membentuk
sebuah negara-bangsa sendiri di Papua.

Sejarah & Aksi OPM


Deklarasi Republik Papua Barat

Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM, Seth Jafeth Roemkorem


dan Jacob Hendrik Prai, berencana mendeklarasikan kemerdekaan
Papua pada tahun 1971. Tanggal 1 Juli 1971, Roemkorem dan Prai
mendeklarasikan Republik Papua Barat dan segera merancang
konstitusinya.

Sejak 1976, para pejabat perusahaan pertambangan Freeport


Indonesia sering menerima surat dari OPM yang mengancam
perusahaan dan meminta bantuan dalam rencana pemberontakan.
Perusahaan menolak bekerja sama dengan OPM. Mulai 23 Juli sampai
7 September 1977, milisi OPM melaksanakan ancaman mereka
terhadap Freeport dan memotong jalur pipa slurry dan bahan bakar,
memutus kabel telepon dan listrik, membakar sebuah gudang, dan
meledakkan bom di sejumlah fasilitas perusahaan. Freeport
memperkirakan kerugiannya mencapai $123.871,23.

Tahun 1982, Dewan Revolusi OPM (OPMRC) didirikan dan di bawah


kepemimpinan Moses Werror, OPMRC berusaha meraih kemerdekaan
melalui kampanye diplomasi internasional. OPMRC bertujuan
mendapatkan pengakuan internasional untuk kemerdekaan Papua
Barat melalui forum-forum internasional seperti PBB, Gerakan Non-
Blok, Forum Pasifik Selatan, dan ASEAN.

Tahun 1984, OPM melancarkan serangan di Jayapura, ibu kota


provinsi dan kota yang didominasi orang Indonesia non-Melanesia.
Serangan ini langsung diredam militer Indonesia dengan aksi kontra-
pemberontakan yang lebih besar. Kegagalan ini menciptakan
eksodus pengungsi Papua yang diduga dibantu OPM ke kamp-kamp
di Papua Nugini.

Tanggal 14 Februari 1986, Freeport Indonesia mendapatkan


informasi bahwa OPM kembali aktif di daerah mereka dan sejumlah
karyawan Freeport adalah anggota atau simpatisan OPM. Tanggal 18
Februari, sebuah surat yang ditandatangani “Jenderal Pemberontak”
memperingatkan bahwa “Pada hari Rabu, 19 Februari, akan turun
hujan di Tembagapura”. Sekitar pukul 22:00 WIT, sejumlah orang tak
dikenal memotong jalur pipa slurry dan bahan bakar dengan gergaji,
sehingga “banyak slurry, bijih tembaga, perak, emas, dan bahan bakar
diesel yang terbuang.” Selain itu, mereka membakar pagar jalur pipa
dan menembak polisi yang mencoba mendekati lokasi kejadian.
Tanggal 14 April 1986, milisi OPM kembali memotong jalur pipa,
memutus kabel listrik, merusak sistem sanitasi, dan membakar ban.
Kru teknisi diserang OPM saat mendekati lokasi kejadian, sehingga
Freeport terpaksa meminta bantuan polisi dan militer.

Dalam insiden terpisah pada bulan Januari dan Agustus 1996, OPM
menawan sejumlah orang Eropa dan Indonesia; pertama dari grup
peneliti, kemudian dari kamp hutan. Dua sandera dari grup pertama
dibunuh dan sisanya dibebaskan.

Bulan Juli 1998, OPM mengibarkan bendera mereka di menara air


kota Biak di pulau Biak. Mereka menetap di sana selama beberapa hari
sebelum militer Indonesia membubarkan mereka. Filep
Karma termasuk di antara orang-orang yang ditangkap.

Tanggal 24 Oktober 2011, Dominggus Oktavianus Awes, kepala


polisi Mulia, ditembak oleh orang tak dikenal di Bandara Mulia, Puncak
Jaya. Kepolisian Indonesia menduga sang penembak adalah anggota
OPM. Rangkaian serangan terhadap polisi Indonesia memaksa mereka
menerjunkan lebih banyak personel di Papua.

Pada tanggal 21 Januari 2012, orang-orang bersenjata yang diduga


anggota OPM menembak mati seorang warga sipil yang sedang
menjaga warung. Ia adalah transmigran asal Sumatera Barat.

Tanggal 8 Januari 2012, OPM melancarkan serangan ke bus umum


yang mengakibatkan kematian 3 warga sipil dan 1 anggota TNI. 4
lainnya juga cedera.

Tanggal 31 Januari 2012, seorang anggota OPM tertangkap


membawa 1 kilogram obat-obatan terlarang di perbatasan Indonesia-
Papua Nugini. Obat-obatan tersebut diduga akan dijual di Jayapura.

Tanggal 8 April 2012, OPM menyerang sebuah pesawat sipil Trigana


Air setelah mendarat yang akan parkir di Bandara Mulia, Puncak Jaya,
Papua. Lima militan bersenjata OPM tiba-tiba melepaskan tembakan ke
pesawat, sehingga pesawat kehilangan kendali dan menabrak sebuah
bangunan. Satu orang tewas, yaitu Leiron Kogoya, seorang jurnalis
Papua Pos yang mengalami luka tembak di leher. Pilot Beby Astek dan
Kopilot Willy Resubun terluka akibat pecahan peluru. Yanti Korwa,
seorang ibu rumah tangga, terluka di lengan kanannya dan anaknya
yang berusia 4 tahun, Pako Korwa, terluka di tangan kirinya. Pasca-
serangan, para militan mundur ke hutan sekitar bandara. Semua
korban adalah warga sipil.

Tanggal 1 Juli 2012, patroli keamanan rutin yang diserang OPM


mengakibatkan seorang warga sipil tewas. Korban adalah presiden
desa setempat yang ditembak di bagian kepala dan perut. Seorang
anggota TNI terluka oleh pecahan kaca.
Tanggal 9 Juli 2012, tiga orang diserang dan tewas di Paniai, Papua.
Salah satu korban adalah anggota TNI. Dua lainnya adalah warga sipil,
termasuk bocah berusia 8 tahun. Bocah tersebut ditemukan dengan
luka tusuk di bagian dada.

1 Desember 2018, Sebanyak 31 pekerja jembatan di Jalan Trans


Papua di Kabupaten Nduga dibunuh kelompok kriminal bersenjata
bagian dari faksi militer OPM. Pembunuhan itu dilakukan pada hari
Papua Merdeka.

https://histori.id/sejarah-organisasi-papua-merdeka-opm/

Anda mungkin juga menyukai