KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Manusia dan Agama Islam.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dan tak lupa, pada kesempatan kali ini, penulis
mengucapkan banyak tertima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
A. Pemimpin OPM.......................................................................................
B. Berdirinya OPM......................................................................................
C. Tokoh – Tokoh OPM..............................................................................
D. Markas OPM...........................................................................................
E. Jumlah Kekuatan OPM...........................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Papua merupakan salah satu wilayah di bawah naungan NKRI dengan falsafah Bhineka
Tunggal Ikanya, Papua adalah wilayah yang kaya akan ragam budaya yang menjadi cirikhas
masyarakat papua dengan masyarakat lain. Membicarakan mengenai Bhineka Tunggal Ika
dengan memandang segala aspek tidak terkecuali aspek budaya kita adalah satu kesatuan
yang utuh di bawah naungan falsafah pancasila. Jadi sudah sepantasnya kita menjaga
rasa persatuan dan kesatuan NKRI dalam menghadapi berbagai masalah yang mengancam
keutuhan NKRI.
Baru-baru ini muncul kembali gerakan separatis oleh OPM yang mengancam Keutuhan
NKRI, organisasi Papua Merdeka (OPM) ini muncul menentang pemerintahan yang sah.
.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa pemimpin OPM ?
2. Apa alasan Berdirinya OPM ?
3. Siapa saja Pengikut OPM ?
4. Dimana Markas OPM ?
5. Bagaimana Kekuatan OPM ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemimpin OPM
Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah organisasi yang didirikan pada
tahun 1965 untuk mengakhiri pemerintahan provinsi Papua dan Papua Barat yang saat ini di
Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, dan untuk memisahkan diri dari
Indonesia.
Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan memicu untuk terjadinya kemerdekaan bagi
provinsi tersebut yang berakibat tuduhan pengkhianatan. Sejak awal OPM telah menempuh
jalur dialog diplomatik, melakukan upacara pengibaran bendera Bintang Kejora, dan
dilakukan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. Pendukung secara rutin
menampilkan bendera Bintang Kejora dan simbol lain dari kesatuan Papua, seperti lagu
kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang negara, yang telah diadopsi pada periode
1961 sampai pemerintahan Indonesia dimulai pada Mei 1963 di bawah Perjanjian New York.
Menanggapi hal tersebut, Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM, Seth Jafeth
Roemkorem dan Jacob Hendrik Prai, berencana mendeklarasikan kemerdekaan Papua pada
tahun 1971. Tanggal 1 Juli 1971, Roemkorem dan Prai mendeklarasikan Republik Papua
Barat dan segera merancang konstitusinya. Konflik strategi antara Roemkorem dan Prai
berujung pada perpecahan OPM menjadi dua faksi: PEMKA yang dipimpin Prai dan TPN
yang dipimpin Roemkorem. Perpecahan ini sangat memengaruhi kemampuan OPM sebagai
suatu pasukan tempur yang terpusat.
Sejak 1976, para pejabat perusahaan pertambangan Freeport Indonesia sering menerima
surat dari OPM yang mengancam perusahaan dan meminta bantuan dalam rencana
pemberontakan musim semi.
B. Berdirinya OPM
OPM itu lahir dan dibentuk di Irian Jaya, dikenal dan disebarkan khususnya oleh faksi
pimpinan Terianus Aronggera (SE) di Manokwari. Jadi dapat dikatakan bahwa fakta tentang
lahirnya OPM itu sudah terungkap sehingga menghilangkan berbagai spekulasi selama ini.
Berbagai spekulasi yang muncul selama ini misalnya oleh pemerintah Indonesia bahwa OPM
itu dibentuk oleh Belanda dengan tokoh-tokohnya yakni Markus Kaisiepo, Nicolaas Jouwe
dan kawan-kawan. Atau OPM itu lahir di pedalaman Irian Jaya melalui berbagai kegiatan
pemberontakan.
Mengenai Bendera, OPM dipimpin Terianus Aronggera (SE) tetap menggunakan
bendera Papua rancangan Mr. De Rijke yang dikibarkan pertama kali pada tanggal 1
November 1961 sedangkan OPM pimpinan Aser Demotekay merancang suatu bendera baru.
Menurut Dinas Sejarah Militer Kodam XVII Cenderawasih, ada lima sebab yang
menyebabkan pemberontakan OPM, yaitu:
1. Aspek Politik
Pada masa pemerintahan Belanda, pemerintah Belanda menjanjikan kepada rakyat
Papua untuk mendirikan suatu negara (boneka) Papua yang terlepas dari negara Republik
Indonesia. Beberapa pemimpin putra daerah yang pro-Belanda mengharapkan akan
mendapatkan kedudukan yang baik dalam negara Papua tersebut. Janji pemerintah Belanda
itu tidak dapat direalisir sebab Irian Jaya harus diserahkan kepada Indonesia melalui
perjanjian New York 1962. Walaupun dalam perjanjian itu terdapat pasal tentang hak untuk
menentukan nasib sendiri, namun pelaksanaannya diserahkan kepada Indoenesia dan
disaksikan oleh pejabat PBB. Apalagi pada tahun 1965 menyatakan keluar dari PBB,
sehingga dukungan dari PBB tidak dapat diharapkan lagi.
2. Aspek Ekonomis
Pada tahun 1964, serta tahun-tahun 1965 dan 1966, keadaan ekonomi di Indonesia
pada umumnya sangat buruk, dan memberikan pengaruh yang sangat terasa di Irian Jaya.
Penyaluran barang-barang kebutuhan pangan dan sandang ke Irian Jaya macet dan sering
terlambat ditambah pula dengan tindakan para petugas Republik Indonesia di Irian Jaya yang
memborong barang-barang yang ada di toko dan mengirimnya ke luar Irian Jaya untuk
memperkaya diri masing-masing. Akibatnya Irian Jaya mengalami kekurangan pangan dan
sandang. Kondisi yang demikian ini tidak pernah dialami oleh rakyat Irian Jaya pada masa
penjajahan pemerintah Belanda.
3. Aspek Psychologis
Rakyat Irian Jaya pada umumnya berpendidikan kurang atau rendah diwilayah pesisir
pantai dan di wilayah pedalaman tidak berpendidikan, sehingga mereka kurang berpikir
secara kritis. Hal ini menyebabkan mereka mudah dipengaruhi. Mereka lebih banyak
dipengaruhi emosi daripada pikiran yang kritis dan sehat dalam menghadapi suatu
permasalahan. Bila suatu janji itu tidak ditepati maka sikap mereka akan berubah sama sekali.
Misalnya sebagai bukti dalam hal ini adalah Mayor Tituler Lodwijk Mandatjan yang
menyingkir 2 (dua) kali ke pedalaman Manokwari tetapi kembali lagi dan mengaku taat
kepada pemerintah Indonesia.
4. Aspek Sosial
Pada masa Belanda para pejabat pemerintah lokal di Irian Jaya pada umumnya
diangkat dari kalangan kepala suku (dibanding dengan di Jawa dimana Belanda mengangkat
pegawai dari golongan Priyayi). Kalau mereka itu memberontak maka mereka akan mendapat
dukungan dan pengaruh dari sukunya serta dalam suasana yang genting pada kepala suku itu
harus berada ditengah-tengah sukunya itu. Misalnya, Lodwijk Mandatjan.
5. Aspek Ideologis
Di kalangan rakyat Irian Jaya hidup suatu kepercayaan tentang seorang pemimpin
besar sebagai Ratu Adil yang mampu membawa masyarakatnya kepada kehidupan yang lebih
baik atau makmur. Gerakan ini di Biak disebut gerakan Koreri (Heilstaat) atau Manseren
Manggundi. Kepercayaan ini yang memberikan motivasi bagi pemberontakan yang dipimpin
oleh M. Awom di Biak, dimana M. Awom dianggap sebagai pimpinan besar menyerupai
Nabi Musa yang oleh para pengikutnya dianggap Sakti.
Selanjutnya berdasarkan dengan hasil wawancara dengan beberapa tokoh OPM baik
didalam dan diluar Negeri maka diperoleh sebab-sebab pemberontakan sebagai berikut:
1. Rasa Nasionalisme Papua, senasib dan seperjuangan untuk berjuang bagi kemerdekaan
bangsa dan negara Papua Barat (West Papua).
2. Hendak meningkatkan dan mewujudkan janji Belanda yang tidak sempat direalisir akibat
Integrasi dengan Indonesia secara Paksa dan TidakAdil.
3. Persetujuan politik antara Belanda dan Indonesia yang melahirkan perjanjian New York
1962 itu tidak melibatkan bangsa Papua (Wakilnya) sebagai bangsa dan tanah air yang
dipersengketakan.
4. Latar belakang sejarah yang berbeda antara rakyat Papua Barat dan bangsa Indonesia.
5. Masih terdapat perbedaan Sosial, Ekonomi dan Politik antara bangsa Papua dan Bangsa
Indonesia.
6. Tereksploitasi hasil dari Papua Barat yang dilakukan secara besar-besaran untuk bangsa
Indonesia, sedangkan rakyat Papua Barat tetap miskin dan terbelakang.
7. Tekanan terhadap rakyat Papua yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejak awal
Integrasi hingga saat ini.
8. Hendak mewujudkan cita-cita dari gerakan Cargo, yaitu suatu bangsa dan Papua Barat yang
Makmur di akhir Jaman.
Dari berbagai alasan atau sebab-sebab pemberontakan OPM sebagaimana diuraikan
diatas, maka disimpulkan bahwa pemberontakan OPM di Irian Jaya terjadi karena
"Ketidakpuasan terhadap keadaan, kekecewaan, dan telah tumbuh suatu kesadaran
Nasionalisme Papua Barat". Ketidakpuasan terhadap keadaan ekonomi yang buruk pada awal
integrasi dan terutama pada tahun-tahun 1964 , 1965 dan 1966 dan juga terhadap sikap aparat
pemerintah dan Keamanan yang tidak terpuji. Juga tidak puas terhadap sikap memandang
rendah atau sikap menghina orang Irian yang sering sengaja ataupun tidak sengaja
menggeneralisir keadaan suatu suku dengan suku-suku lainnya seperti: Pakai Koteka`, "masih
biadab", "Goblok, Jorok", dan lain sebagainya dimana pada masa pemerintahan Belanda
ungkapan-ungkapan demikian tidak pernah atau dengan mudah diucapkan kepada orang
Irian.
D. Markas OPM
Organisasi internal OPM sulit untuk ditentukan. Pada tahun 1996 'Panglima Tertinggi'
OPM adalah Mathias Wenda. Juru bicara OPM di Sydney, John Otto Ondawame,
mengatakan telah lebih atau kurang dari sembilan titah kemerdekaan. Jurnalis lepas Australia,
Ben Bohane, mengatakan telah ada tujuh titah kemerdekaan. Tentara Nasional Indonesia
mengatakan OPM memiliki dua sayap utama, 'Markas Besar Victoria' dan 'Pembela
Kebenaran'. Mantan yang lebih kecil, dan dipimpin oleh ML Prawar sampai ia ditembak mati
pada tahun 1991. Terakhir ini jauh lebih besar dan beroperasi di seluruh Papua Barat.
Organisasi yang lebih besar, atau Pembela Kebenaran (selanjutnya PEMKA), yang
diketuai oleh Jacob Prai, dan Seth Roemkorem adalah pemimpin Fraksi Victoria. Selama
pembunuhan Prawar, Roemkorem adalah komandannya. Sebelum pemisahan ini, TPN/OPM
adalah satu, di bawah kepemimpinan Seth Roemkorem sebagai Komandan OPM, kemudian
menjadi Presiden Pemerintahan Sementara Papua Barat, sementara Jacob Prai menjabat
sebagai Ketua Senat. OPM mencapai puncaknya dalam organisasi dan manajemen (dalam
istilah modern) karena sebagai struktural terorganisasi. Selama ini, Pemerintah Senegal
mengakui keberadaan OPM dan memungkinkan OPM untuk membuka Kedutaan di Dakhar,
dengan Tanggahma sebagai Duta Besar.
Karena persaingan, Roemkorem meninggalkan markasnya dan pergi ke Belanda.
Selama ini, Prai mengambil alih kepemimpinan. John Otto Ondawame (waktu itu ia
meninggalkan sekolah hukum di Jayapura karena diikuti dan diancam untuk dibunuh oleh
ABRI Indonesia siang dan malam) menjadi tangan kanan dari Jacob Prai. Itu inisiatif Prai
untuk mendirikan Komandan Regional OPM. Dia menunjuk dan memerintahkan sembilan
Komandan Regional. Sebagian besar dari mereka adalah anggota pasukannya sendiri di
kantor pusat PEMKA, perbatasan Skotiau, Vanimo-Papua Barat. Komandan regional dari
mereka, Mathias Wenda adalah komandan untuk wilayah II (Jayapura-Wamena), Kelly
Kwalik untuk Nemangkawi (Kabupaten Fakfak), Tadeus Yogi (Kabupaten Paniai), Bernardus
Mawen untuk wilayah Maroke dan lain-lain. Komandan ini telah aktif sejak itu. Kelly Kwalik
ditembak dan dibunuh pada 16 Desember 2009.
Pada tahun 2009, sebuah kelompok perintah OPM yang dipimpin oleh Jenderal Goliat
Tabuni (Kabupaten Puncak Jaya) sebagai fitur pada laporan menyamar tentang gerakan
kemerdekaan Papua Barat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Organisasi Papua Merdeka atau disingkat OPM adalah sebuah organisasi yang didirikan
pada tahun 1965 di Papua.
2. Tujuan didirikannya organisasi ini ialah untuk menggulingkan pemerintahan Indonesia
yang saat ini ada di provinsi Papua dan Papua Barat (dulu Irian Jaya). Tujuan akhirnya tidak
lain adalah untuk memisahkan diri dari Indonesia dan menolak pembangunan dari Indonesia.
3. Organisasi ini dianggap ilegal oleh pemerintah Indonesia dan disebut sebagai upaya
pengkhianatan terhadap NKRI. Sejak berdiri, OPM telah melakukan berbagai upaya untuk
mencapai tujuannya seperti mengibarkan bendera bintang kejora, melakukan negosiasi
diplomatik, sampai melakukan invasi militan pada konflik Papua.
4. Para pendukung dan anggota organisasi ini sering membawa-bawa bendera bintang kejora
dan lambang persatuan mereka. Bahkan organisasi ini sudah menyiapkan lagu kebangsaan
mereka sendiri yang berjudul “Hai Tanahku Papua”.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis uraikan. Semoga makalah ini dapat menambah
wawasan dan serta ilmu pengetahuan bagi para pembaca. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Papua_Merdeka
2. https://www.kompasiana.com/sang-pengembara/secara-politik-opm-sudah-
menang_550a3446a3331131712e3930
3. http://www.eventzero.org/organisasi-papua-merdeka-opm/
4. http://m-barsal.blogspot.co.id/2017/04/latar-belakang-sejarah-organisasi-papua-merdeka-
opm.html
Sejak merdeka, ada berbagai macam masalah yang terus dihadapi
oleh Negara Indonesia. Mulai dari mempertahankan kemerdekaan
dari tangan penjajah yang ingin menguasai kembali Indonesia,
konflik agama, hingga perselisihan antar suku sudah tidak dapat
dihindari lagi. Berbagai latar belakang menimbulkan banyak
permasalahan – permasalahan baru. Tidak sedikit juga beberapa di
antara masalah tersebut sudah dapat diselesaikan dengan jalan
damai. Namun ada juga yang belum terselesaikan hingga saat ini.
Awal mula dirikan OPM dimulai sejak Perang Dunia II. Saat itu
Hindia Belanda membantu menyuplai minyak untuk melawan
Jepang hingga berakhir dengan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945. Di saat itu juga Nugini Belanda atau
Nugini Barat dan Australia menguasai wilayah Papua dan Nugini
Britania yang menolak Jepang bersatu hingga pada akhirnya
bersekutu dengan pasukan Amerika Serikat dan Australia untuk
bertempur di Perang Pasifik.
Pembentukan TPNPB
Dan konflik terbaru pada bulan Agustus 2019 yaitu kasus ujaran
rasis terhadap mahasiswa Papua yang berada di Surabaya. Masalah
tersebut berujung pada aksi demonstrasi yang dilakukan oleh
masyarakat Papua di Manokwari dan Sorong pada hari Senin, 19
Agustus 2019. Aksi demo tersebut berlangsung ricuh hingga
membakar gedung DPRD dan juga merusak fasilitas umum. Di
tempat lain, terjadi pengibaran bendera Bintang Kejora di Fakfak
pada tanggal 21 Agustus 2019. Kepala Kepolisian Sektor Fakfak,
Ajun Komisaris Besar Deddy Four Millewa mengatakan jika
pengibaran bendera Bintang Kejora menjadi penyebab kerusuhan
pada hari Rabu tanggal 21 Agustus tersebut. Beliau mengatakan
jika OPM berhasil mendirikan bendera Bintang Kejora dan juga
memaksa Bupati Fakfak turut memegang bendera. Di lain pihak
terdapat sekelompok warga yang tergabung dalam Masyarakat
Barisan Merah Putih meminta OPM untuk menurunkan bendera
tersebut. Akan tetapi mereka menolak hingga akhirnya timbul
saling serang antar kedua kelompok.
https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/organisasi-papua-merdeka
Dari sisi sosial, rakyat papua sendiri tidak pernah terlibat langsung
dalam arus nasionalisme Indonesia, baik dalam peristiwa proklamasi
ataupun terlibat dalam pembentukan BPUPKI.
Pada tahun 1969 pada akhir nya Perpera dilaksanakan. Soeharto yang
pada waktu itu menggantikan Soekarno sebagai Presiden menugaskan
Ali Moertopo untuk mengamankan suara, Ia memiliki kewajiban untuk
memastikan Papua tetap menjadi wilayah Indonesia, karena 3 tahun
sebelumnya, pada tahun 1967 ditandatangani pemberian Kontak Karya
kepada Freeport. Dengan kontrak karya itu Freeport diberikan hak
untuk mengeruk Erstberg alias Gunung Bijih yang kaya tembaga dalam
periode 30 tahun.
Dalam insiden terpisah pada bulan Januari dan Agustus 1996, OPM
menawan sejumlah orang Eropa dan Indonesia; pertama dari grup
peneliti, kemudian dari kamp hutan. Dua sandera dari grup pertama
dibunuh dan sisanya dibebaskan.
https://histori.id/sejarah-organisasi-papua-merdeka-opm/