TENTANG PRRI/PERMESTA
Disusun Oleh :
Harbiansyah M Raihan
M Ivandrian Sukmana
Yuda Pangestu S
Hunafa Ainara
Vera Novita Sari
Nikita Pricilia Y
SMA TARUNA TERPADU
XII MIPA 2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat ,hidayah daninayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah sejarah indonesia tentang PRRI/PERMESTA.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah sejarah indonesia
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah sejarah indonesia tentang
PRRI/PERMESTA ini bermanfaat untuk para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tanggal 15 Februari 1956, meletus Pemberontakan
PRRI/PERMESTA. Achmad Huesin memproklamasikan berdirinya Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PPRI) dengan Syarifuddin Prawiranegara
sebagai perdana menteri Proklamasi PPRI segera mendapat sambutan di
Indonesia Bagian Timur. Pada tanggal 17 Februari 1958, Letkol D.J. Somba
dengan Pemerintah Pusat mendukung sepenuhnya PRRI. Gerakan di Sulawesi
ini dikenal dengan gerakan Piagam Perjuangan Semesta atau Perjuangan
Semesta atau PERMESTA.
Dengan diproklamasikannya PRRI di Sumatera dan PERMESTA di
Sulawesi. Pemerintah memutuskan untuk tidak membiarkan masalah tersebut
berlarut-larut dan segera menyelesaikan dengan kekuatan senjata.
Untuk menumpas Pemberontakan PRRI segera disiapkan operasi
gabungan yang terdiri dari unsur darat, laut dan udara. Serangkaian operasi
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Operasi 17 Agustus dipimpin Kolonel Ahmad Yani untuk wilayah Sumatra
Tengah. Selain untuk menghancurkan kaum sparatis, operasi ini juga
dimaksudkan untuk mencegah agar gerakan tidak meluas, serta mencegah turut
campurnya kekuatan asing.
2. Operasi Tegas dipimpin Letkol Kaharudin Nasution. Tugasnya mengamankan
Riau, dengan pertimbangan mengamankan instalasi minyak asing di daerah
tersebut dan mencegah campur tangan asing dengan dalih menyelamatkan
negara dan miliknya.
3. Operasi Saptamarga untuk mengamankan daerah Sumatra Utara yang
dipimpin Brigjen Djatikusumo.
4. Operasi Sadar dipimpin Letkol Dr. Ibnu Sutowo untuk mengamankan daerah
Sumatra Selatan.
Untuk menumpas Pemberontakan PERMESTA dilancarkan operasi gabungan
dengan nama Operasi Merdeka di bawah pimpinan Letkol Hendraningrat.
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan
Adapun maksud dari makalah kami yang berjudul Gerakan Separatis
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI/PERMESTA) adalah
ingin mengetahui :
1. Jalannya Pemberontakan PRRI/PERMESTA
2. Situasi dan kondisi Indonesia secara umum pada saat Pemberontakan
PRRI/PERMESTA.
3. Dampak dari Pemberontakan PRRI/PERMESTA bagi Bangsa Indonesia
4. Upaya penumpasan dari Pemberontakan PRRI/PERMESTA
5. Akhir dari Pemberontakan PRRI/PERMESTA.
Tujuan kami dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
lebih dalam lagi tentang Pemberontakan PRRI/PERMESTA, permasalahan
militer di Indonesia lainnya dan untuk menambah wawasan atau pengetahuan.
Selain itu untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
BAB II
GERAKAN REVOLUSIONER REPUBLIK INDONESIA (PRRI)
Pemberontakan PRRI/PERMESTA
1. Kondisi Politik
Tatanan politik yang diatur oleh UUDS 1950 menuntut sikap formal-
legalistik. Bangsa indonesia memasuki periode demokrasi liberal yang
berdasarkan demokrasi parlementer. Para menteri bertanggungjawab kepada
perdana menteri, bukan kepada presiden. Setelah dibentuknya kabinet
Parlemen, kondisi politik Indonesia semakin kacau. Pergantian kabinet secara
terus menerus yang terjadi hampir setiap tahun. Berbagai kebijakan silih
berganti tiap periode menimbulkan keadaan yang tidak kondusif.
Pecahnya Dwi-tunggal Soekarto-Hatta memperburuk kondisi perpolitikan
bangsa. Pada 1 Desember 1956 Hatta mengundurkan diri secara resmi dari
jabatanya sebagai wakil presiden. Hubungan Soekarno-Hatta mulai retak sejak
tahun 1955. Perbedaan pendapat dan latar belakang walaupun keduanya sebagai
tokh muslim yang nasionalis, namun Soekarno cenderung ke Marxis serta
bermain api dengan komunis, sedangkan Hatta cenderung ke Sosialis dan anti
komunis.
Akhir tahun 1956, Bung Karno telah sering mengungkapkan ketidakpuasannya
terhadap sistem parlementer yang ada dan berencana memperbaharui sistem
pemerintahan menjadi sistem pemerintahan ”Demokrasi Terpimpin”, demokrasi
yang dianggap oleh Soekarno sebagai demokrasi yang lebih didasarkan atas
mufakat daripada demokrasi secara Barat yang memecah belah berdasarkan
keputusan”50%+1”. Demokrasi terpimpin dijalankan dengan Dasar ”Kabinet
Gotong Royong” yang merangkul semua partai politik yang ada, termasuk PKI.
Soekarno juga ingin menyampaikan ”konsepsi”nya mengenai fraksi politik di
Indonesia. Konsepsi presiden merupakan cerminan kekecewaan Bung Karno
terhadap sistem parlementer. Mencakup dukungan publik Soekarno supaya PKI
memainkan peranan yang lebih besar dalam dunia politik Indonesia.
2. Kondisi Perekonomian
4. Situasi di Daerah
1. Upaya Diplomatis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terjadinya suatu peristiwa tidak lepas dari hal-hal yang telah terjadi
sebelumnya, seperti yang telah diketahui bahwa dalam disiplin ilmu sejarah
berlaku hukum kausalitas atau sebab-akibat. Peristiwa pemberontakan
PRRI/Permesta yang terjadi juga tidak lepas dari berbagai factor yang
menyebabkannya. Factor politis dan ekonomis sangat berperan sebagai
penyebab dari pemberontakan ini. Posisi militer sebagai opsan pemerintah
berusaha mengambil alih kekuasaan sipil setelah melihat berbagai kekurangan
dalam berbagai kebijakannya.
Kondisi yang dianggap ”sentralistik” oleh daerah menyebabkan hubungan
antara pusat dan daerah menjadi kurang harmonis. Hal tersebut dikarenakan
perbedaan pendapat antara daerah dengan pusat. Daerah menganggap bahwa
kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan daerah. Sedangkan pemerintah pusat
menganggap bahwa daerah kurang mampu dalam melaksanakan tugasnya.
Gerakan PRRI/Permesta merupakan gejolak daerah yang berusaha melakukan
koreksi terhadap kondisi bangsa yang morat-marit.
Gerakan tersebut membawa dampak positif maupun negatif bagi bangsa
Indonesia. Kerugian materi maupun psikologis diderita masyarakat, tetapi disisi
lain gerakan tersebut menyadarkan para pemimpin bangsa akan pentingnya
otonomi daerah serta keharusan untuk menghayati hakekatBinneka Tunggal Ika.
3.2 Saran