Anda di halaman 1dari 28

FILSAFAT PENDIDIKAN

(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Filsafat Dan Ilmu Pendidikan
jurusan Pendidikan Kimia semester 3 kelas C)
Nama Dosen Pengampu : Dr. Syamsul Aripin, MA.

Disusun oleh :
Kelompok 1

Nama : Harbiansyah Muhammad Raihan NIM : 11180161000073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1440 H
ABSTRAK

Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi


pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-konsep
dasar pendidikan. Di Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan
undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan utama terhadap pelaksanaan
pendidikan. Hal ini yang menjadikan Pancasila, atau khususnya Filsafat Pancasila
mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-
norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu melingkupi pendidikan secara
keseluruhan, baik itu mengenai teori maupun mengenai  praktek.
Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan filsafat pendidikan
Pancasila sebagai filsafat terbuka, maka sikap konvergensi atau elektif inkorpatif terhadap
filsafat atau filsafat pendidikan yang berasal dari luar perlu dikembangkan. Dengan
mempelajari filsafat dan filsafat pendidikandari luar pada hakekatnya adalah upaya untuk
memperkaya atau meperkuat substansi dari pada filsafat pendidikan telah berada pada
peringkat lanjut.

Kata Kunci : Filsafat,Pendidikan,Hakikat.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah yang berjudul Filsafat Pendidikan dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Dan Ilmu Pendidikan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini, yaitu:

1. Dr. Syamsul Aripin, MA. selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Dan Ilmu
Pendidikan yang telah berkenan memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
2. Rekan-rekan Pendidikan Kimia 3C yang membantu kelancaran penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan
makalah ini dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai referensi atau acuan bagi
pembaca.

Tangerang Selatan, 23 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………………....i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………iii

BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………………...1

A. Latar Belakang …………………………………………………………..…1


B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………….2
C. Pembatasan Masalah ………………………………………......…………...2
D. Rumusan Masalah ………………………………………….……….….......3
E. Tujuan Penulisan Makalah ………………………………….……………..3
F. Manfaat Penulisan Makalah ……………………………….………………3
G. Metode Penulisan Makalah………………………………………………...3
H. Sistematika Penulisan Makalah …………………………………………...3

BAB II : PEMBAHASAN …………………………………………………………4

A. Pengertian Filsafat Pendidikan …………………………………………….4


B. Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem ………………………………………..7
C. Substansi Filsafat Pendidikan …………………………………………….10
D. Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan……………….………….11

BAB III : PENUTUP …………………………………………………………...…16

A. Kesimpulan …………………………………………………………...…...16
B. Saran ………………………………………………………………….,..….17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………......18

GLOSARIUM …………………………………………………………………......19

INDEKS …………………………………………………………………………....21

SINGKATAN ………………………………………………………………….......22

TENTANG PENYUSUN …………………………………………………….........23

DAFTAR NAMA PETUGAS DISKUSI ………………………………………….24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha untuk
mengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu, selalu
ingin tahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan diamati. Segala sesuatu yang dilihatnya,
dialaminya, dan gejala yang terjadi di lingkungannya selalu dipertanyakan dan dianalisis atau
dikaji. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu keheranan, kesangsian,
dan kesadaran atas keterbatasan. Berfilsafat kerap kali didorong untuk mengetahui apa yang
telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya
akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas.
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa terkagum
atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan
mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama
atau kepercayaan Ilahiah. Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa
itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa
sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses mencari tahu itu
menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis,
sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka
lahirlah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun metodis,
sistematis dan koheren (saling mempengaruhi ) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan
(realitas), dan yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) tersebut.
Semakin ilmu pengetahuan di gali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan
(realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan (realitas).
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sebagai
suatu disiplin ilmu, sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain
sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat
apa yang mereka lihat.

1
Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban
filsafat. Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan
pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia.

Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setidaknya
ada tiga peran utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing
pendidikan. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang kehidupan, dan juga pendidikan adalah segala situasi hidup yang
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidup1. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,
kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi sejumlah
permasalahan sebagai berikut ini :
1. Peran pendidikan Filsafat dalam dunia pendidikan sangatlah penting , untuk
menyelesaikan permasalahan – permasalahan di dunia pendidikan.
2. Diperlukannya menemukan jawaban – jawaban dari setiap pertanyaan.
3. Perlunya pengembangan Filsafat pendidikan.
4. Filsafat sangat diperlukan dalam ilmu pengetahuan.

C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka dalam makalah ini penyusun membatasi
pembahasan makalah dalam materi peran pendidikan filsafat dalam dunia pendidikan,
menyelesaikan permasalahan – permasalahan di dunia pendidikan dengan filsafat,
pengembangan dan perluasan filsafat di dunia pendidikan, mengembangkan filsafat untuk
memperluas ilmu pengetahuan alam.

1
Abdul Kadir, Dasar – dasar pendidikan, (Jakarta: Kencana prenada group,2012), hlm 59

2
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan sebagai suatu sistem?
2. Apa yang dimaksud dengan substansi filsafat pendidikan?
3. Apa hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan?

E. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian filsafat pendidikan sebagai suatu sistem.
2. Mengetahui dan dapat menjelaskan pengertian substansi filsafat pendidikan.
3. Mengetahui hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan.

F. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan lebih terhadap ilmu filsafat.
2. Membantu para calon pengajar atau pengajar untuk menerapkan filsafat di dunia
pendidikan.
3. Memberikan pemahaman tentang bagaimana ilmu filsafat pendidikan.

G. Metode Penulisan Makalah


Metode penulisan makalah yang dipilih oleh penyusun adalah metode pustaka. Metode
pustaka adalah metode yang dilakukan dalam mempelajari dan mengumpulkan data dari
pustaka yang berhubungan baik berupa alat seperti buku, jurnal maupun informasi dari
internet.

H. Sistematika Penulisan Makalah


Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari:
BAB I Pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat
penulisan makalah, metode penulisan makalah, sistematika penulisan makalah. BAB II yang
terdiri dari pembahasan materi seperti filsafat pendidikan, filsafat pendidikan sebagai sistem,
substansi filsafat, hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan, BAB III Penutup berisi
kesimpulan dan saran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan


Filasafat pendidikan sebagai philosohycal approach to education merupakan suatu bentuk
penerapan filsafat yang bersayap pada teoritis dan praktis.
 Teoritis- tentang norma- norma hidup.
 Praktis- berhubungan dengan tindakan atas norma-norma2.

Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke
akar-akarnya mengenal pendidikan3. Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang Filsafat
pendidikan diantaranya sebagai berikut:
1. Al- syaibany
Filsafat pendidikan adalah aktivitas fikiran yang teratur yang menjadikan filasafat
tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
2. Jhon dewey
Filasafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik yang menyangkut daya fikir ( intelektual) maupun daya
perasaan( emosional), menuju tabiat manusia.
3. Imam barnadid
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam bidasng pendidikan baginya filsafat pendidikan merupakan
aplikasi suatu analaisis filosofis terhadap bidang pendidikan.
4. Brubachen
Filsafat pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta didepan seekor kuda, dan
filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan
berdiri secara bebas memperoeh keuntungan karena mempunyai kaitan dengan filsafat
umum.
5. Randal curren
Filsafat pendidikan adalah penerapan serangkaian keyakinan-keyakinan filsafat dalam
praktik pendidikan

2
Burhanuddin H Salam, Pengantar pendadogik, (Jakarta:Rineka Cipta.2011), hlm 66
3
Oteng. Filsafat Dan Sutisna Ilmu Pendidikan, (Jurnal Pendidikan: Nomor 4 tahun IX, Desember 1990), hlm 78

4
Dengan pengertian konsep pendidikan sehingga dapat dijelaskan mengenai filsafat
pendidikan. Hal ini jelas menyangkut suatu pengertian konsep filsafat yang diterapakan
kedalam bidang pendidikan. Menurut Dictionary of Education oleh Carter V.Good;filsafat
pendidikan itu adalah:
1. Suatu upaya yang hati-hati, kritis dan sistematik secara intelektual untuk melihat
pendidikan sebagai suatu keseluruhan dan sebagai satu bagian keseluruhan dari
budaya manusia.
2. Suatu filsafat yang menyangkut atau yang diterapkan terhadap proses pendidikan
umum atau pendidikan swasta dan digunakan sebagi dasar bagi ketentuan umum,bagi
penafsirannya dan untuk mengevaluasi masalah-masalah pendidikan yang
menyangkut tujuan,pelaksanaan sehari-hari,hasil-hasilnya,keperluan-keperluan siswa
dan masyarakat,bahan-bahan yang digunakan dalam belajar dan semua segi yang
diperlukan dilapangan4.

Sebagai kesimpulan,bahwa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan itu adalah usaha-
usaha untuk memahami sedalam-dalamnya hakikat pendidikan dari berbagai segi seperti
eksistensi, fungsi, ciri-ciri, kegunaan, pelaku, hasil-hasil, tujuan, kurikulum, masalah-masalah
serta cara-cara memecahkan masalah itu.
Bedasarkan tulisan Zanti Arbi yang menceritakan tentang maksud filsafat pendidikan
sebagai berikut:
1. Menginspirasikan
2. Menganalisis
3. Mempreskriptifkan
4. Menginvestigasi5

Maksud dari menginspirasikan adalah memberi inspirasi kepada para pendidik untuk
melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof
memaparkan idenya bagaimana pendidikan itu, ke mana diarahkan pendidikan itu, siapa saja
yang patut menerima pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik. Sudah
tentu ide – ide ini didasari oleh asumsi – asumsi tertentu tentang anak manusia, masyarajat
atau lingkungan, dan negara. Salah satu conoh filsafat menginspirasikan adalah buku Emile
karya Rousseau.

4
Carter V.Good, Dictionary of Education, (New York:Grew Hill Book, 1959), hlm 34
5
Pidarta Made, Landasan Kepemimpinan, (Jakarta:Rineka Cipta,2007), hlm 45

5
Dia ingin memberi inspirasi kepada para pendidik tentang pendidikan naturalis, atau
mempengaruhi para pendidik untuk mengikuti idenya mengenai pendidikan alami. Dalam
buku ini Rousseau menceritakan bahwa anak – anak tidak perlu diarahkan atau melalui
metode – metode tertentu. Mereka cukup dihindarkan dari kemungkinan kena bencana berat
saja. Selebihnya biarlah mereka berkembang sendiri di alam, biar alam yang mendidik
mereka, biar mereka mendapatkan pengalaman langsung sendiri – sendiri. Dari pengalaman –
pengalaman ini mereka akan belajar banyak dan berkembang secara perlahan – lahan.
Sementara itu yang dimaksud dengan menganalisis dalam filsafat pendidikan adalah
memeriksa secra teliti bagian – bagian pendidikan agar dapat dikatehui secara jelas
validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam menyusun konsep pendidikan secara utuh
tidak terjadi kerancuan, tumpang tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan demikian ide –
ide yang kompleks bisa dijernihkan terlebih dahulu, tujuan pendidikan yang jelas, dan alat –
alatnya juga dapat ditentukan yang tepat.
Francis Bacon dalam bukunya The Advancement of Learning mengemukakan tesis
bahwa kebanyakan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia mengandung unsur – unsur
validitas yang bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan – persoalan sehari – hari, bila
pengetahuan itu dibersihkan dari salah konsep yang telah berlangsung selama bertahun –
tahun6. Bacon menggunakan logika induktif sebagai teknik kritis atau analisis untuk
menemukan arti pendidikan yang dapat diandalkan.
Filsafat pendidikan sebagai mana cabang filsafat lainnya mencakup sekurang-
kurangnya tiga cabang utama dari filsafat yakni, ontologi, epistomologi dan aksiologi. Dapat
dikatakan bahwa ontologi membicarakan tatanan dan struktur kenyataan dalam arti yang
luas. Atas dasar pengertian dari ontologi tersebut, maka pandangan ontologi dari pendidikan
adalah manusia, makhluk mulia, potensi,interaksi,budaya dan lingkungan.
Epistemologi menyelidiki secara kritis hakikat, landasan, batas-batas dan patokan
kesahihan pengetahuan. Epistemologi pendidikan dimaksudkan mencari sumber-sumber
pengetahuan dan kebenaran dalam praktek pelaksanaan pendidikan.Landasan aksiologi
dalam praktek pelaksanaan pendidikan didasarkan pada nilia-nilai dasar yang terkandung
dalam pembukaan UUD 1945 menekankan bahwa pendidikan dimaksudkan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kehidupan bangsa mencakup seluruh bangsa, warga
Negara tua-muda, kaya-miskin, di kota-di desa tanpa memandang latar belakang dan cerdas
dalam hidup dan kehidupan, kognitif, psikomotor, afektif, totalitas dan integratif7.

6
Francis Bacon, The Advencement of Learning, (Chicago:Encyclopedia Britania,1605) hlm156
7
Edwar Purba dan Yusnadi, Filsafat Pendidikan, (Medan: Unimed Press,2015), hlm 13

6
Oleh karena filsafat pendidikan mengaitkan pengertian filsafat dan pendidikan maka
ada baiknya secara umum dan ringkas dijelaskan batasan dalam rangka memahami arti
pendidikan itu sendiri.
Menurut Arthur K.Ellis dan kawan-kawan: education is the sum total of learning of
experiences during a life time,not just organized formal learning experiences.It is a process
by which a person gains understanding of self,as well as the environment.”8Dengan bahasa
Indonesia bebas dapat dikatakan bahwa, pendidikan adalah jumlah keseluruhan dari
pengalaman - pengalaman belajar seseorang selama hidup, tidak saja yang diperoleh melalui
belajar dari organisasi formal disekolah-sekolah tetapi mencakup semua pengalaman-
pengalaman belajar. Seluruh pengalaman itu adalah suatu proses dan melalui proses itulah
seseorang memperoleh pengertian dan pemahaman tentang dia sebagaimana ia mengerti
llingkungannya.
Filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme yang berpusat pada pelestarian dan
pengembangan budaya dan sifat pendidikan yang progresif yang berpusat pada
pengembangan subjek didik perlu disempurnakan. Filsafat pendidikan yang bersifat
perenialisme dan progresif yang melihat subjek didik sebagai bagian dari warga dunia,dan
mengingatkan dengan sungguh-sungguh agar warga Negara tidak didikte oleh perubahan
tetapi mampu bertindak sebagai bangsa yang mampu memberikan perubahan. Dengan dasar
itu, maka misi pendidikan nasional dalam hal ini disebabkan sebagai rekonstruksi sosial.

2.2 Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem


Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu
systema yang berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti “system, susunan,
jaringan, cara”. System juga diartikan “suatu strategi, cara berpikir atau model
berpikir”.Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara
sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak
sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan9.
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
8
Arthur, K Ellis dkk, Introduction to The Foundation of Education, (New Jersey: Prentice Hall, 1986), hlm 51
9
Hadiwijono Harun, Sari Sejarah Filsafat 2, (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1980), hlm 45

7
Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kehidupan bangsa mencakup seluruh bangsa, warga
Negara tua-muda, kaya-miskin, di kota–di desa, tanpa memandang latar belakang, cerdas
dalam hidup dan kehidupan, kognitif, psikomotor, afektif, totalitas dan integratif.
Filsafat pendidikan terwujud dengan menarik garis linier, antara filsafat dan
pendidikan. Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung dalam pendidikan
dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu cabang atau
aliran filsafat, misalnya dengan idealisme. Bila konsep dasar tentang kenyataan yang pada
hakikatnya, menurut idealisme adalah sama dengan hal-hal bersifat kerohanian ataupun yang
lain yang sejenis dengan itu, maka pendidikan itu adalah mengutamakan perkembangan
aspek aspek spritual dan kerohanian pada peserta didik.
Pendekatan lain yang akan dikembangkan adalah ketika pendidikan itu menghadapi
masalah atau keadaan yang seperti tidak diharapkan, pasti memerlukan jawaban yang tidak
semata-mata berada dalam ruang lingkup pendidikan. Misalnya tentang manusia seutuhnya,
untuk memperjelas konsep ini memerlukan penjelesan dari filsafat. Bila hal ini akan dijawab
dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang lain, jawaban itu tidak dapat seketika secara
spekulatif seperti halnya dalam filsafat. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dengan
mengingat tujuan pendidikan bila dikembangkan secara proporsional akan sangat memadai
dalam mengisi fundasi-fundasi ilmu pendidikan, sebagai bagian utama dalam ilmu
pendidikan umumnya.
McAshan mendefinisikan sistem sebagai strategi yang menyeluruh atau rencana
dikomposisi oleh satu set elemen,yang harmonis,merepresentasikan kesatuan unit,masing-
masing elemen mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terururt dalam bentuk
yang logis10.Sementara itu Immegart mengatakan esensi sistem adalah merupakan suatu
keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis,bagian-bagian itu
berelasi satu dengan yang lain,serta peduli terhadap konteks lingkungannya11.Dari kedua
pendapat diatas jelaslah system itu memiliki struktur yang teratur.Sistem terdiri dari beberapa
subsistem,setip subsistem mungkin terdiri dari beberapa sub-subsistem,selanjutnya setiap
sub-subsistem,begitu seterusnya sampai bagian itu tidak dapat dibagi lagi yang disebut
komponen.

10
Mc Ashan, Hildreth Hoke, Comprehensive Planning For School Administration,(USA: Advocate Publishing
Group 1983), hlm 109
11
Immegart, Glenn L. An Introduction to System For to Educational Administrator, (California:Addison Wesley
Publishing Company, 1972), hlm 64

8
Dari uraian di atas dapat dikemukakan ciri-ciri sebuah sistem sebagai berikut:
1. Merupakan suatu kesatuan atau holistik. Istilah holistik mengandung makna
menyeluruh atau utuh. Pendekatan holistic memandang manusia secara utuh, dalam
arti manusia dalam unsur kognitif, afeksi dan perilakunya. Manusia juga tidak bisa
berdiri sendiri, namun terkait erat dengan lingkungannya. Manusia tidak bisa terlepas
dari manusia lain, demikian pula dengan lingkungan fisik atau alam sekitarnya.
Manusia juga tergantung kepada Tuhan YME selaku pencipta dan penentu hidupnya.
2. Contohnya menghantarkan anak untuk menyeimbangkan antara belajar individual
dengan kelompok, antara isi dengan proses, antara pengetahuan dengan imajinasi,
antara rasional dengan intuisi dan antara kuantitatif dengan kualitatif.
3. Memiliki bagian-bagian yang tersusun sistematis dan berhierarki. Artinya bahwa
system itu memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari yang mendasar sampai tingkatan
yang tinggi. Contohnya sistem dalam lembaga pendidikan ada tingkatan yang disebut
mulai dari siswa atau pelajar,tenaga tata usaha,tenaga pengajar(guru)sampai tingkat
yang tinggi kepala sekolah.
4. Bagian-bagian itu berelasi satu dengan yang lain.Semua yang berada dalam sebuah
sistem akan membentuk hubungan timbal balik antar individu dengan lingkungan.
Misalnya sistem dalam ruangan kelas ada guru dan pelajar yang menimbulkan
adanya komunikasi antara guru dan pelajar dalam PBM.
5. Konsen terhadap konteks lingkungannya.

Sistem itu adalah sebagai suatu strategi, cara berpikir,atau model berpikir.Ini berarti
ada model berpikir sistem dan ada pula model berpikir nonsistem. Melaksanakan pendidikan
agama secara system akan menekankan pada semua aspeknya secara berimbang seperti
pemahaman,hafalan,penghayatan,tindakan sehari-hari pergaulan di masyarakat dan
sebagainya. Tetapi bila melaksanakan dengan nonsistem mungkin akan menekankan tentang
tata cara sembahyang saja. Secara konsep berpikir secara system dipandang lebih baik
daripada secara nonsistem dalam melaksankan atau menyelesaikan masalah tertentu12.

Balpoin misalnya sebagai suatu sistem merupakan suatu kesatuan. Bagiannya terdiri
dari tutup dan badan, Badan terdiri dari bagian luar dan isi, Isi terdiri dari buluh, tinta dan
bola/ujung. Bagian-bagian itu dalah bertingkat dan berelasi satu dengan yang lain.Sedangkan

12
Sidi Gajalba, Sistematika Filsafat Buku I, (Jakarta:Bulan Bintang, 1973), hlm 89

9
konsep terhadap lingkungan tampak pada badannya yang enak dipegang ketika menulis,
bola/ujungnya lancip sehingga tulisannya menjadi baik, dan tutupnya diisi cantelan sehingga
bisa digantungkan dikantong.
Pendidikan merupakan sistem terbuka oleh sebab itu tidak mungkin pendidikan dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik bila ia mengisolasi diri dengan lingkungan. Pendidikan
berada di masyarakat, ia adalah milik masyarakat. Itulah sebabnya pemerintah menegaskan
bahwa pendidikn adalah menjadi tanggung jawab pemerintah/sekolah, orangtua,dan
masyarakat. Oleh karena keberadaan pendidikan seperti itu maka apa yang berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat akan berpengaruh pula terhadap pendidikan. Faktor-faktor itu
akan memberikan umpan balik dan atau memberikan tekanan kepada pendidikan13.
Jadi pendidikan sebagai sistem berada bersama,terikat dan tertenun di dalam
suprasistemnya yang terdiri dari tujuh sistem (filsafat Negara, agama, sosial, kebudayaan,
ekonomi, politik dan demografi).Berarti membangun suatu lembaga pendidikan baru atau
memperbaiki lembaga pendidikan lama tidak dapat memisahkan diri dari suprasistem
tersebut.

2.3 Substansi Filsafat Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi


pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-konsep
dasar pendidikan. Di Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan
undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan utama terhadap pelaksanaan
pendidikan. Hal ini yang menjadikan Pancasila, atau khususnya Filsafat Pancasila
mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-
norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu melingkupi pendidikan secara
keseluruhan, baik itu mengenai teori maupun mengenai  praktek.
Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan filsafat pendidikan
Pancasila sebagai filsafat terbuka, maka sikap konvergensi atau elektif inkorpatif terhadap
filsafat atau filsafat pendidikan yang berasal dari luar perlu dikembangkan. Dengan
mempelajari filsafat dan filsafat pendidikandari luar pad hakekatnya adalah upaya untuk
memperkaya atau meperkuat substansi dari pada filsafat pendidikan telah berada pada
peringkat lanjut. Roh dan Jiwa Undang-Undang Dasar 1945 harus mendasari landasan praksis
dan praktik pendidikan. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar  1945 telah dijelaskan

13
Made Pidarta, Op.cit., hlm 30

10
nyata arah dan tujuan pendidikan yakni : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapan ini
didukung oleh batang tubuh dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa pemerintah akan melaksanakan pendidikan
bermutu bagi setiap warga negara dan setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan minimal sampai pada tingkat pendidikan dasar. Tujuan pendidikan semakin
diperjelas dan dipertegas substansi dan arahnya yakni menjadikan manusia yang cerdas,
berbudi luhur berakhlak mulia dan lainnya.
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian
dari fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan
tentang konsep-konsep dasar pendidikan. Pendidikan di Indonesia teraktualisasi dengan
berdasar pada praksis dan praktik.Praksis sebagai acuan yang didasarkan pada landasan yang
tersusun dalam bentuk kebijakan dalam pelaksanaan pendidikan. Hal ini sekaligus sebagai
acuan yang harus dipedomani dalam praktek pelaksanaan pendidikan. Pancasila, UUD 1945
dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan terhadap pelaksanaan
pendidikan. Hal ini menjadikan pancasila ,atau khususnya filsafat pancasila mempunyai
kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan, nilai-nilai serta norma-norma pancasila
dan UUD 1945 itu melingkupi pendidikan secara keseluruhan, baik itu mengenai teori
maupun mengenai praktek pendidikan14.
Nuansa serta tekanan permasalahan dari waktu ke waktu dapat berbeda, sehingga
perlu mendapatkan perhatian khusus dalam telah pendidikan serta filsafat pendidikan. Kalau
dewasa ini persoalan yang selalu nampak adalah berkaitan dengan karakter atau perilaku
manusia yang tidak sesuai dengan harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang
Maha Mulia, misalnya, maka sudah sewajarnyalah bila studi tentang filsafat pendidikan dan
praksis serta praktek pelaksanaan pendidikan15.

2.4 Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan

Menurut James S.Ross bahwa filsafat dan pendidikan pada hakikatnya merupakan hal
yang satu. Seperti kedua sisi dari satu mata uang. Filsafat merupakan segi pemikirannya dan
pendidikan merupakan segi dinamisnya.
Artinya bahwa filsafat mencakup nilai yang dijunjung dan merupakan pedoman
perbuatan. Baik pedoman perbuatan ini dilaksanakan dalam sikap sehari-hari maupun dalam
hal mendidik. Jadi, bila nilai-nilai yang dimiliki itu betul-betul merupakan kepercayaan yang

14
EdwardPurba dan Yusnadi, Filsafat Pendidikan, (Medan:Unimed Press,2015), hlm 14
15
Ibid, hlm 15

11
vital, maka nilai-nilai itulah yang dijadikan dasar dan pedoman bagi segala perbuatan
termasuk mendidik. Dengan kata lain perbuatan mendidik merupakan realisasi dari nilai-nilai
yang dimilikinya.
Sudah merupakan pandangan atau pemahaman umum bahwa filsafat yang dijadikan
pandangan hidup oleh seseorang atau suatu masyarakat bahkan suatu bangsa merupakan asas
atau pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan orang atau masyarakat
tersebut atau bangsa itu sendiri, termasuk didalamnya bidang pendidikan. Segala usahan atau
aktifitas yang dilakukan dengan mempedomani filsafat yang dianutnya.
Pancasila merupakan sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan
masyarakat yang dianggap baik, sumber dari agama sumber yang menadi pangkal serta
muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan dan pembelajaran16.
Bagan skematis
Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan
Filsafat Filsafat Pendidikan
Metafisika
 Filsafat kenyataan (theory  Dasar-dasar pendidikan; tujuan
of reality); hakikat kenyataan alam hakikat mutlak (altimate aims); tujuan
semesta (kosmologi, ontology) hakikat manusia = tujuan analitis
(antropogi metafisika) tujuam hakikat
pendidikan.
Etika
 Filsafat moral kesusilaan  Tujuan intermidit(intermediate
(theory of moral) aksiologi aims),tujuan etis normatife, tujuan
(axiology); theory of value), teori normatife operasional, isi moral
nilai-nilai estetika dan etika pendidikan, nilai-nilai spiritual etis, nilai-
nilai pendidikan.
Logika
 Epistemologi (theory of  Science of education; sistem
knowledge) = filsafat ilmu pendidikan; sistem pendidikan
penetahuan; logika formal teoritis (kepemimpinan, metode, organisasi dan
dan logika materil praktis politik pendidikan); behavioural pattern =
(instrumental dan simbolis) pola-pola tingkah laku perbuatan dalam

16
M Sukardjo dan Ukim Komaruddin, Landasan Pendidikan,Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta:Raja
Grafindo Persada, 2009), hlm 87

12
rencana pelajaran terurai; the art of
education.17

Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupas lah antara
lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi
landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman
pendidik dalam menuntut pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan
berkenalan dengan realita. Semuanya itu dapat disampaikan
kepada    filsafat    untuk   dijadikan bahan    pertimbangan   dan   tinjauan   untuk memperke
mbangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan
objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
2. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan
dan mengkoordinasikannya
3. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan18 .

Brubacher mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat


pendidikan, dalam hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau
pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan
kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Sedangkan
filsafat pendidikan merupakan ilmu yang  pada hakekatnya jawab dari pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karena bersifat filosofis, dengan
sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis
terhadap lapangan pendidikan.Filsafat pendidikan sudah seharusnya dipelajari dan didalami
oleh setiap orang yang memperdalam ilmu pendidikan, terlebih mereka yang memilih profesi
sebagai tenaga pendidik. Ada beberapa alasan yang mendasarnya antara lain;
1. Adanya problema-problema pendidikan dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian
para ahli masing masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan
kesejathteraan lahir dan batin masyarakat dan bangsa. Banyak tulisan yang dihasilkan
oleh para ahli pikir, dan tidak jarang gagasan ahli yang satu mempengaruhi gagasan

17
Burhanuddin H Salam, Op.Cit., hlm 42
18
Ibid, hlm 66

13
ahli-ahli yang lain. Corak gagasan yang berlandaskan filsafat sering timbul dari ahli-
pikir ini. Hal ini masuk dalam lapangan filsafat pendidikan.
2. Dapatlah diperkirakan  bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat pendidikan
dapat mempunyai pandangan pandangan yang jangkauannya melampaui hal-hal yang
diketemukan secara eksperimental dan empirik. Maka dari itu filsafat pendidikan
dapat diharapkan merupakan bekal untuk meninjau pendidikan beserta masalah-
masalahnya secara kritis.
3. Dapat terpenuhi tuntutan intelektual dan akademik dengan landasan asas bahwa
berfilsafat adalah berfikir logis yang nuntut teratur dan kritis, maka berfilsafat
pendidikan mempunyai kemampuan semacam itu19.

Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran sebagai hasil pengkajian secara teratur
dan mendalam yang menyelaraskan dan mengharmonisasikan dana menerangkan nilai-nilai
dan tujuan kesatuan yang utuh antara filsafat,filsafat pendidikan,dan pengalaman mnusian
atau pendidikan.Filsafat menemukan ide-ide,nilai-nilai,dan cita-cita yang lebih baik dan
pendidikan merupakan kegiatan untuk merealisasikan ide-ide menjadi kenyataan berupa
tingkah laku,perbuatan bahkan membina perilaku manusia20.
Dari uraian tersebut,dapat dikatakan bahwa hubungan fungsional antara filsafat dan teori
pendidikan adalah:
1. Filsafat alam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para
ahli.
2. Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran
filsafat tertentu yang memilki relevansi dengan kebutuhan yang nyata.
3. Filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan,mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam mengembangkan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan21.

19
Brubacher, Modern Philosophyes of Education, (New York:Mac Graw Hill Book Company, 1950), hlm 78

20
Purba,Edward.dan Yusnadi, Op.Cit, hlm 16

14
21
H Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2001), hlm 23

15
Dari penjelasan tersebut bahwa ada kaitan yang sangat kuat antara filsafta dan filsafat
pendidikan bahwa filsafat merupakan segi pemikirannya dan filsafat pendidikan merupakan
segi dinamisnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan itu adalah usaha-usaha untuk memahami sedalam-dalamnya
hakikat pendidikan dari berbagai segi seperti eksistensi,fungsi,ciri-ciri,kegunaan,pelaku,hasil-
hasil,tujuan,kurikulum,masalah-masalah serta cara-cara memecahkan masalah ituSubstansi
Filsafat Pendidikan kedudukan dalam jajaran ilmu pengetahuan adalah sebagai bagian dari
fundasi- fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu menengahkan tentang
konsep-konsep dasa pendidikan.
Filsafat pendidikan sebagai mana cabang filsafat lainnya mencakup sekurang-
kurangnya tiga cabang utama dari filsafat yakni,ontologo,epistomologi dan aksiologi.Dapat
dikatakan bahwa ontology membicarakan tatanan dan struktur kenyataan dalam arti yang
luas.Atas dasar pengertian dari ontologi tersebut,maka pandangan ontology dari pendidikan
adalah manusia,makhluk mulia,potensi,interaksi,budaya dan lingkungan.
Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani
yaitusystema yang berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti “system,
susunan, jaringan, cara”. System juga diartikan “suatu strategi, cara berpikir atau model
berpikir”.Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara
sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak
sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan.

Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi


pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-konsep
dasar pendidikan. Di Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan
undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan utama terhadap pelaksanaan
pendidikan. Hal ini yang menjadikan Pancasila, atau khususnya Filsafat Pancasila
mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-
norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu melingkupi pendidikan secara
keseluruhan, baik itu mengenai teori maupun mengenai  praktek.
Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :
4. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan
objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
5. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan
dan mengkoordinasikannya
16
Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan. Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan
logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis
dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara
filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya
menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
3.2 Saran
Menyadari peran penting pendidikan, maka langkah pertama yang harus dilakukan
adalah memahami terlebih dahulu filsafat dan hakikat filsafat pendidikan.Pemahaman
tersebut akan menyebabkan kita memahami peran,mendudukkannya,dan menilai pendidikan
secara proporsi.

17

DAFTAR PUSTAKA

Arthur,K.Ellis dkk.1986.Introduction to The Foundation of Education.New Jersey:Prentice


Hall.
Bacon,F.1605.The Advencement of Learning.Chicago:Encyclopedia Britania.
Brubacher.1950.Modern Philosophyes of Education.New York:Mac Graw Hill Book
Company.
Carter V.Good.1959.Dictionary of Education.New York:Grew Hill Book.
D,Emile.1991.Filsafat dan Ideologi(Terjemahan).Jakarta:Amartapura.
Gajalba,Sidi.1973.Sistematika Filsafat,Buku I.Jakarta:Bulan Bintang.
Harun,Hadiwijono.1980.Sari Sejarah Filsafat 2.Yogyakarta:Yayasan Kanisius.
Immegart,Glenn L.1972.An Introduction to System For to Educational
Administrator.California:Addison Wesley Publishing Company.
Jalaluddin,H.2001.Teologi Pendidikan.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.
McAshan,Hildreth.Hoke.1983.Comprehensive Planning For School
Administration.USA:Advocate Publishing Group.
Kadir Abdul.2012.Dasar – Dasar Kependidikan.Jakarta: Prenada Group.
Pidarta,Made.2007.Landasan Kependidikan(Stimulis Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia).Jakarta:Rineka Cipta.

Purba,Edward.dan Yusnadi.2015.Filsafat Pendidikan.Medan:Unimed Press.


Salam,H Burhanuddin.2011.Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu
Mendidik).Jakarta:Rineka Cipta.
Sukardjo,M.dan Komaruddin,Ukim.2009.Landasan Pendidikan,Konsep dan
Aplikasinya.Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Sutisna,Oteng.1990.”Filsafat dan Ilmu Pendidikan”,Jurnal Pendidikan.Nomor 4,Tahun
IX,Desember.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

18
GLOSARIUM

Aksiologi : Merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan


bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Afektif : Berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan,
perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang
menunjukkan perasaan.
Demografi : Member gambaran yang menarik dari penduduk yang digambarkan
secara statistik dan mempelajari tingkah laku keseluruhan, bukan
tingkah laku perorangan.
Dinamis : tidak mau tinggal diam, selalu bergerak, dan terus tumbuh.
Epistomologi : Cabang dari filsafat yang berkaitan dengan teori pengetahuan,
mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan, justifikasi, dan
rasionalitas keyakinan.
Fundamental : Mendasar
Harmonis : Sesuai, selaras, serasi, rukun.
Holistik : Menyeluruh, bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat,
dan seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran
seperti spiritual, moral, imajinasi, intelektual, budaya, estetika,
emosi, dan fisik.
Integratif : Keterpaduan, terintegrasi, satu kesatuan.
Ilahiah : Tuhanku.
Kognitif : Keyakinan seseorang tentang sesuatu yang di dapatkan dari proses
berpikir tentang seseorang atau sesuatu.
Kesemestaan : Seluruh daya bangsa dan Negara mampu memobilisasikan diri guna
menanggulangi setiap bentuk ancaman dari luar negeri maupun dari
dalam negeri.
Kesangsian : Kebimbangan, Keraguan.
Koheren : Berhubungan, bersangkut paut.
Metodis : Metode –metode yang digunakan untuk mencari kebenaran dalam
upayanya mengurangi kemungkinan penyimpangan, yang secara
umum dikenal sebagai metode ilmiah.

19
Preskriptif : Bersifat memberi petunjuk atau ketentuan, bergantung pada atau
menurut ketentuan resmi yang berlaku.
Norma : Aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam
masyarakat
Naturalis : Bersifat alami
Metodologi : Ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan
penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan
kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji.
Ontologi : Salah satu kajian filsafat yang membahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret.
Praktis : Mudah dan senang memakainya.
Psikomotor : Ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Perenialisme : Sebuah sudut pandang dalam filsafat agama yang meyakini bahwa
setiap agama di dunia memliki ssuatu kebenaran yang tunggal dan
universal yang merupakan dasar bagi semua pengetahuan dan
doktrin religius.
Progresif : Suatu perubahan yang terjadi yang sifatnya maju, meningkat,
meluas, berkelanjutan atau bertahap selama waktu tertentu baik
secara kuantitatif ataupun kualitatif.
Praksis : Salah satu pendekatan terhadap teologi kontekstual.
Sistematis : Teratur menurut sistem.
Suprasistem : Suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi
atau energi.
Tabiat : Watak, perangai, kelakuan, tingkah laku.
Validitas : Uji yang digunakan untuk menunjukan sejauh mana alat ukur yang
digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur.

20
INDEKS

Aksiologi 6

Epistomologi 13

Ilahiah 1

Kognitif 6, 8

Metafisika 12

Ontologi 6

Preskriptif 5

Psikomotor 6, 8

Relevansi 14

21
SINGKATAN

Hlm : Halaman

PMB : Proses belajar mengajar

Op.cit : Opere citato

Ibid : Ibidem

Loc.cit : Loco citato

22
TENTANG PENYUSUN

Penulis bernama lengkap Harbiansyah Muhammad Raihan lahir di Jakarta 02 Februari


2000. Penulis merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara, saat ini penulis menempuh pendidikan
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, program studi Pendidikan Kimia.
Penulis merupakan lulusan dari SMA Taruna Terpadu Bogor (BOASH), Pendidikan SMP di
SMP Taruna Terpadu Bogor (BORCESS), dan pendidikan SD di MI Hidayatul Athfal Bogor
Hobi dari penulis adalah bermain alat musik seperti gitar, dan marawis, selain itu di bidang
olahraga penulis menekuni beladiri karate, futsal, atletik, dan lain sebagainya. Cita cita
penulis adalah menjadi pengusaha atau ilmuwan yang berkontribusi dalam bidang sains di
kancah nasional maupun internasional.

23
DAFTAR NAMA PETUGAS DISKUSI

A. Moderator : Bayu Ajy (11180162000088)


B. Operator : Dhia Bakhita Azzahra (11180162000060)
C. Narasumber : 1. Harbiansyah M Raihan (11180162000073)

D. Penanya : 1. Nahwaniyah (11180162000082)


2. Rizkha Audria Basalama (11180162000072)
3. Muhammad Naldo Pramono (11180162000074)
4. Devita Amelia (11180162000070)
5. Marwah Susanti (11180162000087)
6. Muhamad Nuraprizal (11180162000084)
E. Komentator : 1. Risma Salsabilah (11180162000076)
2. Rika Meutia Zahra (11180162000083)
3. Qurrata’Aini (11180162000068)
4. Fajriah Nuraida (11180162000075)
5. Regina Nova Rianda Sidjabat (11180162000069)
6. Farhan Zidnie (11180162000077)
F. Notulen : Istiqomah (11180162000062)

24

Anda mungkin juga menyukai