Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Postural drainase dan fisioterapi dada


1. Pengertian
Postural drainase adalah salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi
dari berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi
(Asmadi, 2008).
Postural Drainage adalah pembersihan secret jalan nafas segmen
bronkus dengan pengaruh gravitasi. Postural Drainase adalah pembersihan
berdasarkan gravitasi sekret jalan napas dari segmen bronkus khusus. Ini
dicapai dengan melakukan satu atau lebih posisi tubuh yang berbeda. Tiap
posisi mengalirkan sekret khusus dari percabangan trakeobronkial-area paru
atas, tengah, bawah ke trakea. Batuk atau pengisapan kemudian dapat
menghilangkan sekret dari trakea (Hidayat, 2004).
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan
drainase postural, calpping dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan misal nya penyakit paru-paru obstruksi kronis, asma dan emfisema
(Asih, 2003).
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat
berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun
kronis (Hidayat, 2004).
Sementara fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak
istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan
memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi dari sistem paru-paru yang
terganggu (Brunner, 1997). Fisioterapi dada merupakan tindakan yang
dilakukan pada klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi
yang memerlukan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi
yang dikeluarkan oleh manusia melalui dubur (Indonesia, 2013).

2. Tujuan
a. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernapasan
b. Membantu membersihkan sekret dari bronkus
c. Mencegah penumpukan sekret
d. Memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.
e. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
f. Pasien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan
oksigen yang cukup.
3. Indikasi
a. Profilaksis (antibiotik) untuk mencegah penumpukan sekret yaitu
pada pasien :
1) Pasien yang memakai ventilasi
2) Pasien dengan tirah baring lama
3) Pasien dengan produksi sputum meningkat
4) Pasien dengan batuk yang tidak efektif.
b. Mobilisasi sekret yang tertahan
1) Pasien dengan atelektasis ( pengkerutan paru-paru/collaps)
yang disebabkan oleh sekret.
2) Pasien dengan abses paru ( penumpukan pus di paru)
3) Pasien dengan pneumonia
4) Pasien pre dan post operatif
5) Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan
menelan atau batuk.

4. Kontra indikasi
a. Tension pneumototraks ( tekanan akibat adanya akumulasi udara)
b. Hemoptisis
c. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipertensi, infark miokard
akut dan aritmia.
d. Edema paru
e. Efusi pleura
f. Peningkatan tekanan intrakranial

5. Waktu pelaksanaan postural drainase


Tindakan postural drainase dilakukan sebelum tidur dan kira-kira 1 jam
sebelum makan siang dan makan malam. Tindakan ini tidak boleh dilakukan
setelah makan karena latihan dan batuk dapat menyebabkan pasien muntah.

2
Latihan harus selesai 30-45 menit sebelum makan sehingga pasien akan
memiliki kesempatan untuk istirahat dan makan. Setiap sesi dilakukan setiap
20-30 menit.

1. Vibrasi
Vibrasi adalah studi tentang gerakan berosilasi dan sistem mekanis serta
kondisi-kondisi dinamisnya. Gerakan ini dapat berupa gerakan beraturan dan
berulang secara kontinyu atau dapat juga berupa gerakan tidak beraturan dan
acak. Umumnya getaran ditimbulkan akibat adanya gaya yang juga
bervariasi dengan waktu (Robert, 1995).
Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan napas yang
besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi hanya
dilakukan pada waktu pasien mengeluarkan napas. Pasien diminta napas
dalam, kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan
dilanjutkan hingga akhir ekspirasi.vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan
tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar.
Kontra indikasi dilakukan vibrasi adalah patah tulang dan hemoptisis.

C. Posisi untuk Drainase Postural


Bronkus Apikal Lobus Anterior Kanan
Anjurkan klien duduk di kursi, bersandar
dan Kiri Atas pada bantal.
Bronkus Apikal Lobus Posterior Anjurkan klien duduk di kursi, menyandar
Kanan dan Kiri Atas ke depan bantal atau meja.
Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Anjurkan klien berbaring datar dengan
Kiri Atas bantal kecil di bawah lutut.
Bronkus Lobus Lingual Kiri Atas Anjurkan klien berbaring miring ke kanan
lengan atas kepala posisi Trandelenburg,
kaki di tempat tidur ditinggikan 30 cm.
Letakkan bantal belakang punggung,
gulingkan 1/4 putaran ke atas bantal.
Bronkus Lobus Kanan Tengah Berbaring miring kiri dan tinggikan kaki
30 cm. Letakkan bantal di belakang
punggung dan gulingkan 1/4 putaran.
Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Berbaring terlentang posisi
Kiri Bawah Trandelenburg, kaki ditinggikan 45-50
cm. Biarkan lutut menekuk di bantal.
Bronkus Lobus Lateral Kanan Bawah Anjurkan klien berbaring miring ke kiri
pada posisi Trendelenburg dengan kaki

3
tempat tidur ditinggikan 45-50 cm.
Bronkus Lobus Lateral Kiri Bawah Berbaring miring kanan posisi
trendelenburg kaki ditinggikan 45-50 cm.
Bronkus Lobus Superior Kanan dan Berbaring tengkurap bantal di bawah
Kiri Bawah lambung
Bronkus Basalis Posterior Kanan dan Berbaring tengkurap dalam posisi
Kiri Trendelenberg dengan kaki tempat tidur
ditinggikan 45-50 cm.
Pengertian Melakukan tindakan fisioterapi dada
dengan cara postural drainage, perkusi dan
vibrasi
Tujuan Meningkatkan efisiensi pola pernafasan
dan membersihkan jalan nafas.
Indikasi 1. Klien dengan jalan nafas tidak efektif
2. Klien dengan pola nafas tidak efektif
3. Kerusakan atau gangguan pertukaran
gas
Kontra indikasi 1. Tekanan intrakranial > 20 mmHg
2. Cedera kepala dan leher
3. Perdarahan aktif dengan ketidakstabilan
hemodinamik
Alat dan bahan 1. Bantal
2. Bengkok
3. Mangkuk sputum berisi desinfektan
4. Tissue
5. Set perawatan mulut
Prosedur Vibrasi
1. Instruksikan pasien untuk menghirup
napas dalam melalui hidung dan
mengeluarkanya melalui mulut selama
vibrasi dilakukan
2. Ratakan telapak tangan di area dada
yang mengalami penumpukan secret
3. Lakukan vibrasi saat pasien
menghembuskan napas
4. Anjurkan pasien untuk batuk dan
mengeluarkan sputum/secret pada
mangkuk sputum segera setelah
vibrasi selesai
5. Setelah semua dilakukan, kaji kembali
kondisi pasien
6. Lakukan fisioterapi kembali bila
diperlukan
7. Kembalikan pasien ke posisi normal
dan berikan posisi nyaman
8. Berikan perawatan mulut

4
9. Rapikan pasien dan bantu mengatur
posisi pasien agar nyaman
10. Bersihkan dan rapikan alat
11. Evaluasi respon pasien
12. Terminasi
13. Buang sampah pada tempatnya (sesuai
SOP pemilahan sampah)
14. Lepaskan sarung tangan
15. Lakukan kebersihan tangan

Dokumentasi Dokumentasikan jumlah sputum, warna,


bau, dan konsistensi

Daftar Pustaka

Asih, N. G. (2003). Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: EGC.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: EGC.
Brunner, S. (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. A. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Indonesia, I. f. (2013). Core Stability Pada Insan Stroke. Jakarta: Majalah Fisioterapi
Indonesia.
Lubis, H. M. (2005). Fisioterapi Pada Penyakit Paru Anak. Medan: USU.
Robert, K. V. (1995). Analisis Getaran, terjemahan Dr. Ir. Dicky Rezady Munaf, MS.
MSCE . Bandung : Refika aditama PT Eresco.

Anda mungkin juga menyukai