oleh
Paian Tua
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai modalitas pengobatan digunakan ketika merawat pasien dengan
berbagai tipe gangguan pernafasan. Pilihan modalitas ini didasarkan pada gangguan
oksigenasi dan apakah terdapat masalah dengan ventilasi gas,difusi gas,atau
keduanya. Terapinya berkisar dari modalitas sederhana noninvasive sampai tindakan
yang sangat invasive dan kompleks.pengkajian dan penatalaksanaan pasien gangguan
sitem pernafasan sanagt baik dilakukan bilapendekatan yang digunakan adalah multi
disiplin dan kolaboratif. Tindakan keperawatan sangat diperlukan keterampilan kritis
dalam melakukan berbagai tindakannya khususnya dalam hal perawatan pasca
pemasangan alat-alat bantuan oksigenasi.
B. TUJUAN UMUM
Tujuan dari penyusunan makalah ini terdiri dari beberapa hal seperti;
• Penyusunan makalah ini untuk memenuhi penilaian dari mata ajaran
“Keperawatan Medikal Bedah”
• Penyusunan makalah ini agar para pembaca dapat mengetahui lebih kompleks
mengenai “Keterampilan Kritis pada Gangguan Sistem Pernafasan”.
• Penyusunan makalah ini ditujukan untuk membantu para pembaca khususnya
mahasiswa agar dapat mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari dalam
tindakan keperawatan
C. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah:
• Menguraikan penatalaksanaan keperawatan untuk pasien yang mendapat
tindakan postural drainage, tindakan clapping vibrasi dada; terapi oksigen; nafas
dalam;dan batuk efektif, tindakan suctioning, tindakan pemberian oksigen
tambahan dengan berbagai alat, tindakan perawatan luka WSD/CTT, nebulizer,
serta perawatan trachea canula.
• Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan.
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
• studi kepustakaan yaitu dengan mencari berbagai sumber buku sebagai
penunjang dalam penyusunan makalah ini.
• Konsultasi dengan dosen pembimbing untuk lebih memperjelas dalam
penyusunan makalah.
2
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini dibagi dalam 5 bab, yaitu :
Bab I Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode dan teknik
penulisan, serta sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teori
Mengemukakan isi dari makalah ini yang terdiri dari beberapa pembahasan
seperti; pengertian, indikasi, tujuan, persiapan pasien, persiapan peralatan,
serta langkah-langkah kerja dari setiap judul pembahasan.
Bab III Penutup
Mengemukakan kesimpulan dari seluruh keterampilan kritis khususnya
pada system gangguan pernafasan dalam tindakan keperawatan dan
memberikan saran kepada pihak yang bersangkutan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
II.1 TINDAKAN POSTURAL DRAINAGE
A. Pengertian
Karena pasien biasanya duduk dalam posisi duduk tegak, sekresi sepertinya akan
menumpukan pada bagian yang lebih rendah dari paru – paru. Jika tindakan ini
digunakan posisi pasien dibaringkan secara bergantian dalam posisi yang berbeda.
Sehingga gaya gravitasi membantu untuk mengalirjan sekresi dari jalan napas
bronchial yang lebih kecil ke bronchi yang besar dan trakea.
B. Indikasi
C. Persiapan pasien
D. Persiapan alat
4
E. Teknik batuk
1. Mengambil posisi duduk dan menbungkuk sedikit ke depan kerena posisi tegak
memungkinkan batuk lebih kuat.
2. Jaga lutut dan pinggul fleksi untuk meningkatkan relaksasi dan mengurangi
tegangan pada otot – otot abdomen ketika batuk.
3. Menghirup napas dengan lambat melalui hidung dan menghembuskannya melalui
bibir atau mulut yang dirapatkan beberapa kali.
4. Batuk dua kali selama setiap kali ekshalasi ketika mengkontriksi ( menarik
kedalam ) abdomen dengan tajam bersama dengan setiap kali batuk.
G. Langkah – langkah
5
II.2 BATUK EFEKTIF DAN NAFAS DALAM
A. Pengertian
Batuk efektif : merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat
energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.
B. Tujuan
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi
maksimal yang dimulai dari ekspirasi , yang bertujuan :
a) Merangsang terbukanya system kolateral.
b) Meningkatkan distribusi ventilasi.
c) Meningkatkan volume paru
d) Memfasilitasi pembersihan saluran napas
( Jenkins, 1996 )
C. Indikasi
Dilakukan pada pasien seperti :
COPD/PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, chest infection, pasien bedrest atau post
operasi
•Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk
dan perut tidak boleh tegang.
• Letakkan tangan diatas perut
•Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut
tertutup rapat.
• Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara
dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
• Lakukan hal ini berulang kali (kurang lebih 15 kali)
• Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
1. Huff Coughing adalah tehnik mengontrol batuk yang dapat digunakan pada pasien
menderita penyakit paru-paru seperti COPD/PPOK, emphysema atau cystic fibrosis.
Huff Coughing
•Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik Batuk huff, keluarkan semua
udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas. Mulai dengan bernafas pelan. Ambil nafas
secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan nafas secar perlahan selama 3 – 4 detik.
•Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai
overventilasi paru-paru.
•Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk mengontrol
nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif.
•Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas
cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi
Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka dan
mempermudah pengeluaran mucus.
•Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
•Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang tenggorokkan
•Setelah itu batukkan dan keluarkan mucus/dahak
Step 2 :
•Bernafaslah dengan pelan dan dalam melalui hidung.
•Kemudian keluarkan nafas dengan penuh melalui mulut, Ulangi untuk yang kedua
kalinya.
•Untuk ketiga kalinya, Ambil nafas secara pelan dan dalam melalui hidung, Penuhi paru-
paru sampai terasa sepenuh mungkin.
Step 3 :
•Batukkan 2 – 3 kali secara berturut-turut. Usahakan untuk mengeluarkan udara dari paru-
paru semaksimalkanmungkinketikabatuk.
•Relaxdanbernafassepertibiasa
7
•Ulangi tindakan diatas seperti yang diarahkan.
Clapping
a. pengertian
suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat guna untuk mengeluarkan sekresi dengan
cara menepuk nempuk dinding dada.
b. tujuan
mengeluarkan sekresi bronkus yang kental dan melekat dari bronkeolus ke bronkus
lalu ke trackea, hanya di lakukan di post terior selama 3 samapai 5 menit hati-hati pada
orang tua karena dpat mengalami osteophorosis.
c. persiapan
pasien :
alat :
1. seputum pot
2. tissue
3. underdog
d. langkah
1. dilakukan dengan membentuk mangkok pada telapak tngan dan dengan ringgan di
tepukan pada dinding dada dlam gerakan yang berirama di atas segmen paru yang
akan di alirkan
8
2. pergelangan tangan secara bergantian flexi dan extensi sehingga dada di pukul ataw
di tepuk dengan cara yang teidak menimbulkan nyeri
3. hati-hati dilakukan pada lansia karena peningkatan insiden osteophorosis dan resiko
fracture igga.
VIBRASI
A. pengertian
adalah teknik memberikan kompresi dan getaran manual pada dinding dada selama
pase ekhalasi pernapasan
B. tujuan
untuk meningkatkan verositas udara yang di ekpirasikan dari jalan napas yang
kecil, dengan demikian akan membebaskan mucus
C. persiapan
pasien :
alat :
1. seputum pot
2. tissue
3. underdug
D. langkah
1. pergelanagan tangan dan siku di jaga agar tetap kaku dan gerakan memvibrasi di
lakukan ole otot-otot bahu
2. setelah 3-4 kali vibrasi pasien didorong untuk batuk dengan menggunakan otot-otot
abdomen.
A. Pengertian
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
( Ignativicius, 1999 ).
B. Indikasi
9
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya secret yang
menyumbat jalan nafas, ditandai dengan :
· Terdengar adanya suara pada jalan nafas
· Hasil auskultasi : ditemukan suara crackels atau ronkhi
· Kelelahan
· Nadi dan laju pernafasan meningkat
· Ditemukannya mukus pada alat Bantu nafas
· Permintaan dari klien sendiri untuk disuction
· Meningkanya peak airway pressure pada mesin ventilator
C. Persiapan
Hudak ( 1997 ) menyatakan persiapan alat secara umum untuk tindakan penghisapan
adalah sebagai berikut ;
a. Kateter suction steril
b. Sarung tangan
c. Tempat steril untuk irigasi
d. Spuit berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan
D. Langkah - langkah
( Ignativicius, 1999 ) langkah-langkah dalam melakukan tindakan penghisapan adalah
sebagai berikut :
1. Kaji adanya kebutuhan untuk dilakukannya tindakan penghisapan.
( usahakan tidak rutin melakukan penghisapan karena menyebabkan kerusakan
mukosa, perdarahan, dan bronkospasme ).
2. Lakukan cuci tangan, gunakan alat pelindung diri dari kemungkinan
terjadinya penularan penyakit melalui secret.
3. Jelaskan kepada pasien mengenai sensasi yang akan dirasakan selama
penghisapan seperti nafas pendek, , batuk, dan rasa tidak nyaman.
4. Check mesin penghisap, siapkan tekanan mesin suction pada level
80 – 120 mmHg untuk menghindari hipoksia dan trauma mukosa
5. Siapkan tempat yang steril
6. Lakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik sampai 3 menit
untuk mencegah terjadinya hipoksemia.
7. Secara cepat dan gentle masukkan kateter, jangan lakukan suction saat
kateter sedang dimasukkan
8. Tarik kateter 1-2 cm, dan mulai lakukan suction. Lakukan suction secara
intermitten , tarik kateter sambil menghisap dengan cara memutar. Jangan
pernah melakukan suction lebih dari 10 – 15 “.
9. Hiperoksigenasi selama 1-5 menit atau bila nadi dan SaO2 pasien normal.
10. Ulangi prosedur bila diperlukan ( maksimal 3 x suction dalam 1 waktu )
11. Tindakan suction pada mulut boleh dilakukan jika diperlukan, lakukan
juga mouth care setelah tindakan suction pada mulut.
12. Catat tindakan dalan dokumentasi keperawatan mengenai karakteristik
Sputum (jumlah, warna, konsistensi, bau, adanya darah ) dan respon
Pasien.
10
II.4 METODE PEMBERIAN O2
A. Pengertian
Yaitu memasukan oksigen tambahan dari luar keparu melalui saluran pernapasan
dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan.
B. Indikasi
1. Pasien hipoksia
2. Oksigenasasi kurang sedangkan paru normal.
3. Oksigenasasi cukup sedangkan paru tidak normal.
4. Oksigenasasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal
5. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi
6. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida rendah.
C. Persiapan
Pasien
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Berikan posisi yang nyaman pada pasien
Alat
1. Selang kateter yang akan dipakai.
2. Jelly
3. Sumber oksigen dengan humidifier ( oksigen transfer )
4. Flowmeter oksigen.
5. Aqua steril atau NaCl
6. Handscoon steril
D. Langkah – langkah
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah malakukan tindakan
2. Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi.
3. Atur posisi klien dengan kepala ekstensi
4. Untuk memperkirakan dalam kateter, ukur jarak antara lubang hidung sampai
keujung telinga.
5. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan
kebutuhan.
6. Mengatur volume oksign sesuai dengan kebutuhan.
11
(5) sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1
– 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
Digunakan ketika pasien membutuhkan kosentrasi O2 aliran rendah sampai sedang.
- Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih
mudah ditolerir klien dan nyaman.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila
klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi
selaput lendir.
12
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
Pemberian O2 bukan hanya memberiakan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan
efek merugikan, antara lain :
1. Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh
karena itu klein dengan terapi pemberian O2 harus menghindari :
Merokok, membuka alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan listrik
tanpa “Ground”.
2. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada
klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi
3. Keracunan O2
13
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu
relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi dan
kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu
A. Pengertian
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung.
B. Tujuan
C. Indikasi
a. Pneumothoraks :
- Spontan > Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
Mengembangkan kembali paru yang kolaps
Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
20% oleh karena rupture bleb
- Luka tusuk tembus
- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks
c. Thorakotomy :
- Lobektomy
- Pneumoktomy
d. Efusi pleura : Post operasi jantung
e. Emfiema :
- Penyakit paru serius
- Kondisi inflamsi
D. Persiapan
Pasien :
1. Jelaskan posedur pada pasien dan partisipasi pasien.
2. Berikan posisi yang nyaman.
Alat :
1. Pinset
2. Microfore
3. Kapas lidi
4. Betadine 10%
5. Nierbekken
6. Was bensin
7. Kom steril.
8. handscoon steril dan possible.
9. NaCl
10. Set WSD
E. Tempat Pemasangan WSD
14
a. Bagian apex paru (apical)
- anterolateral interkosta ke 1-2
- fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Bagian basal
- postero lateral interkosta ke 8-9
- fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura
F. Jenis-jenis WSD
a. WSD dengan sistem satu botol
- Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple
pneumothoraks
- Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1
untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol
- Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk
mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru
- Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari
rongga pleura keluar
- Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
- Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
Inspirasi akan meningkat
Ekpirasi menurun
15
- Memeriksa kembali instruksi dokter
- Mencek inform consent
- Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan
b. Persiapan pasien
- Siapkan pasien
- Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :
Tujuan tindakan
Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien dapat duduk
atau berbaring
Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam, distraksi
Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
c. Persiapan alat
Sistem drainage tertutup
Motor suction
Slang penghubung steril
pinset
steril,nierbekken, kom steril, betadine oles, mikrofore, duk bolong, sarung
tangan steril dan dipossibel, spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor, set
balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker
d. Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik , dan perawat member dukungan moril pada pasien
e. Tindakan setelah prosedur
Perhatikan undulasi pada sleng WSD
Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :
- Motor suction tidak berjalan
- Slang tersumbat
- Slang terlipat
- Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem
drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas
Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar
Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah
ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air
Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah
cairan yg keluar
Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama
Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai
slang terlipat
Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi
Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
G anti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang
dibuang
Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema
subkutan
Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk efektif
Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD
Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak
pada persendian bahu daerah pemasangan WSD
16
J. Perawatan pada klien yang menggunakan WSD
a. Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru yg terkena &
TTV stabil
b. Observasi adanya distress pernafasan
c. Observasi :
- Pembalut selang dada
- Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung, bekuan
darah
- Sistem drainage dada
- Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien
- Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang
- Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase, TTV & warna kulit
- Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap digunakan
d. Posisikan klien :
- Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak)
- Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)
e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh dan menyatu
f. Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan dengan plester
g. Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak matras sampai ruang
drainase. Jika selang dada mengeluarkan cairan, tetapkan waktu bahwa drainase
dimulai pada plester perekat botol drainase pada saat persiaan botol atau permukaan
tertulis sistem komersial yang sekali pakai
h. Urut selang jika ada obstruksi
i. Cuci tangan
j. Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien
17
II.6 NEBULIZER
Pengertian
Adalah :
1. memberikan campuran zat aerosol dalam partikel udara dengan tekanan udara.
2. Alat yang menyemburkan medikasi atau agens pelambab, seperti agens
bronkodilator / mukolitik menjadi partikel mikroskopik dan mengirimkannya kedalam
paru – paru ketika pasien menghirup napas.
3. Alat yang bertenaga udara dengan cara komperjor melalui selang penghubung
Tujuan
18
untuk memberikan obat melalui nafas spontan klien.
Persiapan
Alat dan obat :
1. motor nebulizer
2. aquades
3. obat-obatan yang diperlukan
4. Nacl
5. Tisu
6. Handscoon
7. Sputum pot
Lingkungan :
Bersih dan tenang
Petugas : 1 orang
D. Prosedur :
1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pengobatan khususnya pada klien yang
menggunakan bronkodilator.
2. Jelaskan prosedur pada klien.
3. Atur posisi klien senyaman mungkin paling sering dalam posisi semifowler, jaga
privasi.
4. Petugas mencuci tangan.
5. Nebulizes diisi obat (sesuai program pengobatan) dan cairan normal salin ± 4-6cc.
6. Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan selangnya ke flow meter
oksigen dan set aliran pada 4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara.
7. Instruksikan klien untuk buang nafas.
8. Minta klien untuk mengambil nafas dalam melalui mouth piece, tahan nafas beberapa
saat kemudian buang nafas melalui hidung.
9. Observasi pengembangan paru / dada klien.
10. Minta klien untuk bernafas perlahan-lahan dan dalam setelah seluruh obat diuapkan.
11. Selesai tindakan, anjurkan klien untuk batuk setelah tarik nafas dalam beberapa kali
(teknik batuk efektif).
12. Klien dirapikan.
13. Alat dirapikan.
14. Petugas mencuci tangan.
15. Catat respon klien dan tindakan yang telah dilakukan.
II.7 TRAKEOSTOMI
A. Pengertian
1. Membuat stoma pada trakea
2. Operasi membuat jalan udara melalui leher langsung ketrakea untuk mengatasi
asfiksasi apabila ada gangguan pernapasan.
B. Indikasi
1. Membebaskan obstruksi jalan napas bagian atas.
2. Pengobatan terhadap penyakit yang mengakibatkan insufisiensi
respirasi.
19
3. Melindungi trakea serta cabang – cabangnya terhadap aspirasi dan
tertimbunnya discharge bronkus.
C. Tujuan
1. Untuk membuang sekresi trakeobronchial.
2. Untuk memungkinkan penggunaan ventilasi mekanis jangka panjang.
3. Untuk mencegah aspirasi sekresi oral atau lambung pada pasien tidak
sadar
4. untuk mengganti selang endotrackeal sebagai respirasi
D. Persiapan
1. Pasien
a. Jelaskan prosedur dan partisipasi klien
b. Bantu klien pada posisi nyaman untuk perawat dan klien
c. Letakkan handuk diatas klien
2. Alat
a. Hanscoon steril
b. Kom steril
c. Nierbekken
d. naCl
e. betadine 3%
f. kapas lidi steril
g. korentang
h. mikrofore
i. kassa
j. pinset steril
E. langkah – langkah
Langkah Rasional
1. inspeksi balutan trakeostomi • balutan trakeostomi diganti sesuai
terhadap kelembaban dan drainage dengan kebutuhan untuk mrnjaga kulit
kering dan tetap bersih.
20
2. cuci tangan Mengurangi mikroorganisme pada tangan
3. jelaskan prosedur pada pasien Agar pasien tidak gelisah dan takut
4. kenakan sarung tangan dan lepaskan Menghilangkan mikroorganisme yang sudah
balutan yang basah dan buang ada
5. siapkan peralatan steril dan hodroksigen Melangsungkan prosedur dengan lancer
pirosida, normal salin atau air steril
6. kenakan sarung tangan steril Meminimalkan transmisi mikroorganisme
pada saluran pernapasan yang steril.
7. bersihkan luka dan balutan lempeng Mencairkan sekresi yang kering dan
selang trakeostomi dengan aplikator steril pembilasan residu kulit
8. bersihkan dengan NaCl Agar bersih dari secret atau
lendirdisekitarnya
9. ganti balutan dengan kassa yang baru Untuk mencegah terjadinya tranmisi dari
yang sudah dibasahi dengan NaCl yang udara
tipis
10.lepaskan sarung tangan Agar tidak menyebar ketampat yang lain
11. cuci tangan Agar mikroorganisme tidak menyebar.
Lampiran
Tindakan Trekeostomi
21
Alat – alat pemberian oksigennasi
22
Pemberian nebulizer dengan melalui selang dan masker oksigen
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
23
Keterampilan kritis untuk tindakan keperawatan khususnya pada tindakan
gangguan system pernafasan perlu dipahami benar oleh para pembaca khususnya
para mahasiswa untuk lebih memahami dalam berbagai tindakan keperawatan
seperti tindakan postural drainage, tindakan clapping vibrasi dada; terapi oksigen;
nafas dalam;dan batuk efektif, tindakan suctioning, tindakan pemberian oksigen
tambahan dengan berbagai alat, tindakan perawatan luka WSD/CTT, nebulizer,
serta perawatan trachea canula.
B. SARAN
Daftar pustaka
24
Brunner,suddarth.1997.buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8 vol.1. Jakarta:buku
kedoktern EGC.
Perry, potter.1995. buku saku ketrampilan dan prosedur dasar edisi 3. Jakarta:buku
kedokteran EGC.
Http//keperawatan- gun.blogspot.com/2007
25