Anda di halaman 1dari 125

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

BAHASA INDONESIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK SISWA


KELAS X SMA N 1 REJANG LEBONG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)


Dalam Ilmu Tadris Bahasa Indonesia

Oleh :

Shesilia Cintari
NIM. 20541039

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dr. Maria Botifar, M.Pd. Agita Misriani, M.Pd.


NIP. 197309221990032003 NIP.198908072019032007

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................4
B. Identifikasi Masalah................................................................................14
C. Batasan Masalah......................................................................................15
D. Rumusan Masalah...................................................................................16
E. Tujuan Penelitian.....................................................................................17
F. Manfaat Penelitian..................................................................................17
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................19
A. Kajian Teori.............................................................................................19
1. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)..........................................................19
1) Pengertian LKPD....................................................................................19
2) Indikator LKPD yang baik...................................................................20
3) Langkah penyusunan LKPD................................................................25
2. Mata pelajaran Bahasa Indonesia........................................................25
3. Kearifan Lokal.....................................................................................27
4. Perkembangan Peserta Didik...............................................................29
B. Penelitian Relevan...................................................................................32
C. Kerangka Berfikir....................................................................................36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................37
A. Jenis Penelitian........................................................................................37
B. Prosedur Pengembangan.........................................................................38
C. Data dan Sumber Data.............................................................................42
D. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................42
E. Teknik Pengumpulan Data......................................................................43
F. Teknik Analisis Data...................................................................................47

i
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Allhamdulillahi Rabbil'alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang atas

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini hingga

bab 3. Jangan lupa shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah memberikan nasehatnya kepada kita. agar kita dapat

mengambil manfaat dari perkembangan teknologi saat ini.

Peneliti menemukan masih banyak kesalahan dalam penelitian ini. Oleh

karena itu, kami menantikan kritik dan saran Anda untuk perbaikan penulisan

bab-bab selanjutnya. Peneliti berharap usulan ini dapat menjadi referensi atau

sumber belajar bagi mahasiswa. Akhir kata, semoga saran ini dapat bermanfaat

dalam kegiatan akademik.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Curup, 03 September 2023

Peneliti

iii
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu mengajak

peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan proses

pembelajaran, terdiri dari kegiatan penyajian informasi hingga aktivitas-

aktivitas yang dirancang oleh guru untuk membantu memudahkan peserta

didiknya agar dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan. 1 Proses

pembelajaran tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas peserta didik

dari baik segi pendidikan, sikap, ataupun keterampilan. Pembelajaran juga

termasuk suatu program yang tersusun secara sistematik, sistemik, dan

terencana. Dalam pembelajaran memiliki berbagai komponen seperti

tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, evaluasi, peserta didik,

lingkungan, dan guru yang saling berhubungan satu sama lain. 2

Salah satu pembelajaran yang ada pada setiap tingkatan pendidikan

di Indonesia adalah pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran yang

sifatnya wajib dilaksanakan dengan tujuan untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi secara efektif dan kreatif

1
Rini Kristiantari, Pembelajaran Menulis Di Sekolah : Menulis Deskripsi Dan Narasi, Media Ilmu
(Surabaya, 2010).
2
& Harmanto Suharningsih, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Unesa University Press, 2016).
5

dalam berbagai konteks, baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa

Indonesia diarahkan untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu ; 1)

Meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa, baik secara lisan

maupun tertulis, 2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk

berkomunikasi secara efektif dan efisien, 3) Mengembangkan kemampuan

siswa untuk memahami dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai

sarana berpikir, bekerja, dan berkreasi, dan 4) Mengembangkan

kemampuan siswa untuk menghargai karya sastra Indonesia.

Seiring dengan proses pembelajaran bahasa Indonesia, di negeri ini

pastinya memiliki tantangan proses pembelajaran yang bervariasi.

Diawali dari reformasi dalam sistem pendidikan yang menuntut semua

elemen pendidikan untuk meningkatkan kualitas diri, hingga pengaruh

internal (diri guru dan siswa) maupun eksternal atau faktor pendukung lain

dalam pembelajaran, seperti materi, metode, dan media pembelajaran.

Seperti yang terjadi di SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 7

Banjarmasin, yang mana sekolah ini memiliki problematika pembelajaran

bahasa Indonesia pada kurikulum 2013. Menurut hasil penelitian yang

dilakukan oleh Mundofir, kendala yang dihadapi sekolah ini adalah

kesiapan sarana dan prasara untuk menerapkan kurikulum 2013 disekolah

ini belum memadai, mulai dari kesiapan guru dalam mengajar di kelas
3
hingga siswa saat menerima pelajaran di dalam kelas. Hal serupa juga

3
Mundofir, “PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA
KURIKULUM 2013 DI SMAN 6 DAN SMA SMAN 7 BANJARMASIN,” Media Neliti, n.d.,
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://media.neliti.com/media/
publications/75544-ID.
6

disebutkan oleh Puspadalia dalam penelitiannya, bahwa masih terdapat

guru yang kurang profesional dalam menyelenggarakan pembelajaran

bahasa Indonesia di kelas seperti kemampuannya dalam penguasaan

pengetahuan terhadap materi pelajaran yang diajarkan masih jauh dari

yang diharapkan. Karena kemampuan guru yang rendah dapat menjadi

faktor yang mempengaruhi proses dari hasil pembelajaran yang kurang

optimal.4

Selain itu, masalah lain yang sering dihadapi guru adalah memilih

atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam

rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh

kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya

dituliskan secara garis besar dalam bentuk "materi pokok". Jadi, untuk

menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang

lengkap adalah tugas guru. Disamping itu, cara memanfaatkan bahan ajar

juga merupakan masalah, misalnya seperti cara mengajarkannya ditinjau

dari pihak guru, dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak murid. Jadi,

secara tidak langsung faktor dari siswa juga dapat menimbulkan kendala

tersendiri dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. 5

Masalah lain yang berkenaan dengan bahan ajar adalah memilih

sumber di mana bahan ajar tersebut didapatkan. Ada kecenderungan

4
YS. Puspidalia, “Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD/MI Dan Alternatif
Pemecahanya.,” Jurnal Cendekia 10, no. 1 (2012): 124.
5
Triyanto Siti Aisyah, Evih Noviyanti, “Bahan Ajar Sebagai Bagian Dalam Kajian Problematika
Pembelajaran Bahasa Indonesia,” Salaka 2, no. 1 (2020): 62–65.
7

sumber bahan ajar hanya difokuskan pada buku. Padahal banyak sumber

bahan ajar selain buku yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

Salah satu komponen yang penting dalam proses pembelajaran,

yakni bahan ajar. Bahan ajar merupakan seperangkat alat pembelajaran

yang berisikan materi pembelajaran, metode pembelajaran, batasan-

batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan

menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mencapai

kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya. Dalam

proses pembelajaran kedudukan bahan ajar sangat penting, karena bahan

ajar memiliki manfaat bagi pendidik maupun peserta didik. Bagi pendidik,

adanya bahan ajar dapat menghemat waktu mengajar, dapat menempatkan

pendidik sebagai fasilitator, dan mampu menciptakan suasana

pembelajaran yang efektif dan efisien. Sedangkan bagi peserta didik,

adanya bahan ajar dapat mendorong kemandirian belajar, mengembangkan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik, dan mampu melatih

peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan. 6 Sebagai

alat yang digunakan untuk memudahkan proses pembelajaran bahan ajar

memilki beberapa jenis, mulai dari butu teks, modul, lembar kerja peserta

didik (LKPD), handout, dan tayangan. 7

Salah satu bahan ajar yang sering digunakan adalah Lembar Kerja

Peserta Dididk (LKPD). Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan

6
Bahraeni, “‘Efektifitas Pengembangan Bahan Ajar Ilmu Pendidikan Islam Berbasis Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Kegiatan Desiminasi Pada Stais Ddi Maros.,’”
Inspiratif Pendidikan 6 no.1 (2019): 100, https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.4920.
7
Dr. E. Kokasih, Pengembangan Bahan Ajar, ed. Bunga Sari Fatmawati (Jakarta Timur: PT Bumi
Aksara, 2020), https://bit.ly/3rAXBgs.
8

bahan ajar yang berupa lembaran kerja atau kegiatan belajar peserta didik

yang digunakan sebagai alat ukur kemampuan peserta didik. Sebagai

lembaran kerja yang berisikan kegiatan terprogram, didalam LKPD juga

berisi uraian pokok materi, tujuan kegiatan, alat/bahan yang diperlukan

dan juga langkah-langkah kerja.8 Selain itu, berisikan pula soal-soal

latihan, seperti pilihan objektif, melengkapi, jawaban singkat, uraian

ataupun bentuk-bentuk soal latihan lainnya.

Sesuai dengan fungsinya, LKPD yang baik tentu memiliki kriteria-

kriteria yang harus dipenuhi menurut pakar ahli yang berbeda-beda.

Pertama, kriteria LKPD yang baik meliputi ; 1) menyajikan soal-soal, dan

kegiatan yang harus dikerjakan peserta didik 2) materi yang disajikan tidak

terlalu luas 3)memilki komponen seperti kata pengantar, pendahuluan,


9
daftar isi, dan bagian-bagian lainnya. Kedua, LKPD yang baik harus

memilki; 1) isinya sesuai dengan indikator pembelajaran 2) struktur

kegiatan yang terperinci, sistematis dan mudah dipahami, 3) bahasa yang


10
efektif dan baku dan 4) tampilan yang menarik dan variatif. Selanjutnya

dalam proses penyusunanannya, LKPD juga memilki syarat yang harus

dipenuhi yakni syarat didaktik, konstruksi dan syarat teknis. Syarat

didaktik yang dimaksud dalam LKPD meliputi : 1) memilki variasi

stimulus melalui berbagai media dan kegiatan, 2) mendorong peserta didik

aktif dalam proses pembelajaran, 3) memberikan penekanan pada kegiatan

8
Purwanto, Penulisan Bahan Ajar (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka, 2001).
9
Sungkono, “Pengembangan Dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses Pembelajaran,”
Majalah Ilmiah Pembelajaran 5, no. 1 (2009).
10
Dr. E. Kokasih, Pengembangan Bahan Ajar.
9

proses dalam rangka menemukan konsep dan 4) mengembangkan

keterampilan komunikasi sosial, emosional, etika dan estetika siswa.

Persyaratan konstruksi merupakan persyaratan yang berkaitan dengan

penggunaan bahasa, struktur kalimat, kosakata, tingkat kesulitan, dan

kejelasan, yang pada intinya harus sesuai agar mudah dipahami oleh

peserta didik. Syarat terakhir adalah syarat teknik yakni syarat yang

mencakup tulisan,gambar dan penampilan Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD).11 Syarat-syarat tersebut diperlukan agar nantinya mampu

menghasilkan LKPD yang bekualitas bagi peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi secara langsung pada salah satu

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Rejang Lebong, teori-teori

mengenai LKPD yang disebutkan diatas nyatanya tidak terimplementasi

dengan baik dilapangan, terutama pada LKPD Bahasa Indonesia. Salah

satu guru Bahasa Indonesia yakni Ibu Sri Astutit, S.Pd. menyebutkan

LKPD yang digunakan mereka saat ini masih jauh dari harapan. Pertama

LKPD memuat isi yang tidak sesuai dengan indikator pembelajaran,

penyajian materi yang terlalu luas , tidak sesuai dengan lingkungan peserta

didik, belum maksimalnya nilai-nilai implementasi budaya daerah hingga

variasi metode di dalamnya yang kurang maksimal memperhatikan minat

siswa. Selain Ibu Sri, guru Bahasa Indonesia lainnya yakni Ibu Eni an

Bapak Dedi juga menyebutkan bahwa faktor yang menyebabkan

ketidaksesuaian indikator ini dikarenakan sistem kurikulum yang terus

11
Zahary, Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Multi Repsentasi Pada Peserta
Didik Kelas XI SMA N 1 Gowa, Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika, Jilid 16, No.2
10

berganti hampir setiap tahunnya. Seperti misalnya sekarang ini SMA

Negeri 1 ini, yang awalnya menerapkan kurikulum 2013 atau sering

disebut K13 sekarang telah menerapkan kurikulum merdeka belajar yang

menuntut peserta didik untuk aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar

(KBM) melalui kegiatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kegiatan P5 ini

merupakan kegiatan siswa yang berbasis projek dengan tema yang

bervariasi, salah satunya adalah kearifan lokal. Tetapi kenyataannya, di

LKPD Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini tidak ditemukannya satu

pun unsur kearifan lokal dalam dokumen tersebut.

Selain hasil observasi langsung, salah satu jurnal penelitian dan

pengembangan pendidikan yang ditulis oleh Sinta Suwastini juga

menyebutkan bahwa LKPD yang digunakan saat ini memiliki kekurangan

dalam sistem informasi dan pemahaman tentang konsep pembelajaran

yang interaktif sehingga menyebabkan umpan balik yang dirasakan peserta

didik terhadap LKPD yang diberikan oleh guru karang cepat. 12

Berdasarkan beberapa masalah yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan

bahwasanya dalam menjalankan kegiatan pembelajaran memang harus

sesuai dengan Undang-undang nomor 2 tahun 2003 mengenai sistem

pendidikan nasional yang menjelaskan bahwa, pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

12
Sinta Suwastini, “LKPD Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Pendekatan Saintifik
Dalam Muatan IPA,” Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan 6, no. 2 (2022): 311–19.
11

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan


13
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Lalu dilanjutkan dengan Bab 1

tentang ketentuan umum pasal 1 ayat 16 yang menyatakan bahwasanyan

Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan

berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi

masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk

masyarakat. Dari pernyataan undang-undang tersebut jelas bahwasanya

pembelajaran yang dilakasanakan harus mampu mengimplemetasikan

nilai-nilai tersebut, salah satunya adalah nilai budaya atau sering disebut

dengan kearifan lokal. Nilai-nilai budaya ini sangat dibutuhkan agar dapat

mengatur perilaku, menjadi pedoman kehidupan dan pengarah tindakan

yang dapat mendukung pembangunan masyarakat yang lebih harmonis.

Nilai-nilai tersebut seringkali disebut sebagai suatu kearifan lokal.

Kearifan lokal adalah segala bentuk pengetahuan, keyakinan,

pemahaman atau intuisi, serta adat istiadat atau etika yang menjadi

pedoman perilaku masyarakat dalam kehidupan. Masyarakat

menggunakan cara-cara tersendiri untuk mengelola alam dan lingkungan

dan kebiasaan tersebut, itulah yang disebut dengan kearifan lokal. Kearifan

lokal sendiri berisi pengetahuan-pengetahuan yang sangat penting perihal

kehidupan berbudaya sehingga kearifan lokal dijadikan sebagai aset

budaya bangsa. Kearifan lokal bertujuan untuk melestarikan tradisi dan

nilai-nilai penting bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat

13
“Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional,” n.d.
12

dengan tetap melestarikan budaya yang ada. Unsur-unsur kearifan lokal

meliputi identitas suatu daerah, alat pemersatu masyarakat, warisan

budaya/kekayaan budaya yang diterima, diakui dan dipublikasikan serta

kebiasaan dan karakter dalam berinteraksi sosial yang mengutamakan


14
kepentingan umum. Salah satu daerah yang memilki beragam kearifan

lokal adalah provinsi Bengkulu.

Provinsi Bengkulu merupakan provinsi yang terletak di pulau

sumatera yang dijuluki dengan sebutan Bumi Rafflesia. Bumi yang

menyimpan ribuan kearifan lokal mulai dari adat istiadat, kebiasan,

makanan hingga peninggalan bersejarah yang sangat identic dengan kota

ini. misalnya seperti festival Tabut, Tari Kejei, Upacara Adat Kedurei

muang apem, upacara adat mulang hasen, makanan guloe lema, pendap

dan hiburan ritual seperti bedeker. Berbagai kegiatan dan kebiasaan

tersebut sudah selayaknya untuk dilestarikan dan dipublikasikan agar tidak

hilang seiring perkembangan zaman.

Untuk melestarikan tradisi dan nilai-nilai dari kearifan lokal dari

Provinsi Bengkulu, pengetahuan dan pemahaman yang luas mengenai

kearifan lokal juga harus segera ditingkatkan. Salah satunya adalah dengan

menjadikan kearifan lokal sebagai tema dalam suatu bahan ajar terutama

LKPD. Selain itu, keterkaitan kearifan lokal dengan proses pembelajaran

yang sangat erat juga mendukung perlunya inovasi pembelajaran yang

14
Mungmachon, “Knowledge and Local Wisdom,” International Journal Of Humanities and
Social Science 13 no. 2 (2012): 174–81.
13

lebih berkualitas dengan mengedepankan nilai-nilai budaya daerah melalui

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Seperti halnya Penelitian pengembangan yang dilakukan oleh

Melisa dengan judul “Pengembangan LKPD berbasis kearifan lokal

peralatan hidrolisis garam di SMA Negeri 1 Seunagan”. Dimana dalam

penelitian ini memaksimalkan pengembangan LKPD berbasis kecerdasan

lokal untuk melatih siswa secara ilmiah, mengembangkan kemampuan

berpikir sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mengeksplorasi

konsep, memperoleh pengetahuan dan mendorong peran lebih aktif dalam

pembelajaran. Dengan model pengembangan ADDIE yang hasil Ujian

Validator memperoleh skor 82,7 dengan skor rata-rata keseluruhan sebesar

89,9%. Selanjutnya juga, ada penelitian yang dilakukan oleh Marsita

dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV Sd/Mi” pada

semptember 2023. Penelitian ini berfokus pada pengembangkan media

pelajaran dan meningkatkan produktifitas belajar yang efektif di era digital

yang mengembangkan bahan ajar berupa (LKPD) yang mendapat respon

validitas hingga 96,4% dengan kriteria “sangat menarik”.

Dari kajian relevan yang disebutkan diatas terlihat bahwa

penelitian pengembangan LKPD Bahasa Indonesia masih sangat

dibutuhkan agar dapat mengatasi masalah-masalah dalam proses

pembelajaran yang berhubungan dengan bahan ajar yakni LKPD. Maka

dari itu untuk mewujudkan proses pembelajaran yang dapat membatu


14

peserta didik memenuhi standar kompetensi pendidikan dengan

menggunakan LKPD yang inovatif, interaktif dan memuat nilai-nilai

kearifan lokal daerah yang tinggi peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD) Berbasis Kearifan Lokal untuk siswa kelas X SMA

N 1 Rejang Lebong.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti

mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Reformasi dalam sistem pendidikan yang menuntut semua elemen

pendidikan untuk meningkatkan kualitas diri, hingga pengaruh

internal (diri guru dan siswa) maupun eksternal atau faktor

pendukung lain dalam pembelajaran.

2. Kesulitan guru dalam memilih atau menentukan bahan ajar yang

tepat untuk membantu siswa mencapai kompetensi

3. Kesulitan memilih sumber ajar yang tepat untuk peserta didik.

4. LKPD Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini tidak sesuai

dengan indikator pembelajaran,

5. LKPD Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini tidak sesuai

dengan lingkungan peserta didik yakni kurangnya nilai-nilai

implementasi budaya daerah atau kearifan lokal


15

6. LKPD Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini variasi metode di

dalamnya yang kurang maksimal memperhatikan minat siswa.

Desain LKPD Bahasa Indonesia belum berbasis kearifan lokal.

7. LKPD yang digunakan saat ini memiliki kekurangan dalam sistem

informasi dan pemahaman tentang konsep pembelajaran yang

interaktif sehingga menyebabkan umpan balik yang dirasakan

peserta didik terhadap LKPD yang diberikan oleh guru karang

cepat.

C. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas, peneliti membatasi penelitian

pengembangan dengan beberapa fokus masalah. Pertama pengembangan

ini hanya berfokus pada pegembangan LKPD Bahasa Indonesia. Kedua,

materi pengembangan LKPD Bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal

untuk siswa kelas X SMA Negeri 1 Rejang Lebong ini hanya terfokus

pada materi pada semester ganjil saja, adapun mataeri yang akan

dikembangkan pada semester ganjil ini adalah sebagai berikut.

1. Materi Teks Laporan Hasil Observasi (LHO)

2. Materi Teks Anekdot

3. Materi Teks Eksposisi

4. Materi Teks Hikayat

Lalu yang ketiga, Model Pengembangan ADDIE yang diterapkan

dalam penelitian ini hanya menggunakan 3 tahap utama saja yakni analisis,

desain, dan pengembangan dengan pemaparan sebagai berikut.


16

1. Analisis kebutuhan guru dan sisswa terhadap LKPD.

2. Analisis dokumen LKPD Bahasa Indonesia yang digunakan

saat ini.

3. Pengembangan LKPD Bahasa Indonesia berbasis Kearifan

Lokal untuk siswa SMA N 1 Rejang Lebong.

4. Uji Kelayakann teoritis dan praktis produk LKPD Bahasa

Indonesia berbasis Kearifan Lokal untuk siswa SMA N 1

Rejang Lebong yang dikembangkan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas dapat disimpulkan rumusan

masalahnya adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana analisis kebutuhan guru dan siswa terhadap LKPD

Bahasa Indonesia?

2. Bagaimana analisis Dokumen LKPD Bahasa Indonesia yang

digunakan saat ini oleh siswa Sekolah Menengah Atas ?

3. Bagaimana mengembangkan LKPD berbasis kearifan Lokal

untuk siswa SMA N 1 Rejang Lebong?

4. Bagaimana kelayakan teoritis dan praktis LKPD berbasis

kearifan lokal yang dikembangkan untuk siswa kelas X SMA N

1 Rejang Lebong ?
17

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan

penelitiannya adalah sebagai berikut.

1. Untuk megetahui bagaimana kebutuhan guru dan siswa

terhadap LKPD Bahasa Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan LKPD Bahasa

Indonesia yang digunakan saat ini oleh siswa Sekolah

Menengah Atas.

3. Untuk mengetahui Bagaimana mengembangkan LKPD

berbasis kearifan lokal untuk siswa kelas X SMA N 1 Rejang

Lebong.

4. Untuk mengetahui bangaimana kelayakan teoritis dan praktis

LKPD Bahasa Indonesia Berbasis Kearifal Lokal untuk siswa

kelas X SMA N 1 Rejang Lebong.

F. Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian pengembangan yang disebutkan diatas

berikut adalah manfaat pengembangannya.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa berguna dalam proses

evaluasi peserta didik menggunakan LKPD berbasis Kearifan

Lokal yang telah dikembangkan.


18

2. Manfaat Praktis

Produk dari penelitian pengembangan ini juga membawa

manfaat praktis bagi siswa, guru, dan peneliti lainnya.

1) Peserta didik

Lembar kerja ini dapat digunakan sebagai alat

bantu belajar agar siswa dapat lebih mudah memahami

materi ajar dalam berbagai cara.

2) Guru

Pembuatan tugas bagi siswa dapat dijadikan sebagai

alat pengajaran dan inovasi baru untuk menciptakan minat

belajar siswa dan memotivasi mereka untuk belajar.

3) Peneliti lain

Mengembangkan LKPD bagi siswa dapat dianggap

sebagai motivasi untuk meningkatkan mutu materi

pembelajaran agar lebih baik dan bermutu.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

1) Pengertian LKPD

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan bahan pendidikan

yang berupa lembar kerja atau kegiatan belajar siswa. LKPD mempunyai

petunjuk kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terjadwal. 15

LKPD yang disebut juga LKS tidak hanya berupa petunjuk operasional,

namun juga memuat uraian tentang dokumen penting, tujuan operasional,

alat/dokumen yang diperlukan dalam operasional, dan langkah kerja.

Selain itu, LKPD juga menyediakan soal latihan dalam bentuk soal

obyektif, jawaban singkat, bagian lengkap, uraian dan masih banyak jenis

soal latihan lainnya seperti beberapa latihan yang berkaitan dengan sumber

keuangan, sumber primer, dari bahan pendidikan terkemuka atau panduan

lainnya. Kegiatan yang dicakup merupakan kegiatan pembelajaran yang

mengikuti prinsip kompetensi inti (CD) yang dituangkan dalam indikator

pembelajaran.

Sebagai bagian integral dari bahan ajar, LKPD hanya berfokus

pada pengembangan soal atau latihan. Oleh karena itu, LKPD hanya

15
Dhari, H.M & Haryono, A.P., Perangkat Pembelajaran, (Malang : Depdikbud 1988)

19
20

berfungsi menunjang aktivitas belajar setiap siswa agar semuanya tercatat

dengan jelas. LKPD membantu guru dalam melakukan proses penilaian

dengan sangat mudah karena hampir seluruh aktivitas siswa yang berupa

produk dapat dicatat dan disimpan di LKPD. Selain itu, keberadaan LKPD

memungkinkan guru menyampaikan kegiatan pembelajaran dengan lebih

mudah, sistematis dan jelas.

2) Indikator LKPD yang baik

LKPD yang baik adalah memenuhi kriteria penulisan dan memiliki

komponen atau struktur yang sesuai. Menurut Katriani (2014), secara

umum struktur LKPD, yaitu:

a. Judul kegiatan, Kelas, Tema/Materi yang sesuai dengan

Kompetensi Dasar.

b. Tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Kompetensi Dasar.

c. Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat dan

bahan

d. Prosedur Kerja, berisi petunjuk kegiatan yang berfungsi

mempermudah peserta didik dalam melakukan kegiatan

belajar.

e. Tabel Data, yang digunakan untuk mencatat hasil pengamatan

atau temuan yang telah diinstruksikan.

f. Bahan diskusi, berisi pertanyaan atau arahan kepada peserta

didik dalam melakukan analisis data dan konseptualisasi.


21

Lembar kerja yang dapat digunakan oleh peserta didik secara

optimal adalah LKPD yang baik dan memenuhi persyaratan. Menurut

Zahary (2017), lembar kerja peserta didik yang baik haruslah

memenuhi berbagai persyaratan, yaitu syarat didaktik, syarat

konstruksi, dan syarat teknis.

a. Syarat Didaktik

Syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKPD yang

bersifat universal, dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang

berkemampuan tinggi atau berkemampuan rendah. Sebagai salah

satu bentuk sarana berlangsungnya pembelajaran LKPD harus

terpenuhinya syarat didaktik, dengan kata lain LKPD harus sesuai

dengan asas-asas pembelajaran yang efektif, yaitu :

1) Dapat digunakan segala tingkatan, atau dapat digunakan

baik oleh peserta didik yang berkemampuan rendah,

berkemampuan sedang maupun yang berkemampuan tinggi

2) LKPD dapat berfungsi sebagai alat bantu untuk peserta

didik menemukan konsep.

3) Kegiatan peserta didik dapat menjadi stimulus yang

bervariasi.

4) Membantu mengembangkan kemampuan komunikasi

sosial, estetika, emosional, dan moral pada diri peserta

didik.
22

5) Tujuan pengembangan pribadi peserta didik menjadi

penentu pengalaman belajar, bukan melalui materi

pembelajaran.

b. Syarat Konstruksi

Syarat konstruksi adalah syarat yang harus dipenuhi terkait

penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran,

dan kejelasan yang pada hakikatnya dapat dimengerti oleh peserta

didik.

1) Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat kedewasaan

peserta didik.

2) Kejelasan struktur kalimat yang dituliskan.

3) Tata urutan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan

peserta didik.

4) Pernyataan terbuka yang harus dihindari.

5) Tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan

peserta didik.

6) Memberi keleluasan pada peserta didik dengan tersedianya

ruangan yang cukup untuk menulis atau menggambar pada

LKPD.

7) Menggunakan kalimat yang padat dan sederhana.


23

8) Lebih banyak menggunakan ilustrasi daripada kata-kata

sehingga akan mempermudah peserta didik menangkap apa

yang dimaksud LKPD.

9) Tujuan pembelajaran yang jelas, serta manfaat

pembelajaran sebagai sumber motivasi

c. Syarat Teknis

1) Tulisan

a. Penggunaan huruf cetak atau tidak, yang sesuai.

b. Penggunaan huruf latin atau romawi, yang sesuai.

c. Menggunakan huruf cetak tebal yang agak besar.

d. Menuliskan tidak lebih dari 10 kata dalam satu

baris.

e. Menggunakan pembeda untuk membedakan kalimat

perintah dan jawaban peserta didik

f. Memperhatikan keserasian antara besar huruf dan

gambar yang digunakan.

2) Gambar

Gambar yang digunakan dapat menyampaikan pesan

kepada pengguna secara jelas.

3) Penampilan

Penampilan adalah hal yang utama pada LKPD. LKPD

yang penuh dengan kata-kata akan menampilkan kesan

jenuh dan membosankan. Bukan berarti hanya dengan


24

gambar, karna isinya tidak dapat tersampaikan dengan baik.

Jadi LKPD yang baik adalah yang memiliki kombinasi

antara gambar dan tulisan.

Untuk memandu hasil belajar siswa, LKPD yang baik

mempunyai beberapa kriteria Pertama, menekankan pada

keterampilan proses yang mencakup kegiatan yang sistematis dan

terperinci terkait dengan aktivitas siswa, terkait dengan KD atau

indikator tertentu, seperti yang direncanakan guru dalam RPP. Bagian

kedua menyajikan kegiatan dari yang sederhana sampai yang

kompleks sesuai dengan indikator yang diberikan oleh guru. Ketiga,

mencakup kegiatan terukur yang dapat dilakukan siswa, berdasarkan

kemampuan, minat, dan bakatnya. Keempat, mengoptimalkan dan

mampu mewakili gaya belajar siswa yang beragam: visual, auditori

atau kinestetik. Kelima, konsep ini konsisten dengan kebenaran ilmiah

sepanjang pengoperasiannya. Keenam, menyajikan sejumlah kegiatan

pada seluruh aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap dengan

memperhatikan alokasi waktu yang tersedia. Langkah ketujuh adalah

menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa dan terakhir

menampilkan ilustrasi yang menarik dan tata letak yang tidak

membosankan.
25

3) Langkah penyusunan LKPD

LKPD yang baik adalah LKPD yang dusun secara sistematis

sesuai teori dan analsisi kebutuah yang diperlukan siswa dan guru.

Maka dari itu berikut adalah langkah-langkah penyusunan LKPD.

1) Analisis Kebutuhan guru dan siswa.

2) Menyusun hasil analisis dengan terkonsep sesuai kebutuhan LKPD

3) Menentukan judul/subjudul LKPD berdasarkan Indokator

pembelajaran dan kebutuhan

4) Melakukan langkah penulisan LKPD yang meliputi ;

a) Menentukan KD atau Intidkator pembelajaran

b) Penyusunan pokok-pokok materi

c) Mengembangkan kegiatan-kegiatan tertentu sesuai dengan

indikator-indikator yang ada secara rinci, sistematis dan

beragam, yang dapat berupa kegiatan pengembangan kognitif,

psikomotorik, dan emosional.

d) Mengembangkan alat penilaian formatif untuk mengukur

pemahaman siswa terhadap seluruh materi tambahan.

2. Mata pelajaran Bahasa Indonesia

Belajar atau istilah yang dahulu dikenal dengan mengajar adalah

suatu proses interaktif yang berlangsung antara seorang guru dengan

seorang siswa atau sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh

pengetahuan, keterampilan, sikap dan menentukan mana yang efektif.

Pembelajaran mencakup program-program yang disusun secara sistematik,


26

sistematis dan terencana. Dalam pembelajaran terdapat banyak komponen

yang berbeda baik dari segi tujuan, materi, metode, dukungan, dan sumber

daya. Pembelajaran, penilaian, siswa, lingkungan dan guru saling

bergantung dan saling berhubungan. Menurut Arifin, kegiatan belajar

meliputi tindakan atau peristiwa yang direncanakan secara matang.

Menurut Lester D. Crow dan Alice Crow, belajar adalah

penyesuaian perilaku yang menyertai pertumbuhan akibat penyesuaian

terhadap tekanan-tekanan yang disebabkan oleh rangsangan sensorik.

Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang menyertai suatu

proses perkembangan yang terjadi melalui adaptasi terhadap keadaan

melalui rangsangan atau dorongan. Sedangkan yang dimaksud dengan

bahasa adalah bunyinya yang sistematis, karena bahasa mempunyai sistem

tertentu yang diketahui oleh penuturnya. Bahasa yang wajib dikuasai dan

digunakan oleh setiap manusia untuk berkomunikasi. Mengenai bahasa,

alat komunikasi yang digunakan masyarakat Indonesia adalah bahasa

Indonesia, sehingga bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi

antar masyarakat di nusantara.

Bahasa Indonesia merupakan lambang jati diri bangsa, digunakan

sebagai bahasa persatuan nasional bangsa Indonesia. Sebagai bahasa

resmi dan alat komunikasi, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa

pengetahuan dalam dunia pendidikan dan sebagai etalase kegiatan belajar

mengajar di segala bidang keilmuan. Pembelajaran bahasa cukup


27

menjanjikan dan menawarkan kesempatan kepada guru untuk mengajar

kegiatan menulis dan membaca dengan cara mereka sendiri.

Menurut KTSP, pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dalam bahasa

Indonesia secara akurat dan tepat, baik lisan maupun tulisan, serta

meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra. Oleh karena itu, siswa harus

menguasai standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, karena

standar kompetensi merupakan persyaratan yang berkaitan dengan kriteria

wajib, ditentukan dan dipadukan dalam bentuk penguasaan pengetahuan

dan keterampilan, kemampuan dan sikap siswa.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran

bahasa Indonesia adalah pembelajarn yang digunakan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis.

3. Kearifan Lokal

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan sumber

daya manusia. Dari Sambang hingga Merauke, masing-masing tempat

mempunyai ciri khas dan keistimewaan tersendiri. Setiap daerah

mempunyai visi hidup atau strategi hidup berupa kegiatan masyarakat

lokal yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri yang disebut

dengan kearifan lokal.

Kearifan lokal merupakan bagian dari kebudayaan yang ada pada

suatu masyarakat dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri.

Kearifan lokal dapat dikatakan sebagai suatu nilai dimana kearifan lokal
28

Indonesia telah terbukti berperan dalam kemajuan masyarakat negaranya.

Menurut Sibarani, kearifan lokal merupakan suatu bentuk pengetahuan

yang ada di dunia untuk mengatur kehidupan manusia atau yang sering

disebut dengan kearifan lokal.

Kearifan lokal merupakan pengetahuan dasar hidup, yang diperoleh

dari pengalaman atau kebenaran hidup, yang dapat bersifat abstrak

maupun konkrit, seimbang dengan sifat dan budaya suatu kelompok

masyarakat tertentu. Kearifan lokal juga dapat ditemukan, baik pada

kelompok masyarakat maupun pada individu, yang dimanfaatkan

masyarakat untuk mengatur kehidupan sehari-hari dalam hubungan

keluarga, dengan sanak saudara, dan dengan anggota masyarakat luas.16

Ciri-ciri kearifan lokal adalah (1) harus memadukan pengetahuan

moral untuk mengajarkan moralitas dan nilai-nilai moral kepada

masyarakat; (2) kearifan lokal hendaknya mengajarkan masyarakat untuk

mencintai alam dan tidak merusaknya; dan (3) kearifan lokal harus berasal

dari masyarakat yang lebih tua. Kearifan lokal dapat berupa nilai, norma,

etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum, adat istiadat, aturan khusus.

Setiap daerah tentu mempunyai kearifan lokal tersendiri yang

membedakannya dengan daerah lain, misalnya Bengkulu. Bengkulu

merupakan provinsi di pesisir pantai Sumatera yang penuh dengan

keindahan dan budaya. Adat istiadat, tata cara dan tradisi Bengkulu masih

dilestarikan hingga kini yang kesemuanya disebut kearifan lokal.

16
Sastrowardoyo, Kerifan Lokal, (Jakarta : Depdiknas)
29

Kearifan lokal erat kaitannya dengan pembelajaran, karena pada

era sekarang pembelajaran berada pada kurikulum mandiri. Dalam

program ini siswa harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai budaya

dalam setiap mata pelajaran khususnya bahasa Indonesia. Salah satu

festival lokal yang paling terkenal di Bengkulu adalah festival Tabut.

Festival Tabut merupakan salah satu festival budaya yang dinantikan

masyarakat Bengkulu. Bahkan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif (Kemenparekraf) menjadikan tradisi ini sebagai salah satu event

menarik Kepulauan 2023.

4. Perkembangan Peserta Didik

Peserta didik menurut ketentuan umum UU RI Nomor 1 Pasal 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota

masyarakat yang berupaya mengembangkan potensi dirinya melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis tertentu.

pendidikan. Dengan demikian, mahasiswalah yang berhak memilih untuk

menekuni ilmu pengetahuan sesuai dengan cita-cita dan harapannya di

masa depan.

Teori tingkat perkembangan siswa dibagi menjadi beberapa

tingkatan yang disebut dengan perkembangan psikologi anak. Yang

pertama adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget atau teori Piaget

yang menyatakan bahwa kecerdasan berubah seiring bertambahnya usia

anak. Perkembangan kognitif anak tidak hanya sekedar memperoleh


30

pengetahuan saja tetapi juga tentang tumbuh atau berkembangnya

kemampuan intelektual anak.

Piaget membagi perkembangan ini menjadi beberapa tahap,

khususnya tahap pertama adalah tahap sensorimotor pada usia 18 sampai

24 bulan, tahap memahami dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-

pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik

(mencapai, menyentuh). Kedua, periode praoperasional pada usia 2 hingga

7 tahun, yaitu periode ketika anak berpikir secara simbolis sebelum

berpindah ke tahap kognitif. Tahap ketiga berikutnya adalah tahap

operasional konkrit pada usia 7-11 tahun, yaitu ketika anak mulai mampu

berpikir secara terorganisir dan rasional. Tahap keempat atau terakhir

adalah tahap operasional formal sejak usia 12 tahun. Pada usia ini, anak

sudah dapat berpikir abstrak dengan menggunakan banyak ide berbeda

dalam pikirannya. Pada tahap ini, remaja ke atas dianggap sudah mulai

berpikir kreatif dan dapat menalar hasil dari proses berpikir tersebut.

Aspek yang kedua adalah aspek psikomotorik, yaitu aspek yang

memungkinkan seseorang melakukan sesuatu. Hal ini ditunjukkan dengan

apa yang dilakukan seseorang dalam hal peniruan, manipulasi, keakuratan,

pengalaman, dan kejelasan ucapan. Pertama adalah imitasi, artinya tujuan

dari aspek manipulatif adalah agar siswa dapat melihat suatu tindakan

sebagaimana yang diajarkan dan tidak hanya melalui observasi. Mungkin

siswa dapat mulai menganalisis perbedaan antara tindakan tertentu dan

tindakan tertentu. Kedua, dapat memilih tindakan yang diperlukan dan


31

mulai memperoleh keterampilan manipulasinya. Pada tingkat aktivitas ini,

siswa mendemonstrasikan sesuatu sesuai instruksi, seperti yang terjadi di

sini. Siswa tidak sekedar meniru perilaku yang diamatinya.

Aspek ketiga adalah aspek emosional, khususnya bidang yang

berkaitan dengan sikap dan nilai. Domain afektif mencakup karakteristik

perilaku seperti emosi, preferensi, sikap, perasaan, dan nilai. Domain

afektif mencakup karakteristik perilaku seperti emosi, preferensi, sikap,

perasaan, dan nilai. Sikap merupakan suatu sifat yang dipelajari yang

dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, peristiwa, atau

makhluk hidup lainnya. Seperangkat sikap yang penting adalah sikap kita

terhadap orang lain. Beberapa ahli berpendapat bahwa sikap seseorang

akan baik apabila mempunyai kemampuan kognitif yang tinggi. Ciri-ciri

hasil belajar emosional akan terwujud dalam diri siswa dalam berbagai

bentuk perilaku seperti: perhatian terhadap topik, disiplin dalam mencatat,

dan motivasi untuk memperluas pelajaran.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa atau anak

merupakan makhluk yang sedang dalam proses perkembangan baik secara

kognitif, psikomotorik maupun emosional. Bagi siswa sekolah menengah

atas, mereka berada pada tahap operasional formal, biasanya antara usia

enam belas dan sembilan belas tahun, dan ada pula yang berada pada tahap

perkembangan remaja. Masa remaja merupakan masa transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi

perubahan besar pada kondisi fisik, kognitif, dan psikososial. Remaja


32

sering memikirkan kemungkinan-kemungkinan. Mereka mencerminkan

karakteristik ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia. Masalah

inilah yang disebut Santrock sebagai standar ideal remaja (siswa SMA) 17.

Pada tahap ini siswa mulai membandingkan kenyataan dengan standar

ideal. Namun kemampuan siswa dalam berpikir dan memberikan

pendapatnya sendiri pada tahap ini tidak diiringi dengan pendapat orang

lain dalam penilaiannya, sehingga pendapat dan penilaiannya sendiri juga

dianggap sama dengan pendapat dan penilaian orang lain.18

B. Penelitian Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan, adapun penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, penelitian pengembangan LKPD Bahasa Indonesia yang

dilakukan oleh Fira Ayunda Putri dan Lala Juwita dari Universitas Negeri

Medan yang judulnya “Pengambangan LKPD Berbasis Kearifan Lokal

unruk siswa sekolah dasar” dengan metode pengembangan ADDIE dan

teknik pengumpulan data wawancara dan angket. Setelah dilakukannya uji

validitas hasil validasi desain menunjukkan 94% dinyatakan sangat layak,

lalu oleh ahli materi menunjukkan 95% dinyatakan sangat layak. 19 Jadi

penelitian ini dinyatakan sangat layak digunakan dalam proses

pembelajaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

17
Santrock, J.W, Adolescence : Perkembangan Remaja Edisi Keenam, (Jakarta : Erlangga, 2007)
18
Fatimah, E., Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: CV Pustaka Setia)
19
Fira Ayunda dan Lala Jelita, Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis
Kearifan Lokal Untuk Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Sekolah PGSD FIP UNIMED, Vol 4, No, 4
2020,. Hlm 70-77
33

oleh peneliti adalah pada objek sasarannya yakni tingkatan sekolah yang

berbeda. Jadi dari penelitian ini peneliti jadikan salah satu sumber

referensi dalam jalannya proses penelitian ini.

Kedua, penelitian serupa juga dilakukan oleh Ana Fitria dari

Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Banda Aceh yang berjudul “Pengembangan LKPD Berbasis Kearifan

Lokal pada materi koloid di MAN 1 Bireuen” dengan metode penelitian

model ADDIE yang mana pada penelitian menghasilkan LKPD yang

mampu dijadikan bahan ajar untuk materi Koloid untuk anak SMA.

Pengembangan lembar kerja peserta didik berbasis kearifan lokal pada

materi koloid dapat dikatakan valid dan cocok untuk diimplementasikan,

hal ini dapat dilihat dari hasil persentase keseluruhan yang diberikan

validator yaitu sebesar 88,5%.20 Perbedaan penelitian yang dilakukan

peneliti dengan penelitian ini adalah pada objek dan jenis materi yang

dikembangkan, jadi penelitian ini juga bisa dijadikan referensi untuk

pengembangan dengan model ADDIE.

Ketiga, adanya penelitian untuk mengidentifikasi kebutuhan

Lembar Kerja Siswa Elektronik (LKPD) untuk teks berita berbasis budaya

lokal. Penelitian ini dilakukan oleh Fiqi Nurmanda, Nurhayati dan

Sungkowo dari Universitas Sriwijaya dengan judul “Pengembangan

Lembar Kerja Elektronik Mahasiswa (LKPD) Berbasis Teks Berita dan

Budaya Daerah”. Berdasarkan hasil esai individu dan kelompok kecil,


20
Ana Fitria, Pengembangan LKPD Bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal pada Materi Koloid
di MAN 1 Bireuen, Jurnal UIN-Ar Raniry
34

LKPD elektronik ini telah digunakan praktik oleh siswa, yang mana pada

hasil penulisan esai, rata-rata nilai menulis cerpen siswa meningkat dari

27,87 menjadi 50,93 (selisih 23,07).21 Sama seperti penelitian

sebelumnnya bperbedaannya hanya terletak di objek kajiannya saja.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Novia Miftakhul Mimma,

Ade Kusmana dan Rustam dari Program Magister Bahasa Indonesia FKIP

UNJA Jambi dengan judul “Pengembangan LKPD Berbasis Pendekatan

CTL Pada Dokumen Teks Hasil Observasi Laporan Sekolah Menengah

Kelas X” Dengan Model ADDIE dengan penelitian yang melibatkan 22

siswa. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media LKPD

mempunyai nilai yang sangat tinggi dan dapat disimpulkan bahwa metode

CTL layak dikembangkan dan digunakan sebagai bahan ajar untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, karena terbukti <55 sampai 86. 22

Penelitian ini merupakan salah satu penelitian yang hampir mirip dengan

yan peneliti kembangkan tetapi berbeda pendekatannnya saja, jika ini

menggunakan pendekatan CTL peneliti menggunakan kearifan lokal

sebagai bentuk pengimplementasi LKPDnya.

Kelima, penelitian yang sama juga membuat Lembar Kerja

Mahasiswa (LKPD) yang dikembangkan oleh Yuniati, Ibut Prino Leksono

21
Fiqi Nurmanda Sari,Nurhayati dan Sungkowo Soetopo, Pengembangan Lembar Kerja Peserta
DIdik (LKPD) Elektronik Cerita Pendek Berbasis Budaya Lokal
22
Novia Miftakhul Mimma Aprilda, Ade Kusmana, dan Rustam, Pengembangan LKPD Berbasis
Pendekatan CTL pada materi Teks Hasil Laporan Observasi Kelas X SMA, Jurnal Pedagogi dan
Pembelajaran, Vol 4. No. 3 Tahun 2021
35

dan M. Subandowo dari Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, dengan

tujuan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa dengan menggunakan

konsep peta pikiran. pada kelas XII SMA Al Azhar dengan judul

“Membangun lembar kegiatan siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia

dengan konsep mind map di SMA”. Penelitian ini mengkonfirmasi

dokumentasi ahli yang menunjukkan bahwa LKPD layak digunakan

dengan persentase 76,36%, sedangkan ahli desain kendaraan memperoleh

nilai kelayakan sebesar 84,44%, tes teman sebaya memperoleh nilai

83,63%, dan tes Al siswa kelas XII Azhar memperoleh nilai ketuntasan

93,9% sehingga dapat disimpulkan bahwa LKPD ini dapat dijadikan

sebagai bahan untuk meningkatkan Meningkatkan proses penilaian siswa.


23
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

peneliti hanya berbeda pada tingkat sampel basis pengembangannya.

Jadi dari beberapa penelitian relevan yang disebutkan diatas dapat

disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti memang belum

pernah dilakukan sebelumnya. Selain menggunakan beberapa refenrsi dari

penelitian terdahulu diatas, peneliti juga menggunakan beberapa sumber

lain seperti buku-buku dan jurnal lainnya sebagai referensi tambahan

dalam proses pengembangan LKPD Bahasa Indonesia berbasis Kearifan

Lokal in

C. Kerangka Berfikir

23 Analisis
Yuniati, Ibut Priono Leksono, Kebutuhan
Pengembangan LKPDguru
Bahasadan PesertaBerbasis
Indonesia didik Mind Mapping
di SMA, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Vol 9 No. 1 2019
36

Analisis penggunaan LKPD yang digunakan saat


ini

Kendala dari LKPD yang digunakan

- Kurangnya LKPD yang menarik dan inovatif


- Kurangnya LKPD yang baik secara teori
- Belum adanya LKPD berbasis kearifan Lokal untuk
Kurikulum Merdeka

Mendesain LKPD Bahasa Digunakan oleh peserta didik


Indonesia Berbasis Kearifan kelas X SMA N 1 Rejang
Lokal Lebong

Analisis Uji Kelayakan LKPD

LKPD Bahasa Indonesia


berbasis Kearifan Lokal
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development

(R&D). Menurut ahli Sugiono, penelitian dan pengembangan (R&D)

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu dan menguji efektivitasnya.24 Menurut Nusa Putra, penelitian dan

pengembangan (R&D) adalah suatu metode penelitian yang disengaja dan

sistematis yang bertujuan untuk menemukan perbaikan, pengembangan,

produksi atau pengujian keefektifan produk, model, bentuk dan

metode/strategi yang unggul, baru dan efektif, efisiensi, produktivitas dan

bermakna.25

Dengan demikian berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan (R&D) adalah suatu

metode penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk

menyempurnakan, mengembangkan atau menghasilkan produk tertentu

dan kemudian menguji keefektifan produk tersebut.

Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah untuk

mengembangkan produk berupa LKS Bahasa Indonesia berbasis kearifan

lokal, efektif dan inovatif, berkontribusi terhadap peningkatan kualitas

penilaian pembelajaran siswa, dianggap penting dan sesuai peruntukannya.

24
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D, Bandung : PT Alfabet
25
Nusa Putra, Penelitian dan Pengembangan suatu pengantar, Jakarta : Rajawali Pers

37
B. Prosedur Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model ADDIE untuk menghasilkan materi pendidikan dalam bentuk

Lembar Kerja Siswa (LKPD). Model ADDIE muncul pada tahun 1990-an

dan dikembangkan oleh Raiser dan Mollenda. Salah satu tujuan model ini

adalah sebagai pedoman untuk menciptakan perangkat infrastruktur

program pembelajaran yang lebih efisien, dinamis, dan lebih mendukung

peningkatan proses pembelajaran. Model desain pembelajaran ADDIE

merupakan model pembelajaran yang menggunakan lima langkah

sederhana dalam penerapannya. Tetapi seperti yang sudah dijelaskan pada

bab pertama penelitian pengembangan ini hanya melalui tiga tahap yakni

Tahap Analysis, Design , dan Depelopment. Langkah pertama dalam

model ini adalah: 1) Analysis adalah langkah menganalisis kebutuhan

dalam proses pembelajaran untuk mengidentifikasi masalah dan solusi

yang tepat serta menentukan keterampilan siswa. 2) Design meliputi

identifikasi keterampilan, metode, dan materi belajar mengajar yang

spesifik. 3) Depelopment adalah tahap pengembangan materi pendidikan,

pada tahap ini dilakukan konfirmasi ahli terhadap rancangan awal LKPD,

kemudian uji kelayakan teoritis dan praktis terhadap LKPD yang

dikembangkan oleh para ahli media, materi dan bahasa.

38
39

Adapun prosedur dalam pengembangan penelitian ini tersusun

dakam bagan berikut ini :

Tahap Analisis Tahap Desain Tahap Pengembangan

Tahap Pengembangan

Adapun langkah-langkah dalam proses pengembangan LKPD Bahasa

Indonesi berbasis kearifan lokal ini adalah sebagai berikut :

a) Tahap Analisis (Analysis)

Merupakan tahap perencanaan awal, yaitu perancangan awal untuk

memikirkan produk baru yang akan dikembangkan. Tujuan dari langkah

ini adalah untuk mengetahui analisis kebutuhan guru dan siswa tentang

LKPD Indonesia yang mereka butuhkan serta analisis dokumen LKPD

yang digunakan peserta didik saat ini. Pada tahap ini peneliti akan

melakukan wawancara kepada guru dan siswa untuk menganalisis

kebutuhan mereka terhadap LKPD Indonesia sehingga nantinya dapat

menemukan kriteria pengembangan LKPD yang baik sesuai dengan

kebutuhna mereka. Lalu menganalisis Dokumen LKPD yang

digunakansaat ini sebagai bahan untuk melakukan pengembangan. Berikut

adalah langkah dalam tahap analisis.


40

1. Analisis Kebutuhan Guru

Analisis kebutuhan guru merupakan salah satu tahap utama

yang dilakukan peneliti untuk mengetahui kriteria LKPD seperti

apa yang dibutuhkan oleh guru untuk dijadikan alat ukur dalam

proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Analisis kebutuhan

dilakukan dengan teknik wawancara dengan menggunakan

instrument berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah disipkan

berdasarkan indikator-indikator LKPD yang baik yang telah

disusun oleh peneliti. Sumber data pada tahap ini adalah guru

Bahasa Indonesia di SMA N 1 Rejang Lebong.

2. Analisis Kebutuhan Siswa

Analisis kebutuhan siswa merupakan tahap analisis kedua

yang dilakukan setelah selesai menganalisis kebutuhan guru. Tahap

ini dilakukan menggunkan teknik wawancara dengan instrumen

berupa pertanyan-pertanyaan yang telah disipkan berdasarkan

indikator-indikator LKPD yang baik yang telah disusun oleh

peneliti. Sumber data dari analisis ini adalah siswa kelas X4 SMA

N 1 Rejang Lebong.

3. Analisis Dokumen LKPD

Analisis yang ketiga adalah analisis dokumen LKPD yang

digunakan sekarang oleh peserta didik sebagai alat ukur dalam

kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas X SMA N 1 Rejang

Lebong. Dokumen yang dimaksud berupa LKPD atau LKS


41

semester 1 yang digunakan peserta didik di SMA N 1 Rejang

Lebong yang telah berbasis kurikulum merdeka dengan profil

pelajar pancasila dengan 3 materi utama. Dalam proses analisis

dokumen LKPD ini bagian-bagian yang dianalisis meliputi :

1) Alur tujuan pembelajaran (ATP)

2) CP (Capaian Pembelajatan)

3) Tujuan Pembelajaran

4) Materi

a. Teks Laporan Hasil Observasi

b. Teks Anekdot

c. Teks Eksposisi

d. Teks Hikayat

b) Tahap Desain (design)

Tahap ini merupakan tahap perencanaan desain LKPD yang akan

dikembangkan dengan tujuan untuk mendesain produk yang mampu

dijadikan media yang efektif menjadi alat ukur dalam proses belajar siswa.

Dalam tahap desain ini peneliti melakukan perencanaan bagaimana desain

LKPD yang akan dikembangkan, yakni berbasis kearifan lokal. Setelah

tahap analisis diatas selesai, proses selanjutnya adalah mendesain LKPD

berbasis kearifan lokal provinsi Bengkulu tetapi tetap sesuai dengan

perangkat ajar yang telah disusun pada tahap sebelumnya.


42

c) Tahap Pengembangan (development)

Tahap ini merupakan tahap pengembangan LKPD Bahasa Indonesia

berbasis Kearifan Lokal disesuaikan dengan hasil analisis dan desain pada

tahap sebelumnnya. Proses pengembangan ini akan disesuikan dengan

hasil analisis kebutuhan guru, hasil anaisis kebutuhan siswa, hasil analisis

dokumen LKPD dan sesuai dengan desain LKPD berbasis kearifan lokal

provinsi Bengkulu melalui pengembangan teks pada tiap materi-materi

yang akan dikembangkan.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil

wawancara analisis kebutuhan guru, siswa dan data hasil analisis

dokumen berupa LKPD Bahasa Indonesia.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas X 4

SMA N 1 Rejang Lebong yang berjumlah 36 orang dan Guru Bahasa

Indonesia SMA N 1 Rejang Lebong.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran

2023/2024 pada bulan Oktober 2023.


43

2. Tempat Penelitian

Kegiatan pelaksanaan uji coba LKPD Bahasa Indonesia berbasis

Kearifan Lokal yang telah dikembangakan dilakukan di ruang kelas X

4 SMA N 1 Rejang Lebong.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan untuk

mengumpulkan bahan faktual yang digunakan dalam penelitian. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data: angket,

wawancara, dan dokumen.

a) Angket

Angket atau Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang

melibatkan pengajuan pertanyaan tertulis yang harus ditanggapi

responden secara tertulis. Kuesioner terdiri dari pertanyaan tertulis

yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi dari responden,

khususnya siswa, guru, dan profesional. Menurut Uno dan Koni,

angket adalah alat untuk mengumpulkan data penelitian berupa

sejumlah pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subjek

penelitian. 26

Dalam penelitian ini angket yang digunakan berupa google

form yang berupa pertanyan-pertanyan untuk melakukan uji

kelayakan terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang telah

dikembangkan. Angket ini akan diisi oleh para ahli media, bahasa

26
H.B Uno & Koni, S, Assesmen Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara)
44

dan materi yang pertanyaannya telah disusun sesuai indikator pada

instrument penelitian.

b) Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data melalui

proses tanya jawab satu arah, yaitu pertanyaan datang dari

pewawancara dan jawaban diberikan oleh orang yang melakukan


27
wawancara. Menurut Hopkins, wawancara adalah suatu cara

untuk mempelajari situasi tertentu dalam suatu lingkungan dari

sudut pandang yang berbeda. 28

Wawancara merupakan salah satu bentuk komunikasi

langsung antara peneliti dan responden. 29 Komunikasi berlangsung

dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga

gerak dan ekspresi wajah responden dapat dijadikan model

komunikasi untuk melengkapi tuturan. Teknik ini digunakan untuk

mengumpulkan data melalui tanya jawab secara langsung dan

sistematis.

Dalam penelitian ini proses pengumpulan data menggunakan

metode wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah

pertanyaan yang memandu tanggapan dalam bentuk pertanyaan

yang disarankan.30 Oleh karena itu, pewawancara menyiapkan

pertanyaan komprehensif terkait kebutuhan LKPD Indonesia dan

27
Abbdurrahman, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta : Rineka Cipta,
2011 hlm. 104.
28
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta : Andi Ofset, Edisi Revisi, 2002, hlm. 157)
29
Gulo, Metodologi Penelitian,(Jakarta : Grasindo, 2002. Hlm. 116)
30
Gulo, Ibid., hlm120.
45

penggunaan LKPD Indonesia saat ini kepada guru dan beberapa

siswa. Selama wawancara ini juga akan digunakan alat perekam

suara. Wawancara dalam penelitian ini berupa pertanyaan-

pertanyaan analisis kebutuhan guru dan siswa terhadap LKPD

Bahasa Indonesia.

Pertanyaan wawancara disusun secara terstruktur sesuai

dengan indikator-indikator yang telah dikembangkan oleh peneliti

seperti pada table berikut ini.

No. Syarat Indikator


1. Didaktik 1. Mengajak peserta didik aktif dalam proses
pembelajaran.
2. Memberi penekanan pada proses untuk
menemukan konsep.
3. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai
media dan kegiatan peserta didik
4. Dapat mengembangkan kemampuan
komunikasi sosial, emosional, moral, dan
estetika pada diri anak.
5. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan
pengembangan pribadi.

2. Konstruksi 1. Menggunakan Bahasa yang sesuai.


2. Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

3. Kegiatan dalam LKPD jelas.


4. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka.
5. Tidak mengacu pada buku sumber diluar
kemampuan peserta didik
6. Menyediakan ruang yang cukup pada LKPD
46

sehingga peserta didik dapat menulis atau


menggambarkan sesuatu pada LKPD.
7. Menggunakan kalimat sederhana dan pendek.
8. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada
kalimat.
9. Memiliki tujuan belajar yang jelas serta
bermanfaat.
10. Memiliki identitas untuk memudahkan
administrasinya.

3. Teknis 1. Penampilan
2. Konsistensi tulisan yang digunakan
3. Konsistensi tulisan yang digunakan

c) Dokumen

Metode ini diartikan sebagai cara pengumpulan data dengan

menggunakan data berupa dokumen (catatan), sebagaimana

dijelaskan oleh Snapiah Faesal yang merupakan Metode

dokumenter menggunakan sumber informasi berupa teks atau

catatan. Dalam metode ini, pengumpul data memindahkan

dokumen tertulis yang relevan ke dalam lembaran kertas yang telah

disiapkan untuk mereka. 31

Dalam penelitian pengembangan dokumen yang dimaksud

adalah LKPD atau LKS yang digunakan oleh siswa kelas X SMA

N 1 Rejang Lebong yang telah berbasis kurikulum merdeka dan

31
Sanafiah Faesal, Dasar dan Teknik Penelitian Keilmuan Sosial (Surabaya: Usaha Nasional,
2002). Hlm. 42-43
47

profil pelajar pancasila. Dokumen atau LKPD ini dianalisis sebagai

tolak ukur dalam pengembangan LKPD yang lebih baik sesuai

dengan indikator yang telah disusun diatas. Adapun komponen

dokumen yang dianalisis adalah.

1. Halaman Sampul LKPD

2. Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)

3. Capaian Pembelajaran (CP)

4. Identitas LKPD

5. Bahasa yang digunakan

6. Kegiatan dalam LKPD

7. Kalimat yang digunakan

8. Penapilan LKPD secara keseluruhan

F. Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data ini akan diperoleh data kualitatif dan

kuantitatif. Data kualitatif yang dikumpulkan berupa deskripsi hasil

wawancara dan dokumen, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil

penyebaran kuesioner dengan menggunakan skala likert, kemudian data

tersebut dianalisis secara statistik, deskripsi, dan kemudian dicari berdasarkan

periode waktu untuk mengetahui apakah data tersebut relevan atau tidak.

produk LKPD yang dihasilkan adalah data. apakah layak atau tidak.

1. Analisis Data Kualitatif


48

Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

terus menerus hingga selesai, sehingga datanya lengkap, kata Miles

dan Huberman. Kegiatan pada saat analisis data yaitu mengambil data,
32
menampilkan data, dan menarik kesimpulan. Data Kualitataif dalam

penelitian pengembangan ini berupa data hasil wawancara analisis

kebutuhan guru, data hasil analisis kebutuhan siswa dan data hasil

analisis dokumen LKPD yang digunakan saat ini oleh siswa kelas X

SMA N 1 Rejang lebong. Data ini berupa catatan yang akan diolah

melalui beberapa tahap sebagai berikut.

1) Reduksi Data

Kegiatan reduksi data, yaitu data mentah yang dikumpulkan

dari observasi, wawancara dan dokumen, diklasifikasi kemudian

dirangkum dengan cara yang mudah dipahami. Reduksi data ini

merupakan suatu bentuk analisis yang bertujuan untuk

menyempurnakan, memilih, memfokuskan, mengorganisasikan

data sedemikian rupa sehingga dapat dihasilkan dan diverifikasi

hasil akhir penelitiannya. 33

Jadi, dapat disimpulkan bahwa reduksi data meliputi

merangkum data-data yang dikumpulkan dari lapangan kemudian

memilih unsur-unsur pokoknya sesuai dengan arah penelitian.

Dalam penelitian ini data hasil analisis kebutuhan guru dan

siswa serta analisis dokumen LKPD pada tahap wawancara


32
Sugiyono, Metodologi Penelitian Administrasi, (Bandung : CV Alfabeta, 1998), hlm.300.
33
Subino Hadi Subroto, Pokok-pokok Pengumpulan Data, Analisis Data, Penafsiran Data
dan Rekomendasi Dalam Penelitian Kualitatif (Bandung : IKIP, 1999).hlm.17.
49

diseleksi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hasil temuan yang

beragam saat proses wawancara dipilih dan disesuaikan dengan

indikator tujuan.

2) Penyajian Data

Menurut Miles dan Huberman, penyajian data merupakan

metode yang paling sering digunakan untuk menyajikan data


34
kualitatif dalam bentuk teks naratif. Penyajian data ini dapat

membantu memahami sesuatu yang sedang terjadi dan dapat

digunakan sebagai analisis lebih lanjut berdasarkan pemahaman

terhadap data yang diberikan.

Dalam penelitian ini data akan disajikan dalam bentuk tabel,

matriks, grafik dan diagram yang menjelaskan hasil data yang

diperoleh pada tahap reduksi data. Jadi setelah tahap pemilihan

data yang sesuai kebutuhan kemudian data tersebut disajikan dalam

bentuk dekripsi ataupun tabel untuk menjelaskan semua jawaban

dari pertanyaan-pertanyaan wawancara secara sistematis agar dapat

disajikan secara sempurna.

3) Conclusion (Kesimpulan dan Verivikasi)

Langkah ketiga setelah menganalisis data kualitatif menurut

Miles dan Huberman adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dicapai masih bersifat sementara dan akan

berubah apabila tidak ditemukan bukti kuat pada tahap

pengumpulan data selanjutnya. Jika kesimpulan yang dicapai pada


34
Sugiyono,Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung : Alfabeta, 2010),hlm.341
50

tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang masuk akal dan

konsisten dalam proses penelitian serta kemampuan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang diambil merupakan

kesimpulan yang dapat dipercaya.

Dalam penelitian pengembangan ini, setelah disajikan data

hasil analisis, kemudian ditarik kesimpulan untuk menekankan

hasil yang diperoleh dari proses hasil analisis data kualitatif

sebagai bukti bahwasanya penelitian pengembangan ini telah

mendapatkan sebuah hasil data yang valid karena telah melalui

tahapan secara sistematis.

2. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif ini berupa hasil validasi dari ahli media,

ahli bahasa, dan masukan dari guru dan siswa. Data yang diperoleh

dari hasil validasi diperoleh dengan menggunakan skala likert. Dalam

penelitian ini data kuantitatif berupa data yang didapatkan dari hasil uji

kelayakan LKPD yang akan diuji oleh para ahli, yakni ahli media, ahli

bahasa dan ahli materi. Data yang dihasilkan berbentuk file dari google

form yang akan dijelaskan secara rinci melalui sebuah diagram untuk

data kuantitatifnya. Di bawah ini adalah rincian peringkat untuk setiap

pertanyaan.

1) Analisis angket validasi ahli media


51

No. Interval Kriteria

1. 96,7 – 115 Sangat Baik (sangat layak)

2. 78,3 – 96,6 Baik (layak digunakan)

3. 59,9 – 78,2 Kurang Baik (perlu direvisi)

4. 41,5 – 59,8 Tidak Baik (tidak layak)

5. 23 – 41,4 Sangat tidak Baik (sangat tidak

layak)

Sumber : Sugiyono (2006)

2) Analisis angket validasi ahli bahasa/materi

No. Interval Kriteria

1. 37,9 – 45 Sangat Baik (Sangat Layak)

2. 30,7 – 37,8 Baik (Layak digunakan)

3. 23,5 – 30,6 Kurang Baik (Perlu revisi)

4. 16,3 – 23,4 Tidak Baik (Tidak layak)

5. 9 – 16,2 Sangat Tidak Baik (Sangat tidak

layak)

Sumber : Sugiyono (2006)

3) Analisis angket validasi respon guru

No. Interval Kriteria

1. 64-75 Sangat Praktis

2. 52-63 Praktis
52

3. 40-51 Cukup

4. 28-39 Tidak Praktis

5. 15 – 27 Sangat Tidak Praktis

Sumber : Sugiyono (2006)

4) Analisis angket validasi respon siswa

No. Interval Kriteria

1. 25,3 – 30 Sangat Praktis

2. 20,5 – 25,2 Praktis

3. 15,7 – 20,4 Cukup

4. 10,9 – 15,6 Tidak Praktis

5. 6 – 10,8 Sangat Tidak Praktis

Sumber : Sugiyono (2006)

Untuk mengubah data analisis angket ke dalam bentuk nilai,

peneliti melakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut.

Nilai = Skor perolehan X 100 %

Skor Maksimum
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD) Bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal Bengkulu. Penelitian

pengembangan ini dilakukan di SMA Negeri 1 Rejang Lebong provinsi

Bengkulu dengan menggunakan model pengembangan ADDIE yang dibatasi

menjadi 3 tahapan yakni analisis, desain dan pengembangan. Keseluruhan

tahap ADDIE tidak dilakukan oleh peneliti karena keterbatasan waktu.

1. Hasil Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa


Analisis kebutuhan dilakukan dengan membagikan kuesioner

kepada 36 orang siswa dan tiga orang guru di SMA Negeri 1 Rejang

Lebong dari tanggal 20 Desember 2023 s.d Januri 2024. Rincian dari 36

orang siswa tersebut , yaitu 14 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa

perempuan dari kelas yang sama yaitu kelas X4. Hasil data dari kebutuhan

siswa terhadap Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Bahasa Indonesia

akan dikembangkan menjadi suatu LKPD Bahasa Indonesia yang berbasis

Kearifan Lokal. Selain itu peneliti juga membagikan kuesioner kepada tiga

orang guru, yaitu guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia

di seluruh kelas X SMA N 1 Rejang Lebong. Dari data-data ini dapat

menggambarkan harapan pada pengembangan LKPD Bahasa Indonesia.

Adapun data yang diperoleh dari guru maupun dari siswa ini berhubungan

46
47

dengan indikator-indikator yang dimuat dalam LKPD Bahasa Indonesia

berbasis Kearifan Lokal yang akan dikembangkan oleh peneliti.

Data mengenai kebutuhan guru dan siswa terhadap Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD) Bahasa Indonesia yang terdiri atas syarat Didaktik,

Konstruksi, Teknis dan Kearifan Lokal dengan indikator dan subindikator

yang akan dideskripsikan secara rinci dapat dilihat pada penjelasan berikut

ini.

a. Hasil Analisis Kebutuhan Guru


Analisis kebutuhan yang pertama yaitu, analisis tingkat kebutuhan

guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA N 1 Rejang Lebong

terhadap LKPD Bahasa Indonesia. Data ini didapatkan dari hasil

jabawan lembar kuesioner yang telah peneliti berikan dan telah

dikonversi dalam diagam dan tabel berikut ini.

1) Kebutuhan Guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia dengan

syarat Didaktik

DIAGRAM TINGKAT KEBUTUHAN LKPD


MENGGUNAKAN SYARAT DIDAKTIK
3
Series1
2 Series2

1
100% 100%
0
Sangat Butuh Kurang 0%
Butuh TOTAL

Diagram 4.1.1
Diagram tingkat kebutuhan LKPD menggunakan syarat
Didaktik
48

Data diatas menunjukkan bahwa kebutuhan guru terhadap

syarat Didaktik pada LKPD Bahasa Indonesia adalah sangat

butuh. Skor dalam menghitung hasil analisisi kebutuhan diatas

menggunakan rumus skala likert.

𝑁𝑃 = R X 100 %
SM

Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang

diperoleh mencapai skor 15 dengan skor maksimal yang juga

15 point jadi menghasilkan persentase 100% yang

menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh. Adapaun

panduan konversi data kuantitatif tersebut adalah dalam tabel

berikut.

Tabel 4.1.1
Panduan Konversi data kategori tingkat kebutuhan

Tingkat Kebutuhan % Nilai/Skor Kategori


85 < X ≤ 100 5 Sangat Butuh
75 < X ≤ 85 4 Butuh
65 < X ≤ 75 3 Kurang Butuh
54 < X ≤ 65 2 Tidak Butuh
0 < X ≤ 54 1 Sangat Tidak Butuh
(Sumber: Diadaptasi dari Ngalim Purwanto, 2002: 102)

Dalam syarat didaktik terdapat 5 Indikator yang dijabarkan

lagi ke dalam 3 subindkator yang berbeda-beda. Adapun

indikator yang pertama adalah Mengajak peserta didik aktif

dalam proses pembelajaran yang terbagi menjadi 3


49

subindikator yang dikonversi ke 3 pernyataan di dalam

kuesioner.

Tabel 4.1.2
Mengajak peserta didik aktif dalam proses pembelajaran
Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jumlah
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia yang berpusat pada
peserta didik
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia yang
menggunakan media dan
metode yang beragam
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia yang
memberdayakan panca
indera dan potensi peserta
didik

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

didaktif pada indikator mengajak peserta didik aktif dalam

proses pembelajaran adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan

dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor

14 dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi

menghasilkan persentase 93,3% yang menunjukkan tingkat

kebutuhan sangat butuh.

Indikator kedua adalah Memberi Penekanan pada proses

untuk menemukan konsep yang terbagi menjadi 3 subindikator

yang dikonversi ke 3 pernyataan di dalam kuesioner.


50

Tabel 4.1.3
Memberi Penekanan pada proses menemukan
konsep
Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jumlah
Membutuhkan LKPD 1 2 - - - 3
Bahasa Indonesia yang
Mengembangakan strategi
untuk mendapatkan dan
menganalisis informasi

Membutuhkan LKPD 2 1 - - - 3
Bahasa Indonesia yang
Mengarahkan untuk
mengidentifikasi dan
menganalisis informasi,
masalah/ situasi yang
memerlukan pemahaman
konsep
Membutuhkan LKPD 2 1 - - - 3
Bahasa Indonesia yang
Mengarahkan untuk
menghubungkan informasi
yang didapatkan dan
menyusunnya menjadi
kesimpulan yang
berbentuk suatu konsep
51

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

didaktif pada indikator Memberi Penekanan pada proses untuk

menemukan konsep adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan

rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor 13,99

dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan

persentase 93,2 % yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat

butuh.

Jadi secara keseluruhan dapat dikatakan tiga orang ini

membutuhkan LKPD Bahasa Indonesia yang memberikan

penekanan pada proses untuk menemukan konsep.

Indikator ketiga adalah memiliki variasi stimulus melalui

berbagai media dan kegiatan peserta didik yang terbagi

menjadi 3 subindikator yang dikonversi ke 3 pernyataan di

dalam kuesioner.

Tabel 4.1.4
Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media
dan kegiatan peserta didik
52

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jumlah
Membutuhkan LKPD Bahasa 3 - - - - 3
Indonesia yang Menyajikan suatu
aktivitas belajar yang
mendorong untuk berkreasi
seperti presentasi proyek, visual
dan video
Membutuhkan LKPD Bahasa 3 - - - - 3
Indonesia yang Menyajikan
instruksi/tugas dalam bentuk
beragam seperti teks, gambar,
video ataupun audio
Membutuhkan LKPD Bahasa 3 - - - - 3
Indonesia yang Menyertakan
atau menambahkan tautan
online ataupun platform edukasi
sebagai bentuk variasi kegiatan
belajar

Dari da Data diatas menunjukkan bahwa

tingkat kebutuhan guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang

memenuhi syarat didaktif pada indikator memiliki variasi

stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik

adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor

indikator yang diperoleh mencapai skor 15 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase 100

% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Jadi secara keseluruhan dapat dikatakan tiga orang ini

sangat membutuhkan LKPD Bahasa Indonesia yang

memberikan penekanan pada proses untuk menemukan

konsep.
53

Selanjutnya indikator yang keempat adalah Dapat

mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional,

moral, dan estetika pada diri anak yang juga terbagi menjadi 3

subindikator yang dikonversi dalam 3 pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.5
Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial,
emosional, moral dan estetika pada diri anak

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
Dari data lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
diatas Indonesia yang Memberi ruang
untuk berpartisipasi dalam
menunjukkan diskusi berkelompok
Membutuhkan LKPD Bahasa 1 2 - - - 3
bahwa tingkat Indonesia yang Memuat aktivitas
yang merangsang imajinasi,
kebutuhan guru kreativitas dan berpikir tingkat
tinggi
terhadap LKPD Membutuhkan LKPD Bahasa 3 - - - - 3
Indonesia yang Menerapkan
Bahasa ilustrasi yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari dalam
Indonesia yang konteks pembelajaran (Baik
berupa video, ataupun
memenuhi syarat perumpamaan)

didaktif pada indikator memiliki mengembangkan kemampuan komunikasi sosial,

emosional, moral, dan estetika pada diri anak adalah butuh. Hal ini ditunjukkan

dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor 14 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase 93,3 % yang

menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang kelima adalah Pengalaman belajar

ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi yang juga


54

terbagi menjadi 3 subindikator yang dikonversi dalam 3

pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.6
Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan
pengembangan pribadi

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 1 2 - - - 3
Indonesia yang Mengarahkan
dan memberikan kesempatan
untuk memilih apa yang menjadi
minat mereka dalam konteks
pembelajaran
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia Menghubungkan
pelajaran/pengetahuan yang
telah diketahui dengan
pengetahuan yang akan
dipelajari
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia yang yang
Mengarahkan untuk dapat
mengevaluasi apa yang telah
dipelajari

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

didaktif pada indikator Pengalaman belajar ditentukan oleh

tujuan pengembangan pribadi adalah butuh. Hal ini ditunjukkan

dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor

14 dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan

persentase 93,3 % yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat

butuh.
55

2) Kebutuhan Guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia dengan

syarat Konstruksi

DIAGRAM TINGKAT KEBUTUHAN LKPD YANG


MEMENUHI SYARAT KONSTRUKSI
Jumlah Responden Persentase
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

1 1 1 1 1 1 1 1 10.66666666661
66667

BS SBJ KJ PL BSJ LAM KSJP BIV TJB IS TOTAL

Diagram 4.1.2
Diagram tingkat kebutuhan LKPD menggunakan syarat
Konstruksi

Data diatas menunjukkan bahwa kebutuhan guru terhadap

syarat Konstruksi pada LKPD Bahasa Indonesia adalah sangat

butuh. Skor dalam menghitung hasil analisisi kebutuhan diatas

menggunakan rumus skala likert.

𝑁𝑃 = R X 100 %
SM

Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang

diperoleh mencapai skor 15 dengan skor maksimal yang juga

15 point jadi menghasilkan persentase 100% yang

menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh. Adapaun

panduan konversi data kuantitatif tersebut adalah dalam tabel

berikut.
56

Tabel 4.1.1
Panduan Konversi data kategori tingkat kebutuhan

Tingkat Kebutuhan % Nilai/Skor Kategori


85 < X ≤ 100 5 Sangat Butuh
75 < X ≤ 85 4 Butuh
65 < X ≤ 75 3 Kurang Butuh
54 < X ≤ 65 2 Tidak Butuh
0 < X ≤ 54 1 Sangat Tidak Butuh
(Sumber: Diadaptasi dari Ngalim Purwanto, 2002: 102)

Dalam syarat Konstruksi terdapat 10 Indikator yang

dijambarkan lagi ke dalam beberapa subindkator yang

berbeda-beda. Adapun indikator yang pertama menggunakan

bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik

yang terbagi menjadi 2 subindikator yang dikonversi ke dalam

2 pernyataan di dalam kuesioner.

Tabel 4.1.7
Penggunaan Bahasa yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan peserta didik

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 1 2 - - - 3
Indonesia yang Menggunakan
Bahasa Baku sesuai dengan KBBI
Membutuhkan LKPD Bahasa 3 - - - - 3
Indonesia dengan Retorika
Bahasa yang sesuai dengan tingkat
pemahaman siswa SMA

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator penggunaan bahasa yang sesuai

dengan tingkat kedewasaan peserta didik adalah butuh. Hal ini


57

ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh

mencapai skor 14 dengan skor maksimal yang juga 15 point

jadi menghasilkan persentase 93,3 % yang menunjukkan

tingkat kebutuhan sangat butuh.

Jadi secara keseluruhan guru membutuhkan LKPD Bahasa

Indonesia yang memenuhi syarat pada dua pernyataan diatas,

karena tidak adanya jawaban kurang setuju (KS), tidak setuju

(TS) ataupun sangat tidak setuju (STS).

Indikator yang kedua adalah menggunakan struktur kalimat

yang jelas yang dikonversi dalam 1 pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.8
Menggunakan struktur kalimat yang jelas

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia yang sesuai dengan
pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia (PUEBI)

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator menggunakan struktur kalimat yang

jelas adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata


58

skor indikator yang diperoleh mencapai skor 14 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

93,3% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang ketiga adalah memuat kegiatan dalam

LKPD yang jelas yang dikonversi dalam 1 pernyataan di

kuesioner.

Tabel 4.1.9
Kegiatan dalam LKPD Jelas

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia yang memuat materi
dan soal-soal dengan tata urutan
pelajaran yang jelas dan sesuai
dengan kemampuan peserta dididk
mulai dari sederhana hingga lebih
kompleks serta sesuai dengan
tujuan pembelajaran.

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator Kegiatan dalam LKPD yang jelas

adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor

indikator yang diperoleh mencapai skor 14 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

93,3% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.


59

Indikator yang keempat adalah menghindari pertanyaan

yang terlalu lugas yang dikonversi dalam 1 pernyataan di

kuesioner.

Tabel 4.1.10
Menghindari pertanyaan yang terlalu lugas

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia yang memuat soal-soal
latihan sesuai alur tujuan
pembelajaran (ATP).

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator menghindari pertanyaan yang terlalu

lugas adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata

skor indikator yang diperoleh mencapai skor 14 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

93,3% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang kelima adalah mengacu pada buku sumber

sesuai kemampuan peserta didik yang dikonversi dalam 1

pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.11
Mengacu pada buku sumber sesuai kemampuan
peserta didik

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia yang menyajikan
materi sesuai dengan Kurikulum
Merdeka Belajar.
60

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator mengacu pada buku sumber sesuai

kemampuan peserta didik adalah sangat butuh. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh

mencapai skor 14 dengan skor maksimal yang juga 15 point

jadi menghasilkan persentase 93,3% yang menunjukkan

tingkat kebutuhan sangat butuh.

Jadi secara keseluruhan guru membutuhkan LKPD Bahasa

Indonesia yang memenuhi syarat pada pernyataan diatas,

karena tidak adanya jawaban kurang setuju (KS), tidak setuju

(TS) ataupun sangat tidak setuju (STS).

Indikator yang keenam adalah menyediakan ruang yang

cukup pada LKPD sehingga peserta didik dapat menulis atau

menggambarkan sesuatu pada LKPD yang dikonversi dalam 1

pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.12
Menyediakan ruang yang cukup pada LKPD

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 1 2 - - - 3
Indonesia yang memuat lembar
aktivitas siswa yang memadai
61

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator menyediakan ruang yang cukup pada

LKPD sehingga peserta didik dapat menulis atau

menggambarkan sesuatu pada LKPD adalah butuh. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh

mencapai skor 13 dengan skor maksimal yang juga 15 point

jadi menghasilkan persentase 86,6% yang menunjukkan

tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang ketujuh adalah memaksimalakan ilustrasi

daripada kalimat yang dikonversi dalam 1 pernyataan di

kuesioner.

Tabel 4.1.13
Memaksimalakan ilustrasi daripada kalimat

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia dengan kalimat yang
digunakan singkat, jelas dan
padat yang mudah dipahami
peserta didik

Da
62

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator memaksimalkan ilustrasi daripada

kalimat adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor

indikator yang diperoleh mencapai skor 14 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

93,3% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang kedelapan adalah menggunakan lebih

banyak ilustrasi daripada kalimat yang dikonversi dalam 1

pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.14
Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada
kalimat

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 1 2 - - - 3
Indonesia yang berbasis ilustrasi
visual

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat


63

konstruksi pada indikator memaksimalkan ilustrasi daripada

kalimat adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor

indikator yang diperoleh mencapai skor 13 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

86,6% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang kesembilan adalah memiliki tujuan belajar

yang jelas serta bermanfaat yang dikonversi dalam 1

pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.15
Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia yang sesuai dengan
ATP,TP/CP dan modul ajar yang
digunakan pada seriap materi

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator memiliki tujuan belajar yang jelas

serta bermanfaat adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan

rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor 14

dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan


64

persentase 93,3% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat

butuh.

Indikator yang terakhir pada syarat konstruksi adalah

memiliki indentitas yang rinci/spesifik yang dikonversi dalam

1 pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.16
Memiliki indentitas yang rinci/spesifik

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 - 1 - - 3
Indonesia yang memuat identitas
penulis, tahun penyusunan,
jenjang sekolah, tingkat kelas dan
alokasi waktu pembelajaran

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator memiliki tujuan belajar yang jelas

serta bermanfaat adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan

rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor 14

dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan

persentase 93,3% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat

butuh.
65

3) Kebutuhan Guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia dengan

syarat Teknis

DIAGRAM TINGKAT KEBUTUHAN LKPD YANG


MEMENUHI SYARAT TEKNIS
Jumlah Responden Persentase

3 3

1 1

0 0
Sangat Butuh Kurang Butuh TOTAL

Diagram 4.1.3
Diagram tingkat kebutuhan LKPD menggunakan syarat
Teknis

Data diatas menunjukkan bahwa kebutuhan guru terhadap

syarat Teknis pada LKPD Bahasa Indonesia adalah sangat

butuh. Skor dalam menghitung hasil analisisi kebutuhan diatas

menggunakan rumus skala likert.

𝑁𝑃 = R X 100 %
SM

Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang

diperoleh mencapai skor 15 dengan skor maksimal yang juga

15 point jadi menghasilkan persentase 100% yang

menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh. Adapaun

panduan konversi data kuantitatif tersebut adalah dalam tabel

berikut.
66

Tabel 4.1.1
Panduan Konversi data kategori tingkat kebutuhan

Tingkat Kebutuhan % Nilai/Skor Kategori


85 < X ≤ 100 5 Sangat Butuh
75 < X ≤ 85 4 Butuh
65 < X ≤ 75 3 Kurang Butuh
54 < X ≤ 65 2 Tidak Butuh
0 < X ≤ 54 1 Sangat Tidak Butuh
(Sumber: Diadaptasi dari Ngalim Purwanto, 2002: 102)

Dalam syarat teknis terdapat 3 Indikator yang dijabarkan

lagi ke dalam beberapa subindkator yang berbeda-beda.

Adapun indikator yang pertama adalah mengenai

Penapilan/Desain yang terbagi menjadi 2 subindikator yang

dikonversi ke 2 pernyataan di dalam kuesioner.

Tabel 4.1.17
Penampila/Desain

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 - 1 - - 3
Indonesia yang memuat ilustrasi
visual dalam setiap persoalan yang
disajikan
Membutuhkan LKPD Bahasa 3 - - - - 3
Indonesia dengan pemilihan
ilustrasi yang sesuai, menarik dan
mudah dipahami peserta didik
67

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

teknis pada indikator penampilan/desain adalah butuh. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh

mencapai skor 11,33 dengan skor maksimal yang juga 15 point

jadi menghasilkan persentase 75,5% yang menunjukkan

tingkat kebutuhan butuh.

Jadi secara keseluruhan guru membutuhkan LKPD Bahasa

Indonesia yang memenuhi syarat pada dua pernyataan diatas,

karena tidak adanya jawaban tidak setuju (TS) ataupun sangat

tidak setuju (STS).

Indikator yang kedua adalah konsistensi tulisan yang

digunakan yang dikonversi dalam 4 pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.18
Konsistensi tulisan

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 - 1 - - 3
Indonesia yang menggunakan
huruf yang jelas dan menarik
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia yang menggunakan
huruf tebal untuk topik bukan
huruf biasa yang diberi garis
bawah
Membutuhkan LKPD Bahasa 3 - - - - 3
Indonesia yang menggunakan
kalimat yang efektif mudah
dipahami peserta didik
Membutuhkan LKPD Bahasa 1 2 - - - 3
Indonesia yang menggunakan
bingkai untuk membedakan
kalimat perintah dengan jawaban
dari peserta didik
68

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

teknis pada indikator konsistensi tulisan yang digunakan

adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor

indikator yang diperoleh mencapai skor 13,75 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

91,6% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang terakhir dalam syarat teknis adalah gambar

pada LKPD yang dikonversi dalam satu pernyataan di

kuesioner.

Tabel 4.1.19
Gambar

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 3 - - - - 3
Indonesia yang memuat gambar
ilustrasi dan skema yang
menunjukkan cara, menyusun, dan
merangkai persoalan sehingga
membantu mereka agar berfikir
kritis

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat


69

teknis pada indikator Gambar adalah sangat butuh. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh

mencapai skor 15 dengan skor maksimal yang juga 15 point

jadi menghasilkan persentase 100% yang menunjukkan tingkat

kebutuhan sangat butuh.

4) Kebutuhan Guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia dengan

syarat Kearifan Lokal

DIAGRAM TINGKAT KEBUTUHAN LKPD YANG


BERBBASIS KEARIFAN LOKAL

Jumlah Responden Persentase


3 3

1 1

0 0
Sangat Butuh Kurang Butuh TOTAL

Diagram 4.1.4
Diagram tingkat kebutuhan LKPD menggunakan syarat
Kearifan Lokal

Data diatas menunjukkan bahwa kebutuhan guru terhadap

syarat Kearifan Lokal pada LKPD Bahasa Indonesia adalah

sangat butuh. Skor dalam menghitung hasil analisisi kebutuhan

diatas menggunakan rumus skala likert.

𝑁𝑃 = R X 100 %
SM
70

Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang

diperoleh mencapai skor 15 dengan skor maksimal yang juga

15 point jadi menghasilkan persentase 100% yang

menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh. Adapaun

panduan konversi data kuantitatif tersebut adalah dalam tabel

berikut.

Tabel 4.1.1
Panduan Konversi data kategori tingkat kebutuhan

Tingkat Kebutuhan % Nilai/Skor Kategori


85 < X ≤ 100 5 Sangat Butuh
75 < X ≤ 85 4 Butuh
65 < X ≤ 75 3 Kurang Butuh
54 < X ≤ 65 2 Tidak Butuh
0 < X ≤ 54 1 Sangat Tidak Butuh
(Sumber: Diadaptasi dari Ngalim Purwanto, 2002: 102)

Dalam syarat Kearifan Lokal terdapat 4 Indikator yang

dijabarkan lagi ke dalam beberapa subindkator yang berbeda-

beda. Adapun indikator yang pertama adalah memuat identitas

dari suatu daerah yang dikonversi ke sebuah pernyataan di

dalam kuesioner.

Tabel 4.1.20
Identitas dari suatu daerah

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 3 - - - - 3
Indonesia yang memuat keunikan
dan ciri khusus daerah yang
membedakan dengan daerah lain
71

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

kearifan lokal pada indikator yang memuat identitas dari suatu

daerah adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-

rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor 15 dengan

skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan

persentase 100% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat

butuh.

Indikator yang kedua adalah sebagai pemersatu masyarakat

yang dikonversi dalam satu pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.21
Pemersatu Masyarakat

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 2 1 - - - 3
Indonesia yang memuat
sarana/prasarana yang
menyatukan masyarakat

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

kearifan lokal pada indikator pemersatu masyarakat adalah

sangat butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor

indikator yang diperoleh mencapai skor 14 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

93,3% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.


72

Indikator yang kedua adalah memuat warisan

Budaya/kekayaan budaya yang diterima, diakui dan

dipublikasikan yang dikonversi dalam satu pernyataan di

kuesioner.

Tabel 4.1.22
Warisan Budaya/kekayaan

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 3 - - - - 3
Indonesia yang memuat warisan
budaya berupa gagasa, aktivitas
dan artefak

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

kearifan lokal pada indikator warisan budaya/kekayaan budaya

yang diterima, diakui dan dipublikasikan adalah sangat butuh.

Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang

diperoleh mencapai skor 15 dengan skor maksimal yang juga

15 point jadi menghasilkan persentase 100% yang

menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang terakhir adalah memuat kebiasaan dan

karakter dalam berinteraksi sosial yang mengutamakan

kepentingan umum (kelompok/budaya) yang dikonversi dalam

satu pernyataan di kuesioner.


73

Tabel 4.1.23
Kebiasaan dan karakter dalam berinteraksi sosial

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 3 - - - - 3
Indonesia yang memuat warisan
budaya berupa gagasan, aktivitas
dan artefak

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

kearifan lokal pada indikator kebiasaan dan karakter dalam

berinteraksi sosial yang mengutamakan kepentingan umum

(kelompok/budaya) adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan

dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor

15 dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi

menghasilkan persentase 100% yang menunjukkan tingkat

kebutuhan sangat butuh.

Jadi berdasarkan paparan hasil analisis data kebutuhan guru

terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi keempat

syarat tersebut, berikut adalah tabel hasil akhir tingkat

kebutuhan guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia.

Tabel 4.1.9
74

Persentase akhir tingkat kebutuhan Guru

Syarat Tingkat Kebutuhan (%)


Didaktik 100 %
Konstruksi 96,7 %
Teknis 100%
Kearifan Lokal 100%

Skor rata-rata : 99, 175 %

Bedasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat

kebutuhan guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia memuat

kriteria sangat butuh dengan tingkat kebutuhan 85 < X ≤ 100 %,

yakni 99, 175 %.

b. Hasil Analisis Tingkat Kebutuhan Siswa


Analisis kebutuhan yang kedua yaitu, analisis tingkat

kebutuhan siswa kelas X SMA Negeri 1 Rejang Lebong

terhadap LKPD Bahasa Indonesiayang berjumlah 36 orang

siswa. Data ini didapatkan dari hasil jabawan lembar kuesioner

yang telah peneliti berikan dan telah dikonversi dalam diagam

dan tabel berikut ini.

1) Kebutuhan siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia

dengan syarat Didaktik


75

DIAGRAM TINGKAT KEBUTUHAN LKPD DENGAN


PROSES PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK AKTIF
40
35 100%
30
83% Persentase
25
Jumlah Responden
20
15
10
5 17%
0
Sangat Butuh Kurang Butuh TOTAL

Diagram 4.1.1
Diagram tingkat kebutuhan LKPD menggunakan syarat
Didaktik

Data diatas menunjukkan bahwa kebutuhan siswa terhadap

syarat didaktik pada LKPD Bahasa Indonesia adalah butuh.

Skor dalam menghitung hasil analisisi kebutuhan diatas

menggunakan rumus skala likert.

𝑁𝑃 = R X 100 %
SM

Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang

diperoleh mencapai skor 12 dengan skor maksimal yang juga

15 point jadi menghasilkan persentase 80% yang menunjukkan

tingkat kebutuhan sangat butuh. Adapaun panduan konversi

data kuantitatif tersebut adalah dalam tabel berikut.

Tabel 4.1.1
Panduan Konversi data kategori tingkat kebutuhan

Tingkat Kebutuhan % Nilai/Skor Kategori


85 < X ≤ 100 5 Sangat Butuh
75 < X ≤ 85 4 Butuh
65 < X ≤ 75 3 Kurang Butuh
76

54 < X ≤ 65 2 Tidak Butuh


0 < X ≤ 54 1 Sangat Tidak Butuh
(Sumber: Diadaptasi dari Ngalim Purwanto, 2002: 102)

Dalam syarat Kearifan Lokal terdapat 4 Indikator yang

dijabarkan lagi ke dalam beberapa subindkator yang berbeda-

beda. Adapun indikator yang pertama adalah memuat identitas

dari suatu daerah yang dikonversi ke sebuah pernyataan di

dalam kuesioner.

Dalam syarat didaktik terdapat 5 Indikator yang dijabarkan

lagi ke dalam 3 subindkator yang berbeda-beda. Adapun

indikator yang pertama adalah Mengajak peserta didik aktif

dalam proses pembelajaran yang terbagi menjadi 3

subindikator yang dikonversi ke 3 pernyataan di dalam

kuesioner.

Tabel 4.1.2
Mengajak peserta didik aktif dalam proses pembelajaran
Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jumlah
Membutuhkan LKPD Bahasa 18 18 - - - 36
Indonesia yang berpusat pada
peserta didik
Membutuhkan LKPD Bahasa 18 17 - - 1 36
Indonesia yang
menggunakan media dan
metode yang beragam
Membutuhkan LKPD Bahasa 15 21 - - - 36
Indonesia yang
memberdayakan panca
indera dan potensi peserta
didik
77

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

didaktif pada indikator mengajak peserta didik aktif dalam

proses pembelajaran adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan

dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor

13,2 dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi

menghasilkan persentase 88% yang menunjukkan tingkat

kebutuhan sangat butuh.

Indikator kedua adalah Memberi Penekanan pada proses

untuk menemukan konsep yang terbagi menjadi 3 subindikator

yang dikonversi ke 3 pernyataan di dalam kuesioner.

Tabel 4.1.3
Memberi Penekanan pada proses menemukan
konsep
Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jumlah
Membutuhkan LKPD 24 11 1 - - 36
Bahasa Indonesia yang
Mengembangakan strategi
untuk mendapatkan dan
menganalisis informasi

Membutuhkan LKPD 18 18 - - - 36
Bahasa Indonesia yang
Mengarahkan untuk
mengidentifikasi dan
menganalisis informasi,
masalah/ situasi yang
memerlukan pemahaman
konsep
Membutuhkan LKPD 17 19 - - - 36
Bahasa Indonesia yang
Mengarahkan untuk
menghubungkan informasi
yang didapatkan dan
menyusunnya menjadi
kesimpulan yang
berbentuk suatu konsep
78

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

didaktif pada indikator Memberi Penekanan pada proses untuk

menemukan konsep adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan

rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor 13,4

dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan

persentase 89,3 % yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat

butuh.

Indikator ketiga adalah memiliki variasi stimulus melalui

berbagai media dan kegiatan peserta didik yang terbagi

menjadi 3 subindikator yang dikonversi ke 3 pernyataan di

dalam kuesioner.

Tabel 4.1.4
Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media
dan kegiatan peserta didik
79

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jumlah
Membutuhkan LKPD Bahasa 20 15 1 - - 36
Indonesia yang Menyajikan suatu
aktivitas belajar yang
mendorong untuk berkreasi
seperti presentasi proyek, visual
dan video
Membutuhkan LKPD Bahasa 21 15 - - - 36
Indonesia yang Menyajikan
instruksi/tugas dalam bentuk
beragam seperti teks, gambar,
video ataupun audio
Membutuhkan LKPD Bahasa 12 20 3 - 1 36
Indonesia yang Menyertakan
atau menambahkan tautan
online ataupun platform edukasi
sebagai bentuk variasi kegiatan
belajar

Dari da Data diatas menunjukkan bahwa

tingkat kebutuhan siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia

yang memenuhi syarat didaktif pada indikator memiliki variasi

stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik

adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor

indikator yang diperoleh mencapai skor 13,1 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

87,3 % yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Selanjutnya indikator yang keempat adalah Dapat

mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional,

moral, dan estetika pada diri anak yang juga terbagi menjadi 3

subindikator yang dikonversi dalam 3 pernyataan di kuesioner.


80

Tabel 4.1.5
Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial,
emosional, moral dan estetika pada diri anak

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
Dari dat lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 16 13 5 1 1 36
Indonesia yang Memberi ruang
untuk berpartisipasi dalam
diskusi berkelompok
Membutuhkan LKPD Bahasa 24 11 1 - - 36
Indonesia yang Memuat aktivitas
yang merangsang imajinasi,
kreativitas dan berpikir tingkat
tinggi

Membutuhkan LKPD Bahasa 17 19 - - - 36


Indonesia yang Menerapkan
ilustrasi yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari dalam
konteks pembelajaran (Baik
berupa video, ataupun
perumpamaan)

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

didaktif pada indikator memiliki mengembangkan kemampuan

komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri

anak adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor

indikator yang diperoleh mencapai skor 13,1 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

87,3 % yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang kelima adalah Pengalaman belajar

ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi yang juga


81

terbagi menjadi 3 subindikator yang dikonversi dalam 3

pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.6
Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan
pengembangan pribadi

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 19 16 1 - - 36
Indonesia yang Mengarahkan
dan memberikan kesempatan
untuk memilih apa yang menjadi
minat mereka dalam konteks
pembelajaran
Membutuhkan LKPD Bahasa 17 18 1 - - 36
Indonesia Menghubungkan
pelajaran/pengetahuan yang
telah diketahui dengan
pengetahuan yang akan
dipelajari
Membutuhkan LKPD Bahasa 18 18 - - - 36
Indonesia yang yang
Mengarahkan untuk dapat
mengevaluasi apa yang telah
dipelajari

D
82

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

didaktif pada indikator Pengalaman belajar ditentukan oleh

tujuan pengembangan pribadi adalah butuh. Hal ini ditunjukkan

dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor

13,3 dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi

menghasilkan persentase 88,6 % yang menunjukkan tingkat

kebutuhan sangat butuh.

2) Kebutuhan siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia dengan

syarat Konstruksi

DIAGRAM TINGKAT KEBUTUHAN LKPD MENGGUNAKAN SYARAT


KONSTRUKSI
40

35

30

Jumlah Responden
25
Persentase

20

15

10

0 94% 97% 97% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 94% 100%
BS SBJ KJ PL BSJ LAM KSJP BIV TJB IS TOTAL

Diagram 4.1.1
83

Diagram tingkat kebutuhan LKPD menggunakan syarat


konstruksi

Data diatas menunjukkan bahwa kebutuhan siswa terhadap

syarat Konstruksi pada LKPD Bahasa Indonesia adalah sangat

butuh. Skor dalam menghitung hasil analisisi kebutuhan diatas

menggunakan rumus skala likert.

𝑁𝑃 = R X 100 %
SM

Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang

diperoleh mencapai skor 14,74 dengan skor maksimal yang

juga 15 point jadi menghasilkan persentase 98,2% yang

menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh. Adapaun

panduan konversi data kuantitatif tersebut adalah dalam tabel

berikut.

Tabel 4.1.1
Panduan Konversi data kategori tingkat kebutuhan

Tingkat Kebutuhan % Nilai/Skor Kategori


85 < X ≤ 100 5 Sangat Butuh
75 < X ≤ 85 4 Butuh
65 < X ≤ 75 3 Kurang Butuh
54 < X ≤ 65 2 Tidak Butuh
0 < X ≤ 54 1 Sangat Tidak Butuh
(Sumber: Diadaptasi dari Ngalim Purwanto, 2002: 102)

Dalam syarat Konstruksi terdapat 10 Indikator yang

dijambarkan lagi ke dalam beberapa subindkator yang

berbeda-beda. Adapun indikator yang pertama menggunakan


84

bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik

yang terbagi menjadi 2 subindikator yang dikonversi ke dalam

2 pernyataan di dalam kuesioner.

Tabel 4.1.7
Penggunaan Bahasa yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan peserta didik

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 20 14 2 - - 36
Indonesia yang Menggunakan
Bahasa Baku sesuai dengan KBBI
Membutuhkan LKPD Bahasa 19 17 - - - 36
Indonesia dengan Retorika
Bahasa yang sesuai dengan tingkat
pemahaman siswa SMA

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator penggunaan bahasa yang sesuai

dengan tingkat kedewasaan peserta didik adalah butuh. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh

mencapai skor 14 dengan skor maksimal yang juga 15 point

jadi menghasilkan persentase 93,3 % yang menunjukkan

tingkat kebutuhan sangat butuh.

Jadi secara keseluruhan guru membutuhkan LKPD Bahasa

Indonesia yang memenuhi syarat pada dua pernyataan diatas,

karena tidak adanya jawaban kurang setuju (KS), tidak setuju

(TS) ataupun sangat tidak setuju (STS).


85

Indikator yang kedua adalah menggunakan struktur kalimat

yang jelas yang dikonversi dalam 1 pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.8
Menggunakan struktur kalimat yang jelas

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 34 2 - - - 36
Indonesia yang sesuai dengan
pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia (PUEBI)

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator menggunakan struktur kalimat yang

jelas adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata

skor indikator yang diperoleh mencapai skor 14 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

93,3% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang ketiga adalah memuat kegiatan dalam

LKPD yang jelas yang dikonversi dalam 1 pernyataan di

kuesioner.

Tabel 4.1.9
Kegiatan dalam LKPD Jelas
86

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
Da Dari lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 34 2 - - - 36
data diatas Indonesia yang memuat materi
dan soal-soal dengan tata urutan
menunjukkan pelajaran yang jelas dan sesuai
dengan kemampuan peserta dididk
bahwa tingkat mulai dari sederhana hingga lebih
kompleks serta sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
kebutuhan siswa

terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat konstruksi pada

indikator Kegiatan dalam LKPD yang jelas adalah sangat butuh. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor 14

dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase 93,3%

yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang keempat adalah menghindari pertanyaan

yang terlalu lugas yang dikonversi dalam 1 pernyataan di

kuesioner.

Tabel 4.1.10
Menghindari pertanyaan yang terlalu lugas

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 33 2 1 - - 36
Indonesia yang memuat soal-soal
latihan sesuai alur tujuan
pembelajaran (ATP).

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator menghindari pertanyaan yang terlalu


87

lugas adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata

skor indikator yang diperoleh mencapai skor 14 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

93,2% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang kelima adalah mengacu pada buku sumber

sesuai kemampuan peserta didik yang dikonversi dalam 1

pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.11
Mengacu pada buku sumber sesuai kemampuan
peserta didik

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 34 2 - - - 36
Indonesia yang menyajikan
materi sesuai dengan Kurikulum
Merdeka Belajar.

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator mengacu pada buku sumber sesuai

kemampuan peserta didik adalah sangat butuh. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh

mencapai skor 14 dengan skor maksimal yang juga 15 point

jadi menghasilkan persentase 93,3% yang menunjukkan

tingkat kebutuhan sangat butuh.

Jadi secara keseluruhan guru membutuhkan LKPD Bahasa

Indonesia yang memenuhi syarat pada pernyataan diatas,


88

karena tidak adanya jawaban kurang setuju (KS), tidak setuju

(TS) ataupun sangat tidak setuju (STS).

Indikator yang keenam adalah menyediakan ruang yang

cukup pada LKPD sehingga peserta didik dapat menulis atau

menggambarkan sesuatu pada LKPD yang dikonversi dalam 1

pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.12
Menyediakan ruang yang cukup pada LKPD

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 30 6 - - - 36
Indonesia yang memuat lembar
aktivitas siswa yang memadai

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator menyediakan ruang yang cukup pada

LKPD sehingga peserta didik dapat menulis atau

menggambarkan sesuatu pada LKPD adalah butuh. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh

mencapai skor 13 dengan skor maksimal yang juga 15 point

jadi menghasilkan persentase 86,6% yang menunjukkan

tingkat kebutuhan sangat butuh.


89

Indikator yang ketujuh adalah memaksimalakan ilustrasi

daripada kalimat yang dikonversi dalam 1 pernyataan di

kuesioner.

Tabel 4.1.13
Memaksimalakan ilustrasi daripada kalimat

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 34 2 - - - 36
Indonesia dengan kalimat yang
digunakan singkat, jelas dan
padat yang mudah dipahami
peserta didik

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator memaksimalkan ilustrasi daripada

kalimat adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor

indikator yang diperoleh mencapai skor 14 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

93,3% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang kedelapan adalah menggunakan lebih

banyak ilustrasi daripada kalimat yang dikonversi dalam 1

pernyataan di kuesioner.
90

Tabel 4.1.14
Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada
kalimat

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 26 10 - - - 36
Indonesia yang berbasis ilustrasi
visual

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator memaksimalkan ilustrasi daripada

kalimat adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor

indikator yang diperoleh mencapai skor 13 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

86,6% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang kesembilan adalah memiliki tujuan belajar

yang jelas serta bermanfaat yang dikonversi dalam 1

pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.15
Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 34 2 - - - 36
Indonesia yang sesuai dengan
ATP,TP/CP dan modul ajar yang
digunakan pada seriap materi
91

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator memiliki tujuan belajar yang jelas

serta bermanfaat adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan

rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor 14

dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan

persentase 93,3% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat

butuh.

Indikator yang terakhir pada syarat konstruksi adalah

memiliki indentitas yang rinci/spesifik yang dikonversi dalam

1 pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.16
Memiliki indentitas yang rinci/spesifik

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 34 2 - - - 36
Indonesia yang memuat identitas
penulis, tahun penyusunan,
jenjang sekolah, tingkat kelas dan
alokasi waktu pembelajaran
92

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

konstruksi pada indikator memiliki tujuan belajar yang jelas

serta bermanfaat adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan

rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor 14

dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan

persentase 93,3% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat

butuh.

3) Kebutuhan siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia dengan

syarat Teknis

DIAGRAM TINGKAT KEBUTUHAN LKPD YANG


MEMENUHI SYARAT TEKNIS
Jumlah Responden Persentase
34 36

0.0555555
0.9444444 55555555
44444444 2 6 1
Sangat Butuh Kurang Butuh TOTAL

Diagram 4.1.3
Diagram tingkat kebutuhan LKPD menggunakan syarat
Teknis

Data diatas menunjukkan bahwa kebutuhan siswa terhadap

syarat Teknis pada LKPD Bahasa Indonesia adalah sangat

butuh. Skor dalam menghitung hasil analisisi kebutuhan diatas

menggunakan rumus skala likert.

𝑁𝑃 = R X 100 %
SM
93

Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang

diperoleh mencapai skor 14 dengan skor maksimal yang juga

15 point jadi menghasilkan persentase 93,3% yang

menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh. Adapaun

panduan konversi data kuantitatif tersebut adalah dalam tabel

berikut.

Tabel 4.1.1
Panduan Konversi data kategori tingkat kebutuhan

Tingkat Kebutuhan % Nilai/Skor Kategori


85 < X ≤ 100 5 Sangat Butuh
75 < X ≤ 85 4 Butuh
65 < X ≤ 75 3 Kurang Butuh
54 < X ≤ 65 2 Tidak Butuh
0 < X ≤ 54 1 Sangat Tidak Butuh
(Sumber: Diadaptasi dari Ngalim Purwanto, 2002: 102)

Dalam syarat teknis terdapat 3 Indikator yang dijabarkan

lagi ke dalam beberapa subindkator yang berbeda-beda.

Adapun indikator yang pertama adalah mengenai

Penapilan/Desain yang terbagi menjadi 2 subindikator yang

dikonversi ke 2 pernyataan di dalam kuesioner.

Tabel 4.1.17
Penampila/Desain

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 33 2 1 - - 36
Indonesia yang memuat ilustrasi
visual dalam setiap persoalan yang
disajikan
Membutuhkan LKPD Bahasa 36 - - - - 36
Indonesia dengan pemilihan
ilustrasi yang sesuai, menarik dan
mudah dipahami peserta didik
94

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

teknis pada indikator penampilan/desain adalah butuh. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh

mencapai skor 11,33 dengan skor maksimal yang juga 15 point

jadi menghasilkan persentase 75,5% yang menunjukkan

tingkat kebutuhan butuh.

Indikator yang kedua adalah konsistensi tulisan yang

digunakan yang dikonversi dalam 4 pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.18
Konsistensi tulisan

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 19 16 1 - - 36
Indonesia yang menggunakan
huruf yang jelas dan menarik
Membutuhkan LKPD Bahasa 20 16 - - - 36
Indonesia yang menggunakan
huruf tebal untuk topik bukan
huruf biasa yang diberi garis
bawah
Membutuhkan LKPD Bahasa 30 6 - - - 36
Indonesia yang menggunakan
kalimat yang efektif mudah
dipahami peserta didik
Membutuhkan LKPD Bahasa 26 10 - - - 36
Indonesia yang menggunakan
bingkai untuk membedakan
kalimat perintah dengan jawaban
dari peserta didik
95

Dar Dari Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat

kebutuhan guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang

memenuhi syarat teknis pada indikator konsistensi tulisan yang

digunakan adalah butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata

skor indikator yang diperoleh mencapai skor 13,75 dengan

skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan

persentase 91,6% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat

butuh.

Indikator yang terakhir dalam syarat teknis adalah gambar

pada LKPD yang dikonversi dalam satu pernyataan di

kuesioner.

Tabel 4.1.19
Gambar

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 19 17 - - - 36
Indonesia yang memuat gambar
ilustrasi dan skema yang
menunjukkan cara, menyusun, dan
merangkai persoalan sehingga
membantu mereka agar berfikir
kritis

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat


96

teknis pada indikator Gambar adalah sangat butuh. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh

mencapai skor 15 dengan skor maksimal yang juga 15 point

jadi menghasilkan persentase 100% yang menunjukkan tingkat

kebutuhan sangat butuh.

4) Kebutuhan siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia dengan

syarat Kearifan Lokal


DIAGRAM TINGKAT KEBUTUHAN LKPD YANG MEMENUHI
SYARAT KEARIFAN LOKAL
40
30
20
10
0
92%
Sangat Butuh 8%
Kurang Butuh 100%
TOTAL

Diagram 4.1.4
Diagram tingkat kebutuhan LKPD menggunakan syarat Kearifan Lokal

Data diatas menunjukkan bahwa kebutuhan siswa terhadap

syarat Kearifan Lokal pada LKPD Bahasa Indonesia adalah

sangat butuh. Skor dalam menghitung hasil analisisi kebutuhan

diatas menggunakan rumus skala likert.

𝑁𝑃 = R X 100 %
SM

Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang

diperoleh mencapai skor 15 dengan skor maksimal yang juga

15 point jadi menghasilkan persentase 100% yang

menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh. Adapaun


97

panduan konversi data kuantitatif tersebut adalah dalam tabel

berikut.

Tabel 4.1.1
Panduan Konversi data kategori tingkat kebutuhan

Tingkat Kebutuhan % Nilai/Skor Kategori


85 < X ≤ 100 5 Sangat Butuh
75 < X ≤ 85 4 Butuh
65 < X ≤ 75 3 Kurang Butuh
54 < X ≤ 65 2 Tidak Butuh
0 < X ≤ 54 1 Sangat Tidak Butuh
(Sumber: Diadaptasi dari Ngalim Purwanto, 2002: 102)

Dalam syarat Kearifan Lokal terdapat 4 Indikator yang

dijabarkan lagi ke dalam beberapa subindkator yang berbeda-

beda. Adapun indikator yang pertama adalah memuat identitas

dari suatu daerah yang dikonversi ke sebuah pernyataan di

dalam kuesioner.

Tabel 4.1.20
Identitas dari suatu daerah

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 26 10 - - - 36
Indonesia yang memuat keunikan
dan ciri khusus daerah yang
membedakan dengan daerah lain

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

kearifan lokal pada indikator yang memuat identitas dari suatu

daerah adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-


98

rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor 14,2 dengan

skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan

persentase 94,6% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat

butuh.

Indikator yang kedua adalah sebagai pemersatu masyarakat

yang dikonversi dalam satu pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.21
Pemersatu Masyarakat

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 24 12 - - - 36
Indonesia yang memuat
sarana/prasarana yang
menyatukan masyarakat

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

kearifan lokal pada indikator pemersatu masyarakat adalah

sangat butuh. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor

indikator yang diperoleh mencapai skor 14 dengan skor

maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase

93,3% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang kedua adalah memuat warisan

Budaya/kekayaan budaya yang diterima, diakui dan

dipublikasikan yang dikonversi dalam satu pernyataan di

kuesioner.s
99

Tabel 4.1.22
Warisan Budaya/kekayaan

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 21 14 1 - - 36
Indonesia yang memuat warisan
budaya berupa gagasa, aktivitas
dan artefak

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

kearifan lokal pada indikator warisan budaya/kekayaan budaya

yang diterima, diakui dan dipublikasikan adalah sangat butuh.

Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang

diperoleh mencapai skor 13,9 dengan skor maksimal yang juga

15 point jadi menghasilkan persentase 92,6% yang

menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh.

Indikator yang terakhir adalah memuat kebiasaan dan

karakter dalam berinteraksi sosial yang mengutamakan

kepentingan umum (kelompok/budaya) yang dikonversi dalam

satu pernyataan di kuesioner.

Tabel 4.1.23
Kebiasaan dan karakter dalam berinteraksi sosial

Frekuensi Kebutuhan
Subindkator SS S KS TS STS Jum
lah
Membutuhkan LKPD Bahasa 24 12 - - - 36
Indonesia yang memuat warisan
budaya berupa gagasan, aktivitas
dan artefak
100

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat

kearifan lokal pada indikator kebiasaan dan karakter dalam

berinteraksi sosial yang mengutamakan kepentingan umum

(kelompok/budaya) adalah sangat butuh. Hal ini ditunjukkan

dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor

14,4 dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi

menghasilkan persentase 96% yang menunjukkan tingkat

kebutuhan sangat butuh.

Jadi berdasarkan paparan hasil analisis data kebutuhan

siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi

keempat syarat tersebut, berikut adalah tabel hasil akhir tingkat

kebutuhan siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia.

Tabel 4.1.9
Persentase akhir tingkat kebutuhan Siswa

Syarat Tingkat Kebutuhan (%)


Didaktik 83 %
Konstruksi 98,2%
Teknis 94%
Kearifan Lokal 92%

Skor rata-rata : 91,8 %

Bedasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat

kebutuhan siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang


101

memenuhi keempata syarat diatas memenuhi kriteria sangat

butuh dengan tingkat kebutuhan 85 < X ≤ 100 %, yakni 91,8 %.

2. Hasil Analisis Dokumen LKPD Bahasa Indonesia

Analisis dokumen LKPD Bahasa Indonesia yang digunakan saat

ini dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada tiga orang guru

Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Rejang Lebong dari tanggal 20

Desember 2023 s.d Januri 2024. Hasil data analisis dokumen Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD) Bahasa Indonesia akan dikembangkan

menjadi suatu LKPD Bahasa Indonesia yang berbasis Kearifan Lokal.

Data mengenai analisis dokumen LKPD Bahasa Indonesia terdiri

atas syarat Didaktik, Konstruksi, Teknis dan Kearifan Lokal yang

dikonversikan menjadi 37 butir indikator penilaian pada angket analisis

dokumen. Selain itu angket ini juga berisikan skor kelayakan dokumen

yang akan dideskripsikan secara rinci pada penjelasan berikut ini.

Perolehan rata-rata skor pada setiap komponen aspek penilaian

menggunakan rumus (Anas Sudijono, 2009: 81) sebagai berikut.

Mχ = Σχ
N
Mχ = Mean (rerata skor yang dicari)
Σχ = jumlah total skor tiap komponen
N = number of cases (dalam hal ini banyaknya penilai)
102

Setelah itu semua data yang diperoleh pada setiap butir penilaian

kemudian dijumlah disebut sebagai skor aktual (X). Skor aktual bersifat

kuantitatif kemudian diubah menjadi nilai kualitatif dengan berpedoman

pada konversi skor menjadi skala lima dengan acuan berikut ini.

Tabel 4.2.1
Konversi skor menjadi nilai skala lima

Rentang Skor Kategori


X > xi + 1,80 Sbi Sangat Layak
xi + 0,60 SBi < X < xi + 1,80 Sbi Layak
xi – 0,60 SBi < X < xi + 0,60 Sbi Cukup
xi – 1,80 SBi < X < xi – 0,60 Sbi Kurang
X < xi – 1,80 Sbi Tidak Layak
(Sumber : Eko Putro Widyoko, 2009: 238)

Keterangan :

X = skor aktual (skor yang dicapai)


xi = rerata skor ideal = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)
SBi = simpangan baku skor ideal = (1/2) (1/3) (skor tertinggi ideal – skor
terendah ideal)
Skor tertinggi ideal = Σ butir kriteria × skor tertinggi
Skor terendah ideal = Σ butir kriteria × skor terendah

Adapun hasil angket analisis dokumen LKPD Bahasa Indonesia yang

digunakan dikonversi kedalam bentuk grafik dan dipaparkan dalam tabel berikut.

DIAGRAM TINGKAT KELAYAKAN DOKUMEN LKPD BAHASA


INDONESIA

Jumlah Responden Persentase


3

100%
67%
33%

Layak Cukup TOTAL

Diagram 4.1.4
Diagram tingkat kelayakan Dokumen LKPD Bahasa Indonesia
103

Data diatas menunjukkan bahwa kelayakan dokumen LKPD

Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini dikategorikan cukup, mulai dari

syarat didaktik, konstruksi, teknis dan kearifan lokal yang dikonversikan

kedalam 37 pertanyaan didalam kuesioner kelayakan LKPD Bahasa

Indonesia. Adapun hasil analisis tersebut dibuktikan dengan tabel dan

perhitungan skor berikut.

Tabel 4.2.2
Tabel total skor responden terhadap kelayakan LKPD

Responde Rata-rata skor


Total Skor Keterangan
n

Ibu SA 110 2,97 Cukup

Ibu EN 100 2,70 Cukup

Ibu AR 102 2,75 Cukup

Berdasarkan data tersebut rata-rata skor tertinggi ideal adalah 5 dan skor

terendah ideal adalah 1. Dengan skor aktual (X) adalah sebagai berikut.

Mχ = Σχ Mχ = 8,42 = 2,8
N 3

Dengan skor aktual 2,8 didapatkanlah rata-rata skor ideal dan simpangan

baku skor ideal dengan penjumlahan berikut.

Xi = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

= ½ x (5+1) = 3

Sbi = (1/2) (1/3) (skor tertinggi ideal – skor terendah ideal)


104

= (½) (1/3) x (5-1)


= 0,66

Berdasarkan perhitungan tersebut hasil analisis dokumen LKPD

Bahasa Indonesia dapat dikategorikan cukup karena rentang skor yang

didapatkan adalah xi – 0,60 SBi < X ≤ xi + 0,60 Sbi dengan 2,3 < 2,8 ≤

3,1.

Disamping itu, jika dilihat secara detai pada indikator kearifan lokal

yakni pada nomor 34 sampai dengan nomor 37 seruluah guru menjawab

dengan skor 1 yang mana didefinisikan tidak ditemukan. Jadi dapat

disimpulkan bahwasanya penelitian pengembangan LKPD Bahasa

Indonesia berbasis Kearifan Lokal ini perlu dilakukan karena LKPD yang

digunakan sekarang masih dikategorikan cukup dan tidak memuat kearifan

lokal sama sekali.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan diatas, mulai dari analisis

kebutuhan guru, analisis kebutuhan siswa hingga analisis dokumen LKPD

Bahasa Indonesia yang telah dilakukan melalui lembar kuesioner

disimpulkan bahwa guru dan peserta didik membutuhkan LKPD Bahasa

Indonesia berbasis kearifan lokal dan beberapa komponen dalam LKPD

yang perlu dikembangkan lagi. Adapun pengembangan LKPD tersebut

disusun melalui tahap pengembangan berikut ini.

3. Pengembangan LKPD Bahasa Indonesia berbasis Kearifan Lokal


105

a. Analisis (Analysis)
Tahap pertama dalam penelitian pengembangan ini adalah yaitu

analisis kebutuhan Guru dan siswa. Berdasarkan hasil angket analisis

kebutuhan sebanyak 99,175% guru membutuhkan LKPD Bahasa

Indonesia yang memenuhi syarat didaktik, konstruksi, teknis dan kearifan

lokal, serta 91,8% peserta didik menyatakan membutuhkan LKPD Bahasa

Indonesia yang memenuhi keempat syarat tersebut.

Setelah analisis kebutuhan guru dan siswa, analisis selanjutnya adalah

analisis dokumen LKPD Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini oleh

siswa SMA N 1 Rejang lebong. Analisis ini dilakukan oleh tiga orang guru

bahasa Indonesia di SMA N 1 Rejang lebong dengan hasil kelayakan

dokumen memenuhi kriteria cukup dengan nilai 2,3 < 2,8 ≤ 3,1.

Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti menyimpulkannya menjadi

sebuah rambu-rambu pengembangan LKPD sebelum melakukan tahap

desain seperti berikut ini.

1. Produk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Bahasa Indonesia

yang dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru dan

siswa yang memenuhi kriteria sangat butuh. Adapun syarat-syarat

tersebut meliputi :

a. Syarat Didaktik

b. Syarat Konstruksi

c. Syarat Teknis

d. Syarat Kearifan Lokal


106

Keempat syarat tersebut memiliki beberapa sub indikator yang

terjabar dalam 37 komponen.

2. Produk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Bahasa Indonesia

yang dikembangkan berdasarkan hasil analisis dokumen LKPD

Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini oleh siswa/i kelas X

SMA N 1 Rejang Lebong. Adapun komponen yang perlu

dikembangkan adalah komponen syarat yang mendapatkan skor 1

yang artinya tidak ditemukan dalam Dokumen LKPD Bahasa

Indonesia yang digunakan saat ini. Maka dari komponen yang

akan dikembangkan adalah sebagai berikut.

a. Pertama, pada syarat didaktik LKPD Bahasa Indonesia yakni

perlunya penambahan tautan online ataupun platform edukasi

sebagai bentuk variasi kegiatan belajar karena dalam LKPD

yang digunakan tidak ditemukan.

b. Kedua, pada syarat konstruksi LKPD Bahasa Indonesia

perlunya ilustrasi visual karena dalam LKPD yang digunakan

tidak ditemukan.

c. Ketiga, pada syarat teknis LKPD Bahasa Indonesia yang perlu

pengembangan yang memuat ilustrasi visual pada setiap

persoalan yang disajikan, karena dalam LKPD yang digunakan

tidak ditemukan.
107

d. Keempat, pada syarat kearifan lokal LKPD Bahasa Indonesia

perlunya pengembangan yang memuat empat komponen

kearifan lokal seperti berikut ;

1) Memuat keunikan dan ciri khusus daerah yang

membedakannya dengan daerah lain.

2) Memuat sarana dan prasana yang menyatukan masyarakat.

3) Memuat warisan budaya berupa gagasan, aktivitas dan

artefak.

4) Menumbuhkan pola pikir untuk mencintai nilai-nilai

budaya daerah.

Hal ini diperlukan karena dalam dokumen LKPD yang

digunakan saat ini belum memuat indikator-indikator tersebut.

e. Kelima, pengembangan LKPD menggunakan model

pembelajaran LOK-R.

b. Perencanaan (Design)

Tahap kedua yaitu perancangan (design). Pengembangan LKPD

mengacu pada hasil analisis kebutuhan guru dan siswa, analisis dokumen

LKPD Bahasa Indonesia serta modul ajar yang digunakan. Sesuai dengan

teori Widjajanti bahwa didalam LKPD harus memenuhi syarat didaktik,

konstruksi dan juga teknis.35 Dalam pengembangan ini peneliti

35
Endang Widjajanti, “Kualitas Lembar Kerja Siswa,” Makalah Seminar Pelatihan Penyusunan
LKS Untuk Guru SMK/MAK Pada Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Jurusan FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta, 2008.
108

menambahkan syarat kearifan lokal yang terdiri dari empat indikator untuk

dijadikan LKPD Bahasa Indonesia berbasis Kearifan Lokal. Kearifan lokal

yang dimuat dalam LKPD ini berasal dari Bengkulu, mulai dari adat

istiadat, kebiasaan, makanan, keunikan warisan hingga pola pikir yang

dapat membantu peserta didik mencintai nilai-nilai budaya daerah.

Kemudian untuk komponen pertanyaan/perintah dirancang untuk dengan

menerapkan model LOK-R yang terdiri dari literasi, orientasi, kolaborasi,

dan refleksi. Berikut adalah bagan desain pengembangan produk LKPD

Bahasa Indonesia Berbasis Kearifan Lokal.

Tabel 4.3.1
Desain Pengembangan Produk LKPD

Capaian pembelajaran
Analisis Kebutuhan guru dan Siswa
Pengembangan LKPD berbasis Tujuan pembelajaran
Produk kearifan lokal
Analisis Dokumen LKPD
Materi

Teks LHO Teks Anekdot Teks Eksposisi Teks Hikayat

Sub Materi 1 Sub Materi 1 Sub Materi 1


Aktivitas 1 Aktivitas 1 Aktivitas 1
Sub Materi 2 Sub Materi 2 Sub Materi 2

Festival Tabot Tari Kejei Batu Belarik

Sub Materi 3
Aktivitas 2 Sub Materi 3 Sub Materi 3
Aktivitas 2
Sub Materi 4
Sub Materi 4 Sub Materi 4
Asemen Asemen
Asemen
formatif 1 formatif 3
formatif 2
109

Aktivitas 2

Setiap aktivitas terdiri atas 4


tahap berikut :

TP 1 Literasi
TP 2 Orientasi
TP 3 Kolaborasi
TP 4 Refleksi

Setelah itu, dalam perancangan LKPD juga terdapat storyboard dan

prototipe untuk mempermudah peneliti dalam merancang LKPD. Desain

tampilan dalam LKPD dirancang menggunakan aplikasi Canva, yang bisa

diakses langsung jika telah mempunyai akun. Selain itu peneliti juga

menyematkan makanan dan permainan tradisional daerah Jambi untuk

menambah pengetahuan mereka tentang kuliner dan permainan khas di

lingkungan sosial siswa.

1) Storyboard Produk
110

Tahap berikutnya mat yang digunakan untuk merancang

LKPD yaitu membuat storyboard atau rancangan yang dibuat

LKPD berbasis kearifan lokal untuk siswa SMA Kelas X.

Storyboard adalah visualisasi ide dari produk yang akan dibuat

sehingga dapat memberikan gambaran dari produk yang akan

dihasilkan. Di bawah ini merupakan table rancangan storyboard

LKPD berbasis kearifan lokal.

Tabel 4.3.1
Desain storyboard LKPD
Desain Deskripsi

Bagian ini merupakan halaman

pertama LKPD.

1. Jenis Kurikulum

2. Judul LKPD

3. Gambar/desain pendukung

4. Penulis

5. Kolom identitas siswa

6. Siswa yang menggunakan

LKPD (keterangan)

Bagian ini merupakan halaman

kedua LKPD.

1. Kata Pengantar Penulis

Bagian ini merupakan halaman


111

ketiga LKPD.

1. Daftar Isi

Bagian ini merupakan halaman

keempat LKPD.

1. Capaian Pembelajaran

2. Alur Tujuan Pembelajaran

Bagian ini merupakan halaman

kelima LKPD.

1. Halam utama bagian 1

(materi 1,2,3 atau 4)

Bagian ini merupakan halaman

keenam LKPD.

1. Petunjuk penggunaan

2. Tujuan pembelajaran

3. Kolom info (tahukah kamu)

4. Aktivitas

5. Asesmen formatif dan

sumatif

2) Prototipe Produk
112

Tahap selanjutnya setelah menyusun storyboard yaitu

prototype produk berupa LKPD. Dalle, et al. menjelaskan bahwa

protipe merupakan model fisik yang mewakili produk nyata

sebagai visualisasi sehingga pengembang dapat menguji desain

tersebut. Berikut ini merupakan prototipe LKPD yang

dikembangkan oleh peneliti.

Tabel 4.3.1
Desain Prototipe LKPD
Desain Deskripsi

Bagian pertama adalah halaman


113
sampul LKPD Bahasa Indonesia

berbasis kearifan lokal.

Bagian kedua adalah kata

pengantar penulis

Bagian ketiga adalah daftar isi.

Bagian Capaian pembelajaran

dan alur tujuan pembelajaran.


114

c. Pengembangan (Development)

Dalam tahap pengembangan berisi pembuatan produk, dan validasi

LKPD. Validasi instrumen yang telah dibuat akan dikembangkan

kemudian digunakan dalam proses validasi. Instrumen validasi

menggunakan angket dengan menggunakan skala Likert. Validasi

terdiri dari tiga tahap, yaitu validasi ahli desain, validasi ahli bahasa

dan validasi ahli materi.


DAFTAR PUSTAKA

Abbdurrahman. (2011). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususnan Skripsi.

Jakarta: Rineka Cipta, hlm.104.

Adjat. (2007).Cara menulis bahan ajar.Bandung : ITB

Ana Fitria. (2023).Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis

Kearifan Lokal pada Materi Koloid di MAN 1 Bireuen. Jurnal UIN-Ar

Raniry

Devi dkk. (2009).Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Bandung : P4TK IPA

Dhari, H.M & Haryono, A.P,.(1998). Perangkat Pembelajaran. Malang :

Depdikbud

Fatimah, E.,.(2006). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV

Pustaka Setia

Fira,Jelita. (2020). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis

Kearifan Lokal Untuk Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Sekolah PGSD FIP

UNIMED, Vol 4, No, 4 2020,. Hlm 70-77

Gulo. (2002).Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo, cet.1, hlm.116.

Jowita. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Menggunakan

Model Problem Based Learning pada Tema 4 sehat itu penting Subtema 3

Lingkungan Sehat di kelas V SD Negeri 55 Sridadi”, Jurnal Udiksha

Kusuma R. S, “Peran Sentral Kearifan Lokal dalam Meningkatkan Kualitas

Pendidikan”, Jurnal Pedagogik, Vol.5,No.2, 2018, h.23o


Mungmachon, M. R. Knowledge and Local Wisdom : Community Treasure,

International Journal of Humanities and Social Science, Volume 13, No.2,

2012: 174-181

Novia Miftakhul Mimma Aprilda, Ade Kusmana, dan Rustam, Pengembangan

LKPD Berbasis Pendekatan CTL pada materi Teks Hasil Laporan

Observasi Kelas X SMA, Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran, Vol 4. No. 3

2021

Nurkholis, “Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi”, Jurnal

Kependidikan, Vol.1 No.1 2013, h.25.

Purwanto, Penulisan Bahan Ajar,(Jakarta : PAU-PPAI, Universitas Terbuka)

Putra, Penelitian dan Pengembangan suatu pengantar, (Jakarta : Rajawali Pers)

Sastrowardoyo. (2021). Kerifan Lokal. Jakarta : Depdiknas

Santrock, J.W. (2007). Adolescence : Perkembangan Remaja Edisi Keenam.

Jakarta : Erlangga.

Sari dkk. (2021) Pengembangan Lembar Kerja Peserta DIdik (LKPD) Elektronik

Cerita Pendek Berbasis Budaya Lokal

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

PT Alfabet.

Sutrisno Hadi. (2002). Metodologi Research.Yogyakarta : Andi Ofset, Edisi

Revisi,hlm. 157.

Sanafiah Faesal. (2002). Dasar dan Teknik Penelitian Keilmuan Sosial. Surabaya:

Usaha Nasional,. Hlm. 42-43


Sugiyono. (1998). Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta,

hlm.300.

Subino Hadi Subroto. (1999). Pokok-pokok Pengumpulan Data, Analisis Data,

Penafsiran Data dan Rekomendasi Dalam Penelitian Kualitatif ,

Bandung : IKIP,.hlm.17.

Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung :

Alfabeta,hlm.341

Yuniati, Ibut Priono Leksono, dan M. Subandowo, Pengembangan Lembar

Kegiatan Peserta Didik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Berkonsep

Mind Mapping di SMA, Pena : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Vol 9

No. 1 2019

Zahary, Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Multi Repsentasi

Pada Peserta Didik Kelas XI SMA N 1 Gowa, Jurnal Sains dan

Pendidikan Fisika, Jilid 16, No.2

Anda mungkin juga menyukai