Anda di halaman 1dari 28

TUGAS INDIVIDU

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SD

PERAN BIMBINGAN INDIVIDUAL

MELALUI STRATEGI PENGGUNAAN KARYA SASTRA

TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA

PADA SISWA KELAS VI

SD INPRES PARAY

DISUSUN OLEH :

MARTHINA RAUBABA

NIM 2021014134885

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU KELAS SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuk

dan karunia Nya, sehingga penyusun dapat menyusun tugas individu ini dengan baik dan

lancar serta tanpa suatu kesulitan yang berarti, dengan mengambil sebuah judul “Peran

Bimbingan Individual Melalui Strategi Penggunaan Karya Sastra Terhadap Peningkatan

Kemampuan Membaca Pada Siswa Kelas VI SD Inpres Paray”. Penyusun sengaja menulis

karya tulis ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program studi pendidikan

Guru Sekolah Dasar . Dalam menyusun tugas akhir ini, penyusun tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penyusun ingin

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Drs. Jaino, M.Pd. selaku Kepala PGKSD UPP II Semarang sekaligus penanggung

jawab.

2. Dra. Eko Purwanti, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan

kepada penyusun, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Drs. T. Widaryanto selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Purwoyoso 02 yang telah

memberikan kesempatan untuk mengumpulkan data guna menyelesaikan tugas akhir

bagi mahasiswa-mahasiswa PGKSD FIP UNNES.

4. Bapak/ Ibu Guru yang telah memberikan dukungan.

5. Teman-teman seperjuangan, khususnya yang bersama penyusun melaksanakan kegiatan

PPL 02 di Kampus SD Negeri Purwoyoso yang telah banyak membantu menyusun

karya tulis ini.

6. Semua pihak yang telah membantu terselesainya tugas akhir ini, yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu.

Mengingat kemampuan dan pengetahuan penyusun yang masih terbatas, penyusun

menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu adanya saran dan kritik yang positif dan bersifat membangun akan penyusun

terima dengan segala keterbukaan.

Semoga tugas akhir ini memberikan manfaat bagi penyusun, pembaca serta

dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa-mahasiswa PGKSD FIP UNNES yang

lain.
Semarang, Agustus 2006

Penyusun, TA

vii

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii

HALAMAN MOTTO......................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 2

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI........................................................................ 4

A. Pengertian Bimbingan Individual ............................................... 4

B. Proses Membaca.......................................................................... 4

C. Masalah Umum yang Dihadapi Anak dalam Membaca ............. 5

D. Metode Pengajaran Membaca ..................................................... 9

E. Karakteristik Sastra sebagai Bahan Ajar Kemampuan

Berbahasa .................................................................................... 10
F. Kaitan Membaca dan Sastra........................................................ 11

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 12

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 12

viii

B. Pembahasan................................................................................. 13

1. Penyebab Kesulitan Belajar ............................................ 13

2. Faktor Pendukung Pelaksanaan Bimbingan.................... 13

3. Faktor Penghambat ......................................................... 14

4. Keterbatasan Penelitian................................................... 14

5. Pelaksanaan Bimbingan .................................................. 15

BAB IV PENUTUP......................................................................................... 18

A. Kesimpulan ................................................................................. 18

B. Saran............................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20

LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 21

ix

SURAT PERSETUJUAN UJIAN TA

Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa :

Nama : ……………………………………………………………………..

NIM : ……………………………………………………………………..

Judul TA : ……………………………………………………………………..

……………………………………………………………………..

……………………………………………………………………..
Mengajukan diri untuk mengikuti ujian TA. Dan atas izin dari Dosen Pembimbing

kami ucapkan terima kasih.

Semarang, 6 Agustus 2006

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pemohon

Dra. Eko Purwanti, M.Pd.

NIP. 131 126 180 NIM.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca adalah gerbang menuju penguasaan ilmu pengetahuan. Katakata

mutiara itu menunjukkan bawa membaca memiliki peranan yang penting

untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Dengan membiasakan diri

untuk membaca diharapkan siswa memiliki pengetahuan yang luas dan pada

gilirannya termotivasi untuk mengemukakan gagasannya sendiri berdasarkan

pengalaman yang diperoleh melalui kegiatan membaca.

Kebijakan pengembangan kegiatan membaca dibudayakan pada tingkat

sekolah sebagai pusat pengembangan budaya membaca. Namun, berdasarkan

hasil survey ditengarai bahwa kemampuan membaca anak-anak Indonesia

masih tergolong rendah dibanding dengan negara-negara di Asia (Kompas, 3

Mei 1999).

Tujuan pembelajaran membaca ialah agar siswa dapat memahami isi teks
tanpa harus menerjemahkan ke dalam bahasa daerah/ bahasa ibu.

Dari pendapat di atas bahwa pemahaman akan menjadi masalah dalam

kegiatan membaca apabila siswa tidak terampil untuk memahami bacaan.

Adapun indicator keberhasilan dalam membaca paa siswa antara lain :

1) Mampu mengidentifikasikan bunyi dan melafalkan dengan tepat

2) Mampu memahami isi bacaan

3) Menginterpretasikan isi bacaan

Kesulitan dalam ketiga aspek di atas merupakan indicator kurangnya

kemampuan membaca siswa. Padahal kemampuan membaca sangat penting

dalam proses belajar siswa untuk semua mata pelajaran.

Yang terjadi selama ini, berdasarkan temuan penyusun selaku peneliti

dalam proses pembelajaran, masih ada beberapa siswa kelas III SD Negeri

Purwoyoso 02 memilki kemampuan membaca yang masih kurang. Oleh

karena itu penyusun tertarik untuk melakukan penanganan dalam upaya

meningkatkan kemampuan membaca mereka, yaitu salah satunya melalui

strategi pemilihan bahan ajar yang menarik bagi siswa kelas 3 SD Negeri

Purwoyoso 02.

B. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang akan dibahas selanjutnya yaitu : Apakah pemberian

bimbingan individual melalui penggunaan karya sastra dapat meningkatkan

kemampuan membaca pada siswa kelas III SDN Purwoyoso 02 ?

C. Tujuan Penyusunan
1. Penyusun ingin mengetahui sampai sejauh mana kemampuan membaca

siswa kelas III SD Negeri Purwoyoso 02.

2. Penyusun ingin berusaha melakukan upaya peningkatan membaca siswa

kelas III SD Negeri Purwoyoso 02.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi guru sebagai motivator dalam upaya

memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas, khususnya terhadap masalah

kesulitan membaca pada siswa.

2. Bagi Siswa

Diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat setelah diberi bimbingan

belajar oleh guru dan mendorong mereka agar mau belajar lebih rajin agar

memperoleh hasil yang optimal.

3. Bagi Peneliti

Penyusunan tugas akhir ini dapat menjadi bekal dalam penulisan skripsi

apabila peneliti memilki kesempatan melanjutkan studi ke jenjang yang

lebih tinggi.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Bimbingan Individual

Bimbingan individual merupakan suatu proses bantuan yang diberikan


kepada individu (murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang

dihadapinya dalam belajar sehingga setelah melalui proses perubahan belajar

mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan,

bakat dan minat yang dimilikinya. Untuk lebih jelasnya, bimbingan belajar di

SD bertujuan sebagai berikut :

1. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam

mengerjakan tugas dalam mengembangkan ketrampilan serta dalam

bersikap terhadap guru.

2. Menumbuhkan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun

berkelompok.

3. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan

budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan

pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotorik), dan pribadi (afektif).

B. Proses Membaca

Pendidikan di sekolah dasar (SD) bertujuan memberikan bekal

kemampuan dasar “baca-tulis-hitung”, pengetahuan dan ketrampilan dasar

yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya serta

mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Terkait dengan

tujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca-tulis”, maka peranan

pengajaran bahasa Indonesia di SD menjadi sangat penting. Dalam pengajaran

bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar “baca-tulis”,

pembelajaran tidak hanya pada tahap keberwacanaan (di kelas-kelas awal)


tetapi juga pada tercapainya kemahirwacanaan (di kelas-kelas tinggi).

Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak

(Rofiuddin, 2002:30). Ada dua cara yang ditempuh pembaca dalam

memperoleh makna dari barang cetak : (1) langsung, yakni menghubungkan

ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya, dan (2) tidak langsung,

yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkannya dengan

makna. Cara pertama digunakan oleh pembaca lanjut dan cara kedua

digunakan pembaca permulaan. Dari cara pembaca memperoleh pesan ini

selanjutnya dapat dibedakan adanya dua jenis membaca, yakni membaca

permulaan dan membaca lanjut. Hal yang perlu diperhatikan bagi kedua hal

ini adalah tujuan pengajarannya. Membaca permulaan yang diajarkan pada

kelas rendah bertujuan untuk melatih anak agar bisa menyuarakan lambinglambang

bunyi dengan lafal dan intonasi yang tepat sehingga dapat memahami

isi bacaan dengan tepat pula sedangkan membaca lanjut yang diajarkan pada

kelas tinggi bertujuan untuk melatih anak dalam memahami isi bacaan.

C. Problem Umum yang Dihadapi Anak dalam Membaca

Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada

anak yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan

bunyi-huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan

anak memahami isi bacaan. Berikut dikemukakan kesulitan-kesulitan yang

umumnya dihadapi anak dalam belajar membaca.

1. Kurang mengenali huruf


Kesulitan yang berupa ketidakmampuan anak mengenali huruf-huruf

dalam alfabetis seringkali dijumpai oleh guru, terutama di kelas rendah.

Ketidakmapuan anak membedakan huruf besar dan kecil termasuk dalam

kategori kesulitan ini.

2. Membaca kata demi kata

Anak yang mengalami jenis kesulitan ini biasanya berhenti setelah

membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya.

Membaca kata demi kata seringkali disebabkan oleh :

a. Gagal menguasai ketrampilan pemecahan kode (decoding)

b. Gagal memahami makna kata

c. Kurang lancar membaca

3. Pemparafrasean yang salah

Dalam membaca anak seringkali melakukan pemenggalan (berhenti

membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda

baca, khususnya tanda koma.

4. Miskin pelafalan

Faktor penyebab kesulitan anak melakukan pelafalan antara lain karena :

a. Anak tidak menguasai bunyi-bunyi bahasa (fonem)

b. Anak mengetahui bunyi-bunyi bahasa tetapi tidak menggunakannya

c. Ketrampilan anak sangat kurang

d. Anak mengalami gangguan dalam hal pendengaran atau pengucapan

5. Penghilangan
Yang dimaksud dengan kesulitan berupa penghilangan ini adalah anak

menghilangkan (tidak dibaca) kata atau frasa dari kata dari teks yang

dibacanya. Penghilangan kata atau frasa biasanya disebabkan oleh

ketidakmampuan anak mengucapkan huruf-huruf yang membentuk kata.

6. Pengulangan

Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca juga

disebabkan oleh faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf –

bunyi, atau rendah ketrampilannya.

7. Pembalikan

Beberapa anak melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan

orientasi dari kanan ke kiri, misalnya kata ajar dibaca raja. Kesulitan ini

seringkali dihadapi oleh anak kidal yang memiliki kecenderungan

menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan menulis.

Selain itu pembalikan dapat juga terjadi dalam membunyikan huruf,

misalkan huruf b dibaca d. Penyebab munculnya kesulitan ini adalah

rendahnya penguasaan anak terhadap huruf.

8. Kesulitan konsonan

Dalam hal ini, anak mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi

konsonan tertentu misalnya mengucapkan huruf r , dan secara otomatis ia

juga mengalami kesulitan mengucapkan kata yang mengandung huruf

tersebut.

9. Kesulitan vocal
Suatu huruf vocal yang melambangkan beberapa bunyi seringkali

merupakan sumber kesulitan bagi anak dalam membaca. Misalnya huruf e

dapat melambangkan bunyi e (dalam kata, teguh, sering, gemes), juga

melambangkan bunyi ’e (dalam kata, sepeda, merah) dan dapat

melambangkan bunyi e’ (dalam kata arsitek, helm, teh)

10. Kesulitan kluster, diftong, digraf.

Meskipun jumlahnya terbatas, dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai

kluster (abunga dua konsonan atau lebih misalnya, tr, st, kw, dll). Diftong

(gabungan dua vocal misalnya, ai, oi, eu, dll) dan digraf (dua huruf yang

melambangkan satu bunyi misalnya : sy, ng, kh, ny, dll)

11. Kesulitan menganalisa struktur kata

Anak seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata yang

membangun suatu kata atau kata dasar dari suatu kata berimbuhan.

Sebagai akibatnya, dia tidak dapat mengucapkan kata yang dibacanya.

12. Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya.

Ketidakmampuan anak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara

pengucapannya disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya kurangnya

penguasaan kosakata, struktur kata, dan unsure konteks (kalimat dan

hubungan antar kalimat).

D. Metode Pengajaran Membaca

Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang

didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah


dikuasai anak di TK. Rubin (1993) mengemukakan beberapa kegiatan yang

dilakukan dalam pengajaran membaca sebagaimana dikemukakan berikut ini.

1. Peningkatan ucapan

Kegiatan difokuskan pada peningkatan kemampuan murid mengucapkan

bunyi-bunyi bahasa. Untuk itu guru perlu mengidentifikasikan bunyibunyi

mana yang sulit diucapkan anak dan bunyi tersebut perlu dilatihkan

secara terpisah.

2. Kesadaran fonemik (bunyi)

Kegiatan ini difokuskan untuk mengenalkan anak terhadap bunyi-bunyi

yang membangun suatu kata.

3. Hubungan antara bunyi-huruf

Pengetahuan tentang hubungan bunyi-huruf merupakan prasyarat untuk

dapat membaca. Guru dipandang perlu mengidentifikasikan apakah anak

telah dapat dengan tepat mencocokkan antara bunyi dengan huruf.

4. Membedakan huruf

Kemampuan membedakan huruf maksudnya adalah kemampuan

membedakan lembang bunyi. Jika anak masih mengalami kesulitan

membedakan huruf, maka dia belum siap untuk membaca. Untuk itu guru

perlu mengidentifikasikan huruf-huruf yang seringkali membingungkan

anak. Kesulitan mengenal huruf dapat diatasi antara lain dengan

menggunakan kartu huruf.

10

5. Orientasi dari kiri ke kanan


Anak perlu didasarkan bahwa kegiatan membaca dalam bahasa Indonesia

menggunakan system dari kiri ke kanan. Kesadaran ini khususnya perlu

ditanamkan pada anak-anak yang “kidal”. Oleh karena itu guru hendaknya

mengamati apakah ada diantaranya murid yang kidal.

6. Penguasaan kosakata

Pengenalan kata merupakan proses yang melibatkan kemampuan

mengidentifikasi simbol tulis, mengucapkan dan menghubungkannya

dengan makna.

E. Karakteristik Sastra Sebagai Bahan Ajar Kemampuan Berbahasa

Sebagai bahan ajar, sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh

bahan ajar bahasa yang lain, yaitu bahasa, struktur teks, isi pesan, isi pesan,

aspek kejiwaan yang ditumbuhkembangkan dan strategi penangkapan isi teks

yang diperlukan.

Bahasa teks sastra berisi konotatif atau kiasan dilihat dari aspek sematik

(makna) yang dikandungnya, bersifat informal bila dilihat dari ragam

bahasanya, banyak mengandung majas dan struktur bahasanya bersifat

informal.

Dilihat dari isi pesan yang dikandungnya, teks sastra mengandung pesanpesan

kemanusiaan. Namun pesan-pesan ini bersifat terselubung (tidak

langsung), berbeda dengan pesan-pesan kemanusiaan yang dikandung dalam

buku-buku agama dan pendidikan.

11

Dilihat dari struktur teksnya, teks sastra mengandung unsur dominant :


karakter /tokoh (pelaku dalam cerita), alur (rangkaian peristiwa), peristiwa

(satuan kejadian yang terjadi dalam cerita), setting (waktu dan tempat

terjadinya peristiwa) dan sudut penceritaan (sudut pandang pengarang)

Aspek kejiwaan yang ditumbuhkembangkan melalui membaca teks sastra

ialah daya imajinasi, daya kreatif, dan lain-lain.

F. Kaitan Membaca dan Sastra

Fungsi karya sastra dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dapat

disebut sebagai nilai pendidikan. Banyak hasil pendidikan yang menunjukkan

keefektifan karya sastra dalam mengembangkan kemahiran berbahasa. Banyak

sekali penelitian mengenai pembelajaran membaca menggunakan karya sastra.

Ditemukan bahwa anak-anak memperoleh pembelajaran membaca yang tidak

berdasarkan karya sastra. Bahkan laporan nasional mengenai peningkatan

membaca di Amerika Serikat pada tahun 1992 menunjukkan bahwa anak-anak

kelas empat sekolah dasar yang diajar oleh guru-guru yang menekankan

penggunaan karya sastra sebagai materi pembelajaran membaca menunjukkan

nilai rata-rata membaca yang lebih tinggi daripada mereka yang diajar oleh

guru-guru yang kurang atau tidak memberikan penekanan pada penggunaan

karya sastra untuk pembelajaran membaca.

12

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian terhadap peran bimbingan belajar ini merupakan tindak lanjut


dari hasil pengamatan kegiatan pengajaran yang telah dilakukan oleh

penyusun selaku peneliti. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kemampuan

membaca siswa rata-rata cukup bagus tetapi masih terdapat beberapa siswa

yang masih mengalami kesulitan membaca. Dan dari beberapa siswa tersebut,

penyusun mengambil salah seorang siswa sebagai sample dari kegiatan

bimbingan belajar yang akan diteliti.

Adapun data siswa terbimbing sebagai berikut :

Nama : Anantyas Alif Fahresa

Kelas : III

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Jl. Sri Widoyo RT.03 RW.02 Purwoyoso Ngaliyan

Semarang

Nama Orang Tua

- Ayah : Suyamin

- Ibu : Septi Ambarwati

Pekerjaan Orang Tua

- Ayah : Karyawan

- Ibu : Karyawati

13

B. Pembahasan

1. Penyebab Kesulitan Belajar

Penelitian Thorndike tentang membaca di berbagai Negara

menunjukkan bahwa membaca untuk anak (reading aloud) merupakan


faktor penting dalam belajar membaca pada anak (Rofi’uddin, 2002 : 66).

Kegiatan membacakan cerita pada anak dapat memotivasi anak untuk

mulai belajar membaca. Anak-anak dapat belajar bahwa membaca

memberikan dorongan bagi mereka untuk belajar sendiri dengan membaca

buku-buku yang lain.

Dari peranan teori di atas, apabila dikaitkan dengan latar belakang

kehidupan siswa dapat diperoleh interpretasi bahwa siswa kurang

mendapatkan kesempatan mengenal sastra. Hal itu jelas terlihat karena

kondisi kedua orang tuanya yag sibuk bekerja sehingga mereka kurang

memberikan pengalaman menyimak cerita pada anak, jadi anak kurang

berminat untuk belajar membaca. Kondisi inilah yang diperkirakan sebagai

faktor kurangnya kemampuan siswa dalam membaca.

2. Faktor Pendukung Pelaksanaan Bimbingan

Kondisi di lapangan yang menunjukkan terdapatnya siswa yang

berkesulitan membaca, mendorong peneliti untuk melakukan bimbingan

belajar dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca siswa yaitu

dengan menerapkan strategi pemilihan bahan ajar yang menarik berupa

karya sastra cerita dengan harapan bahwa dengan bacaan cerita, minat

baca siswa meningkat sehingga ia terbiasa untuk berlatih membaca. Oleh

14

karena itu ketersediaan berbagai sumber bacaan sangat membantu

pelaksanaan bimbingan terhadap siswa tersebut.

3. Faktor Penghambat Pelaksanaan Bimbingan


Salah satu faktor penghambat pelaksanaan bimbingan yang dilakukan

oleh penyusun antara lain yaitu waktu dan tempat pelaksanaan bimbingan.

Waktu setelah jam pelajaran sekolah usai tidak dapat dipergunakan oleh

penyusun untuk meneliti karena setelah jam pelajaran sekolah usai

biasanya diisi dengan kegiatan ekstra kurikuler seperti komputer dan TPA.

Tempat pelaksanaan bimbingan dilakukan di kelas (tahap I) dan di

ruang perpustakaan (tahap II) pada jam istirahat berlangsung. Tapi karena

kondisinya gaduh, pelaksanaan bimbingan kurang mencapai hasil yang

optimal.

4. Keterbatasan Penelitian

Sebelum melaksanakan bimbingan dan setelah melaksanakan

bimbingan yaitu pada saat penyusunan tugas akhir, penyusun harus

melaksanakan kegiatan studi pustaka. Akan tetapi karena

kekurangtersediaannya berbagai buku referensi di perpustakaan Kampus

PGSD UPP II Semarang, menyebabkan penyusun mengalami kesulitan

karena kurangnya bahan acuan.

15

5. Pelaksanaan Bimbingan

a. Jadwal Pelaksanaan Bimbingan

No Tahap

Pelaksanaan

Bimbingan

Hari/ Tanggal Waktu Tempat Pelaksanaan


1.

2.

Tahap I

Tahap II

Selasa, 29 Agustus

2006

Rabu, 30 Agustus

2006

11.00 – 11.10

09.00 – 09.10

Ruang kelas III

SDN Purwoyoso 02

Ruang perpustakaan

b. Langkah-langkah Pelaksanaan Bimbingan

1. Pelaksanaan Tahap I

Pada praktek pelaksanaan bimbingan tahap I, sebelumnya

peneliti memberikan contoh membaca yang benar terlebih dahulu

sedangkan murid diminta menyimak dengan bukunya sendiri.

Kemudian setelah selesai siswa disuruh membaca teks cerita yang

tadi telah disimaknya. Apabila siswa mengalami kesulitan

membaca, peneliti memberikan bimbingan dengan mengajarkan

contoh membaca yang benar. Selanjutnya setelah siswa selesai

membaca, peneliti tidak lupa memberikan motivasi kepada siswa


agar ia selalu berlatih membaca sehingga kemampuan

membacanya meningkat.

2. Pelaksanaan Tahap II

Setelah pelaksanaan bimbingan tahap I selesai, peneliti

melaksanakan bimbingan tahap II setelah sebelumnya ia

memberikan tugas kepada siswa agar ia berlatih membaca di

16

rumah. Pada kesempatan tersebut siswa tampak antusias mengikuti

kegiatan bimbingan. Setelah peneliti meminta ia membaca cerita

yang dipilihkan oleh guru, siswa membaca cerita itu dengan

perubahan yang cukup berarti dibandingkan dengan kondisi awal

sebelum pelaksanaan bimbingan tahap I dan tahap II. Akan tetapi

meskipun begitu peneliti masih tetap memberikan bantuan kepada

siswa apanila ia menemukan kesulitan dalam membaca cerita.

Bantuan tersebut diberikan sesuai dengan tingkat kesulitan yang

dialami siswa, misalnya memperkenalkan tanda baca apabila ia

mengalami kesulitan pada aspek tersebut. Oleh karena itu tindakan

yang perlu dilakukan peneliti sebelumnya adalah mengidentifikasi

kesulitan siswa dalam membaca.

3. Hasil Belajar

Adapun data hasil belajar siswa sebelum dan sesudah

mengikuti kegiatan bimbingan adalah sebagai berikut :

Tabel hasil belajar


Aspek yang dinilai

No Keadaan Kelancaran Intonasi Penggunaan

tanda baca

Rata-rata

1.

2.

3.

Kondisi awal

Pelaksanaan

bimbingan tahap I

Pelaksanaan

bimbingan tahap II

60

70

80

60

70

80

60

60

70

60

67
77

17

4. Analisis dan Refleksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal,

kemampuan membaca Alif masih kurang, yaitu menunjukkan

angka 60 pada semua aspek yang dinilai, meliputi kelancaran,

intonasi dan penggunaan tanda baca. Namun setelah mengikuti

bimbingan tahap I, hasil belajarnya nampak meningkat dari segi

kelancaran dan intonasinya. Rata-rata hasil belajarnya mengalami

kemajuan meskipun belum memenuhi standar nilai >75. Siswa

dalam kategori ini masih memerlukan perhatian walaupun hasil

pelaksanaan bimbingan tahap I lebih baik dari kondisi awal. Oleh

karena itu, peneliti melaksanakan bimbingan tahap II dan hasilnya

tidak mengecewakan. Hasil belajar Alif meningkat meskipun

tingkat kenaikan dari salah satu aspek, tepatnya tanda baca, masih

juga kurang namun rata-rata hasil belajarnya telah mencapai target

>75. Dari hasil kesimpulan tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa secara umum hasil belajar. Alif telah meningkatkan setelah

mengikuti bimbingan belajar ini. Akan tetapi tindak lanjut dari

kegiatan bimbingan itu masih harus terus diupayakan terutama

pada aspek penggunaan tanda baca agar tingkat kemampuan

membacanya menjadi lebih baik dan seoptimal mungkin.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Kurangnya kemampuan membaca pada siswa sangat berpengaruh terhadap

prestasi belajar pada mata pelajaran yang lain. Membaca merupakan

gerbang penguasaan ilmu pengetahuan, sehingga membaca merupakan

kegiatan yang sangat signifikan dalam upaya mencapai kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

2. Kurangnya kemampuan membaca pada siswa antara lain disebabkan

karena kurangnya sarana berupa bacaan di rumah. Faktor ekonomi pada

keluarga memberikan pengaruh kebiasaan membaca siswa, dimana orang

tua tidak mampu menyediakan bahan bacaan bagi anak-anaknya.

3. Kekurangan dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa dapat

dikurangi dengan memberikan bacaan-bacaan ringan yang menarik bagi

siswa, seperti cerita sehingga diharapkan sedikit demi sedikit dapat

meningkatkan kemampuan membacanya. Berdasarkan hasil pelaksanaan

bimbingan tahap I dan tahap II, hasil yang dicapai siswa masih sedikit,

tetapi target hasil belajar siswa untuk mencapai standar rata-rata nilai

pelajaran > 75 telah terpenuhi.

19

B. Saran

1. Bagi Guru

Latihan yang dijalankan dengan banyak membaca akan membantu


meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca yang pada gilirannya

akan meningkatkan kemampuan penguasaan mata pelajaran yang lain.

Oleh karena itu, tindak lanjut dari guru serta bimbingan yang kontinyu

akan sangat membantu.

2. Bagi Siswa

Biasakanlah membaca untuk menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan.

3. Bagi Lembaga Sekolah Dasar

Bahan bacaan yang menarik seperti majaah anak-anak dan lain

sebagainya perlu disediakan lebih banyak sehingga guru dapat

memanfaatkan sarana tersebut untuk meningkatkan kemampuan membaca

pada peserta didik.

4. Bagi Lembaga Universitas Negeri Semarang

Buku-buku referensi yang lengkap akan sangat mendukung kelancaran

proses kegiatan belajar mahasiswa. Oleh karena itu, usaha meningkatkan

kualitas serta kuantitas buku acuan sangat diharapkan.

20

DAFTAR PUSTAKA

Rofi’uddin, Ahmad dan Darmiyati Zuhdi. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di kelas tinggi. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang.

Sunarya, Kartadinata dkk. 2002. Bimbingan di SD. Bandung : CV. Maulana

Yusuf, Syamsudin dkk. 2004. Bina Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas 3. Jakarta

: Erlangga.
21

LAMPIRAN - LAMPIRAN

22

Lampiran I

Instrumen Penilaian Pelaksanaan Bimbingan Tahap I

Teks Cerita

Ganjaran Bagi Serigala

Udara sangat dingin. Serigala selalu merasa lapar. Ia membayangkan domba

yang ada di padang rumput hijau.

Beberapa saat kemudian, wajah Serigala berangsur-angsur cerah. Ia

menemukan akal.

“Aku akan menyamar menjadi domba. Nanti malam, aku akan masuk ke

kandang domba. Aku akan menyantap salah satu domba,” kata Serigala dalam

hati.

Gembala memiliki jaket yang dibuat dari bulu domba. Warnanya putih. Jika

dikenakan, pemakainya tampak mirip domba. Serigla segera mengambil jaket itu.

Sore harinya, si Gembala menggiring domba-dombanya ke kandang. Serigala ikut

rombongan domba itu.

Serigala tak sabar menunggu kepergian si Gembala. Ia melirik si Gembala

yang masih berdiri di dekat pintu kandang.

Tiba-tiba si Gembala berseru,” Selamat dating, Bos! Tidak seperti biasa soresore

kemari!” kata si Gembala ramah, “silakan, Bos! Saya siap membantu!”

“Terima kasih. Kamu memang Gembala yang baik,” sahut pria yang dipanggil
bos.

“Udara dingin sekali. Anak-anakku ingin makan satai untuk menghangatkan

badan. Nanti kamu ikut makan sekalian,” kata si Bos.

23

“Jadi, malam ini kita akan makan satai, Bos?” seru si Gembala.” Kalau begitu,

Bos mau pilih domba yang mana?” tanya si Gembala sambil mengamat-amati

semua domba yang ada. Pak Tani memerhatikan domba yang ada di sudut kiri

belakang. Serigala melirik dengan jengkel bercampur takut. Hatinya berdebardebar.

Tubuh Serigala gemetar.

“Yang itu….!” Ayo, bawa keluar. Tampaknya ia yang paling besar dan

bandel. Sejak tadi ia tidak bisa diam,” Pak Tani menunjuk Serigala.

“Tampaknya itu bukan domba kita. Domba orang lain terbawa….’” Kata si

Gembala,” atau ….eee....!”

“Celaka!” Serigala segera melarikan diri. Akan tetapi, karena tergesa-gesa, ia

menabrak palang kandang domba itu. Kepalanya terasa sangat pusing dan ia

berlati terhuyung-huyung. Masih untung, Gembala tidak menombakinya.

24

Lampiran II

Instrumen Penilaian Pelaksanaan Bimbingan Tahap II

Teks Cerita

Jangan Sombong

Di sebuah hutan, tinggal beberapa binatang. Gajah adalah binatang paling

besar di hutan itu. Semua binatang takut kepadanya.


Karena merasa paling besar, Gajah sangat sombong. Ia sering berbuat sesuka

hatinya. Ia juga sering merebut makanan milik temannya.

Kebiasaan Gajah lainnya adalah suka membuang sampah sembarangan. Jika

makan kacang, Gajah sering menyemburkan kulit kacang dengan belalainya.

“Kita harus berbuat sesuatu’” kaa Kelinci.

“Ya, aku setuju. Kita harus menyadarkan Gajah’” teriak binatang-binantang

lainnya.

Sore hari setelah mandi, Gajah berjalan-jalan. Seperti biasa, ia membawa

sekantung kacang. Ia tidak tahu bahwa sekelompok semut telah masuk di kantung

kacang itu. Saat masuk di mulut Gajah, semut-semut itu mulai bergerak. Mereka

menggigit lidah Gajah. Gajah tidak bisa mengunyah. Ia berteriak kesakitan.

Sejak itu, Gajah menjadi sadar. Ia meminta maaf kepada teman-temannya.

Anda mungkin juga menyukai