Dosen Pembimbing:
Nanang Kosim, M.Ag.
Ade Arip Ardiansyah, M.Pd.
Oleh:
Aas Asiah
Alvin Tubagus Cahya Nugraha
Anisa Fitri Mulyati
Eva Nur Falah
Faris Salman
Febriana Nur Insani Saputri
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................................. 3
C. Batasan Masalah .................................................................................................................. 3
D. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
E. Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 4
F. Manfaat Penelitian ............................................................................................................... 4
KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................................................... 6
A. Kajian Teori ......................................................................................................................... 6
B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................................................... 11
C. Kerangka Berpikir .............................................................................................................. 12
D. Hipotesis Tindakan ............................................................................................................ 14
METODE PENELITIAN ........................................................................................................... 15
A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................................................ 15
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................................. 16
C. Subjek Penelitian ............................................................................................................... 16
D. Jenis Penelitian................................................................................................................... 16
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................................. 17
F. Instrumen Penelitian .......................................................................................................... 17
G. Teknik Analisis Data.......................................................................................................... 18
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh manusia untuk mengungkapkan ide
dan gagasan yang dihasilkan oleh pikirannya. Perbedaan setiap bahasa dipengaruhi oleh berbagai
faktor termasuk faktor geografis, sehingga setiap kelompok orang pada satu daerah memiliki
bahasa yang berbeda dengan kelompok di daerah lain. Istilah bahasa asing digunakan untuk
merujuk pada bahasa selain bahasa yang sejak awal dikuasai oleh sekelompok manusia.
Berkembangnya kesadaran akan peran globalisasi dalam kehidupan sehari-hari membuat orang-
orang mulai merasa perlu untuk menguasai bahasa asing. Sebagai konsekuensi logisnya
pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab dengan berbagai medianya
bahkan sudah bisa didapatkan oleh setiap kalangan masyarakat, terutama pelajar.
1
Salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah ini adalah mata pelajaran
muthola’ah.
Pembelajaran bahasa Arab di sekolah masih menghadapi berbagai kendala, termasuk dalam
pelajaran membaca. Observasi kegiatan belajar mengajar dan wawancara terhadap guru juga siswa
yang telah dilakukan menunjukkan beberapa kendala yang turut dihadapi oleh pelajar maupun
pengajar Muthola’ah di MTs Persis I Pajagalan, di antaranya adalah rendahnya minat dan hasil
belajar siswa, proses pembelajaran dianggap sulit dan dominan hafalan sehingga cenderung
membosankan, tidak ada media yang gunakan selain buku pelajaran, metode yang digunakan
monoton, hingga kendala dari beragamnya tingkat keterampilan membaca siswa, seperti masih
terbata-bata dalam membaca, intonasi yang digunakan tidak sesuai-cenderung seperti membaca
al-qur’an, dan pengucapan huruf yang tidak sesuai dengan makhrajnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran
adalah penggunaan metode yang tepat. Metode yang baik dan efektif dapat membantu pengajar
dalam mengantarkan siswa meraih tujuan pembelajaran yang diinginkan. Metode pembelajaran
yang tepat dengan teknik belajar yang sesuai dapat membantu berlangsungnya proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan terarah. Salah satu teknik yang dapat diterapkan khususnya
untuk menghadapi permasalahan dengan spesifikasi di atas adalah menggunakan al-lu’bah al-
lughawiyah atau permainan bahasa. Permainan bahasa (al’ab lughowiyah) adalah proses
mempelajari suatu bahasa melalui permainan. Perlu digarisbawahi bahwasanya permainan bahasa
tidak hanya dilakukan untuk menghasilkan suasana menyenangkan, namun juga harus mampu
melatih keterampilan berbahasa.
2
Dengan suasana menyenangkan, kondisi jenuh dan monoton akan hilang tergantikan oleh
kondisi yang penuh antusias dan partisipasi siswa. Sehingga dengan hal itu minat belajar siswa
akan bertambah, dan keterampilan membaca maupun keterampilan bahasa lainnya akan terasah
dengan lebih efektif. Dengan landasan tersebut peneliti memiliki asumsi bahwa penggunaan
permainan bahasa dalam pembelajaran muthola’ah dapat meningkatkan keterampilan membaca
siswa kelas VII MTs Persis I Pajagalan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka peneliti mengindetifikasi masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
3
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas maka permasalahan
yang dibahas sebagai berikut :
3. Bagaimana peningkatan hasil keberhasilan siswa kelas VIII MTs Persis 1 dalam pembelajaran
muthala’ah dengan menggunakan permainan bahasa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari peneitian ini adalah
Sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa dalam mata pelajaran muthala’ah sebelum
menggunakan permainan bahasa pada siswa kelas VIII MTs Persis 1
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil keberhasilan siswa kelas VIII MTs Persis 1 dalam
pembelajaran muthala’ah dengan menggunakan permainan bahasa.
F. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Menjadi referensi bagi para peneliti berikutnya untuk menggali strategi pembelajaran inovatif
dengan menggunakan permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan membaca dalam
pembelajaran muthola’ah.
2. Menambah wawasan para guru khususnya guru bahasa Arab, guna menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan.
1. Siswa
c. Meningkatkan karakter kerja sama dan tolong menolong dalam menyelesaikan masalah.
d. Merasa senang belajar bahasa Arab karena siswa lebih aktif di kelas sehingga tidak
mengantuk, terlebih mata pelajaran bahasa Arab terutama pembelajaran muthola’ah.
2. Guru
a. Menjadi model/contoh pembelajaran bagi para guru yang telah menggunakan permainan
Bahasa untuk mewujudkan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan Menarik).
b. Memberikan alternatif strategi dan model dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran
bahasa Arab.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Keterampilan Membaca
a. Pengertian
Maharah al-qiraah atau keterampilan membaca adalah sebuah proses yang dilakukan dan
digunakan oleh pembaca untuk mendapat suatu pesan, yang hendak diungkapkan oleh penulis
melalui media kata-kata (Tarigan, 2008: 7). Senada dengan itu, membaca merupakan sebuah
proses berfikir pembaca terhadap penafsiran sebuah simbol/kata melalui indra penglihatan
untuk memahami pesan yang disampaikan (Fathi Ali Yunus; dalam Hidayah, 2013).
Dari penjelasan tentang membaca di atas, kita bisa pahami bahwa membaca merupakan
salah satu dari empat kemampuan berbahasa yang sangat penting bagi pembelajar bahasa
Arab. Kemampuan membaca ini tidak berhenti di membaca saja, namun juga mampu
memahami apa yang hendak disampaikan penulis dalam sebuah teks bacaan. Sedangkan
dalam memahi teks tesebut, siswa seyogyanya mampu mengerti makna dari setiap kata, frase
dan kalimat dalam sebuah teks bacaan. Sehingga siswa mampu memahami teks dengan baik
dan benar.
Lebih lanjut lagi, terdapat dua jenis teknik membaca yang menekankan pada pengajaran
dan pembelajaran maharah al-qiraah: pertama, al-qiraah al-jahriyah (mechanical or loud
reading), dan kedua al-qiraah al-samitah (mental or silent reading). Al-qiraah al-jahriyah
adalah membaca dengan suara yang keras yang menekankan pada pelafalan/pengucapan kata
6
dan bunyi yang tepat. Al-qiraah aljahriyah merupakan cara yang terbaik untuk memperbaiki
pelafalan/pengucapan kata dan meningkatkan kemampuan membaca (al Rukabi, 1986; dalam
Ghani et al, 2012). Dalam hal ini, al-qiraah al-jahriyah menekankan aspek perubahan
bunyi/nada dan intonasi serta untuk meningkatkan keberanian dan kepercayaan diri
dikalangan siswa.
2. Muthola’ah
a. Pengertian
Kata muthala’ah berasal dari bahasa Arab ( )طالعyang berarti membaca, membaca dengan
teliti dan menelaah. Sedangkan menurut istilah, muthala’ah berarti kegiatan menelaah sebuah
pelajaran secara teliti dan mendalam. Pelajaran muthala’ah merupakan salah satu mata
pelajaran yang biasanya dipelajari oleh para santri di pondok pesantren. Pelajaran muthala’ah
ini berisi kisah-kisah inspiratif yang mengandung pesan positif yang sebagian isinya diambil
dari beberapa hadits Rasulullah SWA. Dalam pelajaran ini, para santri akan dituntut untuk
memahami teks-teks berbahasa Arab beserta kuncinya, karena memang ditulis dengan teks
Arab.
Ulin Nuha menyebutkan (Chusna, 2, 2018: 158) muthala’ah adalah nama lain dari mata
pelajaran keterampilan membaca atau yang sering dikenal dengan istilah qira’ah dalam bahasa
Arab. qira’ah atau disebut dengan keterampilan membaca, yaitu kemampuan mengenali dan
7
memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafadzkan atau
mencernanya didalam hati. Pada hakikatnya membaca adalah proses komunikasi antara
pembaca dengan penulis melalui teks yang ditulisnya.
b. Tujuan
Berikut ini adalah tujuan dari pembelajaran muthala’ah (Bumi Damai Al Arifin, 2014):
1) Melatih anak didik terampil membaca huruf Arab dan Al-Quran dengan meperhatikan
tanda-tanda baca.
2) Dapat membedakan bacaan antara huruf satu dengan huruf lainnya, antara kalimat bahasa
yang samar, sehingga fasih lafadznya, lancar membacanya serta benar dan tepat sesuai
bacaan.
3) Dapat mensyiarkan dan melantunkan gaya bahasa Arab dan Al-quran secara tepat,
menarik hati kita supaya kita senang mendengarkannya.
4) Melatih anak didik untuk dapat membaca dan mengerti serta paham apa yang dibacanya.
5) Agar anak didik dapat membaca, membahas dan meneliti buku-buku agama, karya-karya
ulama besar dan pemikir islam yang umumnya karya mereka ditulis dalam bahasa Arab.
3. Permainan Bahasa
Dalam bahasa Arab permainan bahasa disebut dengan istilah Al-Al’aab Al-Lughowiyah
( )األلعاب اللغويةdapat didefinisikan sebagai sebuah kegiatan perlombaan yang dilakukan oleh peserta
didik untuk memahami suatu bahasa (Arifin, 2017). Sejalan dengan itu, pengertian lain
menyebutkan bahwa yang dimaksud permainan bahasa adalah sebuah aktivitas yang bertujuan
untuk memperoleh suatu keterampilan bahasa dengan cara yang menyenangkan (Kosim, 2016).
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa permainan bahasa (al’ab lughowiyah)
adalah proses mempelajari suatu bahasa melalui permainan. Perlu digarisbawahi bahwasanya
8
permainan bahasa tidak hanya dilakukan untuk menghasilkan suasana menyenangkan, namun juga
harus mampu melatih keterampilan berbahasa. Permainan bahasa merupakan salah satu langkah
pendekatan dalam pembealjaran bahasa, jadi dalam pelaksanaannya tidak dimaksudkan untuk
mengetahui atau mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Permainan bahasa harus mengandung
setidaknya dua kegiatan utama yaitu memperoleh kesenangan dan melatih keterampilan berbahasa.
Apabila tidak terpenuhi kedua hal tersebut maka kegiatan itu tidak bisa disebut sebagai permainan
bahasa (Mujib & Rahmawati, 2011).
Hubungan antara permainan dan pembelajaran memang tidak selalu saling terikat,
pembelajaran tidak selamanya membutuhkan permainan dan permainan tidak selalu bertujuan
mempercepat proses pembelajaran. Akan tetapi, memanfaatkan permainan dalam pembelajaran
dapat menambah keaktifan kelas, variasi pengajaran, dan semangat serta minat pada program
belajar. Sebagaimana teknik pembelajaran lain, permainan bahasa bukanlah tujuan pembelajaran
melainkan sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Terdapat asumsi yang beranggapan bahwa permainan dan pembelajaran merupakan dua hal
yang bertolak belakang. Para orangtua menganggap terlalu banyak bermain dapat mengganggu
dan mengurangi waktu belajar, sementara anak mereka berpikir permainan yang menyenangkan
jauh lebih menarik daripada pembelajaran yang membosankan. Permainan seringkali
disandingkan dengan main-main yang bernada sepele, bermakna tidak serius, dan hanya
dilakukan oleh anak-anak. Padahal menurut Suyatno, permainan yang benar dapat membuat
pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. Suasana dan perasaan senang dapat
melepaskan hormon endorphin dalam tubuh manusia, melatih kesehatan, dan membuat seseorang
merasa hidup sepenuhnya.
Dave Meier dalam The Accelerated Learning Handbook, megatakan bahwa kata fun
(menyenangkan) bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura, melainkan membuat
suasana belajar dalam keadaan gembira. Jadi permainan dalam pembealjaran tidak ada
hubungannya dengan kesenangan sembrono yang bermakna negatif.
Permainan yang dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran dapat menimbulkan
dampak-dampak berikut ini:
1. Mengurangi “ketegangan” yang menghambat proses belajar siswa;
2. Menghilangkan stress dalam lingkungan belajar;
3. Melibatkan siswa sepenuhnya dalam pembelajaran;
9
4. Membangun kreatifitas siswa;
5. Mencapai tujuan pembelajaran secara tidak langsung;
6. Belajar melalui pengalaman; dan
7. Memfokuskan peserta didik sebagai subjek belajar.
Lebih jauh lagi permainan dapat mengajarkan peserta didik hal lain di luar pembelajaran,
seperti spontanitas, bersikap menghadapi persaingan, kesiapan menerima kemenangan dan
kekalahan, serta aktualisasi diri. Jadi permainan bersifat mendewasakan peserta didik, melalui
permainan mereka dapat mempelajari banyak hal tentang kehidupan baik itu belajar mandiri,
berani, bersosialisasi, menumbuhkan rasa kepemimpinan, dan menyadari eksistensi dirinya
sendiri (Mujib & Rahmawati, 2011).
4. Permainan Bahasa untuk Pembelajaran Qiro’ah
Keterampilan membaca setidaknya mengandung dua aspek. Pertama, mengubah lambang
tulis menjadi lambang bunyi, kedua, memahami situasi yang digambarkan oleh lambang tulis dan
lambang bunyi tersebut. Keterampilan dalam aspek yang kedua merupakan inti dari pembelajaran
qiro’ah, sementara aspek yang pertama sebagai dasar untuk aspek kedua. Tujuan akhir dari
pembelajaran qiro’ah adalah agar siswa memiliki keterampilan membaca, meliputi mampu
membaca bacaan dengan benar, memahami apa yang dibacanya, bukan hanya teks-teks yang
dipelajarinya, namun juga teks-teks baru yang ditemuinya di kehidupan nyata. Permainan yang
sesuai dengan tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Cahaya Bertanya
Permainan ini akan melatih keterampilan siswa dalam membaca cepat. Dapat
dilaksanakan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
1) Kelas dibagi menjadi dua kelompok;
2) Guru menyiapkan beberapa pertanyaan pada sebuah slide presentasi sementara
jawabannya ditulis pada selembar kartu (satu jawaban ditulis pada dua kartu);
3) Setiap kelompok akan mendapatkan satu set kartu jawaban;
4) Guru memperlihatkan salah satu pertanyaan melalui layar selama beberapa detik;
5) Kedua kelompok harus membaca pertanyaan yang ditampilkan tersebut, kemudian
memilih jawaban yang sesuai yang tertera pada kartu yang mereka miliki;
6) Kelompok yang menemukan jawaban lebih dulu dipersilakan membacakan jawabannya
dengan keras;
10
7) Jika jawabannya salah, maka kesempatan menjawab diserahkan pada tim lawan.
b. Mengurutkan Cerita
Dengan permainan ini siswa dapat bekerjasama dalam membaca dan memahami sebuah
teks. Langkah pelaksanannya adalah sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan beberapa teks cerita yang terdiri dari beberapa paragraf;
2) Setiap cerita dibagi menjadi beberapa bagian disesuaikan dengan jumlah siswa, usahakan
panjang teks setara;
3) Setiap cerita ditulis pada kertas yang berbeda warna dengan cerita lainnya;
4) Kartu cerita dibagikan kepada siswa secara acak;
5) Siswa harus berkelompok dengan siswa lain yang mendapat kartu dengan warna yang
sama;
6) Siswa bergiliran membaca teks yang terdapat dalam kartu yang mereka miliki;
7) Siswa bekerja sama untuk menyusun potongan-potongan teks tersebut menjadi satu cerita
utuh.
c. Sobekan Cerita
Menggunakan teknik permainan ini, siswa dapat siswa dapat bekerjasama dalam
membaca dan memahami sebuah teks. Siswa dapat bekerjasama dalam membaca dan
memahami sebuah teks. Langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan beberapa teks cerita yang terdiri dari beberapa paragraf;
2) Setiap cerita dibagi menjadi beberapa bagian disesuaikan dengan jumlah siswa, usahakan
panjang teks setara;
3) Tulis pada kertas warna-warni, satu warna untuk satu cerita, bagikan secara acak;
4) Siswa harus berkelompok dengan siswa lain yang mendapat kartu dengan warna yang
sama;
5) Siswa bergiliran membaca teks yang terdapat dalam kartu yang mereka miliki;
6) Siswa bekerja sama untuk menyusun potongan-potongan teks tersebut menjadi satu cerita
utuh.
11
Penelitan yang relevan pernah dilakukan oleh Amaliyah di Universitas Negeri Semarang
tentang: Keefektivan Permainan Roda Iqra’ untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Bahasa
Arab Siswa Kelas Vii di MTs Ath Thahiriyah Banjarnegara Tahun Ajaran 2014/2015. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan permainan roda iqra’
efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca bahasa Arab siswa kelas VII Mts Ath
Thahiriyah Banjarnegara.
Dari ketiga penelitian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa penerapan metode permainan
bahasa dapat meningkatkan keterampilan bahasa siswa dan menciptakan suasana belajar aktif.
C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan dari proses belajar mengajar bahasa di dalam kelas tidak lepas dari keterampilan
yang dimiliki peserta didik. Peserta didik kelas VII MTs Persis 1 memiliki keterampilan membaca
yang masih rendah dalam pembelajaran muthola’ah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya
peserta didik yang belum menguasai keterampilan membaca dengan biak. Metode pembelajaran
yang digunakan guru masih belum mampu meningkatkan keterampilan membaca peserta didik
kelas VII MTs Persis 1. Peneliti memilih permainan bahasa sebagai metode pembelajaran. Dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan permainan bahasa dalam
pembelajaran bahasa Arab menunjukkan bahwa metode ini menekankan pada aktivitas peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan teknik ini diharapkan peserta didik bisa
aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran baik secara individual maupun dalam format
12
kelompok sehingga nantinya dapat meningkatkan maharah qiro’ah peserta didik kelas VII MTs
Persis 1.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Permasalahan:
Peserta didik
Kondisi Awal memiliki tingkat
keterampilan qiro’ah
yang rendah
Penerapan metode
Tindakan Siklus 1 & Siklus 2
permainan bahasa
Kondisi Akhir
Tindakan solutif mengatasi permasalahan pembelajaran muthola’ah terhadap siswa kelas VII
pada Madrasah Tsanawiyah Persis 1 dilaksanakan dengan menerapkan permainan bahasa dalam
pembelajaran. Berikut adalah alasan mengapa permainan bahasa dalam pembelajaran mutholaa’ah
digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa:
1. Melalui permainan bahasa, guru dapat menentukan topik permainan yang jelas untuk sebuah
materi, agar dalam proses pembelajaran siswa selalu semangat dan tidak merasa bosan.
2. Permainan bahasa mempengaruhi motivasi siswa seperti siswa berani berekspresi dan
berkomunikasi dengan baik
13
3. Selain itu siswa akan memperoleh penguatan terhadap qiro’ah (membaca) yang telah
diperdengarkan langsung oleh guru.
4. Siswa akan dapat melakukan aktivitas, karena siswa tidak hanya mendengarkan, tetapi juga
dapat mengamati, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
D. Hipotesis Tindakan
Memperhatikan landasan teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, maka hipotesis tindakan
dirumuskan sebagai berikut: Dengan digunakannya permainan bahasa dalam pembelajaran
muthola’ah dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas VII MTs Persis 1 Pajagalan.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian
berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar,kemudian
direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata
yang terencana dan terukur (Sutama, 2011: 134). Terdapat empat langkah penting dalam penelitian
tindakan kelas menurut Sukardi (2011: 212-213), yaitu plan (perencanaan), act (tindakan), observe
(pengamatan) dan reflect (perenungan). Sukardi berpendapat bahwa ada sedikitnya empat model
penelitian tindakan, yaitu model Kemmis dan Taggart, model Ebbut, model Elliot dan model
McKernan (2011: 214). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian tindakan
kelas model Kemmis dan Taggart. Berikut ini adalah gambaran desain penelitian model Kemmis
dan Taggart.
Berdasarkan gambar di atas, terdapat siklus-siklus yang memiliki empat komponen penting
dalam setiap siklusnya dan berputar secara beruntun, yakni dimulai dari komponen plan
15
(perencanaan), action (tindakan), kemudian observe (pengamatan) dan reflect (refleksi). Pada
siklus I yang terdapat pada gambar di atas akan berputar menjadi siklus II dengan komponen yang
sama dan akan terus berputar menuju siklus berikutnya secara beruntun hingga tujuan yang
diinginkan dapat tercapai.
C. Subjek Penelitian
Setiap keterampilan itu erat kaitannya satu sama lain, sebab dalam memperoleh keterampilan
berbahasa, biasanya ditempuh melalui hubungan urutan yang teratur. Pada keterampilan berbahasa
yang ketiga adalah membaca. Keterampilan membaca itu sangat penting karena merupakan
kemampuan bagi siswa yang harus dikuasai agar dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses
pendidikan dan pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran sangat dipengaruhi
oleh kemampuan membacanya. Oleh karena itu pembelajaran membaca mempunyai kedudukan
yang sangat strategis dalam proses belajar mengajar di sekolah.
D. Jenis Tindakan
Sehubungan jenis PTK yang kami lakukan adalah PTK Eksperimental yaitu PTK yang
diselenggarakan dengan peneliti (guru) berupaya menerapkan berbagai macam model, metode atau
strategi pembelajaran secara efektif dan efisien dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Di dalam
kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau
teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini
kami berharap dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai
tujuan pengajaran. Maka dari itu untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan
efisien maka kami memilih untuk menggunakan tindakan berupa permainan bahasa dalam
16
pembelajaran Mutholaah untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas VII MTs Persis
1 Pajagalan.
1. Observasi
Observasi atau pengamatan biasanya digunakan dalam penelitian deskriptif. Selain itu
juga digunakan untuk mengukur tingkah laku individu, ataupun proses terjadinya sesuatu
yang dapat diamati, baik dalam situasi alami atau buatan (Nana Sudjana, 1989:109).
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas meliputi kegiatan-kegiatan pembelajaran
bahasa Arab di Kelas VII MTs Persis I Pajagalan.
2. Wawancara
Wawancara adalah bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data untuk mengetahui informasi secara mendalam yang dilakukan baik dengan
cara bertatap muka secara langsung maupun dengan telepon. Banyak sekali data yang didapat
melalui wawancara ini dengan guru bahasa arab Kelas VII MTs Persis I Pajagalan.
3. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau
kelompok.
F. Instrumen Penelitian
1. Rubrik observasi
Menggunakan lembar observasi yang mengukur sikap dan perilaku siswa selama proses
pembelajaran pada siklus I dan siklus 2 berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan
pengamatan awal yang seksama dan tidak terlalu menonjolkan diri sebagai peneliti
2. Pedoman Wawancara
17
Menggunakan panduan wawancara yang dibuat berdasarkan indikator penelitian.
Instrumen wawancara bersifat grounded sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang
mendalam dari suatu fakta.
3. Lembar Tes
Pre-test dilaksanakan sebelum menggunakan permainan bahasa, tujuan test ini untuk
membatasi standar kemapuan siswa sebelum menerapkan permainan bahasa dalam
pemebelajaran, sedangkan post–test dilaksakan setelah selesai kegiatan / proses penerapan
permainan bahasa dan tujuan post-test adalah untuk membatasi standar hasil belajar setelah
penggunaan permainan bahasa dilaksanakan.
Setelah data dimasukkan dalam dalam tabel data PTK, maka peneliti melakukan diskusi
dengan rekan sejawat (sesama guru Bahasa Arab) yang melakukan kolaborasi tentang hasil yang
sudah didapat. Diskusi meliputi keberhasilan, kegagalan, dan hambatan yang dijumpai pada saat
melakukan tindakan. Analisis data yang dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
Observasi yang dilakukan terhadap siswa kelas VII MTs Persis 1 selama proses
pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II, yang menggambarkan suasana kelas dan
aktifitas siswa dianalisis dengan menggunakan prosentase (%). Rumus mencari prosentase
adalah dengan cara membagi banyaknya frekuensi suasana dan aktifitas siswa dengan seluruh
nilai jumlah frekuensi kemudian dikalikan 100% atau dapat digambarkan sebagai berikut:
18
2. Analisis Data Hasil Tes
Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis terhadap semua data yang dieroleh selama penelitian berlangsung.untuk itu digunakan
rumus presentase sebagai berikut:
19