Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PROYEK

STRATEGIS PEMBELAJARAN MENGAJAR


PERMAINAN TEBAK KATA DAN TEBAK GAMBAR
Dosen pengampu: LAURENSIA M PERANGIN ANGIN ,M.Pd

Disusun oleh Kelompok 10 :

Clara Anggrini Purba ( 1203311096 )


Nurmaidah ( 1203311029 )
Himmah roshipah Hasibuan ( 1203311092 )
Al Hilal Hamdi Rambe ( 1203311047 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas anugrah dan
kasih karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Project kami mengenai "Permainan
Tebak Kata dan tebak Gambar " dalam mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah ini yaitu ibu Laurensia
M Perangin Angin,M.Pd atas bimbingan dan arahannya, dan juga kami mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman sekalian yang telah memberikan buah pikirannya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Proyek ini. Kami mengharapkan agar
pembaca juga mendapatkan pengetahuan dan wawasan dari hasil laporan project yang
telah kami lakukan. Semoga hasil dari project ini memberikan manfaat juga bagi orang-
orang sekitar kami agar dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Kami juga minta maaf apabila ada kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi
dari yang telah kami kaji dari hasil Project yang telah kami lakukan. Kami
mengharapkan kritik dan saran dari masing-masing pembaca agar untuk kedepannya
kami dapat membuat laporan yang lebih baik lagi. Akhir kata semoga laporan miniriset
ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 17 November 2021

Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................... ...................... i i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................ .............................................. ……..4
1.2 Masalah Rumusan .................................... ........................................ ............ 7
1.3 Tujuan Penelitian ........................................ ................................................. .7
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………………...7
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Tinjauan Tentang Hasil Belajar…………………………..…………………..8
2.2. Tinjauan Tentang Strategi Pembelajaran Charades (Tebak Kata) ………..12
2.3. Hubungan Penerapan Strategi Charades (Tebak Tata) dengan Hasil
Belajar…………………………………………………………………………….15
2.4 Permainan Tebak Gambar …………………………………………………….16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….17
3.2 Saran …………………………………………………………..…...………..17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Proses pembelajaran di sekolah dasar bererientasi pada pengembagan


kemampuan belajar murid, berupa : kognitif, afektif, dan pisikomotorik dengan
megacu kepada kurikulum pendidikan demikian hanyalah pembelajaran bahasa
Indonesia terhadap aspek.
Hal tersebut didalam UUD NO 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1yang
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif megembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual dan
keagaman, pegendalian dirinya, masyarakat bangsa dan negara
(Hasbullah,2005:97).
Pendidikan dasar bertujuan memberi bekal kemampuan dasar kepada
murid untuk megembagkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat,
warga negara. Serta mempersiapkan murid untuk megikuti pendidikan menengah
(pasal 3 PP No. 28 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Dasar).
Pendidikan dasar yang diselenggarakan di sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk
memberi bekal kemampuan dasar baca. Tulis pegetahuan dan keterampilan dasar
yang bermanfaat bagi murid sesuai tingkat Akhaida (Zuchaid dan Budiarsi,1992:
29) bahwa: dalam membaca permulaan guru dapat memilih wacana-wacana yang
memudahkan penanaman nilai-nilai ke Indonesia pada anak didik, selain itu
melalui pmbelajaran membaca kreatif anak didik.
Pengenalan kata adalah salah satu dasar pada kepembinaan keterampilan
membaca permulan dapatlah di katakana bahwa pegembagan kata ini merupakan
keterampilan membaca peserta didik dengan teliti. Selanjutnya kelancaran
danketelitian ini merupakan dasar bagi proses pemahaman bacaan,
(Syafi‘e1998:13). Konsep pegenalan kata dalam membaca permulaan meliputi
sejumlah keterampilan, antara lain keterampilan menghubungkan simbol-simbol
tulidan dan bunyi (decoding), keterampilanmenggunakan kata yang termasud
kata-kata sightwords yaitu kata-kata yang tinggi frekwensi pemakaiannya yang
sudah dikuasai anak. Pembelajaran membacapermulaan erat kaitanya dangan
pembelajaran menulis permulaan sebelum megajarkan menulis, guru terlebih
dahulu megenalkan bunyi suatu tulsan atau huruf yang terdapat pada kata-kata
dalam 27 kalimat. Pegenalan tulisan beserta bunyi ini melalui pembeljaran
membaca perkembagan serta mempersiapkan mereka yang megikuti pendidikan
selanjutnya.
Komponen-komponen pendidikan dasarmerupakan kesatuan yang turut
menentukan keberhasilan pendidikan sekolah dasar (SD), salah satu komponen
yang dimaksud adalah bidang pegajaran di antara bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah seharusnya lebih mudah dipahami oleh
murid sehinga guru harus kreatif dalam megajar model pembelajaran murid
pelajaran dan karakteristik murid sehingga murid dapat megikuti pelajaran bahasa
indonesi secara optimal. Akan tetapi suatu fenomena yang senantiasa terjadi
dalam proses pembelajaran di sekolah adalah kecederungan guru meguasai
proses pembelajaran, murid dari awal hingga akhir pembelajaran. Murid hanya
mendegar dan mencatat materi pelajaran sehinga keterlibatan sangat rendah.
Kondisi tersebut meyebabkan terjadinya rendahnya motivasi belajar, bahkan dapat
membuat murid bosan atau jenuh megikuti pelajaran. Padahal seharusnya murid
aktf agar lebih meguasai meguasai materi pelajaran yang ditujukan dengan
motivasi tinggi dalam belajar. Demikian halnya dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, murid harusnya menujukan kereatif megikuti pelajaran agar lebih
meguasai materi pelajaran Bahas Indonesia sehingga dapat mempegaruhi hasil
belajar.
Melalui pembelajaran membaca guru dapat berubah dalam megajarkan
bahasa Indonesia kepada murid-muridnya, menurut Aziz dan Akhaida (Zuchdi,
1992: 29) bahwa membaca permulaan guru dapat memilih wacana wacana yang
memudahkan penanaman nilai-nilai ke Indonesia pada anak anak didik, selain itu
melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai nilai moral
kemampuan bernalar dan kreatifitas anak didik.
Pengenalan kata adalah salah satu dasar bagi pembinaan keterampilan membaca
permulaan. Dapatlah dikatakan bahwa pengenalan kata ini merupakan
keterampilan prasarat untuk dapat membaca dengan lancar dan teliti. Selanjutnya
kelancaran dan ketelitian ini merupakan dasar bagi proses pemahaman bacaan.
Oleh karena itu, ― Pengajaran membaca permulaan perlu sekali menekankan
pembelajaran keterampilan pemahaman dalam konteks wacana‖ , (Syafi‘e,
1998:13). Konsep pengenalan kata dalam membaca permulaan meliputi
sejumlah keterampilan,antara lain keterampilan menghubungkan simbol simbol
tulisan dengan bunyi (decoding), keterampilan menggunakan kata yang termaksud
kata- kata sight words yaitu kata-kata yang tinggi frekwensi pemakaiannya yang
sudah dikuasai anak.
Pembelajaran membaca permulaan erat kaitannya dengan pembelajaran
menulis permulaan. Sebelum mengajarkan menulis,guru terlebih dahulu
mengenalkan huruf kemudian pengenalan tulisan beserta bunyi ini melalui
pembelajaran membaca.
Steinberg dalam (Susanto, 2011: 83) mengatakan bahwa membaca
permulaan adalah membaca yang di ajarkan secara terprogram kepada anak
prasekolah. Program ini merupakan perharian pada perkataan-perkataan utuh,
bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang di berikan
melalu permainan dan kegiatan yang menarik sebagai perantara pembelajaran.
Kenyataan dilapangan, khususnya di kelas II SD 165 Bira kecamatan
Bontobaharikabupaten Bulukumba masih terdapat siswa yang kemampuan
membacanya kurang, Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa dalam kemampuan
membaca hanya mencapai 65, sedangkan KKM pelajaran bahasa Indonesia di
kelas II SD 165 Bira kecamatan Bontobahari kabupaten Bulukumba yaitu 70.
Faktor penyebab dari kemampuan membaca siswa masih kurang, diantaranya
kefasihan dalam membaca kurang lancar, pelafalan, dan intonasi dalam membaca
belum tepat. Selain itu faktor penyebab lain diantaranya minat baca siswa kurang,
bimbingan dari keluarga masih kurang, motivasi yang diberikan kepada siswa
baik dari guru maupun keluarga masih kurang, tehnik pembelajaran yang
digunakan secara konvensional.
Untuk megoptimalkan pembelajaran membaca permulaan di SD salah satu
alternative yang dapat dilakukan ialah melaluipermintaan bahasa. Menurut
(Mulyadi 2006: 71) yang dimaksud dangan ‗‘ bermain dalam kontekpembelajaran
tidak sekedar bermain-main. Namun, bermain memberikan kesempatan pada anak
untuk megembangkan kemampuan emosional, fisik, sosial dan nalar siswa‘‘
Melalui interkaksinya dengan permainan seorang anak belajar meningkatkan
toleransi mereka terhadap kondisi yang secara potengsi dapat menimbulkan
frustasi. Kegaglan membuat rangkai sejumlah objek atau mengkonstruksi suatu
bentuk tertentu dapat meyebapkan anak mengalami frustrasi. Dengan
mendampingi anak pada saat bermain pendidik dapat melihat anak untuk
megendalikan diri dan tidak cepat putus asa dalam mengkonastruksi sesuatu.
Bimbigan yang bagi anak megarahkan anak untuk dapat megandalikan dirinya
kelak dikemudia hari untuk tidak cepat frustasi dalam meghadapi permasalahan
kelak dikemudian hari.
Memantau perkembagan dan hambatan selam proses dan hasil belajar
membaca para murud maka dapat digunakan metode permainan Frebel
( Djuanda, 2006: 87) seorang pendidik dari jerman ia percaya bahwa ‗‘ salah satu
alat yang terbai untuk mendidik anak-anak ialah melalui metode permainan‘‘
menurut pendapatnya anak-anak siap dan berpotengsi untuk bermain dari
pada cara lain. Menurut Pestalozzi (Dadan, 2006: 86) megatakan bahwa
‗‘bermain mempunyai nilai-nilai untuk megembangkan harmoni antara jiwa dan
raga‘‘. Hal ini sejalan dengan pendapat Bennet (Dadan, 2006: 87) yang pernah
megadakan penelitian pada guru waktu murid bermain para guru megatakan ‗‘
bahwa para murid megungkapkan perilaku yang mencerminkan kebutuhan batin
mereka serta proses interaksi yang mendalam‘‘
Berdasarkan pernyatan di atas penulis menarik kesimpulan bahwa metode
bermain merupakan salah satu metode yang dapat membantu menigkatkan
kemampuan membaca permulaan karna murid kelas II masi dalam tahap
pegenalan benda-benda kongkret yang pembelajarannyadikemas dalam bentuk
permainan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka terdapat rumusan
masalah yang akan di bahas dalam penelitian yaitu‘‘apakah permainan tebak kata dan
tebak gambar efektif terhadap kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa
Indonesia.

C . Tujuan penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada tujuan penelitian ini adalah untuk
megetahui efektifitas permainan tebak kata terhadap keterampilan membaca

D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian sebagai dasar dan acuan bagi penelitian lain di tempat dan
pelajaran yang berbeda, agar dapat megembangkan teknik baru
b. Hasil penelitian bermanfaat sebagai dasar pendudkung kesimpulan awal
dan bahan kajian penelitian yang relevan bagi para peneliti lain.
c. Peneliti bermanfaat bagi guru untuk menamba wawasan tentang upaya
penigkatan kualitas pembelajaran dan kemampuan membaca pemahaman
untuk mendaptkan hasil yang optimal.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Tinjauan Tentang Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Defenisi belajar pada dasarnya ialah tahapan perubahan prilaku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalamandan interaksi
1
denganlingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut O.Whittaker,
belajar dapat didefenisikan sebagai proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Menurut Sardiman belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang di


maksud belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa
perubahan pada individu yang belajar. Perubahan tidak hanya yang berkaitan
dengan penambahan ilmu pengetahuan, akan tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat watak dan penyesuaian diri yang
ada pada individu.
Menurut Cronbach belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman.
4
Melalui pengalaman tersebut pelajar menggunakan seluruh panca inderanya.
Belajar bukan menghapal bukan pula mengingat, belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilanya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya dan aspek yang ada pada individu.

Menurut Slameto belajar adalah suatu proses atau usaha yang di lakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksidenganlingkungannya. Jadi belajar hakikatnya adalah perubahan
Ciri –ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
c. Perubahan dalambelajar bersifat positif dan aktif
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
f. Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.
Dari beberapa pendapat tentang belajar diatas penulis mengambil
kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang tidak
baik menjadi baik, yang tidak tahu menjadi tahu yang dilakukan melalui proses
belajar dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan anak tersebut berada.
Sedangkan belajar yang terbaik itu belajar yang diperoleh dari setiap pengalaman
dan latihan siswa itu sendiri untuk mencapai perubahan yang lebih baik.
2. Hasil Belajar
Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang membuahkan hasil belajar
yang diharapkan. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah apabila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Aunurrahman menjelaskan hasil belajar adalah suatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam
interaksi dengan lingkungannya.Syaiful Bahri mendefenisikan, hasil belajar
adalah hasil yang diperoleh berupa kesan–kesan yang mengakibatkan
perubahandalam individu.
Hasil belajar merupakan nilai hasil belajar siswa melalui kegiatan

dan pengukuran. Selanjutnya Nana Sudjana menjelaskan hasil belajar merupakan


kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yakni :
a. Ranah Kognitif, yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Ranah Afektif, yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan sikap yang
terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian organisasi dan internalisasi.
c. Ranah Psikomotor,yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ranah psikomotor terdiri dari
enam aspek yakni gerakan refleksi dan keharmonisan, atau ketepatan,
gerakkan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpreatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil
belajar.Diantara ketiga ranah itu, kognitif yang paling banyak dinilai oleh
para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai
isi bahan pelajaran.
Berdasarkan teori diatas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu yang diperoleh individu dari kegiatan-kegiatan interaksinya dengan
lingkungannya. Hasil belajar juga merupakan suatu perubahan perilaku siswa yang
diperoleh setelah mengalami proses pembelajaran, yang merujuk pada aspek
kognitif, aspek afektif dan psikomotorik.
3. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar adalah usaha yang dilakukan untuk menimbulkan
perubahan tingkah laku. Perubahan perilaku dari hasil belajar itu
merupkan perubahan prilaku yang relevan dengan tujuan pengajaran, oleh
karenanya hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam memperoleh suatu perubahan tingkah


laku banyak faktor yang mempengaruhinya, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar antara lain:
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni keadaan kondisi
jasmani dan rohani siswa.
1) Aspek fisiologis (keadaan jasmani)
Kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat
kebugaran organ–organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat menjadi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh
yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga
pelajaran yang dipelajarinyakurang atau tidak berbekas. Untuk
mempertahankan jasmani agar tetap bugar, siswa dianjurkan untuk
mengkonsumsi makan dan minuman yang bergizi. Selain itu siswa
juga dianjurkan untuk memilih pola istirahat dan olahraga yang ringan.
Hal ini penting sebab pola makan-minum serta istirahat akan
menimbulkan reaksi yang tegangan otot yang negatif dan merugikan
semangat mental siswa itu sendiri.
2) Aspek psikologis (keadaan rohani)
Yang termasuk kedalam aspek psikologis ini antara lain:
a) Intelegensi siswa (tingkat kecerdasan)
Tingkat kecerdasan atau intelegensi(IQ) siswa tidak dapat
diragukan lagi, hal ini sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi
tingkat kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin
besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin
rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin
kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

b) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecendrungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang, sebagainya baik secara positif
maupun negatif. Sikap siswa yang positif pertanda awal yang baik
bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negatif yang
ditimbulkan siswa apalagi diiringi kebencian kepada mata pelajaran
atau guru akan dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa itu
sendiri.
c) Bakat siswa
Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.Pemaksaan kehendak
terhadap seorang siswa dan juga ketidaksadaran siswa terhadap
bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu
yang sebenarnya bukan bakatnya,hal ini akan berpengaruh buruk
terhadap prestasi belajarnya.
d) Minat siswa
Minat adalah kecendrungan besar terhadap sesuatu.
Minat siswa yang tinggi pada suatu materi akan memberikan
dampak yang baik bagi hasil belajarnya dalam bidang-bidang
studi tertentu. Seperti minat seorang siswa terhadap pelajaran
sains, maka ia akan memusatkan perhatiannya pada materi
tersebut dan membuat siswa tersebut belajar lebih giat, dan
pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
e) Motivasi siswa
Motivasi adalah dorongan seseorang untuk berbuat
sesuatu. Motivasi selalu mendasari dan mempengaruhi setiap
usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan. Dalam
belajar jika seorang siswa memiliki motivasi yang tinggi, hal
ini akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai hasil
yang tinggi.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa) yakni kondisi lingkungan
sekitar siswa. Faktor eksternal ini terdiri dari faktor lingkungan sosial dan
lingkungan nonsosial. Faktor lingkungan sosial seperti para guru, staf
administrasi, dan teman-teman kelas yang dapat mempengaruhi semangat
belajar siswa. Kemudian faktor lingkungan nonsosial seperti gedung sekolah
dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat
belajar dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang
turut meningkatkan hasil belajar siswa
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untukmelakukan
kegiatan atau materi-materi pelajaran. Segala cara atau strategi yang
digunakan dalam menunjang keaktifan dan efisiensi proses pembelajaran
materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat alat operasional yang
direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau tujuan belajar
tertentu.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa faktor
keberhasilan siswa dapat dipengaruhi oleh diri siswa itu sendiri, terutama
kemampuan yang dimilikinya, lingkungan serta faktor pendekatan
belajarnya. Strategi yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar
termasuk salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar
siswa.
2.2. Tinjauan Tentang Strategi Pembelajaran Charades (Tebak Kata)
1. Pengertian
Strategi tebak kata merupakan pembelajaran yang efektif dan merupakan
aneka pembelajaran inovatif.Charades (tebak kata) merupakan suatu permainan
yang bisa dilakukan siswa,yang mengondisikan siswa menggunakan kata
benda, kata kerja, kata sifat dan kata keterangan dalam keadaan yang realistis.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan
media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki.
Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal
teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat.
Strategi pembelajaran tebak kata merupakan salah satu model
pembelajaran cooperative learning, dengan proses pembelajaran yang menarik
agar siswa menjadi berminat atau tertarik untuk belajar, mempermudah dalam
menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa juga diarahkan
untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya,

mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Menurut Rick Wormeli


charades(tebak kata) dapat digunakan untuk meringkas materi pelajaran, siswa
yang memberikan petunjuk harus memunculkan hal-hal penting dari konsep atau
fakta yang menjadi soal dalam permainan dan siswa yang menebak harus
menganalisis petunjuk tersebut berdasarkan apa yang mereka ketahui.
Menurut (Pena Reihatun Nafhania Averoes), dengan pendekatan
bahasa, metode akan tercipta. Mengingat kemampuan anak dalam menguasai
bahasa sangat terbatas, disini guru mempunyai peranan merangsang anak untuk
mengenal bahasa atau kata-kata yang berkaitan dengan benda yang ada
disekeliling. Strategi permainan tebak kata ini juga bisa diterapkan diusia dewasa,
dengan pendekatan bahwa permainan akan menghilangkan kejenenuhan dan
menciptakan suasana yang kompetetif yang penuh persaingan sehingga mampu
memompa adrenalin manusia.
Adapun kelebihan dari strategi charades(tebak kata) adalah anak akan
mempunyai kekayaan bahasa, sangat menarik sehingga setiap siswa ingin
mencobanya, siswa menjadi tertarik untuk belajar, memudahkan dalam
menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.Sedangkan kelemahannya
adalah memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan, dan jika
siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena
waktu terbatas.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa proses pembelajaran penggunaaan
strategi yang tepat sangat mendukung hasil belajar siswa. Setiap strategi yang
digunakan pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing.

2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Strategi


Charades (Tebak Kata)
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran charades (tebak kata)
menurut Rick Wormeli adalah:
a. Guru menjelaskan materi.
b. Guru membagi siswa menjadi 2 tim dan meminta siswa untuk memilih
pasangannya dan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 3 atau 4
orang siswa c. Guru membagikan sepotong kertas yang berisi
konsep atau fakta kepada tim yang mendapatkan pasangan atau
kelompok kecil.
d. Guru meminta pasangan atau kelompok kecil untuk mendiskusikan
mengenai topik tersebut.
e. Siswa mempelajari daftar yang mereka buat untuk menentukan
beberapa gerakkan pantomim (tanpa suara).
f. Selama kegiatan siswa berbisik-bisik agar suara mereka tidak
terdengar oleh kelompok lain.
g. Guru menggabungkan siswa kembali menjadi 2 tim, dan meminta
salah satu pasangan atau kelompok kecil untuk menunjukkan
pantomimnya ke kelompok yang lain.
h. Guru memberikan nilai kepada tim yang menebak dengan benar
Dalam proses pembelajaran permainan ini bisa divariasikan dengan
langkah–langkah sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan materi.
b. Guru meminta siswa menggambarkan petujuk mengenai topik dari
materi.
c. Siswa tidak boleh menyampaikan gambaran topik dengan angka, kata,
atau gerakkan tubuh.
Adapun langkah yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
langkah-langkah menurut Soleh Hamid yakni sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan materi yang ingin dicapai
b. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas.
c. Seorang siswa diberikan kartu berukuran 10x10 cm yang akan di
bacakan pada pasangannya, sedangkan pasangannya diberikan kartu
berukuran 5x2 cm tidak boleh dibaca (dilipat), kemudian ditempelkan
pada telinga atau saku.
d. Siswa yang membawa kartu berukuran 10 x 10 cm membacakan kata-
kata yang tertulis didalamnya.
e. Siswa yang memegangkartu berukuran 5 x 2 menebak apa yang
dimaksud dalam kartu 10x10 cm tersebut. Jawaban tepat apabila sesuai
dengan isi kartu yang ditempelkan di telinga atau saku.
f. Apabila jawabannya tepat(sesuai yang tertulis pada kartu), maka
pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah
ditentukan, boleh mengarahkan dengan kata-kata lain, asalkan jangan
langsung memberikan jawaban.
g. Begitu seterusnya sehingga siswa mendapatkan kesempatan.
Dalam strategi charades(tebak kata) ini media yang digunakan berupa
dua lembar kertas karton yang digunakan sebagai kartu. Kartu yang bertama
berukuran 10 x 10 cm yang berisi pertanyaan dan kartu satunya kartu berukuran
5 x 2 cm yang berisi jawaban. Berikut contoh isi kartu tersebut:
Pertanyaan : Saya berwarna merah, bentuk saya cair, sayamengalir
dalam tubuh manusia dan juga hewan. Siapakah saya ?
Jawaban : Darah
2.3. Hubungan Penerapan Strategi Charades (Tebak Tata) dengan Hasil

Belajar
Strategi charades (tebak kata) adalah suatu strategi pembelajaran
dalam bentuk permainan yang mengkondisikan siswa menggunakan kata
benda, kata kerja, kata sifat dan kata keterangan dalam keadaan yang realistis.
Strategi charades (tebak kata) ini adalah strategi pembelajaran yang
menggunakan media kartu teka-teki berpasangan dengan kartu jawaban teka
teki. Permainan ini lebih mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran di
kelas.
Hubungan strategi charades(tebak kata ) dengan proses pembelajaran
sains sangat mendukung hasil belajar sains siswa. Karena siswa antusias
dalam mengikuti pelajaran sains sebab strategi charades (tebak kata)
mengajak siswa dalam bermain. Hal ini dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V di sekolah dasar negeri 005 Empat Balai Kecamatan Kuok
Kabupaten Kampar. Karena strategi pembelajaran menuntun siswa berperan
aktif dalam proses pembelajaran khususnya bagi siswa yang mempunyai sifat
pendiam dan acuh tak acuh terhadap pelajaran dan dalam mengeluarkan
pendapat.
Menurut Soleh Hamid permainan bisa dijadikan sebagai salah satu
strategi untuk membuat suasana dalam proses pengajaran berjalan secara
menyenangkan dan tidak membosankan bagi para siswa.Aplikasi permainan
yang tepat pada proses pembelajaran antara lain dapat menciptakan hubungan
belajar yang lebih fleksibel antara siswa, memecahkan kebekuan antara siswa
dan guru sehingga para guru bisa benar-benar berperan selayaknya teman
belajar, dan melatih berbagai kecakapan berpikir tanpa mesti terbebani dan
susah payah.Permainan secara efektif mampu mengubah dinamika kelas dan
biasanya menciptakan kemauan yang lebih besar untuk belajar dan bersikap.
Winkel mengemukakan bahwa hasil belajar siswa itu dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah faktor pendekatan yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Lebih lanjut ditegaskan bahwa strategi pembelajaran

mempengaruhi taraf keberhasilan siswa. Oleh karena itu strategi charades


(tebak kata) ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran sains.
Dari hasil penelitian ini kemampuan berbicara siswa setelah
dilaksanakan pembelajaran bahasa Arab menggunakan kartu tebak kata
mengalami peningkatan yang cukup pada siklus I, dan pada siklus II
peningkatannya cukup baik atau lebih baik dari pada siklus I.Permainan
kartu tebak kata ini membuktikan bahwa pengajaran bahasa arab dengan
menggunakan media ini dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa
menggunakan strategi tebak kata. Begitu juga dengan penulis menggunakan
strategi tebak kata. Penelitian yang dilakukan oleh misnawatiYaumal Akhir,
Yusrizal, Yulfia Nora dan Pertiwi Ajeng adalah penelitian tindakan kelas.
Begitu juga dengan penulis, penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
penelitian tindakan kelas (PTK). Sedangkan perbedaannya adalah objek kajian
yang diteliti oleh Misnawati yaitu motivasi belajar siswa, objek kajian yang
dilakukan Yaumal Akhir, Yusrizal, Yulfia Nora adalah aktivitas belajar, objek
kajian yang dilakukan oleh Pertiwi Ajeng adalah kemampuan berbicara.
sedangkan objek kajian yang diteliti oleh penulis adalah meningkatkan hasil
belajar siswa.

2.4 . PERMAINAN TEBAK GAMBAR


Pengertian Permainan adalah setiap kontes antara para pemain yang
berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu pula Arief S. Sadiman, 2002:75. Bermain adalah suatu
kegiatan dengan atau tanpa menggunakan sesuatu dimana diberikan kesenangan,
informasi, bahkan imajinasi terhadap sesuatu. Permainan tebak gambar adalah
permaian universal, yang dilakukan oleh sekelompok orang dimana satu anggota
kelompoknya menjadi juru gambar dan anggota yang lain menebak gambar dari
kartu yang ditunjukkan oleh penyuluh. Permainan tebak gambar bukan sekedar
bermain, tetapi dalam permainan ini anak-anak juga dapat belajar Vincentius
Endy Santosa, 2008:67.
Kebutuhan atau dorongan internal sangat memungkinkan anak melakukan
berbagai aktivitas permainan tanpa mengenal lelah. Dengan permainan tebak
gambar anak dapat menyalurkan kelebihan energi yang terkandung dalam
tubuhnya, sekaligus belajar atau berlatih dalam suasana senang untuk
meningkatkan fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Anak akan bermain dengan
43 manfaat yang besar apabila orang dewasa yang ada disekitarnya mengetahui
sisi kegunaan permainan tersebut Zulkifli L, 2002:41. Permainan tebak gambar
dalam penyuluhan karies gigi harus sesuai dengan karakteristik dari sasaran
penyuluhan. Oleh karena itu menurut Buhler, macam permainan dalam
penyuluhan dibagi berdasarkan umur yaitu : Permainan fungsi anggota tubuh,
permainan latihan memperlakukan benda-benda, permainan motorik, vokal, dan
pengindraan. Setiap permainan harus mempunyai 4 komponen utama, yaitu: 1
Pemain; 2 Lingkungan di mana para pemain berinteraksi; 3 Aturan permainan; 4
Tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Manfaat dalam permainan tebak
gambar ini antara lain: 1. Meningkatkan kreativitas dan imajinasi. 2. Membangun
kerjasama antar kelompok melalui komunikasi lewat gambar. 3. Meningkatkan
perkembangan emosi. 4. Pengembangan ketrampilan sosial dasar anak Arief S.
Sadiman, 2002:75. 2.9.2
Metode Permainan Metode permainan tebak gambar merupakan metode
pendidikan kelompok dengan simulation game. Adapun metode yang terdapat
dalam permainan ini antara lain : 1. Metode Ceramah Ceramah adalah pidato
yang disampaikan oleh seseorang pembicara di depan sekelompok orang.
Ceramah pada hakikatnya adalah proses transfer informasi dari pengajar kepada
sasaran belajar. Dalam proses transfer informasi ada tiga elemen yang penting,
yaitu pengajar, materi pengajaran, dan sasaran 44 belajar Uha Suliha, dkk,
2003:21. Ceramah yang dilakukan pada penyuluhan tentang karies gigi ini
waktunya lebih sedikit dibandingkaan dengan metode permainan dan metode
diskusi.
Ceramah hanya dilakukan untuk memberi pengantar pada kegiatan
penyuluhan. Seperti pendapat Uha Suliha, dkk 2003:21, keunggulan metode
ceramah dapat memberi pengantar pada pelajaran atau suatu kegiatan. 2. Metode
Permainan Menurut Arief Sadiman, dkk 2003:75, permainan game adalah setiap
kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti
aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Makna permainan
ini adalah membangun kemampuan menangkap komunikasi lewat gambar dan
gerakan serta melatih penguasaan bahasa. 3. Metode Diskusi Diskusi kelompok
adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan di antara tiga orang atau
lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin Uha Suliha, 2003:22.
Melalui metode diskusi, penyuluhan dengan permainan tebak gambar mempunyai
beberapa keunggulan sebagai berikut: 1. Memberikan kemungkinan untuk
mengemukakan pendapat. 2. Merupakan pendekatan yang demokratis,
mendorong rasa kesatuan. 3. Suasana lebih santai, sehingga proses penerimaan
informasi lebih mudah. 4. Memperluas wawasan karena saling bertukar pikiran.
Tujuan permainan tebak gambar yaitu untuk membangun keakraban,
kepercayaan, kerjasama, komunikasi, konsentrasi dan kepekaan, kreativitas dan
45 imajinasi Vincentius Endy Santosa, 2008:68. 2.9.3 Alat dan bahan : kartu
permaian, kertas planokertas karton, dan alat tulis. 2.9.4 Cara Bermain : Tahap-
tahap dalam permainan tebak gambar adalah sebagai berikut : 1. Melalui media
ceramah, penyuluh menjelaskan tentang peraturan permainan tebak gambar
kepada siswa; 2. Penyuluh membagikan beberapa gambar dan menunjuk satu
orang menjadi juru gambar; 3. Pada permainan tahap pertama, penyuluh akan
menunjukkan kartu permainan yang berhubungan dengan kesehatan gigi kepada
juru gambar untuk digambar; 4. Kemudian dalam waktu terbatas 3 menit siswa
yang lain harus berlomba menebak gambar dengan cepat; 5. Pada permainan
tahap kedua, penyuluh memberikan pertanyaan dan para siswa menjawab dengan
menunjukkan gambar yang di maksud oleh penyuluh; 6. Setelah permainan
selesai penyuluh dan para siswa mulai mendiskusikan semua pertanyaan yang ada
dalam permainan tebak gambar tersebut. Gambar 2.1 Kartu dan Gambar dalam
Permaiann Tebak Gambar 46 2.9.5 Kelebihan dan Kelemahan Permainan Tebak
Gambar 2.9.5.1 Kelebihan Permainan Tebak Gambar Sebagai media penyuluhan,
permainan tebak gambar mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut: 1.
Permainan tebak gambar menjadi menarik sebab di dalamnya ada unsur
kompetisi, ada keragu-raguan karena tidak tahu sebelumnya siapa yang bakal
menang dan kalah. 2. Adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar. Seperti
diketahui, belajar yang baik adalah belajar yang aktif. 3. Memberikan umpan
balik langsung. Umpan balik yang secepatnya atas apa yang dilakukan akan
memungkinkan proses belajar jadi lebih efektif . 4. Permainan tebak gambar
bersifat luwes. Salah satu sifat permainan yang menonjol adalah keluwesannya.
Permainan dapat dipakai untuk berbagai tujuan pendidikan dengan mengubah
sedikit-sedikit alat, aturan maupun persoalannya. 5. Media tebak gambar dapat
dengan mudah dibuat dan diperbanyak. Penyuluh maupun siswa dapat
membuatnya sendiri. Bahan-bahan yang digunakan tidak mahal. Mahalnya bahan
atau biaya membuat permainan bukanlah ukuran baik jeleknya suatu permainan
Arief Sadiman, 2003:78- 79. 2.9.5.2
Kelemahan Permainan Tebak Gambar Sebagaimana halnya media-media
yang lain, permainan tebak gambar mempunyai kelemahan yang perlu
dipertimbangkan antara lain : 1. Karena asyik bermain, maka belum menjalani
aturan atau teknis 47 pelaksanaan; 2. Dalam mensimulasikan situasi sosial
permainan tebak gambar cenderung terlalu menyederhanakan konteks sosialnya,
sehingga tidak mustahil siswa justru memperoleh kesan yang salah; 3.
Kebanyakan permainan hanya melibatkan beberapa sasaran saja, padahal
keterlibatan keseluruh sasaran penyuluhan sangat penting agar proses penyuluhan
bisa lebih efektif dan efisien Arief Sadiman, 2003:80.
BAB III
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan
Pada pembelajaran permainan tebak kata dan tebak gambar, peserta didik
dapat menjadi lebih aktif dalam menyampaikan aspirasi dan pemikirannya,
sehingga dapat membuat peserta didik lebih kreatif dalam pembelajaran. Oleh
karena itu, diperlukan pendorong untuk menggerakkan siswa agar semangat
belajar sehingga dapat memiliki prestasi belajar. Di dalam kondisi yang serba
terbatas saat ini, dibutuhkan pemahaman dan kreatifitas guru dalam mengemas
pembelajaran dalam permainan agar peserta didik tidak merasa bosan dalam
melakukan pembelajaran agar menarik perhataian dan motivasi siswa dalam
mengikuti tahapan pembelajaran. Pemilihan pendekatan dan model pendekatan
yang tepat, serta dukungan berbagai pihak menentukan keberhasilan pembelajaran
sangat penting sekali . Evaluasi pada pembelajaran ini penting untuk dilakukan.
Hal ini dikarenakan dengan melakukan evaluasi pada kembelajaran tebak kata dan
tebak gambar maka dapat diketahui apakah pembelajaran dapat berjalan efektif
atau tidak. Jika dirasa tidak efektif maka dapat melakukan modifikasi pada system
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
3.2 Saran
Kesuksesan pembelajaran ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak.
Oleh karena itu, pihak sekolah di sini perlu membuat skema dengan menyusun
manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaranyang menarik . Hal
ini dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel
untuk memudahkan komunikasi antar guru dan peserta didik secara efektif.
Dengan demikian, pembelajaran ini sebagai solusi yang efekti
DAFTAR PUSTAKA
https://text-id.123dok.com/document/6qm6on75y-permainan-tebak-gambar-landasan-
teori.html

Anda mungkin juga menyukai