Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRE EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah praktik kebidanan 2

Dosen pengampu :
Disusun Oleh :

Safira Rizky Rahmada P17324419032

PRODI KEBIDANAN KARAWANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG

2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul pre eklampsia
pada ibu hamil ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu
pada praktik kebidanan 2. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pre eklampsia pada ibu hamil bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen praktik kebidanan 2
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Karawang, 05 oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

BAB I.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG............................................................................................4

B. RUMUSAN MSALAH..........................................................................................4

C. TUJUAN................................................................................................................5

BAB II...............................................................................................................................6

PEMBAHASAN................................................................................................................6

A. PENGERTIAN PREEKLAMPSIA........................................................................6

B. TANDA GEJALA PREEKLAMPSIA...................................................................7

C. FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA PREEKLAMPSIA......................................7

D. FAKTOR RESIKO PREEKLAMPSIA..................................................................8


E. PENCEGAHAN TERJADINYA PREEKLAMPSIA.............................................8

F. PENATALAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN PADA PREEKLAMPSIA. . .9

BAB III............................................................................................................................12

PENUTUP.......................................................................................................................12

A. KESIMPULAN....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan sesuatu indikator derajat
kesehatan dan kematian pada ibu yang sewaktu hamil dan melahirkan. Menurut
WHO Angka Kematian Ibu (AKI) masih sangat tinggi, sekitar 810 wanita
meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan atau persalinan di seluruh dunia
setiap harinya, dan sekitar 295.000 wanita meninggal selama dan setelah
kehamilan dan persalinan.(WHO, 2020)
Tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi disebabkan
dengan beberapa faktor, seperti perdarahan hebat, infeksi, komplikasi dari
persalinan, aborsi tidak aman, dan salahnya satunya adalah preeklampsia (WHO,
2020). Menurut dinas kesehatan Kab. Karawang Angka Kematian Ibu (AKI)
pada tahun 2019 terdapat 45 kasus. Hipertensi dalam kehamilan/PEB/eklampsia
sebanyak 14 kasus (31,1%)
Preeklampsia merupakan gangguan multisistem yang mengakibatkan
koplikasi pada kehamilan 3%-8% di negara barat dan menjadi penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia (Uzan et al., 20211). Di Indonesia
frekuensi terjadinya preeklampsia ada 3%-10% pada thaun 2008.
Preeklampsia disebut juga disease of theories karena ada beberapa teori
yang dapat menjelaskan kejadian tersebut. Di seluruh dunia sendiri preeklampsia
menyebabkan kematian bayi sebesar 129-220 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 6 negara yaitu argentina, mesir,
india, peru, afrika selatan, dan vietnam pada rentang tahun 2001-2003 diketahui
bahwa angka kelahiran mati ada 12,5/1000 kelahiran, dan kematan neonatal dini
adalah 9 / 1000 kelahiran pada kejadian preeklampsia dan eklampsia.

B. RUMUSAN MSALAH
1. Apa yang dimaksud dengan preeklampsia
2. Tanda gejala ibu hamil yang mengalami preeklampsia
3. Faktor-faktor yang menyebabkan ibu mengalami preeklampsia
4. faktor resiko yang di timbulkan preeklampsia pada ibu hamil
5. Pencegahan pada ibu agar tidak mengalami preeklampsia
6. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada kasus preeklampsia

C. TUJUAN
a. Tujuan umum:
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai preeklampsia yang terjadi pada ibu
hamil.
b. Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan preeklampsia
2. Untuk mengetahui bagaimana tanda gejala preeklampsia pada ibu hamil
3. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab ibu mengalami preeklampsia
4. Untuk mengetahui faktor resiko yang di timbulkan preeklampsia pada
ibu hamil
5. Untuk mengetahui bagaimana mencegah preeklampsi terjadi pada ibu
hamil
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan kebidanan pada kasus preeklampsia
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PREEKLAMPSIA
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala
ini dapat timbul sebelum kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
(sujiyanti, 2009.61).
1. Klasifikasi
a. Preeklampsia ringan
Adalah suatu sindroma spesifik kehamilannya dengan
menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme
pembuluh darah dan aktivasi endotel. (prawirohardjo, 2009. 543).
Preeklampsia ringan di tandai dengan tekanan darah >140/90 mmHg
disertai dengan hasil pemeriksaan protein urine melebihi 300 mg dalam
24 jam atau tes urine dipstick >+1. Namun jika tidak didapati gejala
tersebut, hipertensi dapat diikuti dengan gangguan ginjal,edema paru,
gangguan liver, trombositopenia, terdapat gejala neurologis, dan
gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta.
b. Preeklampsia berat
Adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulntya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan
atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih menurut ilmu
kebidanan praktis.63. sedangkan menurut prawirohardjo (2009. 544)
adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan
tekanan darah diastolic > 110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 g/24
jam.
Preeklampsi dapat di deteksi ketika kehamilan < 34 minggu dan
ditemukan tekanan sistol < 160 mmHg dan diastol < 110 mmHg maka pasien
memiliki komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia, selanjutnya dilakukan
evaluasi janin termasuk evaluasi USG pertumbuhan janin dan perkiraan volume
cairan ketuban saat masuk, pemantauan detak jantung janin, evaluasi klinis
kriteria janin, velosimetri doppler arteri umbilikalis (Le et all, 2019)

B. TANDA GEJALA PREEKLAMPSIA


Preeklampsia adalah prenyakit komplikasi kehamilan yang memiliki trias gejala,
yaitu :
a. Hipertensi
b. Proteinuri dan oedema
Gejala tersebut timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas,
trias preeklampsia dapat juga disertai kovulsi sampai koma.
Selain tanda di atas ada juga tanda gejala pada preeklampsia ringan dan berat,
yaitu :
a. Preeklampsia ringan:
- Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan setiap 6 jam
- Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan setiap 6 jam
- Kenaikan berat badan 1kg atau lebih dalam seminggu
- Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kulatif plus 1 sampai 2 pada
urin kateter atau urin aliran pertengahan.
b. Preeklampsia berat:
- Tekanan darah 160/110 mmHg
- Oliguria urin < 400 cc/24 jam
- Proteinuria lebih dari 3 gr/L

C. FAKTOR TERJADINYA PREEKLAMPSIA


Faktor maternal yang beresiko dalam preeklampsia adalah pernah atau
sedang menderita diabees, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit autoimun dan
gangguan darah, pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya,
baru pertama kali hamil, hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan
sebelumnya, hamil usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun,
mengandung lebih dari 1 janin (gemeli), mengalami obesitas dalam kehamilan,
kehamilan yang dijalani merupakan hasil metode bayi tabung, dan ada riwayat
preeklampsia dalam keluarga.
Enam kategori faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian
preeklampsia di Indonesia, antara lain : karakteristik ibu hamil, riwayat
kehamilan, peningkatan berat badan atau obesitas, riwayat penyakit kronis,
pengetahuan tentang kehamilan dan masalah kehamilan, serta riwayat kontrasepsi
hormonal.

D. FAKTOR RESIKO PREEKLAMPSIA


Preeklampsia pada awalnya penyakit ringan sepanjang kehamilan, namun
pada akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia. Jika
eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan jantung,
kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan kematian
(Fatkhiyah,2018).
Dampak yang dapat ditimbulkan dari preeklampsia pada ibu yaitu
kelahiran prematur, oliguria, kematian, sedangkan dampak pada bayi yaitu
pertumbuhan janin terhambat, oligohidramion, dapat pula meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.

E. PENCEGAHAN TERJADINYA PREEKLAMPSIA


Preeklamsia sulit untuk dicegah karena sampai saat ini belum diketahui
secara jelas penyebab pastinya. Salah satu cara yang bisa Anda lakukan untuk
mengantisipasi kondisi tersebut adalah dengan menjalani pemeriksaan kandungan
secara berkala.
Dapat mendeteksi sejak dini ada atau tidaknya gejala yang dicurigai
sebagai tanda preeklamsia atau eklamsia, dengan pemeriksaan berikut ini:
 Pemeriksaan tekanan darah.
 Tes darah.
 Pemeriksaan urine.
 Perkembangan janin dalam kandungan.
Meski tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia, namun ada
beberapa faktor yang berkontribusi dalam mengontrol tekanan darah tinggi dalam
kehamilan. Beberapa hal yang bisa Anda lakukan dalam hal ini, yaitu:
 Mengurangi garam tambahan dalam makanan.
 Menghindari konsumsi makanan yang digoreng.
 Memperbanyak konsumsi air putih, dengan minum 8-10 gelas air sehari.
 Istirahat yang cukup.
 Berolahraga secara teratur
 Menghindari konsumsi minuman beralkohol dan kafein.

F. PENATALAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN PADA PREEKLAMPSIA


a. PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA RINGAN
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dilakukan rawat
inap maupun rawat jalan. Pada rawat jalan ibu hamil dianjurkan
banyak istirahat (tidur miring ke kiri). Pada umur kehamilan diatas
20 minggu tidur dengan posisi miring dapat menghilangkan tekanan
rahim pada vena kava inferior yang mengalirkan darah dari ibu ke
janin, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah
curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke
organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan
meningkatkan laju filtrasi glomerolus dan meningkatkan diuresis
sehingga akan meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan
reaktivitas kardiovaskuler, sehingga mengurangi vasospasme.
Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah ke
rahim, menambah oksigenasi plasenta dan memperbaiki kondisi janin
dan rahim. Pada preeklampsia tidak perlu dilakukan retriksi garam
jika fungsi ginjal masih normal. Diet yang mengandung 2 g natrium
atau 4-6 g NaCl (garam dapur) adalah cukup. Diet diberikan cukup
protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam secukupnya. Tidak
diberikan obat-obatan diuretik, antihipertensi dan sedatif
(Prawirohardjo, 2008).
Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsia ringan
perlu dirawat di rumah sakit yaitu dengan kriteria bila tidak ada
perbaikan yaitu tekanan darah, kadar proteinuria selama lebih dari 2
minggu dan adanya satu atau lebih gejala dan tanda preeklampsia
berat. Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa
pemeriksaan USG dan Doppler khususnya untuk evaluasi
pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion (Prawirohardjo, 2008).
Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilan. Menurut
Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22 sampai ≤37
minggu. 9 Pada umur kehamilan 37 minggu persalinan ditunggu
sampai timbul onset persalinan atau dipertimbangkan untuk
melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan dan
tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan persalinan secara
spontan (Prawirohardjo, 2008)

b. PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA BERAT


Pengelolaan preeklampsia berat mencakup pencegahan kejang,
pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan supportif
terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat untuk
persalinan. Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah
sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tidur miring ke kiri.
Pengelolaan cairan pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah
terjadinya edema paru dan oliguria. Diuretikum diberikan jika terjadi
edema paru dan payah jantung (Anonim, 2005).
Diuretikum yang dipakai adalah furosemid. Pemberian
diuretikum secara rutin dapat memperberat hipovolemi,
memperburuk perfusi utero-plasenta, menimbulkan dehidrasi pada
janin, dan menurunkan berat janin. Antasida digunakan untuk
menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang dapat
menghindari risiko aspirasi asam lambung (Prawirohardjo, 2008).
Pemberian obat antikejang pada preeklampsia bertujuan untuk
mencegah terjadinya kejang (eklampsia). Obat yang digunakan
sebagai antikejang antara lain diazepam, fenitoin, MgSO4.
Berdasarkan buku Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2007, antikejang yang digunakan
adalah MgSO4 yaitu dengan pemberian dosis awal 8 gram IM (4
gram bokong kanan dan 4 gram bokong kiri) dengan dosis lanjutan
setiap 6 jam diberikan 4 gram (Anonim, 2007).
Saat ini magnesium sulfat tetap menjadi pilihan pertama untuk
antikejang pada preeklampsia atau eklampsia. Pemberian magnesium
sulfat dapat menurunkan risiko kematian ibu dan didapatkan 50%
dari pemberiannya menimbulkan efek flusher (rasa panas). Syarat
pemberian MgSO4 yaitu reflek 11 patella normal, frekuensi
pernapasan >16 kali per menit, harus tersedia antidotum yaitu
Kalsium Glukonat 10% (1 gram dalam 10 cc) diberikan intravena 3
menit. Pemberian MgSO4 harus dihentikan jika Terjadi intoksikasi
maka diberikan injeksi Kalsium Glukonat 10% (1 gram dalam 10 cc)
dan setelah 24 jam pasca persalinan (Anonim, 2007). Bila terjadi
refrakter terhadap pemberian MgSO4 maka bisa diberikan tiopental
sodium, sodium amobarbital, diazepam atau fenitoin (Prawirohardjo,
2008).
Penentuan batas tekanan darah untuk pemberian antihipertensi
masih bermacam-macam, menurut POGI Antihipertensi diberikan
jika desakan darah ≥180/110 mmHg atau MAP ≥126. Jenis
antihipertensi yang diberikan adalah nifedipine 10-20 mg peroral,
dosis awal 10 mg, diulangi setelah 30 menit, dosis maksimumnya
120 mg dalam 24 jam. Desakan darah diturunkan secara bertahap, a)
penurunan awal 25% dari desakan sistolik, b) desakan darah
diturunkan mencapai
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Preeklampsia adalah Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Preeklampsia ini dibagi menjadi 2 yaitu preeklampsia
ringan dan preeklampsia berat.
Salah satu tanda gejalanya adalah terjadinya hipertensi pada ibu dan
adanya proteinuri dan oedem pada ibu hamil pada bagian kaki atau tangan.
Preeklampsia dipengaruhi oleh beberapa faktor maternal yaitu, umur,
paritas, riwayat hipertensi, hamil kembar, obesitas, dan diabetes mellitus.
Namun sejauh ini belum ada ketentuan passti faktor penyebab terjadinya
preeklampsia pada ibu hamil.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari preeklampsia pada ibu yaitu
kelahiran prematur, oliguria, kematian, sedangkan dampak pada bayi yaitu
pertumbuhan janin terhambat, oligohidramion, dapat pula meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.
Dan untuk mencegah terjadinya preeklampsia pada ibu hami adalah:
 Mengurangi garam tambahan dalam makanan.
 Menghindari konsumsi makanan yang digoreng.
 Memperbanyak konsumsi air putih, dengan minum 8-10 gelas air sehari.
 Istirahat yang cukup.
 Berolahraga secara teratur
 Menghindari konsumsi minuman beralkohol dan kafein.

DAFTAR PUSTAKA

Anita, R. E. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


PREEKLAMPSIA DI INDONESIA. 9.

Benedicto, a. (2018, September 13). Sayangi Janin dengan Mencegah Preeklamsia


Menjadi Eklamsia . Diambil kembali dari ALODOKTER:
https://www.alodokter.com/sayangi-janin-dengan-mencegah-preeklamsia-
menjadi-eklamsia

D, r., W, N., & Hessyani. (2005). DISFUNGSI ENDOTEL PADA PREEKLAMPSIA. 7.

Etika, H. E. (2014). Hubungan Antara Usia Dengan Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di POLI
KIA RSUD Kefamenanukabupaten Timor Tengah Utara. 10.

pane, d. m. (2020, februari 24). alodokter. Diambil kembali dari preeklamsia:


https://www.alodokter.com/preeklamsia
pratiwi, d. (2020). FAKTOR MATERNAL YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PREEKLAMSIA
PADA. 5.

rini, s. c. (2019). penatalaksanaan terapi pasien preeklampsia rawat inap RSUP Dr.
SOERADJI TIRTONEGORO tahun 2019, 18.

Susiana, S. (2008). ANGKA KEMATIAN IBU: FAKTOR PENYEBAB DAN UPAYA


PENANGANANNYA. 6.

Anda mungkin juga menyukai