OLEH
KELOMPOK 1
Perceptor
( )
KATA PENGANTAR
yang penulis miliki. Akan tetapi dengan segala ketulusan hati, penulis
sebab itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preeklampsi adalah keadaan di mana hipertensi disertai dengan
proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah
minggu ke-20 (Mitayani, 2009, hlm.14). Menurut Joyce (2014, hlm.223),
preeklamsi dikelompokkan dalam 2 tipe, yaitu preeklamsi ringan dan
preeklampsi berat: Preeklamsi ringan adalah serangan hipertensi kehamilan
(GH) bersama dengan proteinuria 1+ hingga 2+ dengan pertambahan berat
badan 2 kg per minggu setidaknya selama dua trisemester terakhir, sedangkan
preeklamsi berat terjadi ketika tekanan darah sistol (BP) mencapai atau
melebihi 160/110 mmHg atau lebih tinggi, dengan proteinuria 3+ hingga 4+,
defisiensi volume urin (oliguria), gangguan otak atau penglihatan seperti
pusing atau penglihatan kabur, serum kreatinin di atas 1,2 mg/Dl,
hiperrefleksi (kontraksi pergelangan kaki kemungkinan dialami), masalah
paru atau jantung, thrombocytopenia, edema peripheral akut, disfungsi hati
serta nyeri di bagian tengah atas perut dan kuadran atas kanan.
Menurut Kota Semarang tahun 2014, kematian ibu tertinggi adalah karena
eklamsia (48,48%), penyebab lainnya adalah karena perdarahan (24,24%),
disebabkan karena penyakit sebesar (18,18%), infeksi sebesar (3.03%) dan
lain-lain sebesar (6,07%) (Widoyono, 2015, hlm.15). Preeklamsi dapat
diobati secara farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan farmakologis
pada preeklamsi tentunya mengandung bahan kimia yang dapat menimbulkan
efek samping, sedangkan pengobatan non farmakologis adalah pengobatan
alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi nutrisi, aromaterapi,
pijat refleksiologi dan terapi rendam kaki dengan air hangat (Damayanti,
2014, hlm.2)
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam asuhan keperawatan ini, yaitu:
1. Bagaimana pengkajian pada ibu hamil dengan preeklampsia?
2. Bagaimana diagnosa keperawatan pada ibu hamil dengan
preeklampsia?
3. Bagaimana intervensi keperawatan pada ibu hamil dengan
preeklampsia?
4. Bagaimana implementasi keperawatan pada ibu hamil dengan
preeklampsia?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan pada ibu hamil dengan
preeklampsia?
B. Woc Terlampir
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam asuhan keperawatan ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengkajian pada ibu hamil dengan preeklampsia
2. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada ibu hamil dengan
preeklampsia
3. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada ibu hamil dengan
preeklampsia
4. Untuk mengetahui implementasi keperawatan pada ibu hamil dengan
preeklampsia.
5. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada ibu hamil dengan
preeklampsia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PREEKLAMSIA
1. Pengertian
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil
dengan usia kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai
dengan meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90 mmHg.
(Sitomorang, dkk 2016)
Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan (Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah hipertensi pada
kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah
umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24
jam (Nugroho, 2012).
2. Etiologi
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui
penyebabnya, tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat
terjadi pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai
faktor penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia
juga lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan
menghadapi risiko lebih besar untuk menderita hipertensi karena
kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan, riwayat kehamilan, riwayat
preeklampsia (Sitomorang dkk, 2016).
Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui secara pasti.
Menurut Angsar (2009) beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia
meliputi riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia, riwayat
preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35 tahun), riwayat
preeklampsia dalam keluarga, kehamilan kembar, hipertensi kronik.
3. Manifestasi klinis
Preeklamsi merupakan kumpulan dari gejala-gejala kehamilan
yang di tandai dengan hipertensi dan odem (Kusnarman, 2014) .
Gambaran klinik preeklampsia mulai dengan kenaikan berat badan
diikuti edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir
terjadi proteinuria (Saraswati, 2016 ).
Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya
yaitu sakit kepala hebat. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati
oleh perdarahan atau edema atau sakit karena perubahan pada lambung
dan gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan
kadang-kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan penyempitan
pembuluh darah dan edema (Wibowo, dkk 2015).
4. Patofisiologi
Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia
merupakan akibat dari keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain itu
terdapat bukti bahwa preeklampsi diawali oleh insufisiensi suplai darah
ke plasenta, yang mengakibatkan pelepasan substansi plasenta sehingga
menyebabkan disfungsi endotel vascular ibu yang luas (Hutabarat dkk,
2016).
5. Klasifikasi
Preeklampsia dibedakan menjadi dua yaitu preeklampsia ringan
dan preeklampsia berat dengan kriteria sebagai berikut:
Menurut Icemi dan Wahyu (2013) yang pertama Hipertensi
gestasional, Hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau
kehamilan dengam tanda-tanda preeklamsia namun tanpa proteinuria.
TD sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90 mmHg ditemukan
pertama kali sewaktu hamil dan memiliki gejala atau tanda lain
preeklamsia seperti dispepsia atau trombositopenia. Kedua, Sindrom
preeklamsia dan eklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai proteinuria, sedangkan eklamsia merupakan
preeklamsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma. TD
sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90 mmHg dengan proteinuria
≥300 mg/24 jam. Ketiga, hipertensi kronik dengan superimposed
preeklamsia Preeklamsia yang terjadi pada ibu hamil yang telah
menderita hipertensi sebelum hamil. Keempat, Hipertensi kronik
Hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg) yang telah
didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul
sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.
6. Komplikasi
Kejang (eklampsia) Eklampsia adalah keadaan ditemukannya
serangan kejang tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita
hamil, persalinan atau masa nifas yang sebelumnya menunjukan gejala
preeklampsia (Prawirohardjo, 2010).
Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun
pada akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia.
Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah
kegagalan jantung, kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir
dengan kematian (Natiqotul, 2016).
D. PERAN KELUARGA
1. Peran
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari
seseorang dalam situasi social tertentu agar dapat memenuhi harapan-
harapan yang akan dicapai (Setyawan, 2012).
Peranan Keluarga menggambarkan seperangkat perrilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat
(Setyawan, 2012)
Peranan keluarga menggambarkan pola perilaku interpersonal,
sifat, dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan
posisi tertentu. Adapun macam peranan dalam keluarga antara lain :
a. Peran Ayah
Sebagai seorang suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, ayah
berperan sebagai kepala keluarga, pendidik, pelindung, mencari
nafkah, serta pemberi rasa aman bagi anak dan istrinya dan juga
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat di lingkungan di mana dia tinggal (Istiati, 2010).
b. Peran Ibu
Sebagai seorang istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya,
dimana peran ibu sangat penting dalam keluarga antara lain
sebagai pengasuh 6 dan pendidik anak-anaknya, sebagai
pelindung dari anak-anak saat ayahnya sedang tidak ada dirumah,
mengurus rumah tangga, serta dapat juga berperan sebagai pencari
nafkah. Selain itu ibu juga berperan sebagai salah satu anggota
kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di
lingkungan di mana dia tinggal (Istiati, 2010).
c. Peran Anak
Peran anak yaitu melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial maupun spiritual.
Menurut (Friedman 1998, dalam buku santun setiawan 2008),
membagi 5 tugas kesehatan yang harus di lakukan keluarga, yaitu ; (1)
mengenal adanya gangguan setiap anggotanya; (2) mengambil keputusan
yang tepat; (3) memberikan perawatan kepada anggota yang sakit; (4)
mempertahankan keadaan lingkungan keluarga yang dapat menunjang
peningkatan status kesehatan para anggotanya; (5) mempertahankan
hubungan timbal balik antara keluarga dan Lembaga-lembaga kesehatan
yang lainnya.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana
terjadi interaksi antara anak dan orang tuanya. Keluarga berasal dari
bahasa sansekerta kulu dan warga atau kuluwarga yang berarti anggota
kelompok kerabat (Padila, 2012).
Keluarga merupakan lingkungan social yang tinggal satu rumah
dan sangat dekat dengan seseorang dengan memiliki peran yang
berbeda-beda. Di lingkungan keluarga itu seseorang bertempat tinggal,
dibesarkan, di bentuknya nilai-nilai budaya, pola pikir dan kebiasaanya
untuk bisa berinteraksi bersama orang lingkungan sekitar (Harnilawati,
2013).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang terikat perkawinan
dan tinggal bersama satu atap dalam keadaan saling membutuhkan dan
mempunyai peran masing-masing (Zaidin, 2010).
3. Peran Keluarga Sebagai Motivator
Tingginya motivasi atau dukungan akan mempengaruhi
kesembuhan setiap anggota keluarganya dalam proses penyembuha
bahwa kejadian situasional disini merupakan kejadian yang berhadapan
dengan keluarga yang pasti mempengaruhi fungsi peran setiap anggota
keluarga dan situasi ini sebenarnya merupakan kejadian yang penuh
dengan kebingungan mengenai perubahan kesehatan (Pipit, 2009).
4. Peran Keluarga Sebagai Edukator
Kurangnya pengetahuan keluarga dalam menjalankan peran
sebagai educator disebabkan oleh karena kurangnya peran keluarga
dalam mencari informasi, kurangnya informasi yang didapat oleh
keluarga tentang preeklamsi akan menimbulkan tidak tepat dalam
mengambil suatu keputusan. Adapun pengetahuan itu sendiri merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melihat suatu tindakan orang
lain. Peran keluarga sebagai educator ini hendaklah dapat lebih
ditingkatkan karena keluarga merupakan sistim pendukung yang penting
dalam memberikan pendidikan kesehatan dalam sebuah keluarga (Pipit,
2009).
5. Peran Keluarga Sebagai Perawat Keluarga
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dimana hal ini
akan mempengaruhi peran keluarga sebagai perawat keluarga terutama
pada ibu hamil dengan preeklamsi yang membutuhkan penanganan lebih
yang meliputi keluarga memperhatikan waktu (jadwal) kontrol, keluarga
melakukan tindakan untuk meningkatkan status kesehatan, dan keluarga
selalu berkonsultasi dengan petugas pelayanan kesehatan tentang
keadaaanya, maka hendaklah lebih ditingkatkan lagi pelayanan
kesehatan bagi anggota keluarga yang sakit demi meningkatkan derajat
kesehatan (Pipit, 2009).
6. Fungsi Keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat
dijalankan yaitu sebagai berikut :
a. Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak serta memenuhi kebutuhan
gizi keluarga (Mubarak, dkk 2009). Fungsi ini berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis keluarga,
diantaranya kebutuhan seksual. Kebutuhan ini berhubungan
dengan pengembangan keturunan atau keinginan untuk
mendapatkan keturunan. Selain itu juga termasuk dalam fungsi
biologis ini yaitu perlindungan fisik seperti kesehatan jasmani dan
kebutuhan jasmani yaitu dengan terpenuhinya kebutuhan sandang
pangan dan papan akan mempengaruhi kepada jasmani setiap
anggota keluarga.
b. Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman
bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga,
memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta
memberikan identitas pada keluarga (Mubarak, dkk 2009).
c. Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya
(Mubarak, dkk 2009). Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang
mengembangkan proses interaksi dalam keluarga yang di mulai
sejak lahir dan keluarga yang di mulai sejak lahir dan keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi (Setiawati,
2008).
d. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga saatini dan menabung untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dimana yang akan datang
(Mubarak, dkk 2009).
e. Fungsi Pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk
memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku
anak sesuai dengan bakat dan minatyang dimilikiny,
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta mendidik
anak sesuai dengan tingkat perkembangannya (Mubarak, dkk
2009).
7. Peran Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Keluarga dapat melaksanakan perawatan atau pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu sebagai
berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak
boleh diabaikan. Karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak
akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahan-perubahan yang di alami oleh anggota keluarganya.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara
tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua.
Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat
kapan terjadinya, perubahan apayang terjadi dan seberapa besar
perubahannya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu keluargamaka
semakin baik pengetahuan keluarga tersebut tentang kesehatan.
faktor yang mempengaruhi keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan adalah karakteristik demografi keluarga, salah satunya
adalah tingkat pendidikan keluarga (Supingatno, 2014).
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Bahwa dalam perawatan pasien sebagai individu, keluarga
berperan sebagai pengambil keputusan. Tugas ini merupakan
upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan di antara
anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
sebuah tindakan. Tindakan kesehatan yang di lakukan oleh
keluarga di harapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang
terjadi dapat di kurangi atau teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka keluarga dapat
meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat
tinggalnya (Supingatno, 2014).
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Bahwa keluarga memberikan perawatankepada anggota
keluarganya yang sakit di rumah atau membawanya ke pelayanan
kesehatan untuk mendapat tindak lanjutan agar tidak terjadi
masalah yang lebih parah lagi.Sering kali keluarga mengambil
tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga masih merasa mengalami
keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawata agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan
di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah apabila keluarga
telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
Berikut yang harus di perhatikan oleh keluarga ketika
memberi perawatan yaitu lihat bagaimana keadaan penyakitnya
(sifat, penyebaran, kompikasi, prognosis dan perawatannya), sifat
dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, fasilitas yang
dibutuhkan dan sikap keluarga terhadap yang sakit (Edward,
2009).
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung dan
bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga
akan memiliki waktu yang lebih banyak berhubungan dengan
lingkungan tempat tinggal. Oleh karena iu, kondisi rumah harus
dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga
(Supingatno, 2014).
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan
dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga
dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan
untuk memecahkan masalah yang di alami anggota keluarganya,
sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.
Hal yang harus dilakukan oleh keluarga ketika
memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu mengetahui keberadaan
fasilitas keluarga, keuntungan-keuntungan yang diperoleh dan
tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas pelayanan
kesehatan (Edward, 2009).
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN ANTE NATAL CARE PADA NY. P
G3 P0 A1 DENGAN PRE EKLAMPSI
I. Biodata
A. Data Umum Klien
Initial Klien : Ny. P
Usia : 33 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jl. Kenanga I RT 04 RW 02 Gedawang
B. Biodata Penanggungjawab
Nama : Tn. D
Umur : 35 tahun
Alamat : Jl. Kenanga I RT 04 RW 02 Gedawang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien: Suami
II. Riwayat Keperawatan
A. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut, perut terasa kencang-kencang.
B. Riwayat Menstruasi
1) Haid pertama : Umur 14 tahun
2) Teratur/ Tidak teratur : Teratur
3) Siklus : 28 hari
4) Lamanya : 7 hari
5) Banyaknya : 3 kali ganti pembalut
6) Sifat Darah : Menggumpal
7) Dismenorhea :-
C. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat KB
Jenis KB yang digunakan sebelum hamil : Klien mengatakan belum KB
D. Riwayat Obstetri
1) Status Obstetri : G3 P0 A2 Hamil 36 minggu
2) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu :
3) Riwayat kehamilan saat ini :
- HPHT : 25 Februari 2019 Taksiran partus : 9 Desember 2019
- BB Sebelum Hamil: 70 Kg TD sebelum hamil : 130/90 mmHg
E. Riwayat perawatan yang lalu :
Pasien mengatakan pada persalinan anak pertama dan anak kedua abortus.
Sedangkan anak ketiga ini dengan indikasi Pre Eklampsi , sehingga klien
harus dilakukan operasi.
F. Riwayat penyakit keluarga :
Klien mengatakan tidak memiliki keluarga dengan penyakit hipertensi dan
DM
G. Pola Kesehatan
1) Pola Nutrisi dan Cairan :
a. Sebelum dirawat
Sebelum sakit pola makan klien teratur 3x sehari habis berupa
nasi, sayur dan lauk pauk serta buah. Klien menghabiskan 1
porsi makan. Klien minum air putih sebanyak 6-7 gelas/hari
dan dilengkapi dengan susu untuk ibu hamil. Berat badan klien
sebelum hamil adalah 70 kg dan setelah hamil 77 kg.
b. Saat dirawat
Selama dirawat klien makan 3x sehari sesuai diit dan porsi
yang diberikan dari rumah sakit. Klien menghabiskan porsi
yang diberikan rumah sakit.
2) Pola Eliminasi
a. BAB : 1 kali sehari
Konsistensi: Lunak
Warna : Kuning kecoklatan
b. BAK : 5-6 kali/hari
Jumlah : ± 1.500 cc/hari
Warna : Kuning pekat
Bau : Khas amonia
3) Pola Aktivitas dan Latihan :
a. Sebelum di rawat
Sebelum dirawat, klien mengatakan selalu beraktivitas seperti biasa
yaitu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci,
menyapu, dan memasak.
b. Selama di rawat
Klien mengatakan pada saat dirawat, klien tidak mampu
melakukan kegiatan yang biasa ia kerjakan sebelum dirawat. Yang
dilakukan pasien yaitu makan dan minum di tempat tidur dan
meningkatkan istirahat. Untuk melakukan aktivitas selama dirawat,
klien dibantu oleh suaminya.
4) Pola Istirahat dan Kenyamanan
a. Sebelum dirawat
Sebelum sakit, klien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya
yaitu 7-8 jam/hari. Klien biasa tidur pada malam hari pukul 20.00
WIB dan bangun pagi pukul 05.00. Klien tidak pernah
mengkonsumsi obat tidur.
b. Saat dirawat
Klien mengatakan tidak ada keluhan dengan istirahatnya. Klien
dapat tidur 7-8 jam/hari.
5) Pola hidup yang mempengaruhi kehamilan
Klien mengatakan pada kehamilan sekarang, klien tidak ada
keluhan hanya saja tekanan darah klien tinggi , sebelumnya klien
tidak pernah memiliki riwayat penyakit hipertensi.
H. Riwayat Psikososial
1) Penerimaan terhadap kehamilan : Klien mengatakan menerima dan
menantikan kehamilannya saat ini. Kehamilannya merupakan
kehamilan yang direncanakan bersama suaminya.
2) Rencana perawatan bayi : Klien mengatakan akan merawat bayinya
sendiri jika sudah melahirkan.
3) Kesanggupan dan pengetahuan tentang perawatan kehamilan dan
persalinan :
- Senam hamil : Klien mengatakan jarang melakukan senam
hamil karena pekerjaan rumah yang tidak bisa ditinggalkan.
Namun klien mengerti bahwa senam hamil baik untuk proses
melahirkan nantinya.
- Nutrisi ibu hamil : Klien mengatakan mengerti bahwa ibu
hamil memerlukan nutrisi yang baik demi pertumbuhan janin,
akan tetapi pasien belum mengetahui makanan apa saja yang
penuh gizi dan baik untuk ibu hamil.
- Manajemen nyeri persalinan : Klien mengatakan belum
mengerti cara melakukan manajemen nyeri persalinan nyeri
persalinan nonfarmakologis yaitu teknik bernafas yang efektif.
- Tanda-tanda dan proses persalinan : Klien mengatakan
mengerti tanda-tanda proses persalinan. Klien mampu
menyebutkan tanda-tanda persalinan seperti merasakan nyeri
punggung, sakit perut, keluar lendir kental bercampur darah
dari vagina, air ketuban pecah.
I. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis E: 4 , V: 5, M: 6
3. BB : 70 kg
4. TB : 160 cm
5. Nadi : 96 x/menit
6. Pernafasan : 22 x/menit
7. TD : 160/100 mmHg
8. Suhu : 36,5˚C
2) Kepala
- Inspeksi : Bentuk simetris, rambut hitam, tidak ada benjolan
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
3) Dada
a. Jantung
Inspeksi : pergerakan dada simetris, ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi : terdengar pekak di area jantung
Auskultasi : Terdengar suara jantung S1 S2
b. Paru-paru
Inspeksi : dada simetris, pengembangan dada simetris, tidak
ada jejas
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar suara sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : terdengar suara vesikuler di seluruh lapang paru,
tidak terdengar suara tambahan.
4) Abdomen
a. Abdomen membesar karena hamil, terdapat striae gravida
Bekas operasi : tidak terdapat bekas operasi
Perut jatuh ke sisi kiri.
- Leupold I : TFU 3 jari dibawah prosesus xipoideus 33 cm,
bagian fundus teraba bagian janin yang lunak, bulat, tidak
melenting presentasi bokong.
- Leupold II : Bagian kiri perut teraba bagian janin yang lurus
dan datar seperti papan presentasi punggung. Bagian kanan
perut teraba bagian kecil-kecil janin presentasi ekstremitas.
- Leupold III : Bagian bawah ibu teraba bagian janin keras, bulat
dan melenting presentasi kepala.
- Leupold IV : Bagian terendah janin sudah masuk pintu panggul
(konvergen).
Kesimpulan leopold : letak bayi kepala dibagian bawah,
punggung sebelah kiri, presentasi kepala, DJJ 133x/menit,
kontraksi uterus 3x/10 menit dengan durasi 20 detik. Janin
tunggal.
5) Perineum dan Genitalia : Vagina belum menonjol, ketuban utuh,
porsio : lunak dan tebal, tidak ada varises, tidak ada bekas luka,
tidak ada odema dan benjolan, bersih, dan tidak ada hemoroid.
6) Ektremitas
a. Atas
Tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm, tidak ada edema, turgor
baik, akral hangat, tidak terdapat sianosis, Kekuatan otot tangan
kanan dan kiri 5.
b. Bawah
Simetris, tidak ada edema, turgor baik, akral hangat, tidak terdapat
sianosis. Kekuatan otot kaki kanan dan kiri 5.
7) Kulit : warna kulit cokelat, lembab, CRT<2detik.
J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaaan laboratorium :
Hari : Senin Tanggal : 25 November 2019
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap :
Hemoglobin 11.1 g/dL 11.7 – 15.5
Leukosit 11.04 10^3/uL 3.6 – 11
Trombosit 271 10^3/dL 150 – 440
Hematokrit 36 % 35 – 47
Eritrosit 4.90 10^6/uL 3.8 – 5.2
MCV 73,5 fL 80 – 100
MCH 22,7 pg 26 – 34
MCHV 30,8 g/L 32 – 36
IMUNOLOGI
HbSAg kualitatif Negatif Negatif
Hasil : Pada pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin Ny.P 11.1 g/dL nilai
ini berada dibawah nilai normal Hb yaitu 11.7-15.5 g/dL. Hb rendah
adalah keluhan yang paling sering didengar, atau yang juga sering disebut
anemia yang disebabkan oleh kurangnya Hemoglobin (Hb) pada sel darah
merah. Penurunan kadar hemoglobin ini umumnya disebabkan karena
kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi ibu hamil. Kondisi ini juga
disebut sebagai anemia defisiensi besi. Ketika asupan zat besi kurang,
tubuh tidak menghasilkan jumlah hemoglobin yang memadai. Akibatnya,
hemoglobin tidak cukup membawa oksigen ke jaringan di seluruh tubuh,
termasuk ke janin. Selain kurangnya asupan zat besi dari makanan,
penyebab lain juga dikarenakan ketidakmampuan tubuh untuk menyerap
zat besi.
1. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (kontraksi rahim)
b. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
hipertensi.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Hari, Tgl Jam Implementasi Respon Ttd
Keperawatan
Kamis, 28 13.10 Nyeri akut - Melakukan pengkajian DS :
November berhubungan nyeri komprehensif yang Klien mengatakan :
2019 dengan agens meliputi lokasi, P : nyeri muncul saat pasien bergerak
cedera biologis karakteristik, onset/durasi, Q : kencang-kencang seperti diremas-
frekuensi, kualitas, remas
intensitas atau beratnya R : nyeri terasa di perut
nyeri dan faktor pencetus. S : skala nyeri yang dirasakan 4
T: nyeri hilang timbul
DO :
- Pasien tampak meringis
- TD : 160/100
- N : 96 x/menit
- RR : 22 x/menit
- T : 36,5˚C
13.10 - Mengobservasi adanya DS : -
petunjuk nonverbal DO : Klien tampak meringis
mengenai
ketidaknyamanan
DO :
- Klien tampak tenang setelah
melakukan teknik nafas dalam
- Skala nyeri 3
17.00 - Memonitor tekanan darah, DS : -
nadi, suhu dan pernapasa DO :
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,4oC
- Irama pernapasan teratur
A : masalah ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral teratasi
P : lanjutkan intervensi.
BAB IV
A. HASIL
Data Subjektif :
Pasien mengatakan :
Q : seperti diremas-remas
R : perut
S : skala 4
T: terus menerus
Data objektif :
Data Objektif :
yaitu nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis (kontraksi uterus) dan
sesuai dengan teori menurut Nurarif dan Kusuma (2015) dan nanda internasional
(2018) bahwa masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan usia
kehamilan trimester ketiga dan pre eklamsia yaitu: nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera biologis (kontraksi uterus) dan ketidakefektifan perfusi jaringan otak
2. Implementasi keperawatan
dengan apa yang saya sudah rencanakan pada intervensi keperawatan dimana saya
bertujuan untuk meningkatkan aliran balik. Posisi duduk pada penderita hipertensi
untuk mengurangi tekanan darah karena dapat mengurangi aliran darah balik ke
jantung yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi karena semakin banyak darah yang
meningkatkan kemampuan klien dalam mengontrol nyeri, Hal ini sesuai dengan
teori Brunner dan Suddarth (2015) bahwa relaksasi nafas dalam meningkatkan
mengurangi stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intesitas nyeri dan
menurunkan kecemasan.
Menjelaskan pada pasien mengenai tujuan merendam kaki dengan air
hangat untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan teori Kusumastuti,
(2011). Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh
sehingga tehnik rendam kaki dengan air hangat dapat digunakan sebagai salah satu
terapi yang dapat memulihkan otot sendi yang kaku serta menyembuhkan stroke
Efek panas akan dapat menyebabkan zat cair, padat dan gas mengalami
pemuaian ke segala arah dan dapat meningkatkan reaksi kimia pada jaringan,
tubuh dengan cairan tubuh. Efek biologis panas dapat menyebabkan dilatasi
inilah yang digunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dalam tubuh
Teori ini didukung jurnal penelitian yang dilakukan oleh Muchlish &
Asrofin (2019) yang berjudul efektifitas terapi air hangat terhadap penurunan
tekanan darah pada ibu hamil hipertensi dengan jumlah responden 21 orang,
menunjukkan hasil bahwa terapi rendam air hangat efektif dalam menurunkan
tekanan darah ibu hamil dengan preeklamsia. Tindakan lainnya yang saya berikan
yaitu pemberian obat anti hipertensi sesuai instruksi dokter dan pantau tanda-tanda
vital.
3. Evaluasi keperawatan
Hasil evaluasi keperawatan pada Ny. P yaitu klien mengalami penurunan skala nyeri
dan penurunan tekanan darah yang signifikan setelah diberikan implementasi
keperawatan yang sudah sesuai dengan teori yang ditetapkan oleh beberapa ahli, artinya
tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang mengalami masalah preeklamsia pada
kehamilan trimester ketiga
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil diatas bahwa Terapi Air Hangat dapat menurunkan tekanan darah
pada ibu preeklampsi khususnya pada Ny.P yang dirawat di Ruang Flamboyan RSUD
Ungaran.
B. Saran
perawat dalam melakukan intervensi keperawatan kepada pasien yang mengalami Pre
Brunner & Suddarth, 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 12 EGC, Jakarta.
Fathonah, S. (2016). Gizi & Kesehatan untuk Ibu Hamil. Jakarta: Erlangga.
H, T., Situmorang, Damantalm, Y., Januarista, A., & Sukri. (2016). Faktor-Faktor Yang
Helga, Serudji, J., & Bachtiar , H. (2016). Perbedaan Rerata Rasio Kalsium Magnesium Dan
Kozier E.B & Snyder. 2010. Fundamental Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Kusumastuti. 2011. Pengaruh Rendam Air Hangat Pada Kaki Dalam Meningkatkan Kuantitas
Tidur Lansia. Tesis. Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang. Jombang
di Poli Kandungan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jombang Jawa Timur .
Muhani, N., & Besral. (2015). Preeklamsi Berat Dan Kematian Ibu. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional,
Palupi, D. D., & Indawati, R. (2014). Faktor Resiko Kematian Ibu Preeklamsi/Eklamsia dan
Prawirohardjo S. 2013. Penyakit tekanan darah tinggi Dalam Kehamilan Dalam : Ilmu
Tekanan Darah pada Lansia Penderita Penyakit tekanan darah tinggi .Tesis.
Saraswati, N., & Mardiana. (2016). Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Sumarni, & Suryani, E. S. (2016). Pengaruh Kadar Hematologi Dengan Berat Badan Bayi
Supinganto, A., Metri, I. K., & Supriyanto, I. (2014). Gambaran Peran Keluarga Dalam
Widoyo, R. (2015). Peningkatan Peran Suami Dalam Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia.
Yudianti, I., Sundari, S., & Pratiwi, S. S. (2015). Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil
Indonesia.