Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Kaitan Akhlak dan Karakter dalam islam”

Dosen Pengampu: Irni Latifa Irsal, M. Pd

Di susun oleh :

Nama : Tia Maya Nofriyanti

Nim : 20571017

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) CURUP

TAHUN AJARAN 2022/2023


PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKHLAK

Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khuluqun” yang
berari budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah
pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan
manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Akhlak pada dasarnya
melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang
melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya,
apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah (Syarifah Habibah, 2015)

Akhlak merupakan salah satu dari ajaran Islam yang harus dimiliki oleh setiap
individu muslim dalam menunaikan kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, akhlak
menjadi sangat penting artinya bagi manusia dalam hubungannya dengan sang Khaliq dan
dengan sesama manusia. Akhlak agar mempengaruhi kualitas kepribadian seseorang yang
menyatukan pola berpikir, bersikap, berbuat, minat falsafah hidup dan keberagamannya.
Akhlak yang merupakan situasi batiniah manusia memproyeksikan dirinya kedalam
perbuatan-perbuatan lahiriyah yang akan tampak sebagai wujud nyata dari hasil perbuatan
baik atau buruk menurut Allah SWT dan manusia. Kesempurnaan kepribadian seseorang
akan sangat dipengaruhi oleh intensitas akhlaknya (Suryadarma & Haq, 2015).

Akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syariah. Oleh karena itu, akhlak merupakan pola
tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan sehingga tergambarkan
dalam perilaku yang baik. Akhlak merupakan perilaku yang tampak (terlihat) dengan jelas,
baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena Allah.
Namun demikian, banyak pula aspek yang berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran,
seperti akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola perilaku kepada
Allah, sesama manusia, dan pola perilaku kepada alam.

Akhlak islam dapat dikatakan sebagai aklak yang islami adalah akhlak yang
bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini merupakan amal perbuatan
yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim
yang baik atau buruk. Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar. Secara
mendasar, akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq (pencipta) dan
makhluq (yang diciptakan) (Syarifah Habibah, 2015)

B. Pengertian karakter.

Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti to engrave
(melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal.
Berakar dari pengertian yang seperti itu, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri
yang khusus, dan karenanya melahirkan sutu pandangan bahwa karakter adalah ‘pola perilaku
yang bersifat individual, keadaan moral seseorang’. Setelah melewati tahap anak-anak,
seseorang memiliki karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan
dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya (Kevin Ryan, 1999:5).

Mengetahui yang baik berarti dapat memahami dan membedakan antara yang baik
dan yang buruk. Mengetahui yang baik berarti mengembangkan kemampuan untuk
menyimpulkan atau meringkaskan suatu keadaan, sengaja, memilih sesuatu yang baik untuk
dilakukan, dan kemudian melakukannya. Aristoteles menyebutnya dengan practical wisdom
(kebijakan praktis). Memiliki kebijakan praktis berarti mengetahui keadaan apa yang
diperlukan. Mengetahui, misalnya, siswa dapat merencanakan kegiatan mereka, seperti
bagaimana mereka mengerjakan pekerjaan rumah mereka, menghabiskan waktu dengan
keluarga dan teman-teman mereka. Tetapi kebijakan praktis tidak semata-mata tentang
manajemen waktu, melainkan berkaitan pula dengan prioritas dan pemilihan sesuatu yang
baik dalam semua suasana kehidupan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk membuat
komitmen yang bijak dan menjaganya (Kevin Ryan, 1999:5).

Selanjutnya Aristoteles mendefiniskan karakter yang baik sebagai tingkah laku yang
benar --tingkah laku yang benar dalam hubungannya dengan orang lain dan juga dengan diri
sendiri. Di pihak lain, karakter, dalam pandangan filosof kontemporer seperti Michael Novak,
adalah campuran atau perpaduan dari semua kebaikan yang berasal dari tradisi keagamaan,
cerita, dan pendapat orang bijak, yang sampai kepada kita melalui sejarah. Menurut Novak,
tak seorang pun yang memiliki semua kebajikan itu, karena setiap orang memiliki
kelemahan-kelemahan. Seseorang dengan karakter terpuji dapat dibedakan dari yang lainnya
(Lickona, 1991:50)
C. Indikator Akhlak.
1. Indikator Akhlak Terpuji dan Akhlak Tercela

Pengertian indikator menurut para ahli:

• Menurut WHO, indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur
perubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung
• Menurut Darwin Syah, indikator adalah tanda atao ciri-ciri siswa sudah mampu
memenuhi kompetensi dasar yang di terapkan.
• Menurut Wilson dan Sapanuchart, indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari
suatu kejadian atau kondisi. Misalnya berat badan bayi berdasarkan umur adalah
indikator bagi status gizi bayi tersebut.
• Menurut buku petunjuk teknis standar pelayanan minimal idang kesehatan di
kabupaten/kota.

2. Indikator akhlak terpuji dan akhlak tercela


1. Baik dan buruk menurut agama
Baik dan buruk akhlak manusia dapat kita lihat dari prilaku sehari-harinya, karena
perilaku manusia pasti berubah-ubah. Manusia wajib mengetahui dan memahami makna baik
dan buruk yang benar, karena pada kenyataannya yang baik menurut manusia belum tentu
baik menurut Allah. begitupun sebaliknya, yang buruk menurut manusia belum tentu buruk
buruk menurut Allah, dan pada dasarnya akal pemikirang manusia dan kemampuan manusia
sangat terbatas.
Allah SWT berfirman:
“Dan tidaklah sama antara kebaikan dengan kejahatan, tolaklah (kejahatan itu) dengan cara
yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan diantara kamu dan dia akan
seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak di anugerahkan, kecuali kepada
orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”
a) Indikator utama dari perbuatan yang baik adalah sebagai berikut:
• Perbuatan yang di perintahkan oleh ajaran Allah dan rasulullah SAW yang termuat
dalam al-qur’an dan as-sunnah
• Perbuatan yang mendatangkan kemaslahatan dunia dan akhirat.
• Perbuatan yang meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Allah dan sesama
manusia.

b) Indikator perbuatan yang buruk atau akhlak yang tercela adalah sebagai berikut:
• Perbuatan yang di dorong oleh hawa nafsu yang datangnya dari setan.
• Perbuatan yang membahaykan kehidupan di dunia dan merugikan di akhirat.
• Perbuatan yang menjadikan permusuhan dan kebencian.

3. Indikator Penilaian Akhlak Mulia Siswa


1) Kedisiplinan, yaitu kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib, seperti datang tepat
waktu, mengikuti semua kegiatan yang diwajibkan, dan pulang tepat waktu.
2) Kebersihan, yaitu kesadaran untuk berbudaya bersih, seperti membuang sampah pada
tempatnya, mencuci tangan sebelum makan, membersihkan tempat kegiatan, merawat
kesehatan diri (mandi dan gosok gigi).
3) Tanggungjawab, yaitu kesadaran untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang
diberikan, seperti menyelesaian tugas-tugas selama kegiatan berlangsung.
4) Sopan santun, yaitu sikap hormat kepada orang lain, baik dalam bentuk perkataan,
perbuatan, dan sikap, seperti bicara yang sopan, berpakaian yang sopan, dan posisi
duduk yang sopan.
5) Hubungan sosial, yaitu kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan orang lain secara
baik, seperti menjalin hubungan baik dengan guru dan sesama teman, menolong
teman, dan mau bekerjasama dalam kegiatan yang positif.
6) Kejujuran, yaitu kejujuran dalam perkataan dan perbuatan, seperti tidak berbohong,
dan tidak berlaku curang.
7) Pelaksanaan ibadah ritual, yaitu pengamalan ajaran agama yang dilakukan peserta
didik dalam bentuk ibadah ritual, seperti sholat, puasa, dan berdoa

D. Indikator Karakter.
Dalam mencapai tujuan pendidikan karakter dibutuhkannya suatu indikator tertentu
sebagai bahan acuan pendidikan tersebut. Berikut 18 Indikator Pendidikan Karakter bangsa
sebagai bahan untuk menerapkan pendidikan karakter bangsa menurut kemendiknas:

a. Religius: sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
c. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari apa yang telah dimiliki.
g. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis: cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain. i. Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
i. Semangat Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
j. Cinta Tanah Air: cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
k. Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, dan
menghormati keberhasilan orang lain.
l. Bersahabat dan Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
m. Cinta Damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadirannya.
n. Gemar Membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan baginya.
o. Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
p. Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
q. Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sementara itu, Ratna Megawangi berpendapat bahwa terdapat 9 pilar karakter yang berasal
dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:

a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya,


b. Kemandirian dan tanggungjawab,
c. Kejujuran atau amanah,
d. Hormat dan santun,
e. Dermawan, suka tolong menolong dan gotong royong atau kerjasama,
f. Percaya diri dan pekerja keras,
g. Kepemimpinan dan keadilan,
h. Baik dan rendah hati,
i. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Pendidikan karakter sendiri memiliki fungsi untuk mengembangkan watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut diurai
dari fungsi Pendidikan karakter, meliputi:

1. mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik
2. memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
3. meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia
4. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan
media massa.
E. Macam-macam akhlak

1. Akhlak Mahmudah

Macam macam akhlaq yang pertama ialah akhlak mahmudah. Pengertian akhlak mahmudah
ialah akhlak yang baik atau akhlak terpuji. Adapun beberapa contoh akhlak mahmudah yaitu
meliputi:

• Jujur ialah tingkah laku yang didorong atas niat dan keinginan baik agar dirinya serta
orang lain tidak memperoleh kerugian.
• Berperilaku baik ialah reaksi seseorang secara psikis melalui cara terpuji terhadap
lingkungannya.
• Malu ialah perangai seseorang untuk meninggalkan perbuatan tercela dan buruk
sehingga dapat menghalangi orang agar tidak lalai dengan orang lain, mencegah
seseorang melakukan kegiatan maksiat dan dosa.
• Rendah hati ialah seseorang yang memiliki sifat tidak merasakan dirinya lebih tinggi
dibandingkan orang lain dan dirinya ditempatkan sederajat dengan orang lain.
• Murah hati ialah sikap suka memberi terhadap orang lain tanpa mengharapkan
imbalan dan pamrih.
• Sabar ialah menahan semua hal dari adanya hawa nafsu yang menimpa diri.

2. Akhlak Mazmumah

Macam macam akhlak selanjutnya ialah akhlak mazmumah. Pengertian akhlak mazmumah
ialah akhlak yang buruk atau akhlak tercela. Adapun beberapa contoh akhlak mazmumah
yaitu sebagai berikut:

• Riya’ ialah sebuah perbuatan buruk yang dilakukan untuk memperoleh pujian orang
dan orang lain dapat melihat itu.
• Sum’ah ialah berkata atau berbuat sesuatu agar orang lain mendengarnya sehingga
namanya lebih dikenal banyak orang.
• Ujub ialah sikap kekaguman terhadap diri sendiri.
• Takabur ialah sikap merasa dirinya paling hebat dan membanggakan diri sendiri
daripada orang lain.
• Tamak ialah rakus atau serakah kepada apa yang menjadi keinginannya.
• Malas ialah sikap yang enggan melakukan suatu hal.
• Fitnah ialah berbicara apa yang bukan faktanya.
• Bakhil ialah sikap tidak suka memberikan atau membagi miliknya dengan orang lain
(pelit).

➢ Ruang Lingkup Akhlak

Selain macam macam akhlak di atas, adapula ruang lingkup akhlak. Akhlak memiliki ruang
lingkup yang cukup luas. Adapun beberapa ruang lingkup pada akhlak menurut para ahli
yaitu sebagai berikut:

❖ Menurut Muhammad Abdullah Daras

Menurut Muhammad Abdullah Daras, ruang lingkup akhlak terdiri dari beberapa bagian
seperti:

• Al Ahklak Al Fardiyah (Akhlak Pribadi) yang meliputi akhlak yang dilarang, akhlak
dalam kondisi darurat, akhlak yang diperintahkan dan akhlak yang diperbolehkan.
• Al Akhlak Al Usrawiyah (Akhlak Berkeluarga) yang meliputi kewajiban suami istri,
kewajiban kepada kerabat karib, serta kewajiban timbal balik anak dan orang tua.
• Al Akhlaq Al Ijtima’iyah (Akhlak Bermasyarakat) yang meliputi akhlak yang
diperintahkan, akhlak yang dilarang, dan kaidah kaidah dalam adab.
• Akhlak ad Daulah (Akhlak Bernegara) yang meliputi hubungan dengan luar negeri
dan hubungan pemimpin dengan rakyatnya.
• Akhlak Beragama yang meliputi kewajiban kepada Allah SWT.

❖ Menurut Yuniar Ilyas


Menurut Yuniar Ilyas, ruang lingkup akhlak terdiri dari beberapa bagian seperti:

• Akhlak kepada Allah SWT.


• Akhlak kepada Rasulullah.
• Akhlak kepada diri sendiri.
• Akhlak kepada masyarakat.
• Akhlak kepada keluarga.
F. Macam-macam Karakter

Adapun pembagian macam-macam karakter kepribadian oleh Hipporeates-Galenus, adalah


sebagai berikut antara lain:

1. Sanguinis (Populer)

Cairan yang lebih dominan dalam tubuh seseorang adalah cairan Sanguin. Orang sanguin
memiliki karakter yang khas. Mereka memiliki sifat sedikit seperti anak-anak. Dia mudah
bergaul dan akrab meskipun dengan orang-orang yang baru dikenalnya sehingga tidak
memiliki masalah dalam kehidupan sosialnya. Orang dengan karakter ini sangat suka bicara
serta mudah untuk mengikuti sebuah kelompok.

Namun, orang dengan karakter sanguinis cenderung sulit untuk fokus pada satu hal saja.
Dia egois, pelupa, suka terlambat dan sering membuat hal kecil menjadi besar. Meskipun
demikian, orang dengan karakter sanguinis biasanya tampak mencolok dan terlihat tampil
daripada anggota kelompok lainnya. Apabila kita bertemu dengan karakter demikian, maka
kita harus memberikan penghargaan yang tulus, lebih banyak mendengar karena mereka suka
berbicara, jangan mengkritik secara langsung, dan bertanyalah hal-hal yang dia suka.

2. Koleris (Kuat)

Manusia dengan karakter koleris memiliki kemampuan memimpin yang bagus karena dia
bisa dengan mudah untuk mengambil suatu keputusan. Mereka memiliki tujuan yang baik
untuk kedepannya serta selalu produktif dan dinamis. Orang dengan karakter koleris
menyukai kebebasan dan selama hidupnya akan selalu bekerja keras. Namun, orang dengan
karakter ini suka memerintah karena sifat kepemimpinan yang dimilikinya.

Mereka sulit untuk mengalah, menyukai pertentangan, mudah terpancing emosinya, tidak
mudah untuk disuruh sabar dan tipe orang yang keras kepala karena kemauannya yang tinggi.
Apabila kita bertemu dengan orang yang memiliki karakter ini kita beri dia penghargaan tulus
atas hasil kerjanya, berbicara langsung pada topik persoalan, berbicara dengan fakta dan
bukti, mintalah pandangan dan pendapatnya, harus siap dikritik dan jangan menyalahkan
secara langsung ketika dia salah.

3. Melankolis (Sempurna)

Manusia dengan karakter melankolis merupakan tipe manusia yang memiliki sifat
analitis, suka memperhatikan orang lain, perfeksionis, hemat, tidak begitu menyukai
perhatian, serius, artistik, sensitif dan senantiasa rela berkorban. Namun, mereka yang
memiliki karakter melankolis kurang bisa menyuarakan opininya. Seringkali mereka juga
memandang masalah dari sisi buruknya. Mereka juga kurang bisa bersosialisasi dengan baik.

Banyak orang melankolis berbakat menjadi pengusaha yang hebat dan sukses. Apabila
kita bertemu dengan orang yang memiliki karakter ini, maka kita harus bersikap sopan,
berbicara sistematis, penjelasan terperinci dengan fakta, buat daftar keuntungan dan kerugian,
siapkan pembagian alternatif, dan jangan didesak untuk mengambil keputusan

4. Phlegmatis (Cinta Damai)

Manusia dengan karakter phlegmatis merupkaan individu yang suka dengan


kedamaian. Mereka netral dalam segala macam konflik tanpa memilih kubu. Pada kehidupan
sosialnya, orang dengan karakter phlegmatis akan lebih senang menjadi pendengar yang baik
daripada sebagai pelaku cerita. Mereka mempunyai selera humor yang bagus meskipun
sarkastik, menyukai aturan, mudah bergaul dan suka mencari jalan pintas.

Orang dengan karakter ini tidak suka dipaksa, suka menunda sesuatu dan memiliki
antusias yang kurang terhadap hal-hal baru. Apabila bertemu dengan orang yang memiliki
karakter ini, maka kita harus berbicara dengan cara bersahabat, menjelaskan masalah
sederhana dan jangan terlalu rumit, memberikan keyakinan, jangan berbicara terlalu agresif,
dan jangan didesak atau diburu-buru.

G. Perbedaan Akhlak dan karakter.

Akhlak dipahami oleh banyak pakar, dalam arti kondisi kejiwaan yang menjadikan
pemiliknya melakukan sesuatu secara mudah, tanpa memaksakan diri, bahkan melakukannya
secara otomatis. Apa yang dilakukan bisa merupakan sesuatu yang baik, dan ketika itu ia
dinilai memiliki akhlak karimah, mulia, terpuji, dan bisa juga sebaliknya dan ketika ia dinilai
menyandang akhlak yang buruk. Baik dan buruk tersebut berdasar nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat di mana yang bersangkutan berada.

Bentuk jamak pada kata akhlak mengisyaratkan banyaknya hal yang dicakup olehnya.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa ia bukan saja aktivitas yang berkaitan dengan
hubungan antar-manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan Allah, dengan lingkungan–
baik lingkungan hidup maupun bukan–serta hubungan diri manusia secara pribadi. Di
samping itu juga perlu diingat bahwa Islam tidak hanya menuntut pemeluknya untuk bersikap
baik terhadap pihak lain dalam bentuk lahiriah, sebagaimana yang ditekankan oleh sementara
moralis dalam hubungan antar-manusia, tetapi Islam menekankan perlunya sikap lahiriah itu
sesuai dengan sikap batiniyah.

Sedangan Karakter juga bisa diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan kata lain,
bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa
sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan
dengan orang lain.

Secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya, dimana
manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter
adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau
sekelompok orang.

H. KESIMPULAN
Akhlak merupakan perilaku yang tampak (terlihat) dengan jelas, baik dalam kata-kata
maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena Allah. Namun demikian, banyak
pula aspek yang berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran, seperti akhlak diniyah yang
berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola perilaku kepada Allah, sesama manusia, dan pola
perilaku kepada alam. Sedangan Karakter juga bisa diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan kata
lain, bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat
jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan
dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Suryadarma, Y., & Haq, A. H. (2015). Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali. At-
Ta’dib, 10(2), 362–381.
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/view/460

Syarifah Habibah. (2015). Akhlak dan Etika dalam Islam. Jurnal Pesona Dasar, Vol.1(4), 81.
http://e-repository.unsyiah.ac.id/PEAR/article/view/7527/6195

Anda mungkin juga menyukai