Anda di halaman 1dari 20

Tugas Individu

Makalah Sejarah

PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

Febby Rachel Eunike Saragih

XI IPA 3 / 12

SMA SWASTA SANTO THOMAS 1 MEDAN

Jl. Letjend S. Parman no. 109 Medan

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan
rahmat – Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia”. Penulis berusaha menyusun makalah ini sedemikian rupa dengan harapan
dapat membantu pembaca dalam memahami pelajaran sejarah yang merupakan judul
dari makalah ini, yaitu “Proklamasi Kemerdekaan Indonesia”.

Dalam makalah ini, penulis menyadari akan kemampuan diri penulis yang kiranya masih jauh
dari kesempurnaan sehingga penulis dibimbing oleh banyak pihak dan dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih atas bimbingan, motivasi, dan bantuannya dalam penulisan makalah ini. Dengan
demikian, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun materil dalam
penulisan makalah ini;

2. Kepala Sekolah, Ibu/Bapak guru SMA St. Thomas 1 Medan;

3. Teman – teman kelas XI SMA Santo Thomas 1 Medan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini mempunyai banyak kesalahan, baik dari segi isi dan
cara penulisannya. Oleh sebab itu, penulis membutuhkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi kehidupan dan dapat dijadikan bekal pengetahuan untuk melangkah ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Medan, April 2019

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….........1
BAB II PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA………………….……………. 2
A. Pembentukan Kelengkapan Negara…………………………................................... 3
1. Penyusunan Landasan Kehidupan Bernegara dan Lembaga Pemerintahan…… 3
a. Pengesahan UUD 1945…………………………………………………….. 3
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia………………………….. 3
2. Penyusunan Kelengkapan Negara Republik Indonesia………………………... 4
a. Menetapkan Susunan Kementrian…………………………………………. 4
b. Menetapkan Pembagian Wilayah Provinsi………………………………… 5
c. Pembentukan Komite Nasional Indonesia…………………………………. 6
d. Pembentukan Organisasi Ketentaraan……………………………………... 7
B. Dukungan Spontan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia………………... 8
1. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada……………………………………………... 8
2. Tindakan Heroik Mendukung Proklamasi kemerdekaan Indonesia di
berbagai daerah………………………………………………………………… 10
a. Peristiwa Heroik di Yogyakarta……………………………………….. 10
b. Peristiwa Heroik di Surabaya………………………………………….. 11
c. Peristiwa Heroik di Semarang…………………………………………. 11
d. Peristiwa Heroik di Aceh………………………………………………. 11
e. Peristiwa Heroik di Bali……………………………………………….. 11
f. Peristiwa Heroik di Sumbawa…………………………………………. 11
g. Peristiwa Heroik di Kalimantan……………………………………….. 12
h. Peristiwa Heroik di Palembang…………………………………………12
i. Peristiwa Heroik di Makassar………………………………………….. 12
C. Timbulnya Revolusi Sosial………………………………………………………… 12
1. Masa bersiap…………………………………………………………………… 12
2. Menggulingkan Tatanan Lama……………………………………………….... 13
3. Peristiwa Tiga Daerah…………………………………………………………. 14
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………... 15
Rangkuman………………………………………………………………………………… 15
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………16
Sumber – sumber…………………………………………………………………………... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Setiap bangsa mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan setiap
bangsa mempunyai hak untuk mengatur segala aspek kehidupan di negaranya.
Tetapi itu hanya berlaku bagi negara yang bebas atau merdeka. Sebaliknya bagi
bangsa-bangsa yang sedang terjajah tidak akan mungkin bisa mewujudkan
harapannya untuk merdeka. Karena ini menyangkut hak kemerdekaan negara
tersebut yang kemerdekaannya dirampas oleh bansa imperialis-kolonialis. Oleh
sebab itu banyak terjadinya perjuangan atau perlawanan para pahlawan untuk
merebut kemerdekaan bagi negaranya sendiri.Contohnya seperti bangsa kita yaitu
bangsa Indonesia yang merupakan satu dari beberapa negara yang berada di
kawasan asia yang secara terus-menerus berjuang menghadapi para penjajah
untuk merebut kemerdekaan.
Pengeboman terhadap Hirosima dan Nagasaki oleh Sekutu telah memaksa jepang
menyerah dan harus menerima kekalahan pada Perang Dunia ke II. Kondisi itu
menjadikan terjadinya kekosongan kekuasaan di daerah-daerah yang diduduki
tentara pendudukan Jepang, termasuk Indonesia. Momen itupun dimanfaatkan
oleh bangsa Indonesia. Akhirnya bangsa Ir. Soekarno atas nama bangsa indonesia
membacakan teks Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi tersebut
merupakan perwujudan niat dan tekad rakyat Indonesia untuk melepaskan diri dari
belenggu penjajahan. Sebagian besar rakyat Indonesia dapat menanggapi dengan
cepat makna proklamasi kemerdekaan. Pada umumnya dukungan spontan
bertujuan mengusahakan secepat mungkin tegaknya kekuasaan Republik
Indonesia,baik tingkat pusat maupun daerah. Untuk tujuan itu,rakyat berani
mengambil risiko berhadapan dengan pasukan Jepang dan Sekutu. Indonesia sejak
masa pergerakan nasional sudah mendambakan sistem pemerintahan demokratis.
Bentuk pola pemerintahan yang dianut para pemimpin indonesia pada waktu itu
adalah penerapan demokrasi yang ada di negeri Belanda yang berdasarkan multi-
partai, yaitu sistem pemerintahan parlementer. Hal ini disebabkan pada masa
pergerakan nasional banyak kaum cendekiawan indonesia yang menuntut ilmu di
negeri Belanda.

1
Kita mengetahui bahwa dalam suatu negara harus ada pemerintahan yang
menjalankan program pemerintah. Hal ini juga terjadi pada saat awal
kemerdekaan Indonesia. Agar Republik Indonesia yang baru lahir dapat terus
maju,perlu disusun tata kehidupan kenegaraan. Tugas berat tersebut dipikul oleh
PPKI. Panitia tersebut berhasil mengesahkan undang-undang dasar,memilih
presiden,dan membentuk lembaga kenegaraan. Setelah memasuki masa
kemerdekaan, Indonesia memasuki tatanan kehidupan yang baru. Berbagai cobaan
harus diterima negeri ini dalam alam kemerdekaannya. Pertempuran hebat untuk
mempertahankan kemerdekaan terjadi diberbagai daerah selain melakukan jalan
diplomasi. Revolusi social merupakan salah satu gelombang kekerasan di
beberapa daerah di Indonesia. Rakyat bangkit menentang orang kulit
putih,golongan aristokrat tradisional,dan kepala desa yang dianggap bagian dari
tatanan lama yang menindas . Revolusi sosial yang terjadi setelah proklamasi
kemerdekaan adalah ulangan peristiwa ketika Jepang mulai meninggalkan
Indonesia. Pada saat itu,rakyat menentang tatanan sosial yang telah ditetapkan
oleh Belanda.
Sejak tahun 1943,Jepang mulai mengalami kekalahan kekalahan,banyak wilayah
Jepang jatuh ke tangan Sekutu.Pangkalan militer Jepang di Okinawa dan Iwojima
telah bobol dan diduduki Sekutu,kemudian Kepulauan Saipan dan Mariana pada
tahun 1944. Berita kekalahan Jepang tersebar luas meskipun Jepang
merahasiakannya.Berita tersebut kemudian diketahui oleh Sutan Syahrir melalui
radio BBC.Syahrir kemudian beranggapan inilah saatnya memerdekakan
Indonesia.
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa pengamanan Soekarno-Hatta dari
pengaruh Jepang dengan cara menyembunyikan kedua tokoh tersebut ke daerah
Rengasdengklok,Jawa Barat. Pada 16 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB,Soekarno-
Hatta beserta rombongan berangkat menuju Jakarta.Sesampainya di Jakarta pukul
23.00WIB,Soekarno-Hatta langsung mengundang seluruh anggota PPKI untuk
rapat di Hotel Des Indes. Namun, Persiapan menyambut proklamasi kemerdekaan
dilakukan di Jl.Pegangsaan Timur No.56.Walikota Jakarta Suwiryo
memerintahkan Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan seperti
mikrofon alat pengeras suara.Adapun Sudiro memerintahkan S.Suhud
menyiapkan satu tiang bendera.Keamanan dipercayakan pada Shodanco Latief
Hendraningrat dan Abdurrahman.

2
Bab II
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

A. Pembentukan Kelengkapan Negara

1. Penyusunan Landasan Kehidupan Bernegara dan Lembaga Pemerintahan


Sehari setelah proklamasi, PPKI mengadakan rapat pleno di Pejambon, Jakarta.
Rapat yang dihadiri 27 orang anggota itu dipimpin oleh Soekarna – Hatta. Rapat
itu menghasilkan dua keputusan yaitu pengesahan UUD 1945 dan pemilihan
presiden dan wakil presiden.

a. Pengesahan UUD 1945


Sebelum rapat dimulai, Soekarno –
Hatta meminta kesediaan Ki Bagus
Hadikusumo, K.H. Wahid Hasyim,
Mr. Kasman Singodimejo, dan Mr.
Moh. Hassan untuk membahas
mengenai kalimat “Ketuhanan dengan
menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk – pemeluknya.” Karena kata – kata tersebut dapat membahayakan
persatuan Republik Indonesia yang baru lahir itu. Di bawah pimpinan Hatta,
keempat tokoh mengadakan tukar pikiran dan sepakat menghilangkan kalimat
tersebut. Agar masalah tersebut tidak memakan waktu yang berlarut – larut
seandainya dibicarakan dalam rapat pleno. Pada pukul 11.30 WIB, Soekarno
membuka rapat PPKI dengan pidato singkat. Rapat membahas rancangan
undang – undang dasar yang telah disiapkan BPUPKI (dengan sedikit
perubahan pada pembukaan). Dalam waktu dua jam, rapat menyepakati
rancangan itu lalu mengesahkannya menjadi undang – undang dasar Negara
Indonesia.

b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden

3
Pemilihan presiden dan wakil presiden berlangsung secara spontan, setelah
disahkannya UUD 1945. Ketika Soekarno meminta siding untuk membahas
pasal dalam waktu peralihan, Otto Iskandardinata mengusulkan agar
pemilihan presiden dan wakil presiden
dilakukan secara aklamasi. Ia sendiri
mengajukan Ir. Soekarno menjadi
presiden dan Moh. Hatta menjadi wakil
presiden. Pengangkatan Ir. Soekarno
sebagai presiden dan Moh. Hatta
sebagai wakil presiden diiringi lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan peserta
rapat secara spontan. Dalam kata penutup rapat pada hari itu, Presiden
Soekarno menyatakan sejak tanggal 18 Agustu 1945, bangsa Indonesia telah
memperoleh landasan hidup bernegara yang dikenal dengan UUD 1945. Ia
menegaskan bahwa UUD 1945 mengandung dasar Negara Pancasila. Berarti,
rumusan Pancasila yang asli dan resmi adalah rumusan yang temuat dalam
Pembukaan UUD 1945. Adapun rumusan dasar Negara yang diajukan
BPUPKI dan Panitia Sembilan (Piagam Jakarta) hanya merupakan konsep.

2. Penyusunan Kelengkapan Negara Republik Indonesia


Pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI melanjutkan rapat pleno. Rapat tersebut
menghasilkan dua keputusan penting, berupa susunan kementrian dan wilayah
provinsi.

a. Menetapkan Susunan Kementrian


Sebelum rapat pleno, presiden menugaskan panitia kecil untuk membahas
susunan kementrian. Panitia kecil itu terdiri atas Ahmad Subarjo (ketua),
Sutarjo Kartohadikusumo, dan Kasman Singodimejo. Rapat pleno
memutuskan penyusunan 12 menteri yang memimpin departemen dan empat
mentri Negara yaitu:
1. Menteri Dalam Negeri : R.A.A.
Wiranata Kusumah
2. Menteri Luar Negeri : Mr.
Achmad Soebardjo

4
3. Menteri Keuangan : Mr. A.A. Maramis
4. Menteri Kehakiman : Prof. Mr. Dr. Soepomo
5. Menteri Kemakmuran : Ir. Surachman Tjokroadisurjo
6. Menteri Keamanan Rakyat : Soeprijadi
7. Menteri Kesehatan : Dr. Boentaran Martoatmodjo
8. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantoro
9. Menteri Penerangan : Mr. Amir Sjarifudin
10. Menteri Sosial : Mr. Iwa Koesoema Soemantri
11. Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso
12. Menteri Perhubungan : Abikusno Tjokrosujoso
13. Menteri Negara : Wachid Hasjim
14. Menteri Negara : Dr.M. Amir
15. Menteri Negara : Mr.R.M. Sartono
16. Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata

b. Menetapkan Pembagian Wilayah Provinsi


Guna menetapkan pembagian wilayah provinsi, Presiden Soekarno
menugaskan panitia kecil untuk membahasnya. Panitia itu terdiri atas Otto
Isakandardinata (ketua), Ahmad Subarjo, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri,
Wiranata Kusumah, Dr. M. Amir, A.A Hamidhan, Dr. Sam Ratulangi, dan Mr.
I Gusti Ketut Puja. Hasil pembahasan rapat kecil itu dibicarakan dalam rapat
pleno untuk membagi wilayah Republik Indonesia menjadi delapan provinsi
dan dipimpin oleh seorang gubernur.
1. Sumatera (Teuku Mohammad Hasaan)
2. Jawa Barat (Sutardjo Kartohadikusumo)
3. Jawa Tengah (R.A. Panji Soeroso)
4. Jawa Timur (R.M. Suryo)
5. Sunda Kecil (Mr. I. Gusti Ketut Pudja)
6. Maluku (Mr. J. Latuharhary)
7. Sulawesi (R. G.S.S.J. Ratulangi)
8. Kalimantan (Ir. Pangeran Mohammad Noor)

5
Pembagian 8
wilayah
provinsi pada
awal
kemerdekaan
Indonesia

c. Pembentukan Komite Nasional Indonesia


Dalam rapat pleno, PPKI menegaskan perlunya pembentukan suatu komite
nasional sebelum MPR dan DPR terbentuk. Keesokan harinya,dibahas oleh
presiden dan wakil presiden, dan sejumlah wakil PPKI dengan tujuan memilih
orang – orang yang pantas menjadi anggota komite nasional. Pada tanggal 22
Agustus 1945, PPKI mengadakan rapat pleno di gedung Kebaktian Rakyat
Jawa di Jakarta. Rapat dipimpin oleh Moh. Hatta, dan salah satu keputusan
rapat adalah terbentuknya KNI. Badan itu berfungsi sebagai DPR sebelum
pemilu diselenggarakan.
KNI terdiri atas Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang
berkedudukan di
Jakarta dan
Komite
Nasional
Indonesia
Daerah (KNID)
di setiap
provinsi.
Pembentukan KNIP secara resmi diumumkan oleh pemerintah pada tanggal 25
Agustus 1945 dan anggota – anggotanya dilantik pada tanggal 29 Agustus
1945. Dengan susunan anggota sebagai berikut.
1. Ketua KNIP dijabat oleh Mr. Kasman Singodimejo.
2. Wakil Ketua I dijabat oleh Sutarjo Kartohadikusumo.
3. Wakil Ketua II dijabat oleh Mr. J. Latuharhary.
4. Wakil Ketua III dijabat oleh Adam Malik.

6
Pada tanggal 16 Oktober 1945, KNIP menyelenggarakan rapat pleno.
Dalam rapat itu, Wakil Presiden mengeluarkan Maklumat Nomor X yang
isinya memberikan kekuasaan dan wewenang legislasi kepada KNIP untuk
ikut menetapkan Garis – Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebelum MPR
terbentuk.

d. Pembentukan Organisasi Ketentaraan


Pada rapat tanggal 19 Agustus 1945, PPKI mengusulkan kepada Presiden
untuk membentuk panitia kecil yang bertugas membahas pembentukan tentara
kebangsaan. Presiden menugaskan Abdul Kadir, Kasman Singodimejo, dan
Otto Iskandardinata untuk menyiapkan pembentukan tentara kebangsaan.
Hasil kerja panitia kecil itu dilaporkan dalam rapat pleno pada tanggal 22
Agustus 1945, rapat tersebut kemudian memutuskan pembentukan Badan
Keamanan Rakyat (BKR). Badan itu ditetapkan sebagai bagian dari Badan
Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) dengan tugas memelihara
keselamatan rakyat.
Pada tanggal 23 Agustus 1945, Presiden Soekarno mengusulkan secara
resmi berdirinya BKR. Usulan tersebut ditindaklanjuti dengan pembentukan
BKR pusat dan BKR daerah. Pemimpin BKR pusat adalah Kaprawi (Ketua
Umum), Sutaklasana (Ketua I), dan Latief Hendraningrat (Ketua II). Para
pemimpin BKR, antara lain Aruji Kartawinata (Jawa Barat), Sudirman (Jawa
Tengah), dan drg. Mustopo ( Jawa Timur).
Tidak jadi dibentuknya tentara kebangsaan mengundang kekecewaan para
anggota BKR. Pada bulan September 1945, BKR pusat mengadakan
koordinasi dengan mantan perwira KNIL. Mereka bersama – sama
menghadapi Amir Syarifuddin (menteri penerangan merangkap menteri
keamanan rakyat) untuk mendesak presiden membentuk tentara kebangsaan.
Awalnya desakan ini ditolak Presiden dan Wakil Presiden. Namun, setelah
mengalami sendiri tindakan provokasi dari Pasukan Sekutu dan Belanda yang
mengancam keamanan Negara, akhirnya pemerintah menyadari perlunya
dibentuk tentara kebangsaan. Pemerintah kemudian menugaskan mantan
anggota KNIL yang bernama Mayor Urip Sumaharjo untuk menyusun tentara
kebangsaan. Pada tanggal 5 Oktober 1945, pemerintah mengeluarkan
maklumat yang meresmikan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

7
Berdasarkan maklumat pemerintah tersebut, Urip Sumoharjo mendirikan
markas Tertinggi TKR di Yogyakarta. Ia menjabat sebagai Kepala Staf Umum
TKR. Sebagai Panglima TKR, pemeritah menunjuk Supriyadi, tokoh
perlawanan PETA di Blitar. Karena Supriyadi ternyata tidak pernah
menduduki jabatannya, markas tertinggi TKR mengadakan pemiliha pimpinan
pada bulan November 1945. Orang
yang terpilih adalah Kolonel
Sudirman, Komandan Divisi
V/Banyumas. Sebulan kemudian,
Sudirman dilantik sebagai Panglima
Besar TKR dengan pangkat jendral,
sedangkan Urip Sumoharjo menjadi
Kepala Staf Umum TKR dengan
pangkat Letnan Jendral.
Pada bulan Januari 1946, TKR berganti nama menjadi Tentara Republik
Indonesia (TRI). Pergantian nama tersebut merupakan usaha untuk mendirikan
tentara yang percaya kepada kekuatan sendiri. Pada bulan Juni 1947, TRI
berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk membentuk
tentara kebangsaan yang benar – benar professional.

B. Dukungan Spontan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

1. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada


Berbagai tindakan dilakukan dalam rangka menyambut kemerdekaan
Indonesia. Salah satunya adalah rapat raksasa di lapangan Ikatan Atletik Djakarta
atau lebih terkenal dengan nama IKADA (sekarang pojok timur Monas). Rapat
raksasa di Lapangan IKADA terjadi pada tanggal 19 September 1945. Tujuan dari
rapat di lapangan IKADA adalah mempertemukan rakyat dengan pemimpinnya.
Jumlah orang yang hadir pada saat itu diperkirakan antara 200-300 ribu. Rapat
raksasa IKADA berhasil terselenggara atas pelopor Komite Van Aksi.
Comitë van Actie sebagai wadah para pemuda dan mahasiswa berperan dalam
merencanakan rapat raksasa di lapangan Ikada, memobilisasi massa dan mendesak
pemerintah untuk hadir dalam rapat raksasa di lapangan Ikada. Organisasi Komite
van Aksi ini dibantu dan atau dibagi dalam sub-sub organisasi. Pertama Angkatan

8
Pemuda Indonesia (API) untuk para pemuda, Barisan Rakyat (BARA) untuk para
petani dan terakhir Barisan Buruh Tani (BBI) untuk para buruh. Komite van Actie
terdiri dari :
1. Sukarni, sebagai ketua.
2. Chaerul Saleh, wakil ketua.
3. AM Hanafi, sekretaris umum.
4. Adam malik (anggota)
5. Wikana (anggota)
6. Pandu Karteawiguna (anggota)
7. Maruto Nitimihardjo (anggota)
8. Kusnaeni Pancen (anggota)
9. Darwis (anggota)
10. Djohar Noor (anggota).
11. Armunanto (anggota)
Latar belakangnya adalah ketidakpuasan komite Van Aksi terhadap kondisi
dan struktur awal pemerintahan Indonesia. Komite Van Aksi menganggap
Pemerintah harus didesak dan dimotivasi terus agar sadar bahwa Rapat Raksasa
ini penting untuk diselenggarakan guna menunjukkan bahwa rakyat Indonesia
mendukung Kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17
Agustus 1945. Tujuan rapat raksasa IKADA adalah :
 Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan
rakyat Indonesia bahwa Indonesia telah merdeka.
 Untuk menunjukkan terhadap tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia siap
menghadapi apa saja yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.
 Merayakan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Lalu, presiden Soekarno


berpidato selagi lima menit. Beliau
meminta supaya rakyat percaya
pada pemerintah. Seusai 10 jam
massa berkumpul di lapangan
IKADA, akhirnya massa
membubarkan diri sebab telah puas atas keberadaan pemimpin negara Indonesia.

9
Berikut cuplikan pidato Presiden Soekarno:
“Kita sudah memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Proklamasi ini tetap
kami pertahankan, sepatahpun tidak kami cabut. Tetapi dalam pada itu, kami
sudah menyusun suatu rancangan. Tenang, tentram, tetapi tetap siap sedia
menerima perintah yang kami berikan. Kalau saudara-saudara percaya kepada
Pemerintah Republik Indonesia yang akan mempertahankan proklamasi
kemerdekaan itu walaupun dada kami akan robek karenanya, maka berikanlah
kepercayaan kepada kami dengan tunduk kepada perintah-perintah kami dengan
disiplin. Sanggupkah saudara-saudara?“ dijawab dengan serentak oleh rakyat
“Sanguuup”. Lalu Presiden melanjutkan “Perintah kami hari ini, marilah
sekarang pulang semua dengan tenang dan tenteram, ikutilah perintah
Presidenmu sendiri tetapi dengan tetap siap sedia sewaktu-waktu. Saya tutup
dengan salam nasional….. MERDEKA…”
Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa menit, tetapi
mempunyai makna besar, yaitu :
 Sukses mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan
rakyatnya.
 Melegitimasi Pemerintahan RI yang sah baik yang menyangkut lembaga
eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
 Adalah perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
 Sukses menggugah kepercayaan rakyat bakal kekuatan bangsa Indonesia
sendiri.

2. Tindakan Heroik Mendukung proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Berbagai


Daerah

a. Peristiwa Heroik di Yogyakarta


Perebutan kekuasaan di Yogyakarta dimulai pada tanggal 26 September 1945
sejak pukul 10.00 WIB. Para pegawai pemerintah dan perusahaan yang
dikuasai Jepang melakukan aksi mogok. Mereka menuntut agar Jepang
menyerahkan semua kantor kepada pihak Indonesia.

10
b. Peristiwa Heroik di Surabaya
Terjadi insiden bendera di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya. Orang
Belanda mengibarkan bendera Merah Putih Biru di atap hotel. Rakyat
kemudian menyerbu hotel, menurunkan, dan merobek warna biru bendera itu
untuk dikibarkan kembali. Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945.

c. Peristiwa Heroik Semarang


Pada tanggal 15 Oktober 1945, pasukan Jepang melakukan serangan ke Kota
Semarang dan dihadapi oleh TKR dan laskar pejuang lainnya. Pertempuran
berlangsung selama lima hari. Akibat pertempuran ini, ribuan pemuda gugur
dan ratusan orang Jepang tewas. Untuk mengenang peristiwa itu, di Semarang
didirikan Monumen Tugu Muda.

d. Peristiwa Heroik Aceh


Pada tanggal 6 Oktober 1945, para pemuda dari tokoh masyarakat membentuk
Angkatan Pemuda Indonesia (API). Anggota API kemudian merebut dan
mengambil alih kantor-kantor pemerintahan. Di tempat-tempat yang telah
mereka rebut, para pemuda mengibarkan bendera Merah Putih dan berhasil
melucuti senjata tentara Jepang.

e. Peristiwa Heroik Bali


Pada bulan Agustus 1945, pemuda Bali membentuk organisasi Angkatan
Muda Indonesia (AMI) dan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Upaya
perundingan untuk menegakkan kedaulatan RI telah mereka upayakan, tetapi
pihak Jepang selalu menghambat. Pada tanggal 13 Desember 1945, para
pemuda merebut kekuasaan dari Jepang secara serentak, tetapi belum berhasil
karena persenjataan Jepang masih kuat.

f. Peristiwa Heroik di Sumbawa


Bentrokan fisik antara pemuda dan Jepang terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.
Pada bulan Desember 1945, para pemuda berusaha merebut senjata dari
pasukan Jepang. Bentrokan dengan tentara Jepang tidak terhindarkan. Di
Gempe, bentrokan terjadi antara dua ratusam pemuda melawan tentara Jepang.

11
Peristiwa serupa juga terjadi di Sape, yang melibatkan sekitar 400 pemuda
Indonesia.

g. Peristiwa Heroik di Kalimantan


Rakyat Kalimantan juga berusaha menegakkan kemerdekaan dengan cara
mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih, dan
mengadakan rapat-rapat. Namun, kegiatan ini dilarang oleh pasukan Sekutu
yang sudah ada di Kalimantan. Rakyat tidak menghiraukan larangan Sekutu
sehingga pada tanggal 14 November 1945 di Balikpapan (depan markas
Sekutu) berkumpul lebih kurang 8.000 orang dengan membawa bendera
Merah Putih.

h. Peristiwa Heroik di Palembang


Adanya upacara pengibaran bendera Merah Putih pada tanggal 8 Oktober
1945 yang dipimpin oleh dr. A.K. Gani. Pada kesempatan itu, diumumkan
bahwa Sumatra Selatan berada di bawah kekuasaan RI. Upaya penegakan
kedaulatan di Sumatra Selatan tidak memerlukan kekerasan karena Jepang
berusaha menghindari pertempuran.

i. Peristiwa Heroik di Makassar


Gubernur Sam Ratulangi menyusun pemerintahan pada tanggal 19 Agustus
1945. Sementara itu, para pemuda bergerak untuk merebut gedung-gedung
penting seperti stasiun radio dan tangsi polisi.

C. Timbulnya Revolusi Sosial

1. Masa bersiap
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak terlalu dihiraukan oleh sebagian
besar orang Belanda dan Indo (Keturunan Belanda pribumi) yang menghuni kamp
tawanan di berbagai daerah di Indonesia. Sebaliknya, banyak di anatar mereka
membayangkan akan kembali ke rumah dan menikmati hidup nyaman seperti
pada masa kolonial karena tidak sabaran umtuk kembali berkumpul dengan
keluarga dan menikmati hidup dengan keluarga dan kerabat. Banyak tawanan,

12
terutama yang tinggal di kota melanggar perintah Sekutu dan meninggalkan kamp
tawanan.
Ketika para bekas tawanan tersebut memasuki kota, mereka justru dimusuhi
oleh penduduk karena dianggap hendak menjajah kembali. Sikap permusuhan itu
dilakukan dengan cara pemboikotan saat mereka akan membeli makanan, hingga
penculikan dan pembunuhan terhadap orang Belanda dan Indo. Aksi pembunuhan
terhadap orang Belanda dan Indo itu dikenal sebagai “Masa bersiap”. Nama ini
melekat karena setiap orang asing yang melewati kampung, penduduk setempat
akan berteriak “Siap”. Biasanya penduduk kampung akan serentak memburu
orang kulit putih itu dengan membawa senjata. Jika tertangkap, si korbannya akan
dipukuli ramai – ramai. Penduduk tidak memedulikan, apakah si korban laki – laki
atau perempuan, dewasa atau anak – anak.
Tindakan serupa juga dilakukan terhadap kelompok orang Indonesia tertentu,
terutama orang Ambon dan Manado. Banyak orang mencurigai mereka sebagai
antek Belanda. Aksi mengerikan itu, membuat banyak mantan tawanan merasa
terguncang saat mengetahui apa yang terjadi di luar kamp. Banyak di antara
mereka memutuskan untuk kembali ke kamp dan meminta perlindungan kepada
tentara Jepang hingga kedatangan pasukan Sekutu. Sementara di antara penduduk
Ambon dan Manado terjadi perpecahan dalam menghadapi teror “Masa Bersiap”.
Beberapa tawanan memutuskan tetap memihak Belanda. Lainnya berusaha
menunjukkan solidaritas bagi perjuangan kemedekaan Indonesia dengan
membentuk lascar pro – Republik. Salah satunya adalah Kebaktian Rakyat
Indonesia Sulawesi (KRIS), yang terdiri dari orang – orang Manado dan Pemuda
Maluku.

2. Menggulingkan Tatanan Lama


Setelah berakhirnya kekuasaan Jepang, terjadi serangan terhadap para sultan
dan pejabat lainnya di beberapa wilayah Kesultanan Melayu, di pesisir Sumatra
dan Kalimantan. Mereka yang dianggap sebagai feodal, baik itu raja, bupati atau
orang kaya, akan diserang atau dibunuh. Pemerkosaan menjadi senjata yang
digunakan terhadap para wanita feodal. Di Aceh, para uleebalang sebagai tulang
punggung pemerintah Belanda dieksekusi atau digulingkan.
Oleh karena itu, Aceh menjadi salah satu benteng Republik terkuat selama
perang kemerdekaan. Di sebagaian besar kesultanan lainnya, pengalaman

13
traumatis selama revolusi sosial membuat anggota istana bersedia bekerja sama
ketika Belanda dating kembali. Mereka bekerja sama untuk memperkokoh
kembali kekuasaan atau sekadar mengamankan diri sendiri dan keluarganya.
3. Peristiwa Tiga daerah
Banyak revolusi sosial digerakkan oleh kaum kiri untuk memantapkan
kedudukan politik mereka. Salah satunya terjadi di pesisir utara Jawa, yaitu
kabupaten yang dikenal sebagai tiga daerah, yaitu Tegal, Brebes, dan Pemalang.
Revolusi sosial dimonitori oleh anggota PPKI illegal dan preman lokal. Sejumlah
bupati dan pejabat lainnya diserang dan dipermalukan di depan umum. Orang
Indo dan penduduk lain yang dicurigai pro – Belanda dibunuh. Warga Cina
pemilik took yang ingin selamat wajin menjual barang dengan harga murah dan
mendukung revolusi.
Pemerintahan komunis kemudian diproklamasikan di kawasan tiga daerah.
Situasi ini segera mengundang campur tangan pihak militer. Kurang dari
seminggu setelah proklamasi, pemerintahan komunis di tiga daerah tersebut
dihancurkan. Para pemimpinnya ditangkap dan diadili. Beberapa orang
diantaranya dijatuhi hukuman mati.

14
15
BAB III
PENUTUP

Rangkuman
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, bangsa Indonesia membentuk kelengkapan
Negara. Tugas yang dipikul PPKI ini berhasil mengesahkan undang – undang dasar, memilih
presiden dan wakil presiden, dan membentuk lembaga kenegaraan. Penyusunan Kelengkapan
Negara Republik Indonesia pada tanggal 19 Agustus 1945 dibahas dalam rapat pleno dengan
menghasilkan dua keputusan penting yaitu, penetapan susunan kementrian dan pembagian
wilayah provinsi Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia adalah perwujudan niat dan tekad rakyat
Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Sebagian besar rakyat Indonesia
dapat menanggapi dengan cepat maknaproklamasi kemerdekaan itu. Pada umumnya,
dukungan spontan bertujuan mengusahakan secepat mungkin tegaknya kekuasaan Republik
Indonesia, baik tingkat pusat maupun daerah. Untuk tujuan itu, rakyat berani mengambil
resiko berhadapan dengan pasukan Jepang dan Sekutu dengan melakukan rapat raksasa di
lapangan Ikada dan berbagai tindakan heroik mendukung Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia di berbagai daerah.
Revolusi sosial merupakan bentuk tanggapan dari proklamasi Indonesia dan menyerahnya
Jepang kepada Sekutu. Pada setiap daerah di Indonesia terjadi Revolusi Sosial yang
dilatarbelakangi penyebab yang hampir sama yaitu kondisi ketimpangan disegala aspek
kehidupan masyarakat. Ketimpangan ini terlihat sangat mencolok terutama antara rakyat
kelas bawah dengan para pengusaha, bangsawan, dan pejabat pemerintah. Selain
ketimpangan dalam segala aspek juga muncul rasa ketidakadilan di dalam masyarakat
terhadap golongan atas. Keadaan ini juga didukung provokasi dari pejuang-pejuang gerakan
bawah tanah kepada masyarakat akan kondisi ketidakadilan ini. Momen proklamasi
kemerdekaan Indonesia menjadi titik awal pelampiasan rasa ketidakadilan yang sudah
menjadi bibit di dalam masyarakat. Perihal-perihal di atas menjadi penyebab secara umum
terjadinya Revolusi sosial di setiap daerah di Indonesia.

16
Daftar Pustaka
Matroji, 1990. Catatan Peristiwa Sejarah Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber – sumber
http://surabaya.tribunnews.com/2018/08/17/dibalik-mundurnya-bung-hatta-dari-wapres-
politik-mengecewakan-soekarno-melanggar-undang-undang diakses tanggal 27 April 2019
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabinet_Presidensial diakses tanggal 27 April 2019
http://www.hariansejarah.id/2016/11/tentara-keamanan-rakyat-indonesia-tkr-ri.html diakses
tanggal 27 April 2019
https://jakarta.go.id/artikel/konten/1809/komite-nasional-indonesia-pusat-knip diakses
tanggal 27 April 2019
https://www.kompasiana.com/nurama/54f3a21a745513a12b6c7be3/revolusi-sosial-
pascaproklamasi diakses tanggal 27 April 2019

17

Anda mungkin juga menyukai