Anda di halaman 1dari 21

PERKEMBANGAN INDONESIA PADA MASA AWAL

KEMERDEKAAN

Makalah

Diperuntukan untuk memenuhi tugas pada mata pelajaran sejarah wajib

Kelompok :

Andiar Afdal A.Q (03)

Aurelia Rizki A.F (06)

Gilang Mardiansyah (09)

Hafsah Atsilah A (10)

Margaretha T.Y.R (13)

Vendi Ridho A (28)

Yulia Rizka A (33)

SMA NEGERI 2 JEMBER

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


2

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang hingga saat ini
masih memberikan nikmat iman dan kesehatan, sehingga tim penyusun diberi
kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perkembangan
Indonesia pada Masa Awal Kemerdekaan”. Tim penyusun juga ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Priangga
Adhitya Wardana, S. Pd. yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada tim
penyusun guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tim penyusun
juga berharap bahwa makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan tentang kondisi Indonesia pada masa awal
kemerdekaan.

Selain itu tim penyusun juga sadar bahwa pada makalah ini dapat ditemukan
banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, tim penyusun
benar-benar menerima kritik dan saran yang kemudian tim penyusun revisi dan
tim penyusun tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi tim penyusun
menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai kritik dan saran.
Di akhir tim penyusun berharap makalah sederhana ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Tim penyusun pun memohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila dalam makalah ini terdapat perkataan yang kurang berkenan di
hati pembaca.

Jember, 23 Januari 2023

Tim Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................4

1.1 Latar Belakang........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5

1.3 Tujuan dan Manfaat...............................................................................5

BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................6

2.1 Sidak PPKI Pada Awal Kemerdekaan..................................................6

2.2 Kondisi Perekonomian Indonesia Pada Awal Kemerdekaan.............9

2.3 Kondisi Politik Indonesia Pada Awal Kemerdekaan.........................10

2.4 Kondisi Pendidikan Indonesia Pada Awal Kemerdekaan.................13

2.5 Kondisi Militer Indonesia Pada Awal Kemerdekaan........................14

2.6 Kondisi Sosial Budaya Indonesia Pada Awal Kemerdekaan.............15


BAB 3. PENUTUP................................................................................................17

3.1 Kesimpulan............................................................................................17

3.2 Saran.......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

LAMPIRAN..........................................................................................................19
4

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanda-tanda kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik mulai terlihat pada tahun
1944. Amerika Serikat mampu mendesak angkatan laut Jepang di kawasan
samudera Pasifik. Kondisi tersebut membuat Jendral Kiniaki Kaiso memberikan janji
kemerdekaan kepada rakyat Indonesia pada bulan September 1944. Oleh karena itu,
Letjen Kumakici Harada memutuskan untuk membentuk Badan Penyelidik Usaha
Usaha Persiapan Kemerekaan Indonesia (BPUPKI). Setelah berhasil menjalankan
tugas-tugasnya, BPUPKI dibubarkan pada 7 Agustus 1945 dan tugasnya dilanjutkan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Kekalahan Jepang dalam
Perang Pasifik dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan
dari Jepang dan melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

.
Golongan Muda mendesak Soekarno dan Moh. Hatta untuk segera melakukan
proklamasi kemerdekaan. Pada tanggal 16 Agustus 1945, golongan muda menculik
Soekarno dan Hatta menuju Rengasdengklok untuk membahas rencana proklamasi
kemerdekaan dan mengamankan mereka dari pengaruh Jepang. Selanjutnya terjadi
perdebatan sengit antara golongan tua dan golongan muda tentang kapan
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Perdebatan antara golongan tua dan golongan
muda berakhir ketika golongan tua bersedia untuk memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. 
5

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaa sidang PPKI Indonesia pada awal kemerdekaan?
2. Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia pada awal kemerdekaan?
3. Bagaimana kondisi politik Indonesia pada awal kemerdekaan?
4. Bagaimana kondisi pendidikan Indonesia pada awal kemerdekaan?
5. Bagaimana kondisi militer Indonesia pada awal kemerdekaan?
6. Bagaimana kondisi sosial budaya Indonesia pada awal kemerdekaan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pelaksanaa sidang PPKI Indonesia pada awal kemerdekaan.


2. Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia pada awal kemerdekaan.
3. Bagaimana kondisi politik Indonesia pada awal kemerdekaan.
4. Bagaimana kondisi pendidikan Indonesia pada awal kemerdekaan.
5. Bagaimana kondisi militer Indonesia pada awal kemerdekaan.
6. Bagaimana kondisi sosial budaya Indonesia pada awal kemerdekaan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi pendidik di SMAN 2 Jember


2. Sebagai sumber informasi dan tambahan wawasan bagi peneliti dan
peserta didik di SMAN 2 Jember.
6

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Sidang PPKI Pada Awal Kemerdekaan


PPKI dimulai saat kekalahan Jepang dalam Perang pasifik yang sudah mulai
terlihat jelas. Pada 7 September 1944, perdana Menteri Jepang, Jenderal Kuniaki
Koiso mengumumkan bahwa Indonesia akan diberikan kemerdekaan jika Jepang
mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya. Jepang mengharapkan,
dengan memberikan kesempatan kemerdekaan, tentara sekutu akan disambut oleh
negara Indonesia sebagai penyerbu negara mereka. Akhirnya pada tanggal 1 maret
1945 Jendral Kumakichi harada, pimpinan pemerintah pendudukan militer Jepang
di Jawa mengumumkan pembentukan badan khusus untuk menyelidiki usaha-
usaha dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia yang bernama BPUPKI.

BPUPKI telah melakukan sidang sebanyak dua kali, setelah sidang kedua
BPUPKI, pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI resmi dibubarkan. BPUPKI
dibubarkan karena dianggap telah berhasil dalam menyelesaikan tugasnya untuk
menyusun rancangan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Maka dibentuk
PPKI atau Panitia Persiapan Kemerdekan Indonesia. PPKI diketuai oleh Ir.
Soekarno dan beranggotakan 21 orang yang terdiri dari berbagai etnis di
Indonesia.

PPKI telah melakukan sidang sebanyak tiga kali, yaitu sidang pertama PPKI
mengadakan rapat di Pejambon pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebelum rapat
dimulai, Soekarno dan Moh. Hatta meminta KH Wahid Hasyim, Mr. Kasman
Singodimedjo, Ki Bagus hadikusumo dan Mr. Teuku Muhammad Hasan untuk
membahas rancangan Undang-undang Dasar yang sebelumnya telah dirancang
oleh Panitia Sembilan pada tanggal 22 Juni 1945. Rancangan Undang-Undang
yang ingin dibahas adalah kalimat ‘Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya’. Pembahasan tersebut bertujuan supaya tidak ada
7

polemik dalam kehidupan rakyat Indonesia, karena Indonesia menganut beberapa


agama, tidak hanya menganut agama Islam.

Pembahasan tersebut dipimpin oleh Moh. Hatta dan dilaksanakan selama 15


menit. Dari pembahasan tersebut telah disepakati untuk menghilangkan kalimat
‘Dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’. Pada
sidang pertama PPKI, yang dilaksanakan 18 Agustus 1945, menghasilkan
beberapa keputusan yaitu mengesahkan UUD, menetapkan Soekarno sebagai
Presiden dan Moh. Hatta sebagai wapres, membentuk Komite Nasional. Setelah
itu dilakukannya sidang Keduanya PPKI pada hari keesokannya, 19 Agustus
1945, PPKI mengadakan sidang kedua yang menghasilkan:

a. Pembagian provinsi di Indonesia. Hasil sidang kedua PPKI yang pertama


ialah membagi wilayah Indonesia menjadi delapan provinsi. Tiap provinsi
akan memiliki kepala daerah, berupa gubernur.
b. Membentuk komite nasional daerah. Hasil sidang kedua PPKI yang
selanjutnya, yakni membentuk komite nasional daerah. Komite ini akan
berada di tiap provinsi yang sudah dibagi sebelumnya. Komite nasional ini
dibentuk untuk menjalankan tugasnya, yaitu membantu presiden.
c. Pembentukan departemen dan menteri. Hasil sidang kedua PPKI, yaitu
merancang pembentukan departemen yang terbagi menjadi 12 bagian,
beserta menteri yang akan membantunya. Ada 12 kementerian kabinet
pada tiap departemen yang akan menjalankan tugasnya. Selain itu,
dibentuk pula 4 menteri negara non-departemen.

Pada tanggal 22 agustus 1945, PPKI mengadakan sidang ketiga yang


menghasilkan keputusan-keputusan seperti: Pada sidang ketiga ini, PPKI fokus
pada bahasan mengenai perancangan lembaga tinggi untuk perlengkapan negara.
Hasil sidang PPKI ketiga adalah pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
8

a. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat. Hasil sidang pertama


dalam sidang ketiga yang dilakukan oleh PPKI adalah pembentukan KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat). Komite nasional pusat dibentuk
dengan tujuan pemilu yang akan dilaksanakan mendatang. Fungsinya
sebagai pusat dari Dewan Perwakilan Rakyat. Jumlah anggota komite
nasional pusat yang dilantik adalah 137 anggota, yang terdiri dari
golongan muda dan masyarakat Indonesia. Selain itu, hasil dari sidang
komite nasional pusat ini adalah ditunjuknya Kasman Singodimedjo
sebagai ketuanya. Wakil dari komite nasional pusat ini ada tiga, yaitu M.
Sutardjo (wakil ketua pertama), Latuharhary (wakil ketua kedua), dan
Adam Malik (wakil ketua ketiga).

b. Dibentuknya Partai Nasional Indonesia (PNI). Salah satu hasil sidang pada
sidang ketiga PPKI adalah perencanaan pembentukan PNI, Partai Nasional
Indonesia. PNI dirancang untuk membantu menjadikan negara Indonesia
yang adil, Makmur, dan berdaulat yang berdasarkan pada kedaulatan
rakyat. PNI akan diketuai oleh Ir. Soekarno. Namun, Pantai Nasional
Indonesia (PNI) yang dirancang sebagai Partai Tunggal Negara Indonesia
pembentukannya akan dibatalkan pada akhir Agustus 1945. Pada akhirnya
rancangan ini tidak jadi terlaksana.

c. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Hasil sidang lain pada


sidang ketiga PPKI adalah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR).
BKR dibentuk untuk menjalankan fungsinya, yaitu sebagai penjagaan
umum untuk setiap daerah di Indonesia. Ketika BKR resmi dibentuk,
organisasi-organisasi lain seperti Heiho, Laskar Rakyat dan PETA
dibubarkan. Baca juga: Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan
Tugasnya Selanjutnya, pada tanggal 23 Agustus sejumlah organisasi,
seperti BKR (Badan Keamanan Rakyat), PNI (Partai Nasional Indonesia),
KNIP (Komite Nasional Indonesia) dibentuk dengan tujuan baik.
Pengumuman tersebut dipimpin oleh Ir. Soekarno, sekaligus sidang yang
9

dilaksanakan pada gedung pusat kebaktian Jawa yang berlokasi di Gambir


untuk membentuk KNI. PPKI akhirnya dibubarkan dan pelantikan KNI
dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 1945. Ketuanya adalah Kasman
Singodimedjo, ditemani Sutardjo sebagai wakil ketua satu, Latuharhary
sebagai wakil ketua dua, dan Adam Malik sebagai wakil ketua tiga.
Adapun, anggota Badan Keamanan Rakyat berjumlah 136 orang.  

2.2 Kondisi Perekonomian Indonesia Pada Awal Kemerdekaan


Sebelum merdeka, beragam jenis mata uang sebenarnya sudah beredar di
Indonesia dan digunakan oleh masyarakat untuk bertransaksi dalam kehidupan
sehari-hari. Setelah merdeka, barulah Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan
terkait mata uang resmi yang mewarnai sejarah mata uang Indonesia dari tahun
1945 sampai sekarang. Dikutip dari laman resmi Kementerian Keuangan
(Kemenkeu), Pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945 menetapkan
berlakunya mata uang bersama di wilayah Republik Indonesia (RI) yaitu uang De
Javasche Bank, uang Hindia Belanda dan uang Jepang.

Selanjutnya, pada 2 Oktober 1945, pemerintah mengeluarkan Maklumat


Pemerintah Republik Indonesia yang menetapkan bahwa uang NICA tidak
berlaku di wilayah Republik Indonesia. Kala itu, uang NICA termasuk salah satu
jenis mata uang yang beredar pada masa-masa awal kemerdekaan Indonesia.
Dengan adanya keputusan Pemerintah RI, maka penggunaan uang NICA tak lagi
sah. Kemudian, pada 3 Oktober 1945 diterbitkan Maklumat Presiden Republik
Indonesia yang menentukan jenis-jenis uang yang sementara masih berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah. Saat itu, Indonesia memiliki 3 mata uang yang
sah, yaitu

a. Sisa zaman kolonial Belanda yaitu uang kertas De Javasche Bank. Uang
kertas dan logam pemerintah Hindia Belanda yang telah disiapkan
Jepang sebelum menguasai Indonesia yaitu DeJapansche Regering
dengan satuan gulden (f) yang dikeluarkan tahun 1942.
10

b. Uang kertas pendudukan Jepang yang menggunakan Bahasa Indonesia


yaitu Dai Nippon emisi 1943 dengan pecahan bernilai 100 rupiah.
c. Dai Nippon Teikoku Seibu emisi 1943 bergambar Wayang Orang Satria
Gatot Kaca bernilai 10 rupiah dan gambar Rumah Gadang Minang
bernilai 5 rupiah.

Bersamaan dengan dikeluarkannya maklumat tersebut, pemerintah berencana


menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI). Ini sekaligus menjawab
pertanyaan, bahwa mata uang yang dikeluarkan Pemerintah indonesia pada masa
awal kemerdekaan adalah ORI.

Terkait hal ini, Menteri Keuangan A.A Maramis membentuk “Panitia


Penyelenggara pencetakan Uang Kertas Republik Indonesia” pada 7 November
1945 yang diketuai T.R.B. Sabaroedin dari Kantor Besar Bank Rakyat Indonesia
(BRI). Mata uang ORI di Indonesia Melalui Keputusan Menteri Keuangan tanggal
29 Oktober 1946 ditetapkan berlakunya ORI secara sah mulai 30 Oktober 1946
pukul 00.00. Hal ini diperkuat dengan disahkannya Undang-Undang tanggal 1
Oktober 1946 yang menetapkan penerbitan ORI.

2.3 Kondisi Politik Indonesia Pada Awal Kemerdekaan


Kondisi Politik Indonesia pada Awal Kemerdekaan Proklamasi
kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dilaksanakan dengan mendadak
membuat perubahan besar pada kondisi politik di Indonesia. Namun, perubahan
itu tidak berjalan mulus. Kondisi politik Indonesia pascaproklamasi diwarnai
dengan krisis, perang, serta kekacauan. Dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-
2004 (2011), M. C. Ricklefs menyebut kekuatan-kekuatan politik di Indonesia
pada masa awal kemerdekaan juga tidak sepenuhnya bersatu. Hal itu, tulis
Ricklefs, ditandai dengan "Sistem perhubungan yang buruk, perpecahan-
perpecahan internal, lemahnya kepemimpinan pusat, dan perbedaan kesukuan."
Berikut ini gambaran umum kondisi politik Indonesia di masa awal kemerdekaan,
dinukil dari buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2011).
11

a. Sistem Perhubungan yang Buruk, Proklamasi kemerdekaan yang


dilangsungkan dengan mendadak memang berhasil memanfaatkan situasi
kekosongan kekuasaan. Karena itu, teks proklamasi dapat dibacakan dalam
situasi damai dan tertib pada 17 Agustus 1945. Namun, di sisi lain,
mendadaknya proklamasi itu membuat informasi atas kemerdekaan
Indonesia tidak tersebar secara luas dan merata di penjuru daerah Indonesia.
Minimnya sarana persebaran informasi yang dapat menjangkau secara luas
membuat kabar kemerdekaan Indonesia tersebar di kota-kota besar Jawa
saja pada 17 Agustus. Kesenjangan informasi ini menghambat proses
pembentukan pemerintahan Republik Indonesia yang waktu itu masih lemah
dan baru dibentuk.

b. Perbedaan Kesukuan Meski Indonesia telah dinyatakan sebagai negara


merdeka, tidak semua elemen masyarakat tanah air setuju. Sebagian pihak
bahkan masih bersimpati pada Pemerintah Kolonial Belanda. Menurut
Ricklefs, pada umumnya orang-orang itu merupakan bangsawan lokal yang
pada masa penjajahan Belanda mendapat kekayaan dan kedudukan
istimewa. Gerakan kemerdekaan yang menganut semangat nasionalisme
yang egaliter dipandang miring oleh kelompok bangsawan yang kontra
dengan kemerdekaan RI. Bagi mereka, kemerdekaan Indonesia berjalan
secara radikal dan dengan cara yang tidak ningrat.

c. Lemahnya Kepemimpinan Pusat Pemerintahan Republik Indonesia tidak


lahir dengan stabilitas yang instan. Gerakan kemerdekaan Indonesia
sebenarnya merupakan kumpulan dari berbagai golongan pemikiran yang
tidaak jarang saling berseberangan. Perbedaan tersebut semula membuat
pembentukan pemerintahan Republik Indonesia tak berjalan lancar. Di
tingkat pemerintah pusat (Jakarta), sistem pemerintahan pun kerap berganti.
Misalnya, dari sistem presidensial beralih ke parlementer, dan sebaliknya.
Pertentangan di tingkat pimpinan pusat dan elite gerakan kemerdekaan
Indonesia pada masa itu pun kerap terjadi. Salah satu dampak terberat
adalah Peristiwa PKI Madiun 1948 yang melibatkan eks perdana menteri
12

RI, Amir Sjarifuddin. Di tingkat desa, belum kuatnya kedudukan


Pemerintah Republik Indonesia berdampak terjadinya aksi-aksi sepihak
yang dilakukan oleh laskar-laskar militer "ilegal." Mereka yang terlibat
sebagian merupakan eks anggota Heiho, Peta, atau para jagoan lokal. Aksi-
aksi kekerasan misalnya terjadi di Tegal, Brebes, dan Pemalang. Menurut
Anton Lucas, dalam buku Peristiwa Tiga Daerah (1989), aksi kekerasan di 3
daerah itu melibatkan massa yang dendam pada penindasan saat penjajahan
Belanda. Informasi kemerdekaan ditanggapi dengan melakukan kekerasan
dan intimidasi ke orang Belanda dan pegawai pemerintahan yang dianggap
korup. Masalahnya, aksi di Tegal, Brebes, dan Pemalang tersebut dilakukan
secara sepihak, mengabaikan proses hukum, dan tanpa seizin pemerintah RI
di Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia bahkan sampai harus
menerjunkan pasukan militer untuk menangani aksi-aksi kekerasan di tiga
daerah tersebut.

d. Perpecahan Internal dan Kedatangan Kembali Belanda Gerakan


kemerdekaan Indonesia sejatinya terdiri dari berbagai macam aliran ideologi
yang tidak jarang saling bertentangan. Menurut Ricklefs, gerakan
kemerdekaan yang paling dominan terdiri dari tiga kekuatan politik yakni
nasionalis, komunis, dan Islam. Ketiganya tak jarang menunjukkan
ketidaksepakatannya antara satu pemikiran dengan pemikiran yang lain. Hal
tersebut juga terlihat pada masa-masa awal kemerdekaan Indonesia. Saat
konsolidasi nasional masih rapuh, dan pergolakan di internal gerakan
kemerdekaan Indonesia belum tuntas, militer Belanda datang untuk merebut
kembali kekuasaan di Indonesia. Dua kali agresi militer Belanda ke
Indonesia pada 1947 dan 1948 benar-benar menambah runyam
permasalahan politik maupun keamanan. Agresi militer Belanda 2 bahkan
nyaris membikin negara Republik Indonesia bubar karena sebagian elite
pemerintahan RI ditangkap, termasuk Soekarno-Hatta. Berkat keberhasilan
strategi diplomasi dan perjuangan militer selama masa revolusi
kemerdekaan, ambisi Belanda berkuasa lagi gagal total. Dukungan
internasional bahkan mengalir ke Indonesia. Akhirnya, memasuki tahun
13

1950, situasi politik di Indonesia mulai beranjak stabil. Stabilitas politik dan
pemerintahan mulai terbangun, terutama setelah Republik Indonesia Serikat
resmi dibubarkan pada 17 Agustus 1950 dan digantikan dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

2.4 Kondisi Pendidikan Indonesia Pada Awal Kemerdekaan


Kesempatan memperoleh pendidikan pada masa penjajahan bagi anak-
anak Indonesia masih sangat terbatas. Dari sejumlah anak-anak usia sekolah,
hanya sebagian kecil saja yang sempat menikmati sekolah. Akibatnya, sebagian
besar penduduk indonesia masih buta huruf. Oleh karena itu, segera setelah
proklamasi kemerdekaan, pemerintah mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K). ki Hajar
Dewantara menjabat jabatan ini hanya selama 3 bulan. Kemudian, jabatan Menteri
PP dan K dijabat oleh Mr. T.S.G. Mulia yang hanya menjabat selama 5 bulan.
Selanjutnya, jabatan Menteri PP dan K dijabat oleh Mohammad syafei.
Kemudian, ia digantikan oleh Mr. Soewandi.

Mr. Soewandi membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran Republik


Indonesia yang bertugas untuk meneliti dan merumuskan masalah pengajaran
setelah Kemerdekaan. Setelah menyelesaikan tugasnya, panitia ini menyampaikan
saran-saran kepada pemerintah. Kemudian, disusunlah dasar struktur dan sistem
pendidikan di Indonesia. Tujuan umum pendidikan di Indonesia merdeka adalah
mendidik anak-anak menjadi warga negara yang berguna, yang diharapkan kelak
dapat memberikan pengetahuannya kepada negara. Dengan kata lain, tujuan
pendidikan pada masa itu lebih menekankan pada penanaman semangat
patriotisme.

Pendidikan pada awal Kemerdekaan terbagi atas 4 tingkatan, yaitu:


pendidikan rendah, pendidikan menengah pertama, pendidikan menengah atas,
dan pendidikan tinggi. Pada akhir tahun 1949, tercatat sejumlah 24.775 buah
sekolah rendah di seluruh Indonesia. Untuk pendidikan tinggi, sudah ada sekolah
tinggi dan akademi di beberapa kota seperti Jakarta, Klaten, Solo dan Yogyakarta.
Selain itu, ada pula universitas seperti Universitas Gajah Mada.
14

2.5 Kondisi Militer Indonesia Pada Awal Kemerdekaan


Ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada 17
Agustus 1945, pemerintah tidak langsung membentuk kesatuan militer.
Pemerintah Indonesia baru membentuk satuan militer yang menjadi cikal bakal
Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 23 Agustus 1945 atau enam hari setelah
proklamasi. Setelah proklamasi, pemerintah tidak langsung membentuk tentara
nasional karena untuk menghindari konflik bersenjata. Pasalnya, pada saat itu,
masih banyak tentara Jepang, begitu pula dengan pihak Sekutu yang datang ke
Indonesia sebagai pemenang Perang Dunia II.

Golongan muda berpendapat bahwa pembentukan tentara nasional dapat


mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, banyak
pemuda dan rakyat mengorganisasi laskar-laskar perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Di dalam sidang PPKI, pemerintah hanya sekadar
membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada 23 Agustus 1945. Awalnya,
pembentukan BKR ini hasil dari sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 yang
sebelumnya merencanakan pembentukan tentara kebangsaan. Perubahan tersebut
akhirnya diputuskan pada tanggal 22 Agustus 1945 untuk tidak membentuk
tentara kebangsaan. Keputusan ini dilandasi oleh berbagai pertimbangan politik.

Para pemimpin pada waktu itu memilih untuk lebih menempuh cara
diplomasi untuk memperoleh pengakuan terhadap kemerdakaan yang baru saja
diproklamasikan. Tentara pendudukan Jepang yang masih bersenjata lengkap
dengan mental yang sedang jatuh karena kalah perang, menjadi salah satu
pertimbangan juga, untuk menghindari bentrokan apabila langsung dibentuk
sebuah tentara kebangsaan.

Anggota BKR saat itu adalah para pemuda Indonesia yang sebelumnya
telah mendapat pendidikan militer sebagai tentara Heiho, Pembela Tanah Air
(PETA), KNIL dan lain sebagainya. BKR tingkat pusat yang bermarkas di Jakarta
dipimpin oleh Moefreni Moekmin. Melalui Maklumat Pemerintah tanggal 5
Oktober 1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan
15

setelah mengalami beberapa kali perubahan nama akhirnya menjadi Tentara


Nasional Indonesia

2.6 Kondisi Sosial Budaya Indonesia Pada Awal Kemerdekaan

Perubahan Sosial Budaya adalah perubahan yang terjadi baik itu secara
disengaja atau tidak terhadap kehidupan bermasyarakat dan mempengaruhi pola
perilaku masyarakat yang bersangkutan. Pengertian ini diperoleh dari pendapat
beberapa ahli mengenai apa yang dimaksud dengan perubahan sosial budaya.
Misalnya Samuel Koening, menurutnya perubahan pada sosial dan budaya adalah
modifikasi yang terjadi pada pola kehidupan sosial. Kemudian, sosiolog Indonesia
Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan pada sosial dan budaya adalah
perubahan pada lembaga kemasyarakatan.

Perubahan sosial budaya dapat turut mendorong perubahan sistem sosial


masyarakat. Soemardjan menyebutkan, sistem sosial ini contohnya norma, nilai-
nilai, dan perilaku kelompok masyarakat. Perubahan sosial budaya dapat terjadi
saat terjadi peristiwa penting seperti Revolusi Prancis atau Proklamasi
Kemerdekaan RI. Pada masa kemerdekaan dalam periode 1945 hingga 1950
khususnya, terjadi perubahan sosial budaya dalam tatanan masyarakat Indonesia.

Perubahan Sosial Budaya Pasca Proklamasi dalam Perkembangan Sejarah


Kebangsaan Nasional Tulisan Haryono Rinardi dari Universitas Diponegoro
(Undip) mengatakan, masyarakat Indonesia di masa kolonial terbagi menjadi tiga
kelompok. Mereka adalah kelompok Indo-Eropa, lalu Asia atau Timur Asing, dan
masyarakat Bumiputera. Artinya, penduduk Indonesia di era kolonial terkotak-
kotak. Akan tetapi, proklamasi kemerdekaan kemudian menghilangkan
segmentasi itu, semua penduduk dipandang sama secara sosial. Masyarakat
Indonesia di mata hukum adalah satu, yakni penduduk Indonesia. Perubahan ini
selanjutnya juga membawa pengaruh besar yang ditunjukkan dalam hubungan
sosial antara kelompok-kelompok tertentu. Hal ini pun kemudian juga berubah,
seiring dengan lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
16

BAB 3. PENUTUP
17

3.1 Kesimpulan
Pengaruh perang dunia II bagi bangsa Indonesia dapat dilihat sejak tahun
1942 yaitu Indonesia menjadi target perluasan negara Jepang. Akibatnya, selama
3,5 tahun Indonesia berada di bawah penjajahan Jepang yang memiliki pengaruh
bagi kehidupan politik, sosial, dan ekonomi bangsa Indonesia. Dibalik penderitaan
itu terdapat semangat perjuangan yang gigih dan kesabaran yang besar, sehingga
pada akhirnya Indonesia memperoleh keberhasilan dalam mencapai kemerdekaan.

Setelah mendapat kemerdekaan dibentuklah PPKI untuk menetapkan UUD


NRI Tahun 1945 dan melaksanakan sidang sebanyak tiga kali. Pada saat awal
kemerdekaan, Indonesia memberlakukan 3 mata uang yang sah, yaitu uang kertas
De Javasche Bank, Dai Nippon, Dai Nippon Teikoku Seibu. Kehidupan politik
Indonesia mengalami sistem perhubungan yang buruk dan pendidikan bagi anak-
anak Indonesia sangat terbatas. Serta masyarakat Indonesia terbagi menjadi 3
kelompok. Namun, proklamasi kemerdekaan kemudian menghilangkan
segmentasi itu, semua penduduk dipandang sama secara sosial.

3.2 Saran
Kami sebagai tim penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami sebagai tim penyusun mengharapkan kritik dan
saran dari bapak ibu guru yang dapat menyempurnakan pada makalah ini dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA
18

Yahya, Rizal Amril. 2022. Kondisi Politik dan Ekonomi Indonesia pada Awal
Kemerdekaan.

https://amp.tirto.id/kondisi-politik-dan-ekonomi-indonesia-pada-awal-
kemerdekaan-gvoZ

Sakti, Zein. 2022. Perkembangan Pendidikan Indonesia Dari Awal Kemerdekaan


Hingga Reformasi.

https://www.awalilmu.com/2016/06/perkembangan-pendidikan-indonesia-
dari-awal-kemerdekaan-hingga-reformasi.html

Subroto, Lukman Hadi. 2022. Mengapa pada Awal Kemerdekaan Tidak Segera
Dibentuk Tentara Nasional?

https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/18/100000679/mengapa-
pada-awal-kemerdekaan-tidak-segera-dibentuk-tentara-nasional-?
amp=1&page=2

Aisyah, Novia. 2021. Apa Saja Perubahan Sosial Budaya Pasca Proklamasi
Kemerdekaan? Ini Penjelasannya.

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5832919/apa-saja-perubahan-
sosial-budaya-pasca-proklamasi-kemerdekaan-ini-penjelasannya

Nadia, Yopi. 2022. Hasil Sidang PPKI Kedua.

https://amp.kompas.com/skola/read/2022/10/10/100000669/hasil-sidang-
ppki-kedua

Utami, Silmi Nurul. 2022. Hasil Sidang PPKI Ketiga.

https://www.kompas.com/skola/read/2022/10/05/123000769/hasil-sidang-
ppki-ketiga?amp=1&page=2

LAMPIRAN
19

Gambar 1. Kondisi Perekonomian Indonesia.

Gambar 2. Kondisi Pendidikan Indonesia.


20

Gambar 3. Tentara Keamanan Rakyat.

Gambar 4. Dai Nippon.


21

Gambar 5. De Javasche Bank.

Gambar 6. Dai Nippon Teikoku Seihu.

Anda mungkin juga menyukai